• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 6z. Ut\U. Perbandingan Efektifitas dari Fish Oil, Kurkumin dan Metformin pada Perbaikan Resistensi Insulin Mencit Obes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 6z. Ut\U. Perbandingan Efektifitas dari Fish Oil, Kurkumin dan Metformin pada Perbaikan Resistensi Insulin Mencit Obes"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Ut\U

Perbandingan Efektifitas dari Fish Oil, Kurkumin dan Metformin

pada Perbaikan Resistensi Insulin Mencit Obes

I

,.

.

9?cr9n re,.,,rj; ... 1 {�}�\1 PPnf1Ci1��)3n ;.. ·�n • ..

t

·�el

}j

Nama Penyusun Laporan :

1. Mardiana

2. Nur Ashari

3. A. Yasmin Syauki

Bagian ilmu

Gizi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

·

Makassar

2011

(2)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

Perbandingan Efektifitas dari Fish Oil, Kurkumin dan Metformin

pada Perbaikan Resistensi Insulin Mencit Obes

__ _

f6

atl

a

o

Pencli.l.iC!l dun Pcngemb:m�:m Kt'M.�hr.llw

PERPUSTAKAAN

----·

--Nama Penyusun Laporan :

1.

Mardiana

2.

Nur Ashari

3.

A. Yasmin Syauki

Bagian ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar

(3)

DAFTAR lSI

BAB

I.

BAS II.

PENDAHULUAN

1.1

1.2

1.3

1.3.1

1.3.2

1.4

1.5

Latar-belakang masalah ... .

Rumusan masalah ...

.

Tujuan Penelitian

.

.

. . . .

.

..

.

...

.

.

....

..

. . . .

.

.

.

Tujuan Umum ...

.

Tujuan Khusus ... .

Hipotesis Penelitian

. . . .

.

.

.

. . . .

.

.

.

.

..

Manfaat Penelitian ...

.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

11.1.

Efek

Fish Oil

Terhadap Sensitivitas

Insulin ... .. . .. . . .. .. . ... .. . . ... . . . ...

.

11.2

Efek Kurkumin Terhadap Sensitivitas

Insulin ... . . . :

. . .. . .

.

. .

.

. .

.

.

. . . .

.

. . . .

i-ii

1

6

7 7 7

8

8

12

15

BAB Ill.

KERANGKA KONSEP

. . .

20

BAB IV.

METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian

· · ·

IV. 1

IV.2

Tempat dan waktu penelitian ...

. .

21

21

(4)

IV.3

IV.4

IV.5

IV.6

IV.7

IV.8

IV. 9

IV.10

IV. 1 1

Subyek Penelitian ... ... .

ljin Penelitian dan

Ethical C/eartmce ..

.

AI at dan Bahan Penelitian ... . Prosedur Penelitian ... .

Cara Pengumpulan Data ... .

ldentifikasi Variabel ... . . Definisi Operasional. ... .

Anal isis Data dan Uji Statistik ... .

Alur Penelitian ... .

BAB

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

21

21

22

22

27

27

28

31

31

IV.1

Hasil... ..

. . . . .. . .. . . . . . .. . . . . . ..

32

fV.2

Pembahasan...

.

..

... ... ... ... ... ... . .

37

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1

Kesimpulan... . . .

... ... ... ... . . . ... ... ... ... ... ...

41

V.2

Saran... .

.. .. . .. . . . . .. . . .. . . . . .. .. . . .. . . . .. . . .. . .

42

DAFT AR PUSTAKA

.

. .. . . . .. . . . . . .. . .. .. . . ... .. .. .. . . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. . ..

43

LAMPIRAN

. . . .. . .

48

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak secara berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Obesitas telah menjadi pandemi global di seluruh dunia dan dinyatakan oleh

Word Health

Organization (WHO)

sebagai masalah kesehatan kronis terbesar pada orang dewasa (Soegih R,

2009).

Pada tahun

2003

Badan Kesehatan Dunia

(WHO}

menunjukkan data bahwa

17,5%

populasi Indonesia dikategorikan over weight (kegemukan) dan

4, 7%

obesitas. Apabila digunakan klasifikasi obesitas untuk orang Asia yaitu indeks massa tubuh lebih dari

25

kg/m2, maka hasilnya menjadi

48,97%

pria dan

40,65%

wanita (Nugraha,

2009).

Hasil penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa jaringan adiposa bukan hanya sebagai tempat penyimpanan lemak, tetapi juga merupakan organ endokrin yang berperan penting dalam interaksi dengan signal endokrin, metabolik dan inflamasi untuk mengatur homeostasis energi. Matsuzawa dkk telah buktikan set lemak (adiposa) mengsekresi berbagai macam protein ke dalam sirkulasi. Protein ini secara kolektif disebut sebagai adipositokin, yang sekarang lebih sering disebut sebagai

adipokin, yaitu leptin,

plasminogen activator inhibitor�1

(PAI-1), adipsin,

(6)

2

unik oleh karena dapat meningkatkan sensitivitas insulin (Matsuzawa Y,

2004).

Penelitian akhir-akhir ini merubah pandangan kita tentang jaringan

adiposa. Anggapan awal bahwa jaringan adiposa merupakan jaringan

yang pasif dan hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan kelebihan

energi (dalam bentuk trigliserida) telah berubah secara drastis. Asam

lemak bebas adalah bentuk bebas lipoprotein akibat adanya enzim

lipoprotein lipase

(LPL) yang masuk ke dalam sel adiposa, dan

berkumpul kembali dalam bentuk trigliserida melalui proses esterifikasi

menjadi gliserol. Sel adiposa mempunyai peran fisiologi yang penting

dalam memelihara trigliserida dan kadar asam lemak bebas, juga

mempengaruhi resistensi insulin.

Dengan demikian jaringan adiposa

saat ini merupakan jaringan yang aktif berperan dalam mengatur

secara aktif jalur homeostatis energi. Aktivitas tersebut dikendalikan

oleh jalinan kerja sinyal hormonal dan neuronal yang kompleks (Bray,

2004) (Fruhbeck

G,

2001).

Jaringan lemak mempunyai dua fungsi yaitu sebagai tempat

penyimpanan lemak dalam bentuk trigliserida, dan sebagai organ

endokrin. Sel lemak menghasilkan berbagai harmon yang disebut juga

adipositokin (adipokin) yaitu leptin,

tumor necrosis factor alpha

(TNF-alfa),

interleukin-6 (IL-6), resistin, dan adiponektin. Hormon-hormon tersebut

berperan juga pada terjadinya resistensi insulin.

(7)

Sel adiposa yang membesar akan merangsang te�adinya inflamasi

sehingga makrofag masuk ke jaringan adiposa dan melepaskan sekret

protein proinflamasi. Oleh karena itu mengendalikan respon proinflamasi

bermanfaat mencegah atau memperbaiki efek patologis dari obesitas

(Kelley D, 2000).

Jaringan adiposa model binatang coba yang obes ditandai dengan

adanya suasana inflamasi atau disebut juga sebagai sel lemak yang

sedang "sakir (sick fat

cells), serta tampak adanya infiltrasi makrofag

yang sejalan dengan derajat obesitas. Perubahan pada sel adiposa dalam

hal jumlah dan ukuran sel, menyebabkan perubahan pada daerah

sekitamya dan te�adi modifikasi fungsi parakrin dari jaringan adiposa

(Lee,

2005).

Pada kondisi obesitas akan terjadi penurunan konsentrasi

adiponektin. Penurunan kadar adiponektin diduga berperan dalam

patogenesis resistensi insulin terlepas apakah termasuk kategori obesitas

atau tidak, penyakit kardiovaskular yang terkait dengan obesitas (Yildiz

80,

2004), (Chandran M,2003), (Trujillo ME, 2005) . Konsentrasi

adiponektin disimpulkan ada hubungan yang kuat dengan obesitas sentral

dan resiko penyakit

kardiovaskuler (Smith, 2006). Obesitas sentral

mempunyai risiko hipoadiponektinemia 5 kali lebih besar dibandingkan

dengan non obesitas sentral (Gotera, 2006).

Adiponektin merupakan salah satu dari banyak faktor spesifik

jaringan adiposa. Adiponektin berperan memperbaiki sensitivitas insu1in

(8)

4

dan menghambat peradangan vaskuler. Kadar adiponektin di dalam

plasma secara bermakna menurun pada subyek yang mengalami

obesitas, resistensi insulin, dan pengidap diabetes melitus tipe 2 (Roberto

B, 2004).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa aktifasi AMP kinase

merupakan bagian dari efek signalling dari adiponektin. AMP kinase akhir­

akhir ini, dianggap sebagai komponen yang berperan dalam mekanisme

kerja metformin sehingga diduga adiponektin mempunyai efek metabolik

anti diabetik melalui peningkatan sensitivitas insulin (Fernandez-Real,

2004).

Secara garis besar dampak adiponektin terhadap respon inflamasi

adalah menghambat produksi

TNF-a,

sehingga dianggap adiponektin

adalah anti inflamasi (Chandran M, 2003). Adiponektin juga menurunkan

kadar trigliserida hati dan otot melalui peningkatan ekspresi gen

peroxisome proliferator activated receptor (PPAR)

a

dan

y (Chan NN,

2005).

Saat ini penelitian ekstrak kurkuma lebih difokuskan pada

mekanisme efek molekulemya. Kurkumin sebagai zat aktif yang terdapat

pada ekstrak kurkuma diketahui mempunyai sifat anti inflamasi dengan

cara menghambat produksi IL-1 , IL-6 dan TNF-a dan merangsang sekresi

IL-10 pada hewan coba (Sharma, 2007). Kurkumin juga dilaporkan

mempunyai efek anti inflamasi yang diperlihatkan dengan memicu

ekspresi PPARy (Leu TH; 2002).

(9)

Fish

oil yang banyak mengandung n�3 sebagai prekursor EPA dan

DHA telah dibuktikan dalam beberapa penelitian mempunyai efek anti­

inflamasi. Penelitian oleh Neschen melaporkan fish oil 27% dalam diet

binatang percobaan dapat memicu sekresi adiponektin secara tidak

langsung, yaitu melalui jalur PPAR-y dan PPAR-a (Neschen, 2006).

Kurkumin dan fish oil keduanya merupakan bahan alami yang

berlimpah di tanah air kita, pemanfaatan keduanya perlu dilakukan untuk

memberi manfaat bagi kita semua. Dari beberapa bukti diatas bahwa efek

fish oil dan kurkumin sebagai anti inflamasi maka penelitian ini saya

anggap penting dilakukan sehingga nantinya keduanya dapat

direkomendasikan sebagai suplementasi bagi penderita obes.

Penelitian ini dilakukan pada mencit mengingat pada penelitian

hewan perbedaan faktor genetik dapat dikendalikan dan pengaruh rancu

dari lingkungan dapat diminimalisasi sehingga patomekanisme penyakit

dapat menjadi lebih baik ditelusuri dibanding penelitian pada manusia.

Menurut pengetahuan kami, belum pernah ada penelitian untuk

membandingkan efek gabungan keduanya dengan melihat peningkatan

sensitivitas insulin berdasarkan mekanisme peningkatan

kadar

adiponektin dengan kontrol positif obat anti diabetes metformin pada

mencit obes maka kami anggap sebagai nilai novel penelitian ini.

Berdasarkan uraian di atas maka hal tersebut mendorong penulis

untuk melakukan penelitian mengenai "pengaruh pemberian

fish

oil,

(10)

6

ekstrak kurkuma dan terhadap peningkatan kadar adiponektin mencit

obes".

1.2

rumusan

masalah

Berdasarkan Jatar belakang yang telah diuraikan di atas maka

dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut yaitu :

1. Sejauh mana pengaruh pemberian fish oil dan ekstrak kurkuma

dibanding metformin terhadap perbaikan sensitivitas insulin

pada mencit obes ?

2. Sejauh mana pengaruh pemberian fish oil dan ekstrak kurkuma

dibanding metformin terhadap berat badan pada mencit obes ?

3. Sejauh mana pengaruh pemberian fish oil dan ekstrak kurkuma

dibanding metformin terhadap peningkatan kadar adiponektin,

pada mencit obes ?

4. Sejauh mana pengaruh pemberian fish oil dan ekstrak kurkuma

dibanding metformin terhadap penurunan TNF-a, pada mencit

obes?

5. Sejauh mana pengaruh pemberian fish oil dan ekstrak kurkuma

dibanding metformin terhadap penghambatan ekspresi Sterol

Regulatory Element Binding Protein (SREBP-1c) pada mencit

obes?

6. Sejauh mana hubungan peningkatan kadar adiponektin

penurunan TNF-a, penghambatan ekspresi Sterol Regulatory

(11)

Element Binding Protein (SREBP-1c) dengan penurunan berat

badan dan sensitivitas insulin melalui tes toleransi glukosa, tes

toleransi insulin pada mencit obes?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Melihat pengaruh pemberian fish oil, kurkumin dan kombinasi

keduanya terhadap mekanisme perbaikan resistensi insulin mencit

obes.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Membandingkan berat badan sebelum dan setelah intervensi pada

mencit kontrol dan perlakuan.

b. Membandingkan resistensi insulin melalui tes toleransi glukosa dan

Insulin (TTG

&

TTl) setelah intervensi pada mencit kontrol dan

perlakuan.

c. Menganalisa mekanisme perbaikan resistensi insulin dan

metabolisme glukosa dengan mengukur kadar protein dan ekspresi

adiponektin, TNF-a, SREBP-1c, setelah intervensi pada mencit

kontrol dan perlakuan.

(12)

8

1.4. Hipotesis Penelitian

Pemberian fish oil dan ekstrak kurkuma dapat memperbaiki

resistensi insulin melalui peningkatan kadar adiponektin, penurunan TNF­

a,

penghambatan ekspresi Sterol Regulatory Element Binding Protein

(SREBP-1c) dan penurunan berat badan mencit obes.

1.5

Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi ilmiah mengenai manfaat suplementasi fish

oil dan kurkuma dalam perbaikan metabolism glukosa melalui

peningkatan kadar adiponektin, penurunan TNF-a dan penurunan

ekspresi SREBP-1c sehingga meningkatkan oksidasi lemak.

b. Memberi informasi kepada masyarakat manfaat suplementasi fish

oil dan kurkuma yang dapat menurunkan berat badan penderita

obes.

c. Dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya untuk menggali

mekanisme molekuler selanjutnya.

d. Dapat menjadi bahan pertimbangan industri masyarakat untuk lebih

mengembangkan pemanfaatan fish oil (minyak ikan) dan kurkuma

(kunyit) karena berdasarkan manfaatnya bagi penderita obes.

e. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk peneliti

selanjutnya, antara lain penelitian dengan suplemen gabungan

keduanya pada penelitian manusia pada penyakit yang

berhubungan dengan obesitas.

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Jaringan adiposit model binatang coba yang obes ditandai dengan

adanya suasana inflamasi atau disebut juga sebagai sel lemak yang

sedang "sakif (sick fat cells}, serta tampak adanya infiltrasi makrofag

yang sejalan dengan derajat obesitas. Perubahan pada adiposit dalam hal

jumlah dan ukuran sel, menyebabkan perubahan pada daerah sekitarnya

dan terjadi modifikasi fungsi parakrin dari adiposit. Pada keadaan obes,

adiposit akan mengsekresi

TNF-a,

yang akan menstimulasi preadiposit

mengeluarkan monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1). Dengan pola

yang sama, sel endotel juga menghasilkan MCP-1 sebagai respons

terhadap rangsangan sitokin. (Lee,2005)

Resistensi insulin pada keadaan prediabetes menyebabkan

peningkatan faktor-faktor pro inflamasi seperti hsCRP,

TNFa,

IL-6 serta

terjadinya penurunan faktor anti inflamasi. Penelitian oleh Pradhan dkk

menyimpulkan bahwa kadar hsCRP dan kadar IL-6 yang tinggi merupakan

faktor risiko bagi penyakit diabetes mellitus dan kardiovaskuler di

kemudian hari. (Pradhan,2001)

Pada kondisi obesitas akan terjadi penurunan konsentrasi

adiponektin. Penurunan kadar adiponektin diduga berperan dalam

patogenesis resistensi insulin ter1epas apakah termasuk kategori obesitas

(14)

10

atau tidak. (Chandran M,2003) (Trujillo ME, 2005) Adiponektin teHetak

pada kromosom 3q27, sebuah lokus yang juga diketahui secara struktural

homolog dengan TNF�a. Produksi TNF a yang berlebihan oleh jaringan adiposa menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Penurunan kadar

adiponektin plasma berperan kausatif terhadap perkembangan resistensi

insulin. (Hotta,2000). Oleh sebab itu secara garis besar dampak

adiponektin terhadap respon inflamasi adalah menghambat efek

proinflamasi dari TNF-a, sehingga ada anggapan adiponektin sebagai anti inflamasi.

Adiponektin adalah protein yang disekresikan secara spesifik oleh

adiposit. Kadarnya akan meningkat sebagai respon terhadap adanya

paparan agonis PPARy sehingga kadar adiponektin dalam serum akan

meningkat secara signifikan. (Bouskila M,2005).

Peningkatan asam lemak bebas pada subyek obes merupakan akibat dari resistensi insulin dan peningkatan TNF-a sehingga terjadi Lipolisis terutama dari lemak intraperitoneal. Asam lemak ini akan menghambat kerja insulin di jaringan perifer terutama otot skelet yang akan menggunakan 70% dari glukosa darah. Peningkatan oksidasi lemak

di jaringan otot misalnya dengan aktivitas akan meningkatkan sensitivitas insulin. Obat diabetes golongan metformin merupakan salah satu obat paling unggul untuk meningkatkan sensitivitas insulin melalui peningkatan

(15)

oksidasi lemak di hati dan otot skelet dengan target peningkatan aktivitas

AMPK, PPAR-a, dan inhibisi ekspresi Sterol Regulatory·Eiement Binding

Protein (SREBP-1c) di hati yang merupakan faktor transkripsi untuk

sintesa protein dan enzim sintesa lemak. Penurunan akumulasi lemak ini

akan menurunkan inflamasi yang merupakan penyebab resistensi insulin

(Hotta,2000)(8erg AH,2002) (Berg AH, 2005).

Hati merupakan tempat metabolisme asam lemak. Faktor transkripsi

SREBP-1c merupakan kunci dalam metabolism asam lemak melalui

pengaturan ekpresi variasi gen yang berkontribusi terhadap sintesis asam

lemak. Sebuah observasi menyatakan bahwa ekspresi SREBP-1 c dalam

hati adalah up-regulated pada model tikus obes dan bahwa ekspresi

bertebihan transgenik SREBP-1c menginduksi hipertrigliseridemia atau

hepatik steatosis, disarankan bahwa peningkatan SREBP-1 c yang

melimpah dalam hati memberi kontribusi terhadap patogenesis dari

penyakit ini. Mekanisme yang mendasari peningkatan ekspresi SREBP-1 c

pada binatang obes bagaimanapun tetap tidak diketahui. (Mototsugu

Takashima, 2009). Prinsipnya bahwa SREBP-1c adalah mediator sentral

aktifitas genomik insulin terhadap metabolism karbohidrat dan lipid dalam

hati dan jaringam adiposa (Smih, 2002) .

(16)

11.1 Efek Fish Oil Terhadap Sensitivitas Insulin

Minyak Omega merupakan minyak yang memiliki kadar tinggi asam

lemak omega (omega berarti akhir). Jadi asam lemak Omega-3 berarti

memiliki ikatan rangkap tak jenuh yang terdapat pada atom C ketiga dan

keempat terakhir dihitung dari gugus methy/-nya, demikian seterusnya

bagi Omega-6 dan Omega-9.

Penelitian pada binatang model, untuk melihat kadar adiponektin

setelah pemberian omega 3 menunjukkan efek anti inflamasi dapat

meningkatkan sensitivitas insulin melalui mekanisme yang mandiri

PPARy-dependent mechanism dan adiponectin dependent mechanism.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa omega 3 berperan untuk menurun

gejala gangguan metabolisme seperti peradangan, kelainan

Profil

lipid

kelainan, fungsi endotel, dan tekanan darah melalui adiponectin

dependent mechanism. (D, 2007)

Penelitian mencit obesitas dapat melihat omega 3 mencegah

resistensi insulin melalui jalur PPARa-dependent pathway dimana

diacylglycerol (DAG) dianggap sangat berperan sebagai prediktor

sensitivitas insulin. (Neschen S, 2006)

(17)

Pada model tikus obesitas dan lipoatrofi, terjadi resistensi insulin

yang disertai dengan penurunan kadar adiponektin. Pada manusia, kadar

adiponektin secara bermakna lebih rendah pada keadaan resistensi

insulin, termasuk diabetes tipe-2 .. Penelitian meta analisis membuktikan

pengaruh omega 3 dalam menurunkan glukosa darah pada penderita

diabetes. (Friedberg

C,

1998). Omega 3 juga dapat meningkatkan

adiponektin plasma pada penelitian tikus. (Duda MK, 2007)

Kenyataan membuktikan jaringan adiposit berhubungan erat dengan

ukuran besarnya sel adiposit dan menyebabkan ekspresi proinflamasi,

sehingga timbul resistensi insulin, seperti TNF

a.

(Weisberg S P, 2003)

(Xu H, 2003)·

Pada beberapa penelitian tahun-tahun terakhir menjelaskan efek

omega 3 menjelaskan mekanisme kerjanya, bersifat memicu PPARy

sehingga menghambat aktivitas kerja makrofag. (Ricote M, 1998)

Eicosanoid (EPA) banyak dijelaskan mempunyai kemampuan

menghambat inflamasi jaringan adiposa. Aktivitas hambatan inflamasi in

melalui peroxisome proliferator-activator receptors (PPARs)

a, B

and y,

yang pada penelitian akhir-akhir ini dianggap bersifat anti pada jaringan

adiposa dan makrofag. (Kliewer SA, 1997) (Tsuchida A, 2005) Omega-3

dalam fish

oil

menghambat transkripsi gen SREBP-1 (sterol regulatory

element binding) yang mengatur produksi enzim lipogenesis seperti fatty

(18)

14

acid synthase (FAS), acetyJ-CoA carboxylase (ACC), stearoyi-CoA

desaturase (SCD), dan S14 protein. (Fujiwara H, 2008). Penelitian hewan

menunjukkan pemberian fish oil dapat menekan proses lipogenesis

melalui penekanan pematangan SREBP1 melalui penekanan terhadap

ekspresi mRNA SREBP1 c. SREPB1 adalah gen yang mengatur enzim

cholesterologenic dan lipogenic (Kim HJ, 1999)

Minyak ikan

(fish oiQ mengandung asam eicosapentanoat (EPA)

(C20:5n-3) dan asam docosa-heksanoat (DHA) (C22:6n-3) yang termasuk

dalam kelompok asam lemak w-3.Secara lengkap kandungan Fish oil

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 14:0 Myristic acid, 6-9%, 16:0

Palmitic acid, 15-20%,16:1 Palmitoleic acid, 9-14%, 18:0 Stearic acid,

3-4%, 18:1 Oleic acid, 5-12%, 18:2 Linoleic acid, <3%, 18:3 Linolenic acid,

<3%, 18:4 Octadecatetraenoic acid*, 2-4%, 20:4 Arachidonic acid, <3%,

20:5 Eicosapentaenoic acid*, 1 0-15%, 22:6 Docosahexaenoic Acid*,

8-15%.( * adalah asam lemak omega 3 ) yang berasal dari produk sigma.

Omega-3 dalam fish oil menghambat transkripsi gen SREBP-1 (sterol

regulatory element binding) yang mengatur produksi enzim lipogenesis

seperti fatty acid synthase (FAS), acetyl-CoA carboxylase (ACC), stearoyl­

CoA desaturase (SCD), dan S14 protein. Selain itu, asam lemak omega-3

meningkatkan transkripsi enzim regulator untuk oksidasi asam lemak,

seperti acyl-CoA oxidase (ACO), medium-chain acyi-CoA dehydrogenase

(MCAD), lipoprotein lipase (LPL), Fatty Acid Binding Protein (FABP),

(19)

acyl-CoA synthetase (ACS), uncoupling protein-2 (UCP2), dan

camitine

palmitoyltransferase-1 (CPT� 1 ), dengan mengaktivasi peroxisome

proliferator-activated receptor (PPAR)-a. (Reddy J , 1999) melaporkan fish

oil 27% dalam diet binatang percobaan dapat memicu sekresi adiponektin

secara tidak langsung, yaitu melalui jalurPPAR-y dan PPAR-a. (Neschen

s ,2006)

Dalam suatu penelitian yang menggunakan

fish

oil dalam jangka

pendek dan jangka lama ternyata menunjukkan hasil peningkatan kadar

gen adiponektin sekitar 2 kali lipat dalam lemak epididimal, yang selaras

dengan peningkatan 2-3 kali lipat ekspresi PPAR-y. Hal ini menunjukkan

fish

oil

merupakan suatu bahan alami yang merupakan aktivator dari

PPARa dan PPARy.

Fish

oil yang banyak mengandung n-3 sebagai

prekursor EPA dan DHA telah dibuk.tikan dalam beberapa penelitian

mempunyai efek anti-inflamasi, anti-thrombosis, hipolipidemia, dan

meningkatkan kadar adiponektin plasma. (Ridker, 1999)

11.2

Tinjauan Efek Kurkumin dalam Perbaikan Sensitivitas Insulin

Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sinonim :Curcuma domestics Val.atau C.

domestics Rumph atau

C. longa Auct. Merupakan Familia

:Zingiberaceae.

(20)

16

Nama Lokal : Turmeric, Saffron (lnggris), Kurkuma (Belanda), Kunyit (Indonesia dan Malaysia); Kunir (Jawa), Koneng (S·unda), Konyet {Madura).

Kunyit (Curcuma domestic} termasuk salah satu tanaman rempah dan obat, habitat asli tanaman ini meliputi wilayah Asia khususnya Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Indo­ Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pemah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan. jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Rhizoma dari kunyit ini telah lama dikenal di dunia sebaga dapur dan pewarna makanan. Juga digunakan sebagai tanaman obat untuk perlakukan keseleo dan radang di India, negeri China dan negara-negara Asia lainnya.

Di Asia lebih dari

30

jenis spesies kurkuma

(Zingiberaceae)

ditemukan di Asia, dimana rhizome dari tumbuhan ini dapat digunakan baik sebagai bahan bumbu makanan dan obat, seperti pada obat tradisional Indonesia (Jamu) and obat tradisional Cina. Tumbuhan ini berbau harum dan carminative, dan digunakan pada gangguan pencemaan, penyakit hepatitis, ikterus, diabetes, atherosklerosis dan pengobatan akibat infeksi bakteri. Beberapa spesies Kurkuma seperti

Curcuma longa, Curcuma aromatica

and

Curcuma xanthorrhiza adalah

bentuk-bentuk yang popular.

Komponen utama dari spesies curcuma

(21)

adalah kurkuminoid

(curcumin,

desmetoxicumin

dan

bisdesmetoxicurcumin).

Kurkumin adalah komponen yang terbanyak dan menjadi komponen penting yang ditemukan pada tumbuhan ini. (ltokawa H, 1985)

Pertama kali diisolasi tahun 1870, tapi struktur kimianya baru dapat ditemukan sampai tahun 1910. Kurkuminoid sebagai komponen yang utama dalam jenis kurkuma ,yang bertanggung jawab untuk efek

farmakologis karena sifat kimia dan biologinya. Kurkuminoid dalam

C.

longa

dan spesies kurkuma lainnya terutama terdiri dari

curcumin (1), bis­

demethoxycurcumin

(2)

and

demethoxycurcumin

(3)

dimana banyak penelitian menunjukkan spectrum aktivitas biologiknya. Kurkumin [ ( diferuloylmethane, 1 , 7 -bis-(

4-hydroxy-3-methoxyphenyl)-1,6-heptadiene-3,5-dione] adalah bentuk pemberi wama kuning yang diisolasi dari

C.

longa

dan jenis

Curcuma

lainnya. (Uehara S, 1987), (Milobedzka J, 1910)

Efek terkenal dari kurkumin adalah anti inflamasi. Aktivitas kurkumin yang lain adalah dapat menurunkan kolesterol darah, lipoprotein ( LDL) yang teroksidasi, (Soni KB, 1992) menghambat agregasi platelet, menekan trombosis dan infark miokard, menekan DM tipe II,

rheumatoid

arthritis, multiple sclerosis

dan

Alzheimer's disease,

menghambat replikasi virus

human immunodeficiency virus

(HIV), mempercepat penyembuhan luka, meningkatkan sekresi empedu,

hepatoprotektor, cataract formation,

pulmonary toxicity

dan

fibrosis, anti-leishmaniasis

dan

anti-atherosclerotic,

(22)

18

baik pada saat pencegahan maupun pengobatan. Efek toksisitas kurkumin tidak ditemukan bahkan pada dosis tinggi, dan telah digolongkan sebagai

'generally recognized as safe'

(GRAS) oleh

National Cancer Institute.

Saat ini penelitian lebih difokuskan pada mekanisme efek molekulernya. (leu TH, 2002} (Aggarwal BB, 2003). Penelitian dengan binatang membuktikan kurkumin dapat menghambat adipogenesis dan angiogenesis pada tikus obesitas. Penelitian ini dilakukan pada mencit yang diberi diet tinggi lemak dan intervensi dengan kurkumin 500 mg/kg selama 12 minggu (Ejaz A, 2009).

Dalam berbagai studi binatang, didapatkan suatu dosis curcumin pada 100-200 mg setiap kilogram berat badan sebagai anti inflamasi. Dengan dosis yang sama tidak menimbulkan efek kurang baik pada manusia. Dosis fetal peroral ( LD50) pada tikus, yang lebih tinggi dibanding 2.0 g/kg badan., sifat anti inflamasi kurkumin dengan cara menghambat produksi IL-1, IL-6 dan

TNF-a

dan merangsang sekresi

IL-1

0. (Sharma, 2007)

Beberapa laporan menggambarkan kemampuan kurkumin sebagai anti diabetes. Kurkumin dapat menurunkan level glukosa darah pada penelitian tikus. (Mahesh T, 2005) 52 dan kurkumin juga dilaporkan dapat

meningkatkan sensitivitas insulin pada tikus percobaan (Weisberg SP, 2008). Dari penelitian tikus yang lain, dapat ditarik kesimpulan kurkumin

(23)

mempunyai efek anti inflamasi yang dapat menghambat produksi glukosa pada hepatosit (Fujiwara H, 2008).

Kurkumin dilaporkan mencegah stimutasi efek insulin pada adiposit. Efek kurkumin mencegah penghambatan terhadap reseptor GLUT4 sebagai transporter glukosa di sel. (lkonomov OC, 2002). GLUT 4 adalah reseptor glukosa pada permukaan sel, yang menjelaskan kemampuan ambilan glukosa oleh sel. Tapi efek kurkumin dilaporkan menghambat secara langsung transport glukosa ke jaringan adiposit, dan jarang mempunyai efek pada insulin. lni adalah alasan kurkumin sebagai anti diabetes dijelaskan oleh Grenn dkk, pada penelitian berjudul Curcumin is a Direct Inhibitor of Glucose Transport in Adipocytes. (Green A, 2006). Curcumin dapat menekan ekspresi gen LDLR dengan mengaktifkan PPARy dan menekan ekspresi gen SREBP1c. (Qiaohua Kang, 2009)

(24)

BAB Ill. KERANGKA KONSEP

{

Kurkwni

]

(

Fish �il

J

Kurkumin +Fish Oil

[

Metfonnin

J

c>

I

Keterangan:

I

c:J = Variabel bebas

0

= Variabel tergantung � = Variabel antara c:rr::J = Variabel kendali

h

e I adiposa nonnal Diet tinggi

L::C_j

· -Sel

I�

adiposa obes � · J,e11�

.

'-

}

.

II

'Kelan)S..· . i

.

. c.. .J!t

Ji.

TNF -a, PPARa, I PPARy,

GLUT-4

AMP-kinase

1J

c:::.::> = Hubungan variabel bebas

� = Hubungan variabel tergantung

===> = Hubungan variabel antara

rn::¢

= Hubungan variabel kendali

1

I

Q

I

Berat Badan,

TTG, m. Adiponektin, TNF-a, SREB.Plc

20

(25)

IV.1 Desain Penelitian

BABIV

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental.

IV.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di

animal laboratorium

F akultas Kedokteran UNHAS Makassar, direncanakan mulai bulan juli sampai desember 2011.

IV

.3

Subyek Penelitian

Populasi yang digunakan adalah mencit sehat, jenis kelamin jantan dengan galur C57BU6J. Sampel yang diambil adalah mencit umur 5 minggu dengan berat badan 15-20 gram sebanyak 30 ekor.

Dibagi dalam 6 kelompok, disetiap kelompok terdapat 5 ekor men cit.

IV

.4

ljin Penelitian dan

Ethical

Clearance

Permintaan ijin penelitian ini dinyatakan memenuhi persyaratan etik penelitian hewan dari Komisi Etik Penelitian Biomedis Fakultas

(26)

IV.S Alat dan Bahan Penelitian

IV.5.1 Alat Penelitian

22

Kandang mencit, sterilisator, autoklaf, elektroforesis, ELISA (lab. System Multiscan Ascent) machine, QRT-PCR machine, inkubator C02, mikropipet (Ependorf Tube 1,5 cc,), sentifuge, seperangkat alat bedah hewan, dan timbangan digital mencit, disposible 1 cc, tabung 50 cc, PCR Tube, tips kuning, tips biru, glukometer. hand shoen free

powder, QRT-PCR master mjx.

IV.4.2 Bahan Penefitian

Mencit jantan C57BU6J umur 5 minggu, Diet 10% fat (0124508) dan 45% fat(012451), Rodent Diet with 45 kcal% Fat. Including 3 gms Menhaden Oil per 100 gms (011031002) ,kurkumin C7727, Metformin 500 mg, 0-glukosa powder, Insulin injeksi, , strip glukometer, Aquades injeksi 20 cc, mause adiponektin elisa kit, Primers adiponektin, RNAesay mini kit., buvicaine 0,25%.

IV .6 Prosedur Penelitian

IV.6.1 Prosedur Penelitian Eksperimental

Seluruh mencit dikandangkan pada kondisi bebas patogen dan diadaptasikan pada kondisi laboratorium selama 2 minggu dengan pemberian makanan normal dan diberi siklus penerangan 12 jam gelap, 12 jam terang. Mencit kemudian dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:

(27)

tinggi lemak selama 12 minggu, setelah didapatkan mencit dengan berat 35-40 gram, mencit ini tetap diberi diet tinggi lemak kembali tanpa intervensi selama 5 minggu, sebagai kelompok kontrol negatif.

3. Kelompok Ill: Mencit umur 5 minggu, sebanyak 5 ekor diberi diet tinggi lemak selama 12 minggu, setelah didapatkan mencit dengan berat 35-40 gram, diberi intervensi kurkumin selama 6 minggu, sebagai kelompok intervensi kurkumin.

4. Kelompok IV: Mencit umur 5 minggu, sebanyak 5 ekor diberi diet tinggi lemak selama 12 minggu, setelah didapatkan mencit dengan berat 35-40 gram, diberi intervensi fish oil selama 8 minggu, sebagai kelompok intervensi fish oil.

5. Kelompok V: Mencit umur 5 minggu, sebanyak 5 ekor diberi diet tinggi lemak selama

12

minggu, setelah didapatkan mencit dengan berat 35-40 gram, diberi intervensi fish oil+ kurkumin selama 8 minggu, sebagai kelompok intervensi

fish

oi/+kurkumin.

6. Kelompok VI: Mencit umur 5 minggu, sebanyak 5 ekor diberi diet tinggi lemak selama 12 minggu, setelah didapatkan mencit

(28)

24

dengan berat 35-40 gram, diberi intervensi metformin selama 8 minggu, sebagai kelompok kontrol positif.

Selama perlakuan dilakukan menimbangan pellet dan pembersihkan kandang setiap 3 hari. Pencatatan kenaikan berat badan mencit dilakukan setiap minggu.

Pada akhir masa perlakuan dilakukan pemeriksan TIGmt kemudian mencit akan dikorbankan dengan menggunakan anestesi lokal intraperitoneum dengan bupivicaine (0.25%) dan jaringan lemak epididirnis akan ditimbang lalu diambil untuk pemeriksaan adiponektin.

IV.6.2 Prosedur Perneriksaan Tes Toleransi Glukosa

1 .

Mencit dipuasakan selama 16 jam.

2. Berat masing-masing mencit diukur untuk menentukan dosis glukosa yang akan diberikan.

3. Setiap mencit diberikan dosis glukosa 2,5 mg/grBB.

4. Bubuk glukosa yang disiapkan diencerkan dengan konsentrasi 400 mgt ml NaCL 0,9%.

5. Ukur glukosa darah sebelum penyuntikan glukosa menggunakan glukometer untuk mendapatkan nilai kadar glukosa 0 menit.

(29)

lokal dengan bupivicaine (0.25%) untuk menekan nyeri akibat pemotongan ekor mencit.

7. Lakukan suntikan glukosa melalui intraperitoneum dengan dosis berat badan dalam gram dikalikan 1 0 ul yang diambil dari glukosa yang sudah diencerkan.

8. Glukosa darah kemudian diukur pada 30, 60, 120 menit setelah penyuntikan glukosa.

IV.6.3 Prosedur Pemeriksaan Tes Toleransi Insulin 1. Mencit dipuasaka selama 4 jam.

2. Berat masing-masing mencit diukur untuk menentukan dosis insulin yang akan diberikan.

3. Penyuntikan insulin secara intraperitoneum dilakukan dengan dosis 0,75 U/kgbb.

4. Insulin disiapkan dengan melarutkan insulin 16,6 ul dari 10 mg/ml dalam 40 ml BPS untuk mendapatkan insulin 0,1 U/ml.

5. Ukur glukosa darah sebelum penyuntikan glukosa menggunakan glukometer untuk mendapatkan nilai kadar glukosa 0 menit.

6. Darah diambil dari ekor mencit yang sebelumnya telah di anastesi lokal dengan bupivicaine (0.25%) untuk menekan nyeri akibat pemotongan ekor mencit.

7. Lakukan penyuntikan insulin melalui intraperitoneum dengan dosis berat badan dalam gram dikalikan 7,5 ul dari 0,1 Ulml larutan

(30)

26

insulin.

8.

Glukosa darah kemudian diukur pada 30, 60, 12·0 menit setelah penyuntikan insulin.

IV.6.4 Prosedur Pemeriksaan ELISA

Jumlah protein adiponektin serum akan diukur dengan metode Elisa. Sampel darah disentrifus dengan kecepatan 14.000 rpm pada suhu 4 derajat celsius, kemudian serum (supernatan) diambil, untuk kemudian dimasukkan dalam mesin elisa.

IV.6.5 Prosedur Pemeriksaan RT•PCR

QRT-PCR digunakan untuk menilai ekspresi SREBP-1c di hati, TNF-alfa dan adiponektin di Jaringan lemak epididymis. RNA total diekstraksi dari jaringan lemak epididymal, hati, dan otot dengan menggunakan RNeasy kit (Qiagen) atau ISOGEN. Quantitative RT .. PCR dilakukan dengan menggunakan SYBR Green QRT-PCR Master Mix, 1 step sesuai protokol dari produsen (stratagene), yaitu mensintesa eDNA dan Real Time PCR dilakukan satu step dengan menggunakan RNA diamplikasi pada Stratagene Mx3000P QPCR System (Stratagene, USA). Hasilnya dinormalisasi dengan internal kontrol �-actin.

SREBP-1c: forward primer:

ATCGGCGCGGMGCTGTCGGGGTAGCGTC Reverse primer: TGAGCTGGAGCATGTCTTCAA, adiponectin forward primer: 5'­ GCCCAGTCATGCCGMGA-3',

(31)

adiponectin reverse primer, 5'-TCTCCAGCCCCACACTGAAC-3' {product size: 332 bp); b-actin forward primer, 5'-ATGGATGACGATATCGCT-3', b­ actin reverse primer, 5' -ATGAGGT AGTCTGTCAGGT -3' (product size: 588 bp).

Tnfa

forward, 5'-CCAGACCCTCACTAGATCA-3'; Tnfa reverse, 5'-CACTIGGTGGTTTGCTACGAC-3'

IV. 7 Cara Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan pada sampel yang memenuhi kriteria hewan coba. Data diperoleh dengan cara primer. Data yang diperoleh diolah dengan meggunakan analisa statistik, SPSS 15. Untuk melihat perbandingan hasil terapi di antara keenam kelompok digunakan Uji AN OVA dengan batas kemaknaan p<O.

05.

IV

.8

ldentifikasi Varia bel

a. Variabel bebas (lndependen): Kurkumin, Fish oil, Fish oil+kurkumin, metformin.

b. Variabel antara : Proses inflamasi pada obesitas.

c. Variabel tergantung (dependent): Berat Badan (BB), TIG,

Til,

dan Adiponektin.

(32)

IV.9 Definisi Operasional

1. Diet normal adalah diet yang mengandung 10 % lemak, yang didatangkan dari

Research Diet

Amerika, seperti terlihat pada lampiran 1.

2. Diet tinggi lemak adalah diet yang mengandung 45% lemak, yang didatangkan dari

Research Diet

Amerika, seperti terlihat pada lampiran 2.

3. Fis

h

oil terdapat dalam Diet 45% lemak, yang mengandung 3 gram Menhaden Oil dalam 100 gram diet, yang didatangkan dari

Research Diet

Amerika, seperti terlihat pada lampiran 2.

4. Kurkumin adalah ekstrak kurk.umin, dengan kode C7727 yang diproduksi oleh Sigma Ltd (Amerika), dicampukan ke dalam diet 45% lemak dan dibuat pellet.

5. Metformin, dibeli dalam bentuk tablet 500 mg di apotik setempat dengan menggunakan resep dokter dan dicampur ke dalam diet 45% lemak.

6. Mencit kontrol normal adalah mencit jantan, sehat galur C57BU6J, didatangkan langsung dari

Animal Research Centre

(Australia), umur 5 minggu yang diberi diet normal, komposisi pakan mengandung 10% lemak.

7. Mencit kontrol negatif ( mencit obes) adalah mencit jantan, sehat galur C57BL/6J, didatangkan langsung dari

Animal Research

Centre

(Australia), umur

5

minggu, yang telah diberi per1akuan diet

(33)

8. Mencit perlakuan ( intervensi ) adalah mencit yang telah diberi diet tinggi lemak selama 3 bulan sampai berat didapatkan 35-40 gram. yang diberi diet 45% lemak ditambah suplemen

fish oil

atau kurkumin atau

fish

oil dan kurkumin melalui oral yang dicampur kedalam pellet yang dimakan selama 8 minggu.

9. Mencit kontrol positif adalah mencit yang telah diberi diet tinggi lemak selama 3 bulan ditambah metformin yang dicampur ke dalam pellet yang dimakan selama 8 minggu.

1

0. Berat bad an adalah nilai berat bad an mencit yang di dapat dengan mengukur berat badan mencit setiap minggu selama penelitian bertangsung dengan menggunakan timbangan digital mencit dengan ketelitian 0,1 gram.

11. Tes Toleransi Glukosa (TTG) adalah pemeriksaan untuk melihat sensitivitas insulin dengan cara mencit dipuasakan selama 16 jam kemudian larutan glukosa diinjeksi secara intraperitonium dengan dosis 2,5 gram/ kgbb. Kadar gula darah diukur dengan mengambil darah dari vena ekor pada menit 0, 30, 60, 120 dengan menggunakan glukometer.

12. Tes Toleransi Insulin

(TTl)

adalah pemeriksaan untuk melihat sensitivitas insulin dengan cara mencit dipuasakan selama 4 jam

(34)

30

kemudian larutan insulin diinjeksi secara intraperitonium dengan dengan dosis 0, 75 U/kgbb. Kadar gula darah • diukur dengan mengambil darah dari vena ekor pada menit 0, 30,

60,

120 dengan menggunakan glukometer.

13. Adiponektin adalah harmon yang didapatkan di jaringan serum plasma mencit dan jaringan adiposa epididimis setelah 8 minggu intervensi, diperiksa mengunakan teknik RT-PCR di Laboratorium Percobaan Hewan dan Unit Penelitian Fakultas Kedokteran UNHAS

Makassar.

14. TNF-a adalah didapatkan di jaringan serum plasma mencit dan jaringan adiposa epididimis setelah 8 minggu intervensi, diperiksa mengunakan teknik Elisa dan RT -PCR di Laboratorium Percobaan Hewan dan Unit Penelitian Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar.

15. SREBP1 c adalah didapatkan di jaringan hati setelah 8 minggu intervensi, diperiksa mengunakan teknik Elisa dan RT-PCR di Laboratorium Percobaan Hewan dan Unit Penelitian Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar

16.1nsulin resisten adalah keadaan jika terjadi peningkatan kadar glukosa darah sesuai waktu pada 0,30,60 ,90 dan 120 menit setalah penyuntikan glukosa intraperitoneum.

17. Insulin sensitivitas adalah keadaan jika terjadi penurunan kadar glukosa darah sesuai waktu pada 0,30,60,90 dan 120 menit setalah penyuntikan insulin intraperitoneum.

(35)

IV . 1

0

Ana lis is Data Dan Uji Statistik

Data yang dikumpul diolah menggunakan analisis 'statistik dengan

menggunakan

SPSS

15 .. Untuk melihat perbandingan hasil terapi di

antara keempat

kelompok digunakan Uji

ANOVA

dengan batas

kemaknaan 5% (p<0,05}.

IV.11

Alur Penelitian

Mencitjantan, sehat, galur C57BV6J, umur T N G G u 12 M r N G G u 8

5minggu, BB: 15·20 gram, 30 ekor

l

Kondisi bebas pathogen,

. . . adaptasi . - .

5 ekor, ukur BB, diet 25 ekor. Ukur BB, diet tinggi normal (10% lcmak) lemak ( 45% lemak)

Setelah mendapat berat mencit

35-40 gram ( mencit obes)

!

l

_i

5 ekor,

5 ekor 5 ekor, 5 ekor,

5 ekor,

lntcrvensi Intervensi lntervensi

Kontrol Kontrol

3 g/100 g normal perlaku Ekstrak Fish oil

5 ckor, intervensi metformi M I N G G u an Kurkuma 3 g/100 g diet n SOOmglkg ,,{ ...

I

-Uk:ur komsumsi pellet tiap 3 hari Ukur BB setiap minggu,

-Tes Toleransi Glukosa (TTG)

-Tes Toleransi lnsulin (TII) - Adiponektin, TNF-a serum -Eksprcsi TNF-a, Adiponcctin lemak

intra-abdomen - Eksnresi SREBP1c di hati

Fish oil + diet 350 500 mg/kg .. .. .

I

l

l

(36)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1. HASIL

Sebanyak 30 ekor mencit CL57BU6J terlibat dalam penelitian ini,

yang terbagi dalam 6 kelompok yaitu 5 ekor ketompok kontrol normal, 5 ekor kelompok kontrol negatif, 5 ekor kelompok kontrol positif, 15 ekor

kelompok intervensi yang masing-masing terdiri dari 5 ekor, yaitu

kelompok intervensi fish oil, kurkumin, dan gabungan fish oil dan kurkumin. Pada keenam kelompok tersebut kemudian dilakukan analisis

terhadap sejumlah variabel yang akan menjadi acuan dalam melakukan penilaian adanya pengaruh pemberian fish oil, kurkumin dan kombinasi

keduanya terhadap mekanisme perbaikan resistensi insulin mencit obes.

V. 1 . 1 . Karakteristik -dasar responden

Pada tabel berikut memperlihatkan perbedaan karakteristik keenam

kelompok.

label Data berat badan mencit C57BU6J sebelum intervensi

KODE

· ·

Berat Badan Pre lntervensi

(gra

m

j_

Diet Normal 27.08

Hfd 34.82

Hfd + Fish Oil 34.98

Hfd + Curcumin 34.98

Hfd + Fish Oil + Curcumin 34.85

(37)

Kelompok 3

34.98 ± 2.86

Kelompok 4

34.90 ± 5.02

1.0

Kelompok 5

34.90 ± 2.71

Kelompok 6

34.83± 5.12

V. 1. 2 Data Asupan Selama lntervensi

TabeJ Data Efek Asupan Selama lntervensi terhadap keenam

kelompok pada mencit C57BU6J

Asuppost Asuppost(mg Asuppost(mg Asuppost(mg Asuppost(mg

(mg 1} 2} 3) 4} Kelompok 1 95.4 88.9 98.4 Kelompok 2 121.8 93.7 105.0 Kelompok 3 134.4 113.0 100.8 Kelompok 4 124.5 155.8 136.1 Kelompok S 144.9 115.1 111.7 Kelompok 6 147.0 108.6 127.3

Gao

��

80

+'---�--- -60

+---­

+---20

+---

---0 +--- ....,---...,...--5} 104.4 96.3 134.4 123.3 119.7 124.7 150.2 130.6 154.4 144.7 144.3 136.5 -+-Kelompok 1 ..,._Kelompok 2 Kelompok3 �Kelompok4 �KelompokS Kelompok 6 Asuppo

15

uppost 6) } 91.1 105.6 129.4 108.4 116.8 100.2 135.2 120.3 169.5 150.8 161.3 135.0

(38)

V

.

1. 3 Efek Berat Badan

Tabet Data Efek Berat Badan Selama lntervensi terhadap keenam

kelompok pada mencit C57BU6J

BERAT BADAN POST INTERVENSI

Variabel minggul Minggu2 Minggu 3 Minggu 4

Mean ±SD p Mean ±SD p Mean±SD p Mean±SD

Kelompok 2 33.88± 4.51 34±4.15 36.43±5.06 37.5±5.72. 35.13± 2.43 35.82±2.6 37.2± 2.83 39.2±2.79 Kelompok 3 1 36.81± 5.20 37.55±5.0 0.5 39.85±4.81 41.01±4.7 Kelompok 4 0.74 0 6 0.62

7

36.08± 2.72 34.77±3.2 37.2±3.81 39.03± Kelompok S 7 4.05 35.60± 3.56 34.93±3.4 36.72±3.41 37.95±3.6 Kelompok 6 0 2

BERAT BADAN POST INTERVENSI

Varia bel Minggu s Minggu 6 Minsgu 7

Mean±SD p Mean ±SO p Mean±SD p

Kelompok 2 39.38±6.03 38.67±5.77 41.23±5.87 Kelompok 3 40.98±3.07 39.68±2.18 42.27±3.86 Kelompok4 42.12±4.38 0.83 42.78±4.50 0.52 44.4±4.84 0.84 KelompokS 39.7±4.71 41 .57±5.24 42.75±5.92 Kelompok 6 40.08±3.83 41 .58±3.57 43.38±3.67 p 0. 67

(39)

- '-CIO -c "' "a "' ICQ ...

(!!

cu ICQ

---�

Perbandingan

BB

selama interv�nsi

48 45 42 39 36 33 -30 27 24 21 18 15 1 2 3 4 5 6

Lama intervensi (minggu)

7 -+-Kelompok 1 ....,.Kelompok2 --Kelompok 3 ""'*-Kelompok 4 -l!E-Kelompok 5 - Kelompok6

Gambar: Efek pada berat bad an terhadap keenam kelompok pada mencit

C57BU6J

V. 1

.

4 Efek Glukosa Toleransi Tes

Tabel Data Efek Glukosa Toleransi Tes Setelah lntervensi terhadap

keenam kelompok pada mencit

C57BU6J

Kelompok

Kelompok

Kelompok

Kelompok

Kelompok

1

2

3

4

5

0'

60.80

85.00

99.00

95.83

1 04.60

30'

291.00

331.61

323.33

355.67

329.80

60'

176.20

286.50

283.00

295.67

324.00

120'

135.60

172.00

189.33

207.33

218.40

Kelompok

6

109

308.2

328.8

227.4

(40)

r

:�

I

300

I

I

250 200

1

15o 50 100

I

0 �--- -0' 30. 60'

�Kelompok 1 �Kelompok 2 �Kelompok 3 �Kelompok 4 -.-Kelompok 5 Kelompok 6

36

I

I

120'

Gam bar: Efek glukosa toleransi tes terhadap keenam kelompok pada mencit C57BU6J

V. 1 . 5 Efek Insulin Toleransi Tes

Tabel Data Efek Insulin Toleransi Tes Setelah lntervensi terhadap

keenam kelompok pada mencit C57BU6J

Kelompok Kelompo Kelompo Kelompo Kelompo Kelompo

1 k 2 k 3 k 4 k 5 k 6 0' 145.00 1 97.00 215.00 160.00 21 8.00 166 15' 59.00 129.00 168.00 135.00 162.00 1 1 8 30' 33.00 81 .00 100.00 67.00 79.00 76 45' 22.00 82.00 1 35.00 57.00 103.00 93 60' 20.00 89.00 1 52.00 66.00 125.00 1 1 0 75' 20.00 97.00 233.00 83.00 1 50.00 147 90' 20.00

1

09.00 238.00 75.00 165.00 171

(41)

r

2so

I

zoo

1

� 1so

I

100

1

• • • so

I

0 �--- --- --- --0' 15' 30' 45' 60' 75'

�Kelompok 1 �Kelompok 2 .-Kelompok 3

-*-Kelompok 4 �Kelompok 5 Kelompok 6

90'

Gambar: Efek insulin toleransi tes terhadap keenam kelompok pada

mencit

C57BU6J

.

V. 1

PEMBAHASAN

Penelitian ini dimulai pada pemeliharaan mencit yang berumur

lima minggu dimana semua berat badan mencit rata-rata

19

gram,

sebanyak

30

ekor mencit yang diteliti dibagi dalam

2

jenis diet yang

masing-masing 5 ekor untuk diet normal, dan

25

ekor diberi diet tinggi

lemak, yang mengandung 45% lemak. Selama

12

minggu pemeliharaan

telah didapatkan 2 kelompok mencit dengan berat badan yang signifikan

berbeda antara kelompok diet normal dan kelompok diet tinggi lemak.

Selanjutnya dilakukan pengelompokan mencit yang diberikan diet tinggi

lemak menjadi

5

kelompok, yang dibagi menjadi lima ekor masing-masing

setiap kelompok, dilakukan dengan tes homogenitas dan didapatkan

(42)

38

bahwa tidak ada perbedaan berat badan yang signifikan antara kelima

kelompok. Selanjutnya dari kelima kelompok ini, diberi diet tinggi lemak

sebagai kontrol negatif, diet tinggi lemak ditambah intervensi fish oil, diet

tinggi lemak ditambah intervensi kurkumin, diet tinggi lemak ditambah

intervensi fish oil dan kurkumin, diet tinggi lemak ditambah metformin

sebagai kontrol positif. Sedangkan diet normal sebagai kontrol normal

Setelah intervensi dilakukan uji statistik analisis multivariate

dengan SPSS

15

terhadap berat badan setiap kelompok, dan didapatkan

terdapat perbedaan berat badan yang signifikan antara keenam

kelompok, kemudian analisis ini dilanjutkan dengan uji post hoc untuk

melihat sejauh mana perrbedaan itu disetiap kelompok dan didapatkan

perbedaan berat badan yang signifikan tedapat pada kelompok diet

normal dibanding kelompok lainnya. Perbedaan signifikan yang terbesar

terdapat pada kelompok diet normal dan diet tinggi lemak dengan

tambahan metformin.

Uji statistik berat badan setelah intervensi ini, kemudian diikuti

dengan uji stastistik terhadap asupan selama intervensi. Uji statistik

terhadap asupan total selama intervensi didapatkan perbedaan asupan

yang signifikan didapatkan jika dibandingkan dengan diet normal. Jika uji

dilakukan pada semua kelompok diet tinggi lemak didapatkan tidak ada

(43)

Diantara lima kelompok diet tinggi lemak, walaupun tidak

terdapat perbedaan berat badan yang signifikan, namun terlihat bahwa

diet tinggi lemak ditambah intervensi kurkumin mempunyai berat badan

yang lebih tinggi dibanding lainnya, tapi jika dilihat dari asupan total

selama intervensi didapatkan asupan lebih tinggi pada kelompok diet

tinggi lemak ditambah intervensi fish oil dan kurkumin, hal ini bisa

dijelaskan pada pemeriksaan selanjutnya dengan melihat apakah efek ini

akibat penekanan pada mekanisme inflamasi yaitu penekanan pada TNF­

a

oleh fish oil dan kurkumin lebih tinggi jika keduaanya digabungkan.

Uji statistik glukosa darah puasa, terhadap keenam kelompok

didapatkan terdapat perbedaan glukosa darah puasa yang signifikan

diantara semua ketompok, selanjutnya dilakukan uji post hoc dengan

metode Bonferroni dan Tukey untuk melihat perbedaan signifikan dalam

kelompok, didapatkan perbedaan glukosa darah puasa yang signifikan

terjadi diantara kelompok diet normal dan diet tinggi lemak ditambah

metformin. Diet tinggi lemak ditambah metformin jika dibandingkan

dengan kelompok diet tinggi lemak yang lain, tidak terdapat perbedaan

glukosa darah puasa yang signifikan.

(44)

40

Uji statistik glukosa darah setelah pemberian glukosa 2,5 mg/

gram berat badan mencit, tidak terdapat perbedaan glukosa darah setelah

30 menit pemberian glukosa 2 mg/gram berat badan yang signifikan

diantara semua kelompok.

Uji statistik glukosa darah setelah pemberian glukosa 2,5

mg/gram berat badan mencit, terdapat perbedaan glukosa darah yang

signifikan diantara semua kelompok. selanjutnya dilakukan uji post hoc

dengan metode Bonferroni dan Tukey untuk melihat perbedaan signifikan

dalam kelompok, didapatkan perbedaan glukosa darah setelah 60 menit

pemberian glukosa 2 mg/gram berat badan yang signifikan terdapat

antara kelompok diet normal dan diet tinggi lemak ditambah metformin.

Uji statistik glukosa darah setelah pemberian glukosa

2,5

mg/gram berat badan mencit, terdapat perbedaan glukosa darah yang

signifikan diantara semua kelompok. selanjutnya dilakukan uji post hoc

dengan metode Bonferroni dan Tukey untuk melihat perbedaan signifikan

dalam kelompok, didapatkan perbedaan glukosa darah setelah 120 menit

pemberian glukosa 2 mg/gram berat badan yang signifikan terdapat

antara kelompok diet normal dan diet tinggi lemak ditambah metformin.

Uji statistik untuk pemeriksaan insulin belum dapat dilakukan

Karena data yang dikumpul belum mewakili data kelompok.

(45)

Vl.1. Kesimpulan

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 30 subyek

penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian fish oil,

kurkumin dan kombinasi keduanya terhadap mekanisme perbaikan

resistensi insulin mencit bbes, maka dapat disimpulkan :

1 . Penelitian ini telah berhasil memulai penelitian hewan mencit

C57BU6J yang pertama difakultas kedokteran dengan memberi

kenaikan berat badan yang bermakna setelah pemberian diet

normal dan diet tinggi lemak selama 3 bulan.

2. Dari beberapa uji statistik yang dilakukan terhadap kenaikan barat

badan, jumlah asupan dan glukosa toleransi tes disimpulkan ada

perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebetumnya, ini

diakibatkan karena rendahnya jumlah metformin yang diberikan

yaitu 350 mg/kg diet. Penelitian sebelumnya diberikan dengan 350

mglkgBB.

3. Dengan pertimbangan kurangnya dosis metformin yng diberikan

maka penelitian ini kami putuskan akan dilanjutkan untuk 2 minggu

ke depan dengan menambah dosis metformin menjadi 3 gr/kg diet

4. Pemeriksaan lain yang dilakukan seperti TNF-a, adiponektin dan

(46)

belum dapat dilakukan. Hasil pemeriksaan tersebut diatas akan

·

dilaporkan setelah dilakukan pemeriksaan

3

minggu kedepan.

Vl.2. Saran

Dari kendala yang didapatkan selama penelitian berupa

rendahnya dosis metformin yang diberikan, maka dianjurkan untuk

sebelum melakukan penelitian dilakukan beberapa analisis penelitian­

penelitian sebelumnya.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal BB, Kumar A. Burr AC. Anticancer potential of curcumin:

preclinical and clinical studies. Anticancer Res. 2003;23:363-398.

Berg AH, Combs TP, Scherer PE. ACRP30/adiponectin: an adipokine

regulating glucose and lipid metabolism. Trends Endocrinol Metab.

2002;13:84-89.

Bouskila M, Pajvani UB and Scherer PE. Adiponectin: a relevant player in

PPARy agonist mediated improvements in hepatic insulin

sensitivity? lnt J Obesity 2005; 29:S1 7-S23

Bray GA. Medical Consequences of Obesity. J Cl in

Endocrine!

Metab.

2004;89:2583-2589.

Chan NN, Kong AP, Chan. JC, et al. Metabolic Syndrome and Type 2

Diabetes: The Hong Kong Perspective. Clin Biochem Rev.

2005;26:51-57.

Chandran M, Phillips SA. Ciaraldi T, et al. Adiponectin: More Than Just

Another Fat Cell Hormone? Diabetes Care. 2003;26:2442-2450.

Dyck OJ, Heigenhauser GJF, Bruce CR. The role of adipokines as

regulators of skeletal muscle fatty acid metabolism and insulin

sensitivity. Acta Physiol. 2006;186:5�16.

Duda MK, 0.

K .. Dietary supplementation with {omega}-3 PUFA increases

adiponectin and attenuates ventricular remodeling and dysfunction

with pressure overload. Cardiovascular Research, 2007;303-310.

Ejaz A, Wu

0,

Kwan P,Curcumin Inhibits Adipogenesis in 3T3-L 1

Adipocytes and Angiogenesis and Obesity in C57/BL Mice. Journal

of Nutrition. 2009; 139:91 9-925.

Fernandez-Real J-M, Castro A, Vazquez G. Adiponectin is associated with

vascular function independent of insulin sensitivity. Diabetes Care.

2004;27:739-745.

(48)

44

Friedberg C, Janssen M, Heine R, Grobbee D. Fish oil and glycemic

control in diabetes. A metaanalysis. Diabetes Care 1998;21 :494

-500.

Fruhbeck G, Gomez-Ambrosi J, Muruzabal FJ, et al. The adipocyte: a

model for integration of endocrine and metabolic signaling in energy

metabolism regulation. Am J Physiol Endocrinol Metab.

2001 ; 280(6): E827 -84 7.

Fujiwara H, Hosokawa M, Zhou

X,

et al. Curcumin inhibits glucose

production in isolated mice hepatocytes. Diabetes Research and

Clinical Practice 2008;80: 185-191.

Gotera W, Aryana S, Suastika K, et al. Hubungan antara obesitas sentral

dengan adiponektin pada pasien geriatri dengan penyakit jantung

koroner. J Peny Dalam. 2006;7:102-107.

Green A, Talhapak S, Basile R, et al. Curcumin is a Direct Inhibitor of

Glucose Transport in Adipocytes. Cooperstown, NY: From the

Bassett Research Institute.

Hotta K, F. T. Plasma concentrations of a novel, adipose-specific protein,

adiponectin, in type 2 diabetic patients.

Arterioscler Thromb Vase Bioi ,

2000 ;1595-1599.

lkonomov OC, Sbrissa D, Mlak K, et al. Requirement for PIKfyve

enzymatic activity in acute and long-term insulin cellular effects.

Endocrinology. 2002;143:4742-4754.

ltokawa H, Hirayama F, Funakoshi K, et al. Studies on the antitumor

bisabolane sesquiterpenoids isolated from Curcuma xanthorrhiza.

Chern Pharrn Bull.

1985;33:3488-3492.

Kelley D, Mandarino L, . Fuel selection in human skeletal muscle in insulin

resistance: a reexamination. Diabetes Care. 2000;49:677-683.

Kim HJ, T. M. Fish oil feeding decreases mature sterol regulatory element­

binding protein 1 (SREBP-1) by down-regulation of SREBP-1 c

mRNA in mouse liver. A possible mechanism for down-regulation of

lipogenic enzyme mRNAs.

Kim

HJ,

Takahashi M, Ezaki 0. Fish

oil

(49)

feeding decreases mature sterol regulatory element-binding protein 1 (SREBP-1) by d J Bi

oi

Chern. 1999 ,

25892-8.

Kliewer SA,

Fatty acids and eicosanoids regulate gene expression

through direct interactions with peroxisome proliferator -activated

receptors

a

and y.

Proc Nat/ Acad Sci ,

1 997;4318-4323.

Lee YH, Pratley RE. The evolving role of inflammation in obesity and the

metabolic syndrome. Current diabetes reports. 2005;5(1):70-75.

Leu TH, Man MC. The molecular mechanisms for the antitumorigenic

effect of curcumin. Curr Med Chern Anticancer Agents.

2002;2:357-370.

Mahesh T, B. M.Effect of photo-irradiated curcumin treatment against

oxidative stress in streptozotocin-induced diabetic rats.

J Med. Food

1

2005; 251-255.

Matsuzawa Y,Funahashi T,Nakamura T. Adiponectin and metabolic

syndrome. Arterioscler Thromb Vase Bioi. 2004;24:29-33.

Milobedzka J, K. S. Curcumin.

Chern Ber .

191; 2163-2170.

Mototsugu Takashima,

W. 0

.. Regulation of SREBP1c Expression by

mTOR Signaling in Hepatocytes.

Kobe J. Med. Sci ,

2009;

E45-E52.

Neschen S, Morino K, Rossbacher J C et al. Fish Oil Regulates

Adiponectin Secretion by a Peroxisome Proliferator Activated

Receptor Dependent Mechanism in Mice. Diabetes J. 2006;55:

924-928.

Nugraha IG. Etiologi dan patofisiologi obesitas. Obesitas,Permasalahan

dan Terapi Praktis. Jakarta; 2009.

Qiaohua Kang, A. C. Curcumin suppresses expression of low-density

lipoprotein (LDL) receptor, leading to the inhibition of LDL-induced

activation of hepatic stellate cells.

Br J Pharmacal ,

Qiaohua Kang,

An ping Chen . 2009; 1354-1367

_

Reddy J, Mannaerts GP. Peroxisomal lipid metabolism. Annu. Rev. Nutr.

1994;14:343-370.

(50)

46

Ricote M,

l.

A.Theperoxisome proliferator activated receptor-y is a

negative regulatorof macrophage activation.

Nature ,

1998; 19-82.

Ridker PM. Evaluating Novel Cardiovascular Risk Factors: Can We Better

Predict Heart Attack

? Ann Intern Med. 1999; 130: 933- 937

Roberto B, Sabrina

A,

Claudia

0,

et al. Adiponectin Relationship with Lipid

Metabolism Is Independent of Body Fat Mass: Evidence from Both

Cross-Sectional and Intervention Studies. J Clin Endocrinol Metab.

2004;89(6):2665-2671 .

Sharma S, Chopra K, Kulkarni SK, et al. Resveratrol and curcumin

suppress immune response through CD28/CTLA-4 and CD80 co­

stimulatory pathway . . Clin Exp lmmunol. 2007;147(1 ):155-163.

Smih, P. R.Transcriptional Regulation of Adipocyte Hormone-Sensitive

Lipase by Glucose.

Diabetes ,

2002; 293-300.

Smith J, AI-Amri M, Sniderman A, et al. leptin and adiponectin in relation

to body fat percentage, waist to hip ratio and the apoB/apoA

1

ratio

in Asian Indian and Caucasian men and women. Nutrition

&

Metabolism 2006;3: 18: 1-8.

Soegih R. Tren obesitas dulu,sekarang dan yang akan datang.

Obesitas,Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta; 2009.

Soni KB, Effects of curcumin administration on serum peroxides and

cholesterol levels in human volunteers.

Indian J Physiol Pharmacol

'

1992; 273-275.

Trujillo ME, Scherer PE. Adiponectin - journey from an adipocyte secretory

protein to biomarker of the metabolic syndrome. Journal of Internal

Medicine. 2005;257:167-175.

Tsuchida A, Y. T. Peroxisome proliferator-activated receptor (PPAR) a

activation increases adiponectin receptors and reduces obesity­

related inflammation in adipose tissue: comparison of activation of

PPARa, PPARy, and their combination.

Diabetes

, 2005;

3358-3370.

(51)

Uehara S, Y. I. Diarylheptanoids from the rhizome of Curcuma

xanthorrhiza and Alpinia officinarum.

Chern Pharm Bull. •

1987;

3298-3304.

Weisberg SP, Leibel R, Tortoriello DV. Dietary Curcumin Significantly

Improves Obesity-Associated Inflammation and Diabetes in Mouse

Models of Diabesity. Endocrinology 2008:3549-3558.

Weisberg S P, M. D. Obesity is associated with macrophage accumulation

in adipose tissue.

J

Clin Invest .

2003; 1796-1 8082.

Xu H, B. G. Chronic inflammation infat plays a crucial role in the

development of obesity-relatedinsulin resistance.

J

Clin Invest •

2003; 1796-1 8082.

Yildiz

80,

S. M. Alterations in the Dynamics of Circulating Ghrelin,

Adiponectin and Leptin in Human Obesity.

PNAS •

Gambar

Tabel Data  Efek Glukosa Toleransi Tes Setelah lntervensi terhadap  keenam  kelompok pada  mencit  C57BU6J
Tabel Data  Efek  Insulin Toleransi Tes Setelah  lntervensi terhadap  keenam kelompok pada mencit C57BU6J

Referensi

Dokumen terkait

Pada uji hayati formulasi cair jamur entomopatogen, mortalitas serangga inang lebih tinggi dan lebih cepat apabila jamur entomopatogen dalam bentuk formulasi cair bila

Komponen jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan imbalan yang diterima oleh pemberi pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka Pelayanan

Masalah lain yang timbul disini adalah, ketika pada tahun 1989 pemerintah Georgia, telah memutuskan untuk menetapkan bahasa Georgia menjadi bahasa resmi pemerintah

DAFTAR PEMILIH TETAP PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI ACEH SERTA BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2017 PROVINSI KABUPATEN/KOTA.. KECAMATAN

Etxerantz abiatzeko garaian, ordea, euria gogor hasi zuen eta lagunak piska batean egoteko esan zion Iturriri.. - Ahul samar zabiltzala esan zidan lehengoan zure emazteak eta ez

Hasil simulasi skenario 2 dapat dilihat pada Gambar 7, bahwa dengan upaya perluasan areal lahan dari produksi jagung nasional terlihat bahwa kebutuhan jagung selama periode simulasi

Sehubungan dengan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) sumber dana DIPA Tahun Anggaran ...(tahun) Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, yang sesuai Surat Perjanjian

Sektor industri dalam pengembangan model Indonesia 2050 Pathway Calculator meliputi sektor industri non-migas yang terdiri dari 9 sub-sektor yaitu (i) industri