• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spesifikasi Teknis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Spesifikasi Teknis"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

B

AB. XI

S

PESIFIKASI

T

EKNIS

D

AN

G

AMBAR

PASAL 1 U M U M

1.1. Spesifikasi Teknis ini ditujukan untuk melaksanakan Pekerjaan

1.2. Pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti syarat-syarat dan uraian bestek, gambar kerja, Berita Acara Penjelasan dan lampirannya (aanwijzing) serta usulan maupun petunjuk dari Direksi selama pekerjaan berlangsung.

1.3. Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus menjaga dan memelihara kebersihan dan keamanan ditempat pekerjaan.

1.4. Bila dipandang perlu Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus membuat pagar pengaman selama pekerjaan berlangsung.

PASAL 2 S I T U A S I 2.1. Lokasi pekerjaan dimaksud

2.2. Lapangan yang akan diserahkan kepada Penyedia Pekerjaan Konstruksi, wajib diteliti baik, situasi medan, terutama kondisi tanah dan hal lain yang berpengaruh terhadap harga penawaran.

2.3. Kelalaian dan kekurang telitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk claim dikemudian hari.

2.4. Dalam rapat penjelasan jika diperlukan, akan ditunjukkan dimana pembangunan akan dilaksanakan.

PASAL 3

TENAGA KERJA PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI

3.1. Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus menyediakan personil sebagai tenaga ahli, tenaga terampil, tenaga kerja untuk dipekerjakan dilapangan sehubungan dengan pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan

3.2. Personil Inti sebagai Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil sebagai pelaksana yang ditugaskan dilapangan dalam mengontrol jalannya pekerjaan.

3.3. Tenaga Ahli dan Terampil yang ditempatkan dilapangan secara penuh harus cakap dibidangnya antara lain :

• Project Manager ( S1 Teknik Lingkungan/ Teknik Sipil 1 Orang • Site Manager (S1 Sipil) 1 Orang • Koordinator Pelaksana ( S1 Sipil ) 1 Orang • Pelaksana Lapangan ( SMK/ STM ) 3 Orang • Estimator ( SMK/ STM ) 1 Orang • Tenaga Logistik/ Administrasi ( SMK/ SMA 2 Orang • Petugas K3 1 orang

3.4. Direksi Pekerjaan berhak menolak dan mewajibkan Penyedia Pekerjaan Konstruksi mem-berhentikan seseorang atas usulan Direksi Pekerjaan yang dipekerjakan oleh Penyedia Pekerjaan Konstruksi sehubungan dengan pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang menurut direksi pekerja terebut berperilaku tidak senonoh, tidak cakap atau ceroboh dalam melaksanakan tugasnya atau yang menurut pertimbangan Direksi Pekerjaan bahwa pekerja tersebut tidak patut dipekerjakan dan tidak boleh dipekerjakan lagi tanpa ijin tertulis dari direksi pekerjaan. Pekerja yang diberhentikan harus diganti secepat mungkin dengan seorang pengganti yang cakap dan disetujui oleh direksi pekerjaan.

(2)

PASAL 4 P E R A L A T A N

4.1. Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus menyiapkan peralatan pokok dan pendukung pelaksanaan pekerjaan yang kondisinya masih baik dan dapat dioperasikan.

4.2. Jenis dan komposisi peralatan yang digunakan antara lain : • Excavator 2 Unit

• Crene 1 Unit

• Dumpt Truck 5 Unit

• Concrete Mixer 4 Unit

• Water Pump 4 Unit

PASAL 5

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)

Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor harus menyiapkan rencana kerja

Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa :

5.1. Time Scheedule “Rencana Jadwal Pelaksanaan” disiapkan dalam Format Kertas A3 (disesuaikan) dan tempatkan pada dinding Direksi Keet.

5.2. Time Schedule berupa “Curva S” merupakan Re-sheeduling dan penyempurnaan dari Jadwal Pelaksanaan dalam Dokumen Teknis penawaran. Re-Scheeduling disajikan dalam periode mingguan dan dibubuhi tanggal untuk tiap peride dengan jumlah periode mengikuti jangka waktu pelaksanaan.

5.3. Rencana Kerja harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas

paling lambat 8 (delapan) hari kalender setelah Kontrak ditandatangani.

5.4. Rencana Kerja yang disetujui Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pengguna Jasa.

5.5. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua) kepada

Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pengguna Jasa. 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuankerja.

5.6. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan

Rencana Kerja tersebut.

PASAL 6

ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI 6.1 Administrasi

a. Pelaksana wajib menyediakan buku Direks dan buku tamu yang ditemukan pada kantor Direksi.

b. Membuat Reques Sheet untuk meminta persetujuan Direksi/Pemngawas tantang kesiapan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.

c. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan.

d. Bila pelaksanaan pekerjaan berlansung ditemui hal-hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan kontrak (Addendum)dalam pariasi volume pekerjaan, maka Pelaksana wajib membuata perhitungan tamba/kurang dengan memperoleh persetujuan dari pihak pemilik kegiatan dan dan hasil perhitungan terlebih dahulu harus diperiksa oleh konsultan pengawas.

6.2 Dokumentasi

Pelaksana wajib mengambil rekaman pekerjaan pada kondisi 0 % (nol persen), 50 %(lima puluh persen) dan 100 % (seratus persen).

(3)

PASAL 6

PEMBACAAN UKURAN DAN DIMENSI

6.1. Semua ukuran yang tercantum dalam rencana ini dinyatakan dalam mm, cm dan m, kecuali ukuran tertentu seperti baja/besi yang dinyatakan dalam inc atau mm, sesuai dalam Gambar Rencana

PASAL 7

PEKERJAAN PRA KONSTRUKSI

Sebelum pelaksanaan pekerjaan utama dilaksanakan, Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus menyiapkan sarana dan prasarana pendukung pekerjaan.

7.1. Papan Nama Pekerjaan

(1) Penyedia Pekerjaan Konstruksi wajib memasang papan nama proyek ditempat lokasi proyek dan dipancangkan ditempat yang mudah dilihat umum. Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan proyek dan dicabut kembali setelah proyek selesai dan mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

(2) Papan nama terbuat dari papan dengan ukuran 80 x 100 cm dicat dengan baik dan rapi. Papan nama memberikan informasi mengenai :

e. Instansi Pemberi Kerja : ……… f. Kegiatan/Pekerjaan : ………

g. Nilai Kontrak : ………

h. Jangka Waktu Pelaksanaan : ………

i. Pelaksana : ………

j. Konsultan Pengawas : ………

7.2. Kantor, Gudang dan Fasilitas Lain

(1) Penyedia Pekerjaan Konstruksi menyiapkan kantor dan perlengkapannya dan jika diperlukan los kerja, gudang dan halaman kerja (work area) juga disiapkan untuk pelaksanaan pekerjaan. Penyedia Pekerjaan Konstruksi juga menyediakan fasilitas sementara yang memadai untuk pekerja dan MCK.

