• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMEROLEHAN MORFEM ANAK USIA 2 TAHUN SAMPAI 2 TAHUN 6 BULAN (THE MORPHEME ACQUISITION OF 2 UP TO 2 YEARS OLD AND A HALF KIDS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMEROLEHAN MORFEM ANAK USIA 2 TAHUN SAMPAI 2 TAHUN 6 BULAN (THE MORPHEME ACQUISITION OF 2 UP TO 2 YEARS OLD AND A HALF KIDS)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMEROLEHAN MORFEM ANAK USIA 2 TAHUN SAMPAI 2 TAHUN 6

BULAN

(THE MORPHEME ACQUISITION OF 2 UP TO 2 YEARS OLD AND A HALF

KIDS)

Sri Mauliani dan Zulkifli

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjend. H. Hasan Basry, Kampus Kayu Tangi, Banjarmasin, Kode Pos 70123, e-mail

zulkifli_musaba@yahoo.com Abstract

The Morpheme Acquisition of 2 Up to 2 Years Old and a Half Kids. The study was

limited in the scope of his language skills, especially in the morpheme children at age 2 years to 2 years 6 months. In addition, some parents are still many do not keep up with her well-spoken language development in behavior and development. This study used a qualitative descriptive method. The study was done in order to determine the form of morphemes the child, the child form of words that are strung together in a sentence one word to two word sentences at age 2 years to 2 years 6 months. The research data is a morpheme; free and bound. Techniques used in data collection is provocation, tapping, see the good involved, records and technical notes. The data generated is 150 children and 15 free morpheme bound morpheme. Obtained free morphemes more children than the bound morpheme. (1) being acquired morpheme children at age 2 years to 2 years 6 months, a free morpheme and bound morpheme, (2) form morpheme obtained free of children at age 2 years to 2 years 6 months, (3) form bound morpheme obtained by children at age 2 years to 2 years 6 months, and (4) morpheme form obtained from the speech one word or two-word utterances. Children‟s ability to obtain the child‟s morpheme to be assembled into one-word utterances and the utterances of two words, even capable of using morpheme as child speech in everyday language.

Keywords: free morphemes, bound morphemes, speech. Abstrak

Pemerolehan Morfem Anak Usia 2 Tahun sampai 2 Tahun 6 Bulan. Penelitian ini

dibatasi pada ruang lingkup keterampilan berbahasa anaknya khususnya pada morfem anak yang pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan. Selain itu, masih banyak sebagian orang tua tidak mengikuti perkembangan anaknya baik perkembangan bahasanya dalam bertutur dan perkembangan tingkah lakunya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui wujud morfem anak, wujud kata yang dirangkai anak pada kalimat satu kata menjadi kalimat dua kata pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan. Data penelitian ini berupa morfem; bebas dan terikat. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pancingan, sadap, simak libat cakap, rekam dan teknik catat. Data yang dihasilkan anak adalah 150 morfem bebas dan 15 morfem terikat. Morfem bebas lebih banyak diperoleh anak daripada morfem terikat. (1) wujud morfem yang diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan, berupa morfem bebas dan morfem terikat; (2) wujud morfem bebas yang diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan; (3) wujud morfem

(2)

terikat yang diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan; dan (4) wujud morfem yang diperoleh dari ujaran satu kata atau ujaran dua kata. Kemampuan anak dalam memperoleh morfem bebas dan morfem terikat dari ujaran satu kata dan ujaran dua kata, bahkan mampu menggunakan morfem sebagai ujaran anak dalam bahasanya sehari-hari.

Kata-kata kunci: morfem bebas, morfem terikat

PENDAHULUAN

Bahasa tidak hanya dimiliki oleh anak remaja, anak dewasa, orang tua, maupun orang yang lanjut usia, tetapi dapat dimilki juga oleh anak-anak yang di bawah umur; anak balita. Bahasa yang diperoleh anak di bawah umur biasanya pertama kali muncul dari orang-orang yang ada di sekitarnya atau yang sangat dekat dengannya, misalnya orang tuanya atau kakaknya. Morfologi merupakan bagian dari linguistik yang dimana di dalamnya ada yang membahas tentang morfem. Morfem sama halnya dengan morfologi yang bagian dari linguistik, sedangkan morfem merupakan bagian dari morfologi yang berupa satuan terkecil yang mempunyai makna atau melambangkan bunyi dari suatu kata dasar atau kosakata.

