• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tata bahasa serta keunikan-keunikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tata bahasa serta keunikan-keunikan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tata bahasa serta keunikan-keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas dari bahasa tersebut, begitu juga dalam bahasa Arab. Ada tiga jenis kata yang dikenal dalam bahasa Arab, yaitu ism (nomina), fi’l (verba), dan harf (al-Gulāyainī, 2005: ). Ism ialah kata-kata yang menunjukkan arti sesuatu tanpa terikat kepada waktu (al-Gulāyainī, 2005:8). Fi’l ialah kata yang menunjukkan arti pada dirinya dan terikat kepada waktu (tenses) (al-Gulāyainī, 2005:10). Ḥarf ialah sesuatu (lafal) yang menunjukkan arti di luar huruf itu dan tidak ada tanda-tanda yang dimiliki oleh ism dan fi’l padanya (al-Gulāyainī, 2005:10). Berdasarkan ketiga jenis kata di atas, nomina/ism merupakan salah satu konstituen pengisi kalimat dalam bahasa Arab.

Selanjutnya, kajian sintaksis sebagai salah satu kajian struktur internal bahasa terutama dimaksudkan untuk mengetahui struktur satuan sintaksis, yaitu struktur kalimat, struktur klausa, struktur frase, dan struktur kata (Chaer, 2003:59). Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa, sedangkan klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif sebagai pengisi kalimat (Kridalaksana, 2008:103). Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek,

(2)

dan sebagai keterangan. Fungsi-fungsi tersebut dijelaskan sebagai kotak-kotak kosong yang akan diisi oleh kategori-kategori yang mempunyai peran-peran tertentu, seperti pelaku, aktif, penyerta, dan sasaran (Chaer, 2003:232). Kategori yang mengisi fungsi kalimat inilah yang akan diteliti lebih lanjut.

Dalam bahasa Arab kalimat/ jumlah dibagi menjadi dua, yaitu kalimat verbal/ jumlah fi’liyyah yang terdiri dari fi’l dan fā’il, dan kalimat nominal/ jumlah ismiyyah yang terdiri dari mubtada’ dan khabar (al-Gulāyainī, 2005:604). Berikut adalah contoh kalimat verbal (1) dan kalimat nominal (2).

(1). Kalimat verbal/ jumlah fi’liyyah

/ḥaḍara al-rajulu/ /al-rajulu/ ‘seorang laki-laki’ N M /ḥaḍara/ ‘telah hadir’ V Mi ‘telah hadir seorang laki-laki’

(2). Kalimat nominal/ jumlah ismiyyah

/al’ilmu nūrun/ /nūrun/ ‘cahaya’ N M /al’ilmu/ ‘ilmu’ N Mi ‘ ilmu adalah cahaya’

(3)

Mubtada' adalah ism marfu’ yang terdapat pada awal kalimat, sedangkan khabar adalah sesuatu yang melengkapi makna mubtada'. Khabar menurut Gulāyainī (2005:314) dibedakan menjadi dua macam: khabar mufrad dan khabar jumlah. Khabar mufrad ialah khabar yang tidak berupa jumlah, sedangkan khabar jumlah ialah khabar yang berupa jumlah, baik jumlah fi’liyyah atau jumlah ismiyyah. Berikut contoh jumlah ismiyyah dengan khabar mufrad (3) dan jumlah ismiyyah dengan khabar jumlah (4).

(3). Jumlah ismiyyah dengan khabar mufrad:

/almujtahidu maḥmūdun/ / maḥmūdun/ ‘terpuji’ N M /almujtahidu/ ‘rajin’ N Mi ‘rajin itu terpuji’

(4). Jumlah ismiyyah dengan khabar jumlah:

/al-‘āmilu khuluquhu ḥasanun/

/khuluquhu ḥasanun/ ‘perilakunya baik’ N+N M /al-‘āmilu/ ’pekerja’ N Mi ‘Pekerja itu perilakunya baik.’

Dalam kalimat-kalimat contoh di atas, disebutkan bahwa salah satu pengisi fungsi khabar dapat berupa nomina/frase nominal. Nomina-nomina pengisi khabar tersebut memiliki beberapa bentuk dan berperilaku ganda, yaitu nomina

(4)

yang berlaku sebagai nomina dan nomina yang berperilaku sebagaimana verbanya. Contoh:

/anta qādimun ilā hunā/

Kamu (laki-laki) datang ke sini’. (Aswaniy, 234)

/hunā/ /ilā/ /qādimun/ /anta/

‘sini’ ‘ke’ Prep ‘datang’ N nom (P) ‘kamu (laki-laki) N nom (S) ‘kamu datang ke sini’

Dalam kalimat di atas, kata qādimun adalah nomina/ ism, yaitu ism fā’il. Nomina tersebut dalam kalimat/jumlah ismiyyah di atas berfungsi sebagai predikat/ khabar . Meskipun kata tersebut berupa sebuah nomina, tetapi ia dapat berfungsi sebagaimana verba/ fi’lnya yang berarti ‘datang’.

