• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN

PROVINSI DKI JAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010-2014, Pembangunan Kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan: 1) Upaya Kesehatan, 2) Pembiayaan Kesehatan, 3) Sumber Daya Manusia Kesehatan, 4) Manajemen dan Informasi Kesehatan, dan 6) Pemberdayaan Masyarakat. Rencana Strategis Pembangunan Nasional Bidang Kesehatan tersebut sejalan dengan tujuan Program Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan yaitu meningkatkannnya Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan.

Dalam rangka peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan maka perlu adanya informasi kesehatan yang akurat, tepat waktu, dan lengkap sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan dalam pengolahan pembangunan kesehatan, serta menyediakan informasi untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan meningkatkan kewaspadaan di semua tingkat administrasi.

Millennium Development Goals (MDGs) merupakan hasil kesepakatan 189 kepala negara

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan target mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya terwujud. Dari 8 (delapan) agenda pencapaian MDGs, 5 (lima) di antaranya merupakan bidang kesehatan, terdiri dari ; Memberantas kemiskinan dan kelaparan (Tujuan 1); Menurunkan angka kematian anak (tujuan 4); Meningkatkan kesehatan ibu (tujuan 5); Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit lainnya (tujuan 6); Melestarikan lingkungan hidup (Tujuan 7). Pada Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 terdapat informasi mengenai kemajuan yang telah dicapai Provinsi DKI Jakarta untuk mewujudkan cita-cita Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa serta menunjukan komitmen Provinsi DKI Jakarta dalam mendukung Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia tahun 2015.

Bentuk komitmen pemerintah Provinsi DKI Jakarta terlihat melalui RPJMD DKI Jakarta Tahun 2007-2012 yang telah mengamanatkan untuk pencapaian isu-isu dalam MDGs. Salah satu isu RPJMD yang terkait dengan MDGs adalah Peningkatan Kualitas Kebutuhan Dasar Masyarakat. Program isu tersebut adalah Program Peningkatan Kualitas Pemukiman dan Perbaikan Kampung, Program Penyediaan Air Bersih, Program Peningkatan Layanan Penduduk Miskin, Program Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat melalui Peningkatan Kualitas Kesehatan Ibu dan Anak dan Penanggulangan HIV/AIDS, TBC, DBD dan Penyakit Menular lainnya serta Program Perluasan

(3)

Kesempatan Kerja dan Usaha. Pencapaian tujuan MDGs Provinsi DKI Jakarta merupakan upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti, ekonomi, sosial, pendidikan, dan kesehatan.

Menindaklanjuti Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan. Dimana, di dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010, Presiden telah menginstruksikan kepada setiap Kepala Daerah (Gubernur) untuk menyusun Rencana Aksi Daerah tentang Percepatan Pencapaian Tujuan MDGs di Tingkat Provinsi (RAD Percepatan Pencapaian MDGs 2011-2015) yang memuat sasaran, strategi, tindakan, keluaran dan pembiayaan. Provinsi DKI Jakarta juga telah menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian MDGs. Penyusunan RAD Percepatan Pencapaian MDGs Provinsi DKI Jakarta mengacu pada RPJMN Tahun 2010-2014, RPJMD DKI Jakarta Tahun 2007-2012, RKPD dan Renstra SKPD. RAD Percepatan Pencapaian MDGs adalah rencana kerja Provinsi DKI Jakarta dalam mempercepat pencapaian target MDGs hingga Tahun 2014.

Penyusunan RAD Percepatan Pencapaian MDGs di DKI Jakarta difokuskan kepada pencapaian 7 tujuan yang meliputi:

 Tujuan MDGs 1 Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan;

 Tujuan MDGs 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua;

 Tujuan MDGs 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan;

 Tujuan MDGs 4 Menurunkan Angka Kematian Anak;

 Tujuan MDGs 5 Meningkatkan Kesehatan Ibu;

 Tujuan MDGs 6 MemerangiHIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya;

 Tujuan MDGs 7 Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup.

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data kesehatan priode data Januari sampai dengan Desember 2012 yang didapatkan/dikumpulkan secara pasif. Petugas pengelola data di Dinas Kesehatan Provinsi menunggu laporan yang berasal dari pelayanan kesehatan (Puskesmas), dan Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, serta laporan hasil kegiatan/program kesehatan terkait di Dinas Kesehatan Provinsi dan dari Rumah Sakit serta UPT di wilayah kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

Data yang telah dikumpulkan kemudian dientri ke dalam format tabel profil dan dilakukan analisis. Jenis analisis yang disajikan dalam Profile Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, yaitu; 1) Analisis Deskriptif dengan upaya menggambarkan data yang terdapat dalam tabel sesuai karakteristik data serta menjelaskan angka rata-rata, angka minimum dan maksimum. 2) Analisis Komparatif menjelaskan data dengan membandingkan karateristik data wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya atau perbandingan data antar waktu, antar jenis kelamin, antar kelompok umur. 3) Analisis Kecenderungan untuk menjelaskan data membandingkan data antar waktu dalam periode yang

(4)

relatif panjang dan 4) Analisis Hubungan menjelaskan keterkaitan antara variabel satu dengan variabel lainnya.

Ruang lingkup data dan jenis informasi yang dikumpulkan dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Dki Jakarta yaitu; data umum meliputi data geografi, kependudukan dan sosial ekonomi, data derajat kesehatan yang berupa data agregat, meliputi; data kematian, data kesakitan, dan data status gizi. Data upaya kesehatan yang terdiri atas pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat dan keadaan lingkungan. Data sumber daya kesehatan, antara lain data obat dan pembekalan kesehatan, data rumah sakit, puskesmas, UKBM, dan pembiayaan kesehatan.

Tujuan umum disusunnya Profil Kesehatan Provinsi ini adalah diperolehnya gambaran tentang situasi kesehatan di Provinsi DKI Jakarta dan tujuan khususnya adalah diperolehnya gambaran tentang derajat kesehatan masyarakat, situasi lingkungan kesehatan, upaya kesehatan dan situasi sumber daya kesehatan. Sistematika penulisan Profil Kesehatan adalah sebagai berikut.

Bab-1 : Pendahuluan

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.

Bab-2 : Gambaran Umum

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten/Kota. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.

Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.

Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja

(5)

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota.

Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab-6 : Kesimpulan

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di tahun yang bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Lampiran

Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Kab/Kota dan 79 tabel data yang merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten sehat dan Indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.

(6)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 VISI DAN MISI DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA

2.1.1 Visi

”Jakarta Sehat Untuk Semua”.

2.1.2 Misi

1. Menyelenggarakan pembangunan kesehatan dengan kaidah-kaidah ”Good Governance”

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan perorangan, kesehatan masyarakat dan

kegawatdaruratan kesehatan dengan prinsip pelayanan kesehatan prima. 3. Menyelenggaran peningkatan manajemen kesehatan.

4. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

5. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam penyelenggaran pembangunan kesehatan.

2.1.3 Kebijakan Mutu

”Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta memiliki komitmen untuk menjadi organisasi bermutu dalam menyelenggarakan kegiatan di bidang kesahatan melalui fungsi regulasi dengan menerapkan sistem manajemen mutu kesehatan yang mengutamakan kepuasan pelanggan dan perbaikan yang berkesinambungan serta sesuai dengan peraturan yang berlaku”

(7)

2.2 ADMINISTRASI DAN GEOGRAFI

Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia memiliki luas wilayah 662,33 Km2, (SK

Gubernur No. 171/2007), terletak pada 6 ° 12’ Lintang Selatan, 106 ° 48’ Bujur Timur. dan 7 m diatas permukaan laut.

Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota Administratif, yaitu Kota

Administratif Jakarta Pusat dengan luas wilayah 48,1 Km2, Kota Administratif Jakarta Utara

dengan luas wilayah 146,7 Km2, Kota Administratif Jakarta Barat dengan luas wilayah 129,5

Km2, Kota Administratif Jakarta Selatan dengan luas wilayah 141,3 Km2, Kota Administratif

Jakarta Timur dengan luas wilayah 188,0 Km2 serta Kabupaten Administratif Kepulauan

Seribu dengan luas 8,7 Km2.

Batas-batas wilayah Provinsi DKI Jakarta ;

 Sebelah Utara : Pulau Jawa

 Sebelah Selatan : Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi

 Sebelah Timur : Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi

 Sebelah Barat : Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang.

TABEL 2.1

LUAS WILAYAH, JUMLAH KECAMATAN, KELURAHAN, RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

NO KOTAMADYA/KAB LUAS

KECA-MATAN KELU-RAHAN RW RT 1 JAKARTA PUSAT 48,13 8 44 394 4.644 2 JAKARTA UTARA 146,66 6 31 431 5.027 3 JAKARTA BARAT 129,54 8 56 580 6.409 4 JAKARTA SELATAN 141,27 10 65 576 6.128 5 JAKARTA TIMUR 188,03 10 65 700 7.886 6 KEP. SERIBU 8,7 2 6 24 101 DKI JAKARTA 662,33 44 267 2.705 30.195

(8)

2.3 KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk Jakarta terus mengalami peningkatan. Berdasarkan angka proyeksi penduduk tahun 2012 yang telah di lakukan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2012 sebesar 9.991.788 jiwa, yang terdiri dari 5.042.874 penduduk laki-laki dan 4.948.914 penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin 102. Angka ini berarti bahwa terdapat 102 laki-laki di antara 100 perempuan.

Pada tahun 1990 penduduk DKI Jakarta sebesar 8,2 juta jiwa, angka ini meningkat dalam kurun waktu sepuluh tahun menjadi 9,6 juta jiwa (Sensus Penduduk tahun 2010). Jumlah total Penduduk pada tahun 2012 diproyeksikan sebanyak 9,99 juta jiwa.

GAMBAR 2.1

PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

TABEL 2.2

JUMLAH PENDUDUK MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 1990, 2007-2012

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakart. Hasil Sunsus Penduduk dan angka Proyeksi Penduduk. *termasuk jumlah penduduk kep. Seribu tahun 1990

1990 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 JAKARTA PUSAT 1.086.568 894.045 894.740 902.216 899.515 906.353 908.829 2 JAKARTA UTARA 1.369.630 1.457.140 1.459.360 1.471.663 1.645.659 1.672.825 1.715.564 3 JAKARTA BARAT 1.822.762 2.170.459 2.202.672 2.221.243 2.281.945 2.328.689 2.395.130 4 JAKARTA SELATAN 1.913.084 2.100.679 2.141.773 2.159.638 2.062.232 2.096.627 2.148.261 5 JAKARTA TIMUR 2.067.222 2.423.065 2.428.213 2.448.653 2.693.896 2.735.944 2.801.784 6 KEP. SERIBU 19.203 19.423 19.587 21.082 21.554 22.220 DKI JAKARTA 8.259.266 9.064.591 9.146.181 9.223.000 9.604.329 9.761.992 9.991.788 KOTAMADYA/KAB NO JUMLAH PENDUDUK

(9)

Persebaran penduduk DKI Jakarta pada tahun 2012 di enam wilayah kota dan satu kabupaten administratif relatif tidak merata. Lebih dari seperempat atau sekitar 28% (2,8 juta jiwa) penduduk tinggal di wilayah Jakarta Timur. Disusul dengan wilayah Jakarta Barat sebesar 23% (2,32 juta jiwa) dan wilayah Jakarta Selatan sebesar 21% (2,1 juta jiwa). Wilayah administratif yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kepulauan Seribu dengan jumlah penduduk sekitar 21 ribu jiwa atau hanya sebesar 0.22 persen dari total penduduk Provinsi DKI Jakarta.

GAMBAR 2.2

KOMPOSISI JUMLAH PENDUDUK MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

9.10% 17.17% 23.97% 21.50% 28.04% 0.22% Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Kepulauan Seribu

Sumber: Proyeksi Penduduk tahun 2012, BPS Provinsi DKI Jakarta

TABEL 2.3

KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

NO KOTAMADYA/KAB LUAS WIL (km2) JML PDDK JML KK/HH RATA JIWA/KK KEPADATAN PDDK (jiwa/km2 ) 1 JAKARTA PUSAT 48,13 908.829 236.092 3,8 18.883 2 JAKARTA UTARA 146,66 1.715.564 448.581 3,8 11.698 3 JAKARTA BARAT 129,54 2.395.130 631.874 3,8 18.490 4 JAKARTA SELATAN 141,27 2.148.261 549.500 3,9 15.207 5 JAKARTA TIMUR 188,03 2.801.784 708.887 4,0 14.901 6 KEP. SERIBU 8,70 22.220 5.019 4,4 2.554 DKI JAKARTA 662,33 9.991.788 2.579.953 3,9 15.086

(10)

Kepadatan penduduk Provinsi DKI Jakarta meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2007 diketahui jumlah penduduk DKI Jakarta sebanyak 9,1 juta jiwa. Dengan luas wilayah

662,33 Km2 maka kepadatan penduduk pada tahun yang sama sebesar 13,7 ribu jiwa per

Km2 . Dalam kurun waktu 5 tahun jumlah penduduk DKI Jakarta meningkat menjadi 9,9 juta

jiwa, dan dengan jumlah wilayah yang tetap / tidak bertambah, maka kepadatan penduduk

DKI Jakarta pada tahun 2012 meningkat menjadi 15,86 juta jiwa per Km2 . 5 tahun

mendatang dapat diperkirakan Provinsi DKI Jakarta akan semakin padat. Hal ini disebabkan jumlah kelahiran dan kematian yang berbanding terbalik serta terjadinya perpindahan penduduk desa ke DKI Jakarta (urbanisasi) sedangakan luas wilayah DKI Jakarta tidak dapat bertambah. Wilayah Jakarta Pusat memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu hampir 19 ribu jiwa per Km2, disusul oleh Jakarta Barat sekitar 18,5 ribu jiwa per Km2. Kepadatan penduduk terendah ada di Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu yaitu sekitar 2,5 ribu jiwa per Km2.

GAMBAR 2.3

KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

13.703 13.826 13.942 14.501 14.739 15.086 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 K e pa da ta n ji w a / k m 2

Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan

(11)

Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk yang berdasarkan angka proyeksi penduduk tahun 2012 oleh Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari penduduk muda, dewasa dan tua. Struktur penduduk ini dapat menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial, budaya, ekonomi dan kesehatan. Dasar piramida menunjukan jumlah penduduk, badan kiri menunjukan jumlah penduduk laki-laki dan badan kanan piramida menunjukan banyaknya penduduk perempuan.

GAMBAR 2.4

PIRAMIDA PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber: Proyeksi Penduduk tahun 2012, BPS Provinsi DKI Jakarta

Pada gambar 2.4 dapat ditunjukan struktur penduduk di Provinsi DKI Jakarta. Dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, DKI Jakarta termasuk dalam provinsi yang memiliki jumlah kelahiran dan jumlah kematian yang sangat rendah. Badan piramid membesar, ini menunjukan banyaknya penduduk usia produktif (25-29 tahun) baik laki-laki maupun perempuan. Dengan kondisi ini mengharuskan adanya kebijakan terhadap penduduk usia produktif dari berbagai sektor. Sektor ekonomi dapat dilakukan penambahan

800.000 600.000 400.000 200.000 0 200.000 400.000 600.000 800.000

0 - 4

10 - 14

20 - 24

30 - 34

40 - 44

50 - 54

60 - 64

70 - 74

Laki-laki Perempuan

(12)

lapangan pekerjaan, dalam bidang kesehatan dapat dilakukan berbagai kebijakan melalui upaya promotif dan preventif agar usia produktif dapat tetap produktif dan sehat saat memasuki usia non produktif.

TABEL 2.4

JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN

MENURUT KAB-KOTA DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF (15-64 TAHUN) DAN NON PRODUKTIF (0-14 TAHUN DAN 65 TAHUN KE ATAS)

DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

NO. KAB/KOTA Usia Jumlah

Penduduk

Angka Beban Tanggungan

(%)

0-14 Tahun 15-64 Tahun ≥ 65 Tahun

1 JAKARTA PUSAT 204.309 663.022 41.498 908.829 37,07 2 JAKARTA UTARA 410.269 1.255.645 49.650 1.715.564 36,63 3 JAKARTA BARAT 565.113 1.758.310 71.707 2.395.130 36,22 4 JAKARTA SELATAN 507.338 1.564.004 76.919 2.148.261 37,36 5 JAKARTA TIMUR 700.950 2.014.492 86.342 2.801.784 39,08 6 KEP. SERIBU 7.085 14.475 660 22.220 53,51 DKI Jakarta 2.395.064 7.269.948 326.776 9.991.788 37,44

Sumber: Proyeksi Penduduk tahun 2012, BPS Provinsi DKI Jakarta

Pada tabel 2.4 dapat memperlihatkan jumlah penduduk DKI Jakarta menurut kabupaten kota dan kelompok usia produktif (15-64 tahun) dan kelompok usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk DKI Jakarta pada tahun 2012 sebesar 37,4 %. Hal ini berarti bahwa 100 orang Jakarta yang masih Produktif akan menanggung 37 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Jika dibandingkan dengan wilayah, maka Angka Beban Tanggungan di wilayah Kabupaten Seribu lebih tinggi dibandingkan wilayah lain, dengan angka 53,51% artinya hanya kurang dari setengah penduduk yang ada pada kelompok usia produktif. 100 orang kelompok usia produktif di Kabupaten Kepulauan Seribu menanggung 54 orang yang tidak produktif.

Program pembangunan di bidang kesehatan didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai penduduk sebagai sasaran program pembangunan kesehatan.

Pada tabel 2.5 dapat dilihat data dasar penduduk sasaran program pembangunan kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012. Sumber data penduduk yang dipakai adalah data

(13)

hasil Sensus Penduduk 2010, bersumber Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Sasaran program pembangunan kesehatan sesuai dengan karakteristik kelompok umur tertentu atau didasarkan pada kondisi siklus kehidupan yang terjadi. Sasaran upaya program kesehatan meliputi; ibu hamil, ibu melahirkan, dan ibu nifas. Serta kelompok umur tertentu; bayi, balita, anak balita, anak usia sekolah SD, wanita usia subur, penduduk produktif, usia lanjut dan lain-lain.

TABEL 2.5

DATA DASAR PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

NO.

PENDUDUK SASARAN PROGRAM

UMUR / FORMULA

DKI JAKARTA

1 B A Y I 0 171.399 2 B A D U T A 0 - 1 338.975 3 B A T I T A 0 - 2 503.762 4 B A L I T A 0 - 4 829.889 5 ANAK BALITA 1 - 4 658.490 6 ANAK PRASEKOLAH 5 - 6 321.057 7 ANAK KELAS I SD 7 156.589 8 ANAK KELAS VI SD 12 134.676 9 ANAK SEKOLAH (SD) 7 - 12 867.065 10 USIA REMAJA 10 - 18 1.330.913

11 WANITA USIA SUBUR (WUS) 15 - 49 2.989.322

12 USIA PRODUKTIF 15 - 64 7.013.064

13 PRA USIA LANJUT (PRASENALIS) 45 - 59 1.316.071

14 USIA LANJUT >= 60 495.179

15 USIA LANJUT RISIKO TINGGI > 70 156.832

16 B A Y I (LAHIR HIDUP) CBR X PDDK 150.788

17 IBU HAMIL 1,1 X CBR X PDDK 165.867

18 IBU BERSALIN 1,05 X CBR X PDDK 158.327

19 IBU NIFAS ≈ BAYI (LAHIR HIDUP) 150.788

20 IBU MENYUSUI ≈ BAYI (LAHIR HIDUP) 150.788

(14)

Data terakhir laju pertumbuhan penduduk menurut kab-kota periode tahun 2000-2010 menunjukkan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu memiliki laju pertumbuhan tertinggi dibandingkan wilayah lainnya yaitu sebesar 2,02 persen. Pada periode yang sama diketahui Jakarta Pusat merupakan wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk terendah.

TABEL 2.6

LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE 1980-1990, 1990-2000, 2000-2010

1980-1990 1990-2000 2000-2010 1 JAKARTA PUSAT -1,35 -2,01 0,27 2 JAKARTA UTARA 3,39 0,55 1,49 3 JAKARTA BARAT 3,97 0,46 1,81 4 JAKARTA SELATAN 1,92 -0,69 1,43 5 JAKARTA TIMUR 3,54 1,35 1,36 6 KEPULAUAN SERIBU 2,02 DKI JAKARTA 2,42 0,16 1,40

NO KOTA/KAB LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK (%)

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

Kepadatan penduduk Provinsi DKI Jakarta meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2012 diketahui jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta sebanyak 9,99 juta jiwa. Dengan luas

wilayah 662,33 Km2 maka kepadatan penduduk pada tahun yang sama sebesar 15,86 ribu

jiwa per Km2. Wilayah Jakarta Pusat memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu lebih dari

18 ribu jiwa per Km2, disusul oleh Jakarta Barat sekitar 17 ribu jiwa per Km2. Kepadatan penduduk terendah ada di Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu yaitu sekitar dua ribu jiwa per Km2.

(15)

2.4 SOSIAL EKONOMI 2.4.1 PENDIDIKAN

Persentase penduduk usia diatas 10 tahun yang buta huruf di Provinsi DKI Jakarta terus mengalami penurunan. Pada tahun 1990 persentase buta huruf di DKI Jakarta sebesar 3,93 persen, angka ini turun menjadi 2,53 persen pada tahun 2001 dan dalam kurun waktu sepuluh tahun terus mengalami penurunan hingga mencapai 0,80 persen pada tahun 2010. Data tiga tahun tersebut (1990-2001-2010) menunjukkan angka buta huruf untuk jenis kelamin perempuan selalu lebih besar dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki.

TABEL 2.7

ANGKA BUTA HURUF MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 1990, 2001, 2010

L P L + P L P L + P L P L + P 1 Jakarta Pusat 2,28 5,68 3,49 0,81 3,73 2,31 2 Jakarta Utara 2,14 7,13 4,64 1,18 3,84 2,53 3 Jakarta Barat 2,35 7,35 4,88 1,89 4,75 3,33 4 Jakarta Selatan 1,49 4,77 3,12 0,84 3,36 2,12 5 Jakarta Timur 1,89 5,47 3,65 0,88 3,66 2,28 6 Kep Seribu - - - -DKI Jakarta 1,85 6,02 3,93 1,15 3,88 2,53 0,60 1,20 0,80 NO KOTAMADYA/KAB 1990 2001 2010

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

Indikator terkait pendidikan selain persentase penduduk buta huruf yaitu; Angka Partisipasi Sekolah (APS), rata-rata lama belajar dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas. Dari tahun 1990 (data dasar) samapai dengan tahun 2011 (data terakhir) ketiga indikator tersebut mengalami meningkatan yang baik. Angka Partisipasi Sekolah pada tingkat SD (7-12 thn), naik dari 95,79 (1990) persen menjadi 99,16 persen (tahun 2010), namun terjadi penurunan pada tahun 2011 menjadi 98,06 persen. Pada tingkat SLTP (13-15 thn) naik dari 81,07 persen menjadi 92,01 persen pada tahun 2011, dan pada tingkat SLTA (16-18 thn) mengalami kenaikan dari 56,71 persen menjadi 61,99 persen (tahun 2010), dan sedikit menurun pada tahun 2011 menjadi 58,56 persen.

Rata-rata lama sekolah penduduk tahun 2011 yaitu 11 tahun, hal ini menunjukan secara rata-rata lama sekolah DKI Jakarta telah sesuai menjalankan program Wajib Belajar 9 Tahun. Angka melek huruf penduduk usia diatas 15 tahun Provinsi DKI Jakarta yaitu 98,90 persen, dengan target pencapaian MDGs yaitu 100 persen di tahun 2015.

(16)

TABEL 2.8

ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH MENURUT USIA SEKOLAH, RATA-RATA LAMA SEKOLAH, ANGKA MELEK HURUF PENDUDUK 15 TAHUN KE ATAS

PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 1990-2011

Sumber: Diolah dari Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS Provinsi DKI Jakarta 2006 - 2011

2.4.2 Pendapatan

Pendapatan perkapita penduduk DKI Jakarta terus mengalami peningkatan selama periode tahun 2001-2011 (data terakhir). Berikut ini data terakhir pendapatan per kapita penduduk DKI Jakarta atas dasar harga berlaku.

TABEL 2.9

PENDAPATAN PERKAPITA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2006-2011

INDIKATOR

2006 2007 2008

2009

2010

2011

Pendapatan perkapita (juta)

55,98 62,49 74,16

82,15

89,73

101,01

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, Informasi Statistik DKI Jakarta Agustus 2012

2.4.3 DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN GINI RATIO

Bank Dunia menggolongkan penduduk menjadi tiga kelas yaitu 40 persen penduduk berpendapatan rendah, 40 persen pendududuk berpendapatan sedang dan 20 persen penduduk berpendapatan tinggi. Kondisi perekonomian pada tahun 2009 yang semakin baik berdampak pada rendahnya tingkat kesenjangan distribusi pendapatan di tiga kelas kelompok penduduk. Angka gini ratio kurang dari 0,4 menggambarkan distribusi pendapatan dengan tingkat ketidakmerataan yang rendah. Sehingga dapat disimpulkan ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat di DKI Jakarta sepanjang kurun waktu 2000-2011 cenderung merata.

USIA 1990 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Angka Partisipasi Sekolah (APS)

7 – 12 tahun 95,79 98,46 98,73 98,99 99,06 99,16 98,09

13 – 15 tahun 81,09 90,16 90,36 90,38 90,75 91,45 92,01

16 – 18 tahun 56,71 60,26 61,05 61,23 61,34 61,99 58,56

Rata – rata Lama Sekolah 10,8 10,8 10,8 10,90 10,93 10,93

Angka Melek Huruf Penduduk 15

(17)

TABEL 2.10

DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN GINI RATIO PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2000, 2007-2011

40% Pendapatan Rendah 40% Pendapatan Sedang 20% Pendapatan Tinggi Gini Ratio 2000 20.17 35.60 44.23 0.351 2007 21.06 38.97 39.97 0.315 2008 19.87 35.48 44.65 0.361 2009 19.24 35.64 45.10 0.340 2010 18.25 34.08 47.66 0.381 2011 0.385 KELOMPOK PENDUDUK TAHUN

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

2.4.4 POLA PENGELUARAN

Pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, pengeluaran untuk konsumsi makanan masih relatif besar (mendekati 50 persen) dari total pengeluaran rumah tangga. Pada tahun 2010 (data terakhir) pola pengeluaran perkapita masyarakat DKI Jakarta adalah 37,52 persen untuk makanan dan 62,48 persen untuk non makanan. Persentase pengeluaran non makanan pada tahun 2010 mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini mencerminkan semakin tinggi pendapatan masyarakat di DKI Jakarta atau dengan kata lain masyarakat di DKI Jakarta mengalami peningkatan kesejahteraan.

TABEL 2.11

DISTRIBUSI PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PERKAPITA SEBULAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2004-2010

INDIKATOR 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Pengeluaran makanan 38.58 36.42 39.75 35.72 39.28 37.52 Pengeluaran

nonmakanan 61.42 63.58 60.25 64.28 60.72 62.48

(18)

2.4.5 KONSUMSI KALORI DAN PROTEIN

Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kecukupan gizi. Kecukupan gizi penduduk antara lain mencakup kebutuhan bahan makanan yang mengandung kalori dan protein. Data terakhir BPS Provinsi DKI Jakarta menunjukkan rata-rata konsumsi kalori perkapita sehari penduduk DKI Jakarta pada tahun 2007 sebesar 1.972 gram, masih di bawah standar 2.000 gram. Sedangkan di tahun yang sama rata-rata konsumsi protein perkapita sehari penduduk DKI Jakarta sebesar 62,02 gram, sudah lebih besar dari standar 45 gram.

TABEL 2.12

RATA-RATA KONSUMSI KALORI DAN PROTEIN PER-KAPITA SEHARI

PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 1990-2007

INDIKATOR 1990 1996 1999 2002 2007

Konsumsi Kalori 1,675.60 1,985.03 1,941.53 1,987.23 1,972.00 Konsumsi Protein 42.61 58.06 54.64 59.00 62.02

Sumber: Susenas , BPS Provinsi DKI Jakarta

2.4.6 KEMISKINAN

Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2012 sebesar 363,20 ribu orang (3,69 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada maret 2011 yang berjumlah 363,42 ribu orang (3,75 persen), berarti terjadi penurun jumlah penduduk miskin sebesar 0,22 ribu orang. Penduduk di DKI Jakarta dikategorikan sebagai penduduk miskin jika jumlah rupiah yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pada setiap bulan lebih kecil dari rata-rata GK Provinsi. Garis Kemiskinan (GK) bulan Maret 2012, yaitu sebesar Rp 379.052 per kapita per bulan lebih tinggi dibanding GK Maret 2011, yaitu Rp 355.480 per kapita per bulan per hari.

TABEL 2.13

TINGKAT KEMISKINAN PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2011 – 2012

URAIAN MARET 2011 MARET 2012

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu orang) 363,42 363,20

Persentase Penduduk Miskin (persen) 3,75 3,69

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) 355.480 379.052

(19)

2.4.7 KETENAGAKERJAAN

TABEL 2.14

KETENAGAKERJAAN PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2011 – 2012

URAIAN FEB 2011 FEB 2012

Angka Kerja (Ribu orang) 5.009,83 5.283,23

Bekerja (Ribu orang) 4.467,12 4.716,72

Pengangguran (Ribu orang) 542,71 566,51

Bukan Angkatan Kerja (Ribu orang) 2.363,58 2.176,21

Tingkat Pertisipasi Angkatan Kerja (TPAK

%) 67,94 70,83

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPA %) 10,83 10,72

Sumber : Diolah dari SUSENAS BPS Provinsi DKI Jakarta Maret 2011, Maret 2012

Jumlah penduduk bekerja pada Februari 2012 bertambah sekitar 249,59 ribu orang atau menjadi 4,72 juta orang dibandingkan Februari 2011. Demiklian pula jumlah pencari kerja pada tahun 2012 bertambah sebesar 23,8 ribu orang atau menjadi 566,51 ribu orang dibandingkan Februari 2011, namun Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DKI Jakarta pada Februari 2012 mengalami sedikit penurunan yaitu 0,11 poin dibandingkan Februari 2011 dari 10,83 persen menjadi 10,72 persen.

(20)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Menilai derajat kesehatan masyarakat dengan menggunaan indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian); Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI), morbiditas (kesakitan); angka kesakitan beberapa penyakit serta status gizi pada balita dan dewasa.

3.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)

Motalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka Kematian yang terkait Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) serta kematian yang disebabkan oleh penyakit, kecelekaan dan bencana.

3.1.1 ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP

Indikator kesejahteraan masyarakat pada bidang kesehatan antara lain dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

GAMBAR 3.1

TREN KEMATIAN BAYI PROVINSI DKI JAKARTA

ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP 1994-2012

Sumber : Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 1990-2012

(21)

AKB di DKI Jakarta tampak terus mengalami penurunan dari tahun 1990-2012. Pada tahun 1990 AKB di DKI Jakarta menunjukan dari setiap 1.000 kelahiran hidup, sekitar 43 bayi meninggal. Pada tahun 1995 AKB menurun menjadi 30 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. Adapun angka kematian bayi berdasarkan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2012, AKB di Provinsi DKI Jakarta sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup. Target MDGs untuk AKB pada tahun 2015 sebesar 23 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup, dan artinya Provinsi DKI Jakarta telah mencapi target MGDs dengan tujuan 4, menurunkan angka kematian bayi dalam kurun waktu 1990-2015.

TABEL 3.1

JUMLAH KELAHIRAN DAN KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber: Data Kematian Neonatal, Bayi, dan Anak Balita Tahun 2012 Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Data laporan puskesmas di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 terdapat 148.939 kelahiran hidup, dan tercatat 1.129 bayi meninggal sebelum mencapai usia pertama (0-11 bulan). Jakarta Pusat memiliki jumlah kematian bayi terbanyak pada tahun 2012, yaitu sejumlah 447 bayi dan Jakarta Timur dengan 231 bayi mati. Wilayah dengan jumlah kasus kematian bayi terendah dan jumlah kelahiran terendah adalah Kabupaten Kepulauan Seribu sejumlah 4 bayi mati dari 353 kelahirahan hidup.

3.1.2 ANGKA KEMATIAN BALITA PER-1.000 KELAHIRAN HIDUP

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase setelah anak dilahirkan dan sebelum umur 5 tahun.

Laporan kematian balita di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 tercatat 1.376 balita meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dengan jumlah kelahiran

NO KOTAMADYA LAHIR HIDUP LAHIR MATI LAHIR HIDUP + MATI JUMLAH BAYI MATI JUMLAH BALITA MATI 1 JAKARTA PUSAT 13.995 29 14.024 447 479 2 JAKARTA UTARA 25.065 65 25.130 161 196 3 JAKARTA BARAT 35.274 114 35.388 197 294 4 JAKARTA SELATAN 32.231 304 32.535 89 109 5 JAKARTA TIMUR 42.021 118 42.139 231 294 6 KAB. KEP. SERIBU 353 - 353 4 4 JUMLAH (PROVINSI) 148.939 630 149.569 1.129 1.376

8 9

(22)

hidup sebesar 148.939 sehingga dapat diperoleh AKABA DKI Jakarta tahun 2012 di DKI Jakarta yaitu 9, artinya terdapat 9 balita mati per 1.000 kelahiran hidup pada tahun tersebut. Angka Kematian (dilaporkan) tersebut belum bisa menggambarkan AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi.

Berdasarkan Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Anak Balita Provinsi DKI Jakarta yaitu 31 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup dan telah mencapai target MDGS 2012, 32 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini dapat diartikan bahwa hanya 28,13 persen kejadian kematian anak balita yang dilaporakan ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

GAMBAR 3.2

JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN BALITA PER-1.000 KELAHIRAN HIDUP PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber: Data Kematian Neonatal, Bayi, dan Anak Balita Tahun 2012 Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

3.1.3 ANGKA KEMATIAN IBU PER-100.000 KELAHIRAN HIDUP

Angka Kematian Ibu (AKI) termasuk salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganan (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidental) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilannya per 100.000 kelahiran hidup.

(23)

GAMBAR 3.3

JUMLAH KEMATIAN IBU DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber : Laporan Program Kesehatan Ibu, Seksi Kesga, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2012

Jumlah Kematian Ibu di Provinsi DKI Jakarta yaitu 97 jiwa. Jumlah kejadian kematian Ibu tertinggi yaitu di Jakarta Timur, 34 kematian ibu dan Jakarta Utara dengan 23 kematian ibu, sedangkan di kepululauan seribu tidak ada kejadian kematian ibu.

GAMBAR 3.4

PENYEBAB KEMATIAN IBU DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber : Laporan Program Kesehatan Ibu, Seksi Kesga, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2012

Penyebab utama terjadinya kematian ibu di Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 yaitu Hipertensi Dalam / Eklampsia (39 %), Pendarahan (31 %) disebabkan oleh faktor anemia ibu hamil, Infeksi (6 %), Abortus (2 %), Partus lama (1 %) dan penyebab lainnya. Angka kematian

0 5 10 15 20 25 30 35 Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Kep. Seribu KEMATIAN IBU 12 23 16 12 34 0 12 23 16 12 34 0 39% 31% 6% 2% 1% 21%

HIPERTENSI DALAM PENDARAHAN INFEKSI

(24)

ibu dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

3.1.4 ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH)

Meningkatnya status kesehatan masyarakat dapat ditunjukkan oleh meningkatnya angka harapan hidup. Angka Harapan Hidup (AHH) waktu lahir penduduk DKI Jakarta dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang bermakna. Menurut data estimasi parameter demografi yang dikeluarkan BPS Provinsi DKI Jakarta, angka harapan hidup penduduk DKI Jakarta setiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2000 angka harapan hidup (AHH) penduduk DKI Jakarta tercatat 71,9 tahun, dalam kurun waktu sepuluh tahun angka ini terus merangkak naik menjadi 76,2 pada tahun 2009. Diamati menurut jenis kelamin, AHH pada perempuan selalu lebih tinggi dibanding AHH laki-laki. Data terakhir pada tahun 2010 memperlihatkan AHH perempuan mencapai usia 78 sedangkan AHH laki-laki 74,4.

GAMBAR 3.5

ESTIMASI UMUR HARAPAN HIDUP PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2000, 2005-2010

(25)

3.1.5 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator gabungan yang mendasari pembangunan manusia yaitu hidup yang sehat dan panjang umur yang dihitung dengan angka harapan hidup waktu lahir, pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf pada orang dewasa dan rata-rata lama sekolah, serta indikator ekonomi dengan standar kehidupan yang layak diukur dengan pengeluaran riil per kapita.

Gambar 3.5 memperlihatkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia di DKI jakarta sejak 2006 hingga 2010 cenderung meningkat. Pada tahun 2006 IPM 76,6 menjadi 77,85 pada tahun 2011. Provinsi DKI Jakarta mencapai IPM tertinggi di Indonesia, berdasarkan sensus penduduk 2010, IPM Indonesia 72,27 dan IPM DKI Jakarta 77,60 (SP 2010).

GAMBAR 3.6

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2006-2011

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS Provinsi DKI Jakarta 2006-2011

3.2 ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)

Angka Kesakitan (Morbiditas) menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalens dari suatu penyakit. Angka kesakitan juga berperan dalam penilaian derajat kesehatan masyarakat. Data angka kesakitan penduduk berasal dari masyarakat (community based

data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, pengelola program kesehatan di tingkat provinsi, serta berasal

76.3 76.6 77.03 77.36 77.6 77.85

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2006

2007

2008

2009

2010

2011

DKI JAKARTA

(26)

dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

3.2.1 ANGKA KESAKITAN TB PARU BTA+

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacteriun tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet orang yang telah

terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

Jumlah kasus TB Paru di Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 yaitu sebanyak 24,5 ribu kasus, dengan prevalesi sebesar 256, artinya terdapat 256 kasus TB Paru per 100.000 penduduk. Case Fatality Rate (CFR) TB Paru sebesar 2, artinya ada 2 orang yang mati akibat TB Paru 100.000 penduduk di provinsi DKI Jakarta. Urutan wilayah dengan prevalensi TB Paru tertinggi yaitu di Kabupaten Kepulauan Seribu, 659 kasus per 100.000 penduduk di Kepulan Seribu dan Kota Madya Jakarta Pusat 605 kasus per 100.000 penduduk di wilayah tersebut.

TABEL 3.2

JUMLAH KASUS, PREVALENSI, JUMLAH KEMATIAN AKIBAT TB PARU DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

KAB/KOTA Jumlah Kasus TB Paru

Prevalensi (Per 100.000 Penduduk)

Jumlah Kematian Akibat TB Paru

Kasus Baru Kasus Lama Kasus Baru + kasus Lama

Jakarta Pusat 5.048 396 5.444 605 37 Jakarta Utara 3.140 154 3.294 200 26 Jakarta Barat 3.936 218 4.154 182 22 Jakarta Selatan 4.730 228 4.958 240 33 Jakarta Timur 6.019 534 6.553 243 37 Kep. Seribu 138 1 139 659 0 DKI JAKARTA 23.011 1.531 24.542 256 155

Sumber : Laporan Program TB Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012

Pada tahun 2012 dilakukan upaya pengobatan terhadap 8.637 penderita TB Paru yang dinyatakan BTA+ melalui pemeriksaan dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS). 69 persen dari penderita dinyatakan sembuh berdasarkan hasil pemerikasaan dahaknya menunjukan 2 kali negatif, dan 12,45 persen penderita TB Paru BTA+ yang telah menjalani pengobatan dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) sehingga angka kesuksesan (Success

Rate/SR) yaitu 81 persen. Wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki angka kesuksesan

pengobatan tertinggi yaitu 100 persen, artinya semua penderita TB Paru BTA+ di wilayah tersebut telah dinyatakan sembuh dan menjalankan pengobatan lengkap selama 6 bulan.

(27)

Dan wilayah Jakarta Timur memiliki angka kesuksesan pengobatan yang terendah yaitu 75 persen.

GAMBAR 3.7

JUMLAH PENDERITA TB PARU BTA+ DIOBATI, DINYATAKAN SEMBUH DAN MENJALANI PENYOBATAN LENGKAP MENURUT KAB-KOTA

PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2010

Sumber: Laporan Program TB, Seksi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular (PMPTM)

Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien RS.

3.2.2 ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PER-100.000 PENDUDUK

Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes , misalnya

Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak

ditemukan meyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.

Berdasarkan data surveilans Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2012 terdapat 12.254 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kematian 7 orang, (IR = 122,6 per 100.000 penduduk dan CFR 0,06 %). Jumlah kasus tertinggi terdapat di Kota administrasi Jakarta Timur, 3.801 kasus dengan IR = 134 per 100.000 penduduk dan memiliki CFR (Case Fatality Rate) tertinggi yaitu 0,08 persen dengan jumlah kematian 3 orang. Kabupate Kepulauan Seribu menjadi daerah dengan jumlah kasus terendah 12 kasus (IR = 54 per 100.000 penduduk pada wilayah tersebut).

(28)

GAMBAR 3.8

JUMLAH KASUS DAN IR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2011

Sumber: http://surveilans-dinkesdki.net/

Seksi Wabah dan Surveilans Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

3.2.3 ANGKA KESAKITAN DIARE PER-100.000 PENDUDUK

Dari sekitar 9,6 juta total penduduk DKI Jakarta, diperkirakan 390 ribu diantaranya menderita diare, perkiraan ini dihitung dengan berdasarkan angka morbiditas diare nasional, yaitu 411 per 1.000 jumlah penduduk. Angka perkiraan jumlah kasus dapat dijadikan sebagai target cakupan layanan kasus diare.

GAMBAR 3.9

PERKIRAAN KASUS DIARE DAN CAKUPAN LAYANAN DIARE MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

(29)

Berdasarkan gambar 3.9 jumlah perkiraan kasus diare dan cakupan pelayanan diare menurut kabupaten kota di Provinsi DKI Jakarta. Jakarta Utara merupakan wilayah yang memiliki cakupan layanan diare yang tertinggi, yaitu 79 persen dari 67.637 perkiraan kasus. Sedangkan wilayah administrasi Jakarta Selatan memiliki cakupan layanan diare terendah, yaitu 48 persen dari 84.758 target perkiraan kasus.

3.2.4 ANGKA KESAKITAN PNEUMONIA BALITA

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak yang kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2 %) setelah diare (17,2 %). (Riskedas 2012)

Data cakupan penemuan penemuan Pneumonia di DKI Jakarta sebagai berikut;

GAMBAR 3.10

CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber : Laporan Program Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Jumlah perkiraan kasus pneumonia pada balita yaitu 10 persen dari jumlah balita pada tahun dan wilayah tersebut. Jumlah perkiraan ini dapat dijadikan sebagai target penanganan kasus pneumonia pada balita. Cakupan penemuan dan atau penanganan pneumonia balita di Provinsi DKI Jakarta rendah, yaitu sebesar 28 persen (26.910 penemuan kasus) dengan perkiraan 96.043 kasus. Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki angka cakupan

(30)

penanganan kasus tertinggi yaitu 71 persen. Dan Jakarta Pusat merupakan wilayah dengan penanganan kasus terendah, 10 persen (911) dengan jumlah perkiraan 8.995 kasus.

3.2.5 ANGKA KESAKITAN HIV & AIDS

HIV/AIDS mrupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut

menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh, sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam infeksi lain.

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. pada tahun 2012 tercatat jumlah kasus baru HIV yaitu sebesar 3.510 kasus HIV, 2.461 kasus HIV pada laki-laki, dan 1.049 kasus HIV pada perempuan. Kota Administrasi Jakarta Pusat merupakan wilayah dengan kasus HIV tertinggi, 661 kasus pada laki-laki dan 246 kasus pada perempuan.

GAMBAR 3.11

JUMLAH KASUS BARU HIV MENURUT JENIS KELAMIN, DAN MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber : Laporan Program HIV AIDS Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

Jumlah kasus AIDS berdasarkan data laporan program HIV AIDS di Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 yaitu sebanyak 869 kasus. Menurut wilayah, Jakarta Timur merupaka kota administrasi dengan penemuan kasus baru AIDS tertinggi pada tahun 2012, yaitu sebesar 240 kasus, diikuti oleh Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat yang masing-masing sebesar 199 dan 196 kasus baru AIDS. Secara Nasional, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah kasus baru AIDS tertinggi pada tahun 2011, kemudian diikuti oleh

(31)

Papua dan Jawa Timur. Berdasarkan data tersebut dibutuhkan perhatian khusus dari semau sektor khusus nya sektor kesehatan agar jumlah kasus baru HIV AIDS dapat ditekan dan diturunkan. Jumlah kematian akibat AIDS pada tahun 2012 di Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 290 kematian.

GAMBAR 3.12 JUMLAH KASUS BARU AIDS

MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber : Laporan Program HIV AIDS Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

3.3 STATUS GIZI

3.3.1 Persentase Balita BGM dan Gizi Buruk

Dalam rangka menanggulangi masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita dilakukan berbagai upaya melalui pemantauan pertumbuhan balita, identifikasi maupun intervensi yang dilaksanakan oleh puskesmas. Salah satu upaya perbaikan gizi masyarakat adalah pemantauan status gizi balita. Dengan melihat perkembangan status gizi balita, dapat diketahui perkembangan dan pertumbuhan anak, sehingga dapat diketahuii bila ada kelainan pada balita. Kegiatan pemantauan perkembangan status gizi balita dilaksanakan melalui penimbangan setiap bulan pada balita di posyandu. Berdasarkan penimbangan terseut didapatkan data jumlah balita ditimbang, balita dengan berat badan naik (dibandingkan dengan berat badan bulan sebelumnya), dan balita yang dikategorikan BGM (Berat Badan Dibawah Garis Merah).

Data yang didapat dari enam wilayah Kota/Kabupaten Provinsi DKI Jakarta menunjukkan dari sekitar 258.385 balita yang ditimbang atau sama dengan 50,7 persen dari jumlah balita yang ada yaitu 509.758, terdapat 155.581 (60,2 persen) balita ditimbang memiliki berat badan naik, dan 2.288 balita atau kurang dari satu persen diantaranya berada

(32)

dibawah garis merah (BGM). Wilayah dengan persentase Balita BGM terbanyak ada di wilayahKabupaten Kepulauan Seribu 2 persen, diikuti Jakarta Utara, dan Jakarta Pusat Utara masing-masing sebesar 1,7 dan 1,5 persen.

GAMBAR 3.13

JUMLAH BALITA, DITIMBANG, BB NAIK DAN BALITA DIBAWAH GARIS MERAH (BGM) MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Administratif Tahun 2012 Tidak terdapat data / tidak ada laporan untuk wilayah Jakarta Timur

Tahun 2012 terdapat 193 kasus gizi buruk, diantara lima wilayah (tidak termasuk data Jakarta Timur), Jakarta Selatan merupakn wilayah dengan jumlah kasus gizi buruk tertinggi yaitu 89 kasus, diikuti Jakarta Pusat dengan 43 kasus, dan wilayah dengan gizi buruk terendah yaitu Jakarta Barat 12 kasus balita gizi buruk.

GAMBAR 3.14

KASUS GIZI BURUK MENURUT

(33)

GAMBAR 3.15

PERSENTASE BALITA DENGAN GIZI BURUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007 – 2012

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Administratif Tahun 2007 – 2012

Prevalesi gizi buruk di DKI Jakarta pada tahun 2012 sama dengan tahun 2011 yaitu sebesar 0,03 persen. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan prevalensi gizi buruk 3 tahun lalu (2009) yaitu sebesar 1,4 yang kemudian mengalami penurunan di tahun 2010 menjadi 0,6 dan kembali turun pada tahun 2011 sebesar 0,03 persen. DKI Jakarta berhasil mencapai target MDGs 2015, menurunkan prevalensi gizi buruk menjadi 36 persen (Tujuan 1 : Menggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990 – 2015).

(34)

BAB IV

UPAYA KESEHATAN

Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swata, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.

4.1 PELAYANAN KESEHATAN

4.1.1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimum 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0 – 12 minggu), minimum 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12 24 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 -36 minggu). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.

Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas 7 T, yaitu; 1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;

2. Pengukuran tekanan darah;

3. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);

4. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi;

5. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;

6. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling termasuk keluarga berencana); serta

7. Pelayanan tes laboratotrium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb) dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).

Hasil pencapaian upaya kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada waktu

(35)

satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksa kehamilannya ke tenaga kerja.

Gambar 4.1 memperlihatkan Cakupan K1 dan K4 menurut wilayah Kabupaten – Kota di Provinsi DKI Jakarta tahun 2012. Cakupan pelayanan ibu hamil K1 dan K4 di Provinsi DKI Jakarta baik dengan persentase 99,84 dan 95,6. Angka ini tidak dapat mewakili populasi yang sebenarnya, dikarenakan data sasaran program pada tahun 2012 menggunakan data sasaran program 2010, sehingga kemungkinan jumlah ibu hamil yang ada di populasi lebih banyak dibandingkan dengan hasil estimasi data sasaran program. Terlihat dari Cakupan K1 dan K4 di Kabupaten Kepulauan Seribu lebih dari 100 (seratus) persen, hal ini mungkin terjadi karena jumlah ibu hamil di wilayah tersebut lebih dari jumlah data sasaran program.

GAMBAR 4.1

CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1 DAN K4 MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber : Data Kesehatan Ibu DKI Jakarta Tahun 2012, Seksi Kesga.

Gambar dibawah (gambar 4.2) menununjukan jumlah ibu bersalin dan jumlah persalian yang di toleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, dan pada tabel 4.1 terdapat angka cakupan pertolongan nakes (Pn) , menurut wilayah Kabupaten-Kota Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 158.329 dan dilaporkan ada 150.753 persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Indikator ini menjelaskan tingkat kemampuan Pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Dan dengan cakupan Pn 95 persen artinya DKI Jakarta telah mencapai target indikator meningkatkan proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga terlatih, untuk MDGS tahun 2015.

(36)

GAMBAR 4.2

JUMLAH IBU BERSALIN DAN JUMLAH PERSALINAN DITOLONG NAKES MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber : Data Kesehatan Ibu DKI Jakarta Tahun 2012, Seksi Kesga.

TABEL 4.1

JUMLAH IBU BERSALIN, JUMLAH PERSALINAN DITOLONG NAKES DAN CAKUPAN PN MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

KAB/KOTA Ibu Bersalin Ditolong Nakes Cakupan Pn

JAKARTA PUSAT 14.829 14.429 97,3 JAKARTA UTARA 27.129 25.672 94,6 JAKARTA BARAT 37.618 35.838 95,3 JAKARTA SELATAN 33.996 32.298 95,0 JAKARTA TIMUR 44.409 42.160 94,9 KEP. SERIBU 348 356 102,3 DKI JAKARTA 158.329 150.753 95,2

Sumber : Data Kesehatan Ibu DKI Jakarta Tahun 2012, Seksi Kesga.

4.1.2 Penanganan Neonatal Komplikasi

Neonatal komplikasi adalah neonatas dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsos, trauma lahir, BBLR (Berat Lahir < 2.500gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan kongenital lainnya yang membutuhkan penanganan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, atau perawat). Estimasi secara nasional neonatal komplikasi dapat terjadi pada 20 persen dari jumlah total inu hamil yang ada di wilayah tersebut.

(37)

TABEL 4.2

JUMLAH IBU HAMIL, LAHIR HIDUP,PERKIRAAN DAN PENANGANAN NEONATAL KOMPLIKASI MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

KAB-KOTA JUMLAH IBU HAMIL JUMLAH LAHIR HIDUP PERKIRAAN NEONATAL KOMPLIKASI PENGANAN NEONATAL KOMPLIKASI ∑ % JAKARTA PUSAT 15.535 13.995 2.099 1.458 69,5 JAKARTA UTARA 28.421 25.065 3.760 2.853 75,9 JAKARTA BARAT 39.409 35.274 5.291 3.341 63,1 JAKARTA SELATAN 35.615 32.231 4.835 3.886 80,4 JAKARTA TIMUR 46.524 42.021 6.303 3.648 57,9 KEP. SERIBU 364 353 53 4 7,6 DKI JAKARTA 165.868 148.939 22.341 15.190 68,0 Sumber : Laporan Pencapaian Indikator Program Kesehatan Anak Tahun 2012, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

GAMBAR 4.3

CAKUPAN PENANGANAN NEONATAL KOMPLIKASI MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber : Laporan Pencapaian Indikator Program Kesehatan Anak Tahun 2012, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Pada gambar 4.3 diketahui bahwa capaian Provinsi DKI Jakarta belum mencapai target indikator Standar Pelayanan Minimum tahun 2012 sebesar 80 persen. Selain itu, terjadi disparitas pencapaian yang sangat lebar dimana pencapaian tertinggi terdapat di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan dan sebesar 80,4 persen, diikuti Jakarta Utara 75,9 persen, dan capaian terendah Kabupaten Kepulauan Seribu sebesar 7,6 persen.

(38)

Rendahnya cakupan penanganan komplikasi neonatal dapat kompetensi SDM yang belum memadai, saran dan prasarana untuk menuju Puskesmas PONED, serta jejaring yang masih kurang antara Puskesmas PONED dan RS PONEK . Sistem pencatatan, pelaporan dan umpan balik dalam sistem rujukan dengan unit pelayanan kesehatan terkait / setempat belum terkoordinasi dengan baik.

4.1.3 Kunjungan Neonatal

Kelompok neonatus atau bayibaru lahir (0-28 hari) merupakan kelompok umur yang memiliki risiko tinggi gangguan kesehatan. Upaya kesehatan yang dilakukan dengan pelayanan kesehatan neonatal saat lahir dan pelayanan kesehatan saat kunjungan neonatus sebanyak 3 kali. Pelayanan yang diberikan terkait pemerikaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi.

TABEL 4.3

JUMLAH BAYI LAHIR HIDUP, KN-1 DAN KN LENGKAP MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

KAB-KOTA BAYI LAHIR

HIDUP KUNJUNGAN NEONATUS 1 KALI (KN-1) KUNJUNGAN NEONATUS 3 KALI (KN LENGKAP) % % JAKARTA PUSAT 13.995 13.821 98,8 12.678 90,6 JAKARTA UTARA 25.065 25.065 100,0 23.741 94,7 JAKARTA BARAT 35.274 35.724 101,3 33.597 95,2 JAKARTA SELATAN 32.231 32.296 100,2 31.277 97,0 JAKARTA TIMUR 42.021 42.021 100,0 39.612 94,3 KEP. SERIBU 353 353 100,0 353 100,0 DKI JAKARTA 148.939 149.280 100,2 141.258 94,8

Sumber : Laporan Pencapaian Indikator Program Kesehatan Anak Tahun 2012, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

(39)

4.1.4 Pelayanan Imuninasi

Program imunisasi dasar lengkap (LIL) pada bayi meliputi 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak. Campak merupakan penyebab utama kematian pada balita. Oleh karena itu sesuai dengan kesepakatan negara ASEAN dan WHO target cakupan imunisasi campak sebesar 90 persen dianggap penting untuk mengurangi angka kematian balita.

Pada gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pada tahun 2012, Provinsi DKI Jakarta hampir menvapai target cakupan campak sebesar 90 persen. Wilayah yang belum mencapai target yaitu Jakarta Selatan sebesar 82 persen dan Jakarta Barat sebesar 84 persen.

GAMBAR 4.4

CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK

MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber: Laporan Program Imuninasi, PMPTM Dinas Kesehatatan Provinsi DKI Jakarta

Persentase Kelurahan yang mencapai “Universal Child Immunization” (UCI) di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 yaitu 100 persen. Dengan angka tersebut telah mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta maupun Kementerian Kesehatan R.I. Dengan pencapaian ini artinya semua kelurahan yang ada di Provinsi DKI Jakarta lebih dari 80 persen dari jumlah bayi yang ada di kelurahan tersenut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

(40)

TABEL 4.4

PERSENTASE KELURAHAN YANG MENCAPAI “UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION” (UCI) MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

NO KOTAMADYA JUMLAH KELURAHAN KELURAHAN UCI % KELURAHAN UCI 1 JAKARTA PUSAT 44 44 100 2 JAKARTA UTARA 31 31 100 3 JAKARTA BARAT 56 56 100 4 JAKARTA SELATAN 65 65 100 5 JAKARTA TIMUR 65 65 100 6 KEP. SERIBU 6 6 100 267 267 100,00 JUMLAH (PROVINSI)

Sumber: Laporan Program Imuninasi, PMPTM Dinas Kesehatatan Provinsi DKI Jakarta

Program Lima Imunisasi Dasar lengkap pada bayi dimulai dari pemberian imunisasi DPT-HB1 dan berakhir dengan pemberian imuninasi Campak. Idealnya setiap anak akan mendapatkan imunisasi tersebut secara lengkap, namun pada kenyataanya terdapat anak yang tidak mendapatkan imunisasi secara optimal dan lengkap. Anak-anak inilah yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi. Dengan demikian maka drop out rate dihitung berdasarkan persentase penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT-HB1.

Angka drop out DKI Jakarta tahun 2012 sebesar 7,1 persen. Wilayah dengan angka

drop out tertinggi yaitu Jakarta Barat 15,7 persen dan Kabupaten Kepulauan seribu sebesar

8,1 persen.

GAMBAR 4.5

ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPTHAB1 - CAMPAK PADA BAYI MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

(41)

4.1.5 Pelayanan Keluarga Berencana

Tingkat pencapaian pelayanan Keluarga Berencana dapat dilihat dari cakupan Pasangan Usia Subur (PUS/ pasangan suami istri, istri berusia 15 sampe dengan 49 tahun) yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi (KB Aktif) serta metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan Pasangan Usia Subur (PUS).

GAMBAR 4.6

PERSENTASE PESERTA KB AKTIF

MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / kota Tahun 2012

Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa cakupan peserta KB di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 adalah 48,2 persen. Persentase peserta KB aktif tertinggi terdapat di Jakarta Pusat sebesar 81,3 persen dan Jakarta Timur 59,2 persen. Sedangkan wilayah dengan persentase peserta KB aktif terendah adalah Jakarta Barat 33,9 persen.

Cakupan peserta KB aktif juga dapat digambarkan menurut metode kontrasepsi yang sedang digunakan. Pada tahun 2012 di DKI Jakarta alat/metode kontrasepsi (KB Aktif) serta metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah alat kontrasepsi jangka pendek berupa suntikan sebesar 53 persen, dan pil KB sebesar 22,9 persen. Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit digunakan adalah metode jangka panjang yaitu MOP (Metode Operasi Pria) sebesar 0,5 persen (dijelaskan pada gambar 4.6).

(42)

GAMBAR 4.6

PERSENTASE PESERTA KB AKTIF

MENURUT ALAT/METODE KONTRASEPSI TAHUN 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / kota Tahun 2012

4.1.6 Persentase Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa (KLB) Ditangani < 24 Jam

Berdasarkan laporan daftar KLB dan Keracunan Tahun 2012 di DKI Jakarta terdapat 23 kasus yang dinyatakan KLB dan Keracunan, dan semua kasus tersebut berhasil ditangani kurang dari satu hari ( < 24 jam). Kejadian Luar Biasa terbanyak terjadi di Jakarta Selatan sejumlah 19 kasus, Jakarta Utara 3 kasus dan Jakarta Timur 1 kasus. Di wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu tidak terjadi KLB.

TABEL 4.5

PERSENTASE KELURAHAN DENGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DITANGANI < 24 JAM MENURUT KAB-KOTA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

KAB - KOTA DESA/KELURAHAN TERKENA KLB

JUMLAH DITANGANI <24 JAM %

JAKARTA PUSAT 0 0 - JAKARTA UTARA 3 3 100 JAKARTA BARAT 0 0 - JAKARTA SELATAN 19 19 100 JAKARTA TIMUR 1 1 100 KEP. SERIBU 0 0 - DKI JAKARTA 23 23 100

(43)

4.2 AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 4.2.1 Persentase Penduduk Memanfaatkan Puskesmas

Perkiraan jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta (BPS Provinsi DKI Jakarta) sejumlah 9,99 juta jiwa. Total kunjungan (rawat jalan) di sarana kesehatan puskesmas di seluruh Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 yaitu sebanyak 8.713.223, artinya cakupan kunjungan puskesmas di DKI Jakarta tahun 2012 sebesar 87,2 persen, namun hasil perhitungan ini masih kasar karena sangat besar kemungkinan dalam 1 tahun seseorang dapat berkunjung ke puskesmas lebih dari 1 kali. Data tujuh tahun terakhir menunjukkan tren jumlah kunjungan puskesmas (rawat jalan) di Provinsi DKI Jakarta cenderung meningkat.

GAMBAR 4.7

JUMLAH KUNJUNGAN PUSKESMAS PROVINSI DKI JAKARTATAHUN 2005 -2012

Referensi

Dokumen terkait

Managing organizational knowledge by diagnosing IC: framing and advancing the state of the field, International Journal of Technology Management.. Bontis, Nick and

Desa Padang Leban pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kaur. Pokja I Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Kaur akan mengadakan klarifikasi

Kepala Madrasah Guru Kelas VI.

Kompresi data adalah suatu proses untuk mengubah sebuah input data stream ( stream sumber atau data mentah asli) ke dalam aliran data yang lain yang berupa output atau stream

Aplikasi Kompresi File dengan Algoritma Elias Gamma.. Jurnal CORE

DAFTAR PUBLIKASI ILMIAH PENULIS (TESIS). No Judul Artikel Penulis

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Kota Sibolga dengan menggunakan data primer untuk 100 responden yang mewakili seluruh

1 Metode perhitungan dilakukan dengan metode saldo bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban