• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Penyakit Frambusia 11062014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Penyakit Frambusia 11062014"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Penyakit Frambusia

Klinis, Diagnosis dan Pengobatan

Tim Penyusun Draft

Dr. Nelly, Subdit Kusta & Frambusia, Kementerian Kesehatan Dr. Syswanda, Subdit Kusta & Frambusia, Kementerian Kesehatan Rita Yulihane, SKM, Subdit Kusta & Frambusia, Kementerian Kesehatan Mardita, Subdit Kusta & Frambusia, Kementerian Kesehatan

Dr. Ernida ...

Dr. Sholah Imari, MSc, Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Kerjasama Kementerian Kesehatan RI-WHO Indonesia

(2)
(3)
(4)

Daftar Isi

Penyebab Penyakit...4

Sumber dan Cara Penularan...4

Masa Inkubasi...5

Masa Penularan...5

Kekebalan...5

Manifestasi Klinis...6

Diagnosis Banding Frambusia...11

Penetapan Diagnosis...12

Pengobatan...16

Reaksi Simpang Dan Tatalaksana Reaksi Simpang...21

Pelaporan...22

(5)
(6)

Penyakit Frambusia

Aspek Medis, Pengobatan dan Pencegahan Penularan

Perorangan

Frambusia (yaws) atau dalam bahasa daerah disebut patek, adalah penyakit infeksi bakteri kronis, pada umumnya terlihat sebagai lesi pada kulit dan dapat menyebabkan cacat pada tulang. Frambusia yang sangat menular melalui kontak langsung luka pada kulit dan lesi frambusia, tumbuh subur pada kelompok masyarakat miskin, tinggal didaerah terisoler kurang fasilitas pelayanan kesehatan.Penularan terjadi diantara anggota keluarga serumah, tetapi juga bisa terjadi penularan ditengah-tengah masyarakat, sekolah dan ditempat-tempat umum, dan sebagian besar penderita berusia kurang dari 15 tahun

Penderita frambusia masih banyak dilaporkan dari beberapa daerah di Indonesia1, tetapi akhir-akhir ini perhatian terhadap upaya penanggulangan

frambusia semakin menurun. Beberapa negara di region WHO Asia Pacifik dan Afrika juga masih melaporkan adanya penderita frambusia.

WHO memasukkan frambusia dalam kelompok penyakit terlupakan (neglected tropical diseases)2, yang menjadi prioritas upaya eradikasi global setelah

keberhasilan kerjasama dunia melakukan eradikasi cacar, upaya eradikasi dracunculosis dan virus polio (neglected tropical diseases for elimination and eradication).

Penyebab Penyakit

Treponema pallidum subspesies pertenue, salah satu non venereal spirochaete. (Gambar Bakteri Frambusia 3)

Sumber dan Cara Penularan

Manusia adalah satu-satunya sumber penularan frambusia, dimana lesi frambusia stadium 1 (primer) sangat menular. Frambusia ditularkan dengan cara kontak langsung luka terbuka dengan lesi frambusia. Cairan (getah, eksudat)

(7)

yang keluar dari lesi frambusia stadium 1 (papula, papilomata, makula dan papiloma ulkus) mengandung banyak bakteri frambusia yang sangat menular. Bakteri frambusia ini tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi masuk melalui luka lecet, goresan atau luka infeksi kulit lainnya. Lesi frambusia yang sudah lama (deep ulcers, lesi hiperkeratosis pada telapak tangan dan telapak kaki serta lesi pada tulang (hyperkeratotic palmar and plantar lesions, bone lesions) sudah tidak menular.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penularan frambusia antara lain :

a. Lingkungan kumuh, hangat dan lembab. Penularan tinggi pada musim penghujan

b. Jarang mandi

c. Bergantian menggunakan pakaian yang sama dengan orang lain atau jarang berganti pakaian

d. Luka terbuka atau adanya penyakit kulit seperti kudis, bisul, dapat menjadi tempat masuk bakteri frambusia

