• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Dan Tantangan Aktor Politik Terhad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Dan Tantangan Aktor Politik Terhad"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Peran Dan Tantangan Aktor Politik Terhadap Proses Demokratisasi

Myanmar Tahun 1990 Sampai 2010

Oleh Bening Karilla Kinasih – 1106083611

Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Abstrak

Pemerintahan Myanmar berada dibawah kepemimpinan Junta Militer bertahan selama lebih dari 20 tahun. Dibawah pemerintahan Junta Militer, pelanggaran HAM seringkali terjadi. Proses demokratisasi di Myanmar pernah hampir terjadi pada tahun 1990, dimana pada tahun 1988 Jenderal Ne Win yang merupakan pimpinan dari pemerintahan Junta Militer mengundurkan diri dari jabatannya. Namun ketika pemilihan umum telah dilaksanakan dan menghasilkan 0 suara untuk militer, pada kenyataannya Partai National League for Democracy (NLD) yang memenangkan mutlak suara pada pemilihan umum tidak juga dapat menduduki pemerintahan. Kelompok mahasiswa, aktivis, serta kalangan agamawan merupakan aktor politik dari kelompok oposisi yang mendukung demokrasi. Dengan mengusung Aung San Suu Kyi sebagai tokoh utama yang memimpin kelompok pro-demokrasi di Myanmar, kelompok oposisi kemudian mensosialisasikan nilai-nilai pro-demokrasi ke berbagai wilayah di Myanmar. Pemerintahan militer tentu saja tidak menerima begitu saja hasil dari pemilihan umum yang berlangsung pada tahun 1990, kemudian mengasingkan Aung San Suu Kyi dengan cara memenjarakan Suu Kyi di rumahnya sendiri. Tekanan dari Jepang yang akan menghentikan bantuan ekonomi mampu memberikan dampak terhadap pembebasan Suu Kyi. Namun pemerintahan militer tetap berlangsung, hingga tahun 2010 Myanmar kembali menjalankan pemilihan umum. Dalam pemilihan umum kali ini, pemerintahan dibawah kepemimpinan Thein Sein membuka diri terhadap demokratisasi di Myanmar. Masih adanya peran aktor politik militer yang bekerja sama dengan aktor politik oposisi di Myanmar merupakan proses demokratisasi yang mengambil bentuk reforma pactada. Hingga saat ini, pemerintahan yang berjalan di Myanmar memiliki tantangan untuk melancarkan proses demokratisasi di Myanmar. Suu Kyi sebagai ketua oposisi di parlemen melakukan pengawasan dengan hati-hati agar Myanmar tidak mengalami set back dan kembali pada rezim otoriter.

Kata Kunci: Demokratisasi, Aktor Politik, Reforma Pactada

(2)

2 lainnya dan ini menyebabkan tantangan yang akan dihadapi memiliki perbedaan-perbedaan dalam mencari solusinya. Selain memiliki tantangannya yang berbeda-beda di setiap negara, proses transisi demokrasi juga sangat dipengaruhi oleh keputusan atau pola perilaku dari aktor-aktor politik pada masa itu, baik yang tergabung dalam koalisi rezim otoriter maupun aktor dari golongan oposisi. Bagaimana pihak oposisi mampu melakukan tekanan terhadap rezim otoriter dan cara-cara lain yang digunakan untuk melakukan demokratisasi suatu rezim dapat dilihat implementasinya dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh para aktor.

Myanmar merupakan salah satu negara yang sedang mengalami masa transisi demokrasi. Negara Myanmar yang terletak pada bagian Utara dari wilayah Asia Tenggara. Pada tahun 1945 dibawah kepemimpinan Aung San, Myanmar mendapatkan dukungan dari Inggris untuk melepaskan diri dari jajahan Jepang. Namun pada tahun 1947 Aung San dibunuh oleh U Saw yang merupakan pimpinan dari kelompok yang tidak mendukung pemerintahan Aung San.1 Pembunuhan yang terjadi pada tahun 1947 merupakan titik balik dimana pemerintahan Myanmar setelah itu dipimpin oleh pihak militer. Aung San merupakan salah satu tokoh Myanmar yang pro terhadap demokrasi di Myanmar, hal tersebutlah yang menyebabkan Aung San dibunuh pada tahun 1947. Selama pemerintahan militer berlangsung di Myanmar, seringkali terjadi tindak pelanggaran HAM yang dilakukan oleh militer. Kebebasan masyarakat untuk mengekspresikan pikirannya sangat dibatasi oleh pemerintah. Hal tersebut terjadi karena pemerintahan militer mengerti bahwa tekanan-tekanan yang dilakukan oleh masyarakat sipil dapat membahayakan kedudukan militer di pemerintahan.

Selama lebih dari 20 tahun pemerintahan militer berkuasa di Myanmar, masyarakat sipil telah melakukan berbagai tekanan untuk meruntuhkan rezim otoriter tersebut. Aksi masa seperti demonstrasi telah dilakukan untuk menjatuhkan pemerintahan militer. Namun pemerintah militer di Myanmar seringkali melakukan tindakan represi dengan menggunakan senjata untuk membubarkan aksi masa tersebut. Tidak jarang anggota militer melakukan penembakan terhadap masyarakat sipil, untuk membubarkan demonstrasi. Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pihak militer Myanmar tidak dapat di intervensi oleh pihak luar. Hal ini dikarenakan bahwa setiap negara yang berdaulat memiliki hak untuk mengatur negaranya sendiri tanpa adanya intervensi dari pihak asing.

Konsep Transisi Demokrasi

Proses perubahan rezim dari rezim non-demokrasi menjadi rezim demokrasi seringkali

disebut dengan transisi demokrasi atau demokratisasi. O’Donnell dan Schmitter menjelaskan

bahwa proses transisi demokrasi merupakan sebuah interval atau jarak antara rezim politik non-demokrasi dengan rezim politik demokrasi.2 Sebuah rezim yang sedang berada pada masa transisi demokrasi akan mengalami perubahan-perubahan di dalam kehidupan

pemerintahannya maupun kehidupan sosial masyarakatnya. Dalam hal ini, O’Donnell dan

(3)

3 menjalankan proses transisi demokrasi, namun proses transisi demokrasi dapat ditarik menjadi garis linier suatu tahapan berupa: (1) diawali dengan runtuhnya rezim otoriter, (2) oposisi menyiapkan fase pra-transisi demokrasi, (3) dibukanya keran liberalisasi oleh pihak oposisi, (4) penataan awal serta lahirnya rezim demokrasi, (5) konsolidasi demokrasi.3

Proses transisi demokrasi memiliki bentuk-bentuk yang berbeda, perbedaan dari bentuk tersebut akan terlihat saat bagaimana runtuhnya rezim otoriter di suatu negara. Dua bentuk transisi demokrasi yang dimaksud adalah Reforma Pactada dan Ruptura Pactada. Reforma pactada merupakan suatu bentuk transisi demokrasi yang menekankan pada konsolidasi-konsolidasi untuk menentukan sebuah rezim baru yaitu rezim demokrasi. Konsolidasi tersebut menyertakan aktor politik pada rezim sebelumnya dan aktor politik yang memiliki visi untuk membentuk suatu rezim baru dalam pemerintahan suatu negara. Berbeda dengan reforma pactada, ruptura pactada melakukan cara yang lebih radikal dalam upaya membentuk suatu tatanan rezim yang baru. Hal tersebut dilakukan dengan cara menjatuhkan kekuasaan dari rezim sebelumnya dengan cara yang radikan serta menyingkirkan seluruh aktor politik dari rezim lama di dalam pemerintahan, kemudian aktor-aktor tersebut akan digantikan posisinya oleh orang-orang baru yang pemikirannya terbebas dari cara pandang aktor pada rezim sebelumnya untuk membentuk suatu tatanan rezim yang demokratis.4

Pemerintahan Junta Militer Myanmar, 1962-2010

Pemerintahan Junta Militer di Myanmar bermula pada tahun 1962, saat itu Jenderal Ne Win melakukan kudeta terhadap pemerintahan sipil PM U Nu.5 Setelah itu Jenderal Ne Win menggunakan kekuatan militer sebagai basis utama dari kekuatan pemerintahan Myanmar. Maka dapat dikatakan bahwa pemerintahan Myanmar dibawah pimpinan Jenderal Ne Win merupakan pemerintahan Junta Militer. Jenderal Ne Win memiliki suatu pandangan bahwa untuk menghindari disintegrasi di Myanmar, maka dibutuhkan suatu bentuk kepemimpinan yang tegas.6 Oleh karena itu, kekuatan militer dianggap mampu mencegah terjadinya perpecahan diantara berbagai kelompok masyarakat yang akan mengganggu stabilitas negara. Namun dalam prakteknya, pemerintahan Junta Militer tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Myanmar. Pemerintahan Junta Militer yang dipimpin oleh Jenderal Ne Win menyebabkan banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar.

