• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Status Kesehatan Ibu Hamil dengan Kelahiran Bayi Asfiksia Neonatorum di RSUD M.A Sentot Patrol Indramayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Status Kesehatan Ibu Hamil dengan Kelahiran Bayi Asfiksia Neonatorum di RSUD M.A Sentot Patrol Indramayu"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pengaruh Status Kesehatan Ibu Hamil dengan Kelahiran Bayi

Asfiksia Neonatorum di RSUD M.A Sentot Patrol Indramayu

Influence of Healthy StatusiIn Pregnant Mother With Asfiksia Neonatrum of Baby Birth in M.A

Sentot Patrol Indramayu Hospital

Riyanto Martomijoyo, Budy Supriyadi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra

Abstrak

Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia hingga saat ini adalah masih tingginya angka kematian bayi. Asfiksia neonatorum, terutama terjadi di negara-negara berkembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status kesehatan ibu hamil dengan kejadian kelahiran bayi asfiksia neonatorum di RSUD M.A.Sentot Patrol Indramayu, tahun 2014.

Jenis penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder dengan menggunakan metode peneltian case control. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di RSUD M.A.Sentot Patrol yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok kasus, yaitu ibu yang melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dan kelompok control, adalah ibu yang melahirkan bayi tidak mengalami asfiksia neonatorum. Tekhnik pengambilan sampel secara acak, sehingga didapatkan sampel kasus sebanyak 74 ibu bayi dan sampel control sebanyak 74 ibu bayi, sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 148 ibu yang melahirkan.

Hasil penelitian ini berdasarkan uji statistik dengan menggunakan chi square menunjukkan bahwa untuk variabel usia ibu diperoleh nilai P- value 0,007, OR (odds ratio) : 2,945 dan SC (spearman correlation) : 0,220. Untuk variabel paritas ibu yang melahirkan didapat P- value : 0,002, OR : 3,199, dan SC : 0,253, sedangkan untuk variabel Tekanan darah ibu, p. value 0,000, OR : 8,048 dan SC : 0,433, jadi ada pengaruh dengan keeratan yang lemah sampai sedang antara usia, paritas dan tekanan darah ibu yang melahirkan dengan kejadian bayi asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol. Untuk mencegah kejadian asfiksia neonatorum dapat di lakukan beberapa intervensi dengan pendekatan risiko yang menjadi faktor penentu terjadinya asfiksia neonatorum.

Kata Kunci: Status kesehatan ibu hamil, Asfiksia Neonatorum

Abstract

One of public healthy problems in Indonesia until now is still more numbers in baby death. Mainly, Afiksia neonatorum happens in development countries. This study aims to know relationship of healthy status to pregnant mother with asfiksia neonatorum event of baby birth in M.A Sentot Patrol

Indramayu hospital, 2014 year.

This type of research which is used about secondary data analysis using control case of research method . The population of this study are pregnant mother who gave birth in MASentot Patrol hospital. Those are divided two groups in case groups such as the mothers give birth the baby that don’t undergo asfiksia neonatorum and the control groups are the mother who give birth the babay, don’t undergo asfiksia neonatorum. Random sampling techniques , are gotten case sample 74 mothers of infants and control samples are 74 mothers of infants , so those are gotten a sample total of 148 mothers who give birth.

Results of this research based on statistical test using chi square showing that mother ages obtained for the variable value of P- value of 0.007 , OR (odds ratio) : 2.945 and SC ( Spearman correlation ) : 0.220 . For mothers who give birth paritas variables obtained P- value: 0.002 , OR : 3.199 , and SC : 0,253 , while the mother's blood pressure variables , p . value of 0.000 , OR : 8.048 and SC : 0.433 , so there is the influence from weak relationship until ordinary relationship between age, paritas, and blood pressure of mothers who give birth with the baby incidence of asfiksia neonatorum in the General Hospital of Pantura MA Sentot Patrol. Occurence Preventing of asfiksia neontorum can be done some interventions with risk approach becoming factor which determines asfiksia neonatorum.

Key Word : The healthty status of pregnant mother, Asfiksia Neonatorum

Pendahuluan

Di Indonesia, setiap tahun ada 4.608.000 bayi lahir hidup dan sebanyak 21,80 per 1000 meninggal sebelum berusia sebulan (neonatal). Artinya ada 275 neonatal meninggal setiap hari atau atau setiap satu jam ada 8 bayi neonatal meninggal. Meskipun telah terjadi penurunan kematian bayi dan anak yang signifikan, namun kematian bayi baru lahir masih tinggi, hal ini mungkin erat kaitanya dengan komplikasi obstetrik dan status kesehatan ibu yang rendah selama kehamilan dan persalinan. Sebagai penyebab

(2)

2 utama kematian neonatal adalah asfiksia neonatorum.1

Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) Departemen Kesehatan yang dibuat pada tahun 2009, antara lain adalah menurunkan angka kematian bayi dari 35 per 1000 menjadi 26 per 1000. Sebagai penyebab kematian bayi tertinggi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebesar 29% dan penyebab kedua adalah

asfikisa neonatorum sebesar 27%. Dari kedua

penyebab terbesar tersebut diharapkan terjadinya penurunan kematian sebesar 20-40 %.2

Menurut data di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol kabupaten Indramayu, diketahui bahwa pada bulan Januari sampai bulan Maret tahun 2014, tercatat dari 199 jumlah bayi baru lahir, sebanyak 91 (45,7%) bayi lahir dengan asfiksia

neonatorum, lahir normal 62 (31,2%), febris 37

(18,6%) , kejang demam 9 (4,5%), dimana dari data tersebut diatas kasus asfiksia neonatorum merupakan masalah kesehatan bayi baru lahir yang terbanyak. Berbagai faktor diperkirakan berkaitan dengan kondisi tersebut, dari mulai status kesehatan ibu yang rendah selama kehamilan dan persalinan (usia hamil muda/tua, paritas tinggi, tekanan darah tinggi, dsbnya) sampai pada komplikasi obstetrik lainnya.3

Metode

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik

observasional dengan desain case control, meneliti

ibu yang melahirkan bayi dengan dengan asfiksia

neonatorum (kasus) dibandingkan dengan ibu yang

melahirkan bayi yang tidak mengalami asfiksia

neonatorum sebagai control, kemudian secara

retrospektif diteliti faktor-faktor resikonya (usia ibu, paritas, tekanan darah).5,6

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol. Populasi dalam penelitian ini adalah. semua ibu yang melahirkan bayi dan dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol, yaitu sebanyak 199 orang, dimana sebanyak 91 ibu melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dan sebanyak 108 ibu melahirkan dengan bayi tidak mengalami asfiksia neonatorum. Pengambilan sampel untuk kasus ditentukan dengan menggunakan rumus, yaitu sebanyak : 74 ibu bayi dengan asfiksia neonatorum, sedangkan untuk sampel kontrol

sebanyak jumlah yang sama dengan kasusnya, diambil secara acak dari 108 ibu yang melahirkan bayi tidak mengalami asfiksia, sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah 148 ibu yang melahirkan di RSUD M.A. Sentot-Patrol Indramayu

Instrumen penelitian ini adalah dengan menggunakan format tabulasi untuk mencatat data yang diperlukan yaitu : usia ibu, paritas dan tekanan darah ibu yang melahirkan, yang bersumber dari rekam medik (data sekunder). Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi, sedangkan analisis bivariat menggunakan uji statistic Chi-square dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Hasil penelitian

Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa pada responden kelompok kasus sebagian besar (59,1%) berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar (63,3%) ibu yang melahirkan berusia antara 20 sampai 35 tahun Berdasarkan tabel 2, bahwa responden dengan paritas 1 atau ≥ 4 terdapat 105 ibu hamil, dengan rincian pada kelompok kasus sebanyak 61 ibu hamil (58,1%), sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 44 ibu hamil (41,9%). Untuk paritas 2-3, terdapat 13 ibu hamil (30,2%) pada kelompok kasus dan 30 ibu hamil (69,8%) pada kelompok control. Distribusi frekuensi berdasarkan tekanan darah menunjukkan bahwa, sebanyak 100 ibu hamil menderita tekanan darah tinggi (hypertensi), dengan perincian 65 (87,8%) responden pada kelompok kasus dan 35 responden (43,3%) pada kelompok control, sedangkan responden yang tidak memiliki tekanan darah tinggi, diketahui 9 ibu hamil (12,2 %) kelompok kasus dan 39 ibu hamil (52,7%) pada kelompok control ( tabel 3).

Berdasarkan tabel 4 dari hasil penelitian didapatkan uji statistik chi-square diperoleh nilai nilai P value adalah 0,007 < 0,05 (α), maka dapat disimpulkan Ho ditolak, sehingga hal tersebut menunjukkan ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol tahun 2014.

Untuk mengetahui perbandingan seberapa besar terpapar atau tidak terpapar pada kasus dan kontrol, diketahui bahwa nilai OR (odds ratio) > 1

(3)

3 (2,945) dan nilai CI 95% (1,270-4,903) sehingga OR bermakna. Dengan demikian Ini berarti bahwa usia ibu hamil kurang dari 20 tahun dan yang lebih dari 35 tahun akan terkena resiko asfiksia neonatorum : 2,945 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang berusia 20 sampai 35 tahun.

Sedangkan tingkat keeratan hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian bayi asfiksia neonatorum, dapat dilihat dari hasil uji statistik

spearman correlation (sc) yaitu diperoleh r = 0,220

yang artinya secara kualitatif memiliki keeratan hubungan yang lemah.

Berdasarkan tabel 5, yaitu hubungan paritas ibu hamil dengan kejadian asfiksia neonatorum, diperoleh hasil nilai P value adalah 0,002, oleh karena < α (0,05) maka Ho ditolak, menunjukkan ada hubungan antara paritas dengan kejadian bayi asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol tahun 2014.

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat keterpaparan pada kelompok kasus dan kontrol, maka digunakan odds ratio (OR) dan diketahui nilai OR > 1 (3,199) dan nilai CI 95% (1,500-6,824) sehingga OR bermakna. Ini berarti bahwa ibu hamil dengan paritas 1 dan lebih dari 4 akan mempunyai resiko sebesar 3,199 kali bayi yang dilahirkan mengalami asfiksia neonatorum, dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan paritas 2 sampai 3, Sedangkan tingkat keeratan

hubungan antara paritas dengan kejadian bayi asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol berdasarkan uji statistik spearman correlation diperoleh r = 0,253 yang artinya terdapat hubungan yang sedang. Berdasarkan tabel 6, dari hasil penelitian diperoleh hasil nilai P value adalah 0,000 < α (0,05), sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak, menunjukkan ada hubungan antara Tekanan darah ibu hamil dengan kejadian melahirkan bayi asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol tahun 2014. Untuk mengetahui perbandingan seberapa besar keterpaparan pada kelompok kasus dan kontrol, digunakan odds ratio (OR) dengan nilai OR > 1 (8,048) dan nilai CI 95% (3,498-18,514) sehingga OR bermakna. Ini berarti bahwa ibu yang mempunyai penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) pada saat hamil akan beresiko 8,048 kali lebih tinggi untuk terjadinya asfiksia neonatorum pada bayi yang dilahirkan, bila dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi). Sedangkan tingkat keeratan dari variabel tekanan darah dengan kejadian bayi asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol berdasarkan uji statistik spearman correlation diperoleh r = 0,433 yang artinya terdapat hubungan yang sedang .

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Usia Ibu yang Melahirkan di RSUD Pantura M.A Sentot Kabupaten Indramayu Tahun 2014

Usia Ibu Kasus Kontrol Jumlah

<20 th/ > 35th 52 (70,3 %) 36 (48,7 %) 88 (59,5%) 20 th - 35 th 22 (29,7%) 38 (51,3%) 60 (40,5 %) Jumlah 74 (100 %) 74 (100 %) 148 (100 %)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Paritas Ibu yang Melahirkan di RSUD Pantura M.A Sentot Kabupaten Indramayu Tahun 2014

Paritas Kasus Kontrol Jumlah

<1 & ≥4 61 58,1 % 44 41,9 % 105 100 % 2- 3 13 30,2 % 30 69,8 % 43 100 % Jumlah 74 50 % 74 50 % 148 100 %

(4)

4

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Menurut Tekanan Darah Ibu yang Melahirkan di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Kabupaten Indramayu Tahun 2014

Tekanan darah Kasus Kontrol Σ

Hipertensi 65 87,8 % 35 43,3 % 100 67,6% Tidak Hipertensi 9 12,2 % 39 52,7 % 48 32,4% Jumlah 74 100% 74 100% 148 100 %

Tabel 4. Hubungan Usia Ibu Melahirkan dengan Kejadian Bayi Asfiksia Neonatorum di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Kabupaten Indramayu Tahun 2014

Usia Ibu Kasus Kontrol Σ P

value SC OR 95% C I < 20 th >35 th 52 70,2 % 36 48,6 % 88 59,4 % 0,007 0,220 2,945 1.270 - 4.903 20 th - 35 th 22 29.8 % 38 51,4 % 60 40,6 % Jumlah 74 100% 74 100 % 148 100 %

Tabel 5. Hubungan Paritas Ibu Melahirkan dengan Kejadian Bayi Asfiksia Neonatorum di RSUD Pantura M.A Sentot- Patrol Kabupaten Indramayu Tahun 2014

Paritas Ibu Kasus Kontrol Σ P

value SC OR 95% C I 1 ≥4 61 82,4 % 44 59,5 % 105 70,9% 0,002 0,253 3,199 1.500 - 6.824 2- 3 13 17,6 % 30 40,5 % 43 29,1% Jumlah 74 100% 74 100% 148 100 %

Tabel 6. Hubungan Tekanan Darah Ibu dengan Kajadian Bayi Asfiksia Neonatorum di RSUD Pantura M.A Sentot Kabupaten Indramayu Tahun 2014

Tekanan darah Kasus Kontrol Σ P

value SC OR 95% C I Hipertensi 65 87,8% 35 47,3% 100 67,6% 0,000 0,433 8,048 3.498 -18.514 Tidak Hipertensi 9 12,2% 39 52,7% 48 32,4% Jumlah 74 100% 74 100% 148 100% Pembahasan

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat

buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan melakukan tindakan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan kelangsungan pernafasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu persalinan.7,8

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada keeratan hubungan yang lemah antara usia ibu

(5)

5 hamil yang melahirkan dengan bayi yang mengalami asfiksia neonatorum, dimana semakin ibu hamil berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun akan semakin beresiko. Umur yang di anggap optimal untuk kehamilan adalah antara 20 Sampai 30 tahun, sedangkan dibawah atau diatas usia tersebut akan dapat meningkatkan resiko kehamilan maupun persalinan.9,10

Disamping faktor usia ibu ketika melahirkan, ternyata jumlah anak yang pernah dilahirkan (paritas) oleh seorang ibu juga mempunyai hubungan dengan terjadinya kelahiran bayi asfiksia neonatorum. Ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi (hypertensi) atau tekanan darahnya meningkat yang berlangsung selama kehamilan harus diwaspadai. Penyakit hypertensi pada kehamilan juga merupakan penyebab utama mortalitas pada ibu.11,12,13

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian bayi asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol tahun 2014, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Terdapat hubungan yang lemah antara usia ibu dengan kejadian bayi asfiksia neonatorum

2) Terdapat hubungan sedang antara paritas ibu dengan kejadian bayi asfiksia neonatorum

3) Terdapat hubungan sedang antara tekanan darah dengan kejadian bayi asfiksia neonatorum

Saran

Untuk mengurangi faktor resiko usia dan paritas pada ibu hamil terhadap kejadian bayi dengan asfiksia neonatorum, maka perlu dilakukan peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya memperhatikan dalam perencanaan keluarga, yaitu kapan usia yang tepat untuk kehamilan dan jumlah anak yang akan dilahirkan. Kepada petugas kesehatan yang bekerja di garis depan, terutama bidan di desa untuk terus meningkatkan kualitas dalam pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil yang berada diwilayah kerjanya

Daftar Pustaka

1. Depkes , 2009. Undang-undang tentang Rumah sakit No 44 tahun 2009

2. Jumiarni. Mulyati,S., Pipih., 1993,. Asuhan Kesehatan anak Dalam Konteks Keluarga Pusdikanakes Depkes Ri Jakarta.

3. RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Kabupaten Indramayu. profil RSUD Pantura M.A Sentot

Patroltahun 2013

4. RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Kabupaten Indramayu. Medical record:.Data keadaan Morbiditas rawat inap Surveilans bayi baru lahir tahun 2014.

5. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta 6. Basuki, B., 1999. Aplikasi Metode

Kasus-kontrol. FK-UI Jakarta

7. Jumarni dkk, 1995 Buku : Asfiksia Neonatorum 1995 Toweil (1966)

8. Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

9. Aminullah, A., 2005 Ilmu Kebidanan, YBPSB, Jakarta

10. Manuaba, IBG.,1998. Ilmu Kebidanan,penyakit kandungan, & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

11. Saifuddin, A.B., 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal , Edisi 1, Cetakan 2, JNPKKR-POGI bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

12. Martaadisoebrata,D., 1992. Obstetri Sosial Bagian dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran , Bandung.

13. Wiknjosastro,H., 1999. Ilmu Kandungan, YBPSB, Jakarta.

Gambar

Tabel  2.  Distribusi  Frekuensi  Menurut  Paritas  Ibu  yang  Melahirkan    di  RSUD  Pantura  M.A  Sentot Kabupaten  Indramayu Tahun 2014
Tabel  3.  Distribusi  Frekuensi  Menurut Tekanan Darah  Ibu yang Melahirkan  di  RSUD  Pantura  M.A Sentot Patrol Kabupaten  Indramayu  Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui mekanisme dari penggunaan pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulfate 5% terhadap penurunan sensitivitas sensasi rasa pada lidah..

Namun terdapat satu indikator yang tidak dijawab oleh responden seutuhnya, yaituindikator pelayan melakukan dengan cepat ketika memenuhi pesanan konsumen, artinya

Menyatakan bahwa Karya Seni Tugas Akhir saya tidak terdapat bagian yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi mana pun dan juga

Sejalan dengan hal tersebut, uji-t menunjukkan hasil uji beda sebesar 14,20 lebih besar dari ttabel 2,092, sehingga dapat disimpulkan penerapan media video berpengaruh

Meskipun memiliki perbedaan, kelima penelitian yang relevan yang telah dipaparkan diatas menjadi bahan pertimbangan yang bermanfaat bagi penulisan penelitian

Kualitas sel telur yang dihasilkan dengan metode ini, hampir sama dengan sel telur yang berasal donor hidup, akan tetapi kelemahan dari metode ini adalah potensi genetik induk

Pada saat hari pelaksanaan, upacara Entas-Entas terdiri dari berbagai proses pembacaan mantra yang diteruskan dengan pembakaran petra (tempat atman / merupakan manifestasi dari

Spindle merupakan suatu poros tempat meletakan platter.Poros ini memiliki sebuah penggerak yang berfungsi untuk memutar pelat harddisk yang disebut dengan