• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK (BBKB) YOGYAKARTA. Oleh : THERESIA HEPPY NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK (BBKB) YOGYAKARTA. Oleh : THERESIA HEPPY NIM"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

YOGYAKARTA

Oleh :

THERESIA HEPPY

NIM. 120 500 037

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul laporan PKL : Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta

Nama : Theresia Heppy

NIM : 120 500 037

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan Jurusan : Teknologi Pertanian

Lulus pada tanggal :

Menyetujui/Mengesahkan

Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Eva Nurmarini,S.Hut,MP NIP. 19750808 199903 2002

Penguji I,

Ir. Joko Prayitno, MP NIP. 19660741992031005 Pembimbing,

Erina Hertianti,S.Hut.,MP NIP. 197005031995122002

Penguji II,

Abdul Rasyid Z.S.Hut, MP NIP. 197508271999031001

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas selama Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Kerajinan dan Batik Jogyakarta hingga tersususnnya laporan ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua serta adik yang telah memberikan dukung secara material dan doa, hingga dapat menyesaikan PKL di BBKB Yogyakarta.

2. Rekan – rekan mahasiswa yang turut serta membantu menyusun laporan sehingga dapat selesai tepat waktu.

3. Dosen Pembimbing, yaitu Ibu Erina Hertianti,S.Hut,MP

4. Bapak dan Ibu pembimbing lapangan di BBKB Jogyakarta yang telah membimbing kami dalam kegiatan dilapangan.

5. Dosen Penguji, yaitu Bapak Abdul Rasyid Z.,S.Hut,MP dan Bapak Ir.Joko Prayitno,MP

6. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, yaitu Ibu Eva Nurmarini,S.Hut.MP 7. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian, yaitu Bapak Hamka,S.TP.M,Sc

8. Bapak Ir.H. Hasanudin,MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Semoga apa yang diberikan kepada penulis baik doa maupun dukungan moral dapat dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun.

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ...

i

KATA PENGANTAR...

ii

DAFTAR ISI ...

iii

DAFTAR TABEL ...

iv

DAFTAR GAMBAR...

v

BAB I PENDAHULUAN...

1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Praktek Kerja Lapang... 2

C.

Hasil yang Diharapkan

...

2

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PKL ...

4

A. Sejarah Singkat Balai Besar Kerajinan dan Batik ... 4

B. Struktur Organisasi dan Ketenaga Kerjaan Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) ... 5

C.

Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL

...

10

BAB III HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG ...

11

A.

Pengolahan Ranting Bambu untuk Bahan Baku Kerajinan... 11

1. Proses Pemutihan Ranting Bambu ... 11

2. Proses Penggorengan Ranting Bambu ... 13

B. Proses Pembuatan Kertas Seni dari Pisang Abaka

dan Pelepah Pisang Kepok ...

19

C.

Proses Pembuatan Kotak Batik ... 30

1. Proses Pembuatan Pola Awal Kotak Batik... 30

2.

Proses pemasangan Kertas Seni dan Kertas

Samson Pada Kotak Batik ...

33

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...

36

A. Kesimpulan...

36

B. Saran ...

36

DAFTAR PUSTAKA

(5)

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Struktur Kepegawaian Balai Besar Kerajinan dan Batik ... 9

2. Pemotongan Ranting Bambu ... 12

3. Proses Perebusan Sampel Ranting Bambu... 13

4. Hasil Sesudah Pemutihan (a), Hasil Sebelum Diputihkan (b) ... 14

5. Proses Penggorengan Sampel Ranting Bambu ... 17

6. Proses Pengadukan Sampel Ranting Bambu ... 17

7. Hasil Sebelum Penggorengan (a),Hasil Sesudah Penggorengan (b) ... 18

8. Perajangan Bahan Baku Serat Pisang Abaka dan Pelepah Pisang Kepok ... 21

9. Proses Penirisan Pulp Kertas ... 22

10. Proses Pencucian Pulp Kertas... ... 22

11. Penuangan Pulp Kertas pada Bak Penampung... 23

12. Proses Penggilingan Menggunakan Mesin Beater ... 23

13. Bak Pencetak... 25

14. Proes Penaburan Pulp pada Screen ... 25

15. Proses Pencetakan... 26

16. Proses Penjemuran Kertas Seni... 26

17. Proses Pengangkatan Kertas Seni yang Sudah Kering dari Triplek ... 27

18. Hasil Kertas Seni Serat Pisang Abaka ... 28

19. Hasil Kertas Seni Batang Pisang Kepok ... 28

20. Hasil Kotak Batik Awal Tampa Kertas Seni... 32

(6)

Nomor Lampiran Halaman

22. Ranting Bambu... ... 43

23. Produk Ranting Bambu Berupa Tas Wanita, Kotak Tisu dan Taplak Meja... ... 43

24. Pulp Kertas Warna Natural ... 44

25. Pulp Kertas yang diwarnai ... 44

26. Hasil Kertas Seni Berwarna ... 45

27. Hasil Kertas Seni Bercorak ... 45

28. Hasil Kotak Tisu dari Kertas Seni ... 46

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor lampiran Halaman 1. Rincian Waktu Kegiatan dan Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL)

Di Balai Besar kerajinan dan Batik... 39

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pada saat ini dan masa yang akan datang, kerajinan (Handycraft) memiliki peranan yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata kerajinan (Handycraft) tidak hanya digunakan untuk skala pemakaian dalam rumah tangga tetapi sudah mulai masuk ke industri dan diekspor sampai keluar negeri.

Untuk mengantisipasi tuntutan akan kebutuhan serta kemajuan di masa yang akan datang, maka diperlukan upaya pembangunan industri kerajinan (Handycraft) yang terampil dan berinovasi baik yang memiliki skala produksi besar, menengah, atau pun skala kecil (home industry).