Masa Inkubasi

Masa inkubasi frambusia antara 10-90 hari, rata-rata 21 hari

Masa Penularan

Masa penularan bervariasi dan dapat berlangsung lama, dimana lesi frambusia muncul pada kulit penderita secara intermiten selama beberapa tahun. Pada lesi destruktif stadium akhir, bakteri frambusia penyebab infeksi awal biasanya sudah tidak ditemukan

Kekebalan

(8)

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis frambusia terbagi dalam beberapa stadium perkembangan, yang ditunjukkan dalam perubahan bentuk lesi :

Gambar

(9)

Stadium Primer

Diawali dengan timbulnya papul pada tempat masuknya bakteri. Papul dalam bentuk nodul kecil eritematosa (berwarna kemerahan), tidak nyeri, kadang gatal.

Papul timbul antara 9-90 hari (rata-rata 3 minggu) sejak terinfeksi bakteri frambusia. Papul berkembang menjadi papiloma. Permukaan papiloma menonjol atau sering disebut bertangkai, basah (getah), mudah berdarah, kemerahan dan berbenjol-benjol kecil seperti bunga kol atau raspberry. Getah mengandung banyak bakteri frambusia.

Lesi primer ini sering disebut mother yaws, dapat tunggal atau banyak (multiple yaws), Getah dapat mengering diatas papul atau papiloma membentuk keropeng atau krusta yang menutup papiloma. Lesi ini disebut krusta papilomata

65%-85% lesi primer pada penderita frambusia timbul pada tungkai dan kaki, sebagian yang lain dapat juga timbul di muka,

Papul dan papiloma dapat pecah menjadi koreng (ulkus). Dasar koreng cukup dalam (sampai lapisan subkutaneus4),

berbenjol-benjol seperti permukaan buah rashberry (granulasi) yang biasanya terkonsentrasi di tengah-tengah ulkus, dengan tepi ulkus keras. Lesi papul, papiloma dan ulkus sedikit gatal tetapi tetap tidak terasa sakit (tidak mengeluh sakit ketika ditekan)

(10)

Getah terus diproduksi, yang sebagian akan mengering membentuk krusta yang menutup lesi,

Beberapa papul atau papiloma menjadi satu membentuk gambaran seperti plak dan dapat pecah membentuk ulkus (chancre of yaws, frambesioma). Satelit-satelit papul juga bisa bermunculan disekitar ulkus

Kadang-kadang pada stadium ini bisa terjadi demam atau sendi-sendi ngilu disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (lipat ketiak, leher, lipat paha).

Setelah 3-6 bulan sejak timbulnya lesi, semua lesi dapat sembuh sendiri dengan sisa berupa atropi kulit (kulit menipis dan mengkilat), hipopigmentasi (bercak keputihan seperti panu), atau seperti parut. Keadaan ini disebut stadium laten. Frambusia stadium laten dapat berkembang dan masuk Stadium Sekunder)

Stadium Sekunder

Lesi sekunder adalah munculnya kembali lesi frambusia baru karena adanya penyebaran bakteri kedalam peredaran darah dan jaringn getah bening. Lesi ini muncul setelah 2 tahun sejak lesi frambusia primer, terutama di muka, lengan, tungkai dan pantat, dengan bentuk lesi sama dengan stadium primer.

Pada stadium ini, getah bening mengalami peradangan, membesar dan sakit. Timbul rasa nyeri sendi (arthralgia) dan lesu yang merupakan gejala tidak spesifik pada stadium sekunder ini.

Lesi dapat terjadi di telapak kaki, permukaan kaki mengalami penebalan (hiperkeratosis), pecah-pecah (fisuri) dan nyeri, sehingga penderita berjalan dengan posisi aneh (terpaksa), ini disebut “crab yaws”. Lesi dapat juga mengenai tulang muka, rahang dan tungkai bagian bawah berupa peradangan tulang (osteoperiostatis).

(11)

Kelainan-kelainan yang terjadi pada stadium ini dapat hilang dengan sendirinya, dan sebagian penderita (10%) masuk ke Stadium Tertier yang dapat berlangsung dalam periode waktu 5-10 tahun.

