Keracunan Opiat
Keracunan Opiat
Filed under:Filed under: Forensik Forensik ,,med papersmed papers — — ningrum @ 9:42 am ningrum @ 9:42 am PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Seratus tahun yang lalu belum ada obat
Seratus tahun yang lalu belum ada obat – – obat antibiotik, obat hormonal, atau antipsikotik. obat antibiotik, obat hormonal, atau antipsikotik. Sesungguhnya belum ada obat
Sesungguhnya belum ada obat – – obat yang betul bermanfaat, namun beberapa jenis morfin obat yang betul bermanfaat, namun beberapa jenis morfin secara efektif telah menghilangkan nyeri yang hebat. Obat
secara efektif telah menghilangkan nyeri yang hebat. Obat – – obat ini juga dapat mengontrol obat ini juga dapat mengontrol diare, batuk, ansietas, dan insomnia,. Dengan alasan ini Sir William Osler menamakan morfin diare, batuk, ansietas, dan insomnia,. Dengan alasan ini Sir William Osler menamakan morfin sebagai ―obat dewa‖
sebagai ―obat dewa‖ (God’s own medicine).(God’s own medicine). Istilah ―narkotik‖, sering digunakan dalam
Istilah ―narkotik‖, sering digunakan dalam hubungannya dengan golongan obat ini, danhubungannya dengan golongan obat ini, dan istilah ini merupakan is
istilah ini merupakan istilah yang tepat, karena ―narcosis‖ berarti juga sebagai suatu keadaantilah yang tepat, karena ―narcosis‖ berarti juga sebagai suatu keadaan stupor atau keadaan penurunan kesadaran (somnolent).
stupor atau keadaan penurunan kesadaran (somnolent).(1)(1)
Masalah narkotika dan maraknya kenakalan remaja menjadi perhatian
Masalah narkotika dan maraknya kenakalan remaja menjadi perhatian yang serius dari semuayang serius dari semua pihak. Presiden RI melalui Instruksi Presiden No 6/1971,
pihak. Presiden RI melalui Instruksi Presiden No 6/1971, tentang penanggulangan peredarantentang penanggulangan peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika seperti
gelap dan penyalahgunaan narkotika seperti morphine, heroin, obat-obatan yang mengandungmorphine, heroin, obat-obatan yang mengandung opium dan merokok ganja. Undang- undang yang meng
opium dan merokok ganja. Undang- undang yang mengatur tentang zat- zat iatur tentang zat- zat ini sudah jelas,ni sudah jelas, yaitu Undang- Undang No. 9 tahun 1976 yang berkaitan dengan narkotika.
yaitu Undang- Undang No. 9 tahun 1976 yang berkaitan dengan narkotika. Dalam UU Narkotika, yang tergolong narkotika adalah
Dalam UU Narkotika, yang tergolong narkotika adalah ganja, kokain, dan opioid/opiat.ganja, kokain, dan opioid/opiat. Sedangkan yang termasuk jenis opiat adalah morfin dan heroin. Narkotika adalah jenis obat Sedangkan yang termasuk jenis opiat adalah morfin dan heroin. Narkotika adalah jenis obat yang biasa digunakan dalam terapi untuk menghilangkan rasa nyeri seperti pada penderita yang biasa digunakan dalam terapi untuk menghilangkan rasa nyeri seperti pada penderita kanker. Sementara, kini, peredaran ilegal narkotika semakin marak. Penyalahgunaan kanker. Sementara, kini, peredaran ilegal narkotika semakin marak. Penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja semakin sulit dibendung. Akibatnya, selama satu dekade narkotika di kalangan remaja semakin sulit dibendung. Akibatnya, selama satu dekade
terakhir di negeri ini telah ditemukan ratusan ribu pecandu narkotika dan zat adiktif lainnya. terakhir di negeri ini telah ditemukan ratusan ribu pecandu narkotika dan zat adiktif lainnya. Keracunan narkotika juga cepat terjadi dengan menekan pusat pernapasan, napas menjadi Keracunan narkotika juga cepat terjadi dengan menekan pusat pernapasan, napas menjadi lambat, pengguna merasa ‗mela
lambat, pengguna merasa ‗melayang‘, tekanan darah menurun, dan dapat membuat penggunayang‘, tekanan darah menurun, dan dapat membuat pengguna menjadi koma hingga meninggal dunia. Sekitar 2%
menjadi koma hingga meninggal dunia. Sekitar 2% dari pengguna narkotika melalui suntikandari pengguna narkotika melalui suntikan meninggal dunia setiap tahunnya karena overdosis atau infeksi. Morfin adalah obat yang meninggal dunia setiap tahunnya karena overdosis atau infeksi. Morfin adalah obat yang mewakili kelompok besar opioid yang terdiri dari opium alam (asli), sintet
mewakili kelompok besar opioid yang terdiri dari opium alam (asli), sintet is, semi sintetis,is, semi sintetis, devirat dan garamnya. Sering disalahgunakan untuk memperoleh e
devirat dan garamnya. Sering disalahgunakan untuk memperoleh e fek yang tidak ada padafek yang tidak ada pada medikasi medis, morfin mempunyai efek analgesik dan morfin sendiri sedikit sekali
medikasi medis, morfin mempunyai efek analgesik dan morfin sendiri sedikit sekali diabsorpsi dari saluran cerna.
diabsorpsi dari saluran cerna.
Sangat mungkin bagi seorang dokter untuk membuat visum et
Sangat mungkin bagi seorang dokter untuk membuat visum et repertum yang berkaitanrepertum yang berkaitan dengan kasus-kasus penyalahgunaan narkotika ini, oleh karena itu, selayaknya kita dengan kasus-kasus penyalahgunaan narkotika ini, oleh karena itu, selayaknya kita mengetahui dan memahami zat-zat
mengetahui dan memahami zat-zat yang berkaitan dengan narkoba (narkotika dan obyang berkaitan dengan narkoba (narkotika dan obat- at-obatan lainnya), salah satunya adalah morfin dimana
gejala-obatan lainnya), salah satunya adalah morfin dimana gejala- gejala keracunan morfin yanggejala keracunan morfin yang mungkin ditemui pada korban, baik yang masih hidup maupun yang sudah
mungkin ditemui pada korban, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.meninggal.(2,3)(2,3) SEJARAH
SEJARAH
Sumber opium, zat
Sumber opium, zat – – zat dari opium yang belum diolah, dan morfin bersumber dari bunga zat dari opium yang belum diolah, dan morfin bersumber dari bunga opium
opium Papaver somniferum Papaver somniferum. Tanaman ini telah digunakan selama lebih dari 6000 tahun, dan. Tanaman ini telah digunakan selama lebih dari 6000 tahun, dan penggunaanya terdapat dalam dokum
penggunaanya terdapat dalam dokumenen – – dokumen kuno Mesir, Yunani, dan Romawi. Yang dokumen kuno Mesir, Yunani, dan Romawi. Yang menarik pada opium ialah bahwa sampai pada abad ke 18 belum ada perhatiaan akan
menarik pada opium ialah bahwa sampai pada abad ke 18 belum ada perhatiaan akan kecenderungan adiksi opium.
Dasar dari farmakologi modern telah diletakkan oleh Sertüner, seorang ahli farmasi Jerman, Dasar dari farmakologi modern telah diletakkan oleh Sertüner, seorang ahli farmasi Jerman, yang mengisolasi suatu zat alkali murni yang aktif dari opium pada tahun 1803. Hal ini yang mengisolasi suatu zat alkali murni yang aktif dari opium pada tahun 1803. Hal ini peristiwa penting dimana telah dimungkink
peristiwa penting dimana telah dimungkinkan untuk menstandarisasi potensi suatu produkan untuk menstandarisasi potensi suatu produk alamiah. Setelah melakukan pengujian pada dirinya sendiri dan beberapa kawannya, Sertüner alamiah. Setelah melakukan pengujian pada dirinya sendiri dan beberapa kawannya, Sertüner mengajukan ‖morfin‖ untuk senyawa ini, yang berasal dari bahasa Yunani ; Morpheus yang mengajukan ‖morfin‖ untuk senyawa ini, yang berasal dari bahasa Yunani ; Morpheus yang berarti mimpi dari Dewa
berarti mimpi dari Dewa (God of dreams).(God of dreams).(1,4)(1,4) DEFINISI
DEFINISI
Opioid adalah semua zat baik sintetik atau
Opioid adalah semua zat baik sintetik atau natural yang dapat berikatan dengan reseptornatural yang dapat berikatan dengan reseptor morfin, misalnya. Opioid disebut juga sebagai analgesia narkotik yang sering digunakan morfin, misalnya. Opioid disebut juga sebagai analgesia narkotik yang sering digunakan dalam anastesia untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri paska pembedahan. dalam anastesia untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri paska pembedahan.(4)(4) RESEPTOR OPIOID
RESEPTOR OPIOID
Reseptor opioid yang terdapat didalam susunan saraf pusat sama baikn
Reseptor opioid yang terdapat didalam susunan saraf pusat sama baikn ya dengan yang adaya dengan yang ada disepanjang jaringan periper. Reseptor
disepanjang jaringan periper. Reseptor – – reseptor ini normalnya distimulasi oleh peptida reseptor ini normalnya distimulasi oleh peptida endogen (endorphins, enkephalins, dan d
endogen (endorphins, enkephalins, dan dynorphins) diproduksi untuk merespon rangsanganynorphins) diproduksi untuk merespon rangsangan yang berbahaya. Dalam dokumen
yang berbahaya. Dalam dokumen – – dokumen yunani nama dokumen yunani nama – – nama dari reseptor opioid nama dari reseptor opioid berdasarkan atas bentuk dasar agonistnya (tabel 1).
berdasarkan atas bentuk dasar agonistnya (tabel 1).(4)(4)
MuMu (µ) (agonis morphine) reseptor(µ) (agonis morphine) reseptor – – reseptor Mu terutama ditemukan di batang otak, reseptor Mu terutama ditemukan di batang otak, dan thalamus medial. Reseptor
dan thalamus medial. Reseptor – – reseptor Mu bertanggung jawab pada analgesia reseptor Mu bertanggung jawab pada analgesia supraspinal, depresi pernapasan, euphoria, sedasi, mengurangi motilitas
supraspinal, depresi pernapasan, euphoria, sedasi, mengurangi motilitas gastrointestinal, ketergantungan fisik. Yang termas
gastrointestinal, ketergantungan fisik. Yang termasuk bgiannya ialah Mu1 dan Mu2,uk bgiannya ialah Mu1 dan Mu2, yang mana Mu1 berhubungan dengan analgesia, euphoria, dan penenang, Mu2
yang mana Mu1 berhubungan dengan analgesia, euphoria, dan penenang, Mu2 berhubungan deng
berhubungan dengan depresi pernapasan, preritus, pelepasan prolaktin,an depresi pernapasan, preritus, pelepasan prolaktin,
ketergantungan, anoreksia, dan sedasi. Ini juga disebut sebagai OP3 atau MOR ketergantungan, anoreksia, dan sedasi. Ini juga disebut sebagai OP3 atau MOR (morphine opioid receptors).
(morphine opioid receptors).
KappaKappa (κ) (agonis ketocyklazocine) reseptor – (κ) (agonis ketocyklazocine) reseptor – reseptor Kappa dijumpai didaerah reseptor Kappa dijumpai didaerah limbik, area diensephalon, batang otak, dan
limbik, area diensephalon, batang otak, dan spinal cord, dan bertanggung jawab padaspinal cord, dan bertanggung jawab pada analgesia spinal, sedasi, dyspnea, ketergantungan, dysphoria, dan depresi pernapasan. analgesia spinal, sedasi, dyspnea, ketergantungan, dysphoria, dan depresi pernapasan. Ini juga dikenal dengan nama OP2 ata
Ini juga dikenal dengan nama OP2 atau KORu KOR (kappa opioid receptors)(kappa opioid receptors)..
DeltaDelta (δ) (agonis delta(δ) (agonis delta-alanine-delta-leucine-enkephalin) reseptor-alanine-delta-leucine-enkephalin) reseptor – – reseptor Delta reseptor Delta lokasinya luas di otak dan efek
lokasinya luas di otak dan efek – – efeknya belum deketahui efeknya belum deketahui dengan baik. Mungkindengan baik. Mungkin bertanggung jawab pada psy
bertanggung jawab pada psykomimetik dan efek dysphoria. Ini juga komimetik dan efek dysphoria. Ini juga dikenal dengandikenal dengan nama OP1 dan DOR
nama OP1 dan DOR (delta opioid receptors).(delta opioid receptors).
SigmaSigma(σ) (ago(σ) (agonis N-allylnormetazocine) reseptornis N-allylnormetazocine) reseptor – – reseptor Sigma bertanggung reseptor Sigma bertanggung jawab pada efek
jawab pada efek – – efek psykomimetik, dysphoria, dan stres-hingga depresi. efek psykomimetik, dysphoria, dan stres-hingga depresi.(4)(4) Tabel 1 : efek analgesia pada reseptor
Gambar 1 : struktur reseptor opioid. Gambar 1 : struktur reseptor opioid.(3)(3)
KLASIFIKASI OPIOID KLASIFIKASI OPIOID
Yang termasuk golongan opioid ialah : Yang termasuk golongan opioid ialah :
obat yang berasal dari opium-morfinobat yang berasal dari opium-morfin
senyawa semisintetik morfinsenyawa semisintetik morfin
senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.senyawa sintetik yang berefek seperti morfin. (2) (2)
Didalam klinik opioid dapat digolongkan menjadi lemah
Didalam klinik opioid dapat digolongkan menjadi lemah (kodein) dan kuat (morfin). Akan(kodein) dan kuat (morfin). Akan tetapi pembagian ini sebetulnya lebih banyak didasarkan pada efikasi relatifnya, dan
tetapi pembagian ini sebetulnya lebih banyak didasarkan pada efikasi relatifnya, dan bukannya pada potensiny
bukannya pada potensinya. Opioid kuat mempunyai rentang a. Opioid kuat mempunyai rentang efikasi yang lebih luas, danefikasi yang lebih luas, dan dapat menyembuhkan nyeri yang berat lebih banyak dibandingkan dengan opioid lemah. dapat menyembuhkan nyeri yang berat lebih banyak dibandingkan dengan opioid lemah. Penggolongan opioid lain adalah opioid natural (morfin, kodein, pavaperi
Penggolongan opioid lain adalah opioid natural (morfin, kodein, pavaperi n, dan tebain),n, dan tebain), semisintetik (heroin, dihidro morfin/morfinon, derivate tebain) dan sintetik (petidin, fentanil, semisintetik (heroin, dihidro morfin/morfinon, derivate tebain) dan sintetik (petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil dan remifentanil). Sedangkan berdasarkan kerjanya pada
alfentanil, sufentanil dan remifentanil). Sedangkan berdasarkan kerjanya pada reseptor opioidreseptor opioid maka obat-obat Opioid dapat digolongkan menjadi :
maka obat-obat Opioid dapat digolongkan menjadi : 1.Agonis opoid
Merupakan obat opioid yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan
Merupakan obat opioid yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan , dan mungkin, dan mungkin pada reseptor k contoh : morfin, m reseptor, terutama pada reseptor pap
pada reseptor k contoh : morfin, m reseptor, terutama pada reseptor papaveretum, petidinaveretum, petidin (meperidin, demerol), fentanil, alfentanil, sufentanil, remifentanil, kodein, alfaprodin. (meperidin, demerol), fentanil, alfentanil, sufentanil, remifentanil, kodein, alfaprodin. 2.Antagonis opioid
2.Antagonis opioid
Merupakan obat opioid yang tidak memiliki aktivitas agonis pada semua reseptor dan pada Merupakan obat opioid yang tidak memiliki aktivitas agonis pada semua reseptor dan pada saat bersamaan mencegah agonis merangsang reseptor, contoh : nalokson.
saat bersamaan mencegah agonis merangsang reseptor, contoh : nalokson. 3.Agonis-antagonis (campuran) opioid
3.Agonis-antagonis (campuran) opioid
Merupakan obat opioid dengan kerja campuran, yaitu yang bekerja sebagai agonis pada Merupakan obat opioid dengan kerja campuran, yaitu yang bekerja sebagai agonis pada beberapa reseptor dan sebagai antagonis atau agonis lemah pada reseptor lain, contoh beberapa reseptor dan sebagai antagonis atau agonis lemah pada reseptor lain, contoh pentazosin, nabulfin, butarfanol, bufrenorfin.
pentazosin, nabulfin, butarfanol, bufrenorfin.(4)(4) Berikut ini merupakan turunan opioit
Berikut ini merupakan turunan opioit yang sering disalahgunakan :yang sering disalahgunakan : (5)(5) 1. Candu
1. Candu
Getah tanaman Papaver Somniferum didapat
Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yangdengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai ―Lates‖. Getah ini
hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai ―Lates‖. Getah ini dibiarkandibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat
mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolahkehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspa
akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candul lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng dengan b
belikan dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular,erbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan tengkorak,burung elang, bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan caracara dihisap.
dihisap.
Gambar 2 : sediaan candu Gambar 2 : sediaan candu
2. Morfin 2. Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan alkaloida utama Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin
dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putihberwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan. atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan. Gambar 3 : sediaan morfin
3. Heroin (putaw) 3. Heroin (putaw)
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiat Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di
yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhirIndonesia pada akhir – – akhir ini . Heroin, yang akhir ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip
secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dandengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang
perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroinpenjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya yang baik.
terminal karena efek analgesik dan euforik-nya yang baik. Gambar 4 : sediaan heroin
Gambar 4 : sediaan heroin
4. Kodein 4. Kodein
Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah daripada Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual
heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalamdalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikk
bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.an. Gambar 5 : sediaan kodein
5. Demerol 5. Demerol
Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau deng
Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan suntikan.an suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.
Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna. Gambar 6 : sediaan Demerol
Gambar 6 : sediaan Demerol
FARMAKOKINETIK FARMAKOKINETIK A. Absorpsi :
A. Absorpsi : Kebanyakan analgesik opioid diabsorpsi dengan baik pada pemberianKebanyakan analgesik opioid diabsorpsi dengan baik pada pemberian subkutan dan intramuskular yang sama baiknya dengan absorpsi
subkutan dan intramuskular yang sama baiknya dengan absorpsi dari permukaan mukosadari permukaan mukosa hidung atau mulut dan saluran cerna. Selain itu, absorpsi transdermal fentanil menjadi cara hidung atau mulut dan saluran cerna. Selain itu, absorpsi transdermal fentanil menjadi cara pemberian yang penting. Ak
pemberian yang penting. Akan tetapi, walaupun absorpsi melalui saluran cerna mungkinan tetapi, walaupun absorpsi melalui saluran cerna mungkin cepat, ketersediaan hayati dari beberapa sen
cepat, ketersediaan hayati dari beberapa senyawa yang dilakukan dengan cara ini mungkinyawa yang dilakukan dengan cara ini mungkin berkurang karena metabolisme
berkurang karena metabolisme first-pass first-pass yang jelas dengan glukoronidasi dalam hati. Olehyang jelas dengan glukoronidasi dalam hati. Oleh karena itu diperlukan dosis oral yang jauh lebih tinggi untuk memperoleh efek terapi daripada karena itu diperlukan dosis oral yang jauh lebih tinggi untuk memperoleh efek terapi daripada dosis yang diperlukan bila digunakan cara pemberian parenteral. Karena jumlah enzim
dosis yang diperlukan bila digunakan cara pemberian parenteral. Karena jumlah enzim yangyang dapat memberikan respons pada reaksi ini sangat bervarias
dapat memberikan respons pada reaksi ini sangat bervarias i pada individui pada individu – – individu yang individu yang berlainan, maka dosis oral yang efektif dari suatu senyawa mung
berlainan, maka dosis oral yang efektif dari suatu senyawa mungkin sulit ditentukan. Kodeinkin sulit ditentukan. Kodein dan oksikodon mempunyai rasio potensi oral :
dan oksikodon mempunyai rasio potensi oral : parenteral yang tinggi karena parenteral yang tinggi karena konjugasinyakonjugasinya dicegah oleh gugusan metil pada gugusan hidroksil aromatik.
dicegah oleh gugusan metil pada gugusan hidroksil aromatik. B. Distribusi :
B. Distribusi : ambilan opioid oleh berbagai organ ambilan opioid oleh berbagai organ dan jaringan adalah merupakan fungsidan jaringan adalah merupakan fungsi faktor fisiologik dan kimia. Meskipun semua opioid terikat pada protein
faktor fisiologik dan kimia. Meskipun semua opioid terikat pada protein – – protein plasma protein plasma dengan berbagai tingkat afinitas, senyawa
dengan berbagai tingkat afinitas, senyawa – – senyawa ini dengan cepat meninggalkan darah senyawa ini dengan cepat meninggalkan darah dan terlokalisasi dengan konsentrasi tertinggi di jaringan
seperti di paru, hati, ginjal, dan limpa. Walupun konsentrasi obat di otot rangka dapat sangat seperti di paru, hati, ginjal, dan limpa. Walupun konsentrasi obat di otot rangka dapat sangat rendah, jaringan ini merupakan tempat simpanan utama untuk obat karena masanya yang rendah, jaringan ini merupakan tempat simpanan utama untuk obat karena masanya yang lebih besar. Walaupun demikian, akumulasi dalam jaringan lemak juga penting, terutama lebih besar. Walaupun demikian, akumulasi dalam jaringan lemak juga penting, terutama pada pemakaian dosis tinggi opioid y
pada pemakaian dosis tinggi opioid yang sangat lipofilik, yang lambat dimetabolisme sepertiang sangat lipofilik, yang lambat dimetabolisme seperti pada fentanil. Kadar opioid
pada fentanil. Kadar opioid – – opioid dalam otak biasanya relatif rendah dibanding dengan opioid dalam otak biasanya relatif rendah dibanding dengan diorgan
diorgan – – organ tubuh lain karena adanya sawar darah otak. Namun demikian , sawar darah organ tubuh lain karena adanya sawar darah otak. Namun demikian , sawar darah otak lebih mudah dilewati oleh senyawa
otak lebih mudah dilewati oleh senyawa – – senyawa hidroksil aromatik yang disubstitusi pada senyawa hidroksil aromatik yang disubstitusi pada atom C3, seperti pada
atom C3, seperti pada heroin dan kodein. Tampaknya lebih banyak kesulitan untukheroin dan kodein. Tampaknya lebih banyak kesulitan untuk memperoleh kadar dengan senyawa
memperoleh kadar dengan senyawa – – senyawa amfoter (misalnya obat senyawa amfoter (misalnya obat – – obat yang obat yang mempunyai sifat
mempunyai sifat – – sifat asam dan basa) seperti morfin. sawar ini pada neonatus masih belum sifat asam dan basa) seperti morfin. sawar ini pada neonatus masih belum sempurna. Penggunaan analgesik opioid untuk analgesia obstetri
sempurna. Penggunaan analgesik opioid untuk analgesia obstetri dapat menimbulkan depresidapat menimbulkan depresi pernapasan pada bayi baru lahir.
pernapasan pada bayi baru lahir. C. Metabolisme :
C. Metabolisme : sebagian besar opioid sebagian besar opioid – – opioid dikonversi menjadi metaboit opioid dikonversi menjadi metaboit – – metabolit metabolit polar, sehingga mudah disekresi oleh ginjal. Seny
polar, sehingga mudah disekresi oleh ginjal. Senyawa yang mempunyai guguawa yang mempunyai gugusan hidroksilsan hidroksil bebas seperti morfin dan levorfanol dengan mud
bebas seperti morfin dan levorfanol dengan mudah dikonjugasi dengan asam glukoah dikonjugasi dengan asam glukoronat.ronat. Senyawa
Senyawa – – senyawa bentuk ester (seperti meper senyawa bentuk ester (seperti meperidin dan heroin) lebih cepat dihidrolisis olehidin dan heroin) lebih cepat dihidrolisis oleh esterase yang umum terdapat dalam jaringan. Heroin (diaset
esterase yang umum terdapat dalam jaringan. Heroin (diaset ilmorfin) dihidrolisis menjadiilmorfin) dihidrolisis menjadi monoasetilmorfin dan akhirnya jadi morfin,
monoasetilmorfin dan akhirnya jadi morfin, yang kemudian di konjugasi dengan asamyang kemudian di konjugasi dengan asam glukoronat. Metabolit yang dikonjugasi dengan glukoronat ini bersifat
glukoronat. Metabolit yang dikonjugasi dengan glukoronat ini bersifat polar diperkirakanpolar diperkirakan tidak aktif, tetapi
tidak aktif, tetapi penemuan terakhir menunjukkan bahwa morfin-6-glukoronid mempunyaipenemuan terakhir menunjukkan bahwa morfin-6-glukoronid mempunyai sifat
sifat – – sifat analgesik yang yang mungkin lebih besar dari morfin sendiri. Akumulasi sifat analgesik yang yang mungkin lebih besar dari morfin sendiri. Akumulasi metabolit aktif ini dapat dijumpai pada pasien
metabolit aktif ini dapat dijumpai pada pasien – – pasien gagal ginjal serta dapat pasien gagal ginjal serta dapat
memperpanjang dan lebih kuat efek analgesiknya meskipun yang masuk ke SSP tebatas. memperpanjang dan lebih kuat efek analgesiknya meskipun yang masuk ke SSP tebatas. Opioid juga mengalami N-dimetilasi oleh hati, tetapi ini hanya sebagian kecil saja.
Opioid juga mengalami N-dimetilasi oleh hati, tetapi ini hanya sebagian kecil saja. Akumulasi metabolit meperidin, normeperidin, dapat ditemukan pada pasien
Akumulasi metabolit meperidin, normeperidin, dapat ditemukan pada pasien – – pasien fungsi pasien fungsi ginjal yang menurun atau pasien yang menerima obat dalam dosis yang jauh lebih tinggi. ginjal yang menurun atau pasien yang menerima obat dalam dosis yang jauh lebih tinggi. Dalam konsentrasi yang cukup tinggi, metabolit
Dalam konsentrasi yang cukup tinggi, metabolit dapat menimbulkan kejang terutama padadapat menimbulkan kejang terutama pada anak.
anak.
D. Ekskresi :
D. Ekskresi : Metabolit polar opioid diekskresi terutama melalui Metabolit polar opioid diekskresi terutama melalui ginjal. Sebagian kecilginjal. Sebagian kecil opioid diekskresi dalam bentuk tidak
opioid diekskresi dalam bentuk tidak berubah. Konjugasi glukoronid juga diekskresi kedalamberubah. Konjugasi glukoronid juga diekskresi kedalam empedu, tetapi sirkulasi enterohepatik hanya merupakan bagian kecil dari proses ekskresi. empedu, tetapi sirkulasi enterohepatik hanya merupakan bagian kecil dari proses ekskresi.(1,4)(1,4) MEKANISME KERJA
MEKANISME KERJA
Reseptor opioid sebenarnya tersebar luas diseluruh jaringan system saraf pusat, tetapi lebih Reseptor opioid sebenarnya tersebar luas diseluruh jaringan system saraf pusat, tetapi lebih terkonsentrasi di otak tengah yaitu di sistem l
terkonsentrasi di otak tengah yaitu di sistem limbic, thalamus, hipothalamus corpus striatum,imbic, thalamus, hipothalamus corpus striatum, system aktivasi retikuler dan di korda spinalis
system aktivasi retikuler dan di korda spinalis yaitu substantia gelatinosa dan dijumpai pulayaitu substantia gelatinosa dan dijumpai pula di pleksus saraf usus. Molekul opioid dan polipeptida endogen (metenkefalin, beta-endorfin, di pleksus saraf usus. Molekul opioid dan polipeptida endogen (metenkefalin, beta-endorfin, dinorfin) berinteraksi dengan reseptor morfin dan menghasilkan efek. Reseptor tempat
dinorfin) berinteraksi dengan reseptor morfin dan menghasilkan efek. Reseptor tempat terikatnya opioid disel otak disebut reseptor opioid (keterangan tentang reseptor opioit telah terikatnya opioid disel otak disebut reseptor opioid (keterangan tentang reseptor opioit telah dijelaskan sebelumnya).
dijelaskan sebelumnya).
Suatu opioid mungkin dapat berinteraksi dengan semua jenis reseptor akan tetapi dengan Suatu opioid mungkin dapat berinteraksi dengan semua jenis reseptor akan tetapi dengan afinitas yang berbeda, dan dapat bekerja sebagai agonis, antagonis, dan campuran. Opioid afinitas yang berbeda, dan dapat bekerja sebagai agonis, antagonis, dan campuran. Opioid mempunyai persamaan dalam hal pengaruhnya pada reseptor, karena itu efeknya pada mempunyai persamaan dalam hal pengaruhnya pada reseptor, karena itu efeknya pada berbagai organ tubuh juga mirip. Perb
berbagai organ tubuh juga mirip. Perbedaan yang ada menyangkuedaan yang ada menyangkut kuantitas, afinitas padat kuantitas, afinitas pada reseptor dan tentu juga kinetik obat yang bersangkutan.
reseptor dan tentu juga kinetik obat yang bersangkutan.(4)(4) Secara umum, efek obat-obat narkotik/opioid antaralain: Secara umum, efek obat-obat narkotik/opioid antaralain:
A. Efek sentral A. Efek sentral
Menurunkan persepsi nyeri dengan stimulasi (pacuan) pada reseptor opioidMenurunkan persepsi nyeri dengan stimulasi (pacuan) pada reseptor opioid (efekanalgesi).
(efekanalgesi).
Pada dosis terapik normal, tidak mempengaruhi sensasi lain.Pada dosis terapik normal, tidak mempengaruhi sensasi lain.
Mengurangi aktivitas mental (efek sedative).Mengurangi aktivitas mental (efek sedative).
Menghilangkan konflik dan kecemasan (efek transqualizer).Menghilangkan konflik dan kecemasan (efek transqualizer).
Meningkatkan suasana hati (efek euforia), walaupun sejumlah pasien merasakanMeningkatkan suasana hati (efek euforia), walaupun sejumlah pasien merasakan sebaliknya (efek disforia).
sebaliknya (efek disforia).
Menghambat pusat respirasi dan batuk (efek depresi respirasi dan antitusif)Menghambat pusat respirasi dan batuk (efek depresi respirasi dan antitusif)
Pada awalnya menimbulkan mual-muntah (efek emetik), tapi pada akhirnyaPada awalnya menimbulkan mual-muntah (efek emetik), tapi pada akhirnya menghambat pusat emetik (efek antiemetik)
menghambat pusat emetik (efek antiemetik)
Menyebabkan miosis (efek miotik)Menyebabkan miosis (efek miotik)
Memicu pelepasan hormon anti deuretik (efek anti deuretik)Memicu pelepasan hormon anti deuretik (efek anti deuretik)
Menunjukkan perkembangan toleransi dan dependensi dengan pemberian dosis Menunjukkan perkembangan toleransi dan dependensi dengan pemberian dosis yangyang berkepanjangan.
berkepanjangan.(2)(2) B. Efek Perifer
B. Efek Perifer
Menunda pengosongan lambung dengan kontriksi piloru.Menunda pengosongan lambung dengan kontriksi piloru.
Mengurangi motilitas gastrointestinal dan menaikkan tonus (konstipasi spastik).Mengurangi motilitas gastrointestinal dan menaikkan tonus (konstipasi spastik).
Kontraksi sfingter saluran empedu.Kontraksi sfingter saluran empedu.
Menaikkan tonus otot kandung kencing.Menaikkan tonus otot kandung kencing.
Menurunkan tonus vaskuler dan menaikkan resiko reaksi ortostastik.Menurunkan tonus vaskuler dan menaikkan resiko reaksi ortostastik.
Menaikkan insidensi reaksi kulit, urtikaria dan rasa gatal karena pelepasan histamin,Menaikkan insidensi reaksi kulit, urtikaria dan rasa gatal karena pelepasan histamin, dan memicu bronkospasme pada pasien asma.
dan memicu bronkospasme pada pasien asma.(2)(2) MORFIN
MORFIN
Meskipun morfin dapat dibuat secara sintetik, teta
Meskipun morfin dapat dibuat secara sintetik, tetapi secara komersial lebih mudah danpi secara komersial lebih mudah dan menguntungkan, yang dibuat dari bahan getah papaver somniferum. Morfin
menguntungkan, yang dibuat dari bahan getah papaver somniferum. Morfin paling mudahpaling mudah larut dalam air
larut dalam air dibandingkan golongan opioid lain dan kerja analgesinya cukup panjang (longdibandingkan golongan opioid lain dan kerja analgesinya cukup panjang (long acting). Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife sel
acting). Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife sel ektif, yakni tidakektif, yakni tidak begitu mempengaharui unsur sensoris lain, y
begitu mempengaharui unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi), penglihatanaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi), penglihatan dan pendengaran, bahakan persepsi nyeripun tidak selalu hilang setelah pemberian morfin dan pendengaran, bahakan persepsi nyeripun tidak selalu hilang setelah pemberian morfin dosis terapi.
dosis terapi.(2,6)(2,6)
Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme : Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme : (1) morfin meninggikan ambang rangsang nyeri
(1) morfin meninggikan ambang rangsang nyeri
(2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul (2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul dikorteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus dikorteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus (3) morfin memudahkan tidur dan pada
(3) morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.(2)(2) Farmakodinamik
Farmakodinamik
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan sti
morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan sti mulasi.mulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar.
Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiper aktif reflek spinal, Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiper aktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormone anti diuretika (ADH).
konvulsi dan sekresi hormone anti diuretika (ADH). (4)(4) Farmakokinetik
Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin juga Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin juga dapat mmenembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah
dapat mmenembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek analgesik yang timbu
pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberianl setelah pemberian parenteral dengan dosis yang sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengah parenteral dengan dosis yang sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaharuiarui janin. Ekresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan d janin. Ekresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalamalam
tinja dan keringat. tinja dan keringat.
Indikasi Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau Indikasi Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati
menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Lebihdengan analgesik non-opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan.
hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan.(4)(4) Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai : Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai :
Infark miokardInfark miokard
Neoplasma Neoplasma
Kolik renal atau kolik empeduKolik renal atau kolik empedu
Oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau koronerOklusi akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner
Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontanPerikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan
Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah. Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah. (7) (7)
Dosis dan sediaan Morfin tersedia dalam table
Dosis dan sediaan Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalamt, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untu
bentuk larutan diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atauk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk n
mengguranggi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk n yeri hebat pada dewasa 1-2yeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yamg diperlukan.
mg intravena dan dapat diulang sesuai yamg diperlukan. Morfin diperdagangkan secara bebas dalam bentuk: Morfin diperdagangkan secara bebas dalam bentuk:
1.
1. Bubuk atau serbuk berwarna putih dan mudah larut dalam air. Dapat disalahgunakanBubuk atau serbuk berwarna putih dan mudah larut dalam air. Dapat disalahgunakan dengan jalan menyuntikkan, merokok atau mencampur dalam minuman, a
dengan jalan menyuntikkan, merokok atau mencampur dalam minuman, a dakalanyadakalanya ditaburkan begitu saja pada luka-luka bekas disilet sendiri oleh para korban.
ditaburkan begitu saja pada luka-luka bekas disilet sendiri oleh para korban. 2.
2. Cairan berwarna putih disimpan dalam ampul atau botol, pemakaiannya hanyaCairan berwarna putih disimpan dalam ampul atau botol, pemakaiannya hanya dilakukan dengan jalan menyuntik.
dilakukan dengan jalan menyuntik. 3.
3. Balokan dibuat dalam bentuk balok-balok kecil deBalokan dibuat dalam bentuk balok-balok kecil dengan ukuran dan warna yangngan ukuran dan warna yang berbeda-beda.
berbeda-beda. 4.
4. Tablet Dibuat dalam bentuk tablet kecil putih.Tablet Dibuat dalam bentuk tablet kecil putih.(5)(5)
Morfin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian subkutan (dibawah kulit) atau intra Morfin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian subkutan (dibawah kulit) atau intra
muskuler, tetapi tidak diabsorbsi dengan baik di saluran pencernaan. Oleh sebab itu morfin muskuler, tetapi tidak diabsorbsi dengan baik di saluran pencernaan. Oleh sebab itu morfin tidak pernah tersedia dalam bentuk obat minum. Efek subyektif yang dialami oleh individu tidak pernah tersedia dalam bentuk obat minum. Efek subyektif yang dialami oleh individu pengguna morfin antara lain merasa gembira, santai, mengantuk,
pengguna morfin antara lain merasa gembira, santai, mengantuk, dan kadang diakhiri dengandan kadang diakhiri dengan mimpi yang menyenangkan. Pengguna morfin umumnya terlihat apatis, daya konsentrasin mimpi yang menyenangkan. Pengguna morfin umumnya terlihat apatis, daya konsentrasin yaya menurun, dan pikirannya sering terganggu pada saat
menurun, dan pikirannya sering terganggu pada saat tidak menggunakan morfin. Efektidak menggunakan morfin. Efek
tersebut yang selanjutnya menyebabkan penggunanya merasa ketagihan. Disamping memberi tersebut yang selanjutnya menyebabkan penggunanya merasa ketagihan. Disamping memberi manfaat klinis, morfin dapat memberikan resiko efek samping yang cukup beragam, antara manfaat klinis, morfin dapat memberikan resiko efek samping yang cukup beragam, antara lain efek terhadap sistema pernafasan, saluran pencernaan, dan sistema urinarius.
Efek pada sistema pernafasan berupa depresi pernafasan,
Efek pada sistema pernafasan berupa depresi pernafasan, yang sering fatal dan menyebabkanyang sering fatal dan menyebabkan kematian. Efek ini umumnya terjadi beberapa saat setelah pemberian
kematian. Efek ini umumnya terjadi beberapa saat setelah pemberian intravenosa atau sekitarintravenosa atau sekitar satu jam setelah disuntikkan intramuskuler. Efek ini meningkat pada penderita asma, karena satu jam setelah disuntikkan intramuskuler. Efek ini meningkat pada penderita asma, karena morfin juga menyebabakan terjadinya penyempitan saluran pernafasan. Efek pada sistema morfin juga menyebabakan terjadinya penyempitan saluran pernafasan. Efek pada sistema saluran pencernaan umumnya berupa konstipasi, yang terjadi karena morfin mampu
saluran pencernaan umumnya berupa konstipasi, yang terjadi karena morfin mampu
meningkatkan tonus otot saluran pencernaan dan menurunkan motilitas usus. Pada sistema meningkatkan tonus otot saluran pencernaan dan menurunkan motilitas usus. Pada sistema urinarius, morfin dapat menyebabkan kesulitan kencing. Efek ini timbul karena morfin urinarius, morfin dapat menyebabkan kesulitan kencing. Efek ini timbul karena morfin mampu menurunkan persepsi terhadap rangsang kencing serta
mampu menurunkan persepsi terhadap rangsang kencing serta menyebabkan kontraksi uretermenyebabkan kontraksi ureter dan otot- otot kandung kencing. Tanda- tanda pemakaian obat bervariasi menurut jenis obat, dan otot- otot kandung kencing. Tanda- tanda pemakaian obat bervariasi menurut jenis obat, jumlah yang dipakai, dan kep
jumlah yang dipakai, dan kepribadian sipemakai serta harapannya.ribadian sipemakai serta harapannya. (7)(7) Gejala kelebihan dosis :
Gejala kelebihan dosis :
Pupil mata sangat kecil (pinpoint), pernafasan satu-
Pupil mata sangat kecil (pinpoint), pernafasan satu- satu dan coma (tiga gejala klasik). Bilasatu dan coma (tiga gejala klasik). Bila sangat hebat, dapat terjadi dilatasi (pelebaran pupil). Sering disertai juga nausea (mual). sangat hebat, dapat terjadi dilatasi (pelebaran pupil). Sering disertai juga nausea (mual). Kadang-kadang timbul edema paru (paru-paru basah).
Kadang-kadang timbul edema paru (paru-paru basah). Gejala
Gejala – – gejala lepas obat :gejala lepas obat :
Agitasi, nyeri otot dan tulang, insomnia, nyeri kepala. Bila pemakaian sangat banyak (dosis Agitasi, nyeri otot dan tulang, insomnia, nyeri kepala. Bila pemakaian sangat banyak (dosis sangat tinggi) dapat terjadi konvulsi(kejang) dan koma, keluar airmata (lakrimasi), keluar air sangat tinggi) dapat terjadi konvulsi(kejang) dan koma, keluar airmata (lakrimasi), keluar air dari hidung(rhinorhea), berkeringat banyak, cold turkey, pupil dilatas
dari hidung(rhinorhea), berkeringat banyak, cold turkey, pupil dilatas i, tekanan darahi, tekanan darah meninggi, nadi bertambah cepat, hiperpirexia
meninggi, nadi bertambah cepat, hiperpirexia (suhu tubuh sangat meninggi), gelisah dan(suhu tubuh sangat meninggi), gelisah dan cemas, tremor, kadang-kadang psikosis toksik.
cemas, tremor, kadang-kadang psikosis toksik.(4,7)(4,7) Gambar 7: Struktur dari Morphin
Gambar 7: Struktur dari Morphin
DIAGNOSA KETERGANTUNGAN NARKOTIKA DIAGNOSA KETERGANTUNGAN NARKOTIKA
Diagnosis ketergantungan penderita opiat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis (medik Diagnosis ketergantungan penderita opiat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis (medik psikiatrik) dan ditunjang dengan p
opiat, seringkali dijumpai komplikasi medis, misalnya kelainan pada organ paru-paru dan opiat, seringkali dijumpai komplikasi medis, misalnya kelainan pada organ paru-paru dan lever. Untuk mengetahui adanya komplikasi, dilakukan pemeriksaan fisik pada penderita oleh lever. Untuk mengetahui adanya komplikasi, dilakukan pemeriksaan fisik pada penderita oleh dokter ahli penyakit dalam, ditunjang oleh pemeriksaan X-ray thorax foto dan laboratorium dokter ahli penyakit dalam, ditunjang oleh pemeriksaan X-ray thorax foto dan laboratorium untuk mengetahui fungsi lever (SGOT dan SGPT).
untuk mengetahui fungsi lever (SGOT dan SGPT).
Banks A. dan Waller T. (1983) menyatakan bahwa edema paru akut merupakan komplikasi Banks A. dan Waller T. (1983) menyatakan bahwa edema paru akut merupakan komplikasi serius, terutama pada pecandu narkotika dosis tinggi (over dosis). Selanjutnya, komplikasi serius, terutama pada pecandu narkotika dosis tinggi (over dosis). Selanjutnya, komplikasi lainnya adalah hepatitis (4%). Komplikasi medis ini erat kaita
lainnya adalah hepatitis (4%). Komplikasi medis ini erat kaita nnya dengan cara penggunaannnya dengan cara penggunaan narkotika tersebut, yaitu dengan dihirup (chasing
narkotika tersebut, yaitu dengan dihirup (chasing dragon) melalui mulut atau hidung, heroindragon) melalui mulut atau hidung, heroin yang dipanasi di atas kertas alumunium foil, atau suntikan intravena. Khasiatnya terutama yang dipanasi di atas kertas alumunium foil, atau suntikan intravena. Khasiatnya terutama adalah analgetik (menghilangkan rasa nyeri) dan euforia (gembira). Pemakaian
adalah analgetik (menghilangkan rasa nyeri) dan euforia (gembira). Pemakaian yangyang berulangkali dapat menimbulkan toleransi dan k
berulangkali dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Penyalahgunaan narkotikaetergantungan. Penyalahgunaan narkotika merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat patologik paling sedikit satu bulan merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat patologik paling sedikit satu bulan
lamanya. Opioida termasuk salah satu yang sering disalahgunakan manusia. Menurut ICD 10 lamanya. Opioida termasuk salah satu yang sering disalahgunakan manusia. Menurut ICD 10 (International Classification Diseases), berbagai gangguan mental dan perilaku akibat
(International Classification Diseases), berbagai gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat dikelompokkan
penggunaan zat dikelompokkan dalam berbagai keadaan klinis, seperti intoksikasi akut,dalam berbagai keadaan klinis, seperti intoksikasi akut, sindroma ketergantungan, sindroma putus zat, dan gangguan mental serta perilaku lainnya. sindroma ketergantungan, sindroma putus zat, dan gangguan mental serta perilaku lainnya. Sindroma putus obat adalah sekumpulan gejala klinis yang terjadi sebagai akibat
Sindroma putus obat adalah sekumpulan gejala klinis yang terjadi sebagai akibat menghentikan zat atau mengurangi dosis obat
menghentikan zat atau mengurangi dosis obat yang persisten digunakan sebelumnya.yang persisten digunakan sebelumnya.
Keadaan putus heroin tidak begitu membahayakan. Di kalangan remaja disebut ―sakau‖ dan Keadaan putus heroin tidak begitu membahayakan. Di kalangan remaja disebut ―sakau‖ dan untuk mengatasinya pecandu berusaha mendapatkan heroin walaupun dengan cara
untuk mengatasinya pecandu berusaha mendapatkan heroin walaupun dengan cara merugikanmerugikan orang lain seperti melakukan tindakan kriminal. Gejala objektif sindroma putus opioid, yaitu orang lain seperti melakukan tindakan kriminal. Gejala objektif sindroma putus opioid, yaitu mual/muntah, nyeri otot, lakrimasi, rinorea, dilatasi pupil, diare, menguap/sneezing, demam, mual/muntah, nyeri otot, lakrimasi, rinorea, dilatasi pupil, diare, menguap/sneezing, demam, dan insomnia. Untuk mengatasinya, diberikan simptomatik. Mis
dan insomnia. Untuk mengatasinya, diberikan simptomatik. Mis alnya, untuk mengurangi rasaalnya, untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi analgetik, untuk menghilangkan muntah diberi antiemetik, dan sebagainya. sakit dapat diberi analgetik, untuk menghilangkan muntah diberi antiemetik, dan sebagainya. Pengobatan sindroma putus opioid harus diikuti dengan program terapi detoksifikasi dan Pengobatan sindroma putus opioid harus diikuti dengan program terapi detoksifikasi dan terapi rumatan. Kematian akibat overdosis disebabkan komplikasi medis berupa gangguan terapi rumatan. Kematian akibat overdosis disebabkan komplikasi medis berupa gangguan pernapasan, yaitu oedema paru akut (Banks d
pernapasan, yaitu oedema paru akut (Banks dan Waller). Sementara, Mc Donald (1984)an Waller). Sementara, Mc Donald (1984) dalam penelitiannya menyatakan bahwa penyalahgunaan narkotika mempunyai kaitan er dalam penelitiannya menyatakan bahwa penyalahgunaan narkotika mempunyai kaitan er atat dengan kematian dan disabilitas yang diakibatkan oleh kecelakaan, bunuh diri, dan
dengan kematian dan disabilitas yang diakibatkan oleh kecelakaan, bunuh diri, dan pembunuhan.
pembunuhan.
Penyalahgunaan obat- obatan sangat beragam,
Penyalahgunaan obat- obatan sangat beragam, tetapi yang paling banyak digunakan adalahtetapi yang paling banyak digunakan adalah obat yang memiliki tempat aksi utama di susunan saraf
obat yang memiliki tempat aksi utama di susunan saraf pusat dan dapat menimbulkanpusat dan dapat menimbulkan
gangguan- gangguan persepsi, perasaan, pikiran, dan tingkah laku serta pergerakan otot- otot gangguan- gangguan persepsi, perasaan, pikiran, dan tingkah laku serta pergerakan otot- otot orang ynag menggunakannya. Tujuan penyalahgunaan pada
orang ynag menggunakannya. Tujuan penyalahgunaan pada umumnya adalah untukumumnya adalah untuk mendapatkan perubahan mental sesaat
mendapatkan perubahan mental sesaat yang menyenangkan. Efek menenangkan seringyang menyenangkan. Efek menenangkan sering dipergunakan untuk mengatasi kegelisahan, kekecewaan, kecemasan, dorongan
dipergunakan untuk mengatasi kegelisahan, kekecewaan, kecemasan, dorongan – – dorongan dorongan yang terlalu berlebihan oleh orang yang lemah mentalnya atau belum matang kepribadiannya. yang terlalu berlebihan oleh orang yang lemah mentalnya atau belum matang kepribadiannya. Sedangkan efek merangsang sering dipakai untuk me
Sedangkan efek merangsang sering dipakai untuk melancarkan pergaulan, atau untuk suatulancarkan pergaulan, atau untuk suatu tugas, menambah gairah sex, meningkatkan daya tahan jasmani.
tugas, menambah gairah sex, meningkatkan daya tahan jasmani.(2,4)(2,4) Penyalahgunaan obat dapat diketahui dari hal-hal sebagai berikut : Penyalahgunaan obat dapat diketahui dari hal-hal sebagai berikut :
tanda- tanda pemakai obattanda- tanda pemakai obat
keadaan lepas obatkeadaan lepas obat
kelebihan dosis akutkelebihan dosis akut
komplikasi medik ( penyulit kedoktearn )komplikasi medik ( penyulit kedoktearn )
komplikasi lainnya (sosial, legal, dsb).komplikasi lainnya (sosial, legal, dsb).(2)(2) GAMBARAN FORENSIK
Pemeriksaan Barang Bukti Hidup Pada Kasus
Pemeriksaan Barang Bukti Hidup Pada Kasus Pemakai MorfinPemakai Morfin
Kasus keracunan merupakan kasus yang cukup pelik, karena gejala pada umumnya sangat Kasus keracunan merupakan kasus yang cukup pelik, karena gejala pada umumnya sangat tersamar, sedangkan keterangan dari penyidik umumnya sangat minim. Hal ini, tentu saja tersamar, sedangkan keterangan dari penyidik umumnya sangat minim. Hal ini, tentu saja akan menyulitkan dokternya, apalagi untuk racun- racun yang sifat kerjanya mempengaruhi akan menyulitkan dokternya, apalagi untuk racun- racun yang sifat kerjanya mempengaruhi sistemik korban. Akibatnya pihak dokter/ laboratorium akan terpaksa melakukan
sistemik korban. Akibatnya pihak dokter/ laboratorium akan terpaksa melakukan pendeteksian yang sifatnya meraba- raba, sehingga harus melakukan bany
pendeteksian yang sifatnya meraba- raba, sehingga harus melakukan banyak sekali percobaanak sekali percobaan yang mana akan menambah biaya pemeriksaan.
yang mana akan menambah biaya pemeriksaan. Untuk memudahkan pemeriksaan, dilakukanUntuk memudahkan pemeriksaan, dilakukan pembagian kasus keracunan sebagai berikut:
pembagian kasus keracunan sebagai berikut: Anamnesa dan Pemeriksaan fisik
Anamnesa dan Pemeriksaan fisik Gejala klinis :
Gejala klinis : 1.
1. pada umumnya sama dengan g pada umumnya sama dengan gejala klinis keracunan barbiturate; antara lain nausea,ejala klinis keracunan barbiturate; antara lain nausea, vomiting, nyeri kepala, otot lemah, ataxia, suka berbicara, suhu menurun, pupil vomiting, nyeri kepala, otot lemah, ataxia, suka berbicara, suhu menurun, pupil menyempit, tensi menurun dan sianosis.
menyempit, tensi menurun dan sianosis. 2.
2. pada keracunan akut : miosis, koma, dan pada keracunan akut : miosis, koma, dan respirasi lumpuh.respirasi lumpuh. 3.
3. gejala keracunan morfin lebih cepat nampak daripada keracunan opium.gejala keracunan morfin lebih cepat nampak daripada keracunan opium. 4.
4. gejala ini muncul 30 menit setelah masuknya racun, kalau parenteral, timbulnyagejala ini muncul 30 menit setelah masuknya racun, kalau parenteral, timbulnya hanya beberapa menit sesudah masuknya morfin.
hanya beberapa menit sesudah masuknya morfin.(1)(1)
Tahap 1, tahap eksitasi, Berlangsung singkat, bahkan kalau dosisnya tinggi, tanpa ada tahap Tahap 1, tahap eksitasi, Berlangsung singkat, bahkan kalau dosisnya tinggi, tanpa ada tahap 1, terdiri dari :
1, terdiri dari :
Kelihatan tenang dan senang, tetapi tak dapat istirahat.Kelihatan tenang dan senang, tetapi tak dapat istirahat.
Halusinasi.Halusinasi.
Kerja jantung meningkat, wajah kemerahan dan kejang-kejang.Kerja jantung meningkat, wajah kemerahan dan kejang-kejang.
Dapat menjadi maniak.Dapat menjadi maniak.(2)(2)
Tahap 2, tahap stupor, dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam (gejala ini Tahap 2, tahap stupor, dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam (gejala ini selalu ada), terdiri dari :
selalu ada), terdiri dari :
Kepala sakit, pusing berat dan kelelahan.Kepala sakit, pusing berat dan kelelahan.
Merasa ngantuk dan selalu ingin tidur.Merasa ngantuk dan selalu ingin tidur.
Wajah sianosis, pupil amat mengecil.Wajah sianosis, pupil amat mengecil.
Pulse dan respirasi normal.Pulse dan respirasi normal.(2)(2)
Tahap 3, tahap koma, tidak dapat dibangunkan kembali, terdiri dari : Tahap 3, tahap koma, tidak dapat dibangunkan kembali, terdiri dari :
Tidak ada reaksi nyeri, refleks menghilang, otot-otot relaksasi.Tidak ada reaksi nyeri, refleks menghilang, otot-otot relaksasi.
Proses sekresi.Proses sekresi.
Pupil pinpoint, refleks cahaya negative. Pupil melebar kalau ada asfiksisa, Pupil pinpoint, refleks cahaya negative. Pupil melebar kalau ada asfiksisa, dan inidan ini merupakan tanda akhir.
merupakan tanda akhir.
Respirasi cheyne stokes.Respirasi cheyne stokes.
Pulse menurun, kadang-kadang ada kejang, akhirnya meninggal.Pulse menurun, kadang-kadang ada kejang, akhirnya meninggal. (2) (2)
Pemeriksaan Toksikologi Sebagai barang bukti : Pemeriksaan Toksikologi Sebagai barang bukti : 1. Urin, cairan empedu dan jaringan tempat suntikan. 1. Urin, cairan empedu dan jaringan tempat suntikan.
2. Darah dan isi lambung, diperiksa bila diperkirakan keracunannya peroral. 2. Darah dan isi lambung, diperiksa bila diperkirakan keracunannya peroral. 3. Nasal swab, kalau diperkirakan melalui cara menghirup.
3. Nasal swab, kalau diperkirakan melalui cara menghirup. 4. Barang bukti lainnya.
4. Barang bukti lainnya.(8)(8) Metode yang digunakan : Metode yang digunakan :
1.
1. DenganDenganThin Layer ChromatographyThin Layer Chromatography atau dengan Gas atau dengan Gas Chromatography (Gas LiquidChromatography (Gas Liquid Chromatography) Pada metode TLC, terutama pada keracunan
Chromatography) Pada metode TLC, terutama pada keracunan peroral: barang buktiperoral: barang bukti dihidroliser terlebih dahulu sebab dengan pemakaian secara oral,morfin akan
dihidroliser terlebih dahulu sebab dengan pemakaian secara oral,morfin akan
dikonjugasikan terlebih dahulu oleh glukuronida dalam sel mukosa usus dan dalam dikonjugasikan terlebih dahulu oleh glukuronida dalam sel mukosa usus dan dalam hati. Kalau tanpa hidrolisa terlebih dahulu, maka morfin
hati. Kalau tanpa hidrolisa terlebih dahulu, maka morfin yang terukur hanya berasalyang terukur hanya berasal dari morfin bebas, yang mana untuk mencari beberapa morfin yang telah digunakan, dari morfin bebas, yang mana untuk mencari beberapa morfin yang telah digunakan, hasil pemeriksaan ini kurang pasti.
hasil pemeriksaan ini kurang pasti. 2.
2. Nalorfine Test Nalorfine Test . Penafsiran hasil test : Kadar morfin dalam urin, bila sama dengan 5. Penafsiran hasil test : Kadar morfin dalam urin, bila sama dengan 5 mg%, berarti korban minum heroin atau morfin dalam jumlah sangat banyak. Bila mg%, berarti korban minum heroin atau morfin dalam jumlah sangat banyak. Bila kadar morfin atau heroin dalam urin 5-20 mg%, atau kadar morfin/heroin dalam darah kadar morfin atau heroin dalam urin 5-20 mg%, atau kadar morfin/heroin dalam darah 0,1-0,5 mg%, berarti pemakaiannya lebih besar dosis lethalis. Permasalahan timbul 0,1-0,5 mg%, berarti pemakaiannya lebih besar dosis lethalis. Permasalahan timbul bila korban memakai morfin bersama dengan heroin atau b
bila korban memakai morfin bersama dengan heroin atau bersama kodein. Sebab hasilersama kodein. Sebab hasil metabolic kodein, juga ada yang berbentuk morfin, sehingga morfin hasil metabolic metabolic kodein, juga ada yang berbentuk morfin, sehingga morfin hasil metabolic narkotika tadi berasal dari morfinnya sendiri dan dari kodein. Sebagai patokan dapat narkotika tadi berasal dari morfinnya sendiri dan dari kodein. Sebagai patokan dapat ditentukan, kalau hasil metabolit morfinnya tinggi, sedang mensuplai morfin hanya ditentukan, kalau hasil metabolit morfinnya tinggi, sedang mensuplai morfin hanya sedikit, dapat dipastikan korban telah
sedikit, dapat dipastikan korban telah mensuplai juga kodein cukup banyak.mensuplai juga kodein cukup banyak.(2,8)(2,8) Pemeriksaan Barang Bukti Mati Pada Kasus Pemakai
Pemeriksaan Barang Bukti Mati Pada Kasus Pemakai MorfinMorfin
Penyelidikan pada kasus kematian akibat pemakaian narkoba memerlukan kerja sama dala Penyelidikan pada kasus kematian akibat pemakaian narkoba memerlukan kerja sama dala mm satu tim yang terdiri dari kepolisian (penyidik), ahli forensic, psikiater maupun ahli
satu tim yang terdiri dari kepolisian (penyidik), ahli forensic, psikiater maupun ahli toksikologi. Pertanyaan
toksikologi. Pertanyaan – – pertanyaan yang sering muncul sehu pertanyaan yang sering muncul sehubungan dengan hal di atasbungan dengan hal di atas
meliputi apakah kejadian tersebut merupakaan kesengajaan (bunuh diri), kecelakaan, ataupun meliputi apakah kejadian tersebut merupakaan kesengajaan (bunuh diri), kecelakaan, ataupun kemungkianan pembunuhan? jenis obat apakah yang digunakan? Melalui cara
kemungkianan pembunuhan? jenis obat apakah yang digunakan? Melalui cara bagaimanakahbagaimanakah pemakaian obat tersebut? Adakah hubung
pemakaian obat tersebut? Adakah hubungan antara waktu pemakaian dengan saat kematian?an antara waktu pemakaian dengan saat kematian? Apakah korban baru pertama kali memakai, atau sudah beberapa kali memakai, ataupun Apakah korban baru pertama kali memakai, atau sudah beberapa kali memakai, ataupun sudah merupakan pecandu berat? Adakah riwayat alergi terhadap obat tersebut? Apakah jenis sudah merupakan pecandu berat? Adakah riwayat alergi terhadap obat tersebut? Apakah jenis narkoba yang digunakan memprovokasi penyakit- penyakit yang mungkin sudah ada pada narkoba yang digunakan memprovokasi penyakit- penyakit yang mungkin sudah ada pada korban? Apakah mungkin penyakit tersebut terlibat
korban? Apakah mungkin penyakit tersebut terlibat sehubungan dengan kematian korban?sehubungan dengan kematian korban? Ringksnya, penyidikan terhadap kasus narkoba meliputi 4 aspek, yaitu :
Ringksnya, penyidikan terhadap kasus narkoba meliputi 4 aspek, yaitu : 1. TKP (Tempat Kejadian Perkara).
1. TKP (Tempat Kejadian Perkara). 2. Riwayat korban. 2. Riwayat korban. 3. Otopsi. 3. Otopsi. 4. Pemeriksaan Toksikologi 4. Pemeriksaan Toksikologi
Dalam kaitannya dengan TKP, dapat ditemukan bukti
Dalam kaitannya dengan TKP, dapat ditemukan bukti- bukti adanya pemakaian narkoba.- bukti adanya pemakaian narkoba. Semua pakaian maupun perhiasan dan juga
Semua pakaian maupun perhiasan dan juga barang bukti narkoba yang ditemukan di TKPbarang bukti narkoba yang ditemukan di TKP harus diperiksa dan dianalisa lebih lanjut. Riwayat dari
riwayat pemakaian narkoba yang bisa didapatkan melalui catatan kepolisian, informasi riwayat pemakaian narkoba yang bisa didapatkan melalui catatan kepolisian, informasi daridari keluarga, teman, maupun saksi-
keluarga, teman, maupun saksi- saksi yang berkaitan dengan informasi saksi yang berkaitan dengan informasi penggunaan narkobapenggunaan narkoba (Tedeschi, 1977).
(Tedeschi, 1977).
Otopsi dikonsentrasikan pada pemeriksaan luar dan dalam dan juga pada pengumpulan Otopsi dikonsentrasikan pada pemeriksaan luar dan dalam dan juga pada pengumpulan sampel yang adekuat untuk pemerikasaan toksikologi. Biasan
sampel yang adekuat untuk pemerikasaan toksikologi. Biasan ya temuan yang paling seringya temuan yang paling sering didapatkan pada pemeriksaan luar adalah busa yang berasal dari hidung dan mulut. Hal ini didapatkan pada pemeriksaan luar adalah busa yang berasal dari hidung dan mulut. Hal ini merupakan karakteristik kematian yang disebabkan oleh pemakaian narkoba meskipun tidak merupakan karakteristik kematian yang disebabkan oleh pemakaian narkoba meskipun tidak bersifat diagnostik, karena pada kasus tenggelam, asfiksia, maupun gag
bersifat diagnostik, karena pada kasus tenggelam, asfiksia, maupun gagal jantung dapat jugaal jantung dapat juga ditemukan tanda kematian di atas. Selain itu pada pemeriksaan luar dapat juga ditemukan ditemukan tanda kematian di atas. Selain itu pada pemeriksaan luar dapat juga ditemukan bekas penyuntikan maupun
bekas penyuntikan maupun sayatan- sayatan di kulit yang khas pada pemakaian narkosayatan- sayatan di kulit yang khas pada pemakaian narkoba.ba. Pada pemeriksaan dalam, penyebab kematian harus digali dengan cara mencari tanda- tanda Pada pemeriksaan dalam, penyebab kematian harus digali dengan cara mencari tanda- tanda dari komplikasi akibat pemakaian
dari komplikasi akibat pemakaian narkoba. Pembukaan cavum pleura dan jantung dibarenginarkoba. Pembukaan cavum pleura dan jantung dibarengi dengan mengguyur air untuk melihat adanya pneumothoraks, maupun emboli
dengan mengguyur air untuk melihat adanya pneumothoraks, maupun emboli udara. Padaudara. Pada pemeriksaan paru, biasanay didapatkan paru membesar sebagai akibat adany
pemeriksaan paru, biasanay didapatkan paru membesar sebagai akibat adanya edema dana edema dan kongesti. Pada pemeriksaan getah lambung jar
kongesti. Pada pemeriksaan getah lambung jarang didapatkan bahanang didapatkan bahan – – bahan narkoba yang bahan narkoba yang masih utuh tetapi warna dari cairan lambung daapt
masih utuh tetapi warna dari cairan lambung daapt memberi petunjuk mengenai jenis narkobamemberi petunjuk mengenai jenis narkoba yang dikonsumsi. Saluran pencernaan harus diperiksa secara keseluruhan untuk mencari
yang dikonsumsi. Saluran pencernaan harus diperiksa secara keseluruhan untuk mencari bukti adanya usaha
bukti adanya usaha – – usaha penyelundupan narkoba ( Tedeschi, usaha penyelundupan narkoba ( Tedeschi, 1977).1977).(8)(8)
Pemeriksaan makroskopis meliputi pemeriksaan kulit dan vena pada daerah- daer
Pemeriksaan makroskopis meliputi pemeriksaan kulit dan vena pada daerah- daer ah yangah yang dicurigai merupakn tempat suntikan. Penilaian
dicurigai merupakn tempat suntikan. Penilaian mengenai adanya perdarahan, peradangan,mengenai adanya perdarahan, peradangan, benda- benda asing, dan tingk
benda- benda asing, dan tingkat ketebalan vena akan dapat memberikan informasi mengenaiat ketebalan vena akan dapat memberikan informasi mengenai berapa lama telah dilakukan kebiasaan menyuntik.
berapa lama telah dilakukan kebiasaan menyuntik. Ahli toksikologi perlu mendapatkan riwayat paling len
Ahli toksikologi perlu mendapatkan riwayat paling len gkap dan berbagai macam baranggkap dan berbagai macam barang bukti untuk dilakukan p
bukti untuk dilakukan pemeriksaan. Jaringan dan cairan tubuh yang emeriksaan. Jaringan dan cairan tubuh yang diperiksa meliputi hepar,diperiksa meliputi hepar, ginjal, paru, otak, getah lambung, urine, darah, dan cairan empedu. .Cairan empedu dan urine ginjal, paru, otak, getah lambung, urine, darah, dan cairan empedu. .Cairan empedu dan urine secara khusus sangat penting pada kasus- kasus kematian akibat pemakaian opiate. Rambut secara khusus sangat penting pada kasus- kasus kematian akibat pemakaian opiate. Rambut dan kuku kadang- kadang perlu diperiksa untuk pemeriksaan t
dan kuku kadang- kadang perlu diperiksa untuk pemeriksaan t oksikologi lain. Usapanoksikologi lain. Usapan mukosa hidung kadang- kadang dapat menunjukkan bekas hisapan pada pemakaian
mukosa hidung kadang- kadang dapat menunjukkan bekas hisapan pada pemakaian kokainkokain maupun heroin (Knight, 1996).
maupun heroin (Knight, 1996).(8)(8)
Pemeriksaan pada kematian akibat pemakaian opioid (morfin atau heroin) Pemeriksaan pada kematian akibat pemakaian opioid (morfin atau heroin)
A. Pemeriksaan luarTanda- tanda yang khas sukar didapat, namun masih ada beberapa A. Pemeriksaan luarTanda- tanda yang khas sukar didapat, namun masih ada beberapa petunjuk yang dapat d
petunjuk yang dapat dipakai sebagai acuan membuat kesimpulan sebab kematian.ipakai sebagai acuan membuat kesimpulan sebab kematian. 1.
1. Needle marks Lokasi : fossa ante cubiti, lengan atas, dan pungg Needle marks Lokasi : fossa ante cubiti, lengan atas, dan punggung tangan dan kaki.ung tangan dan kaki. Tempat lain adalah leher, dibawah lidah, perineal, dan pada perempuan disekitar Tempat lain adalah leher, dibawah lidah, perineal, dan pada perempuan disekitar
papilla mamae. Needle marks yang masih baru sering disertai tanda- tanda perdarahan papilla mamae. Needle marks yang masih baru sering disertai tanda- tanda perdarahan sub kutan, perivenous, yaitu kalau dipencet akan keluar cairan serum atau darah. Pada sub kutan, perivenous, yaitu kalau dipencet akan keluar cairan serum atau darah. Pada kasus ketagihan, banyak terdapat bekas suntikan yang lama berupa jaringan parut kasus ketagihan, banyak terdapat bekas suntikan yang lama berupa jaringan parut
titik-titik- titik sepanjang lintasan vena dan disebut ―intravenous mainline tracks‖. Kadtitik sepanjang lintasan vena dan disebut ―intravenous mainline tracks‖. Kadangang
–
– kadang untuk menyamarkan needle marks itu dituttup dengan gambaran tattoase. kadang untuk menyamarkan needle marks itu dituttup dengan gambaran tattoase. Juga dapat ditemukan abses, granuloma atau ulkus, yang mana cara ini serinag Juga dapat ditemukan abses, granuloma atau ulkus, yang mana cara ini serinag
didapatkan pada korban yang melakukannya dengan cara suntikan subkutan. Dengan didapatkan pada korban yang melakukannya dengan cara suntikan subkutan. Dengan demikian efek toksikologinya diperlama, artinya efek kenikmatannya menjadi lebih demikian efek toksikologinya diperlama, artinya efek kenikmatannya menjadi lebih tahan lama. Pada mereka inilah sering diketemukan adanya tanda- tanda abses dan tahan lama. Pada mereka inilah sering diketemukan adanya tanda- tanda abses dan lain sebagainya. Bagaimana kalau tidak terdapat tanda bekas suntikan?
lain sebagainya. Bagaimana kalau tidak terdapat tanda bekas suntikan? Bisa saja halBisa saja hal ini terjadi, sebab mungkin sekali korban menggunakan cara lain, misalnya denngan ini terjadi, sebab mungkin sekali korban menggunakan cara lain, misalnya denngan
menghirup bau morfin, atau merokok dengan campuran heroin. Oleh
menghirup bau morfin, atau merokok dengan campuran heroin. Oleh karena itu dalamkarena itu dalam
pemeriksaan toksikologi, perlu diambil sediaan usap ing
pemeriksaan toksikologi, perlu diambil sediaan usap ingus (‗nasalswab‘).us (‗nasalswab‘).
2.
2. Hipertrofi kelenjar getah bening regional. Pada korban yang sering menyuntikHipertrofi kelenjar getah bening regional. Pada korban yang sering menyuntik
lengannya maka sering terdapat hipertrofi kelenjar getah bening di regio aksiler.Hal lengannya maka sering terdapat hipertrofi kelenjar getah bening di regio aksiler.Hal
ini merupakan ‗Drain phenomenon‘. Biasanya karena jarum suntikannya tidak steril. ini merupakan ‗Drain phenomenon‘. Biasanya karena jarum suntikannya tidak steril.
Dengan pemeriksaan PA tampak hipertrofi dan hyperplasia limfositik. Dengan pemeriksaan PA tampak hipertrofi dan hyperplasia limfositik. 3.
3. gelembung-gelembung pada kulitSering terdapat pada telapak tangan/kaki, dan gelembung-gelembung pada kulitSering terdapat pada telapak tangan/kaki, dan hal inihal ini sering dilakukan untuk suntikan dalam jumlah besar
sering dilakukan untuk suntikan dalam jumlah besar (overdosis). Harus dibedakan(overdosis). Harus dibedakan dengan intoksikasi gas CO dan barbiturate.
dengan intoksikasi gas CO dan barbiturate. 4.
4. Tanda mati lemas. Keluarnya busa putih dan halus dari lubang hidung dan mulut yangTanda mati lemas. Keluarnya busa putih dan halus dari lubang hidung dan mulut yang makin lama tampak kemerahan karena adanya proses autolisis. Tanda ini dianggap makin lama tampak kemerahan karena adanya proses autolisis. Tanda ini dianggap sebagai tanda terjadinya edema pulmonum. Juga terdapat tanda sianosis pada muka, sebagai tanda terjadinya edema pulmonum. Juga terdapat tanda sianosis pada muka, kuku, ujung-ujung jari, dan bibir. Juga ada tanda p
kuku, ujung-ujung jari, dan bibir. Juga ada tanda p erdarahan (bintik-bintikerdarahan (bintik-bintik perdarahan) pada kelopak mata. Bahkan p
perdarahan) pada kelopak mata. Bahkan pada keracunan dengan membau, dapatada keracunan dengan membau, dapat ditemukan perforasi pada septum nasi.
ditemukan perforasi pada septum nasi. B. Pemeriksaan Dalam Paru-paru
B. Pemeriksaan Dalam Paru-paru 1.
1. Perubahan akut : Mulai saat suntikan terakhir sampai dengan saat kematian. AdapunPerubahan akut : Mulai saat suntikan terakhir sampai dengan saat kematian. Adapun perubahan awal yang terjadi adalah :
perubahan awal yang terjadi adalah :
a) Dari 0 sampai 3 jam : hanya terdapat edema dan kongesti sel-sel mononuclear atau a) Dari 0 sampai 3 jam : hanya terdapat edema dan kongesti sel-sel mononuclear atau makrofag pada dinding alveoli. PA :
makrofag pada dinding alveoli. PA : Paru-paru tampak voluminous, kadang-kadang bagianParu-paru tampak voluminous, kadang-kadang bagian posterior lebih padat sehingga tak ada krepitasi. Bagian anterior tampak ada emfisema yang posterior lebih padat sehingga tak ada krepitasi. Bagian anterior tampak ada emfisema yang
difus dengan terdapat benda-benda asing yang terisap di dalam bronkus. Tampak ada difus dengan terdapat benda-benda asing yang terisap di dalam bronkus. Tampak ada kongesti, edema dengan sel-sel mononuclear dalam alveoli.
kongesti, edema dengan sel-sel mononuclear dalam alveoli.
b) Dari 3 sampai 12 jam pertama. Terdapat narcotic lungs (siegel). Tanda ini amat bermakna b) Dari 3 sampai 12 jam pertama. Terdapat narcotic lungs (siegel). Tanda ini amat bermakna
( 25 % kasus). Secara makroskopis tampak paru sangat mngembang (over inflated). Trakea ( 25 % kasus). Secara makroskopis tampak paru sangat mngembang (over inflated). Trakea tertutup busa halus. Pada
tertutup busa halus. Pada permukaan paru-paru dan penampangnya tampak gambaran lobulerpermukaan paru-paru dan penampangnya tampak gambaran lobuler akibat adanya bermacam-macam tingkat aerasi (atelaksi adalah aerasi yang normal, amat akibat adanya bermacam-macam tingkat aerasi (atelaksi adalah aerasi yang normal, amat mengembang, dan emfisma), kongesti, dan terdapat perdarahan di beberapa tempat terutama mengembang, dan emfisma), kongesti, dan terdapat perdarahan di beberapa tempat terutama di bagian belakang dan bawah (posterior dan inferior). Secara PA, tampak sel-sel makrofag, di bagian belakang dan bawah (posterior dan inferior). Secara PA, tampak sel-sel makrofag, perdarahan alveolar, intrabronkhiolar, subpleural, dan sel-sel polimorfonuklear. Dapat perdarahan alveolar, intrabronkhiolar, subpleural, dan sel-sel polimorfonuklear. Dapat
ditemukan juga aspirat di daalm traktus respiratorius. Sering berupa susu, karena susu sering ditemukan juga aspirat di daalm traktus respiratorius. Sering berupa susu, karena susu sering dianggap antidotum opiate.
dianggap antidotum opiate.
c) Dari 12 sampai 24 jam. Proses pneumoniasis tampak lebih rata, tampak sel-sel PMN. c) Dari 12 sampai 24 jam. Proses pneumoniasis tampak lebih rata, tampak sel-sel PMN. Sedangkan proses lanjut yang dapat terjadi adalah apabila interval >
Sedangkan proses lanjut yang dapat terjadi adalah apabila interval > 24 jam. Akan tampak24 jam. Akan tampak pneumonia lobularis diffusa, tampak kecoklatan dan gran
pneumonia lobularis diffusa, tampak kecoklatan dan granula.ula. 1.
1. Perubahan kronis. Terdapat perubahan berupa pneumonia granulosis vascular. Perubahan kronis. Terdapat perubahan berupa pneumonia granulosis vascular. AkibatAkibat tanda adanya reaksi talk (magnesium silikat, fil
tanda adanya reaksi talk (magnesium silikat, filter untuk natkotika). Talk ini jugater untuk natkotika). Talk ini juga dapat masuk bersama narkotik saat disuntikkan. Kristal-kristal ini dapat dilihat dapat masuk bersama narkotik saat disuntikkan. Kristal-kristal ini dapat dilihat dengan mikroskop polarisasi, berwarna putih, bening atau
dengan mikroskop polarisasi, berwarna putih, bening atau kekuningan, dan terdapatkekuningan, dan terdapat garis refraksi. Granuloma-granuloma ini bisa dilihat dalam vascular, perivascular, garis refraksi. Granuloma-granuloma ini bisa dilihat dalam vascular, perivascular, atau di dalam alveolus.
atau di dalam alveolus. HATI