• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Laporan Analisa Swot Di Puskesmas Nguter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hasil Laporan Analisa Swot Di Puskesmas Nguter"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

DISUSUN OLEH :

DISUSUN OLEH :

 Y

 Y

AN SAL

AN SAL

VIANTO

VIANTO

ARIE HARYO UTOMO

ARIE HARYO UTOMO

SANTI ASPRIANTI

SANTI ASPRIANTI

NABILA KHOIRUNNISA

(2)

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan salah

satu upaya pemerintah Indonesia dalam

pembangunan nasional untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan

masyarakat

yang

optimal.

Pembangunan kesehatan juga merupakan

salah satu upaya utama untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang pada

gilirannya mendukung percepatan pencapaian

sasaran pembangunan nasional.

(3)

Latar Belakang

Kebijakan

pembangunan

kesehatan

yang

dilakukan

oleh

pemerintah

mengacu

pada

komitmen Indonesia akan delapan tujuan umum

Millenium Development Goals (MDGs), Desa

Siaga, Poskesdes.

Puskesmas

Nguter

merupakan

Puskesmas

dengan angka kejadian tuberkulosis yang tinggi di

kabupaten sukoharjo. Puskesmas Nguter juga

menjadi Puskesmas dengan peningkatan kasus

TB paru tertinggi diantara 12 Puskesmas yang ada

di kabupaten sukoharjo (Dinkes kota Sukoharjo,

2011).

(4)

 Analisa Situasi Puskesmas Nguter

Puskesmas adalah suatu unit pelaksanan

pelayanan kesehatan tingkat I dalam Sistem

Kesehatan Nasional (SKN), yaitu suatu

tatanan yang mencerminkan upaya bangsa

Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

mencapai derajat kesehatan yang optimal

sebagai perwujudan kesejahteraan umum.

(5)

Visi Misi Puskesmas Nguter

Sebagai arah tujuan pembangunan kesehatan di wilayah

dan sebagai kegiatan dasar, maka disusun visi dan misi

Puskesmas Nguter sebagai berikut:

Visi

Masyarakat Nguter yang sehat, mandiri dan berkeadilan.

Misi

Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

terjangkau baik pelayanan promotif, kuratif, preventif dan

rehabilitative.

Meningkatkan profesionalisme SDM dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan.

Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana kesehatan

(6)

Pelayana Kesehatan

Puskesmas Nguter

Puskesmas Nguter mempunyai 2 bangunan induk berada di wilayah

Nguter dan di wilayah Celep. Gedung induk untuk pelayanan rawat

 jalan terdiri dari ruang poli umum, ruang pendaftaran, ruang poli gigi,

poli KIA-KB, kamar mandi, ruang imunisasi, laboratorium, kamar

obat, gudang obat, kantor karyawan, fisioterapi, kantor TU, ruang

kepala puskesmas.

Unit Pelayanan Puskesmas Nguter ada 2 dimasing-masing

puskesmas induk yang terdiri dari ruang tunggu pasien,

pendaftaran, poli umum, kantor pelayanan & rujukan, kamar obat,

ruang tindakan KB, poli gigi, poli KIA-KB, kamar mandi, fisioterapi,

gudang, laboratorium, ruang pertemuan, ruang arsip dan kamar

mandi.

Dua Puskesmas pembantu, yaitu : puskesmas Pondok dan

puskesmas Lawu

(7)

Kasus 10 besar penyakit JANUARI

 –

MEI 2014 di wilayah kerja puskesmas

NGUTER, yaitu:

No Daftar Penyakit Jumlah

1 ISPA 5508

2 Vertigo 2452

3 Hipertensi Primer 2271

4 Arthritis Tidak Spesifik 2222

5 Influenza 977

6 Gastritis 929

7 Rheumtoid Arthritis Lain 795 8 Nasopharingitis Akut 720

9 Dyspepsia 711

(8)

Kasus ISPA masih merupakan kasus tertingi di

puskesmas nguter dari periode Januari

 –

 Mei 2014

yaitu sebanyak 5508 kasus. Dari jumlah kasus

tersebut terdapat beberapa pasien yang dianggap

menderita TB tetapi oleh karena kurangnya

kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait

penyakit TB sehingga masyarakat menggap bahwa

batuk yang dideritanya merupakan sakit batuk

seperti biasa walaupun batuk yang dideritanya

sudah lebih dari 2 minggu.  Adanya faktor

menghambat seperti terkendalanya pemeriksaan

pada pasien yang suspect TB, pemeriksaan kontak

pasien TB yang kurang dilaksanakan, kurang

aktifnya kader posyandu, kurangnya penyuluhan

pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan

terkait penyakit TB.

(9)

 Analisa Masalah & Penyebab

Masalah Yang Muncul

Program Masalah

P2ML (TBC)

 Kurangnya tenaga kesehatan  Kader yang ada belum memadai

 Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait penyakit TBC.

 Kurangnya sarana dan prasarana untuk membantu program ini.  Belum optimalnya kunjungan rumah dalam rangka pengambilan specimen TB dan penjaringan suspek TB

 Belum maksimal pengelolaan jejaring TB dengan pelayanan swasta.  Survey kontak BTA + yang masih belum dilaksanakan secara berkala.  Target puskesmas untuk pasien TB BTA (+) pada tahun 2014

sebanyak 69 pasien.

 Target Untuk Menemukan Suspect pasien TB BTA (+) adalah sebanyak 690

 Untuk target penemuan kasus TB BTA (+) dari bulan Januari

 –

 Juni sebanyak 30 pasien tetapi sampai saat ini baru 17 kasus atau pasien TB BTA (+) yang ditemukan.

 Suspect TB paru yang ditemukan dari Januari

 –

 Juni adalah sebanyak 253.

(10)

Indentifikasi Penyebab Masalah

Berdasarkan hasil observasi selama 6 hari yang

dilakukan di Puskesmas Nguter, kami menemukan

masalah yang ada dalam pelaksanaan program P2ML

dalam mengatasi masalah TBC masih belum optimal

yaitu dikarenakan tenaga kesehatan yang khusus

untuk menangani masalah penyakit TB masih kurang,

kurangnya pengetahuan masyarakat yang disebabkan

penyampaian informasi mengenai kesehatan masih

belum maksimal, masih minimnya pengetahuan kader

posyandu yang disebabkan kurang aktifnya kader

dalam mencari informasi kesehatan yang ada, dan

penyebab masalah yang lainnya adalah belum

optimalnya pelaksanaan program P2ML. Adapun

metode pemecahan masalah yang kami gunakan

adalah analisis SWOT.

(11)

Kajian SWOT

Streght Weakness Opportunities Threats  Adanya tenaga

kesehatan yang terdiri atas dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, tenaga kesehatan lingkungan, bidan desa yang tersebar di masing-masing desa wilayah kerja Puskesmas Nguter, yang mempunyai keterkaitan dalam system kerja sama lintas program.  Adanya program pemerintah daerah yang mendukung program pemecahan masalah kasus TBC. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TBC. Kurangnya alat sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan penuntasan masalah TBC. Banyaknya kegiatan di masyarakat yang dapat digunakan sebagai sarana penyuluhan, termasuk pada saat ada acara rapat desa. Ketertarikan masyarakat untuk melakukan apa yang disampaikan dalam penyuluhan. Budaya masyarakat yang menyebabkan sulitnya masyarakat untuk merubah perilaku seperti keyakinan-keyakinan yang dianut oleh masyarakat pada desa tersebut.

(12)

Streght Weakness Opportunities Threats Penyakit menular seperti TBC merupakan salah satu program MDGs yang ke enam.  Adanya Pos Kesehatan Desa dan Pokja Desa siaga di masing-masing desa.  Adanya Puskemas pembantu dan Puskesmas keliling. Jumlah tenaga kader kesehatan yang terbatas.  Adanya system kerjasama lintas sector dengan stakeholder di wilayah Kecamatan Nguter, termasuk dengan kelompok masyarakat, misalnya Tim Penggerak PKK Kecamatan dan desa, organisasi kemasyarakatan dan tokoh masyarakat. Gaya hidup masyarakat seperti merokok, meludah disembarang

tempat, pola hidup yang tidak sehat, membuang

sampah

(13)

Streght Weakness Opportunities Threats  Alokasi dana dari

program pokok Puskesmas dan  jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dan jaminan persalinan. Pengetahuan mengenai TBC yang dimiliki oleh dokter dan petugas kesehatan Puskesmas. Minimnya tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah TBC di masyarakat.  Adanya system pelayanan kesehatan jejaring di wilayah kerja Puskesmas Nguter. Serta kurang minatnya masyarakat untuk mendapatkan informasi kesehatan dari berbagai media maupun petugas kesehatan.

(14)

 Alternatif Pemecahan Masalah

Strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah diatas adalah :

 Diadakannya pelatihan untuk kader posyandu ( apabila sudah ada di

pertahankan dan lebih di tingkatkan dalam pelaksanaannya )

 On the job training pengendalian TB paru.  Penguatan jejaring TB-HIV AIDS.

 Refreshing jejaring TB dalam rangka pemeriksaan kontak TB.

Sosialisasi dan motivasi pada masyarakat untuk bersedia menjadi kader posyandu serta meningkatan kesadaran masyarakat tentang bahayanya penyakit TB

Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit TB

Pemberian reward kepada kader posyandu terbaik pertahun Kerjasama dengan perangkat desa dan masyarakat setempat Refreshing jejaring TB dengan pelayanan kesehatan swasta.

Diadakannya iuran sukarela/rutin untuk mendukung pelaksanaan kegiatan posyandu yang meliputi :

 Memberi imbalan jasa pada kader

 Memberi imbalan jasa pada rumah warga yang dijadiikan tempat

(15)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi selama 6 hari yang

dilakukan di Puskesmas Nguter khususnya dalam

kinerja posyandu, kami menemukan masalah yang

ada dalam program P2ML khususnya masalah

penyakit TBC yaitu masih tingginya angka kejadian

penyakit TBC di kecamatan Nguter yang kita

lakukan dalam 6 kali obeservasi.

Masalah yang kami temukan dalam 6 kali

observasi dikarenakan oleh, sebagai berikut :

 Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TBC.

 Kurangnya alat sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan penuntasan masalah TBC.

 Jumlah tenaga kader kesehatan yang terbatas.

 Minimnya tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah TBC di

(16)

Kesimpulan

Dari masalah yang kami temukan tersebut kami berinisiatif untuk

melakukan intervensi sebagai berikut :

Diadakannya pelatihan untuk kader posyandu (apabila sudah ada di

pertahankan dan lebih di tingkatkan dalam pelaksanaannya)

Sosialisasi dan motivasi pada ibu-ibu untuk bersedia menjadi kader

posyandu serta meningkatan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya mengetahui penyakit TBC

Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit TBC

Pemberian reward kepada kader posyandu terbaik pertahun

Kerjasama dengan perangkat desa dan masyarakat setempat

Diadakannya iuran sukarela/rutin untuk mendukung pelaksanaan

kegiatan posyandu yang meliputi :

Memberi imbalan jasa pada kader

Memberi imbalan jasa pada rumah warga yang dijadiikan tempat

pelaksanaan posyandu.

Pada umumnya program kerja puskesmas Ngutr sudah cukup

baik dan terkoordinir dengan baik. Jadwal dan kegiatan selalu

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh lingkungan belajar di kampus terhadap hubungan motivasi belajar mahasiswa dan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II (ρ

Teknik pengumpulan data untuk kedua variabel Budaya Organisasi dan kinerja pegawai menggunakan instrumen angket dengan skala ordinal serta menggunakan skala Likert.. Sedangkan

Penelitian ini difokuskan pada penerapan Multi Attribute Decision Making (MADM) pada Sistem pendukung Keputusan (SPK) Pemilihan Tempat Berwisata Yogyakarta mengunakan

10 Tahun 1998 bahwa yang dimaksud denganbank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpana,dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk

Hasil studi yang dilakukan kajian Hinduja dan Patchin (2008) menunjukkan bahwa remaja yang pernah menjadi korban perundungan maya, mereka juga memiliki kecenderungan

Adapun penelitian Sumena O Polii (2015) Tingkat efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kota Manado cukup efektif karena hampir seluruh tahun dari tahun 2008- 2012 tingkat

Apabila permintaan pengesahan terhadap perubahan anggaran dasar Koperasi telah dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, kepada pengurus Koperasi

Self-compassion yang dimiliki perawat rawat inap RSUD Kota Salatiga berada dalam kategori tinggi (91,43%) yang berarti bahwa perawat mampu untuk mengolah kondisi