• Tidak ada hasil yang ditemukan

HOMOGENITAS RAGAM ACAK DAN ANALISIS GABUNGAN SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA BEBERAPA LOKASI DI JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HOMOGENITAS RAGAM ACAK DAN ANALISIS GABUNGAN SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA BEBERAPA LOKASI DI JAWA TIMUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HOMOGENITAS RAGAM ACAK DAN ANALISIS GABUNGAN

SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA BEBERAPA LOKASI

DI JAWA TIMUR

Homogenity of Random Variance and Combined Analysis of

Ten Soybean Genotypes at Some Locations in The East Java

Meiyana Hikmawati

Fakultas Pertanian

Universitas SOERJO Ngawi

`

A. ABSTRAK

Soybean as agricultural commodity is very important in Indonesia. National demand of soybean for consumption increased in last years. The objectives of this research is to determine homogeneous of random variance and combined analysis ten genotypes of soybean at some locations in the East Java.

The research was conducted at Jember, Probolinggo, Mojokerto, Ngawi, Banyuwangi and Kediri. Ten Soybean genotypes were used, i.e. Burangrang, Argomulyo, Leuser, Malabar, Wilis, G 7955, G 234, 482, Lokon and 481. The research has been designed in Completely Randomized Block Design with three replication. Planting was done with two plants per hill spaced at 40 cm between rows and 10 within rows, in a 3 m x 3 m plot size. Bartlett’s test was used to analyze homogeneous of random variance or coefficient variations of error.

The result showed : (1) not all parameters are homogen for all locations. Coefficient of variation less than 20 %, so that they can be included in combined analysis. (2) Combined analysis showed there was interaction between genotype and environment for plant heigh, number of full pod per plant, number of seed per plant and seed weight per plant.

Key words : genotype, homogeneity of variance error, combined analysis

B. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tanaman kedelai dapat tumbuh di lingkungan yang luas, mulai lahan yang kurang subur dengan iklim yang kurang sesuai hingga lahan yang subur dan didukung iklim yang sesuai. Namun demikian untuk pertumbuhan optimal tidak semua kondisi dapat memberikan hasil yang optimal, bahkan sebagian besar areal produksi kedelai yang ada sebetulnya merupakan lahan yang kurang sesuai.

Keragaman sistem dalam usahatani kedelai ini juga dapat dilihat dari segi tipe lahan yang dipakai, jenis tanah, cara budidaya, sistem rotasi dan pola tanam serta musim tanamnya. Keadaan yang sangat kompleks ini memerlukan suatu tehnologi yang spesifik, salah satunya adalah penggunaan varietas unggul yang beradaptasi pada lingkungan spesifik.

Produktivitas usahatani kedelai di Indonesia masih rendah, rata-rata 1,25 ton per ha, lebih rendah dibanding dengan negara penghasil utama kedelai dunia (USA dan Brazil) yang telah mencapai rata-rata melebihi 2,0 ton per ha. Hal ini berarti produktivitas usahatani kedelai di Indonesia masih dapat ditingkatkan.

Produktivitas usahatani kedelai merupakan interaksi antara genotipe dan lingkungan (lokasi dan musim), oleh karena itu sebelum varietas baru di release di masyarakat maka perlu dilakukan uji lokasi. Hasil seleksi dari suatu lokasi dapat ditanam di lingkungan lain bila korelasi genetik hasil di kedua lingkungan tersebut sama.

Interaksi genotipe dan lingkungan (lokasi atau musim) mengisyaratkan adanya perbedaan respon maupun adaptasi genotipe yang berbeda pada lokasi / musim yang berbeda, yang penilaiannya perlu dilakukan dalam beberapa lokasi maupun musim. Dalam hal ini Falconer (1972), menyatakan bahwa hasil seleksi di suatu lingkungan dapat ditanam di lingkungan yang lain bila korelasi genetik hasil di kedua lingkungan tersebut sama atau lebih besar dari 0,80. Dengan kata lain interaksi genotipe dengan lingkungan untuk hasil tidak nyata.

Varietas yang stabil adalah varietas yang cenderung memberikan hasil tinggi sebanding dengan meningkatnya mutu lingkungan dan tidak berinteraksi dengan lingkungan. Varietas yang ideal memiliki daya penyesuaian umum, memberikan potensi hasil maksimum di

(2)

lingkungan paling produktif, dan memiliki stabilitas maksimum (Subandi, 1979).

Menurut Subandi et al., (1978), ketidakstabilan hasil suatu kultivar terhadap lingkungan biasanya ditunjukkan oleh interaksi yang tinggi antara faktor genetis dan lingkungan. Penggunaan varietas yang stabil sangat penting untuk mengurangi resiko petani yang mungkin timbul karena penanaman pada kondisi lingkungan yang berbeda. Di negara-negara yang sedang berkembang, penggunaan varietas unggul yang stabil sangat diperlukan sehubungan dengan adanya keterbatasan penguasaan teknik budidaya, keragaman kelas kesesuaian lahan, perbedaan iklim, dan sempitnya lahan usahatani.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui homogenitas ragam acak dan interaksi genotipe dan lingkungan dari sepuluh genotipe kedelai pada beberapa lokasi di Jawa Timur.

C. TINJAUAN PUSTAKA

1. Lingkungan Tumbuh dan Seleksi

Nugrahaeni, dkk (1993), menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangantanaman dipengaruhioleh faktor genetik dan lingkungan.Pada kenyataannya lingkungan produksi tidak selalu merupakan lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan tanaman, sehingga seringkali tanaman tidak mampu mengekspresikan seluruh potensi genetik yang dimilikinya. Kendala lingkungan produksi dapat berupa kendala fisik berupa kekeringan, suhu tinggi, keracunan dan kahat hara dan dapat pula berupa kendala hayati seperti hama, penyakit dan gulma. Lingkungan normal atau optimal didefinisikan sebagai lingkungan tanpa kendala. Sebaliknya dengan lingkungan satuatau lebih kendala baik berupa kendala fisik atau hayati yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman didefinisikan sebagai lingkungan berkendala.

Pemilihan tanaman melalui seleksi didasarkan atas pengukuran dan penilaian ciri tanaman yang dapat dilihat, dirasa dan diraba yaitu sosok luar atau fenotipe yang dinilai tersebut merupakan hasil gabungan pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan yang bukan genetik.Karena itu di dalam pengukuran penampilan sifat kuantitatif seperti hasil dan komponen hasil suatu tanaman dengan menggunakan parameter-parameter genetik, tergantung dari sejauh mana pengaruh lingkungan yang bukan genetik ini disingkirkan dari pengaruh genetik (Moll dan Stuber, 1974, dalam Kasno, 1986).

2. Interaksi Genotipe dan Lingkungan

Interaksi antara genotipe dan lingkungan memiliki arti yang penting dalam pemuliaan tanaman terutama dalam program seleksi, sebab diharapkan munculnya genotipe yang dapat menunjukkan keunggulan pada berbagai lokasi tanaman (Poespodarsono, 1988).

Menurut Dahlan (1992), interaksi menunjukkan perbedaan tanggapan/respon genotipe (galur/varietas) yang diuji di lingkungan yang berbeda, yang mana akan mengurangi kemajuan seleksi.Apabila dua varietas dievaluasi pada dua lingkungan tumbuh, maka ada tiga kemungkinan garis tanggapan yaitu : a). Kedua garis sejajar, b). Tidak sejajar tetapi berpotongan; varietas yang hasilnya tinggi dilingkungan pertama memberikan tanggapan positif dan yang lain tanggapannya negatif dan c). Garis tanggapan berpotongan.

Somaatmadja (1988), menegaskan dalam usaha meningkatkan produksi hasil, maka penetapan varietas yang di tanam dan perbaikan faktor-faktor lingkungan perlu diperhatikan atau dengan kata lain varietas yang diusahakan diharapkan mampu memberikan hasil yang mantap dan stabil pada berbagai kondisi lingkungan.