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda memberikan tugas kepada para mahasiswa khususnya mahasiswa yang duduk di semester akhir (Semester VI) untuk mengikuti kegiatan Pengalaman Praktek Kerja Lapang (PKL). Program ini berlangsung selama dua bulan di lapangan, dimana sebelumnya para mahasiswa dibekali pengarahan dari dinas terkait seperti Dinas Kehutanan, Departemen Tenaga Kerja, dari beberapa pihak industri serta para staf pengajar Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Dengan adanya kegiatan pengalaman kerja praktek mahasiswa ini, diharapkan para mahasiswa akan lebih mengetahui dan siap menghadapi dunia kerja yang sebenarnya sehingga jika nantinya apabila sudah terjun di lapangan sebagai pekerja tidak mengalami kesulitan dan akan lebih mudah untuk beradaptasi di lingkungan pekerjaanya.

(9)

B. Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL)

Tujuan diadakanya kegiatan praktek kerja lapang ini adalah agar mahasiswa mampu :

1. Memperluas wawasan, pengetahuan serta pemahaman tentang perusahaan secara umum dan meningkatkan keterampilan mahasiswa. 2. Dapat dijadikan sebagai pengalaman sebelum memasuki dunia kerja. 3. Mampu memahami dan mengoperasikan alat, bahan, sarana dan urutan

kerja yang tepat serta efisien dalam tahapan–tahapan kegiatan yang dilaksanakan di lapangan.

4. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memantapkan keterampilan dan pengetahuan untuk menambah kepercayaan dan pengembangan kematangan dirinya dalam menghadapi dunia kerja. 5. Menjadikan pengalaman kerja sebagai tolak ukur untuk membandingkan

ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan kegiatan yang telah diterapkan di lapangan

C. Hasil Yang Diharapkan

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) diharapkan dapat memberikan hasil sebagai berikut :

1. Mahasiswa diharapkan mampu menjalankan apa yang diperoleh selama praktek di lapangan.

2. Mahasiswa Diharapkan pula dapat memadukan antara kegiatan di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.

3. Mahasiswa mampu mengambil pengalaman yang sesuai dengan teori atau juga dipraktekkan sewaktu melaksanakan kegiatan yang pernah dilakukan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda serta mampu

(10)

3

memadukan antara pengetahuan akademik dengan pengetahuan di lapangan.

4. Menemukan terobosan baru dalam pembuatan produk-produk kerajinan

(Handycraft) yang mempunyai kreatifitas sehingga pemanfaatnya dapat

(11)

A. Sejarah Singkat Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta

Pada awalnya lembaga ini di dirikan pada tahun 1922 dengan nama "TEXTILE INRICHTING EN BATIK PROEFSTATION" dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada perajin batik dan tekstil, yang perkembangannya kemudian lebih dikenal dengan nama Balai Penyelidikan Batik. Pada perkembangannya karena tuntutan ruang lingkup yang lebih luas maka dikembangkan menjadi Balai Penelitian Batik dan Kerajinan.

Menghadapi tugas yang semakin luas, maka pada tahun 1980 Balai Penelitian Batik dan Kerajinan berubah menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik.

Pada tahun 2002 dalam rangka menyesuaikan misi organisasi dengan kebutuhan nyata masyarakat industri dan perdagangan maka Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik di reorganisasi lagi menjadi Balai Besar Kerajinan dan Batik.

Adapun visi dan misi Balai Besar Kerajinan Dan Batik (BBKB) Yogyakarta antara lain sebagai berikut :

Visi:

Visi yang ingin dicapai oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik dalam tahun 2010-2014 adalah seba gai berikut :

Menjadi Pusat penelitian dan pengembangan serta pelayanan jasa teknis industri kerajinan dan batik yang kreatif dan profesional

(12)

5

Misi:

Dalam rangka mencapai visi beberapa hal yang akan dilakukan oleh BBKB yaitu sebagai berikut:

1. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang dibutuhkan oleh Industri kerajinan dan batik

2. Melaksanakan standarisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi untuk mendukung peningkatan daya saing industri kerajinan dan batik

3. Melaksanakan kerjasama dengan lembaga pembina industri dan perguruan tinggi untuk menciptakan sinergi pengembangan industri kerajinan dan batik

4. Memberikan pelayanan yang berkualitas, efisien dan efektif dengan system pelayanan satu pintu.

5. Menciptakan sistem pengembangan SDM untuk meningkatkan kreativitas dan kompetensi.

B. Struktur Organisasi dan Ketenaga kerjaan Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB)

1. Struktur organisasi di Balai Besar Kerajinan dan Batik adalah:

a. Sub Bagian Program dan Pelaporan b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Kepegawaian

d. Sub Bagian Umum Bidang Saran Riset dan Standarisasi e. Bidang Pengembangan Usaha

f. Bidang Pengembangan Kompetensi Alih Teknologi g. Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi

(13)

i. Seksi Teknologi dan Informasi

j. Seksi Standarisasi Kelompok Jabatan Fungsional k. Seksi Pengujian

l. Seksi Sertifikasi. Seksi Kalibrasi m. Seksi Konsultasi

n. Seksi Pelatihan Teknis

o. Seksi Alih Teknologi dan Inkulturasi

2. Struktur Kepegawaian Balai Besar Kerajinan dan Batik

Di dalam lembaga Balai Besar Kerajinan dan Batik terdapat banyak pegawai yang terbagi kedalam sub-sub bagian dan seksi-seksi sesuai dengan tugas dan keahlian mereka masing-masing yang disebut Jabatan Fungsional diantaranya:

a. Bagian Tata Usaha (TU), terdiri atas:

1) Sub Bagian Program dan Pelaporan 2) Sub Bagian Keuangan

3) Sub Bagian Kepegawaian 4) Sub Bagian Umum

b. Bidang Pengujian, terdiri atas:

1) Seksi Pengujian 2) Seksi Sertifikasi 3) Seksi Kalibrasi

3. Bidang Pengembangan Kompetisi dan Alih Teknologi

a. Seksi Konsultasi b. Seksi Pelatihan Teknis

(14)

7

4. Disiplin Kerja Balai Besar Kerajinan dan Batik

Untuk menjalankan pekerjaan dengan baik dan teratur, Balai Besar Kerajinan dan Batik membuat peraturan-peratuan kerja yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh para pegawai dan kilasan peraturan-peraturan tersebut diantaranya:

a. Mempunyai keahlian di dalam bidang pekerjaannya masing-masing b. Pembagian kerja

c. Bekerja sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan d. Prinsip 5R (Ringkas, Resik, Rapi, Rawat, dan Rajin)

5. Layanan dan Fasilitas Balai Besar Kerajinan Dan Batik

Layanan pada industri Balai Besar Kerajinan dan Batik adalah sebagai berikut:

a. Pelatihan di bidang kerajinan dan batik b. Workshop mengenai kerajinan dan batik

c. Perekayasaan peralatan untuk kerajinan dan batik d. Pengujian barang kerajinan dan batik

e. Sertifikasi, meliputi spesifikasi produk tipe 1-8, dengan ruang lingkup kerajinan dan batik.

Adapun fasilitasnya antara lain: 1) Luas bangunan : 6.000 m²

2) Tenaga ahli dan teknisi: 230 orang 3) Laboratorium

a) Laboratorium kerajinan bambu, rotan, kayu, sant, kerang b) Laboratorium perhiasan

(15)

d) Laboratorium zat warna alam e) Laboratorium garmen/fashion

f) Laboratorium desain batik dan garmen g) Laboratorium teknologi pencemaran h) Laboratorium desain dan engineering i) Laboratorium uji komoditi LKB

4) Perpustakaan

Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) memiliki perpustakaan yang dilengkapi dengan buku-buku atau literatur mengenai kerajinan dan batik. Dengan lebih dari 12.000 koleksi buku dan majalah, boleh dikatakan perpustakaan Balai Besar Kerajinan dan Batik terlengkap di Indonesia di bidang kerajinan dan batik. Balai Besar Kerajinan dan Batik juga memiliki 1 terbitan majalah ilmiah yaitu “Dinamika Kerajinan dan Batik”.

6. Fungsi Berdirinya Balai Besar Kerajinan dan Batik

Fungsi berdirinya Balai Besar Kerajinan dan Batik diantaranya: a. Melaksanakan pemasaran, kerjasama, pengembangan dan

pemanfaatan teknologi informasi

b. Melaksanakan perencanaan, pengolahan dan koordinasi sarana dan prasaran kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan Balai Besar Kerajinan dan Batik, serta penyusunan dan penerapan standarisasi industri kerajinan dan batik.

c. Melaksankan Pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, dan produk industri kerajinan dan batik, serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan

(16)

9

d. Melaksanakan pelayanan jasa teknis bidang teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan, dan pelaksanaan pelayanan dalam bidang penelitian teknis, konsultasi alih teknologi, serta rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi dan penanggulangan pencemaran industri.

Untuk lebih jelas bagan struktur organisasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Balai Besar Kerajinandan Bartik (BBKB) Bagian Tata Usaha Sub Bagian Program dan Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Kepegawaian Sub Bagian Umum Bidang Pengembangan Jasa Teknis Bidang Sarana Riset dari standarisasi Bidang Pengembangan Kompetensi dan Ahli Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi Seksi pemasaran Seksi kerjasama Seksi Informasi Bidang Sarana Riset dan Standarisasi Seksi Sarana Riset Batik Seksi Standarisasi Seksi Pengujian Seksi Sertifikasi Seksi Kalibrasi

Kelompok Jabatan Fungsional

Seksi Konsultan Seksi Pelatihan Seksi Ahli Teknologi dan inkubasi

(17)

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL 1. Lokasi

Praktek kerja lapangan dilaksanakan di Balai Besar Kerajinan dan Batik, JL. Kusumanegara No 07 Yogyakarta.

2. Waktu

Praktek kerja lapang (PKL) dilaksanakan selama 2 bulan mulai dari tanggan 2 Maret – 2 Mei 2015. Praktek kerja lapangan dilaksanakan : “Di Balai Besar Kerajinan Dan Batik Yogyakarta“. Dengan waktu kerja mulai jam 08:00 WIB Sampai 16:00 WIB dengan jumlah hari kerja 5 hari dalam 1 minggu.(lampiran 40)

(18)

BAB III

HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG

A. Pengolahan Ranting Bambu untuk Bahan Baku Kerajinan

Pada proses pengolahan ranting bambu untuk bahan baku kerajinan terdapat dua kegiatan yang dilaksanakan :

1. Proses Pemutihan Ranting Bambu a. Tujuan

Pada kegiatan ini, ranting bambu diputihkan dengan proses perebusan sehingga dapat menghasilkan warna ranting bambu yang menarik pada saat proses pewarnaan.

b. Dasar Teori

Ranting bambu dapat dijadikan berbagai produk kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi terutama pada rantingnya. Sebelum dijadikan bahan kerajinan ranting bambu di lakukan pemutihan agar terlihat lebih indah bila dijadikan suatu produk.

c. Alat dan Bahan 1) Alat

a) Kompor gas 1 unit b) Panci c) Gayung d) Gelas ukur e) Pengaduk f) Serok g) Bak besar h) Ember

(19)

i) Mesin pemotong ranting bambu j) Timbangan manual

2) Bahan

a) Air

b) Ranting bambu (Ampel,Apus dan Cendani) c) H2O2 (Hidrogen Peroksida)

d. Prosedur Kerja

1) Potong ranting bambu dengan mesin pemotong dengan ukuran 1 cm

Gambar 2. Pemotongan Ranting Bambu

2) Timbang ranting bambu dengan berat 100 gram per ulangan

3) Kemudian masing-masing jenis ranting bambu dibuat sebanyak 27 sampel dan dibagi 9 ulangan dengan waktu 25, 30, dan 35 menit. dari 9 ulangan dibagi lagi menjadi 3 ulangan dengan menggunakan konsentrasi sebagai berikut:

Campurkan air dan H2O2 dengan konsentrasi : a) K1 = ( H2O2 1 ml : Air 10 ml )

(20)

13

b) K2 = ( H2O2 1 ml : Air 5 ml ) c) K3 = ( H2O2 3 ml : Air 10 ml )

4) Untuk proses perebusan 1 ulangan menggunakan ½ liter larutan pada setiap masing-masing konsentrasi.

5) Masukan air ½ liter kedalam panci perebusan dan kompor dinyalakan dengan suhu 1000C.

6) Setelah itu masukan sampel lalu rebus dan aduk hingga rata dengan waktu 25,30 sampai 35 menit.

Gambar 3. Proses Perebusan Sampel Ranting Bambu 7) Setelah proses perebusan sampel ditiriskan dan dicuci bersih

hingga H2O2nya larut.

8) Setelah itu sampel dikering udarakan selama 1-2 hari, kemudian dijemur dibawah sinar matahari.

(21)

e. Hasil yang Dicapai

Dalam proses pemutihan ini yang semula berwarna natural akan menghasilkan satu jenis warna yaitu putih kecoklatan seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 4. Hasil Sesudah Pemutihan (a), Hasil Sebelum

Pemutihan (b)

f. Pembahasan

Proses pemutihan diatas menggunakan sistem panas karena proses pemutihannya tidak memakan waktu yang lama, pemutihan dilakukan agar pada saat pemberiaan warna menghasilkan warna yang menarik dan indah.

Dari hasil pemutihan, ranting bambu dapat berubah warna menjadi putih sesuai dengan konsentrasi H2O2 yang diberikan, semakin tinggi konsentrasi dan waktu perebusan semakin putih pula ranting bambu tersebut. Pada proses pemutihan membutuhkan ketelitian dan ketelatenan pada saat pencampuran H2O2 + Air karena H2O2 menimbulkan gatal bila terkena kulit.

(22)

15

2. Proses Penggorengan Ranting Bambu a. Tujuan

Adapun tujuan dari penggorengan adalah memperindah ranting bambu dan memberikan motif yang menarik ketika ranting bambu tersebut dijadikan produk, dengan adanya warna yang berbeda jadi menambah daya minat pembeli dari produk yang berbahan baku ranting bambu.

b. Dasar Teori

Melimpahnya persediaan pohon bambu diindonesia ternyata bisa dijadikan sebagai peluang usaha yang cukup bagus.jika selama ini masyarakat hanya memanfaatkan batang bambu sebagai bahan bangunan rumah, kini ranting bambu juga bisa dijadikan aneka kerajinan cantik dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Untuk lebih menariknya lagi ranting bambu diwarnai dengan cara digoreng dengan begitu produk yang dihasilkan indah.

c. Alat dan Bahan 1) Alat

a) Mesin pemotong ranting bambu b) Kompor gas

c) Panci goreng d) Serok

e) Wadah ranting bambu f) Gelas ukur

(23)

2) Bahan

a) Bahan baku ranting bambu b) Minyak goreng c) Koran d) Label e) Gunting f) Plastik d. Prosedur Kerja

1) Potong ranting bambu dengan panjang 1 cm

2) Timbang sampel ranting bambu Ampel, Cendani dan Apus sebanyak 100 gram per ulangan.

3) Kemudian masing-masing jenis ranting bambu dibuat sebanyak 36 sampel kemudian dibagi 12 ulangan pada setiap waktu 30,45 dan 60 menit dengan 4 konsentrasi disetiap konsentrasi diberi 3 ulangan.

a) K1= 15 ml (minyak goreng) : 100 gram (ranting bambu) b) K2= 20 ml (minyak goreng) : 100 gram (ranting bambu) c) K3= 25 ml (minyak goreng) : 100 gram (ranting bambu) d) K4= 30 ml (minyak goreng) : 100 gram (ranting bambu) 4) Setelah semuanya siap selanjutnya proses penggorengan,

5) Masukan minyak goreng kepanci goreng beserta sampel sesuai dengan jenis bambu ,konsentrasi,dan waktu yang ditentukan,

(24)

17

Gambar 5. Proses Penggorengan Sampel Ranting Bambu

6) Aduk hingga merata, supaya sampel menghasikan warna yang sama dan tidak gosong.

Gambar 6. Proses Pengadukan Sampel Ranting Bambu

7) Setelah itu angkat dan dikering udarakan lalu dikering dibawah sinar matahari sampai benar-benar kering.

(25)

e. Hasil yang Dicapai

Gambar 7. Hasil Sebelum Penggorengan (a),Hasil Sesudah Penggorengan

Dari hasil penggorengan ranting bambu berubah warna menjadi hitam, sehingga mudah untuk membedakan antara yang digoreng dan yang tidak digoreng. Semakin banyak konsentrasi yang digunakan menambahkan tekstur yang lebih mengkilat pada sampel.

f. Pembahasan

Pada proses penggorengan warna ranting bambu berubah menjadi warna hitam sehingga menimbulkan warna yang lebih menarik dan mempunyai motif yang beragam. Pada proses penggorengan konsentrasi yang diberikan juga dapat mempengaruhi kualitas dari ranting bambu tersebut, semakin banyak konsentrasi semakin terlihat mengkilat permukaan ranting bambu dan sebaliknya bila konsentrasinnya kecil permukaan ranting bambu kurang mengkilat.

Adapun suhu api menggoreng juga mempengaruhi kualitas dari ranting bambu tersebut. Semakin besar suhu dapat mempercepat

(26)

19

rapuhnya ranting bambu. Dengan begitu diketahui bahwa ranting bambu yang tanpa perlakuan penggorengan lebih kuat dari pada ranting bambu yang digoreng.

B. Proses Pembuatan Kertas Seni dari Serat Pisang Abaka dsan Batang Pisang Kepok.

1. Tujuan

Tujuan pembuatan kertas seni adalah menambah pengetahuan tentang pembuatan kertas seni dari setiap jenis bahan baku baik dari kayu maupun dari non kayu dan dapat dijadikan produk apa saja nantinya, serta belajar mengkreasikan produk akhirnya dengan ide-ide dari setiap orang. Pengolahan kertas seni juga mengajarkan kita memanfaatkan limbah-limbah yang dapat dijadikan kertas seni. Contohnya ampas tebu, sekam padi, dan lain-lain.

2. Dasar Teori

Anonim, 2014 menyatakan bahwa pulp merupakan bahan berupa serat berwarna putih yang diperoleh melalui proses penyisihan lignin dari biomassa (delignifikasi).

Kertas seni merupakan salah satu jenis kertas dengan penampilan estetis yang kaya akan nuansa alami dan unik. Diolah secara khusus dengan buatan tangan (handmade), sehingga secara visual memiliki tampilan atau karakter spesifik baik dari segi tekstur, warna, corak, maupun dimensinya (Sunardiyanto, 2013).

3. Alat dan Bahan a. Alat

1) Parang 2) Gunting

(27)

3) Timbangan elektrik 4) Timbangan manual 5) Kompor gas

6) Panci perebusan 7) Bak penampung 8) Bak cetak kertas seni 9) Screen 10) Mesin cruser 11) Mesin beater 12) Serok 13) Pengaduk 14) Triplek 15) Rakel 16) Meja merakel b. Bahan 1) Pisang Abaka 2) Pisang Kepok

3) NaOH (soda kaustik) 4) Air

5) Kaporit

4. Prosedur Kerja

a. Pertama-tama siapkan serat pisang Abaka dan batang pisang Kepok. Setelah itu bahan baku dirajang dengan ukuran 2- 3 cm.

(28)

21

Gambar 8. Proses Perajangan Bahan Baku Serat Pisang

Abaka dan Pelepah Pisang Kepok

b. Setelah selesai perajangan, timbang bahan baku sebanyak : 1) Serat pisang Abaka sebanyak 5 kg

2) Batang pisang Kepok sebanyak 2,5 kg

Timbang NaOH sebanyak 500 gram untuk 5 kg batang pisang Abaka dan 250 gram untuk 2,5 kg batang pisang Kepok, masing-masing NaOH dilarutkan dengan 20 liter air.

c. Siapkan bahan baku dan alat perebusan, lalu isi panci dengan air sebanyak 30 liter, total air untuk perebusan bahan baku 50 liter.

d. Kemudian masukan bahan baku dan NaOH kedalan panci perebusan, batang Abaka direbus selama 5-6 jam, sedangkan batang pisang Kepok 1,5 jam, kemudian aduk hingga rata.

(29)

e. Setelah masak angkat dan tiriskan

Gambar 9. Proses Penirisan Pulp Kertas

f. Kemudian cuci bersih hingga NaOH larut

Gambar 10. Proses Pencucian Pulp Kertas

g. Lakukan penggilingan dengan mesin crusser (mesin pemisah serat) selama 10-15 menit, dengan dicampurkan air secukupnya sampai mata pisau tenggelam. Lalu dituang pada bak penampung.

(30)

23

Gambar 11. Penuangan Pulp Kertas pada Bak Penampung

h. Setelah itu pulp kertas dicuci, Supaya pulp lebih halus giling lagi menggunakan mesin beater (Mesin Penghalus pulp) selama 5-7 menit.

Gambar 12. Proses Penggilingan Menggunakan Mesin Beater

i. Setelah selesai pulp di tampung pada bak penampngan siap untuk diwarnai dan dicetak. Sebelum dicetak sebagian pulp kertas serat pisang Abaka dibagi 2 sebagian dicetak dengan warna alami sebagian

(31)

diwarnai dengan pewarna direk , sebelum diputihkan pulp kertas diberi kaporit agar warna dari direk sendiri mudah nyatu dengan pulp kertas sedangkan untuk pulp batang pisang kapok hanya diputihkan dengan kaporit dan tidak diwarnai.

j. Proses pemutihan menggunakan kaporit :

1) Untuk pemutihan pulp pisang Abaka dan Kepok dibutuhkan kaporit sebanyak : 500 gram : 50 l air.

2) Aduk pulp kertas yang sudah dicampurkan dengan kaporit secara merata diamkan selama 4 jam

3) Setelah diputihkan saring dan cuci kembali hingga kaporit larut,lalu siap untuk pewarnaan dengan pewarna direk.

k. Proses pewarnaan ( Direk )

1) Siapkan pulp kertas serat pisang Abaka yang sudah diputihkan, timbang direk sebanyak 10 gram, serta garam 10 gram.

2) Rebus air panas sebanyak 1 liter, untuk mempercepat melarutkan direk.

3) Setelah air mendidih, tuang kedalan baskom yang berisi direk aduk hingga rata, setelah itu masukan pulp beserta garam kedalam larutan direk aduk hingga 10-15 menit lalu diamkan sampai dingin. 4) Setelah itu cuci lagi hingga pewarna yang tidak menyatu dengan

pulp kertas larut.

5) Setelah itu pulp kertas harus digiling kembali menggunakan beater agar pulp kertas yang sudah dicuci dapat terurai kembali dan mudah untuk dicetak.

(32)

25

l. Siapkan bak pencetak dan screen.

m. Proses pencetakan pulp kertas serat pisang Abaka dan batang pisang Kepok, isi screen dengan pulp kertas secara merata hingga mempunyai tebal yang sama baru boleh diangkat.

Gambar 14. Proses Penaburan Pulp pada Screen

n. Kemudian diangkat letakan pada triplek dan siap di rakel hingga air kering dan diangkat secara perlahan-lahan.

(33)

Gambar 15. Proses Pencetakan

o. Hasil dari pencetakan siap dijemur dibawah matahari.

Gambar 16. Proses Penjemuran Kertas Seni

p. Selanjutnya setelah kering kertas seni diangkat, pada bagian sisinya dulu yang dibuka ,menghindari terjadinya robek.

(34)

27

Gambar 17. Pengangkatan Kertas Seni yang sudah Kering dari

Triplek

5. Hasil yang Dicapai

Dari hasil pencetakan diproleh lembaran kertas seni sebanyak:

a. Batang pisang Kepok : Jumlah lembaran : 24 buah ( P 49 x L 39 ) b. Serat pisang Abaka :

1) Jumlah lembaran putih : 17 2) Jumlah lembaran kuning : 15 3) Jumlah lembaran merah : 12 4) Jumlah lembaran biru : 13 5) Jumlah lembaran bercorak : 29 6) Jumlah lembaran natural : 44

7) Jumlah lembaran besar : 4 ( P 90 x L 70 ) Ukuran : P : 49 cm L : 39 cm

(35)

Gambar 18. Hasil Kertas Seni Serat Pisang Abaka

Gambar 19. Hasil Kertas Seni Batang Pisang Kepok 6. Pembahasan

Dari hasil pencetakan pulp kertas diatas, diperoleh kertas seni dari batang pisang Kepok sejumlah 24 lembar dengan bahan baku seberat 2,5 kg, sedangkan serat pisang Abaka diperoleh kertas seni sejumlah 134 lembar dengan berat bahan baku 5 kg. kertas seni pisang kepok

(36)

29

berwarna kuning, dan warna kertas seni pisang Abaka berwarna putih kekuningan. Hal Ini disebabkan oleh penggunaan bahan baku yang digunakan memang mempunyai sifat yang berbeda. Kertas seni yang telah dihasilkan dari serat Abaka dan batang pisang Kepok yang telah diputihkan memiliki perbedaan. Untuk kertas seni dari serat pisang Abaka permukaan dan teksturnya lebih halus, sedangkan untuk kertas seni dari batang pisang kepok permukaan dan teksturnya agak kasar. Hal ini disebabkan oleh bahan baku yang digunakan dimana kertas seni dari serat pisang Abaka menggunakan bahan yang sudah berbentuk serat, sedangkan kertas seni dari batang pisang Kepok menggunakan batang pisang yang di dalamnya masih mengandung lignin sehingga pada saat direbus dengan menggunakan NaOH hasil rebusannya masih berbentuk batang dan pada saat digiling dengan menggunakan mesin crusser dan mesin beater batang pisang yang telah digiling berbentuk serat sehingga kertas seni dari batang pisang kepok memiliki permukaan dan tekstur yang agak kasar dan permukaannya terlihat lebih indah dari pada kertas seni serat pisang Abaka dimana permukaannya halus dan tidak menonjolkan serat pisang Abaka itu sendiri.

Kertas seni yang dihasilkan dari serat pisang Abaka yang telah diwarnai yaitu warna merah, kuning dan biru. Kertas seni berwarna kuning memiliki warna yang lebih terang kemudian diikuti dengan kertas seni warna merah dan kertas seni warna biru. Hal ini disebabkan oleh proses pemasukkan pulp kedalam pewarna direk yang telah dicampur dengan air panas tidak langsung diaduk-aduk sehingga warna kertas seni yang dihasilkan tidak merata.

(37)

C. Proses Pembuatan Kotak Batik

1. Proses Pembuatan Pola Awal Kotak Batik

a.

Tujuan

Tujuan pemberian kertas seni pada kotak batik, agar kotak batik mempunyai nilai seni yang tinggi, serta kotak batik dapat digunakan untuk kemasan kain batik yang digunakan di toko batik.

b. Dasar Teori

Pembuatan kotak batik mempunyai pola awal sebelum dijadikan kotak, dimana awalnya dilakukan pengukuran kertas karton dengan siku yang benar yaitu 90o, agar setiap sisi dari kotak tepat sama pada setiap pemutupan bagian dasar kotak selalu pas. Ketika kotak sudah jadi dan proses penutupanya tidak pas berarti pengukuran awal sudut yang salah dan sebaliknya bila pada saat penutupan kotak bisa berarti awal pengukuran sudah pas.

c. Alat dan Bahan 1) Alat a) Cutter b) Gunting c) Meja menggaris d) Penggaris e) Siku 900 2) Bahan a) Lembaran karton No 30 b) ATM (alat tulis menulis) c) Slotip

(38)

31

d. Prosedur Kerja

1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Kemudian gambarkan pola awal dari kotak batik bagian atas dan bawah. Dengan ukuran sebagai berikut :

a) Bagian atas

(1) P. 28,7/30,7 cm (2) L. 19,7 cm

(3) Tebal keempat sudut 2,5 cm b) Bagian bawah

(1) P. 28/30 cm (2) L. 19 cm

(3) Tebal keempat sudut 4 cm

3) Setelah terbentuk pola awal dilakukan pemotongan menggunakan cutter sesuai gambaran pada kertas karon tersebut.

4) Selanjutnya dibentuk menjadi kotak, dimana bagian sisi dari kotak diberi slotip,

5) Pemberian slotip adalah bagian akhir dari proses pembuatan kotak batik.

(39)

e. Hasil yang Dicapai

Gambar 20. Hasil Kotak Batik Awal Tanpa Kertas Seni dan

Kertas Samson

Berdasarkan gambar diatas kotak kemasan batik yang dihasilkan memiliki ukuran yang sama pada setiap sudut kotak.

f. Pembahasan

Hasil dari kotak batik yang dibuat cukup maksimal, pada saat membuka dan menutupi kotak tidak mengalami kesusahan, antara sisi mempunyai ukuran yang sama, sudut dari kotak batik 900 . sudut yang dibuat tidak boleh salah karena sudut dapat mempengaruhi kualitas akhir dari produk. Ukuran bagian atas dan bawah dari kotak batik berbeda dimana bagian bawah dari kotak harus lebih kecil dari pada atas, bagian atas harus diberi ruang agar kotak bisa tertutup.

(40)

33

2. Proses Pe masangan Kertas Seni dan Kertas Samson pada Kotak Batik

a.

Tujuan

Tujuan dari pembuatan kotak batik yang dilapisi dengan beragam kertas seni supaya kertas seni yang dibuat mempunyai nilai jual yang tinggi dan mempunyai kesan yang menarik bila dapat dijadikan berbagai bentuk produk, dengan begitu kertas seni dapat bermanfaat dan menambahkan pengetahuan yang lebih untuk kita dan mengajarkan kita untuk lebih berkreasi lagi dalam ide-ide berupa kreatifitas dalam membuat berbagai motif.

b.

Dasar Teori

Setelah melakukan proses pembuatan kotak batik dengan kertas karton, selanjutnya kita mulai lagi dengan langkah selanjutnya, pembuatan kertas Samson untuk bagian dalam kotak dan pemasangan kertas seni untuk bagian luar kotak. Langkah awal buat ukur sesuai dengan ukuran dari kotak batik kemudian sesuaikan hingga sisi diantara kotak tidak terlipat atau gembung kemudian dilakukan pengelemanan hingga rapi, kotak batik siap digunakan.

c.

Alat dan Bahan

1) Alat

a) Gunting b) Cutter c) Penggaris d) Siku 900

(41)

2) Bahan

a) Lembaran Samson b) Lembaran kertas seni c) Lem PVAC

d) Kotak batik

d. Prosedur Kerja

1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Gunting kertas Samson dan kertas seni sesuai ukuran awal kotak batik.

3) Setelah itu kertas samson dan kertas seni ditempel pada kotak batik dan diberi lem.

4) Setelah itu kertas Samson ditempel pada bagian dalam kotak batik dan kertas seni ditempel pada bagian luar kotak batik.

5) Kemudian pada saat penempelam rapikan sisi bagian lebar dahulu lalu bagian panjang agar lipatan dari kertas bisa rapi.

6) Kotak tisu diangin-anginkan lalu siap dipakai.

e. Hasil yang Dicapai

(42)

35

Berdasarkan dari gambar diatas merupakan hasil dari pemasangan kertas seni pada kemasan kotak batik, warna–warni dari kertas seni meningkatkan nilai jual dari produk serta memperindah kotak kemasan batik.

f. Pembahasan

Dari hasil penempelan kertas seni , kotak batik terlihat lebih indah dan mempunyai motif yang menarik. Bagian bawah dan atas dari kotak batik sudah sesuai sehingga pada saat membuka dan menutup kotak batik tidak susah. Ukuran yang dibuat beragam sesuai dengan pesanan dari pembeli, dalam pembuatan diusahakan harus rapi dan mempunyai ukuran yang pas agar pembeli puas dengan hasil kerja kita dan pekerjaan kita dapat terpercaya bagusnya.

(43)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Balai besar adalah badan yang berfungsi melaksanakan penelitian, pengembangan, kerjasama, standarisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri kerajinan dan batik sesuai kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri.

2. Hasil praktek lapang di BBKB adalah membuat bahan baku kerajinan dari ranting bambu, pemutihan ranting bambu, penggorengan ranting bambu, pembuatan pulp kertas dari serat pisang Abaka dan pelepah pisang Kepok dan pembuatan kemasan kotak batik.

B. Saran

1. Diharapkan dari praktek kerja lapang (PKL) ini ilmu yang diperoleh dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat membuka peluang kerja.

2. Untuk rekan-rekan mahasiswa akan melaksanakan PKL di BBKB, harus mempersiapkan ilmu yang telah diberikan di kampus sehingga dapat diterapkan di lapangan.

3. Bagi rekan-rekan mahasiswa yang telah melaksanakan PKL di BBKB diharapkan dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam masyarakat.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Pengertian dan Bahan Baku Pembuatan Pulp diakses dari : Kimiatip.blogspot.com/2014/01/pengertian–dan-bahan-baku-pembuatan-pulp.html. (pada tanggal 29 April 2015).

Lopes dan Shanley.2004. Tanaman Bambu. Diakses dari :

http://blogriswanto.blogspot.com/2011/06/tanaman-bambu-tanaman-yang-multi-guna.htm. pada tanggal 4 Mei 2015

Sumanto, A. W. 2014. Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) Balai Besar Kerajinan Anyaman Dan Batik (BBKB) ,Yogyakarta.

Sunardiyanto.E.2013. Kertas Seni. diakses dari :

http://ekosunardiyanto.blogspot.com/2013/01/kertas-seni.html.Pada tanggal 29 April 2014

(45)

Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan dan Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Kerajinan dan Batik.

No. (1) Tanggal (2) Kegiatan/UraianKegiatan (3) Lokasi (4) Keterangan (5) 1. 2 Maret 2015 Orientasi Kantor

a. Perkenalan Ruangan b. Pengarahan Pembimbing Lapangan Mengenai Kegiatan PKL Kantor Barat Teori

2. 3 Maret 2015 Pemotongan Ranting Bambu a. Pemotongan dengan Ukuran 1Cm Kantor Barat Praktek

3. 4 Maret 2015 Penimbangan Ranting Bambu a. Timbang dengan Beret 100 Gram/ 1 Ulangan b. Pengemasan dan Pemberian Label Kantor Barat Praktek

4. 5 - 6 Maret 2015 Proses Pemutihan

a. Persiapan Alat dan Bahan b. Campurkan Air + H2O2 Sesuai dengan Konsentrasi Kantor Barat Praktek 5. 7-8 Maret 2015 Libur - -

6. 9-13 Maret 2015 c. Rebus Bahan Baku d. Setelah Mendidih

Tiriskan

e. Cuci Hingga Bersih f. Kering Udarakan g. Setelah itu dijemur

dibawah Matahari diangkat dan disimpan Kantor Barat Praktek 7. 14-15 Maret 2015 Libur - -

8. 16 Maret 2015 h. Penyimpanan Kantor Barat

(46)

40

Tabel 1. Lanjutan Rincian Waktu Kegiatan dan Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Kerajinan dan Batik.

(1) (2) (3) (4) (5)

9. 17 -20 Maret 2015

Proses Penggorengan Ranting Bambu

a.

Persiapan Alat dan Bahan

b.

Proses

Penggorengan Sesuai Waktu dan Konsentrasi

c.

Penirisan

d.

Dikering Udarakan

e.

Dijemur dibawah Matahari Kantor Barat Praktek 10. 21-22 Maret 2015 Libur - -

11. 23-27 Maret 2015 Proses Penggorengan Ranting Bambu

a.

Persiapan Alat dan Bahan

b.

Proses

Penggorengan Sesuai Waktu dan Konsentrasi

c.

Penirisan

d.

Dikering Udarakan

e.

Dijemur dibawah Matahari Kantor Barat Praktek 12. 28-29 Maret 2015 Libur - - 13. 30 Maret-2 April 2015 Proses Penggorengan Ranting Bambu

a.

Persiapan Alat dan Bahan

b.

Proses

Penggorengan Sesuai Waktu dan Konsentrasi

c.

Penirisan

d.

Dikering Udarakan

e.

Dijemur dibawah Matahari Kantor Barat Praktek 14. 3-5 April 2015 Libur - -

15. 6 April 2015 Pengarahan Tentang Pembuatan Kertas Seni di Kantor Timur.

Kantor Timur

Teori

16. 7 April 2015 Perajangan Bahan Baku Kantor Timur

(47)

Tabel 1. Lanjutan Rincian Waktu Kegiatan dan Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Kerajinan dan Batik.

(1) (2) (3) (4) (5)

17. 8 - 9 April 2015 Perebusan Serat Abaka dan Perebusan Pelepah Pisang Kepok a. Persiapan Panci Perebus b. Larutkan Kostik dengan Air c. Setelah Masak

dicuci hingga Kostik Larut

d. Siap untuk Digiling

Kantor Timur

Praktek

18. 10 – 13 April Proses Penggilingan

a. Penggilingan Craser b. Penggilingan Beater Kantor Timur Praktek 19. 11-12 April 2015 Libur - -

20. 14 April 2015 Pemutihan Menggunakan Kaporit

a. Larutkan Kaporit dengan Air b. Lakukan

Perendaman Bahan Baku selama 4 jam c. Tiriskan Kembali

dan Simpan

Kantor Timur

Praktek

21. 15 April 2015 Kunjungn Kepengrajin Jl.Sentolo Kulon Progo

Kunjungan

22. 16-17 April 2015 Pewarnaan (Direk) a. Siapkan Bahan

Baku

b. Timbang direk dan Garam untuk Pewarnaan c. Diamkan hingga

dingin

d. Setelah itu dicuci Kembali e. Lakukan Penggilingan f. Kemudian Siap dicetak Kantor Timur Praktek 22. 18-19 April 2015 Libur - -

(48)

42

Tabel 1. Lanjutan Rincian Waktu Kegiatan dan Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Kerajinan dan Batik.

(1) (2) (3) (4) (5)

23. 20-24 April 2015 Pencetakan Hingga Jadi Kertas Seni

a. Siapkan Bak Pencetak b. Masukan Pulp

kedalam Air hingga Serat Terurai c. Lakukan

Pencetakan d. Setelah itu Siap

dijemur sampai Kering Kantor Timur Praktek 24. 25-26 April 2015 Libur - -

25. 27 April 2015 Evaluasi Pembuatan Kotak Batik

Kantor Timur

Teori 26. 28-30 April 2015 Pembuatan Kotak Batik

a. Pengukuran Pola Awal

b. Pemberian Kertas Samson pada Bagian dalam Kotak c. Pemberian Kertas

Seni pada bagian Luar Kotak d. Kotak Siap digunakan Kantor Timur Praktek

27. 1 Mei 2015 Menyelesaikan Laporan PKL

Kantor Barat

(49)

Gambar 21. Ranting Bambu

Gambar 22. Produk Ranting Bambu Berupa Tas Wanita, Kotak Tisu,dan Taplak Meja

(50)

44

Gambar 23. Pulp Kertas Tampa Warna

(51)

Gambar 25. Hasil Kertas Seni Berwarna

(52)

46

Gambar 27. Hasil Kotak Tisu dari Kertas Seni

Gambar

Gambar  4. Hasil Sesudah Pemutihan (a), Hasil Sebelum  Pemutihan (b)
Gambar 8. Proses Perajangan Bahan Baku Serat Pisang   Abaka dan Pelepah Pisang Kepok
Gambar 9. Proses Penirisan Pulp Kertas  f.  Kemudian cuci bersih hingga NaOH larut
Gambar 11. Penuangan Pulp Kertas pada Bak Penampung  h.  Setelah itu  pulp  kertas dicuci,  Supaya pulp lebih halus giling lagi
+7

Referensi

Dokumen terkait

!engerian 1ureta!e adalah cara atau usaha untuk mem"ersihkan sisa placenta 1ureta!e adalah cara atau usaha untuk mem"ersihkan sisa placenta  pada uterus untuk

Ciri khas software pengolah kata secara umum adalah mengolah mulai dari karakter, kata, kalimat, yang akhirnya membentuk suatu paragraf, sekumpulan paragraf membentuk satu

Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar dari metode long swims (a) perbandingan kawasan di dalam dan di luar pengelolaan KKPD, (b) perbandingan zona larang ambil

Pada kesempatan tersebut Wakil Ketua mengapresiasi kinerja BPK Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam tindak lanjut hasil pemeriksaan yang telah mencapai

Singapura, Kanada, Australia & New Zealand, adalah negara yang umurnya kurang dari 150 tahun dalam membangun.. Tetapi saat ini mereka adalah bagian dari negara maju di

Jika peningkatan pengeluaran pemerintah digunakan untuk fasilitas publik yang mendorong perekonomian seperti jalan, jembatan, kilang minyak, pelabuhan, dan infrastruktur

Ketidaksanggupan keluarga untuk memilih tindakan yang tepat dalam pengeturan diet bagi klien hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara

NaCl adalah garam yang mudah larut dalam air, maka diharapkan pengotor ini tidak menjadi gangguan dalam proses adsorpsi logam yang dilakukan. Dari hasil