(2) Tata letak halaman ruang dan fasilitas kerja konstruksi harus menjamin agar seluruh saraqna dan bangunan lain yang ada disekitarnya tetap bersih dan terhindar dari kerusakan.

7.3. Kantor Direksi (Direksi Keet)

(1) Penyedia Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan Kantor Direksi sebagai ruang kantor sementara tidak permanen beserta perangkat furniturnya termasuk kursi dan meja untuk para staf Direksi melaksanakan tugasnya seluas minimum ± 15 m2 terdiri dari ruang rapat, dan ruang kerja.

(2) Perlengkapan Kantor berisikan :

a. Meja rapat ukuran 1,2 m x 2 m, dengan 8 (delapan) buah kursi. b. Meja kerja dan kursi kerja 3 buah

c. Rak arsip rangka kayu lapis multipleks 50 x 120 cm, panjang disesuaikan kebutuhan untuk menyiMPan dokumen dan contoh bahan dan material.

d. Whiteboard 120 x 240 cm e. Air dan penerangan (arus listrik)

(3) Selain perlengkapan kantor jika diperlukan, maka peralatan lapangan sepertih helm pengaman dan sepatu boot (sepatu lapangan) juga disiapkan.

(4)

7.4. Air Kerja

(1) Untuk pelaksanaan kegiatan pekerjaan Kontraktor harus menyediakan air kerja yang bersih dan memenuhi persyaratan – persyaratan teknis, tidak berbau, tidak mengandung kotoran, Lumpur, atau bahan organis lainnya. Air dapat diperoleh langsung dilapangan atau bila tidak memungkinkan dapat didatangkan dari luar proyekika diperlukan dalam kontrak.

(2) Kontraktor harus menyediakan bak penampungan air yang dapat mencukupi kebutuhan proyek.

7.5. Pengaman Sementara

(1) Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus mengamankan area lokasi pekerjaan dengan membuat tanda/batas pengaman yang dicat untuk memberikan informasi kepada pengguna jalan dan masyarakat.

(2) Tanda/batas pengaman tersebut harus dibongkar setelah pekerjaan selesai dan menjadi milik pengguna jasa (pemberi kerja) atau sesuai instuksi Direksi Pekerjaan

1.2. Penetapan Titik Refrensi ”Bench Mark”

(1) Jika dipandang perlu menurut Direksi Pekerjaan maka Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus melakukan Uit Set secara akurat dengan memasang “Bench Mark” (BM) sevagai titik refrensi pada ltempat tertentu

(2) Apabila Direksi Pekerjaan memandang perlu, maka Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus menyediakan semua instrumen, personil, pekerja dan bahan yang mungkin diperlukan untuk memeriksa penetapan titik pengukuran atau untuk setiap pekerjaan relevan lainnya yang harus dilakukan

(3) Letak Titik patok refrensi (Patok BM) ditentukan secara bersama antara Penyedia Pekerjaan Konstruksi dan Direksi Pekerjaan.

(4) Titik ikat dibuat dari beton bertulang, berpenampang 20 x 20 cm, tertancap kuat ke dalam tanah sedalam ±50 cm muncul di atas muka tanah secukupnya, tidak bisa dirubah dan diberi tanda yang jelas untuk memudahkan pengukuran.

1.3. Shop Drawing

(1) Kontraktor wajib membuat shop drawing serta memeriksa/membandingkan kecocokan antara masing – masing gambar yang akan dibuat shop drwaingnya. Shop drawing harus dibuat dengan benar dan dengan ketelitian yang menunjukkan seluruh potongan – potongan, penampang – penampang dan ukuran – ukuran yang pasti.

(2) Kontraktor bertanggung jawab atas semua ukuran – ukuran yang dicamtumkan pada shop drawing.

(3) Shop drawing harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 8

PEKERJAAN PEMBONGKARAN

8.1. Umum

(1) Ruang Lingkup pekerjaan ini meliputi pembongkaran pasangan batu existing, pelat penutup saluran dan pembongkaran beton

(2) Pembongkaran bagian pekerjaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada serta memperhatikan risiko yang ditimbulkan.

(5)

8.2. Bahan - Bahan

(1) Bahan - bahan dan peralatan bantu yang dipakai dalam mendukung pekerjaan ini dapat digunakan sepanjang tidak menimbulkan kerusakan efek terhadap bangunan pada area sekitarnya.

(2) Jika ada bahan tambahan tertentu yang bersifat kimiawi dapat mempercepat pembongkaran konstruksi, harus mendapat perstuajuan Direksi Pekerjaan.

8.3. Pelaksanaan Pekerjaan

(1) Pembongkaran dimulai dari konstruksi bagian atas yang disetujui Direksi Pekerjaan, selanjutnya diikuti pembongkaran bagian lainnya.

(2) Sisa bahan bongkaran yang tidak terpakai dibuang keluar lokasi pekerjaan.

PASAL 10

PEKERJAAN TANAH DAN PASIR

10.1.Umum

(1) Ruang lingkup pekerjaan tanah meliputi seluruh pekerjaan galian tanah dan pembuangan bekas galian, urugan termasuk mengangkut, penempatan dan pemadatan tanah sampai elevasi rencana

(2) Dalam hal urugan lahan harus dipadatkan, maka pemadatannya harus mencapai persyaratan tertentu dalam spesifikasi.

(3) Toleransi elevasi garis batas dan formasi akhir setelah penggalian tidak boleh berbeda dari yang ditentukan dalam gambar lebih besar dari 2 cm pada setiap titik patok. Pekerjaan yang tidak memenuhi toleransi ini harus diperbaiki sehingga memuaskan Direksi Teknik

(4) Pemanfaatan kembali bahan galian untuk keperluan urugan harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum bahan ini dianggap cocok.

10.2.Bahan - Bahan

(1) Bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan dan yang memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan tetapi berlebihan atau tidak diperlukan dalam konstruksi, harus dibuang sebagai bahan buangan

(2) Bahan urugan untuk timbunan menggunakan urugan pilihan/sirtu

(3) Bilamana harus dilakukan pemadatan, pada kondisi jenuh urugan akan berupa pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih dengan indeks plastisitas tidak lebih dari 6%

(4) Penyedia Pekerjaan Konstruksi akan bertanggung jawab untuk semua penyelenggaraan dan biaya-biaya bagi pembuangan bahan - bahan berlebihan atau bahan tidak cocok, termasuk pengangkutan.

10.3.Pelaksanaan Pekerjaan

(1) Galian Tanah

a. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi dan permukaan dan kedalaman yang disyaratkan atau ditentukan dan diindikasikan dalam gambar dengan cara yang sedemikian rupa, sehinga persyaratan dari pekerjaan selanjutnya terpanuhi. Jika diperlukan untuk mendapatkan daya dukung yang baik, maka dasar galian harus dipadatkan.

b. Galian pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun maupun memindahkan rangka\bekesting yang diperlukan, dan juga untuk mengadakan pembersihan

(6)

c. Jika galian melampaui batas kedalaman, Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus menimbun kembali dan dipadatkan sampai kepadatan maksimum.

d. Sedalam mungkin galian jika terdapat air Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus menjaga galian tersebut dan melengkapinya dengan peralatan pompa penyedot dan tenaga kerja, serta membuat tempat air mengumpul atau tanggul sementara seperlunya untuk mengeluarkan atau membuang air dari lubang galian

e. Penggalian yang berada didalam atau didekat suatu bangunan/konstruksi yang sudah ada harus dipasang penyangga/pengaman pada pinggiran galian

f. Material hasil galian harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan, agar tidak menghambat lalulintas

(2) Pengangkutan Tanah Bekas Galian

a. Seluruh material yang telah digali dalam batas volume yang telah ditentukan, dan apabila tidak bisa dibuang secara langsung , maka untuk sementara dapat diletakan didaerah sekitar galian.

b. Penempatan hasil Galian tersebut jangan sampai menggangu sekitarnya.

c. Walapupun ditempatkan sementara, tanah hasil galian tidak dibenarkan berada pada tempat tersebut sampai 1 (satu hari )

d. Seluruh hasil material bekas galian harus dibuang dan tempat bekas penempatan sementara hasi galian, ditinggalkan dalam keadaan rapih dan bersih.

e. Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut tanah sisa galian adalh Dump Truk dengan kapasita muat minimal 3 m³

f. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi Pekerjaan setiap kali akan mengadakan pengangkutan material sisa galian keluar proyek, serta harus mencatat berapa m³ volume dari material yang diangkut setiap ada pekerjaan pengankutan

(3) Urugan Tanah

a. Urugan tanah harus dilakukan dalam cuaca kering. Penumpukan dan pengurugan tanah pada umumnya tidak diijinkan, khususnya selama musim hujan

b. Setelah penempatan dan pengurugan, masing-masing lapisan harus dipadatkan menyeluruh dengan peralatan yang cocok dan memadai yang disetujui oleh Direksi Teknik sampai pada persyaratan-persyaratan kepadatan yang ditentukan.

c. Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis dan dipadatkan, tebal lapisan 15 cm dan selama proses pemadatan harus dibasahi dengan air untuk mendapatkan hasil kepadatan maksimum.

d. Pemadatan hendaknya dimulai dari ujung paling luar menuju ketengah, dimana masing masing bagian menerima desakan pemadatan yang sama dan merata.

PASAL 10 PASANGAN BATU KALI

10.1.Umum

(1) Ruang lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan, pengangkutan, penempatan dan pemasangan.

(2) Pekerjaan pemasangan batu belah yang dimaksud adalah seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan didalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan

(3) Pekerjaan Pasangan Batu kali dalam spesifikasi ini meliputi pasang batu kali dengan adukan.

10.2.Bahan - Bahan

(1) Batu Fondasi

a. Jenis batu digunakan untuk fondasi adalah batu bulat atau batu belah bersumber dari batu kali maupun batu gunung dengan ukuran berkisar antara 15 - 20 cm

(7)

c. Batu belah yang dipakai adalah batu sungai atau batu gunung yang dibelah, keras tidak poreus, bersih dan besarnya tidak lebih dari 25 cm. Tidak diperkenankan memakai batu yang berbentuk bulat atau batu endapan. Jika dilakukan pembelahan ditempat maka harus dilakukan diluar daerah pekerjaan.

d. Kwalitas, jenis dan ukuran batu belah yang dipakai disetujui oleh Direksi Teknis e. Bahan batu untuk fondasi harus bersih dari bebas dari lumpur dan bahan organik.

(2) Pasir Pasang

a. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.

b. Pasir harus bergradasi/baik dan kasar dengan hampir seluruh partikel lolos saringan 4,75 mm.

c. Pasir atau agregat halus bebas dari cacat kotoran organik, dan jika diminta oleh Direksi Teknik harus diadakan pengujian kandungan organic menggunakan pengujian colorimetric AASHTO T21. Setiap agregat yang gagal pada tes warna, harus diganti

d. Pasir halus terdiri dari pasir alam bersih, disarankan untuk dicuci sebelum e. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk pekerjaan ini

(3) Semen (Portland Cement) dan Air

a. Semen yang digunakan adalah semen Tipe I untuk Pemakaian umum-tanpa sifat-sifat khusus

b. Memenuhi persyaratan SNI sebagai material semen

c. Air sebagai bahan pencampur digunakan air bersih, tawar dan bebas dari bahan kimia yang dapat merusak pondasi, atau bahan organik.

(4) Adonan (Campuran).

a. Pasir dan semen diukur dan dicampur kering secara manual atau dengan alat pencampur di tempat yang datar diaduk sampai merata. Kemudian ditambahkan air yang cukup.

b. Campuran yang baik berlanjut selama 5-10 menit sampai didapatkan satu adonan yang baik.

c. Adonan untuk menanam dan menyambung pasangan batu dari 1Pc : 3 Ps

10.3.Pelaksanaan Pekerjaan

(1) Pasangan Batu

a. Pengaturan untuk garis, ketinggian dan kelandaian harus diselesaikan sampai disetujui Direksi sebelum pekerjaan pasangan batu dimulai

b. Batu harus dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan waktu untuk penyerapan air. Pondasi atau lapisan dasar yang sudah disiapkan harus Juga disiapkan.

c. Sedapat mungkan mempergunakan mesin-mesin pengaduk (concrete mixer) dan peralatan memadai

d. Tebal alas adonan untuk masing-masing lapisan pekerjaan batu adalah dalam batasbatas 2-5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai keperluan minimum untuk menjamin bahwa semua rongga di antar batu yang dipasang telah diisi sepenuhnya. e. Suatu lapisan adonan segar tebal paling sedikit 3 cm harus dipasang di atas pondasi

yang telah di siapkan secepatnya sebelum pasangan batu, batu pada lapisan pertama. Batu pilihan yang besar harus digunakan untuk lapisan bawah dan di sudut-sudut. Harus diperhatikan dan dihindari pengelompokkan batu yang sama ukurannya f. Batu harus diletakkan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan

permukaan menonjol masing-masing batu harus diatur sejajar dengan permukaan dinding yang sedang dibangun.

g. Batu-batu harus dipasang dengan hati-hati untuk menghindarkan penggeseran atau gerakan batu yang sudah di pasang. Alat-alat yang mecukupi harus disediakan

(8)

dimana perlu untuk menopang dan memasang batu-batu besar, berat dalam posisinya. Penggilasan atau memutar-mutar batu di atas pekerjaan batu yang sudah terpasang tidak diijinkan

h. Jumlah penyediaan adonan batu harus sampai batu terakhir, sehingga seluruh susunan batu dipasang diatas adonan yang segar. Jika sebuah batu dalam struktur menjadi lepas atau tergeser sesudah adonan diletakkan, batu tersebut harus disingkirkan, dibersihkan dari adonan-adonan yang mengeras dan dipasang kembali dengan adonan segar

PASAL 11

PEKERJAAN PELESTER, SIAR DAN ACIAN

11.1.Umum

(1) Ruang lingkup pekerjaan pelesteran dan acian meliputi pengadaan material, pengangkutan, pencampuran dan pemasangan.

(2) Pekerjaan Pelesteran dalam spesifikasi ini meliputi pelesteran dinding kedap air, pelesteran dinding bata biasa dan plesteran beton yang tidak ditutup dengan lapisan penutup keramik, marmer dan sejenisnya.

(3) Pekerjaan Acian meliputi pelapisan Pc pada seluruh permukaan yang dipelester.

11.2.Bahan - Bahan

(1) Pasir Pasang

a. Butiran pasir kehitaman dan keras serta lolos ayakan (saringan) 4,75 mm.

b. Pasir harus bergradasi/baik dan kasar dengan hampir seluruh partikel lolos saringan 4,75 mm.

c. Pasir atau agregat halus bebas dari cacat kotoran organik, dan jika diminta oleh Direksi Teknik harus diadakan pengujian kandungan organic menggunakan pengujian colorimetric AASHTO T21. Setiap agregat yang gagal pada tes warna, harus diganti

d. Pasir halus terdiri dari pasir alam bersih, disarankan untuk dicuci sebelum digunakan,

e. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk pekerjaan ini

(2) Semen (Portland Cement)

a. Semen yang digunakan adalah semen Tipe I untuk pemakaian umum tanpa sifat-sifat khusus

b. Untuk pelaksanaan pekerjaan harus diusahakan hanya menggunakan satu merk semen.

c. Semen memenuhi persyaratan SNI sebagai material semen

d. Air sebagai bahan pencampur harus air bersih, tawar dan bebas dari bahan kimia yang dapat merusak atau bahan organik.

(3) Adonan (Campuran).

a. Pasir dan semen diukur dan dicampur kering secara manual atau dengan alat pencampur di tempat yang datar diaduk sampai merata. Kemudian ditambahkan air yang cukup.

b. Campuran yang baik berlanjut selama 5-10 menit sampai didapatkan satu adonan yang baik.

c. Adonan untuk pelesteran kedap air 1Pc : 3Ps d. Adonan untuk siar 1 Pc : 2Ps

e. Pekerjaan siar dapat berupa :

Siar terbenam (pengisi sambungan) tebal rata – rata 1 cm dari permukaan batu. Siar rata, siaran diratakan dengan permukaan batu.

(9)

a. Acian pada permukaan pelesteran memakai semen 3,00 kg/m2

11.3.Pelaksanaan Pekerjaan

a. Permukaan batu disiram terlebih dahulu sebelum dipelester

b. Tebal plester yang dimaksud , kecuali dinyatakan lain adalah 10 mm dengan toleransi maksimum 15 mm. Bilamana ketebalan ketebalan toleransi melampaui karena kondisi permukaan dinding harus diperbaiki

c. Acian dilakukan pada permukaan atas pasangan yang dipelester

d. Siar/adukan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis harus disingkirkan.. e. Siar harus timbul bidang pemasangannya.

f. Adukan dibuat dalam jumlah yang dapat dipakai habis dalam waktu 45 menit.

g. Adukan dapat dipakai sampai batas tidak dapat diolah (lebih kurang dari 90 menit setelah adukan jadi).

(10)

PASAL 12 PEKERJAAN BETON

12.1.PERANCAH

(1) Umum

a. Perancah merupakan suatu konstruksi yang mendukung Acuan dan beton cor yang masih segar untuk konstruksi, yakni sebelum beton mengeras dan mencapai kekuatan yang disyaratkan serta sebelum beton mencapai bentuknya yang permanen. Jika tidak ditunjukkan pada Gambar Rencana,

b. Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus menyerahkan perhitungan dan gambar perancah yang bersangkutan untuk disetujui oleh Direksi Teknik.

(2) Bahan - Bahan

a. Bahan perancah menggunakan dolken kayu atau bambu minimum diameter 15 cm b. Bahan kayu bermutu baik atau cukup yang diuraikan dalam kontrak. Kayu harus

memenuhi Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) dan disetujui oleh Direksi Teknik sebelum digunakan.

(3) Pelaksanaan Pekerjaan

a. Perencanaan Perancah harus dilakukan pada tumpuan dasar yang kokoh, dilindungi terhadap penurunan, dan konstruksi itu harus mampu menahan semua beban yang bekerja. Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus membuat perhitungan dan melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan dalam hubungan dengan pelenturan perancah sebagai akibat gaya-gaya yang bekerja di atasnya, dengan cara demikian sehingga pada tahap akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk konstruksi beton harus sesuai dengan elevasi dan bentuk seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana. b. Jika perancah menunjukkan tanda-tanda adanya penurunan sebelum atau selama

pengecoran beton dengan cara sedemikian sehingga menurut Direksi Teknik, bahwa penurunan itu mungkin menyebabkan kegagalan untuk mencapai posisi/elevasi akhir sesuai dengan Gambar Rencana, atau menurut pendapatnya, dapat menyebabkan bahaya terhadap konstruksi itu, maka Direksi Teknik akan memerintahkan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk membongkar hasil pekerjaan beton yang dilaksanakan dan meminta Penyedia Pekerjaan Konstruksi memperkuat perancah sampai dianggap cukup kuat.

c. Semua biaya yang berhubungan dengan perbaikan dan pembongkaran perancah harus ditanggung seluruhnya oleh Penyedia Pekerjaan Konstruksi..

12.2.ACUAN (BEKISTING)

(1) Umum

Acuan berupa suatu konstruksi yang di dalamnya beton akan dicor. Acuan harus dibuat dari kayu atau bahan lain yang digunakan untuk mencetak beton segar demikian sehingga sesudah beton itu mengeras, beton akan sesuai dengan ukuran-ukuran dan posisi seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana.

17.1.Standar Rujukan

(1) PKKI (Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia) NI – 5 – 1971 (2) RSNI3 PKKI (Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia) NI – 5 – 2002

(11)

(2) Bahan - Bahan

a. Acuan terbuat dari multipleks minimum 6 mm

b. Rangka penguat acuan menggunakan kayu kelas II dengan rangka pembagi kayu kelas III sesuai keperluan yanq diuraikan dalam dokumen kontrak dan harus memenuhi Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI) dan disetujui oleh Direksi Teknik.

(3) Pelaksanaan Pekerjaan

a Perencanaan acuan harus dilaksanakan sesuai dengan instruksi-instruksi yang diberikan oleh Direksi Teknik. Gambar Rencana yang terinci dan memperlihatkan bentuk

b Acuan harus disetujui oleh Direksi Teknik. Acuan harus direncanakan untuk menjamin bahwa pembongkaran Acuan beton tidak akan merusak beton atau perancah.

c Penurunan antara dua peletakan tidak boleh melebihi satu pertiga ratus (1/300) bentang, atau bagaimanapun juga penurunan tidak boleh lebih dari 3 mm.

d Pemasangan Permukaan bagian dalam Acuan diberi lepis minyak, atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi Teknik sedemikian sehingga permukaan Acuan dapat dilepaskan dengan mudah apabila beton telah mengeras.

e Material harus dari satu jenis yang tidak mempengaruhi mutu beton dan tidak menyebabkan noda warna pada permukaan beton dikemudian hari.

f Minyak Acuan harus dilapiskan sebelum pemasangan tulangan untuk menjamin agar minyak tersebut tidak melekat pada permukaan baja tulangan dan mengurangi ikatan antara baja dan beton.

g Jika ada kawat pengikat besi atau baja yang tersisa tertanam pada beton harus mendapat disetujui Direksi Teknik.

h Kerusakan-kerusakan seperti penurunan, deformasi, dan lain-lain harus diperbaiki segera. Apabila selama pekerjaan pengecoran, ternyata diamati ada perubahan bentuk acuan, beton pada tempat yang bersangkutan harus dibuang dulu dan acuan diperkuat sesuai dengan instruksi Direksi Teknik.

i Apabila beton dicor pada galian, maka dinding-dinding vertikal harus diberi acuan, kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi Teknik atau seperti yang dirinci pada Gambar Rencana.

j Pembongkaran Acuan dan Perancah tidak boleh dilaksanakn kecuali sesudah Direksi Teknik telah memberikan persetujuan untuk itu. Secara umum, perancah dan acuan dapat dibongkar sesudah beton berumur 3 (tiga) minggu

12.3.BAJA TULANGAN UNTUK BETON

(1) Umum

a. Pekerjaan yang tercakup berupa penyediaan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan batang-batang baja untuk tulangan beton.

b. Berdasarkan profilnya, batang-bntang tulangan dapat dibagi dalam batang polos dan batang ulir. Batang polos diberi simbol “Ф” sedangkan batang ulir “D”

c. Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan d. Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk

pemotongan dan pembengkokan tulangan, baik jika melakukan pemesanan tulangan yang telah dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan persediaan (stok) batang lurus yang cukup di tempat, untuk pembengkokan sebagaimana yang diperlukan dalam memperbaiki kesalahan atau kelalaian

e. Batang batang baja tulangan harus disimpan ditempat yang terlindung, ditumpuk dan tidak boleh menyentuh tanah dan dilindungi terhadap karat atau rusak karena cuaca

(12)

f. Penggantian Ukuran Batang dari ukuran yang tertera hanya diijinkan bila secara jelas disahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana baja diganti haruslah dengan luas penampang yang sama dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar.

(2) Standar Rujukan

a. SNI 07-6401-2000 : Spesifikasi Kawat Baja dengan Proses Canay Dingin untuk Tulangan Beton

b. SNI 03-6812-2002 : SpesifikasiAnyaman Kawat Baja Polos yang Dilas untuk Tulangan Beton

c. SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton

(3) Bahan - Bahan

a. Kelas dan mutu baja tulangan polos atau berulir harus sesuai dan memenuhi Tabel berikut ini

Tabel 1.

Drajat kualitas Baja Tulangan dan Tegangan yang di izinkan

Jenis Macam Tegangan Luluh Karakteristik (Kg/cm2)

U 22 U 24 U 32 U 39 U 48 Baja lemah Baja lemah Baja sedang Baja keras Baja keras 2.200 2.400 3.200 3.900 4.800

b. Jika mutu baja tulangan meragukan, maka harus diperiksa oleh lembaga pemerikasaan bahan-bahan yang diakui untuk pengujian material. Kemudian lembaga tersebut akan memberikan pendapat dan pertimbangan-pertimbangan dalam penggunaan jenis baja tersebut.

c. Batang-batang baja yang digunakan untuk tulangan harus bersih bebas dari karat, kotoran, material lepas, gemuk, cat, lumpur, kulit giling serta bahan lain yang melekat..

d. Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan yang di las yang memenuhi SNI 03-6812-2002 dapat digunakan.

e. Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi SNI 07-6401-2000

f. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dan tidak tersepuh seng.

(4) Pelaksanaan Pekerjaan

a. Pembongkokan

Potongan batang tulangan harus di bengkokkan dengan hari-hati. Batang tulangan yang diderajat kualitas baja keras tidak boleh dibengkokkan dua kali.

Dalam hal jari-jari pembongkokan tidak ditujukan pada gambar rencana, paling sedikit harus 5 kali diameter batang bersangkutan (untuk batang polos) atau 6,5 kali diameter batang yang bersangkutan (untuk bantang ulir).

Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-6816-2002, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah banyak

(13)

b. Pemasangan dan Penyetelan

Baja tulangan harus dipasang teliti sehingga sesuai dengan gambar Rencana dan persyaratan-parsyaratan untuk selimut, diikat dengan kokoh sesuai posisinya dan diletakan diatas pendukung yang dibuat dari dadukan semen pasir (1 : 2) ukuran 3 x 3 cm atau metode lain yang disetujui oleh Direksi Teknik.

Tulangan tidak boleh ditempatkan pada logam-logam atau langsung diatas acuan yang dapat menyebabkan tulangan itu terbuka langsung pada udara luar setelah acuan bibongkar. Batang tulangan tidak boleh juga diletakan diatas kayu atau kerikil / partikel-partikel agregat.

Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran.

Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam Gambar atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan

Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian (semen dan air saja

Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk memikul perlengkapan beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.

Sebelum Pengecoran beton maka Direksi Teknik harus diberitahu dan diberi waktu yang cukup untuk mangadakan pemeriksaan pada pemasangan tulangan tersebut.

c. Penutup Beton dan Jarak tulangan

Jarak antar tulangan-tulangan yang sejajar tidak boleh kurang dari diameter batang atau ukuran maksimum agregat kasar plus 1 cm, dengan minimum 2,5 cm, atau lebih besar.

Apabila tulangan pada balok terdiri lebih dari 1 lapis batang, maka tulangan pada lapis atas harus ditempatkan tepat diatas lapis bawah tulangan dengan jarak vertikal minimum 2,5 cm kecuali jika tidak ditunjukkan pada gambar rencana, maka penutup beton harus diukur dari permukaan beton ke sisi luar tulangan dan seperti pada tabel berikut.

(14)

Tabel Tebal Selimut Beton Minimum

untuk Beton Yang Tidak Terekspos Tetapi Mudah Dicapai Ukuran Batang Tulangan

yang akan diselimuti (mm)

Tebal Selimut Beton Minimum (cm)

Batang 16 mm dan lebih kecil 3,5

Batang 19 mm dan 22 mm 5,0

Batang 25 mm dan lebih besar 6,0

d. Sambungan

Batang - batang tulangan tidak boleh dipotong jika tidak perlu dan harus ditempatkan pada seluruh panjangnya. Apabila ini tidak memungkinkan maka potoangan dapat diijinkan apabila panjang batang yang disediakan melebihi panjang yang ditunjukan pada gambar-gambar.

Sambungan-sambungan harus di buat pada tempat-tempat dan dengan cara-cara seperti ditunjukan pada gambar-gambar kecuali jika dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi Teknik. Sambungan-sambugan tidak diijinkan pada tempat-tempat yang terdapat tegangan maksimum dan harus ditempat-tempatkan selang-seling sehingga tidak lebih dari 1/3 dari batang-batang yang disambung pada satu tempat.

Pada tempat-tempat batang-batang tulangan saling melewati (overlap) satu sama lain, Maka batang-batang harus didukung sehingga batang-batang itu tidak berhubungan satu sama lain Jika ruang mengijinkan. Batang-batang itu harus di ikat dengan aman minimum pada dua tempat persambungan.

Panjang sambungan harus dibuat seperti yang ditunjukan pada gambar-gambar Rencana. Jika tidak ditunjukan pada Gambar Recana, panjang sambungan lewatan harus sesuai dengan tabel berikut .

Tabel 3 : Panjang Lewatan minimum Sambungan lewatan tulangan tarik

Penggunaan tulangan tarik

Panjang Lewatan Minimum Batang atapa

kait ujung

Batang dengan kait ujung diukur dari

tepi luar ke tepi luar kait a. Tulangan tarik secara umum yang

ditentukan dalam b dan c

b. Batang-batang yang dipasang dengan jarak antara melintang dari pusat-kepusat lebih dari 12 d atau 12 dp

c. Tulangan pelat, dniding dari pondasi telapak yang memikul lentur dalam 2 arah

1.3 Ld 1.1 Ld 1.8 Ld 1,3 (Ld – Le) 1.1(Ld – Le) 1.8 (Ld – Le)

Catatan : Ld , Le dan dp harus dihitiung seperti yang ditentukan dalam SNI . Tabel 4 : Panjang Lewatan Minimum sembungan lewatan tulangan tekan

Kelas Beton

Panjang Lewtan minimum untuk Batang polos

Batang ulir bertemu U32 dan lebih

rendah

Lebih Tinggi dari U32 Kelas II Kelas III 50 d 40 d 28 dp 20 dp 32 dp 24 dp Catatan : dp dihitung sesuai dengan yang ditentukan dalam SNI

(15)

Metode dan ketentuan-ketentuan lebih lanjut mengenai sambugan tulangan harus dengan spesifikasi SNI

12.4.BETON

Seluruh pekerjaan beton bertulang struktur menggunakan mutu sedang f’c = 19,3 MPa atau setara K.225, kecuali untuk beton tidak struktur seperti beton tumbuk/rabat menggunakan beton mutu rendah K-100 atau f’c = 7,4 MPa.

(1) Umum

a. Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang setara, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat keras dan tahan lama (awet), yang memiliki karakteristik tertentu.

b. Agregat berkategori baik adalah bergradasi kasar maupun halus, tetapi jumlah agregat halus yang dipertahankan adalah jumlah minimum yang diperlukan, apabila dicampur dengan semen akan cukup untuk mengisi rongga-rongga antara agregat kasar dan halus dapat memberikan suatu permukaan akhir yang halus

c. Untuk mencapai beton yang kuat dengan keawetan yang optimum, volume air yang dimasukkan ke dalam campuran harus dipertahankan sampai jumlah minimum yang diperlukan untuk memudahkan pengerjaan selama pencampuran.

d. Bahan tambahan pada campuran beton seperti bahan kimia untuk memperlambat atau mempercepat waktu pengerasan, tidak diperbolehkan kecuali diminta dalam Kontrak

e. Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam kontrak harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Mutu beton yang digunakan dalam kontrak ini dibagi sebagai berikut :

Tabel 5 : Mutu Beton dan Penggunaan Jenis Beton Mutu dan Penggunaan Jenis Beton fc’ (MPa) σbk’ (Kg/cm2) Uraian Mutu tinggi ≥ 45 ≥ K500

Umumnya digunakan untuk beton prategang seperti tiang pancang beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang dan sejenisnya.

Mutu sedang 20 ≤ x < 45 K250 ≤ x < K500

Umumnya digunakan untuk beton bertulang seperti fondasi, kolom, pelat lantai, balok beton bertulang

Mutu rendah 15 ≤ x < 20 K175 ≤ x < K250

Umumya digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti beton siklop, rabat dan trotoar

10 ≤ x < 15 K125 ≤ x < K175 Digunakan sebagai lantai kerja, f. Toleransi

1. Toleransi Dimensi

Struktur dengan panjang keseluruhan s/d 6 m Struktur dengan panjang lebih dari 6 m

+ 5 mm + 15 mm

(16)

2. Toleransi Bentuk

Persegi (selisih dalam panjang diagonal)

Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang dimaksud) untukpanjang s/d 3 m

Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m

10 mm 12 mm 15 mm 20 mm 3. Toleransi Kedudukan (dari titik patokan)

Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana Kedudukan permukaan horizontal dari rencana Kedudukan permukaan vertikal dari rencana

+ 10 mm + 12 mm + 20 mm 4. Toleransi Ketinggian (elevasi) :

Puncak lantai kerja di bawah pondasi Puncak lantai kerja di bawah pelat injak Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang

± 10 mm ± 10 mm ± 10 mm 5. Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton Tulangan

Selimut beton sampai 3 cm Selimut beton 3 cm - 5 cm Selimut beton 5 cm - 10 cm

0 dan + 5 mm -0 dan +10 mm

±10 mm g. Pengajuan Kesiapan Kerja

Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan

Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus mengirimkan rancangan campuran (mix design) untuk mutu beton yang akan digunakan sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai, lengkap dengan hasil pengujian bahan dan hasil pengujian percobaan campuran beton di laboratorium berdasarkan kuat tekan beton untuk umur 7 dan 28 hari, kecuali ditentukan untuk umur-umur yang lain oleh Direksi Pekerjaan.

h. Campuran Percobaan

Sebelum dilakukan pengecoran, Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus membuat

campuran percobaan menggunakan proporsi campuran hasil rancangan

campuran serta bahan yang diusulkan, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan (serta sudah memperhitungkan waktu pengangkutan dll).

Dalam kondisi beton segar, adukan beton harus memenuhi syarat kelecakan (nilai slump) yang telah ditentukan. Pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dari hasil campuran percobaan harus mencapai kekuatan minimum 90% dari nilai kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan dalam rancangan campuran beton (mix design) umur 7 hari.