3. Hipotesis

Penelitian ini menggunakan hipotesis sebagai berikut :

a. Homogenitas ragam acak pada berbagai lingkungan di Jawa Timur berbeda nyata. b. Terdapat interaksi genotipe dan

lingkungan pada berbagai lokasi pertumbuhan kedelai di Jawa Timur.

D. BAHAN DAN METODE

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di 9 lokasi yaitu : Kediri, Ngawi, Jember 1, Jember 2, Probolinggo 1, Probolinggo 2, Mojokerto 1, Mojokerto 2 dan Banyuwangi (peneliti melakukan percobaan di Ngawi, sedangkan lokasi lainnya merupakan data dari para peneliti terdahulu yang digabung dengan seijin yang bersangkutan).

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2004.

2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanaman berupa sepuluh macam genotipe benih kedelai yang terdiri dari: Argomulyo, Burangrang, Leuser, Malabar, Wilis, Lokon, G7955, G234, 428, 481 yang

masing-masing mewakili kelompok sifat-sifat pertumbuhan (determinate, semideterminate, indeterminate), sifat umur tanaman, dan sifat ukuran biji. Bahan-bahan lainnya adalah: pupuk

(3)

urea, herbisida, KCl, Gandasil, TSP, regent, marshal, confidor dan atabron.

Alat-alat yang digunakan antara lain: tali, plastik, ajir, alat-alat olah tanah, alat tugal, hand sprayer, timbangan, kamera, dan alat-alat yang berhubungan dengan pemeliharaan tanaman dan panen, serta alat tulis menulis.

3. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok / RAK dengan perlakuan sebanyak sepuluh genotipe kedelai yang diulang 3 kali. Menurut Sudjana (1989), model matematis RAK adalah sebagai berikut:

Yij = ijjij

Yij = pengamatan pada genotipe ke-i, blok ke-j

rata-rata populasi

ipengaruh genotipe ke-i

jpengaruh blok ke-j

ijpengaruh genotipe ke-i blok ke-j

ij = pengaruh acak terhadap genotipe ke-i, blok ke-j

4. Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada fase generatif sampai panen dengan beberapa parameter antara lain:

1. Tinggi tanaman, diukur tinggi tanaman (cm) dari permukaan tanah sampai bagian tanaman tertinggi pada waktu menjelang panen.

2. Jumlah cabang utama per tanaman, dihitung banyaknya cabang pada batang utama pada saat menjelang panen.

3. Jumlah buku subur pada batang utama, dihitung jumlah buku yang menghasilkan polong pada batang utama, waktu menjelang panen. 4. Jumlah polong isi per tanaman,

dihitung jumlah polong isi per tanaman.

5. Jumlah biji per tanaman, dihitung seluruh biji dari setiap tanaman. 6. Berat biji per tanaman, dihitung

seluruh biji dari setiap tanaman (gram).

7. Hasil biji per petak, ditimbang berat biji per petak (gram) setelah dikeringkan dengan sinar matahari.

5. Metode Analisis

Untuk menguji digunakan analisis sebagai berikut :

a). Membuat analisis ragam RAK setiap

lokasipercobaan. Tabel 1. Sidik Ragam RAK pada Setiap Lokasi

SK db JK KT E(KT)

Genotipe g-1 JKg KTg atau M3 2 2

g

e

u

Ulangan u-1 JKu KTu atau M2

2

2

g

e

Galat (g-1)(u-1) JKe KTe atau M1 2

e

Total gu-1 JKt

Dalam hal ini pendugaan ragam adalah:

2 g

= (KTg-KTe)/u 2 e

= KTe 2 2 2 e g p

, dan Heritabilitas : 2 2 p g

H

b). Membuat tahapan pengujian yaitu :

