• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Dalam Usaha Mewujudkan Kampung Hijau. (Studi Pada Rw 03, Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun, Kota Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Dalam Usaha Mewujudkan Kampung Hijau. (Studi Pada Rw 03, Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun, Kota Malang)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pernyataan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diberitakan oleh CNN pada bulan Februari 2016, permasalahan sampah di Indonesia termasuk dalam kategori meresahkan. Hal ini dikarenakan menurut KLHK, saat ini Indonesia merupakan penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Sebagian besar sampah-sampah tersebut merupakan plastik yang dihasilkan dari rumah tangga. Oleh karena itulah secara umum hal ini dapat menjadi indikasi bahwa kesadaran terhadap lingkungan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia sekarang masih kurang. Sampah plastik di Indonesia sendiri sebagian besar disumbang oleh masyarakat perkotaan. Hal ini disebabkan karena pola pemukiman penduduk di Indonesia mayoritas terkonsentrasi di kota. Keadaan ini bisa terjadi karena kehidupan di kota sendiri kerap dianggap sebagai bentuk daerah yang penuh kemewahan dengan banyaknya gedung yang tinggi menjulang, deretan perkantoran yang mewah serta pabrik-pabrik yang besar sehingga akhirnya membuat masyarakat berbondong-bondong pergi kesana (Setiadi dan Kolip, 2015 : 852-853). Maka dari itulah semakin banyak penduduk yang terus berpindah ke kota, maka akan semakin banyak pula sampah yang ada di kota tersebut. Di Indonesia, salah satu kota yang saat ini secara nyata memiliki permasalahan yang besar berkaitan dengan sampah adalah Kota Malang. Hal ini dikarenakan menurut penjelasan dari Bank Sampah Malang (BSM), seiring dengan. 1.

(2) terus bertambahnya jumlah penduduk yang menetap di Malang dalam setiap tahun, maka bertambah pula jumlah sampah yang dihasilkan (keterangan ini didapatkan dalam seminar yang dilakukan oleh BSM, pada bulan Januari 2017). Keadaan ini tentunya menciptakan permasalahan tersendiri bagi Kota Malang. BSM menegaskan, sekitar tahun 2000 lalu Kota Malang masih memiliki empat tempat pembuangan akhir (TPA), TPA tersebut antara lain adalah TPA Pandanwangi, TPA Gadang, TPA Lowokdoro dan TPA Supit Urang. Akan tetapi, saat ini hanya tersisa TPA Supit Urang yang masih beroperasi. Penyebabnya adalah karena TPA lain saat ini telah penuh oleh sampah sehingga mustahil untuk dapat menerima sampah lagi. BSM juga menjelaskan, apabila masalah ini terus berlanjut maka dalam beberapa tahun kedepan bukan mustahil TPA Supit Urang yang merupakan TPA terakhir di Kota Malang juga akan ditutup. Jika hal ini dibiarkan, maka tidak akan ada tempat lagi untuk mengelola sampah di Kota Malang. Tentunya hal ini akan menimbulkan persoalan baru bagi semua masyarakat di Kota Malang. Oleh karena itulah diperlukan suatu pencegahan agar hal tersebut tidak sampai terjadi. Berhubungan dengan hal tersebut, ternyata masih ada sebagian kelompok masyarakat yang sadar akan hal ini dan berusaha dengan inisiatif mereka sendiri untuk melakukan perubahan. Salah satu contohnya adalah masyarakat di RW 03, Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Kawasan RW 03 adalah sebuah pemukiman yang terletak di tengah-tengah Kota Malang. Akan tetapi, yang membuat daerah ini berbeda dengan daerah lainnya adalah statusnya sebagai kampung hijau. Selain karena adanya usaha pemilahan dan daur ulang sampah,. 2.

(3) alasan RW 03 mendapat sebutan kampung hijau adalah karena banyak sekali tanaman-tanaman di sepanjang daerah tersebut. Adanya sekitar 100 biopori yang tersebar di sepanjang daerah RW 03, juga turut memperkuat citra kawasan ini sebagai kampung hijau. Padahal RW 03 awalnya merupakan sebuah daerah yang juga memiliki masalah sampah. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran serta pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakatnya dalam mengelola sampah. Keadaan tersebut menyebabkan belum adanya gerakan masyarakat seperti pengolahan dan pemilahan sampah. Oleh sebab itulah RW 03 sempat mengalami wabah demam berdarah (DB) dikarenakan tidak efektifnya pengelolaan sampah sehingga menjadi sarang nyamuk. Saat ini posisi sebagai ketua RW 03 dipegang oleh Pak Djainul semenjak tahun 2009. Beliau juga merupakan salah satu inisiator penggagas kampung hijau. Menurut keterangan dari Pak Djainul (wawancara pada tanggal 29 Juli 2017), sekitar tahun 2009 bersamaan dengan awal beliau menjabat sebagai RW 03, awalnya RW 03 justru merupakan daerah dimana kesadaran masyarakatnya terhadap lingkungan, terutama sampah masih kurang. Hal ini dapat diketahui dari belum baiknya pengelolaan sampah di RW 03. Hingga pada akhirnya keadaan ini sampai menimbulkan berbagai penyakit. Salah satu penyakit tersebut adalah penyakit demam berdarah (DB). Selain karena masalah sampah, hal lain yang mendorong masyarakat RW 03 berusaha menjadikan daerahnya menjadi kampung hijau karena adanya kunjungan perwakilan dari RW 03 ke Kampung Gundih di Kota Surabaya.. 3.

(4) Kampung Gundih adalah sebuah kampung yang berstatus kampung berseri. Disebut kampung berseri, karena Kampung Gundih sendiri berhasil menjadi kampung percontohan pola sadar lingkungan oleh Walikota Surabaya, yaitu Tri Rismaharini (Mahardika, 2010). Maka dari itulah, masyarakat RW 03 juga ingin agar daerah mereka menjadi seperti seperti Kampung Gundih yang awalnya merupakan daerah kumuh, saat ini telah berubah menjadi kampung beseri. Status tanah yang merupakan milik Pemerintah Kota (Pemkot) Malang juga melatarbelakangi mengapa masyarakat RW 03 ingin menjadikan daerah mereka menjadi kampung hijau. Mereka khawatir jika sewaktu-waktu Pemkot Malang mempersoalkan tanah yang mereka tempati. Karena menurut Pak Djainul sendiri, tanah di RW 03 dari dulu sampai sekarang masih berstatus tanah Pemkot Malang. Akhirnya sebagian masyarakat RW 03 berpikir, apabila daerah mereka berprestasi dan mandiri, maka tanah yang mereka tempati tidak akan dipersoalkan oleh Pemkot Malang. Prestasi dan kemandirian yang mereka maksud salah satunya adalah menjadikan daerah RW 03 menjadi kampung hijau. Hal tersebut menjadi kenyataan, karena semenjak RW 03 berhasil berprestasi dan mendapatkan berbagai penghargaan di tingkat kota maupun nasional, status tanah mereka tidak lagi pernah diungkit-ungkit oleh Pemkot. Akan tetapi menurut Pak Djainul, usaha masyarakat yang bertujuan untuk menjadikan RW 03 sebagai kampung hijau tidak serta-merta dapat langsung diwujudkan dengan mudah. Diperlukan proses panjang dan diperlukan pula tenaga serta waktu. Hingga akhirnya usaha untuk menwujudkan kampung hijau dapat tercipta dan terus dilaksanakan sampai saat ini. Usaha-usaha dari masyarakat RW. 4.

