• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KEKUATAN DAN KERETAKAN KOMPOSIT GIPSUM TERHADAP BEBAN IMPAK KECEPATAN TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI KEKUATAN DAN KERETAKAN KOMPOSIT GIPSUM TERHADAP BEBAN IMPAK KECEPATAN TINGGI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KEKUATAN DAN KERETAKAN KOMPOSIT GIPSUM

TERHADAP BEBAN IMPAK KECEPATAN TINGGI

Muhd. Haiyum

Email : adefufira_lsm@yahoo.coms

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe

Keindahan suatu rumah atau bangunan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor tersebut adalah ornamen ruang. Dewasa ini penggunaan gipsum sebagai ornamen ruangan baik dalam bentuk board plate maupun profil semakin meningkat pesat. Bentuk profil-profil gipsum untuk ornamen ruangan yang banyak terdapat menggunakan serat sintetis sebagai penguat. Penelitian ini dilakukan dengan memberi beban impak pada material komposit gipsum. Beban impak dihasilkan dari alat uji Kompressor Impak (KOMPAK). Spesimen dibuat dalam dua perlakuan, yaitu komposit gipsum yang diperkuat serat gelas dan tanpa diperkuat serat. Dari hasil pengujian menunjukan gipsum diperkuat serat jauh lebih baik dari segi kekuatannya. Ini dapat dilihat dari insiden stress yang terjadi, dimana pada gipsum diperkuat serat gelas, insiden stress yang terjadi berkisar antara 245 MPa sampai dengan 290 MPa, sedangkan gipsum tanpa diperkuat serat hanya memiliki insiden stress antara 7 MPa sampai dengan 16,48 MPa.

Kata-kata kunci: Komposit, Gipsum, Impak, Insiden Stress

PENDAHULUAN

Dewasa ini penggunaan gipsum sebagai ornamen ruangan baik dalam bentuk board plate maupun profil semakin meningkat pesat. Oleh karenanya kebutuhan akan material gipsum yang memiliki sifat-sifat dan karakteristik yang lebih baik terus meningkat. Profil-profil gipsum banyak dipasang pada langit-langit ruangan yang jauh dari kemungkinan terbentur, tetapi pembebanan tiba-tiba seperti gempa bumi membuat profil-profil tersebut rawan akan perpatahan. Pengembangan lebih lanjut sifat fisisnya akan memungkinkan profil gipsum dipasang pada daerah yang rawan akan beban kejut, seperti pada kosen pintu dan jendela.

Selama ini informasi perilaku mekanik material struktur yang bersifat rapuh, seperti keramik, beton, gypsum dan sebagainya belum banyak diteliti. Kendalanya terletak pada beberapa hal seperti metode, peralatan, dan spesimen yang harus dipersiapkan.

Penelitian ini dilakukan dengan memberi beban impak pada material komposit gipsum.. Spesimen yang diuji terbuat dari struktur gipsum yang biasa digunakan untuk menghiasi interior ruang terutama pada loteng atau langit-langit ruangan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik propagasi dan kosentrasi tegangan dalam batang dengan menggunakan metode dua gage. Beban impak

dihasilkan dari alat uji Air Gun Compressor (AGC) atau yang lebih dikenal dengan alat uji KOMPAK, yang terdiri dari tiga buah batang yang disusun secara kolinir yaitu, batang impak (strker), batang penerus (impak bar) dan batang uji (spesimen).

Tujuan Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat diketahui ketangguhan patah komposit gipsum yang diperkuat serat gelas dan tanpa diperkuat serat terhadap beban impak khususnya beban impak kecepatan tinggi melalui tegangan insiden yang masuk ke dalam spesimen dengan teknik propagasi dan kosentrasi tegangan.

TEORI DASAR

Material komposit merupakan gabungan dua atau lebih material yang berbeda secara makroskopik membentuk suatu material baru yang lebih berdaya guna. Ikatan antara kedua unsur tersebut adalah ikatan adhesif yaitu ikatan interface antara dua unsur material yang berbeda. Kekuatan ikatan tersebut adalah sangat penting karena akan mempengaruhi sifat material komposit yang terbentuk [5].

Sifat mekanik bahan komposit seperti kekuatan, kekakuan, keliatan dan ketahanan sangat tergantung dari geometrinya dan sifat-sifat dari jenis penguatnya. Komposit serat memiliki keunggulan

(2)

dalam hal ketahanan terhadap aus dan suhu yang tinggi walaupun kekuatan dan ketahanan retaknya lebih rendah., namun hal itu dapat diperbaiki dengan penguatan tertentu [4].

Serat adalah struktur berbentuk seperti rambut berasal dari serat atau rambut hewan, tumbuhan dan mineral. Secara komersial serat berdiameter antara 0,004 mm (0,00015 in) sampai dengan 0,2 mm (0,008 in) [1]. Didalam meterial komposit serat berfungsi sebagai penguat, pengisi dan penerus tegangan kesepanjang komponen dengan mempertimbangkan interface antara serat dan matrik. Serat ijuk merupakan penguat dari jenis serat yang berasal dari pohon nira. Ijuk mudah didapat dan murah, sehingga memberi nilai ekonomi dalam proses pembuatan komposit. Matrik diartikan sebagai material pengikat antara serat atau partikel. Matriks berfungsi untuk menahan, pelindung, pembagi serta mempengaruhi penampilan. Gipsum merupakan salah satu matriks yang sangat mudah patah yang disebabkan sifatnya yang getas.

Pengukuran sifat dinamik material menjadi sangat penting dikarenakan perilaku mekanik material yang dihadapkan pada pembebanan statis berbeda dengan yang dihasilkan oleh beban yang berlangsung cepat dan tiba-tiba (impak) [6]. Dengan beban impak laju regang dapat mencapai lebih dari 104 s-1. praktiknya pembebanan dengan laju regang (strain rate) sebesar itu (kecepatan impak yang berkisar antara 3 s.d 15 m/dt) lumrah terjadi seperti tabrakan kendaraan, gempa bumi, impak burung , impak hujan dan lain-lain.

Kekuatan tarik impak material gipsum tidak secara signifikan dipengaruhi oleh laju pembebanan. [7]. Pengujian ini dilakukan pada dua jenis gipsum dengan menggunakan metode propagasi dan kosentrasi tegangan dalam batang. Beban impak diperoleh dari sebuah alat uji impak Air Gun Compressor.

Telah mencari bentuk initiasi dan penjalaran retak pada plaster plate dengan variasi beban dan visual informasi menggunakan high speed video camera

[3]. Kosentrasi tegangan tarik dinamik dihitung dengan menggunakan metode finite elemen dengan Newmark

approach. Hasil yang didapatnya,

inisiasi dan penjalaran retak sangat erat hubungannya dengan daerah kosentrasi tegangan Dalam beberapa tahun terakhir ini, teknik batang hopkinson telah banyak dipakai dan dikembangkan dalam penyelidikan kekuatan tarik maupun tekan dari material yang diakibatkan oleh beban impak. Suatu metode baru, juga modifikasi teori batang Koisky. Dengan metode ini, spesimen dapat berbentuk sederhana, misalnya berbentuk batang bulat atau pipa [8]. Bentuk spesimen ini tentu saja mudah dan murah untuk diproduksi. Menggunakan metode ini, spesimen hanya diletakan bersentuhan dengan batang penerus; gaya impak diperoleh dengan mengimpak batang impak ke ujung yang lain dari batang penerus. Akibatnya, pada lokasi impak kedua batang (interface) akan timbul pulsa tegangan tekan yang kemudian berpropagasi ke arah kanan ke dalam batang penerus, dan ke arah kiri ke dalam batang impak: mencapai interface batang penerus dan batang spesimen gelombang tegangan ini akan diteruskan ke dalam batang spesimen. Pada ujung bebas, gelombang tegangan ini akan dipantulkan sebagai gelombang tarik. Sementara itu, gelombang tegangan tekan dari lokasi impak yang menjalar ke ujung batang impak akan juga dipantulkan sebagai gelombang tegangan tarik dan kembali menjalar ke kanan menuju batang spesimen. Pada saat tertentu kedua gelombang tegangan tarik bertemu. Pertemuan kedua gelombang tegangan tersebut menyebabkan terjadinya pemusatan tegangan yang bisa menyebabkan putusnya batang spesimen.

Gambar (1) memperlihatkan skema alat uji impak

KOMPAK yang akan digunakan untuk mengukur beban dan kekuatan impak material. Komponen utama KOMPAK adalah kompresor, tangki udara, pengatur tekanan, katup selenoid, barel, batang impak, batang penerus dan seperangkat alat ukur elektronik.

(3)

Keterangan gambar:

1. Kompresor 8. Spesimen gipsum

2. Tangki Udara 9. Strain Gage

3. Pressure Regulator 10. Bridge Head

4. Katup Selenoid 11. Signal Conditioner

5. Pipa Barel 12. Transien Coverter

6. Striker 13. Personal Computer

7. input Bar 14. Interface

Gambar 1. Alat uji KOMPAK

Tabel 1. Sifat makanis striker dan input bar

Material E (GPa)

(kg/m3) Co (m/s)

Striker Al-6061 68 2713 5006

Input bar Al-6061 68 2713 5006

Gambar 2. Dimensi spesimen uji 240 mm 60 mm 120 mm 5 mm 80 mm 80 mm 80 mm 10 3000 mm 4000 mm 2 3 4 5 6 7 9 1 0001V 0001V 12 13 11 14 8

(4)

METODE PENELITIAN Bahan

Spesimen terbuat dari tepung gypsum yang merupakan jenis casting plaster. Spesimen dibuat dengan dua jenis perlakuan, pertama gypsum tanpa penguat dan kedua gypsum dengan fiber glass sebagai penguat. Spesimen dibuat sebanyak masing-masing lima buah dengan cara mencetak dengan menggunakan cetakan kaca.

Data gypsum yang diberikan oleh pabrik adalah

- Working time : 10 - 12 minutes - Setting time : 9 – 12 minutes - Mixing ratio : water : plaster = 60

/ 100 by weight Dimensi spesimen dapat dilihat pada gambar (2).

Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan untuk eksperimen adalah :

a. Peralatan uji KOMPAK

b. Mistar sorong, yang berguna untuk mengukur jarak straiker dengan batang penerus

c. Spidol atau pulpen d. Cetakan kaca

e. Neraca digital dan gelas ukur.

Prosedur Kerja

Pertama-tama spesimen dicetak sesuai data produk yang diberikan pabrik dengan menggunakan cetakan kaca. Kemudian spesimen dibuka dari cetakan setelah mengeras (sekitar 30 menit) dan selanjutnya spesimen ditimbang. Untuk mengetahui densiti dari gypsum tersebut spesimen dibiarkan selama tujuh hari, bertujuan untuk menyatakan kadar air dalam spesimen betul-betul hilang (kering) dan spesimen ditimbang setiap hari selama tujuh hari tersebut. Grafik berkurangnya kadar air selama tujuh hari dapat ditampilkan berikut ini.

Grafik Be rat Spe sime n

217.13 203.52 197.2 187.08 182.46 174.38 168.08 150 170 190 210 230 0 1 2 3 4 5 6 7 Hari Be ra t (g r)

Gambar 3. Grafik berat spesimen Dengan volume spesimen 135046 m3 dan berat akhir 168,08 gram maka density dari gypsum tersebut adalah 0,001244 gr/m3. Pengujian ini menggunakan peralatan uji impak KOMPAK yang terdapat di Laboratorium impak dan keretakan Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara. Setup alat uji KOMPAK dapat lihat pada Gambar (3).

Metode pengujian tegangan didapat dari dua buah semi condukter gage yang dipasang pada

input bar pada posisi 1600 mm dan 1800 mm dari ujung kiri input bar, untuk mengukur sinyal tegangan yang merambat pada input bar dan tegangan yang masuk serta berpropagasi ke dalam spesimen pada lokasi

semi conductor gagea dan b.

Sinyal gelombang tegangan dihasilkan dari ujung impak pada striker dan input bar. Demikian juga sinyal tegangan pantul yang datang dari ujung striker yang bersentuhan pada lokasi tersebut, yang menghasilkan perubahan deformasi uniaksial pada batang

striker yang menyebabkan perubahan tahanan pada strain gage. Setelah dilakukan pengujian maka diperoleh data untuk setiap waktu pengujian. Dalam pengujian yang dilakukan sampling time pada transient converter di set 1



akan diperoleh sebuah data keluaran dalam bentuk digit yang selanjutnya akan diolah menjadi bentuk tegangan (volt). Data-data pengujian yang diperoleh disimpan pada riken yang filenya berextensi dat.

Metode Pengukuran Tegangan

Perhitungan tegangan insiden tekan pada lokasi impak dari beton didasarkan pada teori penjalaran gelombang elastik. Berikut ini diberikan persamaan mengitung besarnya gelombang tegangan pada lokasi b.

(5)

) (t b

=

R

(

t

)

+

L

(

t

)

dimana

R

(

t

)

dan

L

(

t

)

adalah tegangan yang berpropagasi ke kiri dan ujung kanan batang penerus. Ambil t1 = l /Co dimana l

jarak antara gage a dan b, juga c dan Co adalah kecepatan rambat gelombang elastik dalam batang. Tegangan pada a dan c dapat dihubungkan sebagai berikut :

) (t a

=

R

(

t

t

l

)

+

L(ttl) dan ) (t c

=

R

(

t

t

l

)

+

L(ttl)

Jika persamaan (3) disederhanakan dalam bentuk

a dan

btegangan insiden yang ditransmisikan ke dalam beton, pada lokasi c

dapat dihitung sebagai berikut :

) (t c

=

b(ttl) +

b(ttl) -

a(t)

disini, t = waktu.

Untuk pengujian impak spesimen gypsum menggunakan striker 500 mm dan tekanan udara 0,2 bar.

Pengujian Respon Input Bar dengan Spesimen

Selanjutnya dapat pula ditinjau respon batang penerus bila digunakan spesimen, yang salah satu ujungnya bersentuhan dengan batang penerus sedangkan ujung yang lainnya bebas. Sifat mekanis batang penerus (input bar) dan

striker yang digunakan seperti pada tabel 3.1

PEMBAHASAN

Telah dilakukan pengujian impak dengan berbagai variasi, untuk pengimpakan tanpa spesimen tiga kali dan sepuluh kali untuk spesimen. Dari hasil pengujian didapat 30 buah gambar tegangan impak dan tegangan insiden.

Pada tegangan impak dan tegangan insiden spesimen gipsum tanpa serat menunjukan tegangan impak yang tertinggi terjadi pada gage 1 yaitu pada lokasi a dengan tegangan impak terbesar terjadi pada jarak impak 12,5 mm, yaitu sebesar 80,89 MPa, dengan tegangan insiden yang terbesar timbul sebesar 16,48 MPa. Dari pengujian ada kalanya spesimen tidak patah atau retak, maka

dilakukan penambahan jarak impak hingga spesimen patah atu retak. Dengan bertambahnya jarak impak maka tegangan impak yang terjadi semakin naik. Tegangan impak yang timbul dari hasil pengukuran pada gage a dan b mempengaruhi intensitas tegangan insiden.

Pada tegangan impak dan tegangan insiden spesimen gypsum dengan penguatan serat glass, dengan jarak impak antara 200 sampai 275 mm, tekanan 0,2 MPa dengan menggunakan striker 500 mm. Untuk specimen diperkuat serat, kondisi spesimen setalah diimpak tidak patah tetapi spesimen hanya mengalami retak, hal ini diperkirakan karena ketidak homogennya struktur spesimen satu dengan lainnya. Tegangan insiden terbesar terjadi pada jarak impak 275 mm yaitu sebesar 290,03 MPa. Tetapi yang penting dilihat disini, dengan penambahan jarak impak tegangan insiden akan meningkat. Jika kita membandingkan tegangan impak dan tegangan insiden pada setiap variasi pengujian, dapat kita lihat tegangan impak yang menjalar dalam batang penerus tidak dapat sepenuhnya dapat disalurkan ke dalam spesimen. Sebagai contoh pada jarak impak 7,5 mm, tekanan 0,2 MPa dan panjang striker

500 mm, tegangan yang terukur pada gage 1 (lokasi a) sebesar 57,03 MPa, sedangkan tegangan yang dapat disalurkan ke dalam spesimen beton hanya sebesar 5,99 Mpa. Disini terlihat adanya faktor transmisi yang mempengaruhi aliran tegangan yang terjadi dan yang masuk ke spesimen.

58.63729347 -75 -50 -25 0 25 50 75 0 500 1000 1500 2000 Time (uS) S tr es s (M P a) Gage 1 Gage 2

(6)

14.76632573 -20 -10 0 10 20 0 100 200 300 400 500 600 700 800 Time (s) S tr e s s ( M P a ) s

Gambar 4b. Tipikal tegangan Insiden stress

Analisis Keretakan

Kerusakan yang terjadi pada spesimen gipsum terdiri dari kerusakan patah dan kerusakan yang hanya menimbulkan retak. Untuk spesimen gipsum tanpa diperkuat serat kerusakan yang terjadi adalah patah. Perpatahan terjadi melintang disepanjang daerah tengah spesimen yang dimulai dari sudut yang terbentuk pada spesimen. Bentuk sudut tersebut mengawali kosentrasi tegangan pada spesimen. Ini dapat dilihat pada gambar (5) dan (6).

Untuk spesimen gipsum yang diperkuat serat gelas, bentuk perpatahan yang terjadi hanya dalam bentuk keretakan yang menjalar melintang sepanjang daerah tengah spesimen. Spesimen tidak patah/putus dikarenakan spesimen masih didukung oleh serat. Bentuk perpatahan pada spesimen ini dapat dilihat pada gambar (7) dan (8)

Gambar 5. Perpatahan spesimen tanpa diperkuat serat

Gambar 6. Bentuk perpatahan spesimen tanpa diperkuat serat

Gambar 7. Perpatahan spesimen diperkuat serat gelas

Gambar 8. Bentuk perpatahan spesimen diperkuat serat gelas

Analisis Statistik

Dari hasil pengujian yang dilakukan, yang tergambar pada grafik tegangan impak dan tegangan insiden pada spesimen, maka dapat diolah lagi menggunakan analisis statistik untuk mencari probabilitas dari pengujian yang telah dilakukan pada spesimen uji gipsum. Analisis statistik menggunakan software statistik Weibull yang didowdload dari internet.

(7)

Dari hasil pengolahan data untuk insiden stress dapat ditampilkan grafik probabilitas seperti pada gambar 4.6, 4.7, dan 4.8. Untuk spesimen gipsum tanpa diperkuat serat gambar (9) didapat beta sebesar 2,59 dan eta 14,21 sedangkan untuk spesimen gipsum diperkuat serat gambar (10) didapat beta 36,67 dan eta 283,67.

Hasil tersebut memberikan informasi bahwa pada spesimen gipsum tanpa diperkuat serat mempunyai kemungkinan patah pada insiden stress lebih sebesar atau sama dengan 14,21 MPa. Sedangkan untuk spesimen gipsum diperkuat serat kemungkinan retak pada insiden stress lebih sebesar atau sama dengan 283,67MPa.

.

Insiden strees

Gambar 9. Grafik Statistik Weibull Untuk Insiden Stress Spesimen Gipsum Tanpa diperkuat Serat

Gambar 10. Grafik Statistik Weibull Untuk Insiden Stress Spesimen Gipsum diperkuat Serat

(8)

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan hasil pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:

1. Telah dilakukan pengujian untuk material getas yaitu gipsum, dengan menggunakan alat uji KOMPAK menggunakan straiker dan input bar dari bahan alluminium

2. Dari hasil pengujian menunjukan gipsum diperkuat serat jauh lebih baik dari segi kekuatannya. Ini dapat dilihat dari insiden stress yang terjadi, dimana pada gipsum diperkuat serat gelas, insiden stress yang terjadi berkisar

antara 245 MPa sampai dengan 290 MPa, sedangkan gipsum tanpa diperkuat serat hanya memiliki insiden stress antara 7 MPa sampai dengan 16,48 MPa. 3. Jenis kerusakan yang terjadi akibat impak pada gipsum terbagi dua, yaitu kerusakan berbentuk patah (putus) terjadi pada gipsum tanpa penguatan serat dan kerusakan berbentuk retak terjadi pada gipsum yang diperkuat serat.

4.Hasil pengujian dapat ditindak lanjut untuk dapat bermanfaat bagi industri rumah tangga atau industri kecil yang memproduksi panel-panel interior dari bahan gipsum

Insiden strees

Insiden strees

Gambar 11. Grafik Statistik Weibull Untuk Insiden Stress Spesimen Gipsum Tanpa diperkuat Serat dan Diperkuat Serat

(9)

DAFTAR PUSTAKA

1. ASTM Committee, Annual Book of ASTM Standart Part 35, ASTM International, USA. 1981.

2. Collin, J.A, Failure of Materials in Mechanical Design, John Wiley & Sons Inc, Singapore. 1992.

3. Daimaruya Masashi, Fracture Initiation and Development in Plaster Plates Under Impacts, Dymat Journal, Vol. 1, pp. 289-305, Tokyo. 1994.

4. Hull, Derek, An Introduction to Composte Materials, Cabridge University Press, Cabridge. 1981. 5. Jones, Robert.M, Mechanical of

Composte Materials, Mc.Graw Hill, Koga Kusha LTD, Tokyo. 1975. 6. Syam Bustami, Uji Impak Material

Gipsum Menggunakan Teknik Propagasi dan Kosentrasi Tegangan Dalam Batang, Jurnal Teknik Mesin USU, Vol. 2, pp. 30-38, Jurusan Teknik Mesin USU, Medan. 1998.

7.

Syam B, Uji Impak Material

Gipsum

Menggunakan

Teknik

Propagasi

dan

Kosentrasi

Tegangan,

Jurnal Teknik Mesin

USU vol.2 No.1 Januari

,

1998.

8. Syam B, and Daimaruya, Concentration of Tensile Stress Wave and Impact Fracture of Brittle Material, Proc. Of the Asian Facific Conf. on Fracture and Strength (APCFS’95), Kyongju, Korea,1995 9. Syam B, etal, Pembuatan Alat Uji Air

Gun Compressor dan Penyelidikan Perilaku Mekanik Berbagai Material Keramik Akibat Beban Impak,

Laporan Komprehensif Penelitian Hibah Bersaing VI/1 dan VI/2, Medan, 1999.

10. Yanagihara, N., Theory of One-Dimensional Elastic Wave for the Measurement of the Impact Force,

Bulletin of JSME, vol. 43, 1977, pp. 40-48.

11. Weibul, W., A Statistical Distribution Function of Wide Aplicability, J. Appl. Mech., 18, 293-297, September 1951.

Gambar

Gambar 1.  Alat uji KOMPAK  Tabel 1. Sifat makanis striker dan input  bar
Grafik Be rat Spe sime n
Gambar 4a. Tipikal tegangan impak
Gambar 4b. Tipikal tegangan Insiden stress
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian pencatatan dan pelaporan keuangan pada SKPD khususnya pada Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah dengan

Pengetahuan materi “Flour” untuk kesiapan praktek pastry siswa SMK Pariwisata Telkom Bandung yang meliputi pengertian tepung terigu, jenis-jenis tepung terigu,

LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN. Semester Pertama Semester Pertama Prognosis

Dalam pembuatan program ini penulis menggunakan bahasa pemrograman J2SE(Java 2 Standart Edition) yang dapat berjalan pada jaringan LAN(Local Area Network), dikarenakan Java

Bambu Betung dapat tumbuh pada banyak jenis tanah, namun akan lebih baik pada tanah berat dengan drainase yang baik (Dransfield & Widjaja 1995).. Pada tahap

Skripsi yang berjudul ( NO ) ORDINARY GIRL (Penerimaan Penonton Mengenai Kecantikan Perempuan Pada Corporate Advertising Clean & Clear Versi “1000 Suku

Apabila Saudara tidak hadir sesuai jadwal tersebut di atas, maka Pokja Pengadaan berkesimpulan Saudara menerima hasil evaluasi/kesimpulan akhir terhadap penawaran yang saudara