1). Uji khi-kuadrat untuk homogenitas ragam galat dengan uji Barlett’s (Gomez dan Gomez, 1984; Steel dan Torrie, 1991), yaitu:

- penduga ragam gabungan: S2p =

k i i

k

S

1 2

- nilai Uji Khi kuadrat (X2):

X2=

}

3

/

)

1

{(

1

log

log

)(

)(

3026

,

2

(

1 2 2

kf

k

S

p

S

k

f

k i i

Dalam hal ini : f = db, dan k = ulangan

S2p = penduga ragam gabungan

2

i

S

= penduga ragam

Kriteria pengambilan keputusan : Jika X2hitung < X2(f,0,05) berarti ragam

galat percobaan antara lokasi yang satu dengan yang lain homogen.

Jika X2hitung > X2(f,0,05) berarti ragam

galat percobaan antara lokasi yang satu dengan yang lain tidak homogen.

2). Uji F, pengujian beda nyata pengaruh g dan interaksinya (gxs) yaitu:

(4)

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh genotipe dan interaksinya dengan lingkungan dibuat analisis ragam gabungan sembilan lokasi percobaan.

Analisis ragam gabungan (combined analysis) atau analisis tergabung (pooled analysis), seperti pada Tabel 2.

c). Membuat sidik ragam gabungan

Tabel 2. Sidik Ragam Gabungan Sembilan Lokasi Percobaan

SK DB KT F Hitung

Lokasi/seri (s) s-1 KTs (KTs)/(KTu) Ulangan dalam seri (u) s(u-1) KTu

Genotipe (g) (g-1) KTg KTg/(KTgxs) Genotipe x Seri (s-1)(g-1) KTgxs (KTgxs)/KTe

Galat s(u-1)(g-1) KTe

Total sug-1

Sumber : Gomez dan Gomez (1984) - F hit(g) = KTg/KTe

- F hit(gxs) = KT(gxs)/Kte Kriteria pengambilan keputusan:

Jika Fhitung < F(db,) berarti tidak ada beda

nyata antara variabel yang diperbandingkan

Jika Fhitung > F(db,) berarti ada beda nyata

antara variabel yang diperbandingkan.

d). Menentukan genotipe terbaik menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT). Menurut Gomez dan Gomez (1995), adalah sebagai berikut :

1. Membuat peringkat seluruh rataan perlakuan dengan urutan menurun (dari hasil tertinggi ke terendah)

2. Menghitung nilai standar deviasi yang sesuai dengan rancangan yang dipergunakan

3. Menghitung nilai wilayah beda nyata terpendek (t-1)

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Ragam Galat Percobaan

Berdasarkanhasil uji homogenitas ragam acak dengan menggunakan uji Bartlett menunjukkan bahwa semua variabel pengamatan berbeda sangat nyata pada batas kemungkinan 0.01 (Tabel 3). Hal ini berarti tidak dapat diuji lebih lanjut karena data tidak homogen ragam acaknya.

Tabel 3. Khi-kuadrat dan Koefisien Keragaman (KK) Beberapa Sifat Sepuluh Genotipe Kedelai yang Diuji pada Sembilan Lokasi dengan Tiga Ulangan

No. Sifat Khi-kuadrat

Koefisien Keragaman (KK %) Kka KKb

1 Tinggi Tanaman (cm) 29.426 ** 12.94 8.67 2 Jumlah Cabang Utama 12.015 ** 31.40 33.87 3 Jumlah Buku Subur pada BU 50.813 ** 9.65 12.72 4 Jumlah Polong Isi 21.341 ** 22.50 22.90 5 Jumlah Biji Per Tanaman 38.200 ** 18.93 24.71 6 Berat Biji Per Tanaman (g) 50.541 ** 10.92 10.76 7 Berat Biji Per Petak (g) 47.848 ** 23.18 19.32

**) Berbeda sangat nyata pada batas kemungkinan 0,05 (p=0,5) dan 0,01 (p=0,01)

Pada percobaan ini koefisien keragaman maksimum 33,87 persen sehingga untuk uji selanjutnya masih dapat digunakan untuk analisis gabungan. Hal ini didasarkan oleh pengalaman berbagai pihak, yang dapat disimpulkan bahwa pada percobaan ini masih mempunyai koefisien keragaman rata-rata sebesar 18.99 persen sehingga masih di bawah angka 20 persen.