Dalam setiap bahasanya, morfem mempunyai klasifikasi yang berdasarkan kriterianya, yaitu berdasarkan kebahasaannya, keutuhannya, dan kebermaknaannya. Dari kriterianya, morfem dapat dibedakan, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas dan morfem terikat sama halnya dengan morfem utuh dan morfem terbagi. Morfem bebas bagian dari morfem utuh, dimana makna dalam satu kata dapat berdiri sendiri, sedangkan morfem terikat bagian dari

morfem terbagi, dimana makna dalam satu kata tidak dapat berdiri sendiri harus ada yang

mendampinginya dalam satu kata terdiri dua bagian yang terpisah.

Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup keterampilan berbahasa anaknya khususnya pada morfem anak yang pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan. Dari keterampilan itu peneliti dapat melihat kemampuan bahasa anak dari morfemnya beserta paparan yang telah anak ucapkan atau ungkapkan dari kata atau kosakatanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui wujud morfem yang diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan, baik morfem bebas maupun morfem terikat. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui wujud anak dalam memperoleh morfem dari ujaran satu kata dan ujaran dua kata itu yang digunakan anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan.

Penulis melakukan penelitian ini melalui pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui wujud morfem yang diperoleh anak, wujud morfem yang diperoleh anak dari ujaran satu kata atau ujaran dua kata pada anak usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan. Penulis melakukan penelitian ini dengan cara mengobservasi langsung, wawancara singkat (pancingan) dan simak catat kepada anak usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan. Penelitian ini juga diteliti dengan menggunakan bantuan media. Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah Tape Recorder yang lebih kita kenal dengan media rekaman. Media rekaman digunakan peneliti untuk merekam data-data yang ada pada anak sebagai objek yang diteliti. Selain Tape Recorder peneliti juga menggunakan Handphone sebagai alat bantu perekam yang lain tetapi peneliti juga menyediakan kertas dan pulpen untuk menyimak sambil mencatat data yang diperoleh anak tersebut. Penelitian ini tidak semata-mata dilakukan dengan cara merekam semua ucapan atau tuturan dari anak agar mendapatkan datanya, tetapi peneliti juga bisa melakukan observasi dengan pancingan (wawancara) langsung kepada

(3)

anak yang diteliti dan melakukan teknik sadap, simak libat cakap, rekam dan catat terhadap anak, tetapi bagi anak yang tidak mau bicara langsung atau tidak mau dipancing bicara atau diajak bicara. Anak bisa saja tidak mau berbicara langsung dengan orang yang mengajaknya bicara dikarenakan anak tidak akrab atau kurang akrab dengan orang yang mengajak bicara, dalam artian anak belum terbiasa terhadap orang yang baru anak kenal. Anak bisa juga malu terhadap orang yang mengajaknya bicara, dan anak bisa juga mengetahui apa yang dibawa orang yang mengajak dia bicara (alat medianya) sehingga anak itu hanya terfokus melihat ke arah alat orang yang bicara tadi, dengan cara simak catat salah satu alat alternatif lainnya untuk mencari data-datanya yaitu berupa morfem, wujud morfem yang diperoleh dari ujaran satu kata dan ujaran dua kata yang digunakan anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan. Selain itu, penulis dapat melihat morfem apa yang diucapkan anak. Morfem yang diucapkan anak termasuk morfem bebas atau morfem terikat.

Psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing-masing berdiri sendiri, dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun, keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa. Dengan demikian, cara dan tujuannya juga berbeda (Chaer, 2009: 5). Bahasa mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam penguasaan dan pengembangan bahasa harus memerlukan proses, yaitu secara bertahap atau berjenjang. Bahasa bisa juga disebut sebagai alat komunikasi yang digunakan manusia. Bahasa digunakan sebagai alat berinteraksi, bekerjasama, dan mengidentifikasi diri antara yang satu dengan yang lainnya. Morfologi adalah suatu cabang ilmu linguistik yang membicarakan tentang morfem dan kombinasinya serta proses suatu morfem itu dibentuk menjadi sebuah kata. Morfem adalah bentuk linguistik yang paling kecil. Morfem merupakan satuan terkecil dari linguistik yang tidak bisa dibagi-bagi maknanya atau bagian dari morfologi yang berupa satuan terkecil yang mempunyai makna. Morfem bebas, yaitu suatu bagian dari morfologi yang di dalamnya mengkaji salah satu morfem yang mampu berdiri sendiri dalam suatu ujaran yang tanpa terikat dengan satuan yang lainnya, sedangkan morfem terikat, yaitu termasuk bagian morfologi juga yang di dalamnya menkaji salah satu morfem lagi tetapi tidak mampu berdiri sendiri tanpa satuan yang lainnya. Perbedaan antara morfem bebas dengan morfem terikat sangat terlihat dari maknanya salah satunya ada yang mampu berdiri sendiri tanpa satuan lain dan ada yang tidak mampu berdiri sendiri tanpa satuan yang lainnya. Verhaar (1984: 52-53) menjabarkan dalam bukunya bahwa morfem bebas dapat “berdiri sendiri”, yaitu bisa terdapat sebagai suatu “kata”, sedangkan morfem terikat tidak terdapat sebagai kata tetapi selalu dirangkaikan dengan satu atau lebih morfem yang lain menjadi satu kata.

Tabel morfem bebas yang diperoleh anak dalam Bahasa Banjar: Morfem Bebas

Kata (morfem) Anak Bahasa Banjar Bahasa Indonesia a kam gal wan aa ikam tinggal lawan bapa kakak kamu

tinggal (tidak dibawa) dengan

(4)

eppa emma ku etu epat ede kit enggang ayin eles embing da am mi e moll etor embok etal ekar pa empun endah bis mama aku/unda satu empat bu‟de/acil sakit pinggang karin meles kambing ada makan mie ke mall motor lombok gatal nukar apa ampun indah habis bapak ibu aku/saya satu (angka) empat bu‟de/bibi/tante sakit pinggang

karin (nama orang) bimbel kambing/domba ada makan mie ke (menuju) tempat belanja mobil (mainan) cabe gatal beli

apa (tanya; menjawab) punya

tidak mau habis (tidak ada)

Morfem terikat merupakan morfem yang tidak bisa berdiri sendiri dan yang selalu terikat dengan satuan lain untuk membentuk ujaran.

Tabel morfem terikat yang diperoleh anak dalam Bahasa Banjar: Morfem Terikat

Kata (morfem) Anak Bahasa Banjar Bahasa Indonesia dingnya awani enanan yingan likan adingnya kawani mainan guringan bulikan adiknya temani bermain tiduran pulangan

(5)

Masa Ucap Dua Kata atau Ujaran Dua Kata

Masa ucapan dua kata atau Ujaran dua kata ini berpengaruh dari usia anak. Sebelum terjadinya ucapan dua kata ada ucapan satu kata, dimana seorang anak hanya mengucapkan satu kata saja, walau dalam satu kata mempunyai pengertian atau makna yang luas bagi anak, tergantung kita sebagai orang dewasa memahami atau merespon kata/kosakata anak tersebut.

[1] Contoh ujaran satu kata

(BA) Haadiy: “emma” (sambil menjulurkan kedua

tangannya).

(MBBB) Haadiy: “Mama” (sambil menjulurkan kedua

tangannya).

(MBBI) Haadiy: “Ibu” (sambil mengulurkan kedua

tangannya).

Ujaran satu kata biasanya terjadi pada usia 1 tahun 6 bulan sampai 2 tahun, sedangkan ujaran dua kata terjadipada usia anak memasuki 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan. Ujaran dua kata ini ditandai dengan pembendaharaan kata anak sampai dengan rentang 50-100 kata.

Menurut Mar‟at (2009) pada ujaran dua kata, biasanya anak-anak sudah mulai membuat kalimat yang terdiri dari dua kata dan kata yang dipergunakannya itu pada umumnya masih berupa dua kata dasar yang dihubungkan. Jadi, terlihat belum adanya imbuhan-imbuhan pada kata dasar yang dapat menimbulkan perbedaan arti kata.

[2] Contoh ucapan dua kata atau ujaran dua kata

(BA) Haadiy: “da dingnya” (sambil maingkuti parut acilnya). (BB) Haadiy: “ada adingnya” (sambil maingkut parut acilnya).

