BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Perencanaan merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dimasa depan secara tepat dan efisien melalui
urutan pilihan dengan memperhitungkan sesuai dengan sumber
daya yang tersedia pada daerah. Secara umum perencanaan
pembangunan
adalah
teknik
untuk
mencapai
tujuan
pembangunan secara tepat, terarah dan efisien sesuai dengan
kondisi daerah yang bersangkutan. Sedangkan tujuan dari
pembangunan adalah untuk mendorong proses pembangunan
secara lebih tepat guna mewujudkan masyarakat yang lebih
maju, makmur dan sejahtera.
Adapun komponen utama dari perencanaan pembangunan
terdiri dari; (1) usaha pemerintah secara terencana dan
sistematis
untuk
mengendalikan
dan
mengatur
proses
pembangunan,
(2)
mencakup
periode
jangka
panjang,
menengah dan tahunan, (3) menyangkut dengan
variabel-variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan secara keseluruhan baik secara langsung maupun
tidak langsung, (4) mempunyai suatu sasaran pembangunan
yang jelas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dari uraian diatas dengan berdasarkan Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, serta Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan
dalam
rangka
penyelenggaraan
pemerintahan,
setiap
Pemerintah Daerah diwajibkan untuk menyusun perencanaan
pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan
pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah
tersebut meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) untuk jangka
5 (lima) tahun, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
untuk jangka 1 (satu) tahun.
proses penyusunan Rencana Kerja (Renja) SKPD dan partisipasi
seluruh pelaku pembangunan melalui penjaringan aspirasi
masyarakat secara bertahap dengan melaksanakan suatu forum
yaitu Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
yang secara partisipatif dilakukan mulai dari Musrenbang
Nagari, Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang Kabupaten.
RKPD Kabupaten Pesisir Selatan sebagai dokumen perencanaan
pembangunan
tahunan
yang
disusun
untuk
menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pegawasan serta merupakan pedoman bagi
Pemerintah Daerah, seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dalam menyusun Renja-SKPD, dan sebagai dasar utama
dalam penyusunan Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara APBD, serta Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) Tahun Anggaran 2015.
Mempertimbangkan keberhasilan pembangunan yang telah
dicapai pada tahun sebelumnya, serta masalah dan tantangan
yang akan dihadapi pada pelaksanaan RKPD tahun 2015, maka
ditetapkan
Tema
Pembangunan
Daerah
Tahun
2015
”
Memantapkan Perekonomian Daerah Dalam Mewujudkan
Kesejahteraan Masyarakat
“.
Mempertimbangkan ketersediaan
sumberdaya yang terbatas, selanjutnya ditetapkan prioritas
pembangunan daerah tahunan yang dijabarkan ke dalam
program dan kegiatan pembangunan dan sasaran-sasaran
pembangunan.
I.2.
Dasar Hukum Penyusunan
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
3.
Undang-Undang
Nomor
1
Tahun
2004
tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4.
Undang-undang
Nomor
10
Tahun
2004
Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
5.
Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan,
Pengelolaan
dan
Tanggungjawab
Keuangan
Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4400);
6.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang
Rencana Kerja Pemerintah;
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan;
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
10.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal;
11.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
12.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan;
13.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
14.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang
Pedoman
Pengelolaan
Keuangan
Daerah,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
15.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
16.
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun
2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Provinsi Sumatera Barat 2010-2015;
18.
Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 10 s/d
12 Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan;
19.
Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 7 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pesisir Selatan Tahun 2010
–
2030;
20.
Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 14
Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyusunan Dokumen dan
Pelaksanaan Musyawarah Pembangunan Daerah;
21.
Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 5 Tahun
2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010-2015;
I.3.
Proses Penyusunan RKPD
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten
Pesisir Selatan tahun 2014 dilakukan melalui 5 (lima) tahapan
proses sebagai berikut :
Tahap 1
: Penyiapan
draf
awal RKPD Kabupaten Pesisir Selatan
tahun 2015 oleh Tim Kerja Penyusunan RKPD.
Draft
awal
RKPD
ini
disusun
berdasarkan
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010
–
2015, RPJMD
Provinsi
Sumatera
Barat
dan
Rencana
Kerja
Pemerintah Tahun 2015. Selanjutnya RKPD tersebut
dijadikan pedoman oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja
(Renja) SKPD Kabupaten Pesisir Selatan.
Tahap 2
: Selanjutnya, Renja SKPD Kabupaten Pesisir Selatan
disinergikan dan disinkronkan dalam forum SKPD
Kabupaten.
khususnya terhadap program dan kegiatan tugas-tugas
pembantuan dan dekonsentrasi.
Tahap 4
: Rancangan RKPD Kabupaten Pesisir Selatan tahun
2015, yang merupakan hasil dari forum SKPD, dan
setelah disinkronkan dan diserasikan dengan RKPD
Propinsi dan RKP Nasional, selanjutnya dibawa ke
dalam
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan
(Musrenbang) Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015.
Tahap 5
: Musrenbang Kabupaten akhir Maret 2014, dilakukan
Pemutakhiran draft RKPD Kabupaten Pesisir Selatan
berdasarkan masukan dan saran dari peserta
Musrenbang Kabupaten.
I.4.
Hubungan Antar Dokumen
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan
Nasional,
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berangkat dan
disusun dari sebuah proses penjabaran atas visi, misi dan
program Kepala Daerah. RPJMD berperan sebagai acuan dasar
dalam menentukan arah kebijakan dan strategi pembangunan
daerah yang pada intinya memuat mengenai arah kebijakan
keuangan daerah, strategi pernbangunan daerah, kebijakan
umum, dan program SKPD, lintas SKPD dan program
kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.
mencakup 3 kerangka waktu, yaitu rencana jangka panjang (20
tahun), rencana jangka menengah (5 tahun) dan rencana jangka
pendek (1 tahun). Secara substansi, keberadaan RKPD dengan
dokumen perencanaan tersebut membentuk keterkaitan yang
bersifat hierarkis, yaitu dokumen dengan jangka waktu yang
lebih panjang menjadi rujukan bagi dokumen dengan jangka
waktu yang lebih pendek. Secara diagramatis keterkaitan
hubungan
RKPD
dengan
dokumen
perencanaan
dan
penganggaran lainnya tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1
berikut:
Mengacu pada Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa secara rinci
hubungan
RKPD
dengan
dokumen
perencanaan
dan
penganggaran lainnya, adalah sebagai berikut :
RKPD disusun dengan berpedoman pada RPJM Daerah yang
didalamnya memuat mengenai visi, misi dan arah
pembangunan daerah;
RKPD ini menjadi pedoman bagi penyusunan Renja SKPD
yang disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari tiap
SKPD;
RKPD ini nantinya dijabarkan ke dalam RAPBD dengan
berpedoman juga kepada Renja SKPD;
Memperhatikan hubungan keterkaitan sebagaimana dijelaskan
di atas, maka dalam penyusunan RKPD Tahun 2015 ini harus
mengacu dan berpedoman pada dokumen RKP Nasional Tahun
2014, RKPD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013, RPJMD
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010-2015, Renstra SKPD
Tahun 2010-2015, serta Renja SKPD Tahun 2015. Selain itu
kedudukan RKPD Kabupaten tidak terpisahkan dari dokumen
perencanaan tata ruang wilayah.
Sistematika Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Tahun 2014
Sistematika RKPD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2014
disusun dalam 6 (enam) Bab yang terdiri dari :
BAB I
: Merupakan BAB pendahuluan yang meliputi latar
belakang, dasar hukum penyusunan RKPD, Hubungan
antar dokumen, Sistematika Dokumen RKPD, maksud
dan tujuan penyusunan RKPD.
BAB III
: Merupakan BAB yang menggambarkan rancangan
ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan tahun
2015 yang berisikan pertumbuhan ekonomi Pesisir
Selatan tahun 2014 dan perkiraan tahun 2015 serta
PDRB Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2014 dan
Perkiraan Tahun 2015
–
2016.
BAB IV
: Merupakan BAB yang menampilkan prioritas dan sasaran
pembangunan tahun 2015 yang berisikan prioritas
kelanjutan pembangunan tahun 2014, yang mencakup ;
peningkatan produksi dan produktifitas pertanian dan
perikanan, pengembangan industri pangan berbasis
potensi
lokal,
pengembangan
kawasan
wisata,
pembangunan daerah tertinggal dan infrastruktur
penunjang ekonomi rakyat, lingkungan hidup dan
penanggulangan bencana, peningkatan akses dan
kualitas pendidikan, peningkatan derajat kesejahteraan
masyarakat, pengamalan ABS
–
SBK dalam kehidupan
bermasyarakat, pecepatan penanggulangan kemiskinan,
peningkatan peran pemuda dalam pembangunan, dan
reformasi birokrasi dan tata usaha pemerintah.
BAB V
: BAB yang menguraikan tentang rencana program dan
kegiatan prioritas daerah tahun 2015 berdasarkan
bidang urusan pemerintahan yang terdiri dari urusan
wajib dan urusan pilihan dan disusun dalam bentuk
matriks.
yang akan datang.
1.5
Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD).
Maksud penyusunan RKPD adalah untuk memberikan arah
pembangunan Kabupaten Pesisir Selatan dan sinergitas program
dan kegiatan di daerah, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten Pesisir Selatan maupun yang dilaksanakan
bersama-sama masyarakat.
Sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, RKPD
memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi
daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta prakiraan maju
dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu
indikatif, baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah maupun sumber-sumber lain yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Untuk itu Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah secara
umum mempunyai nilai sangat strategis dan penting, antara
lain:
a.
Merupakan instrumen pelaksanaan RPJMD.
b.
Menjadi acuan penyusunan Rencana Kerja SKPD, berupa
program/kegiatan SKPD dan/atau lintas SKPD.
c.
Mewujudkan konsistensi program dan sinkronisasi pencapaian
sasaran RPJMD.
d.
Menjadi landasan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran
(KUA) dan penetapan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) untuk menyusun Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1.
Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1.
Aspek Geografi dan Demografi
A.
Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Luas wilayah daratan Kabupaten Pesisir Selatan sekitar 5.794,95
km
2(579.495 Ha) atau 13,70 % dari luas wilayah Propinsi
Sumatera Barat. Dan luas wilayah perairan ±84,312 km², dengan
panjang garis pantai ± 234,2 km.
Wilayah administrasi Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari
15 Kecamatan yaitu Kecamatan Air Pura (Perda Nomor 7 Tahun
2012 tentang Pembentukan Kecamatan Air Pura), Kecamatan
Ranah Ampek Hulu Tapan (Perda Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan), dan
Kecamatan Silaut (Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Kecamatan Silaut). Dari 15 Kecamatan tersebut
telah terdapat 186 nagari dan 480 kampung, dimana Kecamatan
Koto XI Tarusan merupakan nagari yang terbanyak yaitu,
mempunyai 23 nagari (dua puluh tiga ) dan 51 kampung.
Kecamatan IV Jurai merupakan kecamatan yang mempunyai
nagari terbanyak kedua setelah Kecamatan Tarusan yaitu 20
nagari (dua puluh) dan 52 kampung, sedangkan Kecamatan
Batang Kapas merupakan kecamatan yang memiliki nagari yang
terkecil yaitu 9 (sembilan) Nagari dan 29 kampung. Batas-batas
wilayah Kabupaten Pesisir Selatan adalah :
Sebelah Utara dengan Kota Padang;
Sebelah Selatan dengan Provinsi Bengkulu;
Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok,Kabupaten Solok
Selatan dan Propinsi Jambi;
Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.
Hampir sebagian dari wilayah Kabupaten Pesisir Selatan terletak
dipinggir pantai. Dengan jumlah pulau sebanyak 47 buah dan 19
buah
sungai
besar.
Keberadaan
pulau-pulau
tersebut
B.
Letak dan Kondisi Geografis
Letak dan kondisi geografis Kabupaten Pesisir Selatan adalah
pada posisi
º 59’
-
º ’, ’
LS
dan
º 9’
-
º ’ BT.
Sedangkan untuk topografi atau ketinggian tanah berkisar antara
0
–
1.000 meter di atas permukaan laut (dpl) dan merupakan
dataran rendah yang berbukit, serta perpanjangan dari Bukit
Barisan.
C.
Topografi
Topografi wilayah Kabupaten Pesisir Selatan yaitu dengan
kemiringan lereng yang beragam berkisar antara 0-40% dan >
40%. Klasifikasi Kemiringan lereng untuk wilayah Kabupaten
Pesisir Selatan meliputi :
1)
Kemiringan 0
–
2% yang adalah kemiringan datar, terdapat di
seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan,
dengan luas 181.654 Ha (31,59%).
2)
Kemiringan 2
–
15% yang merupakan kemiringan agak landai,
terdapat dikecamatan Lunang Silaut, Kecamatan Basa IV Balai
Tapan, Kecamatan Pacung Soal, Kecamatan Linggo Sari
Baganti, Kecamatan Sutera, Kecamatan Batang Kapas, dan
Kecamatan Koto XI Tarusan, dengan luas 5.102 Ha (0,89%).
3)
Kemiringan 15
–
25% yang merupakan kemiringan Landai
terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaen Pesisir
Selatan, dengan luas 24.562 Ha (4,27%).
4)
Kemiringan 25
–
40% yang merupakan kemiringan agak
curam terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaen
Pesisir Selatan, dengan luas 59.436 Ha (10,34%).
5)
Kemiringan > 40% yang merupakan kemiringan curam
terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir
Selatan, dengan luas 304.235 Ha (52,91%).
luas 24.562 Ha (4,27%) terdapat diseluruh kecamatan, dan agak
curam dengan kemiringan 25
–
40% dengan luas 304.235 Ha
(52,91%) terdapat diseluruh Kecamatan.
Sedangkan morfologi daerah di Kabupaten Pesisir Selatan terdiri
atas daratan, berbukit dan bergunung. Daerah dengan morfologi
dataran berada pada wilayah Bagian Barat dengan ketinggian
antara 0
–
150 m dpl seluas 186.756 Ha (32,48%). Daerah
dengan morfologi berbukit berada pada wilayah Bagian Tengah
dengan ketinggian antara 150
–
400m dpl seluas 83.998 Ha
(14,16%). Dan daerah dengan morfologi perbukitan/bergunung
terdapat pada wilayah Bagian Timur Kabupaten Pesisir Selatan
dengan ketinggian antara 400
–
1.000 m dpl seluas 304,235 Ha
(52.91 %).
D.
Geologi
Dari sisi geologi Kabupaten Pesisir Selatan dipengaruhi oleh
bencana alam berupa longsor, banjir, dan erosi pantai /abrasi.
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan memiliki batuan sebagai
berikut; (Tomp) Batuan gunung api oligi-miosen: Batuan gunung
api dengan sejumlah kecil batuan sediment. Batuan gunung api
terdiri dari lava, breksi, breksituff, tuf, hablur, ignimbrid dan tuf
sela, kebanyakan bersusunan andesitan dan dasitan.
GRANIT : Granit biotit, porfir kuarsa dan granit grafik. Granit
terdapat sebagai inti di dalam batuan pluton granodiorit di
daerah selatan gunung Kerinci. Granit ini dinyatakan berumur
miosen tengah karena hubungannya dengan batuan pluton
granodiorit.
GRANODIORIT : Granit horenblenda sampai granodiorit.
Dinyatakan berumur miosen tengah karena menerobos formasi
Painan yang berumur tersier bawah di sebelah selatan gunung
kerinci.
(Qtb)
Konglomerat
aneka
bahan,
batupasir
berbatuapung dan batulanau, batu lempung dengan sisa
tanaman, sisipan lignit dan batu gamping. Tebal 250 meter.
LAVA : susunan dan asalnya sama dengan batuan gunung api
yang tak terpisahkan (Qyu). Aliran terdapat di sekitar Gunung
Kerinci dan Gunung Tujuh. (Qv) Lava bersusunan andesit-Basal,
tuf dan breksi lahar. Sumber Gunung Pandan (Qvp), Gunung
Kunyit (qvk), Gunung Raya (Qvr), Gunung Kebongsong (qvkb),
Gunung Medan (Qvm). (Qa) Aluvium : bongkah kerikil, pasir,
lanau, lumpur dan lempung. (Qas) ENDAPAN RAWA : Pasir,
lanau, lumpur, lempung mengandung sisa tanaman. (Qal)
ALUVIUM : Lanau, pasir, lempung, lumpur dan kerikil. (Jgr)
GRANIT : susunannya berkisar antara granit biotit horenblenda
sampai granodiorit, dengan bintik-bintik mineral mafik,
plagioklas dari jenis oligiklas, horenblenda tidak mengalami
kloritisasi, dan secara setempat terdapat apatit. Terdapat
sebagai stok. Granodiorit disimpulkan berumur lebih muda
daripada batuan paleozoikum dan lebih tua daripada formasi
tabir yang berumur jura. Mungkin berumur jura awal.
FORMASI BARISAN (Pb) : Filit, batusabak, batugamping, batu
tanduk dan grewake meta. Filit terdapat dari muskovit, serisit,
klorit dan kuarsa; sedikit turmalin, epidot, zirkom dan grafit;
setempat telah berikal terutama di jalur koyak dimana
pendaunannya berkembang baik. Belahan batusabak umumnya
berkembang baik. Rijang banyak sekali terdapat. Urat kuarsa
sulfida magmatik mengandung emas terdapat di daerah sungai
sapat. Ketebalannya lebih dari 3500 meter, (Jgr)
sebagai stok. Granodiorit disimpulkan berumur lebih muda
daripada batuan paleozoikum dan lebih tua daripada formasi
sabir yang erumur jura. Mungkin berumur jura awal, (Gd)
GRANODIORIT : Granodiorit, biotit, hornblenda, setempat
terkloritkan.
E.
Hidrologi
Kondisi Hidrologi di daerah ini terdiri dari 19 sungai besar dan
sungai kecil yang merupakan bagian dari sistem jaringan sungai
yang dipengaruhi oleh kondisi topografi dan struktur fisiografi
terpapar dari timur ke barat. Seluruh sungai yang berada di
daerah ini hulunya berada di Kabupaten Solok Selatan dan
kawasan Hutan Suaka Alam Wisata (HSAW) serta Taman
Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang debit rata-rata 29,696 M
3/dt
(tahun 2008) dengan luas 6.232,02 km
2. Selain dari sungai
sebagai sumber daya air, potensi ketersediaan air tanah cukup
memedai yaitu 9.420,44 juta M
3. Batang Inderapura merupakan
Sungai terpanjang dengan panjang aliran sungai 93,70 km
2dan
luas Daerah Aliran Sungai 2.035.89 km
2serta debit aliran sebesar
7,315 M
3/dt. Sungai ini melalui tiga kecamatan yaitu kecamatan
Pancung soal, Basa IV Balai dan Linggo Sari Baganti, sedangkan
yang terpendek adalah Batang Painan dengan panjang aliran
sungai 13,61 Km dan luas Daerah Aliran Sungai 23,36 km
2serta
debit aliran sebesar 0,084 M
3/dt.
F.
Klimatologi
Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Pesisir Selatan
berada pada bagian barat pantai Sumatera. Karena pengaruh
letak ini pula, maka daerah ini tergolong beriklim tropis dengan
suhu udara dan kelembaban yang tinggi. Ketinggian permukaan
daratan sangat bervariasi yakni berada pada dataran rendah
kecuali Kecamatan IV Nagari Bayu yang hampir seluruh
daerahnya berada di dataran tinggi dataran tinggi. Namun,
dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim kadang tidak
menentu, pada bulan-bulan yang seharusnya musim kemarau
terjadi hujan atau sebaliknya.
Januari dan Oktober dengan temperatur suhu udara berkisar
antara 22º C
–
28º C dan 23º C
–
32º C serta kelembaban
rata-rata 80 %. Hujan terjadi hampir sepanjang tahun tanpa ada
bulan-bulan kering dengan jumlah hari hujan berkisar antara
13-15 hari perbulan.
G.
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan terdiri dari kawasan lindung dan kawasan
budidaya, diantaranya terdiri dari kawasan hutan dengan luas
mencapai 579.485 Ha yang terdiri dari hutan lebat seluas
355.825 Ha atau (61,88%) sedangkan untuk perkebunan sebesar
yaitu 34.007 Ha (5,91%), Pertanian Sawah seluas 25.695 Ha atau
(4,47%), Kebun Campuran seluas 24.174 Ha atau (4.20%)
Permukiman seluas 14.571 Ha (2,51%), Hutan Belukar 62.532
Ha, atau (10,88%), Hutan Sejenis 2.086 atau (0,36) semak dan
alang-alang 11.523 atau (2,00%), Hutan Rawa 20.860 atau
(3,63%), tegalan 6.240 atau (1,09%) dan lain-lain 15.026 atau
(2,61%).
H.
Potensi Pengembangan Wilayah
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber
daya buatan. Penetapan kawasan budidaya dimaksudkan untuk
memudahkan pengelolaan, dan pemantauan kegiatan termasuk
penyediaan prasarana dan sarana maupun penanganan dampak
lingkungan akibat kegiatan budidaya. Penetapan kawasan
budidaya hingga tahun 2030 didasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN dan hasil
kesepakatan antar wilayah pada Ditjen Penataan Ruang yang
menyangkut klasifikasi pemanfaatan ruang kabupaten. Luas
keseluruhan kawasan budidaya mencapai ± 262.797 Ha atau
45,35 % (direncanakan sampai tahun 2030) dari luas wilayah
administrasi, yang meliputi :
a.
Kawasan hutan produksi;
b.
Kawasan hutan rakyat;
c.
Kawasan perkebunan;
d.
Kawasan pertanian;
e.
Kawasan perikanan;
f.
Kawasan pertambangan;
i.
Kawasan permukiman; dan
j.
Kawasan peruntukan lainnya.
1.
Kawasan Hutan Produksi
Kawasan budidaya hutan produksi, dibedakan menjadi hutan
produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan produksi yang
dapat di konversi. Dari penjelasan kriteria yang telah
dijelaskan sebelumnya, daerah ini memiliki potensi hutan
produksi yang cukup luas dan tersebar di beberapa
Kecamatan.
Untuk
rencana
pengembangan
kawasan
peruntukan hutan produksi sampai dengan tahun 2030 seluas
± 70.681 Ha yang terdiri dari kawasan hutan produksi
terbatas (HPT) seluas ± 40.004 Ha, hutan produksi tetap (HP)
seluas ± 5.299 Ha dan hutan produksi yang dapat dikonversi
(HPK) seluas ± 25.378 Ha. Kawasan hutan produksi tersebut
diarahkan pengembangannya di Kecamatan Batang Kapas,
Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti,
Pancung soal, Basa IV Balai Tapan dan Lunang Silaut.
Penetapan kawasan hutan produksi ditujukan untuk
mewujudkan
kawasan
hutan
produksi
yang
dapat
memberikan manfaat :
a.
Mendorong peningkatan perkembangan pembangunan
lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi
sekitarnya;
b.
Mampu
meningkatkan
fungsi
lindung,
menjaga
keseimbangan tata air dan lingkungan serta pelestarian
kemampuan sumberdaya hutan;
c.
Mampu
menjaga
kawasan
lindung
terhadap
pengembangan kawasan budidaya;
d.
Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar
hutan, meningkatkan pendapatan daerah, meningkatkan
lapangan kerja bagi masyarakat
e.
Meningkatkan nilai tambah produksi hasil hutan dan
industri pengolahannya dan meningkatkan ekspor; atau
f.
Mendorong perkembangan usaha dan peran masyarakat
sekitar hutan.
2.
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
merupakan persekutuan hidup hayati beserta lingkungannya.
Rencana sebaran kawasan hutan rakyat dikembangkan di
seluruh wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Berdasarkan SK.402/Menhut-II/2009 tanggal 6 Juli 2009,
telah ditetapkan Pencadangan Areal untuk Pengembangan
Hutan Taman Rakyat Seluas ± 2.795 Ha di Kabupaten Pesisir
Selatan, yaitu di Kawasan Hutan Produksi Terbatas di
Punggasan, Air Haji dan Inderapura yang telah di sahkan, dan
selanjutnya untuk Rencana Pengembangan Hutan Tanaman
Rakyat pada Kawasan Hutan Produksi (HP) dan Hutan
Produksi Terbatas (HPT).
3.
Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kawasan perkebunan dikembangkan berdasarkan fungsi
kawasan dan potensi yang ada pada daerah masing-masing
memiliki prospek ekonomi cepat tumbuh. Menurut jenis
komoditasnya, pengembangan perkebunan meliputi kelapa
sawit, karet, kakao, kopi, kelapa, pinang, kasiavera, gambir,
nilam, dan lain-lain.
Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan dengan
pemanfaatan potensi lahan yang memiliki kesesuaian untuk
perkebunan, berada pada kawasan budidaya, dan
menghindarkan timbulnya konflik pemanfaatan lahan dengan
kawasan lindung, kawasan hutan produksi tetap dan produksi
terbatas, kawasan industri, dan kawasan permukiman.
Rencana pengembangan kawasan perkebunan hampir
meliputi di seluruh Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan.
Pengelolaan perkebunan dapat dilakukan baik oleh
perusahaan perkebunan maupun oleh masyarakat/ rakyat.
Dalam rangka memacu perkembangan perekonomian
daerah, tidak tertutup kemungkinan dikembangkan kawasan
agropolitan yang berada di Kecamatan Batang Kapas,
Kecamatan Sutera, Kecamatan Lengayang, dan Kecamatan
Ranah Pesisir.
4.
Kawasan Pertanian
109.847 Ha sekitar 94.25% dan sisanya seluas ± 6.702 Ha
sekitar 5.75% belum dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan
bahwa intensitas pertanaman masih rendah, terutama lahan
bukan sawah.
Rencana pengembangan budidaya pertanian tanaman
pangan dan hortikultura diarahkan untuk pemanfaatan
secara intensif lahan-lahan yang belum dimanfaatkan dan
tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Selain itu, juga akan
ditetapkan lahan-lahan pertanian tanaman pangan abadi
untuk mendukung ketahanan pangan.
Adapun rencana pengembangan kawasan pertanian tanaman
pangan dan holtikultura, antara lain adalah :
A.
Pertanian Lahan Sawah
Komposisi
penduduk
Kabupaten
Pesisir
Selatan
diketahui bahwa 53,20% dari penduduk usia pekerja
yang mata pencahariannya berada pada sektor
pertanian dengan jumlah lahan sawah 25.695 Ha dari
total luas wilayah keseluruhan 574.989 Ha yang tersebar
pada seluruh kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan.
B.
Kawasan Pertanian Lahan Kering Palawija dan
Hortikultura
Dalam
mengupayakan
peningkatan
produksi
di
Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai potensi yang
perlu dikembangkan karena masih mempunyai lahan
kering seluas 8.000 Ha yang bisa dioptimalkan untuk
penanaman palawija.dan Hortikultura.
Komoditi sayuran seperti kubis, kentang, bawang merah,
cabe di Kecamatan Koto XI Tarusan dan Bayang Utara.
Buah-buahan seperti manggis, pisang, jeruk, melinjo,
alpokat, salak di seluruh kecamatan daerah ini.
Selain itu juga di kembangkan kawasan agropolitan
peternakan yang berlokasi di 4 Kecamatan yaitu :
a.
Kecamatan Sutera;
b.
Kecamatan Lengayang;
c.
Kecamatan Ranah Pesisir; dan
d.
Kecamatan Linggo Sari Baganti.
Pada tahun 2013 dapat dikatakan urusan kelautan dan
perikanan memberikan hasil yang memuaskan karena
terjadi peningkatan produksi. Untuk produksi perikanan
tangkap sebesar 35.759 ton dan produksi perikanan
budidaya sebesar 8.520 ton. Untuk saat ini perikanan
tangkap baru tereksploitasi sebanyak 37.64% dari total
potensi lestari sebesar 95.000 ton/tahun.
Perairan pesisir untuk kegiatan perikanan tangkap
dengan bagan, bubu atau perahu < 10 GT di fokuskan
pada kegiatan penangkapan udang, ikan pelagis dan ikan
laut lainnya skala kecil pada jalur penangkapan 0
–
4 mil dari garis pantai.
Perairan pesisir untuk kegiatan perikanan tangkap
komersil untuk perahu/kapal ikan 10
–
30 GT penekanan
pada kegiatan penangkapan udang, ikan pelagis dan
ikan laut lainnya skala komersil pada jalur penangkapan
> 4 mil dari garis pantai. Zona perikanan tangkap
komersil (pelagis) terdapat di perairan daerah ini.
B.
Perikanan Budidaya
Perikanan budidaya dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga), yaitu budidaya laut, budidaya tambak dan
budidaya
air
tawar.
Kriteria
untuk
kawasan
pengembangan budidaya air tawar dan tambak adalah
sebagai berikut :
Kelerengan lahan < 8 %
Persediaan air cukup
Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran
domestik maupun industri.
Kualitas air baik (memenuhi kriteria kualitas air untuk
budidaya perikanan).
Pada tahun 2012 produksi lkan Sungai mencapai 384,04
ton, sedangkanp roduksi Ikan kolam yaitu 3.008,97.
Secara umum semua kecamatan di menghasilkan ikan
Laut, kecuali Kecamatan IV Nagari Bayang Utara dan
Basa IV Balai.
Sedangkan perikanan budidaya laut dikembangkan di
wilayah kecamatan yang memiliki perairan laut,
termasuk
di
teluk-teluk
sepanjang
pantai
dan
pengembangan pulau-pulau tempat penyu bertelur.
Untuk peningkatan pengembangan perikanan budidaya
laut diusulkan dalam program Minapolitan.
Selain dimanfaatkan untuk budidaya ikan laut, kawasan
pesisir juga dimanfaatkan untuk pertambakan, keramba,
budidaya rumput laut, dan kerang-kerangan serta
dialokasikan
juga
untuk
membangun
konstruksi
infrastruktur di lahan pantai guna kepentingan
penyimpanan
(gudang),
pengolahan
hasil
dan
transportasi sarana/ input produksi budidaya laut.
6.
Kawasan Peternakan
Dalam rangka mendukung swasembada daging di tahun 2014
pemerintah pusat juga mengucurkan berbagai program/
kegiatan ke daerah-daerah sentra peternakan, seperti
kegiatan Pejantan Pemacek 50 ekor sapi/kerbau (8 klp tani),
Penguatan sapi kerbau betina produktif 600 insentif (3 klp
tani), Penyelamatan sapi/kerbau betina produktif 59 ekor (1
klp tani). Penambahan Indukan sapi potong di P4 sebanyak
50 ekor, GEPEN 20 ekor sapi (20 klp tani) dan SMD 1
kelompok tani sebanyak 40 ekor sapi bali serta kegiatan
APBD yaitu kegiatan pendistribusian bibit ternak kepada
masyarakat bibit sapi sebanyak 81 ekor (7 klp tani).
Pada tahun 2012 terjadi peningkatan populasi ternak seperti
sapi sebanyak 78.998 ekor, kerbau sebanyak 8.031 ekor,
kambing sebanyak 50.048 ekor, ayam buras sebanyak
763.769
ekor
dan
itik
sebanyak
141.976
ekor.
Pengembangan
ternak
juga
harus
diiringi
dengan
Pengembangan
usaha
peternakan
dilakukan
dengan
pendekatan pengembangan kawasan sentra komoditi
unggulan ternak dengan pendekatan agribisnis Kawasan
Agropolitan di Kecamatan Lengayang, Sutera, Linggo Sari
Baganti dan Ranah Pesisir dengan komoditi unggulan sapi
potong, ayam buras, itik, dan ayam petelur dengan pusat
pengembangan di Surantih.
7.
Kawasan Pertambangan
Daerah ini kaya akan hasil pertambangan, terutama :
batubara dan berbagai pertambangan mineral lainnya
dengan potensi tambang ± 43.000 Ha. Usaha pertambangan
tersebut, yaitu :
1.
Bahan galian batubara
2.
Bahan galian mineral
a.
Mineral logam
Emas, Biji besi
b.
Mineral bukan logam
Pasir besi, Tawas
c.
Batuan
Andesit
Basalt
Batu bara
Dalam
mengelola
usaha
pertambangan,
pemerintah
menetapkan wilayah pertambangan (WP), yang terdiri dari
wilayah usaha pertambangan (WUP), wilayah pertambangan
rakyat (WPR).
Wilayah usaha pertambangan (WUP), adalah bagian dari
wilayah pertambangan (WP) yang telah memiliki
ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi.
WUP ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui koordinasi
dengan pemerintah provinsi.
Wilayah pertambangan rakyat (WPR), adalah bagian dari
wilayah pertambangan (WP) tempat dilakukannya usaha
pertambangan rakyat. WPR ditetapkan oleh Bupati sesuai
pasal 21, UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan.
Kegiatan pertambagan tanpa izin yang dilakukan rakyat
cukup banyak dan tersebar hampir di seluruh kecamatan.
Lokasi
ini
belum
ditetapkan
sebagai
wilayah
pertambangan rakyat (WPR), namun telah dikerjakan
diprioritaskan untuk ditetapkan sebagai WPR.
Kriteria untuk menetapkan wilayah pertambangan rakyat
(WPR) adalah sebagai berikut :
a.
Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di
sungai dan/atau di antara tepi dan tepi sungai;
b.
Mempunyai cadangan primer logam atau batubara
dengan kedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter;
c.
Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;
d.
Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25
(dua puluh lima) hektare;
e.
Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang;
dan/atau
f.
Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat
yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas)
tahun.
Wilayah pencadangan negara (WPN), adalah bagian
dari wilayah pertambangan (WP) yang dicadangkan
untuk kepentingan strategis nasional. Penetapan
wilayah pencadangan negara (WPN) dilakukan oleh
pemerintah pusat dengan tetap memperhatikan
aspirasi daerah sebagai daerah yang dicadangkan
untuk komoditas tertentu dan daerah konservasi
dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan
lingkungan. WPN yang ditetapkan untuk komoditas
tertentu dapat diusahakan sebagian luasnya,
sedangkan WPN yang ditetapkan untuk konservasi
ditentukan batasan waktunya. WPN yang diusakan
sebagian, luas statusnya berubah menjadi wilayah
usaha pertambangan khusus (WUPK).
Perubahan status WPN menjadi WPUK dapat
dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a.
Pemenuhan bahan baku industri dan energi
b.
Sumber devisa negara;
c.
Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan
sarana dan prasarana;
d.
Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi;
e.
Daya dukung lingkungan; dan/atau
f.
Penggunaan
teknologi
tinggi
dan
modal
investasi yang besar.
8.
Kawasan Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi
barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan
keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya
berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Kawasan industri membutuhkan hamparan areal cukup luas
dan berpengaruh terhadap perubahan lingkungan, baik
bentang alam, maupun kondisi sosial ekonomi dan
lingkungangannya. Kawasan industri diharapkan mampu
menjadi stimulus percepatan perkembangan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat sekitar dan wilayah lebih luas,
dengan tetap memperhatikan upaya mencegah pencemaran
fungsi lingkungan.
9.
Kawasan Pariwisata
Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi
Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu
atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat
daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Pengembangan
kepariwisataan untuk masa yang akan datang dilakukan
dengan membagi destinasi pariwisata Kabupaten Pesisir
Selatan kedalam 7 (tujuh) Destinasi Pengembangan
Pariwisata (DPP), sebagai berikut :
a.
Kawasan Wisata Budaya di Istana Inderapura dan rumah
Mande rubiah.
Pantai Carocok Painan dan Kawasan Wisata Mandeh yang
berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Wisata Bahari
Wilayah Barat merupakan Destininasi Pengembangan
Pariwisata (DPP 6).
c.
Kawasan Wisata Alam (Air Terjun Bayang Sani, Jembatan
Akar, Air Terjun Timbulun, Air Terjun Pelangai Gadang,
Ganting Ampalu, Air terjun Sungai Suam Lakitan dan
Ekowisata Suaka Taman Nasional Kerinci Seblat Sako.
d.
Kawasan Wisata Konservasi Lokasi yang memiliki bentang
lahan pantai dan ekosistem laut yang potensial untuk
kegiatan-kegiatan wisata bahari dan rekreasi yang bernilai
komersil.
Dengan potensi pariwisata yang beragam, kawasan
pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan dapat dikembangkan
karena memiliki semua potensi wisata antara lain, wisata
bahari dengan pelestarian biota laut, wisata alam dengan
pelestarian lingkungan, wisata sejarah dengan melestarikan
dan menggali peningalan sejarah dan karya wisata untuk ilmu
pengetahuan sebagai labor penelitian.
10.
Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman merupakan kawasan di luar kawasan
lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian masyarakat yang berada di wilayah
perkotaan dan perdesaan, dengan mempertimbangkan
kelestarian lingkungan dan diupayakan tidak melakukan
peralihan fungsi terhadap lahan pertanian teknis.
Adapun kriteria pengembangan kawasan permukiman adalah
:
1.
Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk
permukiman yang aman dari bahaya bencana alam.
2.
Sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha
serta dapat memberikan manfaat bagi peningkatan
ketersediaan permukiman, mendayagunakan fasilitas yang
ada disekitarnya dan meningkatkan perkembangan
kegiatan sektor ekonomi yang ada.
3.
Perlu adanya pengaturan terhadap luas lahan terbangun
dengan tak terbangun pada kawasan pengembangan
permukiman.
Secara umum kawasan permukiman di daerah ini
berdasarkan penyediaan wilayah permukimannya dapat
dibedakan menjadi :
a.
Permukiman perdesaan, meliputi:
Permukiman
pusat
pertumbuhan
desa
(nagari/
kelurahan)
Permukiman desa (jorong/kampung)
Permukiman pada perdusunan
b.
Permukiman perkotaan meliputi :
Permukiman perkotaan Besar
Permukiman perkotaan menengah
Permukiman perkotaan kecil
c.
Permukiman perkotaan didukung oleh kota satelit,
pengembangan kota baru seperti Kota Terpadu Mandiri
(KTM) di Lunang Silaut, dan permukiman skala menengah
menyebar di ibukota kecamatan di daerah ini. Usulan
untuk kota besar adalah Kota Painan sebagai kota inti
maupun sebagai pusat pelayanan. Perkotaan ini dilengkapi
dengan berbagai fasilitas umum kota, kegiatan industri,
dan jasa.
Antara kota inti dengan perkotaan satelit dan
permukiman skala menengah memiliki hubungan atau
aksesibilitas yang tinggi, setidaknya oleh sistem komuting.
d.
Permukiman
perkotaan
menengah,
merupakan
permukiman di perkotaan yang memiliki fungsi sebagai
pusat
pelayanan
kota-kota
menengah.
Dengan
berkembangnya kawasan permukiman tersebut akan
membentuk pusat pertumbuhan skala wilayah/regional.
Berkembangnya area terbangun tersebut akan berdampak
terhadap skala pelayanan di tingkat regional bahkan akan
dapat
menghubungkan
atau
berinteraksi
dengan
metropolitan dan perkotaan kecil lainnya.
e.
Permukiman perkotaan kecil, merupakan permukiman di
perkotaan yang memiliki fungsi sebagai:
Pusat pelayanan kabupaten.
Pusat pertumbuhan skala kabupaten.
Pusat pelayanan perkotaan kecamatan.
Pembangunan Kasiba (Kawasan Siap Bangun) dan Lasiba
Tapan, dan IV Jurai dan Bayang dengan mempersiapkan
lahan
siap
bangun
dan
pembuatan
prasarana
pemukiman pendukung penduduk seperti jalan lingkung
prasarana air bersih, air limbah, jaringan telekomonikasi
dan penerangan.
11.
Kawasan Peruntukan Lainnya
Kawasan peruntukan lainnya berdasarkan PP 26 Tahun 2008
tentang RTRWN mencakup kawasan tempat beribadah,
kawasan pendidikan, dan kawasan pertahanan keamanan.
Kawasan pertahanan keamanan yang dimaksud disini adalah
pertahanan keamanan daerah dan lingkungan.
Kawasan perternakan dan kawasan budidaya perairan di
tetapkan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Kawasan peruntukan lainnya diatur dalam standar dan
kriteria
teknis
pemanfaatan
ruang
dan
merupakan
persyaratan minimal untuk seluruh kecamatan yang akan
diatur lebih lanjut dan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Wilayah Rawan Bencana
Kabupaten Pesisir Selatan termasuk dalam kawasan rawan
bencana alam baik berupa banjir, tanah longsor, puting
beliung, gelombang pasang, gempa bumi, abrasi pantai dan
angin badai.
Bencana alam gempa bumi ini terkait dengan letak geografis
Kabupaten Pesisir Selatan yang berada pada pertemuan
lempeng benua. Sedangkan tanah longsor dan banjir lebih
diakibatkan oleh sifat fisik dan tutupan lahan (hutan) yang
semakin berkurang. Demikian juga bahaya bencana alam lain
saling berkaitan penyebabnya. Selama ini bencana alam
menjadi kendala dalam upaya pengembangan kawasan
budidaya
untuk
meningkatkan
pembangunan
dan
kesejahteraan masyarakat.
I.
Demografi
Salah satu aspek yang sangat penting dan perlu menjadi
perhatian
dalam
proses
pembangunan
adalah
aspek
dasar pembangunan dengan asumsi kualitas sumber daya
manusianya tinggi. Dengan kualitas penduduk yang rata-rata
baik akan berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk.
Kualitas penduduk juga akan menentukan pertumbuhan wilayah
terutama dalam pemanfaatan seluruh potensi daerah yang
dimiliki dalam menunjang pembangunan
J.
Jumlah dan Pertambahan Penduduk.
Berdasarkan data sementara dari BPS jumlah penduduk
Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2012 tercatat sebanyak 442.100
jiwa, yang terdiri dari 217.497 jiwa jiwa laki-laki dan 224.603 jiwa
perempuan dengan kepadatan penduduknya sebesar 75 jiwa per
kilometer.
1.
Struktur Penduduk
Struktur penduduk diperlukan untuk mengetahui lebih lanjut
karakteristik penduduk, terutama dalam kaitannya dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, baik saat
ini maupun masa mendatang.
2.
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk tahun 2012 menurut jenis kelamin
menunjukkan bahwa penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini
ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 96,84
%, yang artinya setiap jumlah penduduk laki-laki sebanyak 96
jiwa, maka jumlah penduduk perempuan sebanyak 100 jiwa.
3.
Berdasarkan Kelompok Umur
Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur tahun
2012 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah penduduk
didominasi kelompok umur produktif (usia 15-64 tahun) yaitu
sebanyak
281.117
(63,59%).
Tingkat
ketergantungan
(dependency) penduduk usia tidak produktif terhadap
penduduk usia produktif yaitu sebesar 57,27%.
4.
Berdasarkan Mata Pencaharian
5.
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan menjadi salah satu tolak ukur kualitas
sumberdaya
manusia
yang
akan
menjadi
pelaku
pembangunan di daerah. Keberhasilan pembangunan bidang
pendidikan didukung dengan tersedianya sarana dan
prasarana yang memadai, sehingga proses mengajar dan
mendidik dapat berlangsung dengan baik. Struktur penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013, sebagian besar
didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan
SD/SDLB/MI yaitu sekitar 32,83 % dan yang paling rendah
adalah penduduk dengan tingkat pendidikan S3.
6.
Angkatan Kerja
Salah satu sasaran pembangunan adalah terciptanya
lapangan kerja baru yang memadai agar dapat menyerap
penambahan angkatan kerja dari tahun ke tahun.
Meningkatnya jumlah penduduk tidak hanya mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan akan pangan, sandang, perumahan,
tapi juga perlunya perluasan kesempatan kerja. Penduduk
sebagai sumber dari supply tenaga kerja akan menimbulkan
suatu dilema apabila jumlahnya tidak seimbang dengan
kemampuan sektor ekonomi dalam menyediakan lapangan
kerja dan yang akan muncul adalah pengangguran.
Pengangguran merupakan masalah yang sering timbul dalam
pembangunan ketenagakerjaan. Jika masalah pengangguran
ini tidak mendapat masalah yang serius akan menjadi
masalah sosial dalam masyarakat.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengindentifikasi
besarnya keterlibatan penduduk secara aktif dalam kegiatan
ekonomi yang merupakan perbandingan antara jumlah
angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja (15 tahun
keatas).
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun
Berjalan dan Realisasi RPJMD
2.2.1.
Peningkatan produksi dan produksivitas pertanian dan
perikanan
Pencapaian dari sasaran Peningkatan produksi dan produktifitas
pertanian dan perikanan dapat diukur/dinilai dari pencapaian
realisasi Program dan kegiatan. Capaian tersebut dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel Capaian Kinerja Prioritas dan Program Tahun 2013
Berdasarkan Sasaran RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan
No Sasaran Satuan Target Realisasi
1.
Meningkatnya produksi dan produktifitas
Jumlah produksi
komoditi hortikultura Kw 8623 7.911 Luas kawasan sentra
komoditi perkebunan Ha 130 154
-Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan
-Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan sarana Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
-Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing Industri Hilir, Pemasaran Ekspor Hasil Pertanian
-Program Penyediaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian
Program Indikator SKPD Terkait
Jenis penerapan teknologi baru oleh petani
Kelp 9 9
No Sasaran Satuan Target Realisasi
-Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
-Program Penyediaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Jumlah pelaksanaan
pengawasan perariran kali 4 5
-Program Pengelolaan Sumberdaya Laut Pesisir dan dan Pulau-pulau Kecil
Jumlah kelompok
perikanan Kelp 35 Budidaya Ikan 35 kelompk Budidaya Ikan
-Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan
Kelp 13 Perikanan Tangkap
Program Peningkatan daya saing Produk Perikanan
Jumlah pembangunan akses pasar dan permodalan
paket 2 petakan Kios 2 petakan Kios
paket
Program Indikator SKPD Terkait
Dinas Kelautan dan Perikanan Jumlah produksi
komoditi tanaman perkebunan
2.2.2.
Pengembangan industri pangan berbasis potensi lokal
Pengembangan
industri
pangan
diarahkan
untuk
mengembangkan industri skala kecil dan menengah yang
berbasis bahan baku lokal dan potensi daerah, yaitu
pengembangan industri pangan berdasarkan potensi lokal,
penerapan teknologi tepat guna dalam proses produksi,
meningkatnya
daya
saing
produk
industri
dan
jasa,
meningkatnya
jumlah
ekspor
produk
industri,
dan
meningkatkan kesempatan kerja pada sektor industri.
Pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2013, dapat
diukur/dinilai pencapaian indikasi Rencana Program. Dalam
peningkatan pengembangan industri pangan berbasis potensi
lokal, seperti diuraikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel Capaian Kinerja Prioritas dan Program Tahun 2013
Berdasarkan Sasaran RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan
No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait
1.
- Peningkatan Hasil Produksi Peternakan
-Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani Yang Alami, Sehat, Utuh dan Halal
-Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Peternakan
-Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
-Program Penyediaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian
Jumlah populasi ternak
Jumlah produksi komoditi tanaman perkebunan
ekor 1406696 1399766
Hal. II - 23
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)
No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait
-Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap
unit 35 unit mesin tempel 45 unit mesin tempel
unit 20 unit Mesin Tempel
5 PK
35 unit Mesin Tempel 5 PK
unit 5 unit Mesin Tempel
15 PK
8 unit Mesin Tempel 15 PK
unit 10 unit Mesin Tempel
40 PK
2 unit Mesin Tempel 40 PK
-Program Pengelolaan Sumberdaya Laut Pesisir dan
dan Pulau-pulau Kecil Kelp 35 Budidaya Ikan
35 kelompk
Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap
Kelp 13 Perikanan Tangkap
22 Pengembangan Desa Pesisir
Program Peningkatan daya saing Produk Perikanan
Jumlah pembangunan akses pasar dan
permodalan paket 2 petakan Kios 2 petakan Kios
paket
Jumlah Fasilitas KTM
yang dibangunan unit 8 8
Dinas sosial, tenaga kerja dan transmigrasi
Program Peningkatan
Program Indikator
Dinas Kelautan dan Perikanan Jumlah kelompok
perikanan Jumlah teknologi perikanan tangkap dan budidaya
No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait
Tumbuhnya Koperasi
UMKM org 100 100
3. Industri Kecil dan Menengah
Meningkatnya
jumlah UMKM unit 1050 1000
Dinas koperindag pasar
2.2.3.
Pengembangan kawasan wisata
Pengembangan
kawasan
wisata
diarahkan
untuk
mengembangkan objek-objek wisata potensial seperti Cerocok
Painan, Timbulun Painan, Air Terjun Bayang Sani, Jembatan Akar,
Cubadak Resort, Puncak Langkisau dan Rumah Gadang Rubiah.
Keberhasilan pengembangan sektor wisata di Pesisir Selatan
dapat dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan nusantara dari
306.670 orang di tahun 2012 menjadi 587.633 atau meningkat
91,5 %. Begitu juga halnya dengan wisatawan mancanegara
yang berkunjung ke Kabupaten Pesisir Selatan juga mengalami
peningkatan dimana tahun 2012 terdapat 476 orang kunjungan
wisatawan mancanegara meningkat menjadi 578 orang pada
tahun 2013 atau sebesar 21,43 %. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara ke Kabupaten
Pesisir Selatan pada Tahun 2012 dan 2013
2012 2013 Kenaikan
(%) 2012 2013
Kenaikan (%)
1 Carocok Painan 76 74 97,37 235.986 566.475 240,05
2 Timbulun Painan 8.897 -
3 Air Terjun Bayang Sani 16.780 5.345 31,85
4 Jembatan Akar 20.539 15.813 76,99
5 Cubadak Resort 400 504 126,00
6 Puncak Langkisau 14.450 -
7 Rumah Gadang Mande
Rubiah
10.198
476 578 121,43 306.850 587.633 191,50 Jumlah
No Objek Wisata
Jumlah Pengunjung
Wisnu Wisman
Dengan
pengembangan
pariwisata
ini
diharapkan:
1)
berkembang objek-objek wisata yang potensial, 2) terbukanya
lapangan kerja di sektor pariwisata, 3) Mewujudkan Pesisir
Selatan sebagai tujuan wisata utama di Sumatera Barat.
Tabel Capaian Kinerja Prioritas dan Program Tahun 2013
Berdasarkan Sasaran RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan
No Sasaran Satuan Target Realisasi
1. Meningkatnya jumlah kunjungan wisman dan wisnu
Pengembangan Pemasaran
Pariwisata 1. Kunjungan wisatawan lokal Olahraga Budaya dan
Pariwisata
Program Indikator SKPD Terkait
2.2.4.
Pembangunan daerah tertinggal dan infrastruktur penunjang
ekonomi rakyat
Pemerintah Daerah telah mengupayakan identifikasi secara
menyeluruh pada kampung-kampung tertinggal, sehingga dapat
diambil
langkah
nyata
dalam
mengeluarkannya
dari
ketertinggalan. Pembangunan infrastruktur dasar bagi daerah
tertinggal biasanya berbentuk pembangunan jalan dan
jembatan. Pembangunan ini sebagai penghubung agar
daerah-daerah tertinggal tersebut menjadi terbuka dan terhubung
dengan daerah yang maju. Pada tahun 2013 telah dibangun
Jaringan Jalan Kabupaten dan Jalan Strategis untuk membuka
daerah terisolir, sehingga daerah tertinggal dengan dapat
terhubung dengan daerah lain khususnya daerah yang lebih
maju sehingga berdampak pada akses menuju dareah tersebut
lebih mudah dan terbuka sehingga memudahkan distribusi dan
arus transportasi yang pada akhirnya sesuai dengan target
RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan tidak lagi menjadi daerah
tertinggal.
Jenis, Kondisi dan Status Jalan di Kabupaten Pesisir Selatan
No
Jenis, Kondisi dan
A
Jenis Permukaan
Jumlah
2274,82
2323,49
2323,49
2323,49
Jumlah
2274,82
2323,49
2323,49
2323,49
C
Panjang Jalan
7. Kelas Tidak Rinci
236,80
Jumlah
2274,82
2323,49
2323,49
2323,49
Sumber : Dinas PU Kab.Pessel, 2013
Klasifikasi Irigasi, Luas Sawah yang diairi dan yang belum diari
jaringan irigasi
NO. KLASIFIKASI IRIGASI Luas SawahRencana (Ha)
Areal sdh ada jaringan irigasi (utama) Areal sawah blm Ada Jaringan Irigasi Sudah Sawah
Blm Sawah Sudah
Berfungsi Blm Berfungsi Sudah Sawah Belum Sawah
Tabel Capaian Kinerja Prioritas dan Program Tahun 2013
Berdasarkan Sasaran RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan
No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait
1.
Meningkatkan jalan kabupaten dalam kondisi baik
1. Rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan
-Panjang Jalan Kabupaten
yang terpelihara Km 270,36 270,36
-Pembangunan jalan dan
jembatan
-Panjang Jaringan Jalan Kabupaten dan Jalan Strategis untuk membuka daerah terisolir
Km 48,25 47,65
Pembangunan Infrastruktur pedesaan/nagari
-Panjang Jalan Pedesaan
yang terbangun meter 64293,25 64293,25
Dinas Pekerjaan Umum Indikator
Program
No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait
3. Meningkatnya jangkauan prasarana irigasi 1.
Pengembangan, Pengelolaan, Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya
-Terpeliharanya
infrastruktur irigasi paket 32 30
-Terlaksananya rehabilitasi
irigasi paket 24 30
Dinas PSDA Indikator
Program