Kisaran koefisien keragaman pada percobaan ini yaitu 8.67 – 33.87 persen. Koefisien keragaman yang paling rendah adalah untuk tinggi tanaman, hal ini menunjukkan bahwa tinggi tanaman kedelai relatif serentak atau hampir bersamaan. Sedangkan koefisien keragaman yang paling tinggi untuk parameter jumlah cabang utama, hal ini menunjukkan bahwa jumlah cabang utama

(5)

untuk setiap lokasi mempunyai ragam yang bervariasi atau ragamnya tidak sama antara lokasi yang satu dengan yang lain.

Uji homogenitas ini digunakan untuk uji lebih lanjut. Semakin homogenitas berarti perbedaan hanya benar-benar karena perlakuan, hal ini karena galat percobaannya sudah sama, artinya sistem percobaannya di masing-masing lokasi sudah sama.

2. Penampilan Kedelai dalam Sembilan Lingkungan Tumbuh

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4 ternyata terdapat interaksi antara genotipe dan lingkungan yang berbeda sangat nyata untuk tinggi tanaman dan jumlah polong isi, berbeda nyata untuk jumlah biji per tanaman dan berat biji per petak. Tiga sifat lainnya yaitu jumlah cabang utama, jumlah buku subur pada batang utama dan berat biji per tanaman adalah tidak berbeda nyata. Tabel 4. Sidik Ragam Tergabung Sepuluh Genotipe Kedelai dalam Sembilan Lokasi Percobaan

Sifat

Lokasi (L) Genotipe (G) G X E

Tinggi Tanaman (cm) 58.01 ** 11.28 ** 1.83 **

Jumlah Cabang Utama 30.58 ** 1.85 ns 0.82 ns

Jumlah Buku Subur pada BU 23.54 ** 8.93 ** 0.91 ns

Jumlah Polong Isi 75.60 ** 9.66 ** 1.97 **

Jumlah Biji per Tanaman 116.73 ** 11.99 ** 1.67 *

Berat Biji per Tanaman (g) 66.76 ** 59.45 ** 1.42 ns

Berat Biji per Petak (g) 104.15 ** 11.51 ** 1.64 *

F Tabel 5% 2.51 2.01 1.48

F Tabel 1% 3.71 2.86 1.74

Keterangan :

ns = berbeda tidak nyata, * berbeda nyata (p=0,05), ** berbeda sangat nyata (p=0,01)

Berdasarkan analisis gabungan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa untuk sifat yang berbeda sangat nyata dan berbeda nyata penampilan sifat tersebut pada beberapa lokasi yang diteliti tidak konsisten. Sedangkan tiga sifat lainnya yang menunjukkan interaksi genotipe dan lingkungannya tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa penampilan sifat tersebut konsisten di lokasi-lokasi percobaan yang diteliti.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa hampir pada semua sifat, kecuali untuk sifat jumlah cabang utama yang ragam genotipenya berbeda tidak nyata. Dengan demikian untuk sifat

tersebut tidak terdapat keragaman di dalam populasi yang terdiri atas sepuluh genotipe.

Untuk lebih lengkapnya secara keseluruhan pengaruh perbedaan lokasi/tempat terhadap penampilan sepuluh genotipe kedelai untuk semua sifat sebagai komponen hasil dan hasil seperti tinggi tanaman (cm), Jumlah buku subur pada batang utama, jumlah cabang per tanaman, jumlah piji per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, berat biji kering per tanaman (g) dan berat biji per petak (g) disajikan pada tabel berikut :

Tabel 5. Rataan Komponen Hasil dan Hasil dari Sepuluh Genotipe Kedelai pada Sembilan lokasi Tumbuh.