(BI) Haadiy: “Ada adiknya” (sambil memegang perut bibinya/bu‟denya). [3] Contoh ujaran yang lebih dari dua kata

(BA) Haadiy: “aci na a, likan!” (sambil menarik tangan aanya). (BB) Haadiy: “kasi nah a, bulikan!” (sambil menarik tangan

aanya).

(BI) Haadiy: “cepatan kak, pulang!” (sambil menarik tangan

kakaknya).

Dari contoh di atas morfem yang lebih dua kata, anak sudah pandai memainkan kata atau kosakata yang anak peroleh sebelumnya walaupun kosakata atau ujaran yang anak ucapkan tidak penuh tetapi hanya setengahnya saja (akhir kata yang diambil). Tetapi, anak sudah membuktikan potensinya dan kemampuanya dalam bertutur, dan semua itu tidak sesuai dengan tahapan linguistik, kembali ke potensi anak masing-masing.

(6)

Tahapan Linguistik

Pada tahapan pralinguistik pemerolehan bahasa anak menyerupai bahasa orang dewasa. Maka, pada tahap ini anak mulai mengucapkan bahasa yang menyerupai ujaran orang dewasa. Para ahli psikolinguistik membagi tahap ini ke dalam lima tahapan, yaitu:

Tahap Linguistik I

Pada tahap ini usia anak 1 sampai 2 tahun termasuk tahap ujaran satu kata (tahap holofrastik).

Tahap Linguistik II

Pada tahap ini usia anak 2 sampai 3 tahun termasuk tahap ujaran dua kata. Tahap Linguistik III

Pada tahap ini usia anak 3 sampai 4 tahun termasuk tahap pengembangan tata bahasa.

Tahap Linguistik IV

Pada tahap ini usia anak 4 sampai 5 tahun termasuk tahap tata bahasa menjelang dewasa/prabahasa.

Tahap Linguistik V

Pada tahap ini usia anak 5 tahun termasuk tahap kompetensi penuh. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif atau memaparkan pemerolehan morfem pada anak usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan. Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena dengan pendekatan kualitatif menghasilkan suatu data deskriptif, yaitu data-data yang dihasilkan berupa kata-kata yang tertulis maupun lisan dari seseorang atau orang-orang dari suatu perilaku yang diamati penulis atau peneliti. Metode kualitatif adalah: "sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati" (Moleong, 1991: 3).

Pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif ini digunakan penulis dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan suatu wujud morfem yang diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan. Selain itu, untuk mendeskripsikan suatu wujud morfem bebas (morfem utuh) dan morfem terikat (morfem terbagi) yang diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan.

Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan permukiman yang diteliti penulis, yaitu di jalan Teluk Tiram Darat Komplek Cempaka Sari IV Jalur 1 No. 2 RT 18 RW 06 Kelurahan Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat Kalimantan Selatan. Tempat tersebut merupakan rumah tempat tinggal Haadiy. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan awal Juni 2011 sampai bulan awal Desember 2011. Pengumpulan data ini dilakukan selama 6 bulan. Dalam penelitian ini data utamanya adalah berupa kata-kata; morfem; kosakata yang diucapkan atau dituturkan atau diperoleh anak yang bernama Haadiy. Data tersebut berisi morfem bagian dari kosakata; morfem bebas bagian dari morfem utuh, morfem terikat bagian dari morfem terbagi, dan wujud morfem yang diperoleh dari ujaran satu kata dan ujaran dua kata yang digunakan anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan.

(7)

Seorang anak yang bernama Muhammad Rahmat Haadiy yang berusia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan ini merupakan objek dalam penelitian ini. Objek penelitian ini merupakan anak, yaitu adik penulis. Muhammad Rahmat Haadiy merupakan anak dari Miskal dan Salmah, Haadiy anak ke tiga dari tiga bersaudara, yaitu Sri Mauliani dan Masriah, sedangkan, yang menjadi data yang diteliti adalah morfem yang diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan.

Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen sekaligus sebagai pengumpul data dan kedudukannya sebagai pengamat penuh atas segala hal atau sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Seorang peneliti juga mempunyai peran penting atau memegang peran kunci dalam proses pengumpulan data, penganalisisan data, maupun dalam penyimpulan temuan penelitian. Selain itu, peneliti juga dilengkapi dengan lembar observasi, akta kelahiran anak, kartu keluarga, dan daftar pertanyaan pancingan.

Dalam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik, yaitu teknik pancingan (wawancara), teknik sadap, teknik simak libat cakap, dan teknik simak catat. Dalam teknik pengumpulan saat ini, penggunaan teknik simak libat cakap, rekam dan catat lebih mendominasi kegiatan pengumpulan data dalam kajian ini. Penulis melakukan simak libat cakap, rekam, dan catat terhadap anak berbagai kegiatan anak dalam melakukan aktivitasnya di dalam rumah maupun di luar rumah. Untuk mendapatkan data tersebut, penulis melakukan perekaman. Dalam konteks itu, penulis berusaha mendapatkan rekaman tersebut sebanyak mungkin dari hasil proses komunikasi sendiri maupun komunikasi dengan penulis saat tidak disadari anak saat bercakap.

Dalam melakukan perekaman, penulis menggunakan alat perekam berupa tape recorder. Di samping itu, penulis melengkapi dengan rekaman lain, yaitu berupa handphone untuk mendapatkan hasil rekaman yang dapat didengar. Selain dengan alat perekam, penulis juga menyediakan kertas dan pulpen untuk alat catat sampingannya. Sumber data, anak yang menjadi target cenderung tidak mengetahuinya bahwa tuturannya direkam sehingga proses perekaman tidak berdampak kepada kealamiahan data. Perekaman data dilakukan selama 6 bulan, yaitu mulai awal bulan Juni 2011 sampai awal Desember 2011. Dari hasil perekaman itu, kemudian dilakukan transkripsi. Selain melakukan perekaman, peneliti juga membuat catatan lapangan.

Teknik rekam dan simak dilakukan peneliti ketika anak berbicara sendiri saat anak sedang bermain di dalam rumah, sedangkan teknik catat digunakan saat anak mulai bertanya kapada peneliti tentang apa yang baru dilihat anak dan didengar anak. Teknik catat ini menggunakan gabungan pancingan (wawancara) tanya jawab dari ingatan penulis dan alat perekam, walaupun secara singkat tanya jawab itu.

HASIL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak pada uia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan, mampu memperoleh morfem. Morfem yang diperoleh anak berupa morfem bebas yang merupakan bagian dari morfem utuh dan morfem terikat merupakan bagian dari morfem terbagi. Pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan, berdasarkan penelitian bahwa anak lebih banyak memperoleh morfem bebas dari pada morfem terikat. Lebih banyaknya morfem bebas yang

(8)

diperoleh dikarenakan mudahnya morfem yang direkam anak di otaknya dan mudah untuk diucapkannya.

PEMBAHASAN

Wujud Morfem Bebas yang diperoleh Anak pada Usia 2 Tahun sampai 2 Tahun 6 Bulan Pada umumnya morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan, seperti yang diperoleh anak yang bernama Haadiy ini pada usia 2 tahun samapi 2 tahun 6 bulan. Berdasarkan hasil penelitian, seorang anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan banyak memperoleh morfem bebas dari pada morfem terikat. Morfem bebas itu diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan, dikarenakan mudahnya seorang anak dalam berujar morfem bebas hingga mampu atau dapat diambil kata akhirnya saja.

Wujud Morfem Terikat yang diperoleh Anak pada Usia 2 Tahun sampai 2 Tahun 6 Bulan

Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Semua imbuhan dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Berdasarkan dengan penelitian yang diperoleh, bahwa morfem terikat lebih sedikit dihasilkan anak daripada morfem bebas. Anak lebih mampu melafalkan morfem bebas daripada morfem terikat. Jadi, morfem terikat merupakan morfem yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa satuan yang lainnya, morfem terikat ini harus bergandeng antar morfem yang satu dengan satuan yang lainnya dan hasil yang diperoleh anak sedikit daripada morfem bebas.

Wujud Morfem (Kata) yang diperoleh Anak dalam Ujaran Satu Kata dan Ujaran Dua Kata

Kata pertama yang dihasilkan anak akan diucapkan anak lagi untuk disusul oleh kata kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Keistimewaan kata-kata yang diucapkan anak biasanya dapat ditafsirkan sebagai sebuah ujaran yang bermakna. Walaupun ujaran yang dihasilkan anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan singkat tetapi mempunyai makna. Bicara atau tuturan anak yang pertama kalinya muncul mengandung suatu makna tersendiri bagi anak karena kata yang mengandung makna itu terdiri atas ujaran satu kata. Tetapi bukan anak saja yang mempunyai makna tersendiri atas kata atau tuturan yang diucapkan anak, orang tua juga mempunyai makna tersendiri untuk memahami anaknya agar tuturan atau ujaran yang disampaikan anaknya tercapai dan mudah untuk dipahami orang-orang yang ada di sekitarnya khususnya orang tuanya.

Kata yang pertama kali muncul oleh anak adalah ujaran yang diambil anak dari ucapan orang dewasa. Ujaran yang diambil anak tersebut biasanya ujaran yang sering diucapkan oleh orang dewasa dan yang sering didengarnya atau yang sudah diakrabi yang tidak asing didengar oleh anak tersebut. Ujaran tersebut seperti orangnya maupun nama orangnya, mainan, binatang piaraan atau binatang yang ada di sekitarnya, makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya.

(9)

Misalnya:

Ujaran satu kata yang diperoleh anak.

[4] (BA) “cu”

(BB) “susu”

(BI) “susu”

Ujaran dua kata yang diperoleh anak.

[5] (BA) “ku.am”

(BB) “aku makan”

(BI) “aku makan”

Ujaran yang lebih dua kata yang diperoleh anak.

[6] (UK. BABB) “Awat.ku.enjok.tan”

(UK. BB) “Pesawat aku beronjokkan” (UK. BI) “Pesawat aku tabrakkan”

Ujaran yang berupa pertuturan singkat anak dengan kakaknya disaat baru selesai mandi. [7] Anak : “yang ekar tu?”

(„yang beli itu?‟) Kakak : “nukar apa?”

(„beli apa?‟) Anak : “yang ekar tu?”

(„yang beli itu?‟) Kakak : “apa?”

(„apa?‟) Anak : “awat eter”

(„pesawat holikopter‟) Kakak : “yang mana?”

(„yang mana?‟) Anak : “yang ekar”

(„yang beli‟)

Kakak : “pabila Haadiy nukar?” („kapan Haadiy beli?‟) Anak : “tadi tu, ma yang awi tu na”

(„baru tadi, mama yang kerja itu‟) Kakak : “kena ja”, (bahinip satumat

kakanaknya sambil malihati bupet

muka)

“ada lah?”

(„nanti saja‟), („diam sebentar

anaknya sambil melihat lemari

depan„)

(10)

Anak : “ada ai tu nah, tu nah” (sambil manunjukakan tangan ka

arah bupet muka)

(„ada kok itu, itu‟) („sambil menunjukkan telunjuk tangannya ke arah lemari depan‟)

Kakak : “oh ini kah” (sambil maambil wan

menampaikan mainannya) („Ooh ini ya‟) („sambil

mengambilkan memperlihatkan mainannya‟)

Dapat disimpulkan bahwa bentuk penyataan maupun pertanyaan mampu anak kuasai dengan respon yang baik juga. Ini suatu pertanda bahwa semakin bertambah usia anak semakin banyak kata-kata yang anak kembangkan semakin bagus juga hasil yang didapatkan. Berdasarkan dengan penelitian yang diperoleh, dari kedua morfem itu yang sering dikeluarkan anak atau yang dihasilkan anak adalah lebih banyak morfem bebas daripada morfem terikat. Selain itu juga anak mampu memperoleh pengulangan kata dasar (reduplikasi) walaupun tidak banyak hanya sebagian kecil saja anak peroleh. Karena seringnya mengucapkan kata secara berulang anak akan mampu menguasai bahasa ke tahap berikutnya yang lebih bagus.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, sesuai penelitian ini dapat ditarik simpulan, yakni menemukan bahwa bentuk wujud morfem (kata) yang diperoleh anak dan ujaran singkat atau pendek yang diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan dilihat secara langsung dan tidak langsung dilakukan, juga terkait dengan latar belakang dan usia. Bentuk morfem yang dikeluarkan atau yang dihasilkan anak yang bernama Haadiy adalah morfem bebas, morfem terikat, dan ujaran singkat yang diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan. Dari hasil penelitian menghasilkan sebuah data yang berupa morfem, morfem bebas, morfem terikat, ujaran satu kata, dan ujaran dua kata sebagai berikut.

1. Wujud morfem yang diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan, berupa morfem bebas dan morfem terikat.

2. Wujud morfem bebas yang diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan lebih banyak dihasilkan, diantaranya morfem emma „mama‟, eppa „bapak‟, aa „kakak‟,

aman „nyaman‟, atah „patah‟, etor „motor‟.

3. Wujud morfem terikat yang diperoleh anak pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan

lebih sedikit, diantaranya morfem yingan „tiduran, likan „pulangan‟, enanan „mainan‟,

waknya „ikannya‟, bilkan „ambilkan‟.

4. Wujud morfem yang mampu diperoleh anak dari ujaran satu kata dan ujaran dua kata pada usia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan, diantaranya ujaran satu kata adalah morfem ku „aku‟, num „minum‟, cu „susu‟, dan ujaran dua kata yang diperoleh anak, diantaranya “ta

uit‟, yang artinya “minta duit” atau “minta uang”, morfem yang diperoleh adalah ta „minta‟, uit „duit(uang)‟ sedangkan ujaran lebih dua kata, diantaranya “ku num cu”, yang

artinya “aku minum susu”, morfem yang diperoleh adalah ku „aku‟, num „minum‟, cu

(11)

Saran

Mengacu pada temuan penelitian di atas, peneliti menyarankan kepada orang tua atau orang-orang yang ada di sekitar anak (kakak dan pihak keluarga yang dekat dengan anak) memberikan perhatian khusus atau lebih dan memberikan pengajaran benar buat anak-anaknya yang berusia 2 tahun sampai 2 tahun 6 bulan, serta memberikan motivasi kepada anak agar anak mampu menempuh tahap-tahap berikutnya seperti tahap tata bahasa menjelang dewasa/prabahasa dan tahap kompetensi penuh. Masih banyak sebagian orang tua tidak mengikuti perkembangan anaknya baik perkembangan bahasanya dalam bertutur dan perkembangan tingkah lakunya agar anak memperoleh bahasanya sesuai dengan tahapan usianya. Mengingat akan keterbatasan penulis dalam penelitian ini, kiranya perlu dilakukan penelitian sejenis dengan tempat dan karakteristik yang berbeda dengan cakupan bahasan yang lebih luas mengenai morfem anak atau kiranya tentang kemampuan anak dalam merangkai kata menjadi kalimat dua kata yang lebih baik.

(12)

DAFTAR RUJUKAN

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.

Mar‟at, Samsunuwiyati. 2009. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika Aditama. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Verhaar, J. W. M. 1999. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas

Gambar

Tabel morfem bebas yang diperoleh anak dalam Bahasa Banjar:
Tabel morfem terikat yang diperoleh anak dalam Bahasa Banjar:

Referensi

Dokumen terkait

Biaya merepresentasikan investasi yang penting untuk menangkap nilai atau keuntungan- keuntungan dari proyek-proyek yang diajukan. Unit-unit TI atau bisnis bisa saja

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Analisis Proses

Immobilisasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan hasil korosi perunggu yang disebabkan oleh klorida (Sudiono, 1993 : 307). Kelebihan dari

Dari gambar 4.12 sampai dengan 4.15 dapat dilihat bahwa saat tidak dihubungkan dengan jala-jala listrik sistem mampu mengirim dan menerima data dengan baik pada kecepatan

Kriteria investasi yang digunakan untuk mengukur kelayakan investasi terdiri dari metode nilai bersih sekarang (NPV), metode tingkat pengembalian internal (IRR) dan rasio

• Sebagai contoh bila dikatakan Percentile ke‐ 95 dari suatu pengukuran tinggi badan berarti bahwa 95% populasi merupakan data tinggi badan yang bernilai sama atau lebih rendah

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis kayu alternatif pengganti kayu pokhout sebagai bantalan poros propeller, dengan proses impre!:,rnasi untuk

Proses pengenalan karakter plat nomor kendaraan bermotor dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu akuisisi citra, pra proses yang meliputi grayscale, binerisasi, segmentasi,