(4)

4 masyarakat Myanmar mendukung masuk dan berkembangnya nilai-nilai demokrasi dan menggantikan pemerintahan Junta Militer yang selama ini berlangsung.

Hasil dari pemilihan umum pada tahun 1990 memberikan sebuah kemenangan bagi pihak pro-demokrasi yaitu NLD.7 Namun hasil dari pemilihan umum tersebut tidak diterima oleh pihak militer yang masih ingin menguasai pemerintahan Myanmar. Ketidakpuasan pihak militer pada hasil pemilihan umum berdampak pada pengasingan Aung San Suu Kyi yang merupakan pimpinan dari NLD. Pihak militer melihat bahwa Suu Kyi memiliki peranan yang signifikan terhadap keberhasilan kampanye yang dilakukan oleh NLD selama masa kampanye. Suu Kyi juga dinilai sebagai seorang tokoh yang tidak takut oleh tindakan represi yang dilakukan oleh pihak militer. Oleh karena itu, pihak militer meyakini apabila peranan Suu Kyi dibungkam, maka upaya-upaya yang dilakukan oleh kelompok pro-demokrasi tidak akan mendapatkan dampak yang cukup signifikan. Suu Kyi ditahan tidak di dalam rumah tahanan, namun penahanan Suu Kyi dilakukan di rumahnya sendiri. Pihak militer membangun pos keamanan di area rumah Suu Kyi. Beberapa pasukan militer juga di siagakan selama 24 jam untuk memastikan bahwa tidak ada akses yang dapat dilalui untuk berinteraksi dengan Suu Kyi.

Aung San Suu Kyi menjadi tahanan rumah selama sejak tahun 1989 hingga tahun 1995, dan kembali menjadi tahanan rumah pada tahun 2000 hingga 2010.8 Selama menjalani masa tahanan, Suu Kyi sama sekali tidak memiliki akses untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Bahkan saat Suu Kyi mendapatkan Nobel Peace Prize pada tahun 1991, Suu Kyi tidak mendapatkan izin untuk menghadiri pemberian penghargaan tersebut. Hingga pada akhirnya pada tahun 2002, pemerintahan Militer menyetujui memberikan kebebasan bagi Suu Kyi.9 Pembebasan Suu Kyi dianggap oleh kelompok pro-demokrasi sebagai suatu celah yang dapat digunakan untuk menjalankan demokratisasi di Myanmar. Kelompok mahasiswa, aktivis, serta agamawan menyambut pembebasan Suu Kyi dengan harapan bahwa demokratisasi akan dapat berjalan di Myanmar. Namun hal tersebut tidak bertahan lama, karena Suu Kyi kembali menjadi tahanan rumah pada tahun 2003.

(5)

5

Peran Aktor Politik Dalam Demokratisasi Myanmar

David Potter mengkategorisasikan aktor-aktor yang terlibat pada masa transisi demokrasi menjadi 2 kategori besar yang kemudian dibagi lagi menjadi 5 kategori turunan. 2 kategori besar yang dimaksud adalah aktor dari Authoritarian Coalition dan Opposition. Sedangkan 5 kategori turunan yang dimaksud adalah hardliners, softliners, opportunist, moderates, dan radicals.11 Bagan berikut ini akan memberikan gambaran mengenai pengkategorian aktor politik dalam proses demokratisasi:

Pada Authoritarian Coalition, menurut Potter terbagi menjadi dua golongan yaitu hardliners dan softliners. Golongan hardliners merupakan golongan orang-orang tidak memberikan kesempatan untuk merubah tatanan pemerintahan, aktor politik yang berada pada golongan hardliners merupakan aktor yang akan mempertahankan status quo. Sedangkan golongan softliners merupakan golongan orang-orang yang berada di pihak rezim otoriter namun masih membuka diri untuk melakukan negosiasi dan konsolidasi dengan pihak oposisi, serta masih memungkinkan untuk membuka diri pada masuknya nilai-nilai demokrasi dan liberal. Dari kategori opposition terdapat tiga golongan yaitu opportunist yang merupakan golongan yang mendukung perkembangan rezim demokrasi namun tidak memiliki komitmen yang kuat dalam keikutsertaannya. Kedua adalah golongan moderates dimana dalam golongan ini mendukung adanya demokratisasi namun tetap menghormati kedudukan kedukan aktor tradisional seperti militer. Kemudian yang terakhir adalah golongan radicals

Aktor Politik Pada Transisi

Demokrasi

Authotitarian Coalition

Hardliners Softliners

Opposition

Opportunist Moderates Radicals

(6)

6 dimana pada golongan ini sangat menginginkan adanya tranformasi demokrasi dan menentang keras adanya negosiasi dengan pihak rezim otoriter.