Lokasi T.Tnm (cm) J.Bk.Sbr Pd BU J.Cab/ Tnm J.Biji/ Tnm J.Plg Isi/Tnm B.BjKrg /Tnm (g) B.Bj/ Petak (g) Jbr 2 54.6 d 11.0 b 2.4 e 65.9 d 60.0 g 7.0 c 2769.9 b Prob 2 53.7 e 11.8 a 5.8 b 78.3 c 84.7 c 7.2 c 2124.3 e Mjk 2 54.5 d 11.3 b 6.3 a 45.9 h 61.4 f 4.4 e 1489.8 g Ngawi 53.2 e 10.6 c 2.7 e 61.1 e 62.0 e 7.0 c 2446.9 c Bwg 59.6 b 10.6 c 6.0 a 59.3 f 94.7 b 3.1 f 3744.8 a Kediri 31.0 f 9.4 e 5.1 c 40.9 i 48.4 i 5.1 d 804.6 i Jbr 1 63.1 a 11.2 b 3.4 d 125.5 a 132.6 a 12.2 a 2215.5 d Prob 1 58.4 c 10.0 d 5.5 c 85.5 b 64.0 d 10.0 b 1828.8 f Mjk 1 63.1 a 9.1 e 6.0 a 54.0 g 57.0 b 5.0 d 1129.7 h

(6)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa masing-masing sifat yang diamati ada perbedaan yang nyata antara lokasi yang satu dengan yang lain, perbedaan tersebut tidak sama antara sifat yang diamati sehingga menyulitkan untuk membahas lokasi mana yang paling baik. Namun secara umum Kediri memberikan hasil yang rendah seperti tinggi tanaman, jumlah buku subur, Jumlah cabang per tanaman, jumlah polong isi, jumlah biji per tanaman dan berat biji per petak.

1. Ragam Genetik

Dalam penelitian ini kisaran ragam genetik adalah 0.03 – 6.00. Ragam genetik tinggi ada

pada parameter jumlah cabang per tanaman di lokasi Probolinggo 1, hal ini berarti bahwa parameter jumlah cabang per tanaman di lokasi Probolinggo 1 tidak unggul. Sedangkan ragam genetik rendah ada pada parameter tinggi tanaman (Jember 2 dan Banyuwangi), jumlah biji per tanaman di lokasi Mojokerto 1 dan berat biji per petak di lokasi Probolinggo 1, hal ini berarti bahwa parameter tinggi tanaman (Jember 2 dan Banyuwangi), jumlah biji per tanaman di lokasi Mojokerto 1 dan berat biji per petak di lokasi Probolinggo 1 dapat diunggulkan.

Tabel 6. Ragam Genetik Sepuluh Genotipe Kedelai pada Sembilan Lokasi Percobaan

Lokasi T.Tnm J.Bk.Sbr Pd BU J.Cab/ Tnm J.Biji/ Tnm J.Plg Isi/Tnm B.BjKrg /Tnm B.Bj/ Petak Jbr 2 0.03 0.08 0.49 0.18 0.37 0.29 0.30 Prob 2 0.07 0.08 0.29 0.23 0.31 0.49 0.19 Mjk 2 0.04 0.06 0.34 0.32 0.59 0.47 0.42 Ngawi 0.04 0.10 0.44 0.13 0.51 0.33 0.14 Bwg 0.03 0.07 0.34 0.14 0.28 0.35 0.10 Kediri 0.08 0.15 0.31 0.29 0.53 0.45 0.99 Jbr 1 1.16 0.16 0.13 5.11 5.16 0.60 3.93 Prob 1 1.40 0.99 6.00 0.16 0.59 4.67 0.03 Mjk 1 1.29 0.77 0.37 0.03 0.68 1.60 0.16

4. Produktivitas Sepuluh Genotipe Kedelai di Sembilan Lokasi

Untuk mengetahui genotipe terbaik dari beberapa parameter yang ada, maka dilakukan uji

jarak berganda atau DMRT. Hasil tersebut seperti yang tertera pada tabel di bawah ini :

Tabel 7. Rangkuman Urutan Sepuluh Genotipe Kedelai Terbaik pada Beberapa Parameter Berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT 5%)

Genotip T.Tnm (cm) J.Bk.Sbr Pd BU J.Cab/ Tnm J.Biji/ Tnm J.PlgIsi/ Tnm B.Bj Krg/ Tnm (g) B.Bj/ Petak (g) A 148.06 e 26.72 c 12.15 d 149.84 c 166.81 c 19.45 def 4899.01 d B 167.29 bc 33.89 a 13.18 cd 294.38 a 250.22 a 21.48 ab 6928.36 ab C 159.07 d 32.72 ab 13.98 bcd 214.86 b 235.00 a 20.39 adcde 5584.75 c D 167.56 bc 33.85 a 15.79 ab 221.61 b 244.14 a 19.58 cdef 6985.98 a E 163.75 cd 31.51 b 14.55 bc 221.72 b 235.05 a 20.59 abcd 6612.11 ab F 148.52 d 28.36 c 13.24 cd 154.31 c 176.54 bc 20.01 bcde 5369.52 c G 172.31 ab 32.55 ab 16.44 a 215.83 b 241.33 a 18.06 f 6445.75 b H 166.58 bc 32.42 ab 14.96 abc 228.74 ab 232.34 a 21.88 a 6618.29 ab I 170.12 ab 32.36 ab 14.53 bc 171.75 c 193.73 b 18.63 ef 5440.00 c J 174.18 a 31.74 b 14.67 abc 219.75 b 232.28 a 21.33 abc 6963.60 a Berdasarkan tabel di atas secara umum

genotipe yang terbaik adalah genotipe B (Argomulyo), yaitu mempunyai tiga sifat unggul pada parameter jumlah buku subur pada batang

utama, jumlah biji per tanaman dan jumlah polong isi per tanaman. Disusul genotipe D (Malabar) pada urutan ke dua yang unggul pada parameter jumlah buku subur pada batang utama,

(7)

jumlah cabang per tanaman dan jumlah polong isi per tanaman. Sedangkan genotipe yang terendah adalah genotipe A (Burangrang) untuk semua parameter kecuali parameter berat biji kering per tanaman genotipe terendah adalah genotipe G (G 234).

F. KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan serta analisis yang digunakan terhadap sepuluh genotipe kedelai di sembilan lokasi dapat disimpulkan sebagai berikut .

2. Hasil pengujian homogenitas ragam acak menunjukkan bahwa untuk semua sifat yang diamati tidak homogen, karena ragam acak untuk masing-masing lokasi dan gabungannya kebanyakan masih di bawah 40 % maka analisis gabungan tetap dapat dilakukan.

3. Berdasarkan analisis gabungan, terdapat interaksi antara genotipe >< lingkungan

: dua sifat yang berbeda sangat nyata yaitu tinggi tanaman dan jumlah polong isi, dua sifat berbeda nyata untuk sifat jumlah biji per tanaman dan berat biji per petak.

4. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Genotipe dan interaksi genotipe >< lingkungan pada pada umumnya berbeda nyata, oleh karena itu petani diharapkan berhati-hati dalam memilih varietas kedelai yang akan ditanam, perlu dicari kesesuaian varietas tersebut dengan kondisi lingkungan yang akan ditanaminya.

2. Ragam genetik terendah ada pada parameter jumlah buku subur pada batang utama di lokasi Mojokerto 1, tetapi perlu ada pengujian lebih lanjut mengenai genotipe apa yang mempunyai ragam genetik terendah.

G. DAFTAR PUSTAKA

Eberhart, S.A. and W.A. Russell, 1966. Stability for Comparing Varieties, Crop. Sci. 6: 36-40.

Finlay, K.W., and G.N. Wilkinson. 1963, The Analysis of Adaptation in a Plant Breeding Progdrame. Aust. J. Agric. Res. 14: 742-745.

Gomez, K.A, and A.A. Gomez, 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research 2nd Edt. John Wiley and Sons, Inc. 680 p.

________, 1992. Pemuliaan Tanaman Kacang-kacangan. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman I. Perhimpunan Pemuliaan tanaman Indonesia (PPTI) Komda Jatim. Hal: 39-79.

________, 1993, Pengembangan Varietas Kacang Tanah, Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Malang, Hal: 31-66.

Nasrullah, 1981. A Modified Procedur for Identifying Varietal Stability. Asgric. Sci. 546: 153-159.

________. 2003, Merancang Sebuah Penelitian, Program Pasca Sarjana Univ. Jember. Makalah Seminar. Tidak dipublikasikan.

Perkins., J.M. and J.L. Jinks. 1968. Enviromental and Genotype Enviromental Component of Variability. III. Multiple Lines ande Crosses. Heredity. 23: 339-356.

Poespodarsono, S. 1988, Pemuliaan Tanaman I, Faperta Univraw, Malang, Hal 150-156.

Singh, R.K. and B.,P. Chaudhary, 1979. Biometrical Method in Quantitative Genetics Analysis, Kalyan Publishery, New Delhi.

Steel. R. G.D., and J.H. Torrie, 1991, Principle and Procedures of Statistics a Biometrical Approanch. McGrawhill International Book Company, London, 748 pages.

______, 1979, Yield Stability of Nine Early Maturating Vbarieties of Corn. Counter.Centr. Res.Inst. Agric. Bogor, No. 53: 1-11.

______, 1982. Genotype-Enviroment Interactions in Corn Variety Test. Contr. Centr. Res. Inst. Food Crops Bogor, Noi. 65: 1-9.

Sumarno, 1984. Penyediaan Benih Berdasarkan Adaptasi Varietas Kedelai Pada Agroklimat Spesifik. Prosiding Lokakarya Sistem Produksi dan Peningkatan Benih di Jawa Timur. JIOCA-BBI-DIPERTA, Hal: 1-12.

(8)

Gambar

Tabel 1. Sidik Ragam RAK pada Setiap Lokasi
Tabel 3. Khi-kuadrat dan Koefisien Keragaman (KK) Beberapa  Sifat Sepuluh Genotipe Kedelai yang Diuji  pada Sembilan Lokasi dengan Tiga Ulangan
Tabel 4.   Sidik Ragam Tergabung Sepuluh Genotipe Kedelai dalam Sembilan Lokasi   Percobaan
Tabel 7.   Rangkuman Urutan Sepuluh Genotipe Kedelai Terbaik pada Beberapa Parameter Berdasarkan  Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT 5%)

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara lebih berorientasi pada pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, melakukan penelitian- penelitian yang bermanfaat

panggang substitusi tepung koro pedang termodifikasi disebabkan karena koro pedang memiliki kadar sianida yang cukup tinggi, sehingga semakin banyak tepung koro

Kebijakan-kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan oleh Perseroan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian diterapkan secara konsisten dengan yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol rimpang bangle ( Zingiber cassumunar Roxb.) terhadap gambaran histopatologi hati

Terdapat empat motif yang didapat dari penelitian ini, diantaranya adalah (1) Motif untuk menemukan informasi, mahasiswa Ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil analisis menggunakan program Response-2000 dan metode pias dengan hasil eksperimen terhadap balok beton

dikatakan bahwa tidak adanya perubahan yang signifikan pada peningkatan motivasi belajar, dimana hipotesis nol (Ho) yang diajukan bahwa ada perbedaan antara kelompok

Dalam penelitian ini, akan dikaji lebih lanjut dengan menggunakan metode terbaru yaitu percampuran batu kapur (limestone) dengan bahan bakar batubara kualitas