• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SUBJECTIVE VALUE DENGAN EMOSI DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN SUBJECTIVE VALUE DENGAN EMOSI DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SUBJECTIVE VALUE DENGAN EMOSI DALAM

PENYUSUNAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

PADJADJARAN

KARINA DELICIA BUDIONO

SURYA CAHYADI

ABSTRAK

Penyusunan skripsi merupakan aktivitas yang harus dilakukan oleh setiap mahasiswa sarjana sebagai syarat kelulusan. Dalam penyusunan skripsi, semua mahasiswa menunjukkan adanya emosi yang mereka alami. Intensitas emosi-emosi yang muncul dalam setting belajar dan berprestasi (dikenal sebagai achievement emotions) dipengaruhi oleh subjective value yang dilakukan oleh individu (Pekrun, et.al, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan subjective value dan emosi pada mahasiswa yang sedang melakukan penyusunan skripsi.

Responden penelitian ini berjumlah 446 orang mahasiswa Universitas padjadjaran. Penentuan sampel menggunakan teknik cluster sampling. Data diperoleh dengan menyebarkan Kuesioner Penilaian Kognitif dan Kuesioner Achievement Emotions dalam pengerjaan skripsi. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik korelasi Pearson.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah subjective value memiliki hubungan positif dengan semua emosi positif (r = 0,380 – 0,519). Subjective value memiliki hubungan negatif dengan semua emosi negatif (-0,105 – -0,259) kecuali emosi cemas. Sedangkan pada level sub dimensi, intrinsic value memiliki hubungan positif dengan semua emosi positif (r = -0,456 – 0,745) dan hubungan negatif dengan semua emosi negatif (r = 0,140 – 0,368). Extrinsic value memiliki hubungan positif dengan semua emosi positif (r = 0,516 – 0,558) dan hubungan negatif dengan semua emosi negatif (r = -0,088 – -0,297) kecuali emosi cemas, tidak terdapat hubungan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa menganggap berharga skripsi, sehingga hal tersebut meningkatkan intensitas emosi positif dan menekan emosi negatif yang dirasakan dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memilih topik skripsi yang akan dikerjakan. Semakin topik skripsi dianggap menarik maka dalam pengerjaannya pun akan semakin menyenangkan dan memunculkan emosi positif.

Kata kunci : Penilaian kognitif, subjective value, emosi, achievement emotions, mahasiswa, skripsi

PENDAHULUAN

Mata kuliah skripsi merupakan salah satu persyaratan wajib untuk lulus bagi mahasiswa pada jenjang sarjana. Pengerjaan skripsi dituntut kemandirian dari masing-masing individu karena tidak adanya waktu terjadwal yang ditetapkan seperti mata kuliah lainnya. Mahasiswa hanya dibimbing oleh satu atau dua dosen (tergantung

(2)

kebjakan masing-masing fakultas) untuk menyelesaikan skripsi. Sehingga kegiatan mahasiswa dalam penyelesaian skripsi dapat dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan mandiri (membaca literatur, menulis laporan, berdiskusi dengan teman dll) dan kegiatan bimbingan (berdiskusi dengan dosen, kegiatan bimbingan, memberikan hasil revisi).

Pada pelaksanaan kegiatan tersebut (aktivitas mandiri dan bimbingan) ditemukan bahwa mahasiswa mengalami berbagai emosi. Berdasarkan survey berskala kecil terhadap 69 mahasiswa UNPAD yang sedang mengerjakan skripsi, menunjukkan bahwa semua mahasiswa mengalami emosi-emosi tertentu. berikut adalah penjabaran emosi yang dirasakan oleh mahasiswa : cemas/anxiety (71%), berharap/hope (70%), bosan/boredom (63%), menikmati/enjoyment (58,5%), bangga/pride (46%), putus Asa/ hopelessness (24%), lega/relief (23%), marah/anger (18,5%), malu/shame (7%), frustasi/frustration (6%), sedih/sadness (4%), dan kecewa/disspointment (3%).

Emosi yang terkait dengan kegiatan belajar dan berprestasi dikenal dengan istilah achievement emotions (Pekrun et al., 2002; Pekrun et al., 2007; Pekrun, 2014). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pekrun, bahwa pada konteks pendidikan akan muncul beberapa emosi tertentu seperti menikmati/ enjoyment, berharap/hope, bangga/pride, lega/relief, marah/anger, cemas/anxiety, malu/shame, putus asa/hopelessness, dan bosan/boredom (Pekrun, dkk, 2002a). Emosi-emosi tersebut dapat dibagi kedalam dua kelompok emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif.