Dengan menggunakan penjelasan mengenai kategori-kategori aktor politik yang memiliki peranan dalam proses demokratisasi di suatu negara, maka dalam melakukan analisa terhadap proses demokratitasi yang terjadi di Myanmar dapat digolongkan secara jelas aktor-aktor yang berperan dan termasuk ke dalam kategori mana aktor-aktor tersebut. Tokoh-tokoh militer seperti Jenderal Ne Win, Jenderal Than Shwe dan Jenderal Saw Maung secara jelas dapat dikategorikan ke dalam golongan authoritarian coalition bagian hardliners. Upaya untuk tetap melanggengkan pemerintahan militer menjadi suatu contoh yang dapat membuktikan bahwa kedua tokoh tersebut merupakan golongan hardliners. Berbeda dengan Thein Sein yang saat ini menjabat sebagai Perdana Menteri Myanmar setelah pemilihan umum yang berlangsung pada tahun 2010. Thein Sein merupakan mantan anggota militer yang mengundurkan diri sebagai anggota militer dan menjadi masyarakat sipil untuk dapat mengikuti pemilihan umum di tahun 2010. Walaupun Thein Sein merupakan bagian dari authoritarian coalition yang dalam hal ini merupakan kelompok militer, namun Thein Sein dalam menjalani peerintahan masih membuka diri terhadap upaya demokratisasi yang saat ini sedang berlangsung di Myanmar. Pengunduran diri yang dilakukan oleh Thein Sein untuk melepaskan jabatan militernya merupakan sebuah bukti bahwa Thein Sein ingin berkonsolidasi dengan kelompok pro-demokrasi dan merubah tatanan pemerintahan di Myanmar agar lebih demokratis.

Pihak oposisi di Myanmar dapat tergambarkan dengan cukup jelas. Dimana kelompok yang masuk kedalam kategori oposisi di Myanmar tidak ada yang tergolong kedalam oposisi yang opportunist. Pada dasarnya kelompok-kelompok oposisi yang ada di termasuk ke dalam golongan radical. Kelompok-kelompok yang dimaksud adalah kelompok mahasiswa, aktivis, ataupun agamawan. Namun pada kenyataannya demokratisasi yang dijalani oleh Myanmar mengadopsi bentuk reforma pactada. Hal tersebut terjadi karena peran dari Aung San Suu Kyi sebagai pimpinan dari kelompok oposisi mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tindakan-tindakan yang diambil oleh kelompok mahasiswa, aktivis maupun agamawan. Dengan melihat bagaimana Suu Kyi sebagai pemimpin kelompok oposisi memilih untuk bekerja sama dengan cara masuk ke dalam parlemen pada pemerintahan Thein Sein yang merupakan mantan anggota militer, memperlihatkan bahwa Suu Kyi dapat dikategorikan sebagai kelompok oposisi golongan moderate. Walaupun kelompok oposisi lain seperti aktivis, agamawan dan mahasiswa termasuk ke dalam golongan radical, namun pada faktanya peranan Suu Kyi mampu untuk menggeser golongan oposisi tersebut kearah yang lebih moderate.

(7)

7 Myanmar. Namun dalam upaya demokratisasi yang terjadi di Myanmar terdapat satu aktor yang tidak memiliki kepentingan politik seperti aktor lainnya. Aktor tersebut adalah Michael Aris yang merupakan aktor eksternal yang mendukung proses demokratisasi di Myanmar. Michael Aris disebutkan sebagai aktor eksternal, karena menurut penulis, Aris bukan merupakan warga negara Myanmar, selain itu Aris juga tidak mengejar jabatan dalam pemerintahan Myanmar. Maka dapat dikatakan bahwa Michael Aris tidak memiliki kepentingan politik dalam upaya demokratisasi di Myanmar, namun Michael Aris memiliki kepentingan personal karena memiliki hubungan personal dengan Aung San Suu Kyi yang merupakan pimpinan dari NLD.

Peran Michael Aris terhadap demokratisasi di Myanmar adalah sebagai penghubung atau pemberi informasi terhadap keadaan politik yang terjadi di Myanmar dengan dunia internasional. Selain itu Michael Aris juga memiliki peran untuk melobby beberapa negara yang menjalankan kerjasama dengan Myanmar agar menuntut perubahan politik di Myanmar.12 Salah satu upaya yang dilakukan Michael Aris adalah dengan mendaftarkan Suu Kyi agar mendapatkan Nobel Peace Prize. Hal tersebut dilakukan oleh Michael Aris agar melalui penghargaan tersebut, dunia internasional mengetahui bagaimana keadaan politik dan pemerintahan yang terjadi di Myanmar. Selain itu Michael Aris juga menyebarkan informasi mengenai situasi yang dialami oleh Suu Kyi melalui media-media internasional. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap situasi politik di Myanmar. Dimana setelah Michael Aris mencoba untuk memberi informasi kepada dunia internasional, beberapa negara memberikan kecaman terhadap pemerintahan militer Myanmar. Selain itu terdapat juga beberapa negara yang memberikan ancaman berupa pemberhentian bantuan di bidang ekonomi apabila pemerintah Myanmar tidak melakukan demokratisasi.

Tantangan Demokratisasi Myanmar

Tantangan utama yang dihadapi oleh Myanmar pada masa transisi demokrasi saat ini adalah kembali berkuasanya rezim otoriter. Hal ini dapat terjadi karena bentuk demokratisasi yang diadopsi oleh Myanmar adalah bentuk reforma pactada dimana aktor-aktor lama yang tergabung dalam authoritarian coalition tidak sepenuhnya dipisahkan dari pemerintahan saat ini. Kelompok oposisi masih memberikan kesempatan kepada kelompok softliners untuk berkonsolidasi dalam pembentukan pemerintahan Myanmar yang demokratis. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi set back dalam pemerintahan Myanmar jika pihak pro demokrasi tidak hati-hati dalam mengawasi jalannya pemerintahan di Myanmar.

Priscilla Clapp dan Suzanne DiMaggio dalam tulisannya mengemukakan bahwa setelah adanya peruntuhan rezim otoriter di Myanmar dan adanya proses konsolidasi antara aktor lama dan aktor baru, pemerintahan Myanmar memiliki beberapa tantangan dalam menjalankan proses demokratisasi. Tantangan tersebut terbagi menjadi beberapa poin berikut ini:13

(8)

8 2. Memberlakukan aturan hukum secara tegas untuk memperkuat yuridisial.

3. Melindungi Hak Asasi Manusia (HAM)

4. Membuat rancangan terhadap suatu aturan untuk menghasilkan kesetaraan dalam etnisitas.

5. Menanamkan toleransi sosial dan agama di masyarakat. 6. Menghapuskan korupsi.

7. Mengisi kekosongan yang ada pada spektrum pemerintahan dan ekonomi, yang disebut dengan “missing midle”.

8. Memberikan manfaat serta mensosialisasikan reformasi kepada masyarakat secara luas dan menyeluruh.

9. Mengatasi permasalahan mengenai land and property rights.

10.Mengembangkan mekanisme trade-off antara pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial yang ramah lingkungan.

Pemerintahan Myanmar dibawah kepemimpinan Thein Sein bergerak ke arah pemerintahan yang lebih demokratis. Hal ini dapat dilihat bahwa Thein Sein dalam masa pemerintahannya berfokus pada rekonsiliasi atau pemaknaan ulang dari tugas serta fungsi militer. Hal ini penting untuk dilakukan karena pemerintahan otoriter yang terjadi selama lebih dari 20 tahun telah menjadikan institusi negara tersebut menjadi tidak bebas nilai. Peran utama dari militer adalah untuk menjaga pertahanan dan keamanan suatu negara dari ancaman pihak luar. Peran masyarakat dalam mempercayai tugas serta fungsi dari militer dibutuhkan. Oleh karena itu masyarakat harus menyadari bahwa pemerintah saat ini tengah berusaha untuk mengembalikan peran serta fungsi militer sebagai institusi negara yang netral dan tidak tercampur ke dalam bidang politik di Myanmar.

Kesimpulan

(9)

9 akan mendapatkan tantangan yang berbeda jika kelompok moderate yang dominan adalah dari kelompok agamawan atau ketua adat.

Selain itu dalam melihat proses transisi yang terjadi di Myanmar, analisa yang dilakukan tidak hanya berasal dari aktor-aktor politik yang memiliki kepentingan politik saja. Dalam melihat proses transisi yang terjadi di Myanmar, aktor eksternal ternyata dapat memberikan pengaruh terhadap proses transisi demokrasi. Maka dari itu, untuk melihat sebuah proses transisi demokrasi, akan lebih baik jika melihat faktor-faktor eksternal yang juga mempengaruhi. Karena faktor eksternal yang mempengaruhi proses transisi dapat menjadi suatu momen yang memiliki pengaruh signifikan terhadap upaya demokratisasi yang dilakukan oleh aktor internal negara tersebut.

1 BBC, 2013,

Myanmar Profile, diakses darihttp://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-12992883, diakses pada tanggal 19 April 2014

2

Guiller o O’Do ell da Phillippe C. “ h itter, Transitions From Authoriarian Rule: Tentative Conclusions About Uncertain Democracies, (London: The Johns Hopkins University Press, 1986) Hlm. 6

3

Scott Mainwaring, 1989, Transition To Democracy And Democratic Consolidation: Theoritical And Comparative Issues, Diakses dari

http://www.undp.org.eg/Portals/0/INT%20FORUM/Democratic%20Consolidation_Mainwaring.pdf Diakses pada tanggal 19 April 2014

4

JM Maravall dan Julia “a ta aria, Peru aha Politik di “pa yol da Prospek agi De okrasi , dala

Guiller o O’Do ell, et.al., Transisi Menuju Demokrasi: Kasus Eropa Selatan, (Jakarta: LP3ES, 1992)Hlm. 113 5

Monique Skidmore dan Trevor Wilson, Dictatorship and Decline in Myanmar,(Australia: ANU E Press, 2008), hlm. 29 diakses dari http://epress.anu.edu.au/myanmar02/pdf/whole_book.pdf diakses pada tanggal 19 April 2014

6

Ibid.,hlm.30

7

Priscilla Clapp, Building Democracy in Burma, (Washington: United State Institute of Peace, 2007), hlm. 7

8

Ardeth Maung Thawghmung, May/June 2003, Preco ditio s A d Prospects for De ocratic Tra sitio i

Bur a/Mya ar , Asia “urvey, Vol.43, No.3,hlm. 445-446

9

Priscilla Clapp, Op.Cit., hlm. 8

10

lianlilianli li, Sept 2012, Aung San Suu Kyi – The Choice (Film Dokumenter), video dilihat dari

http://www.youtube.com/watch?v=1_IjNKT_T5o dilihat pada tanggal 20 April 2014

11

David Potter, et.al., (eds) Explaining Democratization, (Milton Keynes: Polity Pressm 2005), Hlm. 15

12

lianlilianli li, Sept 2012, Aung San Suu Kyi – The Choice (Film Dokumenter), video dilihat dari

http://www.youtube.com/watch?v=1_IjNKT_T5o dilihat pada tanggal 20 April 2014

13 Priscilla Clapp dan Suzanne DiMaggio, “ustai i g Mya ar’s Tra sitio : Te Critical Challe ges, (New York:

Referensi

Dokumen terkait

Staf Badan Kelengkapan merupakan perwakilan individu dari masing-masing anggota ILMPI yang dipilih dengan mekanisme yang ditentukan oleh Pengurus Harian Nasional

Pada waring mesh size 3 mm, di awal masa peme- liharaan tidak terjadi peningkatan pertumbuhan yang signifikan, namun pada minggu ketiga terjadi per- tambahan panjang

Untuk itu peneliti ingin mengembangkan penelitian dengan judul: Pengaruh Kepemimpinan dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Maintenance Planning and Support Pertamina

Suara merupakan keseluruhan musik yang dihadirkan, kehadiran music bagi usaha bakery, restoran dan café sangat penting karena dapat memberikan peningkatan

Mendemonstrasikan dasar-dasar dan symbol pada system hidrolik  Teknik penggantian Komponen  Prosedur pengecekan hasil perbaikan  Mengumpulkan data tentang dasar-dasar system

Tingginya pendapatan yang diperoleh dari induk dengan perlakuan R1 (Rp 3.161.800) adalah disebabkan tingginya litter size sapih (9,66 ekor) yang merupakan litter size

Itulah sebabnya mengapa jika Anda didiagnosis terjangkit penyakit ini Anda harus mengajak pasangan Anda ke klinik untuk mendapatkan pengobatan juga, atau paling tidak untuk

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan positif antara pelaksanaan supervisi kepala sekolah dengan profesional guru ekonomi SMA Negeri di Wilayah Jakarta