• Tidak ada hasil yang ditemukan

Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya

Susunan Redaksi: Penanggung Jawab:Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. Wismandari, SpPD, FINASIM; Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD; Amril, SSi *Koresponden:Cabang Jakarta Raya, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Sumbar, Cabang Sulut, Cabang Sumsel, Cabang Makassar, Cabang Bali, Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Provinsi

(2)

Sejawat nan terhormat,

D

alam waktu hampir bersamaan, dunia kedokteran di Indone-sia mengalami dua momentum penting. Yaitu mulai diberla-kukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehat-an pada awal 2014 dKesehat-an harmonisasi AseKesehat-an bidKesehat-ang kesehatKesehat-an pada 2015. Reformasi dalam tatanan pelayanan kesehatan ini me-nerapkan sistem pelayanan kesehatan berjenjang. PAPDI sangat mendukung progam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Namun dalam pelaksanaan JKN banyak ditemukan kendala. Untuk itu PAPDI selalu mengawal dan mengevaluasi pelaksanaan JKN ini. Pada edisi highlight PIN XII Surabaya kami mengulas JKN yang menjadi tema hangat dalam Rakernas PB PAPDI dan Semua Ca-bang PAPDI, Februari 2014 lalu.

Harmonisasi Asean bidang kesehatan telah di depan mata. PAPDI bersama perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam ne-gara-negara Asean melalui AFIM telah melakukan langkah-lang-kah ke harmonisasi Asean bidang kesehatan. Dalam era ini, dok-ter dituntut selalu meningkatkan kemampuan dan ketrampilan da-lam treatment dan diagnosis penyakit. PAPDI menaruh perhatian besar terhadap peningkatan professionalitas internis. PIN PAPDI XII yang diselenggarakan di Surabaya pada awal September 2014 ini merupakan upaya PAPDI meningkatkan kompetensi dokter.

Pada edisi khusus kali ini, kami mengulas persiapan panitia PIN PB PAPDI XII Di Surabaya yang telah bekerja dengan optimal mensukseskan acara ilmiah tahunan PAPDI ini. Seperti diketahui PIN selalu menghadirkan informasi terkini dalam bidang ilmu pe-nyakit dalam. Dengan model workshop, PIN PAPDI banyak

dimi-nati oleh sejawat.

Selain itu kami mengangkat sosok unik, yaitu internis dengan hobby fotografi. Di sela-sela kesibukannya mereka masih sempat melakoni hobbynya. Bahkan mereka telah menggelar pameran fotografi. Terakhir, adalah berita menggembirakan dimana PAPDI telah memiliki gedung sendiri yang diberi nama “Rumah PAPDI”.

Demikian sepatah kata dari redaksi.

Selamat mengikuti PIN PB PAPDI XII di Surabaya.

BIDANG

HUMAS

PUBLIKASI

DAN

PENGABDIAN

MASYARAKAT

(3)

muan dan ketrampilan medisnya agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Hal ini menjadi salah satu perhatian PAPDI agar para dokter baik internis maupun dokter umum untuk selalu meningkatkan kompetensinya melalui berbagai acara ilmiah seperti Pertemuan Ilmiah Nasional PB PAPDI.

Pada tahun ini, PAPDI Cabang Sura-baya mendapat kehormatan menjadi tuan

rumah Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) XII PAPDI 2014. Panitia baik dari PB PAPDI maupun PAPDI Cabang Surabaya siap menyambut sejawat dari seluruh Indonesia. PIN XII PAPDI yang berlang-sung di Hotel Shangri La, Surabaya, 5-7 September 2014 ini akan dibuka lang-sung oleh Gubernur Jawa Timur DR. H. Soekarwo. Sebelum membuka acara, Gubernur Jawa Timur yang akrab di

D

alam waktu hampir bersamaan dunia kedokteran di Indonesia memasuki dua momentum pen-ting. Yaitu reformasi sistem pela-yanan kesehatan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang telah dimulai awal 2014 dan harmonisasi ASEAN bidang ke-sehatan pada 2015 nanti. Di era ini, para dokter akan lebih dituntut untuk selalu meningkatkan dan memperbaharui

keil-Dr. Soebagijo Adi Soelistijo, SpPD, K-EMD, FINASIM

Welcome to

PIN PB PAPDI XII

Surabaya

Welcome to

(4)

panggil Pakde Karwo akan memberi kata sambutan di hadapan para tamu baik dari dinas kesehatan Jawa Timur , Ketua IDI Wilayah Jawa Timur dan lebih dari 800 peserta PIN XII ini.

Acara akan diawali oleh opening arttari Remo yang akan dibawakan oleh PPDS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakul-tas Kedokteran UniversiFakul-tas Airlangga/RS Dr. Soetomo. Tari Remo merupakan bu-daya Jawa Timur yang biasa dipakai pada pembukaan dan sekaligus menyambut tamu-tamu pada suatu acara.

“Terimakasih pada PB PAPDI yang telah memilih PAPDI Cabang Surabaya menjadi tuan rumah PIN XII ini. Kami pa-nitia siap menyukseskan PIN XII ini,” kata Ketua PAPDI Cabang Surabaya Dr. Soe-bagijo Adi Soelistijo, SpPD, K-EMD, FINASIM ketika dihubungi melalui sam-bungan telepon.

Panitia, kata Dr. Soebagijo Adi, telah bekerja maksimal untuk kelancaran acara ini. Panitia PIN XI adalah anggota PAPDI Cabang Surabaya dan PPDS Ilmu Pe-nyakit Dalam FK Unair/RS Dr. Soetomo.

Ahli endokrin ini menjelaskan pada PIN lebih banyak workshop daripada simpo-sium ilmiah. Untuk itu, panitia juga telah menyediakan tempat workshop di RS Darmo dan RS Dr. Soetomo, selain di Hotel Shangri La. “Kegiatan PIN lebih banyak acara workshopnya. Ini menjadi ciri khas PIN PAPDI dibanding kegiatan ilmiah kedokteran yang lain. Dengan begitu diharapkan peserta dapat me-ningkatkan ketrampilan medisnya sehing-ga dapat diterapkan di tempat praktik masing-masing,” katanya.

Model workshop ini, lanjut Dr. Soeba-gijo Adi, menjadi daya tarik sendiri bagi dokter mengikuti PIN. Tema-tema aktual yang kerap dijumpai ketika praktek akan dibahas tuntas oleh pakarnya. Selain itu , peserta juga akan mendapat treatment

dan diagnosis mutakhir dari para ahlinya. Simposium akan memaparkan penemu-an ypenemu-ang sedpenemu-ang berkembpenemu-ang di bidpenemu-ang kedokteran seperti obat dan diagnosis terbaru.”Peserta PIN dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di daerah masing-masing di Indonesia,” tambahnya

PIN merupakan pertemuan ilmiah tahunan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. PB PAPDI setiap tahunnya menyelenggara-kan acara ini dengan tujuan untuk mem-bantu para dokter, terutama internis yang tersebut di seluruh Indonesia untuk me-ningkatkan skill dan meng up date ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu penyakit dalam. ”Dengan adanya PIN ini diharapkan dokter spesialis penyakit da-lam dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tambahan dalam rangka pe-ningkatan pelayanan secara holistik ke-pada pasien,” kata Ketua Pelaksana PIN XI DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP.

Penyelenggaraan PIN pun bergantian di kota-kota cabang PAPDI di Indonesia. Menurut Dr. Ari, tempat penyelengga-raan PIN di berbagai kota propinsi dimaksudkan untuk pemerataan dan

update disiplin ilmu di bidang penyakit dalam khususnya bagi anggota PAPDI yang tersebar di 36 cabang dari Sabang sampai Merauke. Model penyelengga-raan PIN pun berbeda dengan sympo-sium kedokteran lainnya. PIN lebih mengutamakan model lokakarya dengan tema-tema aktual untuk memudahkan peserta berinteraksi lebih jauh dengan para pembicara yang pakar dibidangnya. Hal ini diharapkan agar internis dapat me-natalaksana pasien secara holistik dan mampu menangani kasus-kasus yang ke-rap terjadi di wilayah masing-masing.

Tema “Update in Diagnostic Proce-dures and Treatment in Internal Medicine” menjadi daya tarik tersendiri bagi internis untuk ikut PIN. Ditambah lagi dengan ke-masan yang menarik, berupa kuliah umum, temu ahli dan workshop, men-jadikan PIN agenda tahunan yang tak ter-lewatkan. Di samping up date penge-tahuan, para sejawat bersama keluarga dapat menikmati wisata Surabaya yang akan dipandu oleh mitra panitia PIN. Pada kesempatan ini Dr. Soebagijo Adi mengucapkan terima kasih pada PB PAPDI yang telah memberi kehormatan PAPDI Cabang Surabaya menjadi tuan rumah, begitu pula ucapan terima kasih untuk sejawat panitia di Surabaya serta berbagai mitra panitia yang telah men-dukung berlangsungnya acara perte-muan ilmiah nasional ini. (HI)

Daya tarik PIN PAPDI ada pada acaranya yang

mengutamakan workshop. Berbeda dengan

kebanyakan kegiatan ilmiah kedokteran, model

seperti ini ini menjadi ciri khas PIN PAPDI dan

mesti dipertahankan.

(5)

suki era Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan.

Persoalan SJSN menjadi isu hangat dalam rakernas itu. Meski perangkat hu-kum dan operasionalnya telah terbentuk, namun Program Jaminan Kesehatan Na-sional (JKN) pada pelaksanaannya ter-bentur beragam persoalan. Berbagai ken-dala ken-dalam pelaksanaan JKN menyeruak di perhelatan ini. Adalah Ketua Tim Adhoc SJSN PAPDI, Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM yang menyampaikan hasil temuan tim adhoc SJSN PAPDI mengenai semrawutnya pelaksanaan JKN yang diperoleh dari investigasi dan laporan para internis dari berbagai tem-pat pelayanan kesehatan di Indonesia.

Temuan tim adhoc mendapat tang-gapan langsung dari institusi terkait. Pa-da rakernas ini, PAPDI mengunPa-dang na-ra sumber yang langsung terkait dengan JKN. Mereka adalah DR. Dr. Fachmi Idris, MKes Direktur Utama BPJS, Drg Armansyah, MPPM Kepala Bidang Ken-dali Mutu dan Pengembangan Jaringan Pelayanan, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (P2JK) Kementerian Kesehatan RI, Dr. Kalsum Komaryani, MPPM Wakil Ketua Nationall Casemix Center (NCC) Kementerian Kesehatan KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC,

FACP mengatakan rakernas kali ini me-miliki arti penting bagi PAPDI mengingat saat ini bangsa Indonesia mulai memasu-ki reformasi besar dalam tatanan sistem pelayanan kesehatan nasional. Seperti diketahui, terhitung 1 Januari sistem pe-layanan kesehatan nasional telah

mema-S

abtu dini hari Auditorium Hotel Harris masih tampak riuh. Silang pendapat peserta rapat mengi-ringi pertemuan itu hingga larut malam. Mereka merupakan delegasi dari 36 cabang PAPDI dan departemen Ilmu Penyakit Dalam dari fakultas kedokteran di seluruh Indonesia yang mengikuti “Ra-kernas PB PAPDI dan Semua PAPDI Ca-bang 2014”, pada 1-2 Maret 2013 lalu.

Acara ini adalah rakernas kedua pe-ngurus PB PAPDI periode 2012 – 2015. Pertemuan tahunan PAPDI ini menga-gendakan berbagai persoalan internal dan eksternal PAPDI. Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,

K-Menjaga Professionalitas PAPDI

di Tengah Era SJSN

PAPDI mendukung SJSN,

namun implementasinya

tetap memperhatikan

dokter dalam

meningkat-kan professionalitas,

memberi ruang untuk

meningkatkan kompetensi

sehingga tidak

mengalami down grade.

Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI:

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP.

(6)

RI, dan Dwi Edhie Laksono, SE, MA Kepala Seksi Tarif BLU Ditjen Pembinaan Pengelolaan Keuangan, Badan Layanan Umum Kementerian Keuangan RI.

Di akhir pemaparan, dilanjutkan de-ngan sesi tanya jawab yang dimoderatori oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Kesempatan ini diman-faatkan peserta untuk menyampaikan masalah-masalah JKN yang dijumpai di daerahnnya masing-masing.

“Sosialisasi tentang kerja BPJS terus kami lakukan, agar kendala – kendala di lapangan dapat segera diatasi. Untuk itu, saya berterimakasih kepada Ketum PB PAPDI yang telah mengundang untuk sal-ing berbagai infomasi tentang BPJS,” kata Dr. Fachmi di awal presentasinya.

Dr. Fachmi mengakui peliknya per-soalan JKN ini. Menurutnya masalah yang terkait dengan dokter saat ini adalah berupa ketersedian obat dan tarif INA CBGs. Untuk itu, ia beserta jajarannya akan bekerja lebih maksimal untuk mem-benahinya. “Kami berusaha keras mere-spon setiap persoalan yang ada,” tegas-nya.

Pada sessi selanjutnya, masing-mas-ing bidang kerja PB PAPDI memaparkan program kerja yang telah dan akan dilak-sanakan sesuai dengan renstra PB PAPDI. Namun sebelumnya Ketua Umum PB PAPDI, Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP mengawali pemamparan dengan memberi arahan kerja pengurus PB PAPDI 2012-2015.

Berbagai pendapat dilontarkan peser-ta setelah semua koordinator bidang PB

PAPDI selesai memaparkan prgram ker-janya. Bidang etik dan mediokolegal ma-sih menjadi perhatian peserta rakernas terkait kasus sengketa medis dan hu-bungan dengan perhimpunan lain, seper-ti soal adolescent. Perdebatan berlang-sung hingga tengah malam.

Pada hari kedua, agenda Rakernas PB PAPDI dengan semua Cabang PAPDI diisi dengan presentasi dari Ketua Tim Adhoc PAPDI yang terdiri dari tim Adhoc :

white paper, dokter asing, adolescent, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan mapping need. Pada sessi itu juga dilaporkan pembuatan video EIMED.

Dr. Bambang Setyohadi, SpPD,K-R, FINASIM mengawali presentasi hasil

kajian tim adhoc white papper, kemudian dilanjutkan pemaparan tentang dokter asing oleh DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP.

Suasana kian menghangat ketika DR. Dr. Arto Yuwono S, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP memaparkan kajian adolescent. Soal kesehatan remaja, PAPDI bersama perhimpunan spesialis lain bekerjasama membentuk unit klinik remaja dan PAPDI segera membuat kompetensi kesehatan remaja.

Perdebatan bertambah panjang ketika Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM memaparkan hasil temuan tim adhoc SJSN. Umumnya, peserta rakernas men-dukung sistem pelayanan kesehatan berdasarkan asuransi nasional itu, na-mun dalam implementasinya, peserta ra-kernas memberi catatan tetap memper-hatikan kepentingan dokter dalam me-ngembangankan professionalitas dokter sehingga tidak sampai mengalami down grade.

Pemaparan tim adhoc diitutup oleh Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger, FINASIM dengan mempresentasikan

mapping need. Di samping itu, juga dije-laskan persiapan PIN XII di Surabaya, Konker XIII di Yogyakarta, KOPAPDI XVI di Bandung, dan World Congress of Internal Medicine (WCIM) 2016 di Bali-Indonesia.

Rakernas kali ini menghasilkan berba-gai agenda kerja PAPDI yang menutut perhatian besar. Hal ini terkait dengan tetap menjaga dan meningkatkan profes-sionalitas PAPDI dalam menghadapi era SJSN dan mengantisipasi harmonisasi Asean bidang kesehatan 2015. (HI)

(7)

Tampaknya, IDAI berupaya “menjaga pasien” layanan kesehatan anak berda-sarkan usia. IDAI mematok hingga 18 tahun masih dilayani oleh pediatrik. lan-tas, apa dasar 18 tahun? Dr. Yana Akh-mad Supriatna, SpPD, K-P dari PAPDI cabang Jawa Barat mengatakan tidak di-temukan penelitian yang shohih menge-nai batasan usia 18 tahun. “Penetapan 18 tahun tidak evidence base” ungkapnya.

Padahal, Dr. Yana mengatakan kerap kebanjiran pasien paru yang berusia di bawah 18 tahun. Ia mengakui pasien tersebut selama ini baik-baik saja. Hal serupa juga diakui Sekretaris PAPDI cabang Makassar Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R, FINASIM. Ia mengatakan

in-S

ecarik surat dilayangkan PP IDAI ke Menteri Kesehatan RI Dr. Nafsiah Mboi, SpA. Lewat surat bernomor 704/PP IDAI/III/2013 itu, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) meminta Kemenkes untuk menetapkan semua pusat layanan kesehatan di Indonesia memberikan layanan kesehatan anak setiap individu hingga berumur 18 tahun. Dan membuka klinik remaja untuk memberikan pelayan-an kesehatpelayan-an kepada remaja ypelayan-ang dila-yani oleh dokter spesialis anak bersama dengan profesi lain yang terkait. Kini, usulan perhimpunan yang memayungi dokter spesialis anak itu masih dalam pembahasan pihak Kemenkes RI.

ternis tak sedikit yang menangani pasien berusia 15 – 18 tahun. Hal ini, menurut-nya, terjadi karena untuk kasus-kasus tertentu seperti lupus, yang tidak terdapat di bagian ilmu kesehatan anak (IKA) ma-ka ditangani oleh internis. Kebanyama-kan yang terjadi karena permintaan pasien sendiri mengingat pada usia tersebut me-reka merasa sudah dewasa. “Pasien ber-usia 14 – 18 tahun seringkali merasa ti-dak pantas lagi diperlakukan seperti anak-anak, sebagian lebih memilih dita-ngani internis. Atau mereka dengan tinggi badan layaknya orang dewasa, tidak memungkinkan ditempatkan di ruang rawat anak. Kemudian bagaimana orang tua yang memiliki anak pada usia 17 tahun, apakah ibu dan anaknya akan sa-ma-sama ditempatkan di ruang rawat anak?” tanya Ketua Divisi Reumatologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo-FK Unhas, Makassar itu.

Dr. Faridin juga menyayangkan pihak departemen ilmu kesehatan anak (IKA) di beberapa rumah sakit, termasuk Rumah

Dr. Yana Akhmad Supriatna, SpPD, K-P Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R, FINASIM

Secara medis sulit membuat batas tegas yang memisahkan

antara anak dan dewasa. Kesehatan remaja merupakan

kompetensi banyak disiplin ilmu, termasuk ilmu penyakit

dalam. PAPDI sudah semestinya membekali para internis

dengan kompetensi kedokteran remaja.

Kedokteran Remaja:

Mengatasi Masalah Remaja

dengan “Dewasa”

DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP

(8)

Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo tempat ia bekerja, yang menindaklanjuti usulan PP IDAI ke komite medis sebelum ada kete-tapan dari Kemenkes RI. Pasalnya, bila ketentuan pasien anak hingga 18 tahun ditetapkan, maka pihak rumah sakit memerlukan berbagai persiapan seperti renovasi ruang rawat anak serta perala-tan medis penunjang lainnya. Pada prak-teknya, dapat menimbulkan “gejolak” di pusat layanan kesehatan.

DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP anggota tim Adhoc Adolescent PB PAPDI membenarkan pendapat para koleganya. Hasil kajian Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI, kata Dr. Arto begitu biasa disapa, penetapan batas usia 18 tahun seperti yang di-usulkan PP IDAI berpotensi mengundang beragam masalah. Diantaranya, bagi pe-tugas kesehatan sangat rawan masuk ke ranah hukum bila kelak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tuntutan hu-kum, rumah sakit mesti melakukan peru-bahan infrastruktur yang mendasar yang dipastikan banyak mengeluarkan biaya dan waktu, kebingungan karena pasien dengan kategori remaja tidak berkenan diperlakukan sebagai pasien anak-anak mengingat postur tubuh sudah layaknya orang dewasa. ”Secara medis sulit mem-buat batas tegas yang memisahkan an-tara anak dan dewasa. Remaja berusia 18 tahun kurang 2 hari dengan yang ber-usia 18 tahun lebih 2 hari organ tubuhnya tidak berbeda,” jelas Ketua PAPDI Ca-bang Jawa Barat ini saat Rakernas PB PAPDI dan Seluruh PAPDI Cabang, di Hotel Haris, Jakarta awal Maret 2014 lalu. Kendati demikian, angka 18 tahun yang diusulkan PP IDAI memiliki dasar konstitusi yang kuat. Dalam suratnya, IDAI memakai payung Undang-Undang Kese-hatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 131 yang menjelaskan bahwa upaya pemeli-haraan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun. Dan Undang-Undang Nomor 23 tentang Perlindungan Anak yang menje-laskan batas usia anak hingga 18 tahun.

Ternyata, kedua undang-undang ter-sebut tidak berdiri sendiri. Regulasi yang berkaitan dengan anak-anak, seperti UU KPAI, UU Ketenagakerjaan, UU Partai Politik dan lain-lain mematok batas usia anak dan dewasa pada 17 – 18 tahun.

“Hampir semua undang-undang yang berlaku menetapkan batas usia anak-anak sekitar 18 tahun. Tidak ditemukan satu undang-undang pun yang menetap-kan batas usia anak hingga 14 tahun,” kata konsultan paru Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung ini.

Kondisi ini tidak lantas membuat tim Adhoc Adolescent PAPDI pasrah. Menu-rut Ketua tim Adhoc Adolescent PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, mengatakan pihaknya telah membuat kajian dan hasilnya di-sampaikan ke Kemenkes bagaimana kondisi dan peran internis dalam layanan kesehatan anak. “Di masyarakat ada ke-lompok remaja yang menginginkan kese-hatannya ditangani internis,” kata Dr. Aru.

Kelompok usia remaja merupakan in-terseksi antara usia anak dan dewasa. Batasan usia remaja yang ditetapkan cu-kup beragam. Kementerian Kesehatan RI tahun 2006 menyatakan batasan usia re-maja 12 – 19 tahun. WHO mendefinisikan remaja adalah manusia muda yang ber-usia antara 10 – 19 tahun yang biasa di-anggap sebagai kelompok sehat. Meski-pun demikian banyak remaja yang me-ninggal dini karena kecelakaan, bunuh diri, kekerasan, komplikasi terkait keha-milan, dan penyakit lain yang sebetulnya bisa dicegah atau diobati, serta banyak

lagi yang menderita penyakit kronis dan kecacatan. Selain itu, banyak penyakit serius di masa dewasa nantinya yang berakar dari masa remaja. Para pemakai tembakau, STD, HIV, asma narkoba, ke-biasaan buruk dalam pola makan dan ga-ya hidup ga-yang tidak sehat ketika remaja, dapat menyebabkan penyakit dan kema-tiann dini pada masa dewasa nanti.

Dr. Aru mengatakan bila Kemenkes mengabulkan usulan IDAI, maka PAPDI tidak akan menempuh jalur hukum seper-ti mengusulkan judicial review. PAPDI akan bermain pada kesehatan remaja. Disini akan segera dibentuk komite ber-sama kedokteran remaja antara PAPDI dan IDAI. “Delegasi IDAI telah berkun-jung ke PAPDI membicarakan soal kese-hatan remaja. PAPDI mesti menyiapkan materi ajar adolescent,” kata Penasehat PB PAPDI itu.

Di Amerika Serikat, kesehatan remaja ditangani oleh ahli kedokteran remaja yang kompetensinya dikeluarkan subspe-sialis kedokteran remaja. Subspesubspe-sialis kedokteran remaja dimiliki oleh empat spesialis, yaitu IPD, IKA, FH, dan Psikia-trik. Sertifikat kedokteran remaja diterbit-kan bersama oleh kolaborasi tiga spesial-isasi, yaitu IPD, IKA dan FH. Tes kompe-tensi dilaksanakan bersama oleh ketiga spesialisasi tersebut dengan waktu dan tempat yang sama.

Sedangkan ABIM punya standar sen-diri tentang kedokteran remaja. Seorang yang berminat untuk mengambil subspe-sialisasi kedokteran remaja harus memi-liki sertifikat ilmu penyakit dalam dan me-lalui masa training selama sekitar 24 bu-lan. Hal serupa juga dilakukan ABP. Di Amerika Serikat, kedokteran remaja me-miliki perhimpunan profesi, yaitu SAHM (Society of Adolescent Health and Medi-cine). Dan terdapat jurnal kedokteran re-maja yang bernama “Journal of Adoles-cent Health”.

Merujuk dari negara-negara maju, ke-sehatan remaja merupakan kompetensi banyak disiplin ilmu, termasuk ilmu pe-nyakit dalam. Bukan dominasi satu disi-plin ilmu yang didasari usia. Karenanya, batasan usia remaja dengan kondisi objektif pasien kerap tidak seiring sejalan. Masalah medis sejatinya mengedepan-kan kompetensi dan etika, bumengedepan-kan semata-mata dipagari oleh hukum yang cende-rung kaku. (HI)

DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP

(9)

P

agi itu, rasa syukur teramat san-gat terpancar dari wajah pengurus PB PAPDI. Para pengurus, senior dan mantan Ketua Umum PB PAPDI tampak hadir pada peresmian kantor PAPDI yang diberi nama “Rumah PAPDI”. Acara persemian yang di pandu Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP berlangsung penuh keakraban dan kekeluargaan.

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP dalam sambutan-nya mengatakan PAPDI sudah seyogya-nya memiliki gedung sendiri. Hal tersebut mengingat PAPDI yang sudah berdiri se-jak 1957 dan jumlah anggotanya hampir 3000 internis yang terus akan bertambah. Dan ini sesuai dengan renstra PB PAPDI yang akan meningkatkan pelayanan lebih professional kepada anggotanya. Di sam-ping itu, program kerja PB PAPDI yang padat dan tantangan ke depan yang lebih kompleks. Pada kesempatan itu, Prof.

Idrus menetapkan nama “Rumah PAPDI” mengingat fungsi sebagai tempat ber-naung anggota PAPDI.

Acara dilanjutkan dengan pemotong-an tumpeng oleh Prof. Idrus ypemotong-ang diberi-kan kepada mantan Ketua Umum PB PAPDI Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM, FACP. Prof. Samsuridjal merasa bersukur PAPDI telah memiliki tempat sendiri, semoga da-pat member manfaat yang lebih buat ma-syarakat, terutama pada anggotanya.

Dr. Pranawa, SpPD, K-GH, FINASIM dari Surabaya mengatakan sudah se-mestinya PAPDI memiliki tempat sendiri mengingat PAPDI sebagai organisasi professional dan besarnya tantangan ke depan yang mesti diantisipasi.

Hal senada disampaikan Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH, FINA-SIM, MKes. Ia mengatakan ini merupakan langkah penguatan organisasi agar dapat menaungi anggotanya lebih professional. DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP Ketua PAPDI

Ca-bang Bandung mengatakan ini adalah pencapaian yang luar biasa untuk men-jalankan roda organisasi yang lebih pro-fessional. ia berharap ini dapat diikuti oleh cabang-cabang PAPDI.

Pada hari yang sama, ada pengurus PB PAPDI yang sedang berbahagia yaitu Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM dan DR.Dr. Lugyanti Sukris-man, SpPD, K-HOM, FINASIM yang se-dang merayakan hari ulang tahunnya. Pengurus pun merayakan dan memberi-kan ucapan selamat ulang tahun. Sela-mat ultah dok.

Tasyakuran dan Peresmian

Rumah PAPDI

”RUMAH PAPDI (Kantor PB PAPDI)”

d/a.

Jl. Salemba I No.22-D Kel. Kenari, Kec. Senen Jakarta Pusat 10430 Telp : 021-31928025, 31928026, 31928027 Fax Direct : 021-31928028, 31928027 SMS PB PAPDI : 0856 95785909 Email : pb_papdi@indo.net.id Website : www.pbpapdi.org

Penandatanganan Prasasti Rumah PAPDI. oleh Prof Idrus

(10)

SIM, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP dan DR. Dr. Lugyanti Sukrisman, SpPD, K-HOM, FINA-SIM. Mereka ditambah beberapa konsultan dan residen memamerkan koleksi-koleksinya di Lantai Dasar Hotel Ritz Carlton Jakarta.

Fotografi merupakan kegemaran yang mem-butuhkan passion yang besar. Tak banyak klinisi yang menekuni fotografi. Namun, bagi beberapa

M

endengar nama PIT IPD, yang terbayang adalah simposium ilmiah, workshop, poster pene-litian, serta pameran alkes dan farmasi. Namun gambaran tersebut sedi-kit berbeda pada Pertemuan Ilmiah Ta-hunan Ilmu Penyakit Dalam (PIT IPD) FKUI/RSCM 2013 lalu. Pada event terse-but, beberapa internis menggelar pamer-an fotografi.

Boleh jadi ini kali pertama pada PIT IPD FKUI/RSCM diselingi dengan pameran fotografi. Pameran bertema “Sights and People: a Photographic Journey” ini dise-lenggarakan atas prakarsa para ahli hematologi onkologi medik, Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM,

FINA-konsultan penyakit dalam FKUI/RSCM, fo-tografi merupakan sebuah hobi. Tak jarang mereka mengorbankan waktunya untuk mencari objek bagus untuk menghasilkan karya fotografi yang indah. Selain tiga kon-sultan hematologi onkologi medik tersebut, masih terdapat sederet nama pencinta fotografi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Sebutlah nama-nama seperti Dr. Budi Setiawan, SpPD, K-PTI, Dr. Khie Chen Lie, SpPD, K-PTI, dan Dr. Dante Saksono Harbuwono, PhD, SpPD, K-EMD.

Pameran foto ini sangat spesial karena direncanakan dalam jangka waktu yang cukup panjang, sekitar 6 bulan sebelum pameran berlangsung. Acara ini diseleng-garakan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta bertepatan dengan event PIT, tepatnya tanggal 26-27 Oktober 2013. Event yang dibantu oleh PPDS ini sebenarnya sudah ada dalam benak para penggagas sejak beberapa tahun lalu, namun baru sempat terlaksana saat itu. Selain ketiga pengga-gas, pameran ini diikuti juga oleh para

kon-Pameran Fotografi

di Pertemuan

(11)

sultan lain yang memiliki passion tinggi ter-hadap fotografi, Dr. Budi Setiawan, SpPD, K-PTI, Dr. Khie Chen Lie, SpPD, K-PTI, serta PPDS ilmu penyakit dalam.

Menurut Dr. Lugy yang merupakan orang yang dengan telaten mempersiap-kan pameran ini, pameran fotografi ini diharapkan menjadi langkah awal bagi

event lain untuk menghimpun para pen-cinta fotografi di departemen maupun PAPDI. Konsultan hematologi yang menggeluti fotografi karena ketularan suaminya yang merupakan konsultan

obstetri dan ginekologi ini merencanakan sebuah kegiatan hunting foto bersama dengan rekan-rekan sejawat atau acara pertemuan dan diskusi dengan para tokoh fotografer profesional. Saat ini, ia telah mengoleksi puluhan foto hasil je-pretannya sendiri dari tak kurang 10 ne-gara. Beberapa koleksinya menampilkan keindahan alam Afrika Selatan yang ia tampilkan dalam pameran kali ini. Bebe-rapa foto yang dipajang merupakan favo-ritnya. “Biasanya saya hunting foto saat bepergian ke luar negeri untuk kongres

kedokteran atau menemani suami yang kongres kedokteran,” papar dokter yang juga mahir dalam tenis, basket, dan banyak aktivitas seni dan olahraga lain-nya ini.

Berbeda dengan Dr. Lugy yang me-nyenangi fotografi landscape, Dr. Aru ba-nyak menyumbangkan foto-foto human interesthasil jepretannya di beberapa ne-gara. Foto-foto karya Ketua Umum PB PAPDI periode 2006-2012 ini juga diambil dari berbagai negara. Detailnya sangat bagus. Menurut Dr. Aru, ia memang su-dah lama mencita-citakan sebuah pamer-an fotografi di departemennya, namun tertunda karena padatnya kesibukannya sebagai Ketua Umum PB PAPDI saat itu. Ia mengaku gembira dan bersyukur de-ngan pelaksanaan pameran fotografi ini.

Pameran fotografi ini dibuka secara resmi oleh Ketua Departemen Ilmu Pe-nyakit Dalam FKUI/RSCM, DR. Dr. Imam Subekti, SpPD, K-EMD, FINASIM dan Ketua Panitia PIT IPD, DR. Dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM. Pa-meran yang berlangsung selama 2 hari penuh ini menjadi daya tarik sendiri di acara PIT tahun ini. Semoga di tahun-tahun mendatang kegiatan ini dapat men-jadi agenda rutin departemen dan sema-kin banyak anggota PAPDI yang juga mencintai aktivitas fotografi. (HI)

(12)

Referensi

Dokumen terkait

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”.. Lampiran A normatif Lembar penilaian sensori

Dari hasil peneltian diketahui bahwa jenis lamun yang hidup di perairan Tanjung Lanjut yaitu Enhalus acoroides dengan rata- rata penutupan lamun 12.04% dan

Sistem Administrasi Badan Hukum atau SABH (dulu disebut Sisminbakum) adalah jenis pelayanan jasa hukum yang diberikan kepada masyarakat dunia usaha dalam proses pengesahan badan

dengan judul “Evaluasi Kesiapan Terminal Nilam PT Pelabuhan Indonesia III Persero Cabang Tanjung Perak dalam Penerapan Verified Gross Mass (VGM)”. Dalam penyusunan Tugas

Berbagai macam teori yang meliputi tentang logo, branding, packaging, teknologi pengemasan produk, dan Desain Komunikasi Visual yang semuanya digunakan sebagai

$engurusan hal-ehwal murid dalam bilik darjah melalui pendekatan penyayang yang ditunjukkan guru dapat menjinakkan mereka, bercakap bahasa lembut, menegur dan membetul kesilapan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sistem pengetahuan tradisional pada masyarakat Laudje di desa Tomoni, Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah tentang

Dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di sekolah kita tercinta ini , ananda dimohon untuk mengisi kuessioner ini dengan baik. Tidak ada nama dalam