Berdasarkan pemahaman seperti di atas, penelitian ini akan membahas perilaku-perilaku nomina tertentu yang mengisi fungsi predikat dalam kalimat nominal bahasa Arab. Adapun objek material penelitian ini adalah nomina dalam predikat nominal pada novel’Imārah Ya’qūbiyāni karya ‘Alā al-Aswāniy. Adapun analisis yang digunakan untuk menjelaskan perilaku ini adalah analisis fungsi.

.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa sajakah kategori nomina pengisi konstituen khabar pada kalimat nominal dalam novel ’Imārah Ya’qūbiyāni karya ‘Alā al-Aswāniy?

(5)

2. Bagaimanakah fungsi nomina pengisi konstituen khabar pada kalimat nominal dalam novel ’Imārah Ya’qūbiyāni karya ‘Alā al-Aswāniy?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang dimaksud penulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. mengidentifikasi kategori nomina yang mengisi konstituen khabar pada kalimat nominal dalam novel ’Imārah Ya’qūbiyāni karya ‘Alā al-Aswāniy. 2. menjelaskan fungsi nomina yang mengisi konstituen khabar pada kalimat

nominal dalam novel’Imārah Ya’qūbiyāni karya ‘Alā al-Aswāniy.

1.4 Tinjauan Pustaka

Penelitian menggunakan analisis kategori pernah dilakukan oleh Juwitowati (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Maf’ūl Bih Ṣarīḥ dalam Gurābu Ibnay Ᾱdam pada Qiṣaṣu Al-Ḥayawān fī Al-Qur’ān Karya Ahmad Bahjat: Analisis Kategori”. Dari novel tersebut disimpulkan bahwa maf’ūl bih ṣāriḥ merupakan salah satu fungsi dalam struktur sintaksis yang tidak mempunyai arti jika tidak diisi oleh suatu bentuk yang disebut kategori dan suatu makna yang disebut peran. Dalam skripsi tersebut disimpulkan bahwa kategori pengisi fungsi maf’ūl bih ṣariḥ yang digunakan adalah ism ẓahir, ism ḍamir, dan murakkab/ tarkīb.

Konstituen pembentuk kalimat juga pernah diteliti oleh Rahmad Agung Mahendra (2008) dengan judul “Maṣdar Sebagai Konstituen Pembentuk Kalimat

(6)

dalam Cerpen Majnūn Karya Maḥmud Taimūr: (Analisis Fungsi)”. Dalam penelitian ini kesimpulan yang dapat dihasilkan adalah bahwa maṣdar merupakan salah satu bentuk kategori ism/nomina yang mengandung huruf-huruf fi’lnya dan menunjukkan suatu perbuatan yang tidak terikat waktu. Berkaitan dengan kedudukannya sebagai konstituen pembentuk kalimat, maṣdar dapat berfungsi sebagai: pengisi fungsi mubtada’, pengisi fungsi khabar, pengisi fungsi fā’il, pengisi fungsi nāibul fā’il, pengisi fungsi maf’ūl bih, dan pengisi fungsi maf’ūl muṭlaq.

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka terhadap dua skripsi di atas, penelitian ini layak dilakukan karena beberapa hal sebagai berikut: pertama, adanya perbedaan objek material yang dipakai dalam penelitian, yaitu penelitian ini menggunakan novel ’Imārah Ya’qūbiyāni karya ‘Alā al-Aswāniy, kedua, penelitian yang dilakukan Mahendra (2008) bertujuan untuk mengidentifikasikan bentuk-bentuk maṣdar yang membentuk fungsi dalam suatu kalimat dalam cerpen Majnūn, serta mendeskripsikan fungsi-fungsi yang dapat diisi maṣdar tersebut sebagai konstituen pembentuk kalimat. Adapun penelitian yang dilakukan penulis bertujuan untuk menjelaskan fungsi nomina dalam kalimat nominal.

Berdasarkan kedua hal tersebut diatas, penelitian mengenai perilaku nomina sebagai konstituen pembentuk kalimat nominal ini dirasa penting dan layak dilakukan, mengingat belum adanya penelitian yang pernah dilakukan dengan objek kajian dan perspektif yang sama terhadap teks novel ’Imārah Ya’qūbyān karya ‘Alā al-Aswāniy.

(7)

1.5 Landasan Teori

Untuk mengetahui bentuk-bentuk nomina/ism dalam novel ’Imārah Ya’qūbiyāni karya ‘Alā al-Aswāniy, penulis berpedoman pada kaidah-kaidah ‘ilmu ṣarfi atau morfologi dan ilmu nahwu atau sintaksis. Adapun untuk menganalisis penggunaan nomina/ism sebagai konstituen pembentuk kalimat dalam novel ’Imārah Ya’qūbiyāni karya ‘Alā al-Aswāniy menggunakan pendekatan struktural, yaitu suatu pendekatan yang memandang bahasa sebagai kumpulan unsur yang saling berhubungan atau sebagai suatu sistem (Chaer, 2003:1). Bahasa dikatakan sebagai sistem karena terdiri dari unsur-unsur atau komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk suatu kesatuan (Chaer, 2003:34).

Dalam penelitian ini digunakan teori sintaksis untuk menganalisis hubungan antar kata dan antar kelompok kata di dalam kalimat. Menurut Verhaar (2008:121), sintaksis ialah tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan berupa kalimat tertulis. Salah satu satuan tuturan adalah kalimat. Tuturan yang berupa kalimat ada dua macam, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk (Verhaar, 2008:162). Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri dari satu klausa saja dan seringkali dinamakan sebagai klausa mandiri. Klausa mandiri ini tersusun atas beberapa konstituen yang memiliki fungsi sendiri-sendiri dan secara sintaksis saling berhubungan, seperti fungsi subjek, predikat, objek, dan keterangan.

Jenis kalimat dalam bahasa Arab ditentukan oleh kategori konstituen subjek atau kategori konstituen pertama dalam kalimat tersebut. Apakah tempat

(8)

kosong pertama itu ditempati nomina atau verba. Berdasarkan inilah jenis kalimat dalam bahasa Arab dibedakan menjadi jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah (al-Gulāyainī, 2005:604).

Penelitian ini menggunakan teori sintaksis kalimat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Verhaar (2008:162), dalam sintaksis kalimat, dikenal tiga tataran analisis. Ketiga tataran tersebut ialah tataran analisis fungsi, analisis kategori, dan analisis peran. Yang termasuk dalam tataran fungsi ialah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Fungsi-fungsi ini bersifat relasional dan struktural. Maksudnya fungsi yang satu dapat ditentukan identitasnya hanya dalam kaitannya dengan fungsi lain yang sama-sama membentuk struktur kalimat yang bersangkutan.

Pengisi fungsi ada dua, yaitu pengisi fungsi kategorial (menurut bentuknya) dan pengisi semantis (menurut maknanya). Pengisi kategorial fungsi disebut kategori, sedangkan pengisi semantik disebut dengan peran. Kategori menunjuk pada gagasan bentuk sintaksis, sedangkan peran menunjuk pada gagasan makna sintaksis (Verhaar, 2008:72).

Dalam gramatika bahasa Arab, fungsi suatu konstituen dalam kalimat pada umumnya ditunjukkan oleh i’rab atau maḥal i’rabnya (Manasik, 2007:10). I’rab dan maḥāl i’rabnya merupakan implikasi dari penempatan suatu satuan lingual pada posisi tertentu dalam kalimat. I’rab itu sendiri merupakan perubahan yang terjadi pada bagian ahir dari suatu kata sesuai dengan ’amil yang berhubungan dengannya, sedangkan maḥal i’rab adalah pengganti i’rab pada satuan lingual yang tidak memungkinkan terjadinya perubahan i’rab di dalamnya. Perubahan

(9)

i’rab dan maḥal i’rab ini dapat terjadi pada konstituen inti dan bukan inti dalam kalimat, sehingga dapat dikatakan bahwa istilah fungsi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki pengertian yang sama dengan istilah fungsi menurut Verhaar.

Berdasarkan pemahaman konsep i’rab dan maḥal i’rab di atas, tataran fungsi yang berlaku dalam bahasa Arab berbeda dalam dua jenis struktur kalimat, yaitu tuturan fungsi dalam jumlah ismiyyah dan tataran fungsi dalam al-jumlah al-fi’liyyah. Tataran fungsi dalam al-al-jumlah al-ismiyyah seperti mubtada' dan khabar, sedangkan tataran fungsi dalam al-jumlah al-fi’liyyah adalah fi’l, fā’il, dan maf’ūl bihi. Dalam penelitian ini tataran fungsi yang dibahas adalah tataran fungsi dalam al-jumlah al-ismiyyah.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan yang terakhir adalah tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993: 5).

Pada tahap pertama atau tahap penyediaan data, digunakan metode simak atau observasi, yaitu penyediaan data yang dilakukan dengan menyimak, mengamati, atau mengobservasi penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133), yang dalam hal ini adalah penggunaan nomina dalam predikat/khabar. Metode ini menggunakan teknik sadap sebagai teknik dasar, yaitu dengan menyadap penggunaan bahasa (Kesuma, 2007:35). Teknik berikutnya adalah teknik catat, yang digunakan untuk menjaring data dengan cara mencatat hasil penyimakan

(10)

data dari sumber tertulis, novel’Imārah Ya’qūbiyāni karya ‘Alā al-Aswāniy, pada kartu data. Kartu data yang digunakan untuk mencatat data itu dapat berupa kertas HVS, manila, dan buffalo (Kesuma, 2007:45). Adapun data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kalimat yang salah satu konstituen khabarnya adalah nomina.

Tahap kedua adalah tahap analisis data. Tahap analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode distribusional atau metode agih, yaitu suatu metode yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Metode ini dilakukan dengan pengelompokan atau klasifikasi data. Untuk pengelompokan ini, perbedaan referen yang ditunjuk oleh kata itu harus diketahui lebih dahulu dan untuk mengetahui perbedaan referen itu, daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti haruslah digunakan. Daya pilah itu lalu dapat dipandang sebagai alat (Sudaryanto, 1993:22). Selanjutnya metode agih diterapkan melalui teknik dasar dan teknik lanjutan. Metode ini menggunakan teknik bagi unsur langsung sebagai teknik dasarnya. Teknik bagi unsur langsung digunakan untuk menentukan bagian-bagian fungsional suatu kontruksi kalimat dengan bantuan i’rab sehingga dapat diketahui fungsi/kedudukan nomina/ism tersebut sebagai konstituen dalam suatu kalimat. Adapun teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik ganti dan teknik lesap. Teknik ganti biasanya disebut dengan teknik distribusi (Kesuma, 2007:58), adalah teknik yang dilakukan dengan mengganti satuan kebahasaan (kategori) dalam konstruksi dengan satuan kebahasaan yang lain di luar konstruksi yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:48). Teknik ini digunakan untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau

(11)

kategori satuan kebahasaan terganti dengan satuan kebahasaan penggantinya. Teknik lesap adalah teknik analisis data dengan cara melesapkan satuan kebahasaan yang dianalisis (Mastoyo 2007: 10). Dalam penelitian ini teknik lesap digunakan untuk mengetahui keeratan unsur-unsur penyatuan satuan lingual berupa nomina pengisi fungsi kalimat nominal.

Tahap ketiga adalah penyajian hasil analisis data. Pada tahap ini dipakai metode penyajian informal, yaitu suatu metode penyajian hasil analisis data yang berwujud perumusan dengan kata-kata biasa dan menggunakan bahasa deskriptif.

1.7 Sistematika Penulisan

Hasil penelitian tentang analisis fungsi nomina sebagai pengisi khabar dalam novel ’Imārah Ya’qūbiyāni karya ‘Alā al-Aswāniy dipaparkan menjadi empat bab yaitu:

Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi Arab-Latin.

Bab II berisi penjelasan tentang kaidah umum nomina, kalimat, dan kategori pengisi fungsi kalimat. Bab III memuat analisis perilaku nomina sebagai konstituen pengisi kalimat dalam novel ’Imārah Ya’qūbyān karya ‘Alā al-Aswāniy. Adapun bagian penutup terdiri dari satu bab, yaitu Bab IV yang memuat kesimpulan.

(12)

Penulisan transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman transliterasi yang berdasarkan atas keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/u/1987.

1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf Latin.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

alif bā` tā` ṡā` jīm ḥā` khā` dāl żāl rā` zā` sīn syīn ṣād - b t ṡ j ḥ kh d ż r z s sy ṣ Tidak dilambangkan be te

es (dengan titik di atas) je

ha (dengan titik di bawah) ka dan ha

de

zet (dengan titik di atas) er

zet es es dan ye

es (dengan titik di bawah)

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ḍād ṭā` ẓā` ḍ ṭ ẓ

de (dengan titik di bawah) te (dengan titik di bawah) zet (dengan titik di bawah)

(13)

‘ain gain fā` qāf kāf lām mīm nūn wāwu hā` hamzah yā` ‘_ g f q k l m n w h `_ Y

koma terbalik (di atas) ge ef ki ka el em en we ha apostrof ye 2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong, vokal rangkap atau diftong dan vocal rangkap atau maddah.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau ḥarakah.

Contoh kataba ‘menulis’

ḥasuna ‘bagus’

‘alima ‘mengetahui’

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara ḥarakah dan huruf.

Contoh: syai`un ‘sesuatu’

(14)

Vokal panjang (maddah) yang lambangnya berupa h}arakah dan huruf.

Contoh: qāla ‘berkata’

ramā ‘melempar’ kabīrun ‘besar’ khajūlun ‘pemalu’

Ketiga vokal tersebut ditransliterasikan sebagai berikut:

Nama Vokal Huruf Arab Nama Huruf

Latin

Nama

Vokal tunggal fatḥah A A

Kasrah I I

ḍammah U U

Vokal rangkap fatḥah dan yā Ai a dan i

fatḥah dan wāwu Au a dan u Vokal panjang fatḥah dan alif Ā a dan garis di atas

kasrah dan yā Ī i dan garis di atas ḍammah dan

wāwu

Ū u dan garis di atas

3. Tā` Marbūṭah

Transliterasi untuk Tā` Marbūṭah ada dua, yang pertama yakni Tā` Marbūṭah yang hidup atau mendapat hārakah fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah /t/, sedangkan pada kata yang berakhir dengan Tā` Marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua kata itu terpisah maka Tā` Marbūṭah itu di transliterasikan dengan /h/.

Contoh:

rauḍah al-aṭfāl / rauḍatul-aṭfāl ‘taman kanak-kanak’

(15)

al-madīnah-al-munawwarah / al-madīnatul-munawwarah ‘kota-Madīnah-yang bercahaya’

4. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tasydīd, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh: rabbanā ‘Tuhan kami’

nazzala ‘menurunkan’

5. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf “ ”. Akan tetapi, dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah.

Kata sandang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

Contoh: ar-rajulu ‘sang laki-laki’ as-sayyidatu ‘sang nyonya’

Kata sandang diikuti oleh huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan huruf aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.

(16)

Baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda simpang (-).

Contoh: al-maliku ‘sang raja’

al-kātibu ‘sang penulis’ 6. Hamzah

Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Akan tetapi, itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, dia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh: ta`khużūna ‘kalian mengambil’

an-nau`u ‘hujan deras’ 7. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi‘l, ism maupun h}arf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain. Karena ada huruf atau h}arakah yang dihilangkan, maka dalam transliterasikan ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh:

Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīna Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīna

(17)

Fa `aufū al-kaila wa al-mīzāna Fa `aufūl-kaila wal-mīzāna

‘Maka penuhilah takaran dan timbangannya’

8. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Di antaranya adalah huruf kapital digunakan untuk nemuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh sandang, maka yang dituliskan dengan huruf kapital tetap huruf nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh:

Wa mā Muḥammadun illā ar-rasūlun ‘Muḥammad hanyalah seorang utusan’

Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīhil-Qur`ānu

‘Bulan Ramaḍān yang ketika itu Al-Qur`ān diturunkan’

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allāh hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya lengkap dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau h}arakah yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.

Contoh:

Naṣrun minallāhi wa fatḥun qarīb

‘Pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat’

Lillāhil-`amru jamī‘an ‘Bagi Allahlah segala urusan itu’

Referensi

Dokumen terkait

'DODP SHQHOLWLDQ LQL GLODNXNDQ DPRELOLVDVL HQ]LP OLSDVH &DQGLGD UXJRVD SDGD PDWULNV ]LUNRQLD DJDURVD \DQJ GLDNWL YDVL JXJXV HSRNVLGD $JDURVD \DQJ ND\D DNDQ JXJXV

 Merancang  teknik  pemanenan   pakan  alami

Tabel 4, menunjukkan bahwa tingkat kepuasan anggota kelompok tani terhadap pelaksanakan kegiatan demonstrasi produksi sayuran organik yaitu: 9,6% (sangat puas) dan 89,6

Perlu dilakukan analisis penetrasi garam dalam telur asin yang di inkubasi dengan berbagai media yang biasa digunakan oleh masyarakat dan menggunakan garam

Dengan mempertimbangkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, baik dalam kedudukan sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara (lihat UU RI Nomor 24

Tidak menghambat proses produk secara langsung (Andrian Sutedi, 2009:224) Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan adalah adanya ketentuan bahwa perlindungan dan syarat-syarat

Ada beberapa pertimbangan menerima permohonan calon nasabah untuk melakuakan transaksi pembiyaan istishna diantaranya yaitu dari segi caracter (karakter), capacity

Tuna mata besar yang merupakan pelagis besar di perairan selatan Jawa banyak ditangkap dengan menggunakan longline. Produktivitas alat tangkap longline cukup tinggi dimana daya