(5) 03 untuk mewujudkan kampung hijau antara lain adalah 1) Kegiatan pemilahan sampah dan daur ulang sampah. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah menjadikan sampah menjuadi barang yang layak dijual dan mengurangi input sampah ke TPA Supit Urang. Karena sebagaimana diketahui dari paragraf sebelumnya, TPA Supit Urang adalah TPA terakhir di Kota Malang yang masih beroperasi sampai sekarang. Apabila TPA ini sampai ditutup karena overload, maka permasalahan sampah di Kota Malang akan semakin besar; 2). Penghijauan; 3) Usaha penekanan budaya memungut sampah mulai dari anak-anak sampai dewasa; 4) Usaha untuk membuat smoking area; 5) Kegiatan pembuatan biopori di tempat-tempat yang dirasa perlu. Tujuannya adalah untuk mencegah banjir sekaligus menjaga pasokan air tanah di RW 03. Pak Djainul juga menambahkan bahwa usaha untuk mewujudkan kampung hijau tersebut tentunya membawa dampak positif bagi daerah RW 03. Karena saat ini di RW 03, tidak pernah ada lagi masalah sampah, banjir dan kekeringan seperti layaknya di kawasan lain. Saat ini sampah, khususnya sampah kering seperti plastik dan bekas botol mineral justru banyak yang diperebutkan oleh warga. Sampah ini nantinya akan diolah dan dijual menjadi berbagai pernak-pernik seperti pajangan, mainan dan baju. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu alternatif cara yang dapat diaplikasikan di seluruh daerah di Kota Malang untuk mengurang permasalahan sampah. Selain itu, rata-rata dalam seminggu RW 03 mendapatkan kunjungan dari berbagai pihak, baik itu instansi pemerintah maupun perwakilan dari kampung atau. 5.

(6) daerah lain. Tujuan mereka hampir sama, yakni untuk belajar dan meniru apa yang telah diterapkan di RW 03. Kondisi ini terjadi karena tidak terlepas dari andil Menteri Lingkungan Hidup, yaitu Balthasar Kambuaya yang dalam kunjungannya ke RW 03 menjadikan daerah ini sebagai kampung percontohan di Indonesia pada tahun 2011. Tak lama setelah itu, RW 03 ini pada akhirnya telah menjadi inisiator awal percontohan daerah teladan di Kota Malang dan mendapat banyak sekali penghargaan baik tingkat kota maupun nasional. Beberapa penghargaan yang didapatkan oleh RW 03 antar lain yaitu juara I Lomba Kampung “Green and Clean” tingkat nasional pada tahun 2011, dan Juara I Lomba PHBS tingkat Provinsi sekaligus Juara II tingkat nasional. Di balik proses itu semua, Pak Djainul menjelaskan bahwa upaya untuk mewujudkan kampung hijau tidak bisa hanya dilakukan oleh perangkat RW saja. Diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat untuk mewujudkan hal ini. Adanya Paguyuban Pengelola Air Minum (HIPPAM), Paguyuban Jasa Makam, Paguyuban Kader Pos PAUD, Paguyuban Kesehatan Lingkungan, Kader PHBS, Juru Pemantau Jentik Nyamuk, dan lain-lain yang juga merupakan output dari usaha mewujudkan kampung hijau telah ada di RW 03 mustahil untuk dibentuk dan bertahan sampai sekarang tanpa adanya partisipasi yang dimiliki oleh masyarakat RW 03. Jika didefinisikan, secara umum partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat dalam berbagai upaya serta usaha untuk mencapai suatu tujuan bersama. 6.

(7) melalui proses pembuatan keputusan, pelaksanaan program, pembagian hasil dan evaluasikan program (Cohen dan Uphoff, 1980). Oleh karena itulah dari penjelasan diatas, menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian di daerah RW 03, Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Penelitian ini dilakukan untuk manganalisis bagaimana partisipasi yang dilakukan masyarakat di RW 03 dalam usaha untuk mewujudkan kampung hijau. Proses yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu mulai dari tahun 2009 ketika daerah tersebut masih belum sampai ke tahap kampung hijau hingga saat ini ketika daerah RW 03 telah berhasil mewujudkan kampung hijau. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana partisipasi masyarakat dalam usaha mewujudkan kampung hijau di RW 03, Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun, Kota Malang ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan bagaimana partisipasi masyarakat dalam usaha mewujudkan kampung hijau di RW 03, Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun, Kota Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Secara Akademis Secara akademis, penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan tambahan konstribusi pengetahuan dalam disiplin Sosiologi, khususnya disiplin. 7.

(8) Sosiologi Perkotaan. mengenai bagaimana. partisipasi masyarakat. dalam. mewujudkan kampung hijau. 1.4.2 Manfaat Secara Praktis Secara praktis, penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai salah satu refrensi untuk mendorong munculnya gerakan oleh pemangku kebijakan maupun stakeholder di daerah lain dalam usaha untuk melakukan perubahan dalam masyarakat untuk menuju kearah yang lebih baik.. 8.

(9) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi untuk memperjelas posisi dari penelitian saat ini. Selain itu, penelitian terdahulu juga berguna untuk dijadikan sebagai acuan serta alat bantu analisis dalam penelitian sekarang. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan dua penelitian terdahulu sebagai landasan penelitian dasar. Penelitian pertama yaitu Hubungan Agen dan Struktur dalam Perubahan Sosial Kelurahan Gundih menjadi Kampung Gundih Berseri. Penelitian ini merupakan skripsi dilakukan oleh Alif Mahardika pada tahun 2015. Kajian penelitian ini difokuskan pada Kelurahan Gundih di Kota Surabaya. Kelurahan Gundih pada awalnya termasuk sebuah daerah kumuh di Kota Surabaya. Tapi, berkat adanya usaha masyarakat sekitar, saat ini Kelurahan Gundih telah berubah menjadi daerah dengan kategori sehat dan ramah lingkungan. Penelitian ini sendiri memiliki tujuan untuk mencari agen dan struktur dalam perubahan sosial Kelurahan Gundih menjadi Kampung Gundih Berseri, untuk mengetahui bagaimana peran dari agen dan struktur dalam perubahan sosial sekaligus untuk mencari tahu hubungan yang terjalin antara agen dengan struktur dalam perubahan sosial. Sedangkan fokus dari penelitian ini adalah untuk menganalisa bagaimana proses dari perubahan sosial di Kelurahan Gundih berdasarkan perspektif dari teori strukturasi Anthony Giddens (Mahardika, 2015). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga orang di masyarakat Gundih yang dapat dikategorikan sebagai agen. Agen inilah yang kemudian. 9.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

³3HQJDUXK Kesadaran Merek (Brand Awareness), Persepsi Kualitas (Perceived Quality), dan Asosiasi Merek (Brand Association) terhadap Keputusan Pembelian melalui

Berdasarkan hasil penelitian yaitu menunjukan bahwa ke tujuh wanita PUS akseptor MKJP yang tidak mewujudkan Norma Keluarga Kecil (NKK) di Kelurahan Kelapa Tiga

Wawancara dengan Bapak Son Haji selaku Kepala Seksi Bidang Bimbingan Masyarakat Islam Kabupaten Malang pada tanggal 20 September 2017 Wawancara dengan Ibu Hermin selaku

Motivasi belajar Matematika adalah hal dari dalam diri siswa yang menggerakkan siswa untuk terus melakukan proses belajar yang melibatkan pemikiran dan argumentasi logis yang

Berpijak dari perbedaan hasil penelitian terdahulu, dalam penelitian ini akan dilakukanna pembukian melalui kegiatan penelitian yang berjudul “ Perbedaan Penggunaan

Kemudian Allah menyatakan mengenai kebangkitan manusia dari kubur iaitu dengan satu tiupan, iaitu tiupan sangkakala kedua semua manusia bangkit dari kubur dan mereka

Menurut pendapat kami, laporan keuangan konsolidasi tahun 2002 tersebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Ever Shine Tex Tbk dan

5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan