• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1,2,3,4,5 Bullying

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1,2,3,4,5 Bullying"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 SMALL GROUP DISCUSSION

KEPERAWATAN JIWA 2

“DAMPAK BULLYING PADA KORBAN BULLYING DI MASA LALU”

MAKALAH

Kelompok 13:

1. Astin Thamar Genakama (131711123004)

2. Dwi Ferafurisca Desi (131711123028)

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kasus bullying masih menjadi salah satu topik yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Salah satunya kekerasan yang dialami oleh Ade Fauzan, siswa kelas X SMA 82 Jakarta yang dikeroyok secara tidak manusiawi oleh 30 orang seniornya, murid kelas XII. Ade dipukuli karena dianggap melanggar aturan dengan melewati sebuah lorong di depan kelas XII yang terlarang dilewati oleh siswa kelas X dan XI. Akibat dari pengroyokan itu, Ade harus dirawat di rumah sakit Pusat Pertamina. Ade mengaku tidak berani melawan karena merasa takut jika dilawan akan mendapatkan perlakuan yang lebih parah (www.tempointeraktif.com).

Beberapa kekerasan yang dilakukan ini bisa dikatakan bullying. Bullying adalah perilaku agresi atau manipulasi yang dapat berupa kekerasan fisik, verbal atau psikologis dengan sengaja dilakukan seseorang atau sekelompok orang yang merasa kuat atau berkuasa dengan tujuan menyakiti atau merugikan seseorang atau sekelompok orang yang merasa tidak berdaya (Sarlito dan Meinarno 2009). Banyak faktor yang bisa mempengaruhi munculnya perilaku bullying antara lain: frustrasi dan kemarahan, proses belajar masa lalu, penguatan, modeling, perasaan negatif dan kejadian tidak menyenangkan dan latarbelakang keluarga. Penelitian yang dilakukan Bosworth K, Espelage D, dan Simon R Thomas (1999) menyatakan bahwa kepercayaan diri menjadi salah satu faktor penyebab munculnya perilaku bullying.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riauskina, I.I.. Djuwita, R , dan Soesetio, S. R., tahun 2005, ditemukan bahwa ketika mengalami bullying korban merasakan banyak emosi negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam namun tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak berharga

Dari fenomena di atas peneliti ingin mengangakat penelitian terhadap dampak perilaku bullying ada mahasiswa yang pernah mengalami tindakan bullying di lingkungan kampus universitas airlangga.

(3)

3 C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai dampak perilaku bullying ada mahasiswa yang pernah mengalami tindakan bullying di lingkungan kampus universitas airlangga

D. Manfaat Penelitian

Menjadi bahan referensi dan menambah wawasan, serta diharapkan dapat menjadi dorongan untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai dampak perilaku bullying ada mahasiswa yang pernah mengalami tindakan bullying di lingkungan kampus universitas airlangga

(4)

4 BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Bullying

2.1.1 Pengertian Bullying

Bullying memiliki berbagai definisi yang beragam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. Olweus (2005) mendefinisikan bullying sebagai tindakan negatif dalam waktu yang cukup panjang dan berulang yang dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang lain, dimana terdapat ketidakseimbangan kekuatan dan korban tidak memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya. Sullivan (2009) menjelaskan bahwa bullying termasuk ke dalam bentuk perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan sadar oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap orang atau sekelompok orang yang lain dengan tujuan menyakiti.

2.1.2 Bentuk-bentuk Bullying

Astuti (2008) juga mengemukakan mengenai bentuk-bentuk bullying, antara lain:

1) Fisik.

Contohnya adalah menggigit, menarik rambut, memukul, menendang, mengunci, dan mengintimidasi korban di ruangan atau dengan mengitari, memelintir, menonjok, mendorong, mencakar, meludahi, mengancam, dan merusak barang-barang milik korban, penggunaan senjata dan perbuatan kriminal.

2) Non-fisik

Terbagi dalam bentuk verbal dan non-verbal. Verbal contohnya panggilan telepon yang meledek, pemalakan, pemerasan, mengancam, atau intimidasi, menghasut, berkata jorok pada korban, berkata menekan, dan menyebarluaskan kejelekan korban. Sedangkan non-verbal terbagi menjadi langsung dan tidak langsung. Non-verbal tidak langsung diantaranya adalah manipulasi pertemanan, mengasingkan, tidak mengikutsertakan, mengirim pesan menghasut, curang, dan sembunyisembunyi. Non-verbal langsung contohnya gerakan kasar atau mengancam, menatap, muak mengancam, menggeram, hentakan mengancam atau menakuti.

(5)

5 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying

1) Pola Asuh Orangtua

Pola asuh dari orangtua sangat mempengaruhi kepribadian dan perilaku seorang anak. Orangtua yang menggunakan bullying sebagai cara untuk proses belajar anak akan membuat anak beranggapan bahwa bullying adalah perilaku yang wajar dan bisa diterima dalam berinteraksi dengan orang lain dan dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan.

2) Harga Diri

Harga diri rendah dapat membuat seorang anak merasa tidak mampu menjalin hubungan dengan temannya sehingga dirinya menjadi mudah tersinggung dan marah. Akibatnya anak tersebut akan melakukan perbuatan yang menyakiti temannya.

3) Norma kelompok

Menurut O’Connell (2003), norma kelompok dapat membuat perilaku bullying sebagai perilaku yang wajar dan dapat diterima. Biasanya anak yang terlibat dalam perilaku bullying agar dapat diterima dalam kelompok.

4) Sekolah

Budaya sekolah juga dapat mempengaruhi perilaku bullying. Menurut O’Connell (2003), guru dan pihak sekolah yang bersikap tidak peduliterhadap kekerasan yang dilakukan oleh para siswa dapat meningkatkan perilaku bullying di sekolah.

2.1.4 Dampak Tindakan Bullying

Dampak yang dialami oleh korban bullying adalah mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesehjateraan psikologis yang rendah (low psychological well-being) di mana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri serta tidak berharga (Rigby dalam Djuwita dkk, 2005), penyesuaian sosial yang buruk dimana korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi akademik yang menurun karena mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar bahkan buruknya korban memiliki keinginan untuk bunuh diri dari pada harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman (Trigg).

(6)

6

2.1.5 Pencegahan Bullying Secara Preventif :

1 Sosialisasi antibullying kepada siswa, guru, orang tua siswa, dan segenap civitas akademika di sekolah.

2 Penerapan aturan di sekolah yang mengakomodasi aspek antibullying.

3 Membuat aturan antibullying yang disepakati oleh siswa, guru, institusi sekolah dan semua civitas akademika institusi pendidikan/ sekolah.

4 Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian sanksi.

5 Membangun komunikasi dan interaksi antarcivitas akademika.

6 Meminta Depdiknas memasukkan muatan kurikulum pendidikan nasional yang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak/siswa agar tidak terjadi learning difficulties.

7 Pendidikan parenting agar orang tua memiliki pola asuh yang benar.

8 Mendesak Depdiknas memasukkan muatan kurikulum institusi pendidikan guru yang mengakomodasi antibullying.

9 Muatan media cetak, elektronik, film, dan internet tidak memuat bullying dan mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengawasi siaran yang memasukkan unsur bullying.

10 Perlunya kemudahan akses orang tua atau publik, lembaga terkait, ke institusi pendidikan/sekolah sebagai bentuk pengawasan untuk pencegahan dan penyelesaian bullying atau dibentuknya pos pengaduan bullying.

2.1.6 Penanganan buat anak yang menjadi pelaku Bullying :

1. Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas.

2. Cari penyebab anak melakukan hal tersebut. Penyebab menjadi penentu penanganan. Anak yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu akan ditangani secara berbeda dengan pelaku yang disebabkan oleh dendam karena pernah menjadi korban.Demikian juga bila pelaku disebabkan oleh agresifitasnya yang berbeda.

(7)

7 2.2 KORBAN BULLYING

2.2.1 Definisi

Korban adalah merupakan orang yang mengalami kerugian baik berupa kerugian fisik, mental maupun kerugian finansial atau mereka yang menderita jasmani dan rohani sebagai akibat tindakan orang lain yang mencuri pemenuhan kepentingan diri sendiri atau tindakan orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita (Dayakisni, 2013)

Definisi korban bullying itu merupakan seseorang yang mendapatkan perlakuan agresi berulangkali dari teman sebaya baik berupa bentuk serangan fisik, atau serangan verbal, atau dapat pula berupa kekerasan psikologis.

2.2.2 Karateristik Korban Bullying

Karakteristik korban dibedakan menjadi lima, antara lain (Ma, 2002) :

a. Karakter akademis Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang yang tidak menjadi korban atau sebaliknya.

b. Karakter Sosial Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang erat dengan orang tua mereka.

c. Karakter mental Secara mental atau perasaan, korban melihat diri m ereka sendiri sebagai orang yang bodoh dan tidak berharga.Kepercayaan diri mereka rendah, dan tingkat kecemasan social mereka tinggi.Tanda-tanda seperti kecemasan, depresi, dan tekanan jiwa sering terdapat dalam korban

d. Karakter fisik Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, dan pembully mengambil kesempatan tersebut. Pembully juga menarget orang yang punya kelemahan fisik tertentu.Pembully sering menarget korban yang cacat, kelebihan berat badan, secara umum tidak menarik secara fisik. Korban laki-laki lebih sering mendapat siksaan secara langsung, misalnya bullying fisik, dibandingkan korban laki-laki, korban perempuan lebih sering mendapat siksaan secara tidak langsung, misalnya melalui kata-kata atau bullying verbal e. Karakter antar perorangan Walaupun korban bullying sangat menginginkan

penerimaan secara sosial, mereka jarang sekali untuk memulai kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah sosial.Anak yang menjadi korban bullying kurang diperhatikan oleh pembina, karena korban bullying tidak bersikap aktif dalam sebuah aktivitas

(8)

8 2.2.3 Pencegahan buat anak yang menjadi korban bullying :

1. Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna untuk pertahanan diri anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus bullying. Pertahanan diri ini dapat berbentuk fisik dan psikis. Pertahanan diri Fisik : bela diri, berenang, kemampuan motorik yang baik (bersepeda, berlari), kesehatan yang prima. Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, berakal sehat, kemampuan analisa sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana), kemampuan menyelesaikan masalah.

2. Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan yang mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu, selain kemampuan mempertahankan diri secara psikis seperti yang dijelaskan di no. 1a. Maka yang diperlukan adalah kemampuan anak untuk bertoleransi terhadap beragam kejadian. Sesekali membiarkan (namun tetap mendampingi) anak merasakan kekecewaan, akan melatih toleransi dirinya.

3. Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali kemampuan agar tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan anak kemana ia dapat melaporkan atau meminta pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja bullying). Terutama tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus berlangsung walau sudah diupayakan untuk tidak terulang.

4. Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya atau dengan orang yang lebih tua. Dengan banyak berteman, diharapkan anak tidak terpilih menjadi korban bullying karena :

5. Kemungkinan ia sendiri berteman dengan pelaku, tanpa sadar bahwa temannya pelaku bullying pada teman lainnya.

6. Kemungkinan pelaku enggan memilih anak sebagai korban karena si anak memiliki banyak teman yang mungkin sekali akan membela si anak.

7. Sosialisasi yang baik dengan orang yang lebih tua, guru atau pengasuh atau lainnya, akan memudahkan anak ketika ia mengadukan tindakan kekerasan yang ia alami.

(9)

9 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Metode deskriptif yaitu metode penulisan yang bertujuan untuk mendiskripsikan peristiwa–peristiwa penting yang terjadi pada masa kini ( Nursalam, 2009 )..

B. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah satu orang klien korban bully di universitas airlangga. Teknik semling yang di gunakan adalah convenience sampling method do mana penulis memilih subyek atas dasar karena kemudahan atau keinginan penulis ( Nursalam , 2009 ). Pemilihan sampel dadasarkan oleh kriteria penulis tetapkan meliputi :

1. Klien pernah menjadi korban bully di masa lalu 2. Klien bersedia menjadi responden

3. Mahasiswa universitas airlangga C. Lokasi &Waktu

Senin 26 september 2017 pukul 10.00 di universitas airlangga. D. Instrumen Penelitian

Pertanyaan waawancara untuk korban bully E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan :

Wawancara (hasil anamnesis berisi ttg identitas klien, riwayat pola asuh, lingkungan klien, lingkungan sekolah,konsep diri klien, tokoh yang dianut, Pengalaman Melihat atau Mendengar Perilaku Bullying, Pengalaman Menjadi Korban Bullying, Permasalahan yang dihadapi, Reaksi yang muncul, Efek yang dirasakan akibat menjadi korban bullying

F. Langkah Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

a. Penulis mencari informasi tentang klien yang pernah menjadi korban bully di masalalu

(10)

10 c. Memberikan infom consent pada klien untuk bersedia sebagai responden d. Melakukan wawancara tentang bully yang pernah di alami oleh klien.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

(11)

11 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Wawancara dilakukan pada tanggal 26 september 2017 pukul 10.00 di FKP unaiversitas airlangga pada Nn. R 21 tahun, jenis kelamin perempuan klien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara.

Dari hasil wawancara klien tentang pola asuh. Saat di rumah klien kurang baik dalam berkomunikasi dengan orang tua karena kedua orang tuanya sibuk melakukan kegiatan di luar rumah. Untuk kebutuhan aktualisasi diri klien kurang dihargai, di rumah klien dekat dengan ibunya karena ayahnya mudah marah dan kasar.

Untuk pengkajian lingkunagn tempat tinggal klien kurang akrap dengan tetangga di sekitarnya terbukti klien tidak mengenal tetangga yang ada di sekitarnya, klien hanya tahu nama tetangga yg di depan dan samping kananya saja. Di lingkungan rumah klien juga kurang dapat bersosialisai dengan baik terbukti klien jarang ikut kegitan di lingkungan rumah.

Dari hasil lingkungan sekolah klien tidak memiliki teman yg bias di gunakan untuk bercerita dan berkeluh kesah, klien tidak memiliki teman yang dekat selain di diploma 3 dulu.

Dari hasil konsep diri. Klien tidak mampu mengetahui kelebihanya sendiri, klien menganggap bahwa dirinya itu jelek dan bodoh, klien juga tidak optimis bila menyelesaikan sesuatu.

Dari hasil wawancara nilai- nilai yang di anut oloh klien. Klien kamu seringkali berusaha bersikap biasa di depan orang banyak ketika sebenarnya ada sesuatu hal yang mengecewakanmu, banyak teman- teman yang memanfaatkanya untuk kepentingan sendiri, klien juga tidak mampu mengungkapkan marahnya klien lebih suka memendam perasaanya sendiri.

Pada hasil wawancara Pengalaman Melihat atau Mendengar Perilaku Bullying klien sering melihat perilaku bully yang terjadi di sekolah maupun di luar sekolah tp klien tidak membela dan hanya diam saja.

Untuk hasil Pengalaman Menjadi Korban Bullying klien pernah menjadi korban buli secara verbal oleh teman laki – laki di SMP Sejak kelas 1 SMP sampai kelas 3 SMP, klien selalu di olok olok dengan kata kata yg kurang enak

(12)

12 di dengar olehnya. Klien tidak pernah mengalami bully psikologis maupun fisik. Dampaknya klien menjadi minder dan malu. Dalam berprestasi klien tidak ada masalah akan tetapi klien tidak percaya diri saat harus berbicara di depan umum selain itu klien sering menghindar dari beberapa tempat tertentu di sekolah, seperti lapangan bermain sekolah, kantin, karena dengan alasan takut dibully jika mereka kesana

4.2 PEMBAHASAN

Dari hasil wawancara klien di dapat kesamaan data penyebab perilaku pembullyan pada korban adalah dari sifat klien yang introvert cenderung menutup

diri dari kehidupan luar. Secara body image klien memandang dirinya jelek dan

tidak berdaya hal ini sesuai dengan pendapat Ma,2000 Tentang Karakteristik korban dibedakan menjadi lima yaitu :

a. Karakter akademis Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang yang tidak menjadi korban atau sebaliknya.

b. Karakter Sosial Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang erat dengan orang tua mereka.

c. Karakter mental Secara mental atau perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang bodoh dan tidak berharga.Kepercayaan diri mereka rendah, dan tingkat kecemasan social mereka tinggi.Tanda-tanda seperti kecemasan, depresi, dan tekanan jiwa sering terdapat dalam korban d. Karakter fisik Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, dan pembully mengambil kesempatan tersebut. Pembully juga menarget orang yang punya kelemahan fisik tertentu.Pembully sering menarget korban yang cacat, kelebihan berat badan, secara umum tidak menarik secara fisik. Korban laki-laki lebih sering mendapat siksaan secara langsung, misalnya bullying fisik, dibandingkan korban laki-laki, korban perempuan lebih sering mendapat siksaan secara tidak langsung, misalnya melalui kata-kata atau bullying verbal

e. Karakter antar perorangan Walaupun korban bullying sangat menginginkan penerimaan secara sosial, mereka jarang sekali untuk memulai kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah sosial.Anak yang

(13)

13 menjadi korban bullying kurang diperhatikan oleh pembina, karena korban bullying tidak bersikap aktif dalam sebuah aktivitas

Sedangkan dampak yang di alami klien dari hasil wawancara di peroleh akibat dari perilaku buli yang di dapat oleh klien klien menjadi malu dan merasa dirinya jelek klien juga menghindar dari beberapa tempat tertentu di sekolah, seperti lapangan bermain sekolah, kantin, karena dengan alasan takut dibully jika mereka kesana. hal ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh (Rigby dalam Djuwita dkk, 2005),bahwa dampak yang dialami oleh korban bullying adalah mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesehjateraan psikologis yang rendah (low psychological well-being) di mana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri serta tidak berharga

(14)

14 BAB 5

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Korban bullying itu merupakan seseorang yang mendapatkan perlakuan agresi berulangkali dari teman sebaya baik berupa bentuk serangan fisik, atau serangan verbal, atau dapat pula berupa kekerasan psikologis.

Karakteristik korban dibedakan menjadi lima, antara lain (Ma, 2002) :

1. Karakter akademis Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang yang tidak menjadi korban atau sebaliknya.

2. Karakter Sosial Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang erat dengan orang tua mereka.

3. Karakter mental Secara mental atau perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang bodoh dan tidak berharga.

4. Karakter fisik Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, dan pembully mengambil kesempatan tersebut.

5. Karakter antar perorangan seperti anak yg introvert

Reaksi yang paling umum terjadi pada para korban bully adalah menghindar dari beberapa tempat tertentu di sekolah, seperti lapangan bermain sekolah, kantin, karena dengan alasan takut dibully jika mereka kesana

5.2. SARAN

1. Bagi korban bullying, hendaknya membaur dengan teman-teman saat disekolah, bersikap lebih aktif di sekolah seperti mengikuti ekstra kulikuler sehingga tidak dianggap remeh oleh teman yang lain.

2. Bagi orangtua, agar lebih aktif mengikuti perkembangan perilaku anak di lingkungan sekolah. Dengan terus adanya komunikasi yang baik dengan pihak sekolah dan anak.

3. Bagi sekolah dan guru, hendaknya tetap mengawasi kegiatan yangdilakukan muridmuridnya, tidak menganggap remeh setiap permasalahan yang dihadapi murid serta menindak lanjuti perilaku bullying yang terjadi di sekolah dan

(15)

15 berusaha mencari penyelesaian untuk murid yang menjadi korban bullying agar tidak ada lagi murid yang menjadi korban. Serta menanamkan konsep diri positif pada semua siswa seperti pentingnya untuk saling menghargai antar sesame.

4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan informasi sehingga dapat lebih memperdalam lagi tema terkait dinamika psikologis korban bullying.

(16)

16 DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Gerda (2013). Mental Imagery Mengenai Lingkungan Sosial yang Baru Pada Korban Bullying. Jurnal Psikologi Volume 1 Nomor 1, 2013.

Argiati, S.H. (2010). Study Perilaku Bullying Pada Siswa SMA Di Kota Yogyakarta. Jurnal Penelitian, 5, 54-62

Fiftina, Ajeng. Fifte. (2010). Hubungan Kepercayaan diri dengan Perilaku Asertif pada Siswa SMA Korban Bullying. Skripsi (diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma

Soendjojo, D. (2009). Mengajarkan Asertifitas Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 4(3), 5-7

Dayakisni, Tri., Novalia (2013). Perilaku Asertif dan Kecenderungan Menjadi Korban Bullying. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Volume 1 Nomor 1,Januari 2013

Referensi

Dokumen terkait

Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif • Past tense • Past continuous - Bentuk: Kuliah - Metode: Ceramah, Problem Based Learning, Project Based Learning, Self- Learning

Pada proses ini bahan baku yang digunakan adalah ethyl alcohol

Sebagai bahan pembuktian kualifikasi diminta agar Saudara membawa asli dokumen yang sah yang ada dalam formulir Isian Kualifikasi sebagai berikut :.. Akte Pendirian

Kolom 4 : Diisi nomor dan tanggal surat penahanan, perkara/pasal, jenis program pelayanan, tempat pengawasan, lamanya masa pengawasan, tanggal mulai pengawasan dan tanda

dalam kehidupan beragama pada zaman modern ini, khususnya remaja yang dirasakan semakin menciut maka kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Pengurus Dewan kemakmuran

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENILAIAN KINERJA GURU TERBAIK DENGAN METODE ANP DAN TOPSIS DI MTSN 1 GARUT.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Sesungguhnya Allah akan memberikan kepada orang muslim yang bekerja suatu kehidupan yang baik, dan sesungguhnya Allah akan memberikan balasan kepadanya pahala yang

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, yang artinya secara simultan perubahan laba bersih, perubahan arus kas operasi, perubahan arus kas investasi, perubahan