DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
Y
Y
AN SAL
AN SAL
VIANTO
VIANTO
ARIE HARYO UTOMO
ARIE HARYO UTOMO
SANTI ASPRIANTI
SANTI ASPRIANTI
NABILA KHOIRUNNISA
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan salah
satu upaya pemerintah Indonesia dalam
pembangunan nasional untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan
masyarakat
yang
optimal.
Pembangunan kesehatan juga merupakan
salah satu upaya utama untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang pada
gilirannya mendukung percepatan pencapaian
sasaran pembangunan nasional.
Latar Belakang
Kebijakan
pembangunan
kesehatan
yang
dilakukan
oleh
pemerintah
mengacu
pada
komitmen Indonesia akan delapan tujuan umum
Millenium Development Goals (MDGs), Desa
Siaga, Poskesdes.
Puskesmas
Nguter
merupakan
Puskesmas
dengan angka kejadian tuberkulosis yang tinggi di
kabupaten sukoharjo. Puskesmas Nguter juga
menjadi Puskesmas dengan peningkatan kasus
TB paru tertinggi diantara 12 Puskesmas yang ada
di kabupaten sukoharjo (Dinkes kota Sukoharjo,
2011).
Analisa Situasi Puskesmas Nguter
Puskesmas adalah suatu unit pelaksanan
pelayanan kesehatan tingkat I dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN), yaitu suatu
tatanan yang mencerminkan upaya bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
mencapai derajat kesehatan yang optimal
sebagai perwujudan kesejahteraan umum.
Visi Misi Puskesmas Nguter
Sebagai arah tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
dan sebagai kegiatan dasar, maka disusun visi dan misi
Puskesmas Nguter sebagai berikut:
Visi
Masyarakat Nguter yang sehat, mandiri dan berkeadilan.
Misi
Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau baik pelayanan promotif, kuratif, preventif dan
rehabilitative.
Meningkatkan profesionalisme SDM dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan.
Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana kesehatan
Pelayana Kesehatan
Puskesmas Nguter
Puskesmas Nguter mempunyai 2 bangunan induk berada di wilayah
Nguter dan di wilayah Celep. Gedung induk untuk pelayanan rawat
jalan terdiri dari ruang poli umum, ruang pendaftaran, ruang poli gigi,
poli KIA-KB, kamar mandi, ruang imunisasi, laboratorium, kamar
obat, gudang obat, kantor karyawan, fisioterapi, kantor TU, ruang
kepala puskesmas.
Unit Pelayanan Puskesmas Nguter ada 2 dimasing-masing
puskesmas induk yang terdiri dari ruang tunggu pasien,
pendaftaran, poli umum, kantor pelayanan & rujukan, kamar obat,
ruang tindakan KB, poli gigi, poli KIA-KB, kamar mandi, fisioterapi,
gudang, laboratorium, ruang pertemuan, ruang arsip dan kamar
mandi.
Dua Puskesmas pembantu, yaitu : puskesmas Pondok dan
puskesmas Lawu
Kasus 10 besar penyakit JANUARI
–
MEI 2014 di wilayah kerja puskesmas
NGUTER, yaitu:
No Daftar Penyakit Jumlah
1 ISPA 5508
2 Vertigo 2452
3 Hipertensi Primer 2271
4 Arthritis Tidak Spesifik 2222
5 Influenza 977
6 Gastritis 929
7 Rheumtoid Arthritis Lain 795 8 Nasopharingitis Akut 720
9 Dyspepsia 711
Kasus ISPA masih merupakan kasus tertingi di
puskesmas nguter dari periode Januari
–
Mei 2014
yaitu sebanyak 5508 kasus. Dari jumlah kasus
tersebut terdapat beberapa pasien yang dianggap
menderita TB tetapi oleh karena kurangnya
kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait
penyakit TB sehingga masyarakat menggap bahwa
batuk yang dideritanya merupakan sakit batuk
seperti biasa walaupun batuk yang dideritanya
sudah lebih dari 2 minggu. Adanya faktor
menghambat seperti terkendalanya pemeriksaan
pada pasien yang suspect TB, pemeriksaan kontak
pasien TB yang kurang dilaksanakan, kurang
aktifnya kader posyandu, kurangnya penyuluhan
pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan
terkait penyakit TB.
Analisa Masalah & Penyebab
Masalah Yang Muncul
Program Masalah
P2ML (TBC)
Kurangnya tenaga kesehatan Kader yang ada belum memadai
Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait penyakit TBC.
Kurangnya sarana dan prasarana untuk membantu program ini. Belum optimalnya kunjungan rumah dalam rangka pengambilan specimen TB dan penjaringan suspek TB
Belum maksimal pengelolaan jejaring TB dengan pelayanan swasta. Survey kontak BTA + yang masih belum dilaksanakan secara berkala. Target puskesmas untuk pasien TB BTA (+) pada tahun 2014
sebanyak 69 pasien.
Target Untuk Menemukan Suspect pasien TB BTA (+) adalah sebanyak 690
Untuk target penemuan kasus TB BTA (+) dari bulan Januari
–
Juni sebanyak 30 pasien tetapi sampai saat ini baru 17 kasus atau pasien TB BTA (+) yang ditemukan. Suspect TB paru yang ditemukan dari Januari
–
Juni adalah sebanyak 253.Indentifikasi Penyebab Masalah
Berdasarkan hasil observasi selama 6 hari yang
dilakukan di Puskesmas Nguter, kami menemukan
masalah yang ada dalam pelaksanaan program P2ML
dalam mengatasi masalah TBC masih belum optimal
yaitu dikarenakan tenaga kesehatan yang khusus
untuk menangani masalah penyakit TB masih kurang,
kurangnya pengetahuan masyarakat yang disebabkan
penyampaian informasi mengenai kesehatan masih
belum maksimal, masih minimnya pengetahuan kader
posyandu yang disebabkan kurang aktifnya kader
dalam mencari informasi kesehatan yang ada, dan
penyebab masalah yang lainnya adalah belum
optimalnya pelaksanaan program P2ML. Adapun
metode pemecahan masalah yang kami gunakan
adalah analisis SWOT.
Kajian SWOT
Streght Weakness Opportunities Threats Adanya tenaga
kesehatan yang terdiri atas dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, tenaga kesehatan lingkungan, bidan desa yang tersebar di masing-masing desa wilayah kerja Puskesmas Nguter, yang mempunyai keterkaitan dalam system kerja sama lintas program. Adanya program pemerintah daerah yang mendukung program pemecahan masalah kasus TBC. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TBC. Kurangnya alat sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan penuntasan masalah TBC. Banyaknya kegiatan di masyarakat yang dapat digunakan sebagai sarana penyuluhan, termasuk pada saat ada acara rapat desa. Ketertarikan masyarakat untuk melakukan apa yang disampaikan dalam penyuluhan. Budaya masyarakat yang menyebabkan sulitnya masyarakat untuk merubah perilaku seperti keyakinan-keyakinan yang dianut oleh masyarakat pada desa tersebut.
Streght Weakness Opportunities Threats Penyakit menular seperti TBC merupakan salah satu program MDGs yang ke enam. Adanya Pos Kesehatan Desa dan Pokja Desa siaga di masing-masing desa. Adanya Puskemas pembantu dan Puskesmas keliling. Jumlah tenaga kader kesehatan yang terbatas. Adanya system kerjasama lintas sector dengan stakeholder di wilayah Kecamatan Nguter, termasuk dengan kelompok masyarakat, misalnya Tim Penggerak PKK Kecamatan dan desa, organisasi kemasyarakatan dan tokoh masyarakat. Gaya hidup masyarakat seperti merokok, meludah disembarang
tempat, pola hidup yang tidak sehat, membuang
sampah
Streght Weakness Opportunities Threats Alokasi dana dari
program pokok Puskesmas dan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dan jaminan persalinan. Pengetahuan mengenai TBC yang dimiliki oleh dokter dan petugas kesehatan Puskesmas. Minimnya tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah TBC di masyarakat. Adanya system pelayanan kesehatan jejaring di wilayah kerja Puskesmas Nguter. Serta kurang minatnya masyarakat untuk mendapatkan informasi kesehatan dari berbagai media maupun petugas kesehatan.
Alternatif Pemecahan Masalah
Strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah diatas adalah : Diadakannya pelatihan untuk kader posyandu ( apabila sudah ada di
pertahankan dan lebih di tingkatkan dalam pelaksanaannya )
On the job training pengendalian TB paru. Penguatan jejaring TB-HIV AIDS.
Refreshing jejaring TB dalam rangka pemeriksaan kontak TB.
Sosialisasi dan motivasi pada masyarakat untuk bersedia menjadi kader posyandu serta meningkatan kesadaran masyarakat tentang bahayanya penyakit TB
Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit TB
Pemberian reward kepada kader posyandu terbaik pertahun Kerjasama dengan perangkat desa dan masyarakat setempat Refreshing jejaring TB dengan pelayanan kesehatan swasta.
Diadakannya iuran sukarela/rutin untuk mendukung pelaksanaan kegiatan posyandu yang meliputi :
Memberi imbalan jasa pada kader
Memberi imbalan jasa pada rumah warga yang dijadiikan tempat
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi selama 6 hari yang
dilakukan di Puskesmas Nguter khususnya dalam
kinerja posyandu, kami menemukan masalah yang
ada dalam program P2ML khususnya masalah
penyakit TBC yaitu masih tingginya angka kejadian
penyakit TBC di kecamatan Nguter yang kita
lakukan dalam 6 kali obeservasi.
Masalah yang kami temukan dalam 6 kali
observasi dikarenakan oleh, sebagai berikut :
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TBC.
Kurangnya alat sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan penuntasan masalah TBC.
Jumlah tenaga kader kesehatan yang terbatas.
Minimnya tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah TBC di
Kesimpulan
Dari masalah yang kami temukan tersebut kami berinisiatif untuk
melakukan intervensi sebagai berikut :
Diadakannya pelatihan untuk kader posyandu (apabila sudah ada di
pertahankan dan lebih di tingkatkan dalam pelaksanaannya)
Sosialisasi dan motivasi pada ibu-ibu untuk bersedia menjadi kader
posyandu serta meningkatan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya mengetahui penyakit TBC
Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit TBC
Pemberian reward kepada kader posyandu terbaik pertahun
Kerjasama dengan perangkat desa dan masyarakat setempat
Diadakannya iuran sukarela/rutin untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan posyandu yang meliputi :
Memberi imbalan jasa pada kader
Memberi imbalan jasa pada rumah warga yang dijadiikan tempat
pelaksanaan posyandu.