• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Dengan Pendekatan Stm Pada Tema “Pembuatan Poc” Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas Vii Smp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Dengan Pendekatan Stm Pada Tema “Pembuatan Poc” Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas Vii Smp"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN STM PADA TEMA “PEMBUATAN POC” UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP

ARTIKEL ILMIAH

Oleh Harsi Admawati NIM 10312241019

Pembimbing I Prof. Dr. IGP Suryadarma NIP 19511225 197603 1 004

Pembimbing II Sabar Nurohman, M.Pd NIP 19810621 200501 1 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014

   

(2)

 

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN

PENDEKATAN STM PADA TEMA “PEMBUATAN POC”

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP

THE DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEET BY STS APPROACH ON THE THEME "MAKING ORGANIC LIQUID FERTILIZER" TO IMPROVE VII GRADE JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS’ CRITICAL THINKING SKILLS

Harsi Admawati

Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Email: admawati2903@gmail.com ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menilai kelayakan LKS IPA Terpadu pada tema “Pembuatan POC” dan mengetahui pengaruh LKS terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi model 4D dari Thiagarajan dkk. Penelitian ini dirancang sampai pada tahap Develop (pengembangan). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi angket validasi LKS, soal penguasaan keterampilan berpikir kritis dalam LKS, dan soal pretest maupun posttest keterampilan berpikir kritis. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif hasil validasi, analisis koefisien korelasi validitas metode Pearson, persentase penguasaan keterampilan berpikir kritis, dan gain score. Hasil penelitian ini adalah LKS dinyatakan layak dengan nilai sangat baik pada komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen bahasa dan gambar, serta komponen kegrafisan. LKS ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibuktikan dengan perolehan gain score sedang.

Kata kunci: LKS IPA, pendekatan STM, keterampilan berpikir kritis ABSTRACT

This research was conducted to assess the feasibility of Science Student Worksheet by STS approach on the theme "Making Organic Liquid Fertilizer" and determine the effect of the worksheet to students' critical thinking skills. The research model adapted the 4D models of Thiagarajan, et al. This study was designed to Develop phase. The instruments were used in this study include the questionnaire validation worksheet, questions of critical thinking skills in the worksheet, and pretest and posttest of critical thinking skills. Analysis used descriptive analysis of the validation results, correlation coefficients of validity by Pearson’s method, percent mastery of critical thinking skills, and gain score. The result of this research was the worksheet got excellent value on the feasibility of the content, the presentation, the language and image, and graphic. These worksheet can improve students' critical thinking skills evidenced by the acquisition of moderate gain score.

(3)

 

PENDAHULUAN

Salah satu disiplin ilmu pada jenjang pendidikan SMP adalah Ilmu Pengetahuan Alam. Dalam mempelajari fenomena alam, IPA berhubungan erat dengan lingkungan sebagai sumber belajar. Depdiknas (2007: 4) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis.

E. Mulyasa (2007: 53) menyatakan bahwa pembelajaran IPA pada jenjang SMP yang berdasarkan KTSP adalah IPA Terpadu. Selain itu, pembelajaran IPA yang sesungguhnya merupakan kegiatan percobaan atau kerja laboratorium dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran IPA di SMPN 16 Yogyakarta menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tetapi pembelajaran belum dilakukan secara terpadu. LKS yang digunakan sebagai bahan ajar belum memuat materi IPA terpadu, belum mengangkat permasalahan lingkungan di sekitar peserta didik, dan berdasarkan analisis salah satu LKS yang digunakan dalam pembelajaran, unsur petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, dan penilaian belum termuat di dalam LKS.

Apabila ditinjau dari aspek kognitif, 48,15% dan 70,37% siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada ujian tengah semester I dan ujian akhir semester I.

Untuk meningkatkan aspek kognitif siswa dan membangun interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya, pendekatan STM (Sains Teknologi Masyarakat) berpotensi untuk digunakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anna Poedjiadi (2010: 132) yang menegaskan bahwa salah satu ranah pengembangan STM, yaitu siswa akan memiliki etos kerja yang tinggi karena dibiasakan untuk berpikir kritis. Salah satu bahan ajar yang mampu mendukung pendekatan STM dan berpotensi meningkatkan aspek kognitif siswa adalah LKS. Andi Prastowo (2013: 205) menyatakan bahwa kerja laboratorium atau kerja lapangan merupakan tugas praktis yang termuat dalam bahan ajar lembar kerja siswa. Dengan demikian, LKS mampu mendukung kerja lapangan atau kerja laboratorium dengan pendekatan STM dan perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA di SMPN 16 Yogyakarta.

Salah satu aspek kognitif dapat ditingkatkan dengan LKS dan pendekatan STM adalah keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis perlu ditingkatkan untuk menjawab tantangan pada abad 21 untuk menyiapkan siswa melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Depdiknas (2007: 5), menyatakan bahwa pada abad 21 IPA dan teknologi berkembang pesat dalam berbagai bidang kehidupan di

(4)

 

masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi.

Permasalahan masyarakat yang banyak dijumpai oleh siswa adalah permasalahan lingkungan akibat sampah organik. Tema “Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)” dikembangkan sebagai tema dalam LKS karena mencakup aspek Fisika, Biologi, dan Kimia sesuai dengan SK dan KD KTSP. Meskipun pada saat ini mulai diberlakukan kurikulum 2013, peneliti memilih KD-KD yang relevan dengan tema “Pembuatan POC” dan kurikulum 2013 sehingga LKS dapat digunakan pada kurikulum 2013. Selain itu, pembelajaran LKS dengan tema tersebut berkaitan dengan permasalahan sampah organik dan memberikan solusi-solusi pemecahan masalah pencemaran akibat sampah organik.

Berdasarkan permasalahan yang ditemui di SMPN 16 Yogyakarta, peneliti mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA terpadu dengan dengan pendekatan STM pada tema “Pembuatan POC” untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas VII SMP. LKS hasil pengembangan dinilai oleh dosen ahli dan guru untuk mengetahui kelayakan produk dan diujikan secara terbatas untuk mengetahui pengaruh LKS IPA dengan pendekatan STM pada tema “Pembuatan POC” terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas VII SMP.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian pengembangan LKS IPA terpadu terpadu ini menggunakan metode penelitian Research and Development (R & D) model 4-D menurut Thiagarajan dkk., (1974: 5). Tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), dan pengembangan (develop). Tahap penyebaran (disseminate) tidak dilakukan pada penelitian ini.

Waktu dan Tempat Penelitian

Pada bulan November-Desember peneliti melakukan observasi dan uji coba produk dilakukan pada bulan Mei 2014 dengan tempat pengambilan data di SMP Negeri 16 Yogyakarta

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Negeri 16 Yogyakarta.

Prosedur

Pada tahap define peneliti mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan produk kemudian menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Tahap ini terdiri dari

analisis awal, analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan merumuskan tujuan pembelajaran.

Peneliti melakukan langkah-langkah yang terdiri dari penyusunan tes acuan patokan, pemilihan media, pemilihan format, dan pembuatan

(5)

 

rancangan awal (draft I) pada tahap design

Pada tahap pengembangan, LKS IPA (draft I) divalidasi ahli/praktisi dan diuji coba untuk menghasilkan bentuk akhir LKS.

Data dan Instrumen Pengumpulan Data

Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data tingkat kelayakan kualitas LKS IPA, data observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM, data keterampilan berpikir kritis siswa tiap pertemuan, dan data hasil pretest dan posttest pembelajaran menggunakan LKS IPA.

Istrumen pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari angket, lembar observasi, soal-soal keterampilan berpikir kritis dalam LKS, dan instrumen soal pretest dan posttest. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan peneliti dengan cara sebagai berikut.

a. Analisis angket validasi LKS dengan menghitung rata-rata skor dari dua penilai atau lebih. Skor aktual yang bersifat kuantitatif diubah menjadi bersifat kualitatif dengan berpedoman pada konversi skor menjadi skala lima kelayakan kualitas LKS (Eko Putro Widoyoko, 2009: 238). Nilai kelayakan LKS IPA pada penelitian ini ditentukan dengan nilai minimum cukup baik.

b. Persentase untuk menentukan keterlaksanaan sintaks pendekatan STM menggunakan rumus persentase keterlaksanaan. Persentase keterlaksanaan diubah

menjadi data kualitatif dengan menggunakan kriteria Eko Putro Widoyoko (2009: 242).

c. Persentase penguasaan dianalisis menggunakan rumus persen penguasaan (Ngalim Purwanto, 2002: 102).

d. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dianalisis melalui analisis gain score (Hake, 1999: 1).

e. Validitas suatu tes dapat dilakukan menggunakan metode Pearson atau product moment correlation (Ngalim Purwanto, 2002: 139) .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik LKS yang dikembangkan diantaranya terdapat pada keterpaduan tipe connected, tema, penekanan pendekatan STM, dan penekanan keterampilan berpikir kritis. Indikator keterampina berpikir kritis pada penelitian ini difokuskan pada indikator menunjukkan, membedakan, mengelompokkan, menganalisis, dan menyimpulkan berdasarkan indikator berpikir kritis Yeap Chin Heng dkk. (2002: 5). LKS IPA dengan pendekatan STM pada tema “Pembuatan POC” dinyatakan layak dengan nilai sangat baik pada komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen

(6)

 

bahasa dan gambar, serta komponen kegrafisan.

Gambar 1. Komponen Kelayakan Isi Skor kelayakan isi hasil penilaian ahli maupun guru sebesar 45 dengan nilai A termasuk kategori sangat baik.

Gambar 2. Komponen Penyajian Komponen penyajian memperoleh skor 45 dari hasil penilaian ahli maupun guru IPA. Skor 45 tersebut dikonversi menjadi nilai sehingga diperoleh nilai A dan termasuk kategori sangat baik.

Gambar 3. Komponen Bahasa dan Gambar

Komponen bahasa dan gambar memperoleh skor 19,67 dengan nilai A dan termasuk kategori sangat baik dari hasil penilaian ahli. Hasil penilaian guru IPA menunjukkan bahwa komponen bahasa dan gambar memperoleh skor 20 dengan nilai A dan termasuk kategori sangat baik.

Gambar 4. Komponen Kegrafisan Komponen kegrafisan memperoleh skor 14,33 dengan nilai A dan termasuk kategori sangat baik dari hasil penilaian ahli. Hasil penilaian guru IPA menunjukkan bahwa komponen kegrafisan memperoleh skor 15 dengan nilai A termasuk kategori sangat baik.

Kesimpulan dari ahli menyatakan bahwa LKS yang dikembangkan layak diuji coba lapangan dengan revisi sesuai saran. Kesimpulan dari guru IPA menyatakan bahwa LKS layak diuji coba lapangan tanpa revisi. Dengan demikian berdasarkan analisis angket validasi dan kesimpulan ahli, LKS dinyatakan layak dengan nilai sangat baik tetapi perlu dilakukan revisi sesuai saran validator sebelum diujicoba.

Perhitungan validitas tes dilakukan agar peneliti mengetahui apakah instrumen tes dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

(7)

 

(keterampilan berpikir kritis siswa). Hasil analisis menggunakan metode Pearson menghasilkan koefisien korelasi 0,21 dengan kategori rendah. Hal ini berarti bahwa kualitas instrumen tes kurang valid untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa.

Gambar 5. Penguasaan Indikator Berpikir Kritis

Berdasarkan Gambar 5, pada pertemuan pertama persentase penguasaan indikator menunjukkan sebesar 72,26% dengan kategori baik, persentase penguasaan indikator membedakan sebesar 73,08% dengan kategori baik, persentase penguasaan indikator mengelompokkan sebesar 90,77% dengan kategori sangat baik, persentase penguasaan indikator menganalisis sebesar 37,02% dengan kategori kurang, dan persentase penguasaan indikator menyimpulkan sebesar 60,29% dengan kategori baik. Penguasaan keterampilan berpikir kritis pada indikator mengelompokkan mencapai persentase penguasaan tertinggi pada LKS kegiatan 1 karena indikator tersebut lebih mudah dibandingkan dengan indikator berpikir kritis yang lain. Penguasaan

keterampilan berpikir kritis pada indikator menganalisis memperoleh persentase penguasaan terendah. Hal tersebut terjadi karena indikator menganalisis pada ranah kognitif teksonomi Bloom revisi memiliki taraf C4 dan membutuhkan ketelitian yang lebih tinggi dibanding indikator yang lain.

Pada pertemuan kedua, persentase penguasaan indikator menunjukkan sebesar 89,98% dengan kategori sangat baik, persentase penguasaan indikator membedakan sebesar 71,11% dengan kategori baik, persentase penguasaan indikator mengelompokkan sebesar 51,39% dengan kategori sangat cukup, persentase penguasaan indikator menganalisis sebesar 62,29% dengan kategori baik, dan persentase penguasaan indikator menyimpulkan sebesar 44,44% dengan kategori cukup. Penguasaan keterampilan berpikir kritis pada indikator menunjukkan mencapai persentase penguasaan tertinggi karena siswa sudah mempunyai pengalaman untuk menunjukkan hasil pengamatan pada pertemuan 1. Selain itu, indikator menunjukkan pada LKS kegiatan 2 mempunyai taraf C1 dengan tingkat kesulitan paling mudah dibanding dengan indikator yang lain. Penguasaan keterampilan berpikir kritis pada indikator menyimpulkan memperoleh persentase penguasaan terendah karena siswa kurang paham dengan soal indikator menyimpulkan pada LKS 2.

(8)

 

Gambar 6. Penguasaan Berpikir Kritis Pada pertemuan pertama tingkat penguasaan keterampilan berpikir kritis sebesar 66,68% dengan kategori cukup. Hasil penguasaan pada pertemuan pertama kurang maksimal karena terdapat kendala pengaturan waktu. Hal ini berdampak pada berkurangnya waktu berpikir dalam mengerjakan LKS.

Pada pertemuan kedua tingkat penguasaan keterampilan berpikir kritis sebesar 63,84% dengan kategori cukup. Pada pertemuan kedua terjadi penurunan keterampilan berpikir kritis sebesar 2,84%. Hal tersebut disebabkan materi kegiatan 2 lebih sulit apabila dibandingkan dengan kegiatan 1.

Peningkatan keterampilan berpikir kritis dianalisis melalui tes tertulis dengan membandingkan hasil pretest dan postest.

Gambar 7. Peningkatan Berpikir Kritis

Berdasarkan Gambar 7, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan antara rerata skor pretest dengan posttest sebanyak 5,96. Hasil perhitungan gain score diperoleh nilai sebesar 0,35 yang termasuk dalam kategori sedang. Peningkatan keterampilan berpikir kritis dengan kategori sedang dipenguhi oleh instrumen tes yang memiliki kategori rendah pada tingkat kevalidannya. Peningkatan hasil keterampilan berpikir kritis terjadi karena pada saat pretest siswa belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman terhadap soal pretest. Setelah pembelajaran dilaksanakan, siswa mendapat pengetahuan berupa materi yang disampaikan dan pengalaman melalui kegiatan praktikum.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

LKS IPA dengan pendekatan STM pada tema “Pembuatan POC dinyatakan layak dengan nilai sangat baik pada komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen bahasa dan gambar, serta komponen kegrafisan. LKS dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibuktikan dengan gain score sedang. Saran

Peneliti selanjutnya perlu melakukan pengaturan waktu dan pengondisian siswa secara tegas. Selain itu, sebaiknya peneliti memotivasi siswa untuk mengerjakan tes dan

(9)

 

memandu siswa saat pengisian LKS dari tiap-tiap pernyataan dan pertanyaan sehingga siswa menjadi lebih memahami dan memberikan jawaban pada semua pertanyaan.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.

Anna Poedjiadi. 2010. Sains Teknologi

Masyarakat Metode Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Depdiknas. 2007. Standar Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas. E. Mulyasa, 2007. Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Eko Putro Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hake, Richard R. 1999. Analyzing

Change/Gain Scores. Diakses pada tanggal 30 Desember

2013, dari: http://www.physics.indiana.edu/

~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf.

Ngalim Purwanto. 2002. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Thiagarajan, Sivasailam, Semmel, Dorothy S., Semmel, Melvyn I.

1974. Instructional

Development for Training Teachers of Exceptional Children. Bloomington, Indiana: Indiana University.

Yeap Chin Heng, dkk. 2002. Integrated Curriculum for Secondary Schools. Kuala Lumpur: Ministry of Education Malaysia.                                         

(10)

Gambar

Gambar 1. Komponen Kelayakan Isi  Skor kelayakan isi hasil penilaian  ahli maupun guru sebesar 45 dengan   nilai A  termasuk  kategori sangat baik
Gambar 6. Penguasaan Berpikir Kritis  Pada pertemuan pertama tingkat  penguasaan keterampilan berpikir kritis  sebesar 66,68% dengan kategori cukup

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 4.21 merupakan implementasi dari halaman Tambah data dimana pada halaman ini terdapat field-filed yang dapat diisi oleh admin untuk menambahkan data guru pada

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mencari solusi persamaan transport neutron secara numerik memakai metoda Monte Carlo dengan memperhitungkan faktor

 Pohon berakar yang setiap simpul cabangnya mempunyai paling banyak n buah anak disebut pohon n-ary..  Pohon yang paling penting

Kandungan IL-2 dapat dideteksi pada serum mencit hari ke-4 pascauji tantang dengan DENV, namun tidak dapat dideteksi pada serum mencit hari ke-21 pascauji

Sebanyak 20% hingga 35% siswa belum mengetahui tentang aspek kesehatan yang mempengaruhi pendewasaan usia perkawinan dan rentang usia wanita yang dianjurkan baik untuk hamil

Penanganan autis secara linguistik klinis akan memberikan pemahaman baru bagi para pengajar di lembaga pendidikan khusus autis tentang bagaimana seharusnya

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa suplemen tepung daun pegagan ( Centella asiatica ) dan tepung daun bayam merah ( Alternanthera amoena Voss ) yang diberikan

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara Dupukul banjir,