Bilamana hasil pengujian beton berumur 7 hari dari campuran percobaan tidak menghasilkan kuat tekan beton yang disyaratkan, maka Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidaksesuaian tengan meminta saran tenaga ahli di bidang beton untuk kemudian melakukan percobaan campuran kembali sampai dihasilkan kuat tekan beton di lapangan yang sesuai dengan persyaratan.

Bilamana percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Pekerjaan Konstruksi boleh melakukan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan Formula Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF) hasil percobaan campuran

i. Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau pengecoran beton

(17)

Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.1.5), atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.3.1), harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi :

Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan;

Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal; Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjaan

yang dipandang tidak memenuhi ketentuan ;

k. Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta Penyedia Pekerjaan Konstruksi melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian tambahan tersebut haruslah menjadi tanggung jawab Penyedia Pekerjaan Konstruksi.

l. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser yang diakibatkan oleh kelalaian Penyedia Pekerjaan Konstruksi merupakan tanggung jawab Penyedia Pekerjaan Konstruksi dan harus dilakukan dengan biaya sendiri.. Penyedia Pekerjaan Konstruksi tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul berasal dari bencana alam yang tidak dapat dihindarkan, asalkan pekerjaan yang rusak tersebut telah diterima dan dinyatakan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis telah selesai

(2) Standar Rujukan

a. SNI 03-1972-1990 : Metode pengujian slump beton b. SNI 03-1974-1990 : Metode pengujian kuat tekan beton c. SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi bahan tambahan untuk beton

d. SNI 03-2834-2000 : Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal. e. SNI 2417 : 008 : Metode pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles

f. SNI 3407: 2008 : Metode pengujian sifat kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium sulfat dan magnesium sulfat.

g. SNI 03-4141-1996 : Metode pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat

h. SNI 03-4142-1996 : Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan No.200 (0,075 mm).

i. SNI 03-2816-1992 : Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk campuran mortar dan beton

12.1.Bahan - Bahan

(1) Semen

a. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen Portland tipe I, II, III, IV, dan V yang memenuhi SNI 15-2049-2004 tentang Semen Portland.

b. Semen tipe IA (Semen Portland tipe I dengan air-entraining agent ), IIA (Semen Portland tipe II dengan air-entraining agent), IIIA (Semen Porgtland tipe III dengan

air-entraining agent), PPC (Portland Pozzolan Cement), dan PCC (Portland Composite Cement) dapat digunakan apabila diizinkan oleh Direksi Pekerjaaan. Apabila hal tersebut diizinkan, maka Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merek semen yang digunakan.

c. Di dalam satu proyek hanya dapat digunakan satu merek semen, kecuali jika diizinkan oleh Direksi Pekerjaan. Apabila hal tersebut diizinkan, maka Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merek semen yang digunakan.

(18)

(2) A i r

a. Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 tentang Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton. b. Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan karena sesuatu sebab

pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir standar dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air murni hasil sulingan. Air yang diusulkan dapat digunakan apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode umur yang sama. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan.

(3) Agregat

a. Ketentuan Gradasi Agregat

Gradasi agregat maksimum 30 mm atau gradasi agregat kasar dan halus (pasir) harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel Ketentuan Gradasi Agregat. tetapi atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut masih dapat digunakan apabila memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Butir. b. tentang sifat-sifat agregat

Tabel 6 : Ketentuan Gradasi Agregat Ukuran

Saringan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat

Inci = (mm) Halus Kasar Ukuran Maksimum 37,5 mm 25 mm 19 mm 12,5 mm 10 mm 2 = 50,8 - 100 - - - - 1½ = 38,1 - 95 -100 100 - - - 1 = 2,54 - - 95 - 100 100 - ¾ = 19 - 35 - 70 - 90 - 100 100 ½ = 12,7 - - 25 - 60 - 90 - 100 100 3/8 = 9,5 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70 95 - 100 #4 = 4,75 95 - 100 0 - 5 0 -10 0 - 10 0 - 15 30 - 65 #8 = 2,36 80 - 100 - 0 - 5 0 - 5 0 - 5 20 - 50 #16 = 1,18 50 - 85 - - - - 15 - 40 #50 = 0,300 10 - 30 - - - - 5 - 15 #100 = 0,150 2 - 10 - - - - 0 - 8

Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya dimana beton harus dicor. b. Sifat-sifat Agregat

Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan batu atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir sungai.

Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk campuran mortar dan beton, dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel Ketetnuan Mutu Agregat, bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur yang berhubungan.

(19)

Tabel 7: Ketentuan Mutu Agregat

Sifat-sifat Metode

Pengujian

Batas Maksimum yang diizinkan untuk Agregat

Halus (Pasir) Kasar Keausan agregat dengan

mesin Los Angeles SNI 2417:2008 - 40%

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat SNI 3407:2008 10% - natrium 15% - magnesium 12% - natrium 18% - magnesium Gumpalan lempung dan

partikel yang mudah pecah

SNI 03-4141-1996 3% 2%

Bahan yang lolos saringan No.200. SNI 03-4142-1996 5% kondisi umum, 3% kondisi permukaan terabrasi 1%

Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk campuran.

c. Bahan Tambah

Yaitu bahan yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton dapat berupa bahan kimia, bahan mineral atau hasil limbah yang berupa serbuk pozzolanik sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton.

Bahan kimia tambahan dalam campuran beton tidak lebih dari 5% berat semen

selama proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam pengecoran beton. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991.

Untuk tujuan peningkatan kinerja beton segar, bahan tambahan campuran beton dapat digunakan untuk keperluan-keperluan : meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air; mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi kelecakan; mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton; memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton; meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton; mengurangi kecepatan terjadinya kehilangan slump (slump loss); mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume beton (ekspansi); mengurangi terjadinya bliding (bleeding); mengurangi terjadinya segregasi.

Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan : meningkatkan kekuatan beton (secara tidak langsung); meningkatkan kekuatan pada beton muda; mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi; meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut; meningkatkan keawetan jangka panjang beton; meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton) mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat; meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama; meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan; meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan. Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5%.

Penggunaan jenis bahan tambahan kimia untuk maksud apapun harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasilnya sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Mineral yang berupa bahan tambahan atau bahan limbah dapat berbentuk abu terbang (fly ash), pozzolan, mikro silica atau silica fume. Apabila digunakan bahan

(20)

tambahan berupa abu terbang, maka bahan tersebut harus sesuai dengan standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2460-1991 tentang Spesifikasi abu terbang sebagai bahan tambahan untuk campuran beton.

Penggunaan jenis bahan tambahan mineral untuk maksud apapun harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasilnya sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

d. Beton Ready Mix

Beton ready mix harus berasal dari suatu sumber yang disetujui oleh Direksi dan harus memenuhi persyaratan yang diuraikan pada ayat 6 dari bristish Standard No. 1926, 1962, kontraktor harus bertanggung jawab untuk mngusahakan agar beton memenuhi persyaratan dalam spesifikasi ini termasuk pengontrolan mutu. Keteraturan pengiriman serta pemasokan beton secara sinambung. Jika salah satu dari persyaratan dalam spesifikasi ini tidak dipenuhi, Direksi akan menarik kembali persetujuannya dan mengharuskan kontraktor mengganti pemasok.

Kontraktor harus menyediakan dilapangan satu timbangan dan saringan-saringan standard dengan penggetar (shaker) untuk mengecek secara teratur campuran yang sudah direncanakan.

Kontraktor harus mengatur agar Direksi dapat memeriksa alat pembuat beton ready mix bilamana diperlukan.

Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang diperlukan, catatan-catatan mengenai semen, agregat dan kadar air kedap tiap adukan harus diserahkan kepada Direksi setiap hari. Berat semen dan agregat kasar serta halus harus terus dicatat dalam dokumen pengiriman, harus dilakukan pengujian secara periodik untuk menentukan kadar air agregat dan jumlah air yang ditambahkan pada setiap adukan harus disesuaikan menurut hasil test tersebut.

Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan catatan waktu pengadukan dan penambahan air. Dikirimkan bersama dengan pengemudi lori diparaf oleh pencatat waktu yang bertanggung jawab ditempat pengadukan.

Dilapangan dibuat catatan yang meliputi hal-hal berikut ini : 1. Waktu kedatangan lori

2. Waktu registrasi lori dan nama depot

3. Waktu ketika beton telah dicorkan dan dibiarkan tanpa gangguan

4. Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan oleh ukuran agregat maksimum 5. Posisi dimana beton dicorkan

6. Tanda-tanda referensi dari kubus uji yang diambil dari pengiriman tersebut 7. Slump (atau faktur kompaksi)

Beton harus ditempatkan dan dibiarkan tanpa gangguan, dalam posisi akhirnya dalam waktu 1 jam dari saat semen pertama kali bertemu dengan air pengaduk. Buku catatan harus selalu tersedia untuk diperisa oleh Direksi atau wakilnya.

e. Toleransi untuk Beton yang Tidak Terbuka (tidak Diekspos)

Posisi bagian-bagian struktur antara lain as-as balok/dinding/pelat harus tepat dalam batas-batas toleransi 1 cm tetapi akumulasi toleransi tidak diperbolehkan. Ukuran bagian antara lain pada potongan-potongan balok/pelat harus tepat dengan toleransi 0.3 cm sampai + 0.3 cm.

f. Toleransi dengan Muka Beton yang Halus (Fair Face)

Toleransi untuk beton dengan muka halus adalah 0.6 cm, posisi bagian struktur maksimum 0.3 cm untuk bagian struktur. Pergeseran papan bekisting pada siar-siar tidak boleh melebihi 0.1 cm dan perbedaan garis sepadan (aligment) bagian struktur harus dalam batas 0.1% akumulasi toleransi tidak diperbolehkan.

(21)

PASAL 23

PENYELESAIAN HALAMAN 23. 1. Lingkup pekerjaan ini meliputi :

a. Pekerjaan Penyelesaian halaman adalah pembersihan dari segala kotoran dan bekas pekerjaan diluar kompleks.

b. Perataan tanah dan perapian halaman disekitar site bangunan dengan pengerasan seperlunya.

PASAL 24 PEKERJAAN LAIN-LAIN

24. 1. Selain persyaratan teknis yang tercantum diatas Penyedia Pekerjaan Konstruksi diwajibkan pula mengadakan pengurusan-pengurusan antara lain : sebelum memulai pekerjaan Penyedia Pekerjaan Konstruksi wajib melunasi Retribusi Galian C, ASTEK serta pajak - pajak lainnya yang telah ditentukan oleh Pemerintah.

24. 2. Sebelum Penyerahan pertama, Penyedia Pekerjaan Konstruksi wajib, meneliti semua bagian pekerjaan yang belum sempurna harus diperbaiki. Semua ruangan harus bersih dan dipel, halaman ditata rapi dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari lokasi Proyek.

24. 3. Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyiMPangan dari ketentuan bestek dan gambar menjadi tanggungan pelaksana, untuk itu pelaksana harus menyelesaikan pekerjaannya sebaik mungkin.

24. 4. Kepada Penyedia Pekerjaan Konstruksi wajib menyerahkan dokumentasi pelaksanaan, laporan-laporan serta hasil uji laboratorium dan Asbuilt Drawing (jika diperlukan) kepada Pihak Pengguna sebelum dilaksanakannya Serah Terima I (PHO).

24. 5. Selama masa pemeliharaan, Penyedia Pekerjaan Konstruksi wajib merawat, mengaman-kan dan memperbaiki segala cacat yang timbul sehingga sebelum penyerahan ke II (FHO) dilaksanakan pekerjaan benar-benar telah sempurna.

24. 6. Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan kemudian dalam rapat penjelasan (Aanwijzing).

24. 7. Sebelum Serah Terima Pertama Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus sudah menyele-saikan kewajibannya membayar dan menyerahkan bukti segala Iuran yang dibebankan kepada Penyedia Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Gambar

Tabel 3 : Panjang Lewatan minimum Sambungan lewatan tulangan tarik
Tabel 5 : Mutu Beton dan Penggunaan Jenis Beton  Mutu dan  Penggunaan  Jenis Beton  fc’  (MPa)  σbk’  (Kg/cm2)  Uraian  Mutu tinggi  ≥ 45  ≥ K500
Tabel 6 : Ketentuan Gradasi Agregat   Ukuran
Tabel 7:   Ketentuan Mutu Agregat

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa obat antineoplastik dapat menyebabkan upregulasi protein prokoagulan, downregulasi antikoagulan (antithrombin, protein C dan protein S), menekan aktifitas

diartikan sebagai hasil kerja seseorang pegawai, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukan

Secara umum, Satlak PB, Satkorlak PB, Manggala Agni Dinas Kehutanan, TNI, Kepolisian dan instansi/sektor terkait tetap menyiagakan petugas untuk memantau perkembangan kondisi

Tetapi, jika masalah tersebut baru dapat diselesaikan oleh siswa dengan bantuan orang lain (guru atau teman sebaya) yang lebih memahami masalah, maka siswa

Turbin gas dirancang dan dibuat dengan prinsip kerja yang sederhana dimana energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar diubah sederhana dimana energi panas

• Layout furniture disesuaikan dengan kegiatan ( meja dapat digeser) dan furniture meghindari sudut. • Ruangan bernuansa warna kuning, karer\a warna kuning dapat memberikan

Pada pelantunan sebuah mata uang dan sebuah dadu,kejadian munculnya angka atau gambar pada mata uang dan kejadian munculnya mata dadu 1, 2, 3, 4, 5,atau 6 merupakan dua kejadian

Terjadi pendampingan teknis untuk belajar atau membentuk usaha bersama (Depdiknas, 2003). Pembelajaran berorientasi kecakapan hidup memiliki cakupan yang luas, mengacu pada