Menurut control-value theory, kemunculan emosi dipengaruhi langsung oleh penilaian yang dilakukan oleh individu. Penilaian tersebut berupa subjective control dan subjective value. Pada penelitian ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai subjective value. Subjective value terdiri dari Intrinsic value dan extrinsic value. Intrinsic value adalah nilai dari aktifitas mencapai prestasi dan hasil prestasi itu sendiri. Extrinsic value adalah nilai bahwa suatu aktivitas dijadikan sebagai instrumen/alat untuk mencapai suatu prestasi, dimana prestasi tersebut dijadikan instrumen/alat untuk mencapai prestasi lainnya (Pekrun, dkk, 2007).

Control-value theory menjelaskan bahwa subjective value menentukan intensitas emosi yang muncul pada individu. Semakin tinggi value maka akan semakin tinggi intensitas emosi yang dirasakan oleh individu. Emosi positif diasumsikan sebagai fungsi dari adanya positive value dan emosi negatif dari adanya negative value terhadap aktivitas mencapai prestasi atau hasil presatasi (Pekrun, 2006

(3)

dalam Pekrun, dkk, 2007). Mengacu pada hal tersebut, maka pada penelitian ini akan melihat bagaimana hubungan antara subjective value dan emosi (positif & negatif) pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi guna mendapatkan bukti empirik.

TINJAUAN PUSTAKA

Control-Value Theory of Achievement Emotion menganggap bahwa subjective control dan subjective value adalah hal penting terhadap munculnya achievement emotion (Pekrun, dkk, 2007). Pada penelitian ini akan difokuskan pada hubungan antara subjective value dan emosi.

Subjective value terhadap aktivitas dan hasil melibatkan dua hal yaitu derajat penilaian akan pentingnya suatu hal bagi diri individu dan persepsi bahwa hal tersebut dapat mendukung atau menghambat pencapaian tujuan (Pekrun & Garcia, 2014). Dimensi ini dibedakan menjadi intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsic value pada aktivitas dan hasil dapat dinilai berarti dari aktivitas dan hasil itu sendiri (Pekrun & Garcia, 2014). Intrinsic value memiliki nilai interest dan important (mengerjakan dengan baik suatu tugas dan pentingnya keberhasilan dalam mengerjakan tugas ini mendukung nilai-nilai yang dimiliki oleh individu) (Wiegfield & Ecceles, 2000 dalam Cole, 2008). Kesenangan individu yang didapat dari performa aktivitasnya atau ketertarikan individu akan suatu hal (Wigfield&Eccles, 1992).

Extrinsic value pada aktivitas dan hasil dapat dinilai karena fungsi instrumental untuk memperoleh konsekuensi yang diinginkan (Pekrun & Garcia, 2014). Nilai akan pencapaian diartikan sebagai pentingnya dalam mengerjakan tugas dengan baik, nilai kegunaan adalah bagaimana suatu tugas berhubungan dengan tujuan di masa depan (Wigfield&Eccles, 1992). Value secara umum berhubungan dengan perilaku yang ditampilkan, ketekunan, dan usaha. Misalnya, individu yang memiliki task value yang tinggi akan suatu aktivitas cenderung memilih untuk berpartisipasi dengan aktivitas tersebut, bertahan lebih lama, dan mengerahkan usaha yang lebih dibanding dengan individu yang memiliki task value yang lebih rendah. Selain itu, ketika individu merasa kompeten bahwa mereka dapat berhasil menyelesaikan tugas (harapan tinggi untuk berhasil), jika nilai tugas mereka rendah, mereka mungkin tidak memilih untuk berpartisipasi.(Wigfield & Eccles, 2000 dalam Cole, 2008).

Menurut Pekrun dalam bukunya Emotional and Learning, Educational Practices Series, achievement emotion berhubungan dengan aktivitas berprestasi dan

(4)

sukses atau gagalnya hasil dari aktivitas tersebut, achievement emotions selanjutnya akan disebut sebagai emosi saja. Emosi - emosi tersebut terdiri dari emosi positif dan emosi negatif, Emosi positif terdiri dari menikmati/ enjoyment, berharap/hope, bangga/pride, lega/relief. Emosi negatif terdiri dari marah/anger, cemas/anxiety, malu/shame, putus asa/hopelessness, dan bosan/boredom (Pekrun, dkk, 2007). Sehingga pada penelitian ini hanya akan dibatasi pada sembilan emosi saja.

Dikatakan oleh Pekrun (2007) bahwa subjective value merupakan moderator dari subjective control. Secara spesifik teori ini mengemukakan bahwa values memengaruhi munculnya kedua tipe emosi (positif & negatif) dan intensitasnya. Intensitas emosi muncul akibat dari fungsi derajat subjective value. Jika achievement activity dan achievement outcome dipersepsikan tidak memiliki value maka tidak akan mendorong munculnya emosi, kecuali emosi boredom/bosan (Cahyadi, 2013). Menurut Pekrun, intensitas emosi meningkat dengan meningkat pula controllability (untuk emosi positif) atau uncontrollability (untuk emosi negatif) dan dengan peningkatan value terhadap aktivitas mencapai prestasi atau hasil prestasi (Pekrun, dkk, 2007).

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental kuantitatif dengan bentuk penelitian, studi korelasi. bentuk penelitian ini dipilih karena penelitian atau studi korelasi ini dapat melihat hubungan yang konsisten terhadap dua variable yang dapat digunakan untuk memprediksi kejadian-kejadian yang berhubungan dengan dua variable tersebut di masa depan. Serta keuntungan lainnya peneliti akan mendapatkan data mengenai konsistensi dari penelitian-penelitian terdahulu (Graziano, 2000).

Variabel penelitian ini adalah subjective value (independent variable) dan emosi (dependent variable). Penelitian dilakukan pada mahasiswa Universitas Padjadjaran yang sedang menyusun skripsi. Responden pada penelitian ini berjumlah 446 mahasiswa yang terdiri dari empat belas fakultas di Universitas Padjadjaran. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling.

Teknik pengambilan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner (self report). Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur penilaian kognitif dengan konteks pengerjaan skripsi untuk mengukur subjective value dan alat ukur Achievement Emotions dengan konteks mandiri dan bimbingan untuk mengukur emosi mahasiswa.

(5)

Kedua alat ukur tersebut dibuat dengan mengacu pada Control-Value Theory. Reliabilitas dan validitas kedua alat ukur ini sudah teruji. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik korelasi Pearson dengan bantuan software SPSS version 20.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Pengukuran

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa secara umum subjective value yang dimiliki oleh mahasiswa terhadap penyusunan skripsi adalah tergolong tinggi (89,9%). Hal ini menandakan bahwa skripsi dipandang sebagai hal yang berharga. Subjective value terdiri dari intrinsic value dan extrinsic value. Sebanyak 77,8% mahasiswa memiliki nilai tinggi pada intrinsic value. Sebanyak 94,8% mahasiswa memiliki nilai tinggi pada extrinsic value. Hal ini menandakan bahwa mahasiswa menganggap keberhargaan skripsi berdasarkan nilai yang terkandung dalam skripsi itu sendiri dan berdasarkan hasil ditemukan bahwa lebih banyak mahasiswa yang menganggap skripsi berharga karena nilai instrumental di dalamnya. Rincian mengenai gambaran subjective value mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Universitas padjadjaran dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Gambaran Subjective Value

Tinggi Rendah Rerata Std. Deviation Subjective value 401 89,9% 45 10,1% 3.89 0.43

Intrinsic Value 347 77.8% 99 22.2% 3.43 0.64

Extrinsic Value 423 94.8% 23 5.16% 3.98 0.64

Berdasarkan hasil yang didapat menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa merasakan emosi-emosi positif dengan nilai berada dalam kategori tinggi kecuali emosi menikmati berada dalam kategori sedang. Artinya, emosi berharap, bangga, dan lega dihayati lebih dalam oleh mahasiswa ketika melakukan penyusunan skripsi. Sedangkan, emosi menikmati intensitasnya sedang dalam arti tidak terlalu dihayati oleh mahasiswa.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa kebanyakan mahasiswa merasakan emosi-emosi negatif dalam kategori sedang dan rendah. Emosi bosan, malu, marah, dan cemas berada dalam kategori sedang. Hal ini menandakan bahwa emosi-emosi

(6)

tersebut memiliki intensitas sedang sehingga tidak terlalu dihayati oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi. Sedangkan emosi putus asa memiliki intensitas rendah, artinya mahasiswa tidak menghayati kemunculan emosi tersebut dalam penyusunan skripsi. Rincian mengenai gambaran emosi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Universitas Padjadjaran dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Gambaran Emosi Mahasiswa

Emosi Tinggi Sedang Rendah Rerata

Std. Deviasi Emosi Positif Menikmati/enjo yment 119 26.7% 297 66.6% 30 6.7% 3.27 0.68 Berharap/hope 296 66.4% 146 32.7% 4 0.9% 3.88 0.56 Bangga/pride 298 66.8% 140 31.4% 8 1.8% 3.84 0.63 Lega/relief 365 81.8% 78 17.5% 3 0.7% 4.11 0.57 Emosi Negatif Bosan/boredom 58 13% 294 65.9% 94 21.1% 2.86 0.68 malu/shame 29 6.5% 232 52% 185 41.5% 2.49 0.75 marah/anger 46 10.3% 216 48.4% 184 41.3% 2.52 0.80 Putus asa/hopelessness 21 4.7% 209 46.9% 216 48.4% 2.37 0.71 cemas/anxiety 103 23.1% 260 58.3% 83 18.6% 3.06 0.81

Hubungan subjective value dengan emosi dalam Penyusunan Skripsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjective value memiliki hubungan positif terhadap semua emosi positif (menikmati, bangga, berharap, dan lega) dengan nilai korelasi berkisar 0,380 – 0,519. Hubungan positif menunjukkan bahwa semakin skripsi dianggap berharga bagi mahasiswa maka intensitas emosi positif yang dihayati mahasiswa akan semakin tinggi.

Penelitian ini menunjukkan hubungan yang terjadi antara subjective value dan emosi negatif (bosan, malu, marah, putus asa) adalah hubungan yang bernilai negatif dengan nilai korelasi berkisar -0,105 – -0,259. Hubungan ini menunjukkan bahwa semakin tidak dianggap berharga skripsi bagi mahasiswa maka akan meningkatkan emosi negatif yang dihayati oleh individu.

Hal yang sama pun terjadi pada intrinsic dan extrinsic value. intrinsic value memiliki hubungan positif dengan semua emosi positif (r = -0,456 – 0,745) dan

(7)

hubungan negatif dengan semua emosi negatif (r = 0,140 – 0,368). Hubungan positif menunjukkan bahwa semakin skripsi dianggap penting, menarik, dan menyenangkan maka hal tersebut akan semakin menguatkan penghayatan mahasiswa terhadap kemunculan emosi positif dalam penyusunan skripsi. Semakin skripsi dianggap sebagai hal yang tidak menarik, tidak penting, dan tidak menyenangkan maka akan semakin menguatkan penghayatan mahasiswa terhadap kemunculan emosi negatif.

Extrinsic value memiliki hubungan positif dengan semua emosi-emosi positif (r = 0,516 – 0,558) dan hubungan negatif dengan hampir semua emosi-emosi negatif (r = -0,088 – -0,297) kecuali emosi cemas, tidak terdapat hubungan. Hubungan positif menandakan bahwa semakin tinggi anggapan mahasiswa bahwa skripsi memiliki nilai instrumental di dalamnya maka akan membuat penghayatan terhadap emosi positif yang muncul semakin tinggi. Hubungan negatif menandakan bahwa semakin tinggi anggapan mahasiswa bahwa skripsi tidak memiliki nilai instrumental di dalamnya maka akan membuat penghayatan terhadap emosi negatif yang muncul semakin tinggi. Akan tetapi untuk emosi cemas tidak terdapat hubungan dengan subjective value, hubungan hanya terjadi dengan intrinsic value. Rincian hubungan yang terjadi antara subjective value dan emosi dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3 Korelasi Subjective value dengan Emosi

Emosi Subjective Value

Subjective Value Intrinsic value Extrinsic value Emosi Positif Menikmati/ enjoyment 0.380* .745* .558* Berharap/ hope 0.519* .495* .516* Bangga/ pride 0.469* .564* .544* Lega/relief 0.502* .456* .530* Emosi Negatif Bosan/ boredom -0.196* -.368* -.272* Putus asa/ hopelesssness -0.259* -.306* -.297* Malu/ shame -0.105* -.172* -.088* Marah/ anger -0.155* -.295* -.217* Cemas/anxiety -0.023 -.140* -0.061 Keterangan :

(8)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika mehasiswa menganggap berharga skripsi hal tersebut akan meningkatkan penghayatannya terhadap emosi-emosi positif (menikmati, bangga, berharap, dan lega) yang muncul. ketika mahasiswa menganggap bahwa skripsi tidak dapat membuat dirinya mendapatkan hal yang berguna untuk pengembangan diri dan mendapatkan hal-hal yang diinginkan di masa depan maka hal tersebut akan semakin meningkatkan intensitas emosi-emosi negatif (bosan, malu, marah, putus asa, kecuali emosi cemas) yang muncul.

Anggapan terhadap keberhargaan skripsi dapat dibagi ke dalam dua hal yaitu: pertama, dianggap berharga karena skripsi itu sendiri, dimana skripsi dianggap sebagai hal yang menarik, menyenangkan, dan penting untuk dikerjakan karena dapat menjadi sarana mengembangkan diri baik itu secara skill, knowledge, dan attitude dan self-actualization (Based on Mitchell & Albright, 1972 dalam Heckhausen, 2008). Kedua, dianggap berharga karena skripsi memiliki nilai instrument untuk mencapai tujuan lain. Tujuan lain pengerjaan skripsi yang dimaksud pada penelitian ini adalah kelulusan dan mendapatkan gelar.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa mahasiswa menganggap berharga skripsi baik itu aktivitas penyusunan skripsi maupun hasil yang didapatkannya. Selain itu gambaran emosi yang muncul menunjukkan bahwa emosi berharap, bangga, dan lega sangat dihayati kemunculannya oleh mahasiswa. Sedangkan penghayatan kemunculan emosi menikmati tidak begitu dalam dilakukan oleh mahasiswa. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya mengenai emosi menikmati (enjoyment) pada mahasiswa mata kuliah statistik menemukan bahwa emosi menikmati (enjoyment) memiliki value yang tinggi, (Pekrun, Barrera, Goetz, & Maier, 2003 dalam Pekrun, 2007). Studi terbaru oleh Barrera (2001) pada mahasiswa dalam mata kuliah statistika menunjukkan bahwa emosi menikmati yang dialami mahasiswa tinggi ketika mata kuliah ini diangap penting (value) adalah tinggi. Begitu sebaliknya ketika emosi menikmati dirasa rendah berarti value yang dilakukan oleh mahasiswa juga rendah (Pekrun, 2002b). Intensitas yang terjadi pada kemunculan emosi-emosi positif semuanya sam-sama karena tinggi subjective value atau anggapan keberhargaan mahasiswa terhadap skripsi, akan tetapi yang menyebakan perbedaan intensitas pada tiap emosi adalah nilai dari subjective value itu sendiri.

Dampak penilaian akan keberhargaan skripsi yang tinggi memengaruhi intensitas munculnya emosi negatif. Tidak ada emosi negatif yang memiliki intensitas tinggi

(9)

pada kemunculannya. Emosi bosan, malu, marah, dan cemas memiliki intensitas sedang. Sedangkan, emosi cemas memiliki intensitas rendah.

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat komposisi subjective value yang memiliki hubungan lebih tinggi diantara intrinsic dan extrinsic value terhadap masing-masing emosi positif. Ketika mahasiswa lebih menganggap skripsi sebagai hal yang berharga karena hal tersebut dapat membuatnya mengembangkan dirinya maka akan memunculkan emosi menikmati. Ketika mahasiswa lebih menganggap bahwa skripsi sebagai hal yang dapat membuatnya lulus dan mendapatkan gelas maka emosi yang dapat diprediksi muncul adalah emosi berharap dan lega. Sedangkan ketika mahasiswa sama-sama menganggap skripsi dapat membuatnya mengembangkan diri dan lulus menjadi sarjana maka emosi yang akan muncul adalah emosi bangga. Ketika mahasiswa tidak menganggap bahwa skripsi dapat mengembangkan dirinya maka semua emosi negatif yang akan muncul yaitu bosan, malu, marah, putus asa, dan emosi cemas. Berdasarkan pernyataan Pekrun dalam tulisannya mengungkapkan bahwa emosi positif dan negatif memengaruhi bagaimana seseorang belajar dengan cara memengaruhi atensi individu, motivasi, strategi yang digunakan dan regulasi diri dalam belajar (Pekrun, 2014).

Hal lain yang ditemukan pada penelitian ini adalah emosi cemas tidak berhubungan dengan subjective value secara keseluruhan. Hal ini terjadi karena emosi ini tidak berhubungan dengan extrinsic value. Mahasiswa menganggap penyelesaian skripsi merupakan hal yang yang ia senangi berdasarkan aktivitas yang dilakukannya, hal yang ia kerjakan dengan baik karena ia merasa tertarik saat melakukannya, dan merupakan hal yang penting untuk dapat berhasil dalam setiap aktivitas yang ia lakukan. Ketiga hal tersebut terjadi tanpa ada penilaian bahwa aktivitas atau hasil tersebut berhubungan dengan tujuan di masa depan. Penjelasan tersebut sejalan dengan definisi extrinsic value yang diajukan oleh Pekrun bahwa penilaian ini melibatkan dua hal yaitu derajat penilaian akan pentingnya suatu hal bagi diri individu dan persepsi bahwa hal tersebut dapat mendukung atau menghambat pencapaian tujuan (Pekrun&Garcia, 2014). Ketika salah satu value tidak ada maka kemunculan emosi dipastikan tidak akan terjadi. Sekecil apa pun penilaian individu terhadap aktivitas yang dikerjakannya berhubungan dengan masa depan atau penting bagi dirinya, hal tersebut tetap berperan terhadap kemunculan suatu emosi terutama penentuan intensitas emosi yang dirasakannya.

(10)

SIMPULAN DAN SARAN

Subjective value terhadap skripsi yang dianggap berharga oleh mahasiswa meningkatkan intenstitas emosi positif yang muncul dalam penyusunan skripsi. Hubungan yang terjadi antara subjective value dan emosi adalah positif untuk emosi positif dan negatif untuk emosi negatif. Pada penelitian ini terbukti bahwa subjective value harus memiliki nilai penting bagi diri individu sendiri dan persepsi bahwa hal tersebut mendukung/bermanfaat/menghambat pencapaian tujuan individu di masa depan. Ketika tidak ada salah satu value terhadap hal tersebut, maka tidak akan memunculkan subjective value secara utuh atau dengan kata lain aktivitas atau hasil menjadi tidak bermakna dan hal tersebut berpengaruh pada ketidakmunculan emosi.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan mahasiswa untuk meningkatkan kemunculan emosi positif dan menekan emosi negatif dengan cara melakukan pemilihan topik skripsi dengan tepat. Karena ketika menyenangi, tertarik dan menganggap bahwa topik tersebut perlu untuk diteliti hal tersebut akan dapat memunculkan emosi-emosi positif.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, S. 2013. Model Prestasi dalam Pengerjaan Skripsi Terkait dengan Peran Achievement Emotions dan Self-Regulation Pada Mahasiswa Psikologi di Bandung. Disertasi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Tidak dipublikasikan.

Cole, James S., David A. Bergin, and Tiffany A. Whittaker. 2008. Predicting Student Achievement For Low Stakes Test With Effort and Task Value. Contemporary Educational Psychology 33, 609-624.

Graziano, A. M., & Raulin, M. L. 2000. Research Methods a Process of Inquiry, 4th Edition. USA : Pearson Education, Inc.

Heckhausen, Jutta & Heinz heckhausen. 2008. Motivation and Action. New York: Cambridge University Press.

Pekrun, R., Goetz, T., Titz, W., & Perry, R. P. (2002a). Academic emotions in Students` self-regulated learning and achievement: A program of Quantitative and qualitative research. Educational Psychologist, 37, 91-106.

Pekrun, R., Goetz, T., Titz, W., & Perry, R. P. (2002b). Positive Emotions in Education. Oxford University Press, S. 149-173.

(11)

Brussels : International Academy of Education.

Pekrun, Reinhard and Garcia, Lisa- Linnenbrink. 2014. International Handbook of Emotions in Education. New York : Taylor & Francis.

Wigfield, A. & Eccles, J. S., 1992. The Development of Achievement Task Values: A Theoretical Analysis. _: Academic Press, Inc.

Gambar

Tabel 2 Gambaran Emosi Mahasiswa
Tabel 3  Korelasi Subjective value dengan Emosi

Referensi

Dokumen terkait

Analisis spasial wilayah potensial PKL menghasilkan peta tingkat wilayah potensial yang tersebar sepanjang Jalan Dr.Radjiman berdasarkan aksesibilitas lokasi dan

Whetyningtyas (2014) meneliti Pengaruh Pengungkapan Sukarela Terhadap Biaya Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta: Keberadaan Komite

slow release dilakukan dengan 2 metode yaitu metode spektrofotmetri dan pH-metri. Metode spektrofotometri dilakukan terhadap urea tanpa zeolit dan zeolit-APTMS. Masing

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

Penelitian umumnya mencakup dua tahap, yaitu penemuan masalah dan pemecahan masalah. Penemuan masalah dalam penelitian meliputi identifikasi bidang masalah, penentuan

Kemampuan bakteri untuk mendegradasi suatu hidrokarbon dari limbah minyak bumi berbeda-beda, karena komposisi senyawa hidrokarbon yang terdapat di dalam minyak bumi berbeda

[r]

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia