TENTANG
RENCANA KERJA
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LANDAK
TAHUN 2015
PENGANTAR
Berdasarkan Undang Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, maka daerah diharuskan menyusun dokumen Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai dokumen perencanaan tahunan daerah. RKPD Kabupaten
Landak tahun 2015, disusun dengan maksud memberikan arah pelaksanaan pembangunan 1
(satu) tahun ke depan serta indikasi besaran dana yang diperlukan. Pengelompokan Urusan
Pemerintah dalam penyusunan RKPD Kabupaten Landak pada tahun 2015 berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah; sedangkan sistematika dalam penyusunannya mengacu pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Pengendalian
dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015.
Pembangunan di Kabupaten Landak yang merupakan bagian integral pembangunan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dalam pelaksanaan pembangunannya sangat memerlukan
dukungan berbagai pihak, termasuk Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat ataupun
kalangan swasta. Oleh karena itu kami menyambut baik Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) Propinsi Kalimantan Barat dan Musyawarah Perencanaan
Nasional yang merupakan agenda propinsi dan nasional dalam rangka meningkatkan
keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan antara Pemerintah Pusat, Propinsi
dan Kabupaten.
Kami berharap RKPD Kabupaten Landak Tahun 2015 yang telah disusun ini dapat dijadikan
sebagai masukan yang berharga guna merumuskan kebijakan yang akan diambil untuk
dilaksanakan di Kabupaten Landak.
Ngabang,
Mei 2014
BUPATI LANDAK,
FTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
Daftar Tabel
iii
Daftar Gambar
v
Daftar Grafik
vi
BAGIAN KESATU
Peraturan Bupati Landak tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Landak Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN ...
1
1.1. Latar Belakang ...
1
1.2. Landasan Hukum ...
2
1.3. Hubungan Antar Dokumen
.
4
1.3. Maksud dan Tujuan Penyusunan RKPD...
5
1.4. Sistematika Penyusunan RKPD ...
6
BAB II
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DAN
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2013
8
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah ...
8
2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2013
20
2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah ...
21
BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA
KERANGKA PENDANAAN ...
28
3.1. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan
Tahun 2014...
28
3.2. Tantangan serta Arah Kebijakan dan Sasaran Ekonomi
Makro Tahun 2015
32
3.3. Arah Kebijakan Keuangan Daerah...
35
BAB IV
SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015 ...
47
4.1. Sasara Makro Pembangunan Daerah
..
47
4.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah
.
47
BAB V
PRIORITAS DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN
2015...
62
5.1. Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2015
.
62
5.2. Program-program Prioritas Pembangunan Daerah
.
63
BAB VI
PENUTUP...
6.1. Kaidah Pelaksanaan
..
6.2. Tindak lanjut
..
FTAR TABEL
Tabel
2.1 Banyaknya Desa dan Dusun menurut Kecamatan di Kab. Landak Tahun
2012 ...
8
Tabel
2.2 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kab. Landak Tahun
2011-2012...
9
Tabel
2.3 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan
Ekonomi...
10
Tabel
2.4 Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Implisit, dan Laju Inflasi Kab. Landak
Tahun 2010-2012...
11
Tabel
2.5 PDRB Atas dasar Harga Berlaku dan Kontribusi Sektor Ekonomi
(Jutaan/Rupiah/Persen)...
12
Tabel
2.6 Nilai PDRB Perkapita dan Pertumbuhannya di Kab. Landak Tahun
2010-2012...
13
Tabel
2.7 Pengeluaran Perkapita Kab. Landak 2011-2012...
13
Tabel
2.8 IPM Kab. Landak 2010
2012...
14
Tabel
2.9 Angka
Kemiskinan
Kab.
Landak
Tahun
2011-2012...
14
Tabel
2.10 Tingkat
Pengangguran
Kab.
Landak
Tahun
2011-2013...
14
Tabel
2.11 APK, APM, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah di Kab. Landak
Tahun 2011-2012...
15
Tabel
2.12 Angka Harapan Hidup Kab. Landak Tahun 2011-2012...
16
Tabel
2.13 Statistik Ketenagakerjaan Kab. Landak Tahun 2011-2012...
16
Tabel
2.14 IDG Kab. Landak tahun 2011...
17
Tabel
2.15 Target dan Realisasi Akseptor Baru dan Aktif Kab. Landak Tahun 2012...
18
Tabel
2.16 Aspek Layanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Bidang Pendidikan
Tahun 2011-2012...
18
Tabel
2.17 Jumlah Sekolah di Lingkungan Diknas Kab. Landak Tahun 2011-2012...
19
Tabel
2.18 Jumlah Puskesmas, Pustu, dan Pusling di Kab.Landak Tahun 2011-2012...
19
Tabel
2.19 Cakupan Puskesmas Per Kecamatan Tahun 2011-2012...
20
Tabel
2.20 Indikator Makro Pembangunan Kab. Landak Tahun 2012-2013
20
Tabel
3.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kab. Landak...
32
Tabel
3.2 Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Kab. Landak Tahun 2012-2015.
40
Tabel
3.3 Realisasi dan Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah Kab. Landak
Tahun 2012-2015...
41
Tabel
3.4 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Kab. Landak Tahun
2012-2015...
43
Tabel
3.5 Realisasi dan Proyeksi Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kab. Landak
Tahun 2012-2015...
44
Tabel
3.6 Rekapitulasi Realisasi dan Proyeksi (Pagu Indikatif) Kerangka Pendanaan
Pembangunan
Daerah
Kab.
Landak
Tahun
2012-2015...
45
FTAR GAMBAR
FTAR GRAFIK
Grafik 1
Kontribusi
Sektor
dalam
Perekonomian
di
Kabupaten
Landak
... 11
Grafik 2
Distribusi Persentase Komponen PDRB Penggunaan Kabupaten Landak
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
d ef g eh
-
iefgeh j klkm25
ngoie2004
p qepg eh rstp ql u qm q ev gegg e uqlwgeh ieg ej gtske gxl q ehglg egpyg ewg owa penyusunan rencana pembangunan
yang mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, menjamin terciptanya
integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar
fungsi pemerintah baik pusat maupun daerah, menjamin keterkaitan dan konsistensi
antar perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasannya serta
mengoptimalkan
partisipasi
masyarakat.
Perencanaan
pembangunan
juga
dimaksudkan untuk menjamin penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan hal-hal tersebut, secara
makro perencanaan pembangunan di daerah disusun menurut hirarki yaitu
perencanaan jangka panjang, jangka menengah maupun tahunan.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan
pembangunan tahunan yang disusun setiap tahunnya dan memuat rancangan
prioritas pembangunan, rancangan kerangka makro ekonomi daerah, arah kebijakan
keuangan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat. Penyusunan RKPD ini mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
dan menjadi pedoman penyusunan Rancangan Anggaran Pendapat dan Belanja
Daerah (RAPBD).
Berdasarkan hasil musyawarah yang dilakukan pada tiap tingkatan
pemerintahan dan Forum SKPD, maka dokumen RKPD memuat informasi rencana
pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 seperti informasi Prioritas
Pembangunan Daerah, Program dan Kegiatan, Penanggung jawab program, Indikator
hasil serta pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai sasaran program tersebut.
Data dan informasi yang disampaikan dalam RKPD ini, selanjutnya menjadi acuan
bagi penganggaran pembangunan yang disusun dalam dokumen APBD.
Hubungan antara RKPD dengan dokumen RPJM Daerah, keterkaitan antara
dokumen RKPD dengan Dokumen Perencanaan lainnya terlihat dari keterkaitan antar
dokumen perencanaan dalam RPJMD Kabupaten Landak yang mengacu pada
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional; dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
RPJM Kabupaten Landak mengacu pada RPJM Provinsi Kalimantan Barat dan
RPJM Nasional.
2.
RPJM Daerah harus memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan
pembangunan (
stakeholders
) melalui penyelenggaraan musrenbang RPJM
Daerah.
3.
RPJM Daerah dijabarkan dalam RKPD Daerah yang dijadikan pedoman dalam
menyusun RAPBD dan APBD.
4.
RPJM Daerah dijadikan pedoman dalam menyusun Renstra SKPD dan Renja
SKPD.
5.
Renja SKPD harus berpedoman pada Renstra SKPD dan mengacu pada RKPD.
6.
Renja SKPD dapat dijadikan pedoman dalam menyusun RKA SKPD dan rincian
APBD.
1.2.
Landasan Hukum
2.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
5.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4567);
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
7.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
8.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 690).
11. Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor 11 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Landak Tahun 2007
2027 (Lembaran
Daerah Nomor 11 Tahun 2008; Tambahan Lembaran Daerah Nomor 10);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Landak Tahun
2012-2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Landak Tahun 2012 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Landak Nomor 23).
1.3.
Hubungan Antar Dokumen
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, disebutkan bahwa
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau
Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk
periode 5 (lima) tahun. Sedangkan Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja
Perangkat Daerah, yang juga sering disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah
untuk periode 1 (satu) tahun. Dalam Pasal 25 Undang-undang tersebut, maka RKPD
menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBD. Hubungan dan keterkaitan antar
Dokumen perencanaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Sedangkan konsistensi antara perencanaan dengan proses penganggaran dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
Gambar 2
Hubungan RPJP, RPJM, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
1.4.
Maksud dan Tujuan Penyusunan RKPD
1.
Maksud.
a.
Sebagai dokumen perencanaan tahunan dan merupakan kompilasi atas
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mendesak untuk
ditangani pada Tahun 2015.
b.
Sebagai dasar dan acuan resmi bagi seluruh jajaran pemerintah Kabupaten
Landak, DPRD, masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya dalam
menentukan prioritas program dan kegiatan yang akan dibiayai dari APBD
Kabupaten, APBD propinsi, APBN, dana-dana dekonsentrasi, bantuan luar
negeri, dan sumber pendanaan lainnya;
c.
Memberikan arahan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Landak dalam
menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) secara
terpadu, terarah dan terukur pada Tahun 2015.
2.
Tujuan.
a.
Mewujudkan sinergi antara perencanaan, penganggaran dan pengawasan
pembangunan antar wilayah, antar bidang pembangunan, dan antar
tingkat pemerintahan.
RPJM
Daerah
RKP
RKP
Daerah
Renstra
SKPD
Renja
SKPD
RAPBD
RKA
SKPD
APBD
Rincian
APBD
Pedoman
Pedoman
Dijabarkan
Pedoman
Pedoman
Diacu
b.
Menjaga konsistensi perencanaan dan pemilihan program serta kegiatan
prioritas dengan Visi dan Misi Daerah.
c.
Menetapkan arah kebijakan, prioritas pembangunan dan plafon/pagu
indikatif pendanaan berdasarkan fungsi SKPD.
1.5.
Sistematika Penyusunan RKPD
Rancangan Awal RKPD Kabupaten landak Tahun 2015 dibagi menjadi enam bab dan
beberapa sub bab sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Landasan Hukum
1.3.
Hubungan Antar Dokumen
1.4.
Maksud dan Tujuan Penyusunan RKPD
1.5.
Sistematika Penyusunan RKPD
BAB II
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2013
2.1.
Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.2
Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2013
2.3.
Permasalahan Pembangunan Daerah
BAB III RANCANGAN
KERANGKA
EKONOMI
DAERAH
BESERTA
KERANGKA
PENDANAAN
3.1.
Kondisi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun
2014
3.2.
Tantangan serta Arah Kebijakan dan Sasaran Ekonomi Daerah Makro
Tahun 2015
3.3.
Arah Kebijakan Keuangan Daerah
3.3.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
3.4.2. Arah Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah
3.4.3. Arah Kebijakan Belanja Daerah
3.4.4. Arah Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah
BAB IV SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015
4.1. Sasaran Makro Pembangunan Daerah
4.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah
BAB V
PRIORITAS DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015
5.1. Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2015
5.2. Program-Program Prioritas Pembangunan Daerah
BAB VI PENUTUP
BAB II
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN
PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2013
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1 Aspek Geografis dan Demografis
Kabupaten Landak adalah salah satu daerah kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat
yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Pontianak pada tanggal 4 Oktober 1999
dengan UU Nomor 55 Tahun 1999. Ibu kota kabupaten ini terletak di Ngabang, memiliki luas
wilayah 9.909,10 km² atau sekitar 6,75 persen dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat.
Kabupaten Landak terbagi menjadi 13 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 156 desa
dan 659 dusun.
Tabel 2.1.
Banyaknya Desa dan Dusun Menurut Kecamatan di Kab. Landak
Tahun 2012
No.
Kecamatan
Desa
Dusun
1.
Sebangki
5
27
2.
Ngabang
19
83
3.
Jelimpo
13
47
4.
Sengah Temila
14
84
5.
Mandor
17
57
6.
Menjalin
8
41
7.
Mempawah Hulu
17
73
8.
Sompak
7
23
9.
Menyuke
16
81
10.
Banyuke Hulu
7
35
11.
Meranti
6
35
12.
Kuala Behe
11
31
13.
Air Besar
16
42
Jumlah
156
659
Sumber : Landak Dalam Angka, 2013
Wilayah Kabupaten Landak terletak pada batas koordinat 0°01 Lintang Selatan-1°02 Lintang
Utara dan 109°5 -110°10
Bujur Timur, sedangkan batas-batas wilayah administrasi
Kabupaten Landak adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sanggau
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Kubu Raya
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pontianak
Penduduk Kabupaten Landak pada tahun 2011 berjumlah 336.080 jiwa, dan mencapai
340.635 jiwa pada tahun 2012 (proyeksi pertengahan tahun hasil SP2010). Pada periode
2011
2012 laju pertumbuhan penduduk (LPP) di Kabupaten Landak sebesar 1,59 persen.
Tabel 2.2.
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Landak Tahun 2011-2012
No.
Kecamatan
Jumlah Penduduk
2011
2012
1.
Sebangki
16.920
17.092
2.
Ngabang
63.265
65.552
3.
Jelimpo
23.685
23.903
4.
Sengah Temila
54.154
54.524
5.
Mandor
29.046
29.535
6.
Menjalin
18.865
19.028
7.
Mempawah Hulu
33.182
33.406
8.
Sompak
13.791
13.924
9.
Menyuke
25.855
25.868
10.
Banyuke Hulu
12.077
12.222
11.
Meranti
9.180
9.229
12.
Kuala Behe
13.799
13.876
13.
Air Besar
22.261
22.476
Jumlah Landak
336.080
340.635
Sumber : Proyeksi Pertengahan Tahun Hasil SP2010 (BPS Kabupaten Landak)
Dilihat dari jumlah penduduk antar kecamatan dari tahun 2011 ke 2012, terjadi peningkatan
jumlah penduduk yang sangat bervariasi, Kecamatan Ngabang dan Sengah Temila
merupakan kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya. Pada tahun 2011 jumlah
penduduk kedua kecamatan ini masing-masing 63.265 jiwa dan 54.154 jiwa, sedangkan pada
tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah penduduk menjadi 65.552 jiwa di Kecamatan
Ngabang dan 54.524 jiwa di Kecamatan Sengah Temila. Sedangkan penduduk yang paling
sedikit jumlah penduduknya berada di kecamatan Meranti, yaitu sebanyak 9.0180 jiwa pada
tahun 2011, dan menjadi 9.229 jiwa pada tahun 2012.
2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1)
Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Kondisi kinerja pembangunan terkait dengan kesejahteraan dan pemerataan ekonomi
di Kabupaten Landak dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun 2013 dapat digambarkan
Tabel 2.3.
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
No
Indikator *)
Tahun
2011
2012
2013
(1)
(2)
(5)
(6)
1.
Pertumbuhan Ekonomi (%)
6,90
6,01
6,05
2.
PDRB per Kapita (Rupiah)
9.939.707,65
10.921.627,04
11.968.000
3.
Laju Inflasi (%)
5,99
5,05
na
4.
Angka Pengeluaran per kapita
(ribu rupiah PPP)
614,58
617,92
na
5.
Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)
68,16
69,05
69,60
6.
Angka Kemiskinan (%)
13,13
12,41
11,23
7.
Angka Pengangguran (%)
3,18
4,80
3,24
a. Pertumbuhan PDRB dan Laju Inflasi
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang penting dalam
menganalisis tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dalam
periode waktu tertentu. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya kenaikan
produksi barang dan jasa di daerah tersebut.
Pada tahun 2008-2012, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Landak selalu positif.
Hal ini menunjukkan adanya kenaikan produksi barang dan jasa di Kabupaten
Landak dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi sebesar 4,29
persen, sedangkan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi
6,01 persen, sedikit melambat dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 6,90
persen. Dilihat dari trend pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Landak menunjukkan kecendrungan meningkat, walaupun pada tahun
2012 pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding tahun 2011.
Indeks implisit adalah perbandingan antara PDRB atas dasar harga berlaku dan
PDRB atas dasar harga konstan. Laju indeks implisit menggambarkan perubahan
harga barang dan jasa di tingkat produsen. Inflasi dapat digunakan untuk melihat
stabilitas ekonomi suatu daerah. Keadaan ekonomi yang makin stabil ditunjukkan
oleh perkembangan laju inflasi yang kecil. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir,
laju indeks implisit di Kabupaten Landak cukup stabil, kecuali pada tahun 2008
cukup tinggi yaitu 9,01 persen. Pada tahun berikutnya kembali stabil, dan pada
tahun 2012 menjadi 5,05 persen. Pertumbuhan Ekonomi, Indeks implisit, dan laju
Tabel 2.4.
Pertumbuhan Ekonomi, Indeks implisit, dan laju inflasi
Kabupaten Landak tahun 2010-2012
Uraian
Tahun
2010
2011*)
2012**)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
5,13
6,90
6,01
Indeks Implisit
183,8
194,81
204,65
Laju Inflasi (%)
4,95
5,99
5,05
Sumber : Landak Dalam Angka 2013 dan PDRB Kab Landak menurut sektoral 2012
Ket. : *) Angka Sementara, **) Angka Sementara
b.
Struktur Ekonomi
Secara umum sektor-sektor ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga sektor
utama yaitu sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian serta sektor
pertambangan dan penggalian, sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri
pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor konstruksi, serta sektor
tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,
serta sektor jasa-jasa. Struktur perekonomian dapat dilihat dari persentase
(proporsi) masing-masing sektor perekonomian terhadap total PDRB atas dasar
harga berlaku (PDRB ADHB).
Grafik 1.
Sumber : BPS Kabupaten Landak
Pada tahun 2012, struktur perekonomian di Kabupaten Landak masih didominasi
oleh sektor primer, terutama sektor pertanian. Sektor primer memberikan
Primer
51,30%
Tersier
35,28%
Sekunder
13,42%
Kontribusi Sektor dalam Perekonomian di Kabupaten Landak
Tahun 2012
Primer
Tersier
kontribusi sebesar 51,30 persen dari total PDRB. Kontribusi sektor tersier sebesar
35,28 persen, sedangkan kontribusi sektor sekunder sebesar 13,42 persen.
Tabel 2.5.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Kontribusi Sektor Ekonomi
(Jutaan Rupiah/Persen)
No.
Sektor/Sub Sektor
Tahun
2010
r
)
2011*)
2012**)
1.
Pertanian
1.491.336,93
1.678.742,62
1.822.790,54
50,58
50,25
49,00
2.
Pertambangan
dan
Penggalian
44.575,36
55.991,17
85.632,34
1,51
1,68
2,30
3.
Industri Pengolahan
300.498,71
348.366,56
371.456,01
10,19
10,43
9,98
4.
Listrik, Gas, dan Air
Bersih
8.940,11
11.173,25
12.493,22
0,30
0,33
0,34
5.
Konstruksi
79.444,13
93.261,10
115.566,20
2,69
2,79
3,11
6.
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
640.688,20
708.713,64
797.179,53
21,73
21,22
21,43
7.
Pengangkutan
dan
Komunikasi
70.047,42
81.621,28
90.927,19
2,38
2,44
2,44
8.
Keuangan,
Persewaan
dan Jasa Perusahaan
140.087,35
157.685,56
176.011,16
4,75
4,72
4,73
9.
Jasa-jasa
172.743,03
204.981,76
248.232,24
5,86
6,14
6,67
PDRB
2.948.361,24
3.340.536,95
3.720.288,43
Sumber : Landak Dalam Angka 2013
Ket : r) Angka Perbaikan, *) Angka Sementara, **) Angka Sementara
Pada tahun 2012, secara lebih rinci, sektor yang memberikan peranan paling besar
adalah sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 49,00 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Landak masih sangat
tergantung dengan sektor pertanian, terutama komoditas tanaman pangan (padi),
dan tanaman perkebunan (karet dan kelapa sawit). Sektor lainnya yang
memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran sebesar 21,43 persen, sektor industri pengolahan sebesar 9,98 persen.
Sektor yang memberikan kontribusi paling paling kecil adalah sektor listrik, gas dan
air bersih sebesar 0,34 persen.
c. PDRB per Kapita Kabupaten Landak
PDRB per kapita merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
PDRB dengan jumlah penduduk. Berdasarkan PDRB per kapita ini dapat diketahui
besaran pendapatan yang potensial dihasilkan oleh setiap penduduk di wilayah
Kabupaten Landak. Pada tahun 2012, PDRB per kapita di Kabupaten Landak
mengalami peningkatan yang cukup pesat dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB
per kapita mencapai Rp. 10.922.000,- setahun atau Rp. 910.000,- per bulan.
Persentase peningkatannya hingga 9,88 persen jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Tabel 2.6.
Nilai PDRB Perkapita dan Pertumbuhannya di Kab. Landak Tahun 2010-2012
Uraian
Tahun
2010
2011
2012
PDRB Perkapita (Rp.)
8.943.941,09
9.939.707,65 10.921.627,04
Pertumbuhan (%)
10,85
11,13
9,88
Sumber : Landak Dalam Angka 2013
d. Pengeluaran per kapita
Pengeluaran per kapita biasa juga disebut dengan standar hidup layak merupakan
salah satu komponen pembentuk IPM yang diukur dengan indikator rata-rata
konsumsi riil yang telah disesuaikan. Adapun pengeluaran per kapita Kabupaten
Landak tahun 2011-2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.7.
Pengeluaran Perkapita Kab. Landak 2011-2012
No. Uraian
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (ribu rupiah PPP)
2011
2012*)
1.
Kabupaten Landak
614,58
617,92
Sumber : BPS Kalimantan Barat Tahun 2013
*) Data sementara
e. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Secara parsial, keberhasilan kinerja pembangunan dapat dinilai dengan melihat
perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menggambarkan
kemajuan di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Angka IPM Kabupaten
Landak tahun 2010 sebesar 67,55 kemudian pada tahun 2011 naik sebesar 68,16
Tabel 2.8.
IPM Kabupaten Landak 2010-2012
Uraian
IPM
2010
2011
2012*)
Landak
67,55
68,16
69,05
Sumber : Landak Dalam Angka 2013 (BPS (Kab. Landak)
*) Data sementara
Pada tahun 2011, reduksi
shortfall
IPM Kabupaten Landak sebesar 1,86% yang
berarti kecepatan perkembangan IPM Kabupaten Landak menuju ideal sebesar
1,86 persen per tahun. Sedangkan pada tahun 2012 reduksi shortfall IPM
Kabupaten Landak meningkat menjadi 2,80% yang berarti kecepatan
perkembangan IPM Kabupaten Landak menuju ideal sebesar 2,80 persen. Dengan
adanya kenaikan IPM dan percepatan reduksi shortfall IPM Kabupaten Landak
menunjukkan terjadi percepatan peningkatan pembangunan manusia di
Kabupaten Landak.
f.
Angka Kemiskinan dan Kesenjangan
Kinerja penurunan angka kemiskinan Kabupaten Landak pada tahun 2011 hingga
2012 menunjukkan hasil yang cukup baik, dari 13,13 pada tahun 2011 menurun
menjadi 12,41 pada tahun 2012. Namun angka tersebut masih berada diatas
angka kemiskinan Nasional pada tahun 2012 yang sebesar 11,66.
Tabel 2.9.
Angka Kemiskinan Kabupaten Landak Tahun 2011-2012
No.
Kabupaten
Angka Kemiskinan (%)
2011
2012*)
1.
Landak
13,13
12,41
Sumber : BPS Kalimantan Barat 2013
Ket. : *) Angka Sementara
g. Tingkat Pengangguran
Gambaran mengenai kondisi angka pengangguran di Kabupaten Landak adalah
sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.10.
Tingkat Pengangguran Kabupaten Landak 2011-2013
No
Kabupaten
Angka Pengangguran (%)
2011
2012*)
2013**)
1.
Landak
3,18
4,80
3,24
2)
Kesejahteraan Sosial
a. Pendidikan
Tabel 2.11.
APK, APM, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Landak
Tahun 2011-2012
Indikator Kinerja
Satuan
Tahun
2011
2012
1
Angka Partisipasi Kasar
- SD/MI
%
98,30
109,76
- SLTP/MTsn
%
81,46
82,17
- SMU/MAN/SMK
%
50,22
53,45
Rata-rata Angka Partisipasi Kasar
%
76,66
81,79
2
Angka Partisipasi Murni
- SD/MI
%
81,00
98,54
- SLTP/MTsn
%
68,87
71,55
- SMU/MAN/SMK
%
36,21
40,08
Rata-rata Angka Partisipasi Murni
%
62,03
70,06
3
Angka Melek Huruf
%
92,51
93,85
4
Rata-rata Lama Sekolah
Tahun
7,26
7,54
Sumber : BPS Kab. Landak, Diknas Kab. Landak
Dari tabel diatas terlihat bahwa APK yang tertinggi tahun 2012 adalah pada tingkat
SD/MI yaitu 109,76 % dan terendah pada tingkat SMU/MAN/SMK yaitu 53,45%.
Tingginya APK SD/MI disebabkan oleh banyaknya siswa usia di luar usia sekolah
yang berada atau bersekolah pada tingkat pendidikan SD/MI.
Untuk APM yang tertinggi tahun 2012 adalah pada tingkat SD/MI yaitu 98,54% dan
terendah pada tingkat SMU/MAN/SMK yaitu 40,08%. Tingginya APM pada tahun
2012, menunjukkan bahwa kinerja pada tingkat SD/MI masih lebih baik dari
tingkat pendidikan lainnya karena anak usia SD/MI yang bersekolah di tingkat
SD/MI paling banyak dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya, diikuti
sekolah tingkat SLTP/MTs, SMU/MA, dan terakhir sekolah Kejuruan.
Angka Melek Huruf di Kabupaten Landak menunjukkan trend peningkatan sejak
tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2011 mencapai 92,51%
sementara tahun 2012 menningkat menjadi 93,85%.
Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Landak pada tahun 2012 mencapai 7,54
tahun. Indikator tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
Kabupaten Landak menjalani pendidikan lebih dari 7 tahun atau memutuskan
angka partisipasi sekolah usia 7-12 tahun yang mencapai 97,38 persen, selanjutnya
untuk kelompok umur diatasnya angka partisipasi sekolah lebih kecil. Angka
partisipasi sekolah usia 13-15 tahun hanya sebesar 91,31 persen. Sedangkan angka
partisipasi sekolah yang paling rendah adalah usia 16-18 tahun sebesar 53,81
persen.
b. Kesehatan
Tabel 2.12.
Angka Harapan Hidup Kab. Landak Tahun 2011-2012
INDIKATOR
TAHUN
2011
2012
Angka Harapan Hidup
65,70
65,93
Sumber : Landak Dalam Angka 2013 (BPS Kabupaten Landak)
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2011, angka harapan hidup Kabupaten
Landak yaitu sebesar 65,70%, dan untuk tahun 2012 sebesar 65,93%.
c. Ketenagakerjaan
Kondisi perkembangan penduduk yang bekerja, jumlah angkatan kerja dan tingkat
pengangguran di Kabupaten Landak adalah sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.13.
Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Landak Tahun 2011-2012
Kondisi Ketenagakerjaan
Satuan
Tahun
2011
2012
Angkatan Kerja
Jiwa
172.464
162.508
Bekerja
Jiwa
166.984
154.709
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
%
76,57
71,71
Pengangguran Terbuka
Jiwa
5.480
7.799
%
3,18
4.80
Sumber : BPS Kabupaten Landak
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Agustus 2012 penduduk
usia kerja di Kabupaten Landak berjumlah 226.603 jiwa, terdiri dari 119.180 jiwa
laki-laki dan 107.423 jiwa perempuan. Dari penduduk usia kerja tersebut yang
termasuk dalam angkatan kerja berjumlah 162.508 jiwa terdiri dari 97.590 jiwa
berjumlah 64.095 jiwa yang terdiri dari 21.590 jiwa laki-laki dan 42.505 jiwa
perempuan.
Berdasarkan lapangan pekerjaan, sebagian besar tenaga kerja di Kabupaten
Landak bekerja di sektor pertanian dengan persentase sebesar 82,16%. Sementara
pekerja di sektor jasa sebesar 13,42 % dan pekerja di sektor pengolahan sebesar
4,41%. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada tahun 2010-2012 mengalami
sedikit fluktuasi.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada tahun 2010-2012 mengalami sedikit
fluktuasi. Pada tahun 2010 TPAK sebesar 73,36% naik menjadi 76,57% pada tahun
2011, kemudian turun lagi menjadi 71,71% pada tahun 2012. Naik turunnya TPAK
tersebut diikuti pula dengan peningkatan tingkat penggangguran terbuka (TPT).
Pada tahun 2010 TPT mencapai 4,61% menurun menjadi 3,18% pada tahun 2011,
kemudian naik menjadi 4,80% pada tahun 2012.
d. Pemberdayaan Perempuan
Pemberdayaan perempuan dalam pembangunan memegang peranan penting dan
strategis seperti bidang parlemen, tenaga manajer, profesi, administrasi, teknis
dan mendapat kesempatan dalam berbagai lapangan pekerjaan.
Persentase keterlibatan perempuan di parlemen Kabupaten Landak masih di
bawah 10 % sedangkan menurut ketentuan perundang-undangan minimal 30%.
Untuk Indeks Pembanguan manusia berbasis Gender di Kabupaten Landak dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.14.
IDG Kabupaten Landak Tahun 2011
Kabupaten
Keterlibatan
Perempuan di
Parlemen
(%)
Perempuan sebagai
Tenaga Manager,
Profesional,
Administrasi Teknis
(%)
Sumbangan
Perempuan dalam
Pendapatan Kerja
(%)
IDG
Landak
5,71
43,50
34,84
57,65
Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2012
e. Keluarga Berencana
Akseptor KB dalam pembangunan memberikan kontribusi dalam rangka
pengendalian jumlah penduduk agar ledakan penduduk dapat terkontrol dalam
baru cukup signifikan dalam pencapaiannya. Ini menunjukkan tingkat kesadaran
masyarakat dalam ber KB cukup baik.
Untuk akseptor aktif masih perlu ditingkatkan pencapaiannya karena realisasi
capaian belum mencapai target.
Tabel 2.15.
Target dan Realisasi Akseptor Baru dan Aktif Kab. Landak Tahun 2012
Kabupaten
Baru
Aktif
Target
Realisasi
%
Target
Realisasi
%
Landak
9.387
10.685
113,83
31.393
24.895
79,30
Sumber : BKKBN Prov. Kalbar Tahun 2013
2.1.3 Aspek Pelayanan Umum
1)
Layanan Urusan Wajib
a. Pendidikan
Beberapa indikator yang dapat mengindikasikan tingkat kemajuan pelayanan
umum di bidang pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.16.
Aspek Layanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Bidang Pendidikan
No
Bidang Urusan/Indikator
Tahun
2011
2012
1.
Angka Partisipasi Sekolah 7-12 thn
96,31
97,38
2.
Angka Partisipasi Sekolah 13-15 thn
85,66
91,31
3.
Angka Partisipasi Sekolah 16-18 thn
66,70
53,81
4.
Rasio Guru terhadap murid SD/MI
16,8
16,2
5.
Rasio Guru terhadap murid SMP/MTs
16,2
19,6
6.
Rasio Guru terhadap murid SM
16,25
18,18
Sumber : Landak Dalam Angka 2011-2013 (BPS Kabupaten Landak), Diknas Provinsi
Kalimantan Barat.
Indikator Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Landak pada tahun 2012 yang
men-capai 7,54 tahun menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten
Landak menjalani pendidikan lebih dari 7 tahun atau memutuskan berhenti
sekolah ketika kelas 2 SMP. Keadaan ini juga didukung oleh besarnya angka
partisipasi sekolah usia 7-12 tahun yang mencapai 97,38 persen, selanjutnya untuk
sekolah usia 13-15 tahun hanya sebesar 91,31 persen. Sedangkan angka partisipasi
sekolah yang paling rendah adalah usia 16-18 tahun sebesar 53,81 persen.
Pada Tahun 2011 rasio murid-guru Sekolah Dasar sebanyak 17, artinya satu orang
guru dibebani mengajar murid sebanyak 17 orang. Tahun 2012, rasio tersebut
meningkat menjadi 16. Sedangkan rasio murid/guru SMP pada tahun 2011
sebanyak 16, dan pada tahun 2012 mengalami penurunan mendekati 20.
Sementara untuk rasio murid/guru pada tahun 2011 sebanyak 16, dan pada tahun
2012 mengalami penurunan menjadi 18.
Perkembangan dunia pendidikan di Kabupaten Landak cukup menggembirakan,
hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah sarana pendidikan. Jumlah sarana SD
menurun dari 438 unit pada tahun 2011 menjadi 437 unit pada tahun 2012. Pada
jenjang SMP, jumlah sekolah meningkat dari 97 unit pada tahun 2011 menjadi 98
unit pada tahun 2012. Selanjutnya untuk jenjang SMU/SMK pada tahun 2011
sebanyak 40/8 unit menjadi 41/8 unit di tahun 2012.
Tabel 2.17.
Jumlah Sekolah di Lingkungan Diknas
Tahun 2011-2012
Kabupaten
SD
SMP
SMU
SMK
2011
2012
2011
2012
2011
2012
2011
2012
Landak
438
437
97
98
40
41
8
8
Sumber : Kalimantan Barat dalam Angka Tahun 2012-2013
b. Kesehatan
(1) Sarana dan Prasarana Kesehatan
Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Puskesmas Keliling (Pusling)
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.18.
Jumlah Puskesmas, Pustu, dan Pusling di Kabupaten Landak
Tahun 2011-2012
Kabupaten
2011
2012
Puskesmas,
Pustu
&
Pusling
Penduduk
Rasio
Puskesmas,
Pustu
&
Pusling
Penduduk
Rasio
Landak
105
335.452
3,195 107
340.635
3,184
Sedangkan cakupan puskesmas per kecamatan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.19.
Cakupan Puskesmas Per Kecamatan
Uraian
Jumlah Kecamatan
Jmlh Puskesmas
Cakupan (%)
2011
2012
2011
2012
2011
2012
Landak
13
13
16
16
123,08
123,08
Untuk jumlah Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Landak adalah 1 (satu) buah,
yaitu : RSUD Landak
2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2013
Sub Bab ini memuat uraian dari hasil evaluasi status dan kedudukan pencapaian kinerja
pembangunan daerah. Secara umum pelaksanaan program dan kegiatan RKPD 2013 secara
umum tergambar melalui pencapaian indicator-indikator makro pembangunan sebagaimana
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Landak tahun
2012-2016. Secara ringkas indicator makro pembangunan tersebut dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini :
Tabel 2.20.
Indikator Makro Pembangunan Kabupaten Landak
No
Indikator
Satuan
2012
Target
Realisasi
2013
2013
1.
Pertumbuhan Ekonomi
%
6.01
6.05
6,21
2.
PDRB per kapita
Rp Juta
10.921.627,04
11.968.000
12.054.00
3.
Inflasi
%
5.05
4.
IPM
%
69,05
69,60
n.a
5.
Tingkat Pengangguran
%
4,80
3,24
3,24
6.
Angka Kemiskinan
%
12,41
11,23
n.a
Berdasarkan evaluasi indikator dimaksud, realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2013
sebesar 6,05%. Sedangkan dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 6,01 %,
maka pertumbuhan ekonomi tahun 2013 mengalami peningkatan/naik sebesar 0,04%.
Dimana sector pertanian merupakan penyumbang pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar
48,89%, kemudian diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,83%. Hal ini
menunjukkan struktur perekonomian Kabupaten Landak masih didominasi sektor pertanian
Tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Landak pada tahun 2012 sebesar 4,80% dan tahun
2013 mengalami penurunan menjadi 3,24%, ini menunjukkan angka pengangguran
berkurang atau turun 1,56 %.
Begitu juga dengan penduduk miskin di Kabupaten Landak diprediksi akan mengalami
penurunan dari 12,41 pada tahun 2012 menjadi 11,23 pada tahun 2013.
2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah yang telah dilaksanakan di berbagai sektor selama beberapa
tahun terakhir ini telah memberikan hasil dan manfaat bagi kehidupan masyarakat secara
keseluruhan di Kabupaten Landak. Namun demikian permasalahan yang timbul dalam proses
pembangunan menyebabkan tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang memadai belum
terealisasi sesuai dengan harapan yang ditetapkan. Pembangunan yang dilaksanakan belum
sepenuhnya diikuti oleh penguatan kelembagaan public termasuk alokasi sumber daya yang
efisien.
Manfaat pembangunan yang diharapkan belum merata, sehingga kehidupan
masyarakat belum sepenuhnya membaik. Keadaan ini timbul sebagai akibat dari berbagai
permasalahan yang terjadi baik masa lalu maupun sekarang yang belum teratasi secara
maksimal. Berikut ini permasalahan-permasalahan pembangunan di Kabupaten Landak yang
disusun berdasarkan bidang-bidang/urusan pembangunan.
1) Bidang Pendidikan
a. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas
Rehabilitasi ruang kelas senantiasa dilaksanakan setiap tahunnya namun rehabilitasi
ruang kelas belum sepenuhnya dapat dituntaskan. Selain itu, penyediaan buku mata
pelajaran, laboratorium, dan perpustakaan masih terbatas.
b. Kesempatan atau partisipasi pendidikan masih terbtas.
Peningkatan angka partisipasi terjadi di semua jenjang pendidikan, namun belum
seluruh anak mendapat pelayanan pendidikan seperti masih ada anak yang putus
sekolah, dan partisipasi pada jenjang pendidikan menengah dan atas masih rendah
yang disebabkan kendala geografis. Disamping itu meningkatnya cakupan pelayanan
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) belum diikuti dengan peningkatan kualitas
pelayanan seperti yang diharapkan. Disisi lain keberlanjutan penuntasan Wajib
Belajar 9 Tahun (Wajar 9 Tahun) dan Wajib Belajar 12 Tahun (Wajar 12 Tahun) tidak
hanya diarahkan pada segi kuantitas tetapi bagaimana mutu Wajib Belajar 9 Tahun
c. Profesionalisme guru masih rendah dan distribusinya belum merata.
Proporsi guru yang memenuhi kualifikasi akademik terus mengalami peningkatan.
Namun pencapaian ini masih jauh dari yang diharapkan. Selain itu pemanfaatan guru
belum sepenuhnya optimal yang disebabkan oleh distribusi guru yang masih belum
merata.
d. Manajemen dan tata kelola pendidikan belum efektif
Perlu ditingkatkannya kapasitas aparatur di Satuan Pendidikan terkait dengan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) guna mewuudkan tata kelola pendidikan yang
efektif
2) Bidang Kesehatan
a. Status kesehatan ibu dan anak masih rendah
Kesehatan ibu yang ditandai dengan indicator AKI (Angka Kematian Ibu), dimana jika
dibandingkan dengan angka Nasional maka kematian ibu di Kabupaten Landak masih
relative tinggi. Kondisi yang sama juga dengan indikator AKB (Angka Kematian Bayi)
masih lebih tinggi dibanding dengan AKB Nasional. Demikian pula dengan AKABA
(Angka Kematian Balita) dimana AKABA Kabupaten Landak masih lebih tinggi dari
AKABA Nasional.
b. Status gizi masyarakat masih rendah
c. Ketersediaan tenaga kesehatan masih terbatas
Tenaga kesehatan untuk dokter, dokter spesialis, dokter gigi, perawat dan bidan
mengalami peningkatan namun kesenjangan tenaga kesehatan lebih jelas terlihat
antara daerah perkotaan dan pedesaan. Oleh sebab itu penempatan tenaga
kesehatan di daerah pedesaan terus ditingkatkan.
d. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit masih tinggi
Beberapa penyakitmenular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
Kabupaten Landak diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD) demikian juga
dengan penyakit tidak menular yang masih menjadi tantangan.
e. Pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan
masyarakat masih terbatas.
f.
Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
g. Akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas masih
rendah.
3) Bidang Pekerjaan Umum
b. Pelayanan air bersih yang belum optimal dan merata
c. Pengembangan dan pengelolaan jaringan/rawa yang belum optimal
4) Bidang Kebudayaan
a. Belum optimalnya pemanfaatan potensi seni budaya
Minimnya sarana dan prasarana untu pagelaran seni budaya mempengaruhi minat
masyarakat untuk mengembangkan sanggar-sanggar seni budaya di daerah.
Demikian juga dengan jangkauan layanan pendidikan seni budaya yang masih kurang
luas.
b. Kurang tersedianya sarana pertunjukn seni budaya.
Selama ini bidang sei budaya masih belum dianggap prioritas sehingga pembangunan
sarana dan prasarana pertunjukkan mengalami perlambatan. Selain itu pagelaran
seni budaya dianggap membutuhkan biaya yang cukup tinggi
c. Minimnya minat dan perhatian generasi muda terhadap pengembangan seni budaya.
5) Bidang Kepemudaan dan Olah Raga
a. Peran aktif dan partisipasi pemuda belum optimal
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan urusan pemuda antara
lain terjadinya masalah-masalah sosial dikalangan pemuda seperti kriminalitas,
penyalahgunaan obat-obatan, tingginya tingkat pengangguran di kalangan pemuda.
Selain itu makin maraknya pola pikir pragmatis dan menurunnya nasionalisme di
kalangan pemuda turut menjadi masalah dalam pembangunan urusan kepemudaan.
b. Prestasi budaya dan olah raga masih rendah
c. Terbatasnya prasarana dan sarana olahraga
d. Kurangnya event olah raga berskala nasional maupun internasional
e. Kurangnya pembinaan olah raga usia dini
f.
Rendahnya kemampuan kewirausahaan dikalangan pemuda.
g. Rendahnya kegiatan Capacity Building bagi OKP
6) Bidang Perhubungan
a. Besarnya pergerakan kendaraan yang belum diimbangi dengan kapasitas lintas jalan.
b. Belum terbukanya akses jalan sampai ke pelosok daerah
7) Bidang Lingkungan Hidup
a. Penurunan kualitas sumberdaya air dan udara
b. Masih terjadinya kerusakan lahan
c. Masih terjadinya degradasi lingkungan dan deforestasi
e. Hilangnya Plasma Nuftah endemik akibat land clearing
f.
Belum dijadikannya PDRB Hijau sebagai landasan pengambilan keputusan dalam
proses perencanaan pembangunan
8) Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
a. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan di bidang energy antara
lain rendahnya kapasitas listrik terpasang, rendahnya rasio desa berlistrik dan masih
banyaknya potensi energy baru terbarukan yang belum dimanfaatkan secara
maksimal.
b. Kelangkaan bahan bakar minyak bersubsidi menjadikan roda perekonomian
masyarakat menjadi terhambat.
c. Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2010
yang mewajibkan bahan
tambang/mineral tidak boleh diekspor dalam keadaan mentah
d. Tidak beroperasinya perusahaan tambang karena adanya kewajiban membangun
SMELTER
e. Belum ada terobosan yang berarti dalam mempercepat pembangunan SMELTER
9) Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
a. Belum optimalnya advokasi KIE
b. Akses pelayanan KB dan kesehatan reproduksi belum optimal
c. Belum optimalnya upaya peningkatan kesejahteraan peserta KB dan upaya
peningkatan ketahanan keluarga
10) Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
a. Penguatan kapasitas Pengarusutamaan Gender (PUG)
b. Peningkatan terhadap perlindungan perempuan
c. Perlindungan dan tumbuh kembang anak belum optimal
11) Bidang Perencanaan Pembangunan
a. Terbatasnya kualitas Sumber Daya Manusia perencana
b. Rendahnya kualitas data informasi pembangunan
c. Masih lemahnya keterkaitan system perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan.
d. Lemahnya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar wilayah, antar waktu, antar
urusan pemerintahan, serta antar pusat dan daerah
e. Pengendalian dan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang belum optimal
12) Bidang ketenagakerjaan dan Transmigrasi
b. Belum optimalnya penanggulangan pengangguran
c. Perlu dipercepatnya pengembangan dan pembangunan kawasan transmigrasi
13) Bidang Sosial
a. Belum optimalnya upaya penanggulangan kemiskinan
b. Manajemen dan profesionalisme penyelenggaraan kesejahteraan social perlu
ditingkatkan
c. Pemberdayaan, perlindungan, dan pemberdayaan terhadap Penyandang Masalah
Kesejaahteraan Sosial (PMKS) belum optimal.
14) Bidang Perindustrian dan Perdagangan
a. Belum optimalnya penigkatan kualitas daya saing produk
b. Kurang memadainya kondisi sarana dan prasarana pasar tradisional
c. Inovasi produk belum mampu mengimbangi kebutuhan pasar
d. Belum optimalnya dukungan sarana infrastruktur
15) Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menegah
a. Masih minimnya inovasi dan adopsi teknologi dalam pengembangan produk yang
berdampak pada diversifikasi produk
b. Masih terbatasnya akses modal bagi UMKM
c. Kualitas manajemen pengelolaan usaha bagi UMKM masih perlu ditingkatkan
16) Bidang Penanaman Modal
a. Belum optimalnya pengelolaan promosi investas
b. Keterbatasan infrastruktur seperti jaringan listrik, air bersih, dan aksesibilitas wilayah
c. Perlu penguatan kelembagaan yang mengurus pelayanan perizinan
17) Bidang Ketahanan Pangan
a. Belum optimalnya pengelolaan lumbung pangan local
b. Belum optimalnya diversifikasi produk pangan local
c. Masih tingginya penggunaan bahan kimia berbahaya untuk pengendalian waktu
tanam, penyimpanan, dan pengolahan sehingga dapat membahayakaan konsumen
d. Belum optimalnya peran penyuluh pertanian dalam mendampingi petani
18) Bidang Pertanian
a. Sarana dan prasarana produksi pertanian sering tidak terjangkau oleh petani
b. Belum optimalnya pengendalian hama dan penyakit pertanian
c. Pengelolaan manajemen agribisnis belum optimal
e. Masih minimnya kemampuan dalam pengelolaan pasca panen dan pemasaran hasil
produk pertanian
19) Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan
a. Masih rendahnya populasi, produksi, dan produktivitas ternak untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi daerah
b. Penanganan terhadap penyakit hewan belum optimal
20) Bidang Perikanan
a. Kurangnya sarana dan prasaran tangkap (kuantitas, teknologi, dan SDM)
b. Akses permodalan petani perikanan masih kurang
21) Bidang Kehutanan
a. Ancaman kerusakan hutan
b. Berkurangnya luas hutan rakyat akibat kegiatan pemukiman dan penambangan
22) Bidang Komunikasi dan Informatika
a. Belum optimalnya penyediaan dan pemanfaatan sarana, prasarana, dan layanan
komunikasi dan informatika
23) Bidang Perpustkan dan Kearsipan
a. Masih rendahnya minat baca masyarakat di Kabupaten Landak
b. Masih rendahnya kemampuan daerah dalam pengarsipan dokumen-dokumen daerah
24) Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik
a. Kesatuan bangsa dan politik
Masih ada potensi benturan antar kelompok warga masyarakat, antar kelompok
warga masyarakat dengan aparat dan antara kelompok warga masyarakat dengan
sector privat karena adanya kepentingan dan pengaruh negative arus globalisasi yang
penuh keterbukaan, juga cenderung mempengaruhi wawasan kebangsaan dan
kesadaran bela Negara.
b. Ketentraman dan ketertiban
Gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban masyarakat berpotensi untuk
muncul di daerah-daerah yang terkait dengan bidang-bidang seperti perkebunan,
pertambangan, serta berkembangnya modus-modus kejahatan baru dengan
memanfaatkan teknologi canggih. Sehingga isu strategis terkait ketentraman dan
ketertiban yaitu : mendorong masyarakat untuk lebih peduli dalam menciptakan rasa
aman dan tertib sebagai modal dasar pembangunan di Kabupaten Landak.
25) Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
a. Belum optimalnya pelayanan publik
b. Belum optimalnya reformasi birokrasi
c. Belum optimalnya penataan kelembagaan dan system ketatalaksanaan
d. Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
e. Penegakan hukum dan HAM
f.
Luasnya wilayah
g. Terbatasnya sarana dan prasarana kerja serta SDM yang ada untuk mendukung
pelaksanaan tugas pengelolaan administrasi kependudukan, baik sarana teknologi
maupun informasi
BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA
KERANGKA PENDANAAN
3.1. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014
Pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten Landak tumbuh sebesar 6,05 persen,
lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (2012) yang tumbuh sebesar 6,01 persen.
Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,05 % dimaksud adalah merupakan peningkatan PDRB
Kabupaten Landak tahun 2013 berdasarkan harga konstan tahun 2000 mencapai Rp.
1.927.902,85, berbanding tahun 2012 sebesar Rp. 1.817.896,65. Sedangkan PDRB Kabupaten
Landak atas dasar harga berlaku tahun 2013 naik sebesar Rp. 433.818, 49 yaitu dari Rp.
3.720.288,43 pada tahun 2012 menjadi Rp. 4.154.106,92 pada tahun 2013. Gambaran dari
hasil akhir pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan PDRB per kapita Kabupaten Landak
berdasarkan harga berlaku tahun 2013 mencapai Rp. 12.054.000. Nilai tersebut meningkat
dibandingkan PDRB per kapita tahun 2012 yang mencapai Rp. 10.921.627,04.
Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan sektor-sektor yang
membentuk PDRB. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan atau disebut juga
pertumbuhan ekonomi, pada tahun 2012 mencapai 6,01 persen merupakan agregasi dari
pertumbuhan sektor dan sub sektor pembentuk PDRB. Selama tahun 2012, seluruh sektor
ekonomi mengalami pertumbuhan. Walaupun semua sektor mengalami pertumbuhan pada
tahun 2012, namun jika dibandingkan 2011, ada sebagian sektor yang mengalami
perlambatan pertumbuhan yaitu: sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor listrik,
gas dan air bersih; sector pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan.
Sedangkan pada tahun 2011 jika dibandingkan pada tahun 2010, ada dua sektor
yang mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu: sektor perdagangan, hotel dan restoran
serta sektor jasa-jasa. Sementara sektor lainnya mengalami percepatan pertumbuhan.
Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian
yang mencapai 44,84 persen. Pertumbuhan sektor tersebut terutama didorong oleh
penemuan intan yang cukup besar di Kabupaten Landak. Pada tahun 2012, sebagian besar
sektor mengalami pertumbuhan cukup tinggi dengan pertumbuhan diatas lima persen,
kecuali sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sektor yang dominan
menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Landak pada tahun 2012 adalah sector
pertanian yaitu sebesar 2,13 persen. Sektor berikutnya yang memberikan sumbangan cukup
besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menyumbang pertumbuhan
sebesar 1,50 persen. Walaupun dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup rendah pada
tahun 2012, namun sektor pertanian tetap memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Landak. Kontribusi terbesar sumber
pertumbuhan dari sektor pertanian adalah subsektor perkebunan. Dengan peningkatan
produksi tanaman perkebunan terutama tanaman kelapa sawit dan karet, memicu
pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Landak pada tahun 2012. Sejak Kabupaten
Landak berdiri, kontribusi sektor pertanian memang cukup berpengaruh secara signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Landak. Selain itu sektor perdagangan, hotel
dan restoran serta sektor keuangan juga ikut berperan penting dalam meningkatkan
perekonomian di Kabupaten Landak.
Dari pertumbuhan ekonomi sektoral tersebut, kemudian membentuk struktur
perekonomian Kabupaten Landak yang dicerminkan oleh kontribusi masing-masing sector
terhadap PDRB. Sektor pertanian masih menjadi sektor yang dominan di Kabupaten Landak
dengan peranannya sebesar 49,00 persen. Hal ini berarti bahwa naik turunnya pertumbuhan
di sector pertanian akan sangat mempengaruhi naik turunnya pertumbuhan perekonomian
secara keseluruhan di Kabupaten Landak. Dengan demikian, sektor pertanian masih menjadi
ing sector
atau dengan kata lain sebagai sektor pemimpin bagi sektor-sektor produksi
lainnya dalam menyumbang perekonomian di Kabupaten Landak. Sektor perdagangan, hotel
dan restoran masih tetap menjadi kontributor terbesar kedua setelah sektor pertanian
dengan peranannya sebesar 21,43 persen. Sektor-sektor yang lainnya hanya memberikan
kontribusi kurang dari 20 persen, yaitu sektor pertambangan dan penggalian memberikan
peranan sebesar 2,30 persen; sector konstruksi 3,11 persen; sektor pengangkutan dan
komunikasi 2,44 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 4,73 persen;
sektor jasa-jasa 6,67 persen. Sedangkan sektor listrik, gas dan air minum memberikan
kontribusi terkecil. Rendahnya peranan sektor ini disebabkan karena masih terdapat
daerah-daerah yang belum mendapatkan pelayanan listrik dan air bersih.
Kemudian dilihat dari sisi PDRB penggunaan, peranan konsumsi rumah tangga
masih mendominasi pembentukan PDRB Kabupaten Landak. Sebagai wilayah yang sebagian
besar penduduknya masih tinggal dipedesaan, kondisi tersebut tidaklah mengherankan,
karena umumnya pola konsumsi masyarakat di pedesaan cenderung untuk memenuhi
konsumsi rumah tangga mencapai Rp. 1.489,06 milyar dengan persentase 61,38 persen
seperti terlihat pada tabel 1, tahun 2012 nilainya mencapai Rp. 2.332,20 milyar atau 62,69
persen dari total PDRB. Indikator ini menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat di
Kabupaten Landak masih belum banyak berubah dan cenderung masih untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi ketimbang untuk investasi atau yang lainnya.
Dilihat lebih rinci, pengeluaran makanan menjadi pengeluaran utama
dibandingkan dengan pengeluaran bukan makanan. Tahun 2012 pengeluaran konsumsi
makanan sudah mencapai Rp. 1.371,49 milyar, sedangkan pengeluaran konsumsi bukan
makanan Rp. 960,71 milyar. Ini berarti pengeluaran rumah tangga di Kabupaten Landak
sekitar 58 persennya digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan, sedangkan sisanya
baru digunakan untuk memenuhi kebutuhan bukan makanan. Dibandingkan komponen
lainnya dalam PDRB penggunaan, komponen konsumsi lembaga non-profit di Kabupaten
Landak masih sangat kecil peranannya. Hal ini terlihat dari sisi absolut maupun
persentasenya paling rendah diantara komponen PDRB yang lain. Tahun 2012, nilai PDRB
komponen lembaga non profit hanya mencapai Rp. 17,01 milyar atau sekitar 0,46 persen
dari total PDRB. Dari segi jumlah, lembaga non profit yang ada di Kabupaten Landak masih
sedikit sehingga pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut belum terlalu
[image:36.612.97.575.508.842.2]besar.
Grafik 2.
Distribusi Persentase Komponen
PDRB Penggunaan Kabupaten Landak
Tahun 2012
62.69
0.46
14.42
16.36
0.69
6.77
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pembentukan modal Tetap/Domestik
Bruto
Perubahan Stok
Peranan konsumsi pemerintah di Kabupaten Landak tahun 2012 tercatat
mencapai 14,42 persen atau senilai Rp. 536,33 milyar. Angka tersebut lebih tinggi dari tahun
sebelumnya yang hanya tercatat Rp 483,52 milyar atau 14,47 persen dari total PDRB.
Konsumsi pemerintah sebenarnya dapat menjadi pemicu meningkatnya komponen PDRB
penggunaan yang lain. Dari belanja pegawai misalnya tentu akan mendorong tingkat
konsumsi rumah tangga, sementara dari belanja barang dapat mendorong pembentukan
modal di daerah.
Komponen pembentukan modal tetap/domestik bruto (PMTB) juga memiliki peran
yang cukup besar dalam PDRB. Secara absolut nilai PMTB terus meningkat, demikian pula
peranannya cenderung meningkat. PMTB tahun 2011 tercatat Rp. 537,44 milyar atau 16,09
persen dari total PDRB. Pada tahun 2012 peranannya meningkat menjadi 16,36 persen
dengan nilai Rp. 608,51 milyar.
Dalam perekonomian suatu daerah, selain investasi, perdagangan luar negeri dan
perdagangan antar daerah, dalam hal ini ekspor dan impor juga mempunyai peran penting
untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2008 sampai
2012, terjadi peningkatan ekspor barang dan jasa. Namun jika di