Stadium Tersier

Dalam tahap ini, tulang, sendi dan jaringan yang terserang frambusia dapat mengalami kerusakan (destruktif) menjadi cacat, dan dapat terbentuk gumma, gangosa, gondou, juxta articular nodes dan hyperkeratosis pada telapak tangan dan telapak kaki. Gumma adalah benjolan menahun, mengalami perlunakan, ulserasi, destruktif terhadap jaringan dibawahnya. Dapat timbul di kulit maupun tulang dan sendi.

Cacat ini mengakibatkan anak-anak tidak mau ke sekolah dan orang dewasa akan sulit mencari pekerjaan, frambusia dapat mengakibatkan dampak sosial ekonomi dan masalah kemanusiaan

Frambusia Laten (Latent yaws)

Stadium Laten merupakan fase tanpa gejala klinis, tetapi bakteri frambusia masih aktif dan hasil uji serologi positif 5. Stadium ini terjadi ketika penderita dengan lesi

frambusia dapat sembuh tanpa pengobatan.

Adanya Stadium Laten inilah yang akan menyulitkan upaya memutus mata rantai penularan frambusia, karena penderita akan terus menjadi sumber penularan baru tanpa diketahui sumbernya. Bakteri frambusia dapat bertahan sampai 5 tahun dalam tubuh seseorang, dan ditengah-tengah masyarakat, setiap terdapat satu kasus klinis frambusia, diperkirakan terdapat lebih dari 2 penderita yang berada pada Stadium Laten. Oleh karena itu, sejak suatu daerah dinyatakan tidak ditemukan kasus klinis frambusia setelah dilaksanakan serangkaian upaya memutus rantai penularan frambusia, surveilans harus tetap waspada sampai waktu 3-5 tahun (Surveilans Pasca Nol Kasus)

Kasus frambusia adalah seseorang yang terinfeksi frambusia, dibagi dalam 2 periode : awal (early-infectious) dan lanjut (late-non infectious)6.

Periode Awal, meliputi Stadium Primer dan Stadium Sekunder

Munculnya papul awal sejak bakteri frambusia menginfeksi. Papul ini banyak mengandung bakteri dan dapat bertahan selama 3-6 bulan, yang kemudian akan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Jika tetap tidak mendapat pengobatan, maka dapat muncul lesi-lesi kulit baru yang tersebar diberbagai tempat di kulit, bahkan bisa timbul rasa nyeri dan lesi pada tulang

Periode Lanjut, meliputi Stadium Tertier

Muncul setelah lebih dari 5 tahun sejak lesi pertama terjadi. Pada periode ini terjadi kerusakan pada hidung, tulang dan telapak tangan/kaki

5 ICD-10, versi 2010

(12)

Tabel 1

Gejala Klinik Frambusia Menurut Stadium Perjalanan Penyakit

STADIUM I STADIUM II STADIUM III

a. Papul : - Tunggal (mother yaws) - Lebih dari 1 (multiple yaws) b. Papiloma c. Nodul d. Ulkus e. Krusto papiloma

Lesi di kulit dalam bentuk sama dengan Stadium I, tetapi tersebar di

beberapa tempat, terutama muka, lengan, tungkai dan pantat. Lesi dapat terjadi pada tempat khusus : a. Telapak tangan/ telapak kaki : - penebalan (hiperkeratotik), - pecah-pecah (fisurasi) - nyeri b. Kelainan tulang: peradangan tulang (osteoperiostitis) jari-jari kaki/tangan, bengkak,nyeri c. Kelainan kuku

- Gumma (benjolan yang mengalami perlunakan dan merusak sehingga menjadi cacat)

- Gangosa (hidung keropos)

- Juxta articuiar nodes (benjolan pada sendi) bisa menjadi bengkok, kelainan tulang seperti pedang

- Gondou: benjolan di tulang

- Telapak tangan/ telapak kaki :

- hiperkeratotik - fisurasi - nyeri

EARLY (DINI) LATE (LANJUT)

(13)

Diagnosis Banding Frambusia

Beberapa penyakit mirip dengan frambusia, sehingga sering mengacaukan diagnosis frambusia :

Diagnosis Banding Frambusia Dengan Lesi Primer (Stadium 1) Impetigo

Penyakit kulit yang disebabkan bakteri streptokokus atau stafilokokus. Dapat terjadi pada sekujur badan, dan sering terjadi pada anak-anak dengan kondisi lingkungan tidak sehat. Apa bedanya dengan frambusia ?

Ulkus tropikum

Ulkus tropikum terasa sakit dan biasanya terjadi pada tungkai bawah. Berbeda dengan frambusia, ulkus ini mempunyai batas tepi yang jelas/tegas, bernanah, berbau busuk dan terdapat reaksi jaringan nekrosis. Luka ulkus bisa sangat dalam sampai ke daerah tendon dan tulang

.

Diagnosis Banding Frambusia Lesi Sekunder Plantar warts:

Jenis kutil, teraba lembut, berbentuk lesi datar pada telapak kaki yang disebabkan oleh papovavirus. Kutil ini dapat rancu dengan plantar papilloma. Scabies

Scabies (kudis) : infeksi parasit Sarcoptes scabiei pada kulit yang umumnya

terdapat didaerah jari-jari tangan, dan pergelangan tangan. Scabies menyebabkan gatal yang hebat.

Leprosy (kusta)

Dapat dibedakan dengan frambusia, karena pada lepra terdapat mati rasa. Psoriasis

Penyakit kulit turunan (herediter) kronis. Lesi banyak terdapat pada lutut, siku, lengan, badan, dan kepala. Lesinya berwarna keputihan sampai keperak-perakan pada bagian tepi.

Moluscum contagiosum : Penyakit kulit yang ditandai dengan popul/nodul dengan delle (lekukan) ditengahnya, berisi massa seperti nasi. Pada anak-anak biasanya terjadi di muka, di badan, di tangan dan kaki, sedang pada orang dewasa terdapat di sekitar kemaluan (pubis dan gentalia eksternal).

(14)

Penetapan Diagnosis

Di lapangan, diagnosis frambusia dibuat berdasarkan temuan klinis dan epidemiologis, dan dibagi dalam 3 jenis kasus, yaitu kasus suspek, kasus probable dan kasus konfirmasi frambusia (lihat pada Pedoman Strategi dan Pokok Kegiatan Eradikasi Frambusia Indonesia).

Kasus frambusia suspek yang kemudian disebut kasus suspek adalah seseorang yang menunjukkan satu atau lebih gejala/tanda klinis (> 2 minggu) sebagai berikut :

o Papul atau papilloma

o Ulkus fambusia (terdapat krusta, dan tidak sakit) o Makula papula

o Hiperkeratosis di tapak tangan atau tapak kaki (early) o Perubahan pada tulang dan sendi (early)

Kasus frambusia probable yang kemudian disebut kasus probable, adalah kasus suspek yang tinggal di desa/kelurahan endemis frambusia atau kontak erat dengan penderita frambusia konfirmasi/probable dengan salah satu kriteria dibawah ini :

o Lokasi lesi pada tungkai, lutut atau kaki

o Usia <15 tahun

Secara teknis, tinggal di wilayah endemis frambusia adalah :

1. Tinggal lebih dari 20 jam perminggu di desa endemis tinggi frambusia 2. waktu tinggal tersebut antara 9-90 hari sebelum munculnya lesi

frambusia

Secara teknis, kontak erat dengan penderita frambusia konfirmasi/probable adalah :

1. kontak sosial lebih dari 20 jam perminggu

2. waktu kontak tersebut antara 9-90 hari sebelum munculnya lesi frambusia

Kasus frambusia konfirmasi yang kemudian disebut kasus konfirmasi adalah :

o kasus suspek atau kasus probable frambusia yang positif uji serologi (RDT), pengujian lapangan gelap atau PCR

o kasus non klinis tetapi RDT dan RPR positif dalam satuan cluster atau terdapat kontak erat dengan kasus konfirmasi

(apakah perlu ditambahkan kriteria : cluster, dan atau terdapat kasus konfirmasi diantara kontak ????)

(15)

Penetapan diagnosis dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu : a. Pemeriksaan klinik

Diagnosis di lapangan terutama berdasarkan pemeriksaan klinik sesuai dengan bentuk dan sifat kelainan yang ada. Pemeriksaan dilakukan ditempat tertutup dengan pencahayaan yang baik dan terang, dengan memperhatikan etika dimana pemeriksaan laki-laki dan perempuan dilakukan terpisah.

Beberapa kondisi dibawah ini dapat membantu menetapkan diagnosis klinis frambusia :

Riwayat penderita berada di desa endemis frambusia (desa yang terdapat atau pernah terdapat penderita frambusia)

Umur penderita (frambusia banyak terjadi pada anak berumur kurang dari 15 tahun)

Gejala klinis berupa lesi pada kulit/tulang sesuai dengan stadium perkembangan frambusia

Ciri dan lokasi lesi tertentu (lihat penjelasan sebelumnya). Lesi terjadi di tungkai, kaki, pergelangan kaki, bisa juga terjadi di lengan dan muka.

- Berdasarkan pemeriksaan klinis dapat ditetapkan kasus frambusia suspek, kasus frambusia probable atau bukan kasus frambusia - Kasus frambusia suspek sebaiknya didata dan dilaporkan, dan

nantinya perlu pemeriksaan oleh tenaga professional terlatih - Kasus frambusia suspek dan probable perlu dilakukan pengujian

serologi (RDT) untuk kepastian diagnosis

b. Pemeriksaan laboratorium

Setiap kasus suspek atau kasus probable sebaiknya dilakukan pemeriksaan serologi dan atau pengujian lain di laboratorium, terutama kasus suspek di desa yang sudah lama tidak terdapat kasus konfirmasi. Ini penting, karena penyakit kulit lain banyak yang serupa dengan lesi pada frambusia (lihat diagnosis banding).

Pemeriksaan laboratorium sebagai berikut : (1) Pemeriksaan langsung

(a) Metode mikroskop lapangan gelap (dark field microscope)

Getah yang diambil dari lesi (luka/borok) dibuat smear, difiksasi dengan NaCI dan dilihat langsung di bawah mikroskop lapangan gelap.

(16)

(b) Pengecatan dilakukan dengan Giemsa atau Wright. (2) Pemeriksaan serologis

Pemeriksaan serologis pada frambusia menggunakan cara pemeriksaan yang sama dengan pemeriksaan pada penyakit sifilis yaitu dengan TPHA-RDT dan dievaluasi dengan RPR/VDRL.

Pemeriksaan serologi dapat bermanfaat untuk :

(a) Menemukan penderita-penderita dalam masa laten yang tidak menunjukkan gejala klinik tetapi ternyata seropositif. Penderita seperti ini adalah sumber penularan frambusia tersembunyi.

(b) Konfirmasi kasus frambusia yang meragukan (suspek dan probable). (c) Survei evaluasi penularan atau sering disebut survei serologi pada

anak berumur 1-5 tahun (+ remaja) ditujukan untuk mengevaluasi masih ada atau tidak adanya penularan frambusia pada suatu wilayah kabupaten/kota setelah selesai melaksanakan serangkaian upaya pemutusan rantai penularan frambusia (Pengobatan Kasus Kontak dan Pengobatan Massal Total) dan telah dinyatakan tidak ada kasus frambusia lagi (Nol Kasus)

(d) Survei evaluasi penularan pada Kabupaten/Kota Bebas Frambusia adalah survei dengan tujuan dan cara yang sama dengan point (c) tersebut diatas, tetapi dilaksanakan pada Kabupaten/Kota Bebas Frambusia

Sampai sekarang, belum ada pemeriksaan serologi spesifik untuk frambusia. Pemeriksaan serologi yang ada dipasaran, biasanya digunakan untuk pemeriksaan serologi sifilis, hasil pemeriksaan ini tidak bisa membedakan T.pallidum (sifilis) dan T.pertenue (frambusia)

Terdapat 2 metode pemeriksaan yang bumumnya dilakukan, Rapid Treponemal Test dan Non Treponemal Test (RPR atau VDRL).

Keuntungan dan kerugian penggunaan 2 metode diagosis tersebut dapat diketahui dalam tabel berikut :

Perbandingan Antara Non Treponemal Test dan Rapid Treponemal Test

Keuntungan Kerugian

Non Treponemal Test (RPR/VDRL)

- Mudah dikerjakan - Dapat membedakan

antara aktif dan masa tidak aktif atau aktif diobati (antibodi berkurang

- Memerlukan listrik untuk kulkas

(menyimpan reagen), rotator dan centrifuge - Tidak dapat

(17)

yang efektif kecuali untuk sejumlah kecil individu)

hasil negatif palsu dapat terjadi dengan antibodi berlebih (efek prozone)

Rapid Treponemal Test (RDT)

- Mudah dikerjakan - Dapat digunakan terhadap darah “whole blood”, serum atau plasma

- Dapat diangkut dan disimpan pada suhu di bawah 30oC

- Tidak ada efek prozone

- Tidak dapat

membedakan antara aktif dan tidak aktif atau masa infeksi diobati (antibodi terhadap antigen treponemal

dipertahankan selama bertahun-tahun)

Rapid Diagnostic Treponemal test (RDT test)7

Rapid diagnostic treponemal (RDT) test (eg.Bioline) dapat digunakan sebagai immunochromatographic test (ICT). Sensitivitas pemeriksaan RDT ini mencapai 85-98% dan spesifisitasnya mencapai 93-98% dibandingkan dengan laboratory-based reference standard test

seperti TPHA atau TPPA. Pemeriksaan RDT ini praktis digunakan

dilapangan dengan sampel darah jari sewaktu, dan hasilnya dapat dibaca dalam waktu 20 menit

RDT test ini tidak dapat membedakan antara kasus frambusia dengan infeksi aktif dan yang sudah mendapat pengobatan. Oleh karena itu, kasus frambusia yang pernah diobati dan sembuh, bisa saja dinyatakan positif dengan RDT test. Sebaiknya, hasil pemeriksaan dengan RDT test, diuji kembali dengan pemeriksaan non treponemal, misalnya dengan Rapid Plasma Reagin (RPR) test, tetapi ini mahal dan dilakukan di laboratorium.

Cara Penggunaan RDT test

Banyak rapid treponemal test di pasaran, sehingga cara menggunakan alat diagnosis ini bisa berbeda, tetapi pada umumnya terdapat 3-4 langkah :

1. Buka alat dari bungkusnya, letakkan ditempat datar, misal meja 2. Teteskan sampel (darah, plasma, serum) ke dalam tempatnya (S) 3. Tambahkan cairan buffer ke dalam tempat tersebut (S)

4. Baca hasilnya sesuai waktu ditentukan (15-20 menit). Dibaca setelah waktu yang ditentukan itu tidak benar dan hasilnya tidak bisa digunakan

Hasil dapat dilihat pada control line (C) dan test line (T)

(18)

Pengobatan

Pada upaya eradikasi frambusia, maka setiap kasus frambusia harus mendapat pengobatan dengan antibiotik yang sesuai agar dapat menghentikan mata rantai penularan frambusia.

Kasus frambusia yang mendapat pengobatan kasus sebagaimana digambarkan dalam gambar dibawah ini adalah sebagai berikut :

1. Kasus konfirmasi

2. Kasus probable, baik karena kontak dengan kasus konfirmasi maupun kasus probable lainnya, atau kasus suspek yang tinggal di desa endemis frambusia, berumur <15 tahun dan lokasi lesi khas (tungkai, lutut dan kaki)

3. Kasus suspek yang kontak dengan kasus konfirmasi atau kasus probable dalam 3 bulan terakhir sebelum sakit

(19)

Disamping dilakukan pengobatan, pada kejadian kasus konfirmasi dan kasus probable, serta kasus positif uji serologi – RDT diikuti dengan pengobatan kontak erat (serumah, tetangga, sepermainan dan atau sekolah, serta kontak sosial) dan dipantau sampai mata rantai penularan berhenti. Lihat pada Pedoman Upaya Memutus Rantai Penularan Frambusia

Kasus positif uji serologi – RDT dengan hasil pengujian RPR positif, dan merupakan cluster dan/atau terdapat kontak erat yang positif sebagai kasus konfirmasi, adalah merupakan kasus konfirmasi

(20)

Jenis Obat

Pilihan utama untuk pengobatan penderita frambusia dan kontak adalah Benzatin penisilin (injeksi) atau Azitromisin (tablet) dengan dosis tunggal (rekomendasi Morges, Strategi WHO). Alternatif pengobatan antara lain Tetrasiklin, Doksisiklin atau Eritromisin

Dosis dan cara pemakaian obat untuk penderita dan kontak frambusia sebagai berikut :

Tabel 3

Pengobatan Frambusia yang Dianjurkan

No. Nama Obat Umur

(tahun) Dosis Cara Pemberian Lama Pemberian 1. Azitromisin tablet (pilihan) <6 500 mg 1x sehari

Oral Dosis tunggal 6 – 9 1000 mg

1x sehari

Oral Dosis tunggal

10 – 15

1500 mg 1x sehari

Oral Dosis tunggal >15 2000 mg

1x sehari

Oral Dosis tunggal 2. Benzatin Penisillin injeksi < 10 600.000 IU IM Dosis tunggal > 10 1.200.000 IU IM Dosis tunggal 3. Eritromisin tablet 1 < 8 8 – 10 mg/kgBB 4 x sehari Oral 15 Hari 4. atau Eritromisin tablet 8 8 – 15 250 mg, 4 x sehari Oral 15 Hari > 15 500 mg, 4 x sehari Oral 15 Hari 5. Doksisiklin tablet 8 – 15 2-5 mg/Kg BB 4 x sehari Oral 15 Hari Dewasa 100 mg 2 x sehari Oral 15 Hari Catatan

Sebelum dilakukan penyuntikan atau minum obat kepada penderita / kontak dianjurkan untuk makan terlebih dahulu

(21)

Penyembuhan pada terapi azitromisin adalah hilangnya lesi 4-8 minggu sejak obat diberikan

Azitromisin tidak direkomendasikan untuk anak-anak dibawah usia 6 bulan Tetrasiklin atau Eritromisin diberikan kepada penderita frambusia yang alergi terhadap penisilin dan azitromisin

Tetrasikilin tidak diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah usia 8 tahun

(22)

Reaksi Simpang Dan Tatalaksana Reaksi Simpang

1. Benzathin Penicillin

Pengobatan dengan Benzatin penisilin kepada masyarakat di desa-desa dalam pemberian obat massal pencegahan frambusia selama ini belum pernah dilaporkan adanya efek simpang.

Beberapa reaksi simpang yang pernah dilaporkan (referensi) antara lain :

a. Keringat keluar dalam waktu 3 jam sesudah penyuntikan (biasanya ringan atau hanya sampai membasahi baju).

b. Timbul bentol-bentol merah yang terasa agak gatal (urticaria) c. Terasa pusing disertai kesulitan bernafas

d. Denyut nadi meningkat

e. Gangguan yang lebih berat adalah terjadinya anaphylactic shock.

2. Reaksi Simpang Azitromisin

Efek samping Azitromisin antara lain mual, rasa tidak nyaman di perut, muntah, kembung, diare, gangguan pendengaran, nefritis interstisial, gangguan ginjal akut, fungsi hati abnormal, pusing/vertigo, kejang, sakit kepala, dan somnolen (setengah sadar)

Tata Laksana Reaksi Simpang Benzatin Penisilin dan Azitromisin

a. Baringkan penderita segera dengan kaki lebih tinggi dari kepala serta bebaskan saluran pernafasan.

b. Berikan adrenalin 0,3 ml subkutan (pijat tempat suntikan) c. Monitor tekanan darah

d. Apabila dalam 15 menit tidak ada perbaikan (tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg dan frekuensi denyut jantung melebihi 120/menit), maka berikan ulangan adrenalin.

Pada pemberian obat massal pencegahan frambusia, harus dibentuk dan disiagakan tim kejadian ikutan pasca pemberian obat frambusia di Puskesmas dan Rumah Sakit untuk melakukan tindakan pertolongan, penetapan diagnosis kejadian ikutan pasca pemberian obat frambusia dan evaluasi prosedur pemberian obat massal pencegahan frambusia (lihat pada bahasan POMP Frambusia)

(23)

Pelaporan

Laporan Puskesmas tediri atas :

1. Laporan Bulanan Kasus Frambusia

Merupakan kompilasi laporan poliklinik Puskesmas, Puskesmas

Pembantu, Pos Kesehatan Desa, Puskesmas Keliling dan Pemeriksaan Sekolah, dan penemuan kasus saat kegiatan Penyelidikan dan

Pengobatan Kasus Kontak dan Pengobatan Massal Total 2. Laporan KLB Frambusia, terdiri atas :

a. Laporan KLB 24 Jam

b. Laporan Penyelidikan dan Pengobatan Kasus Kontak c. Laporan Upaya Penanggulangan

Format laporan dan tatacara pelaporan lihat pada Pedoman Surveilans Frambusia

(24)

Bahan Bacaan

(25)

Berbagai Gambar Klinis Frambusia

1. Papul (mother Yaws)

(26)

3. Papiloma

Initial papilloma, juga disebut mother yaw atau primary frambesioma (from Perine PL, Hopkins DR, Niemel PLA, et al. Handbook of Endemic

Treponematoses: Yaws, Endemic Syphilis, and Pinta. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 1984.).

papillomata frambusia awal (Perine PL, Hopkins DR, Niemel PLA, et al. Handbook of Endemic Treponematoses: Yaws, Endemic Syphilis, and Pinta. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 1984.). 3. papilloma ulkus pada kaki

(27)

7. Papul/papilomata sembuh

9. hyperkeratosis (plantar papilloma)

Plantar papillomata dengan hyperkeratotic macular plantar pada frambusia awal (ie, crab yaws) (from Perine PL, Hopkins DR, Niemel PLA, et al. Handbook of Endemic

Treponematoses: Yaws, Endemic Syphilis, and Pinta.Geneva, Switzerland: World Health Organization; 1984.).

(28)

10. lesi sendi dan tulang (osteoporosis)

Osteoperiostitis pada tibia dan fibula pada frambusia awal (from Perine PL, Hopkins DR, Niemel PLA, et al. Handbook of Endemic Treponematoses: Yaws, Endemic Syphilis, and Pinta. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 1984.).

Gambar sebelah kiri

Keterangan sebelah kanan

Gambar

Gambar sebelah kiri

Referensi

Dokumen terkait

 Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan

Karyawan/dosen/Pengajar/mahasiswa dengan kriteria kontak erat, kasus suspek atau konfirmasi positif COVID-19). 1) Tutup ruangan/ area kerja/kantor/kampus/sekolah yang pernah

4 DOKUMENTASI KEGIATANDI KECAMATAN KUNDUR UTARA DALAM RANGKA KEGIATAN PENGAMBILAN TES SWAB TERHADAP PDP / SUSPEK YANG KONTAK DENGAN PASIEN KASUS KONFIRMASI PSOTIF

1) Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih. 2) Sentuhan fisik

*Jika kontak erat satu tempat tinggal dengan kasus konfirmasi yang tidak melaksanakan isolasi secara tepat atau masih berinteraksi dengan anggota keluarga, maka masukkan tanggal

Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ringan sampai berat yang memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV dalam

PELAKSANAAN KARANTINA KONTAK ERAT KASU S PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB/WABAH 1 2 3 4 Dilakukan pada orang yang memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi / probable dan

Tidak Tahu Negara / Provinsi Kota Tgl Perjalanan Tgl Tiba di Tempat Saat ini Dalam 14 hari sebelum sakit, apakah memiliki kontak dengan kasus suspek / probable COVID-19a. Tidak Tahu