• Tidak ada hasil yang ditemukan

RKPD Landak 2015 25fa4557ed7826c

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RKPD Landak 2015 25fa4557ed7826c"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG

RENCANA KERJA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LANDAK

TAHUN 2015

(2)

PENGANTAR

Berdasarkan Undang Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, maka daerah diharuskan menyusun dokumen Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai dokumen perencanaan tahunan daerah. RKPD Kabupaten

Landak tahun 2015, disusun dengan maksud memberikan arah pelaksanaan pembangunan 1

(satu) tahun ke depan serta indikasi besaran dana yang diperlukan. Pengelompokan Urusan

Pemerintah dalam penyusunan RKPD Kabupaten Landak pada tahun 2015 berdasarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah; sedangkan sistematika dalam penyusunannya mengacu pada Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Pengendalian

dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015.

Pembangunan di Kabupaten Landak yang merupakan bagian integral pembangunan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, dalam pelaksanaan pembangunannya sangat memerlukan

dukungan berbagai pihak, termasuk Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat ataupun

kalangan swasta. Oleh karena itu kami menyambut baik Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) Propinsi Kalimantan Barat dan Musyawarah Perencanaan

Nasional yang merupakan agenda propinsi dan nasional dalam rangka meningkatkan

keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan antara Pemerintah Pusat, Propinsi

dan Kabupaten.

Kami berharap RKPD Kabupaten Landak Tahun 2015 yang telah disusun ini dapat dijadikan

sebagai masukan yang berharga guna merumuskan kebijakan yang akan diambil untuk

dilaksanakan di Kabupaten Landak.

Ngabang,

Mei 2014

BUPATI LANDAK,

(3)

FTAR ISI

Kata Pengantar

i

Daftar Isi

ii

Daftar Tabel

iii

Daftar Gambar

v

Daftar Grafik

vi

BAGIAN KESATU

Peraturan Bupati Landak tentang Rencana Kerja Pemerintah

Daerah Kabupaten Landak Tahun 2015

BAB I

PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Landasan Hukum ...

2

1.3. Hubungan Antar Dokumen

.

4

1.3. Maksud dan Tujuan Penyusunan RKPD...

5

1.4. Sistematika Penyusunan RKPD ...

6

BAB II

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DAN

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2013

8

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah ...

8

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2013

20

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah ...

21

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA

KERANGKA PENDANAAN ...

28

3.1. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan

Tahun 2014...

28

3.2. Tantangan serta Arah Kebijakan dan Sasaran Ekonomi

Makro Tahun 2015

32

3.3. Arah Kebijakan Keuangan Daerah...

35

BAB IV

SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015 ...

47

4.1. Sasara Makro Pembangunan Daerah

..

47

4.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah

.

47

BAB V

PRIORITAS DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

2015...

62

5.1. Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2015

.

62

5.2. Program-program Prioritas Pembangunan Daerah

.

63

BAB VI

PENUTUP...

6.1. Kaidah Pelaksanaan

..

6.2. Tindak lanjut

..

(4)

FTAR TABEL

Tabel

2.1 Banyaknya Desa dan Dusun menurut Kecamatan di Kab. Landak Tahun

2012 ...

8

Tabel

2.2 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kab. Landak Tahun

2011-2012...

9

Tabel

2.3 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan

Ekonomi...

10

Tabel

2.4 Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Implisit, dan Laju Inflasi Kab. Landak

Tahun 2010-2012...

11

Tabel

2.5 PDRB Atas dasar Harga Berlaku dan Kontribusi Sektor Ekonomi

(Jutaan/Rupiah/Persen)...

12

Tabel

2.6 Nilai PDRB Perkapita dan Pertumbuhannya di Kab. Landak Tahun

2010-2012...

13

Tabel

2.7 Pengeluaran Perkapita Kab. Landak 2011-2012...

13

Tabel

2.8 IPM Kab. Landak 2010

2012...

14

Tabel

2.9 Angka

Kemiskinan

Kab.

Landak

Tahun

2011-2012...

14

Tabel

2.10 Tingkat

Pengangguran

Kab.

Landak

Tahun

2011-2013...

14

Tabel

2.11 APK, APM, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah di Kab. Landak

Tahun 2011-2012...

15

Tabel

2.12 Angka Harapan Hidup Kab. Landak Tahun 2011-2012...

16

Tabel

2.13 Statistik Ketenagakerjaan Kab. Landak Tahun 2011-2012...

16

Tabel

2.14 IDG Kab. Landak tahun 2011...

17

Tabel

2.15 Target dan Realisasi Akseptor Baru dan Aktif Kab. Landak Tahun 2012...

18

Tabel

2.16 Aspek Layanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Bidang Pendidikan

Tahun 2011-2012...

18

Tabel

2.17 Jumlah Sekolah di Lingkungan Diknas Kab. Landak Tahun 2011-2012...

19

Tabel

2.18 Jumlah Puskesmas, Pustu, dan Pusling di Kab.Landak Tahun 2011-2012...

19

Tabel

2.19 Cakupan Puskesmas Per Kecamatan Tahun 2011-2012...

20

Tabel

2.20 Indikator Makro Pembangunan Kab. Landak Tahun 2012-2013

20

Tabel

3.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kab. Landak...

32

Tabel

3.2 Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Kab. Landak Tahun 2012-2015.

40

Tabel

3.3 Realisasi dan Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah Kab. Landak

Tahun 2012-2015...

41

Tabel

3.4 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Kab. Landak Tahun

2012-2015...

43

Tabel

3.5 Realisasi dan Proyeksi Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kab. Landak

Tahun 2012-2015...

44

Tabel

3.6 Rekapitulasi Realisasi dan Proyeksi (Pagu Indikatif) Kerangka Pendanaan

Pembangunan

Daerah

Kab.

Landak

Tahun

2012-2015...

45

(5)

FTAR GAMBAR

(6)

FTAR GRAFIK

Grafik 1

Kontribusi

Sektor

dalam

Perekonomian

di

Kabupaten

Landak

... 11

Grafik 2

Distribusi Persentase Komponen PDRB Penggunaan Kabupaten Landak

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

d ef g eh

-

iefgeh j klkm

25

ngoie

2004

p qepg eh rstp ql u qm q ev gegg e uqlwgeh ieg ej gtske gxl q ehglg egpyg ewg o

wa penyusunan rencana pembangunan

yang mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, menjamin terciptanya

integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar

fungsi pemerintah baik pusat maupun daerah, menjamin keterkaitan dan konsistensi

antar perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasannya serta

mengoptimalkan

partisipasi

masyarakat.

Perencanaan

pembangunan

juga

dimaksudkan untuk menjamin penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif,

berkeadilan dan berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan hal-hal tersebut, secara

makro perencanaan pembangunan di daerah disusun menurut hirarki yaitu

perencanaan jangka panjang, jangka menengah maupun tahunan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan

pembangunan tahunan yang disusun setiap tahunnya dan memuat rancangan

prioritas pembangunan, rancangan kerangka makro ekonomi daerah, arah kebijakan

keuangan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung

oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi

masyarakat. Penyusunan RKPD ini mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

dan menjadi pedoman penyusunan Rancangan Anggaran Pendapat dan Belanja

Daerah (RAPBD).

(8)

Berdasarkan hasil musyawarah yang dilakukan pada tiap tingkatan

pemerintahan dan Forum SKPD, maka dokumen RKPD memuat informasi rencana

pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 seperti informasi Prioritas

Pembangunan Daerah, Program dan Kegiatan, Penanggung jawab program, Indikator

hasil serta pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai sasaran program tersebut.

Data dan informasi yang disampaikan dalam RKPD ini, selanjutnya menjadi acuan

bagi penganggaran pembangunan yang disusun dalam dokumen APBD.

Hubungan antara RKPD dengan dokumen RPJM Daerah, keterkaitan antara

dokumen RKPD dengan Dokumen Perencanaan lainnya terlihat dari keterkaitan antar

dokumen perencanaan dalam RPJMD Kabupaten Landak yang mengacu pada

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional; dengan ketentuan sebagai berikut:

1.

RPJM Kabupaten Landak mengacu pada RPJM Provinsi Kalimantan Barat dan

RPJM Nasional.

2.

RPJM Daerah harus memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan

pembangunan (

stakeholders

) melalui penyelenggaraan musrenbang RPJM

Daerah.

3.

RPJM Daerah dijabarkan dalam RKPD Daerah yang dijadikan pedoman dalam

menyusun RAPBD dan APBD.

4.

RPJM Daerah dijadikan pedoman dalam menyusun Renstra SKPD dan Renja

SKPD.

5.

Renja SKPD harus berpedoman pada Renstra SKPD dan mengacu pada RKPD.

6.

Renja SKPD dapat dijadikan pedoman dalam menyusun RKA SKPD dan rincian

APBD.

1.2.

Landasan Hukum

(9)

2.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagimana telah diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4438);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4567);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

7.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah;

8.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara

Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

(10)

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 690).

11. Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor 11 Tahun 2008 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Landak Tahun 2007

2027 (Lembaran

Daerah Nomor 11 Tahun 2008; Tambahan Lembaran Daerah Nomor 10);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Landak Tahun

2012-2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Landak Tahun 2012 Nomor 9,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Landak Nomor 23).

1.3.

Hubungan Antar Dokumen

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, disebutkan bahwa

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau

Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk

periode 5 (lima) tahun. Sedangkan Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja

Perangkat Daerah, yang juga sering disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat

Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah

untuk periode 1 (satu) tahun. Dalam Pasal 25 Undang-undang tersebut, maka RKPD

menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBD. Hubungan dan keterkaitan antar

Dokumen perencanaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1

(11)

Sedangkan konsistensi antara perencanaan dengan proses penganggaran dapat

diilustrasikan sebagai berikut :

Gambar 2

Hubungan RPJP, RPJM, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD

1.4.

Maksud dan Tujuan Penyusunan RKPD

1.

Maksud.

a.

Sebagai dokumen perencanaan tahunan dan merupakan kompilasi atas

Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mendesak untuk

ditangani pada Tahun 2015.

b.

Sebagai dasar dan acuan resmi bagi seluruh jajaran pemerintah Kabupaten

Landak, DPRD, masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya dalam

menentukan prioritas program dan kegiatan yang akan dibiayai dari APBD

Kabupaten, APBD propinsi, APBN, dana-dana dekonsentrasi, bantuan luar

negeri, dan sumber pendanaan lainnya;

c.

Memberikan arahan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Landak dalam

menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) secara

terpadu, terarah dan terukur pada Tahun 2015.

2.

Tujuan.

a.

Mewujudkan sinergi antara perencanaan, penganggaran dan pengawasan

pembangunan antar wilayah, antar bidang pembangunan, dan antar

tingkat pemerintahan.

RPJM

Daerah

RKP

RKP

Daerah

Renstra

SKPD

Renja

SKPD

RAPBD

RKA

SKPD

APBD

Rincian

APBD

Pedoman

Pedoman

Dijabarkan

Pedoman

Pedoman

Diacu

(12)

b.

Menjaga konsistensi perencanaan dan pemilihan program serta kegiatan

prioritas dengan Visi dan Misi Daerah.

c.

Menetapkan arah kebijakan, prioritas pembangunan dan plafon/pagu

indikatif pendanaan berdasarkan fungsi SKPD.

1.5.

Sistematika Penyusunan RKPD

Rancangan Awal RKPD Kabupaten landak Tahun 2015 dibagi menjadi enam bab dan

beberapa sub bab sebagai berikut:

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

1.2.

Landasan Hukum

1.3.

Hubungan Antar Dokumen

1.4.

Maksud dan Tujuan Penyusunan RKPD

1.5.

Sistematika Penyusunan RKPD

BAB II

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DAN EVALUASI

PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2013

2.1.

Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.2

Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2013

2.3.

Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB III RANCANGAN

KERANGKA

EKONOMI

DAERAH

BESERTA

KERANGKA

PENDANAAN

3.1.

Kondisi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun

2014

3.2.

Tantangan serta Arah Kebijakan dan Sasaran Ekonomi Daerah Makro

Tahun 2015

3.3.

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

3.3.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

3.4.2. Arah Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah

3.4.3. Arah Kebijakan Belanja Daerah

3.4.4. Arah Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah

(13)

BAB IV SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015

4.1. Sasaran Makro Pembangunan Daerah

4.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah

BAB V

PRIORITAS DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015

5.1. Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2015

5.2. Program-Program Prioritas Pembangunan Daerah

BAB VI PENUTUP

(14)

BAB II

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN

PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2013

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1 Aspek Geografis dan Demografis

Kabupaten Landak adalah salah satu daerah kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat

yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Pontianak pada tanggal 4 Oktober 1999

dengan UU Nomor 55 Tahun 1999. Ibu kota kabupaten ini terletak di Ngabang, memiliki luas

wilayah 9.909,10 km² atau sekitar 6,75 persen dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat.

Kabupaten Landak terbagi menjadi 13 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 156 desa

dan 659 dusun.

Tabel 2.1.

Banyaknya Desa dan Dusun Menurut Kecamatan di Kab. Landak

Tahun 2012

No.

Kecamatan

Desa

Dusun

1.

Sebangki

5

27

2.

Ngabang

19

83

3.

Jelimpo

13

47

4.

Sengah Temila

14

84

5.

Mandor

17

57

6.

Menjalin

8

41

7.

Mempawah Hulu

17

73

8.

Sompak

7

23

9.

Menyuke

16

81

10.

Banyuke Hulu

7

35

11.

Meranti

6

35

12.

Kuala Behe

11

31

13.

Air Besar

16

42

Jumlah

156

659

Sumber : Landak Dalam Angka, 2013

Wilayah Kabupaten Landak terletak pada batas koordinat 0°01 Lintang Selatan-1°02 Lintang

Utara dan 109°5 -110°10

Bujur Timur, sedangkan batas-batas wilayah administrasi

Kabupaten Landak adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sanggau

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Kubu Raya

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pontianak

(15)

Penduduk Kabupaten Landak pada tahun 2011 berjumlah 336.080 jiwa, dan mencapai

340.635 jiwa pada tahun 2012 (proyeksi pertengahan tahun hasil SP2010). Pada periode

2011

2012 laju pertumbuhan penduduk (LPP) di Kabupaten Landak sebesar 1,59 persen.

Tabel 2.2.

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Landak Tahun 2011-2012

No.

Kecamatan

Jumlah Penduduk

2011

2012

1.

Sebangki

16.920

17.092

2.

Ngabang

63.265

65.552

3.

Jelimpo

23.685

23.903

4.

Sengah Temila

54.154

54.524

5.

Mandor

29.046

29.535

6.

Menjalin

18.865

19.028

7.

Mempawah Hulu

33.182

33.406

8.

Sompak

13.791

13.924

9.

Menyuke

25.855

25.868

10.

Banyuke Hulu

12.077

12.222

11.

Meranti

9.180

9.229

12.

Kuala Behe

13.799

13.876

13.

Air Besar

22.261

22.476

Jumlah Landak

336.080

340.635

Sumber : Proyeksi Pertengahan Tahun Hasil SP2010 (BPS Kabupaten Landak)

Dilihat dari jumlah penduduk antar kecamatan dari tahun 2011 ke 2012, terjadi peningkatan

jumlah penduduk yang sangat bervariasi, Kecamatan Ngabang dan Sengah Temila

merupakan kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya. Pada tahun 2011 jumlah

penduduk kedua kecamatan ini masing-masing 63.265 jiwa dan 54.154 jiwa, sedangkan pada

tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah penduduk menjadi 65.552 jiwa di Kecamatan

Ngabang dan 54.524 jiwa di Kecamatan Sengah Temila. Sedangkan penduduk yang paling

sedikit jumlah penduduknya berada di kecamatan Meranti, yaitu sebanyak 9.0180 jiwa pada

tahun 2011, dan menjadi 9.229 jiwa pada tahun 2012.

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

1)

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Kondisi kinerja pembangunan terkait dengan kesejahteraan dan pemerataan ekonomi

di Kabupaten Landak dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun 2013 dapat digambarkan

(16)

Tabel 2.3.

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

No

Indikator *)

Tahun

2011

2012

2013

(1)

(2)

(5)

(6)

1.

Pertumbuhan Ekonomi (%)

6,90

6,01

6,05

2.

PDRB per Kapita (Rupiah)

9.939.707,65

10.921.627,04

11.968.000

3.

Laju Inflasi (%)

5,99

5,05

na

4.

Angka Pengeluaran per kapita

(ribu rupiah PPP)

614,58

617,92

na

5.

Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)

68,16

69,05

69,60

6.

Angka Kemiskinan (%)

13,13

12,41

11,23

7.

Angka Pengangguran (%)

3,18

4,80

3,24

a. Pertumbuhan PDRB dan Laju Inflasi

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang penting dalam

menganalisis tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dalam

periode waktu tertentu. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya kenaikan

produksi barang dan jasa di daerah tersebut.

Pada tahun 2008-2012, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Landak selalu positif.

Hal ini menunjukkan adanya kenaikan produksi barang dan jasa di Kabupaten

Landak dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi sebesar 4,29

persen, sedangkan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi

6,01 persen, sedikit melambat dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 6,90

persen. Dilihat dari trend pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Landak menunjukkan kecendrungan meningkat, walaupun pada tahun

2012 pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding tahun 2011.

Indeks implisit adalah perbandingan antara PDRB atas dasar harga berlaku dan

PDRB atas dasar harga konstan. Laju indeks implisit menggambarkan perubahan

harga barang dan jasa di tingkat produsen. Inflasi dapat digunakan untuk melihat

stabilitas ekonomi suatu daerah. Keadaan ekonomi yang makin stabil ditunjukkan

oleh perkembangan laju inflasi yang kecil. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir,

laju indeks implisit di Kabupaten Landak cukup stabil, kecuali pada tahun 2008

cukup tinggi yaitu 9,01 persen. Pada tahun berikutnya kembali stabil, dan pada

tahun 2012 menjadi 5,05 persen. Pertumbuhan Ekonomi, Indeks implisit, dan laju

(17)

Tabel 2.4.

Pertumbuhan Ekonomi, Indeks implisit, dan laju inflasi

Kabupaten Landak tahun 2010-2012

Uraian

Tahun

2010

2011*)

2012**)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

5,13

6,90

6,01

Indeks Implisit

183,8

194,81

204,65

Laju Inflasi (%)

4,95

5,99

5,05

Sumber : Landak Dalam Angka 2013 dan PDRB Kab Landak menurut sektoral 2012

Ket. : *) Angka Sementara, **) Angka Sementara

b.

Struktur Ekonomi

Secara umum sektor-sektor ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga sektor

utama yaitu sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian serta sektor

pertambangan dan penggalian, sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri

pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor konstruksi, serta sektor

tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,

serta sektor jasa-jasa. Struktur perekonomian dapat dilihat dari persentase

(proporsi) masing-masing sektor perekonomian terhadap total PDRB atas dasar

harga berlaku (PDRB ADHB).

Grafik 1.

Sumber : BPS Kabupaten Landak

Pada tahun 2012, struktur perekonomian di Kabupaten Landak masih didominasi

oleh sektor primer, terutama sektor pertanian. Sektor primer memberikan

Primer

51,30%

Tersier

35,28%

Sekunder

13,42%

Kontribusi Sektor dalam Perekonomian di Kabupaten Landak

Tahun 2012

Primer

Tersier

(18)

kontribusi sebesar 51,30 persen dari total PDRB. Kontribusi sektor tersier sebesar

35,28 persen, sedangkan kontribusi sektor sekunder sebesar 13,42 persen.

Tabel 2.5.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Kontribusi Sektor Ekonomi

(Jutaan Rupiah/Persen)

No.

Sektor/Sub Sektor

Tahun

2010

r

)

2011*)

2012**)

1.

Pertanian

1.491.336,93

1.678.742,62

1.822.790,54

50,58

50,25

49,00

2.

Pertambangan

dan

Penggalian

44.575,36

55.991,17

85.632,34

1,51

1,68

2,30

3.

Industri Pengolahan

300.498,71

348.366,56

371.456,01

10,19

10,43

9,98

4.

Listrik, Gas, dan Air

Bersih

8.940,11

11.173,25

12.493,22

0,30

0,33

0,34

5.

Konstruksi

79.444,13

93.261,10

115.566,20

2,69

2,79

3,11

6.

Perdagangan, Hotel dan

Restoran

640.688,20

708.713,64

797.179,53

21,73

21,22

21,43

7.

Pengangkutan

dan

Komunikasi

70.047,42

81.621,28

90.927,19

2,38

2,44

2,44

8.

Keuangan,

Persewaan

dan Jasa Perusahaan

140.087,35

157.685,56

176.011,16

4,75

4,72

4,73

9.

Jasa-jasa

172.743,03

204.981,76

248.232,24

5,86

6,14

6,67

PDRB

2.948.361,24

3.340.536,95

3.720.288,43

Sumber : Landak Dalam Angka 2013

Ket : r) Angka Perbaikan, *) Angka Sementara, **) Angka Sementara

Pada tahun 2012, secara lebih rinci, sektor yang memberikan peranan paling besar

adalah sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 49,00 persen. Hal ini

menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Landak masih sangat

tergantung dengan sektor pertanian, terutama komoditas tanaman pangan (padi),

dan tanaman perkebunan (karet dan kelapa sawit). Sektor lainnya yang

memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel dan

restoran sebesar 21,43 persen, sektor industri pengolahan sebesar 9,98 persen.

Sektor yang memberikan kontribusi paling paling kecil adalah sektor listrik, gas dan

air bersih sebesar 0,34 persen.

c. PDRB per Kapita Kabupaten Landak

PDRB per kapita merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur

(19)

PDRB dengan jumlah penduduk. Berdasarkan PDRB per kapita ini dapat diketahui

besaran pendapatan yang potensial dihasilkan oleh setiap penduduk di wilayah

Kabupaten Landak. Pada tahun 2012, PDRB per kapita di Kabupaten Landak

mengalami peningkatan yang cukup pesat dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB

per kapita mencapai Rp. 10.922.000,- setahun atau Rp. 910.000,- per bulan.

Persentase peningkatannya hingga 9,88 persen jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.

Tabel 2.6.

Nilai PDRB Perkapita dan Pertumbuhannya di Kab. Landak Tahun 2010-2012

Uraian

Tahun

2010

2011

2012

PDRB Perkapita (Rp.)

8.943.941,09

9.939.707,65 10.921.627,04

Pertumbuhan (%)

10,85

11,13

9,88

Sumber : Landak Dalam Angka 2013

d. Pengeluaran per kapita

Pengeluaran per kapita biasa juga disebut dengan standar hidup layak merupakan

salah satu komponen pembentuk IPM yang diukur dengan indikator rata-rata

konsumsi riil yang telah disesuaikan. Adapun pengeluaran per kapita Kabupaten

Landak tahun 2011-2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.7.

Pengeluaran Perkapita Kab. Landak 2011-2012

No. Uraian

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (ribu rupiah PPP)

2011

2012*)

1.

Kabupaten Landak

614,58

617,92

Sumber : BPS Kalimantan Barat Tahun 2013

*) Data sementara

e. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Secara parsial, keberhasilan kinerja pembangunan dapat dinilai dengan melihat

perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menggambarkan

kemajuan di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Angka IPM Kabupaten

Landak tahun 2010 sebesar 67,55 kemudian pada tahun 2011 naik sebesar 68,16

(20)

Tabel 2.8.

IPM Kabupaten Landak 2010-2012

Uraian

IPM

2010

2011

2012*)

Landak

67,55

68,16

69,05

Sumber : Landak Dalam Angka 2013 (BPS (Kab. Landak)

*) Data sementara

Pada tahun 2011, reduksi

shortfall

IPM Kabupaten Landak sebesar 1,86% yang

berarti kecepatan perkembangan IPM Kabupaten Landak menuju ideal sebesar

1,86 persen per tahun. Sedangkan pada tahun 2012 reduksi shortfall IPM

Kabupaten Landak meningkat menjadi 2,80% yang berarti kecepatan

perkembangan IPM Kabupaten Landak menuju ideal sebesar 2,80 persen. Dengan

adanya kenaikan IPM dan percepatan reduksi shortfall IPM Kabupaten Landak

menunjukkan terjadi percepatan peningkatan pembangunan manusia di

Kabupaten Landak.

f.

Angka Kemiskinan dan Kesenjangan

Kinerja penurunan angka kemiskinan Kabupaten Landak pada tahun 2011 hingga

2012 menunjukkan hasil yang cukup baik, dari 13,13 pada tahun 2011 menurun

menjadi 12,41 pada tahun 2012. Namun angka tersebut masih berada diatas

angka kemiskinan Nasional pada tahun 2012 yang sebesar 11,66.

Tabel 2.9.

Angka Kemiskinan Kabupaten Landak Tahun 2011-2012

No.

Kabupaten

Angka Kemiskinan (%)

2011

2012*)

1.

Landak

13,13

12,41

Sumber : BPS Kalimantan Barat 2013

Ket. : *) Angka Sementara

g. Tingkat Pengangguran

Gambaran mengenai kondisi angka pengangguran di Kabupaten Landak adalah

sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.10.

Tingkat Pengangguran Kabupaten Landak 2011-2013

No

Kabupaten

Angka Pengangguran (%)

2011

2012*)

2013**)

1.

Landak

3,18

4,80

3,24

(21)

2)

Kesejahteraan Sosial

a. Pendidikan

Tabel 2.11.

APK, APM, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Landak

Tahun 2011-2012

Indikator Kinerja

Satuan

Tahun

2011

2012

1

Angka Partisipasi Kasar

- SD/MI

%

98,30

109,76

- SLTP/MTsn

%

81,46

82,17

- SMU/MAN/SMK

%

50,22

53,45

Rata-rata Angka Partisipasi Kasar

%

76,66

81,79

2

Angka Partisipasi Murni

- SD/MI

%

81,00

98,54

- SLTP/MTsn

%

68,87

71,55

- SMU/MAN/SMK

%

36,21

40,08

Rata-rata Angka Partisipasi Murni

%

62,03

70,06

3

Angka Melek Huruf

%

92,51

93,85

4

Rata-rata Lama Sekolah

Tahun

7,26

7,54

Sumber : BPS Kab. Landak, Diknas Kab. Landak

Dari tabel diatas terlihat bahwa APK yang tertinggi tahun 2012 adalah pada tingkat

SD/MI yaitu 109,76 % dan terendah pada tingkat SMU/MAN/SMK yaitu 53,45%.

Tingginya APK SD/MI disebabkan oleh banyaknya siswa usia di luar usia sekolah

yang berada atau bersekolah pada tingkat pendidikan SD/MI.

Untuk APM yang tertinggi tahun 2012 adalah pada tingkat SD/MI yaitu 98,54% dan

terendah pada tingkat SMU/MAN/SMK yaitu 40,08%. Tingginya APM pada tahun

2012, menunjukkan bahwa kinerja pada tingkat SD/MI masih lebih baik dari

tingkat pendidikan lainnya karena anak usia SD/MI yang bersekolah di tingkat

SD/MI paling banyak dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya, diikuti

sekolah tingkat SLTP/MTs, SMU/MA, dan terakhir sekolah Kejuruan.

Angka Melek Huruf di Kabupaten Landak menunjukkan trend peningkatan sejak

tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2011 mencapai 92,51%

sementara tahun 2012 menningkat menjadi 93,85%.

Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Landak pada tahun 2012 mencapai 7,54

tahun. Indikator tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk

Kabupaten Landak menjalani pendidikan lebih dari 7 tahun atau memutuskan

(22)

angka partisipasi sekolah usia 7-12 tahun yang mencapai 97,38 persen, selanjutnya

untuk kelompok umur diatasnya angka partisipasi sekolah lebih kecil. Angka

partisipasi sekolah usia 13-15 tahun hanya sebesar 91,31 persen. Sedangkan angka

partisipasi sekolah yang paling rendah adalah usia 16-18 tahun sebesar 53,81

persen.

b. Kesehatan

Tabel 2.12.

Angka Harapan Hidup Kab. Landak Tahun 2011-2012

INDIKATOR

TAHUN

2011

2012

Angka Harapan Hidup

65,70

65,93

Sumber : Landak Dalam Angka 2013 (BPS Kabupaten Landak)

Dari tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2011, angka harapan hidup Kabupaten

Landak yaitu sebesar 65,70%, dan untuk tahun 2012 sebesar 65,93%.

c. Ketenagakerjaan

Kondisi perkembangan penduduk yang bekerja, jumlah angkatan kerja dan tingkat

pengangguran di Kabupaten Landak adalah sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.13.

Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Landak Tahun 2011-2012

Kondisi Ketenagakerjaan

Satuan

Tahun

2011

2012

Angkatan Kerja

Jiwa

172.464

162.508

Bekerja

Jiwa

166.984

154.709

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

%

76,57

71,71

Pengangguran Terbuka

Jiwa

5.480

7.799

%

3,18

4.80

Sumber : BPS Kabupaten Landak

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Agustus 2012 penduduk

usia kerja di Kabupaten Landak berjumlah 226.603 jiwa, terdiri dari 119.180 jiwa

laki-laki dan 107.423 jiwa perempuan. Dari penduduk usia kerja tersebut yang

termasuk dalam angkatan kerja berjumlah 162.508 jiwa terdiri dari 97.590 jiwa

(23)

berjumlah 64.095 jiwa yang terdiri dari 21.590 jiwa laki-laki dan 42.505 jiwa

perempuan.

Berdasarkan lapangan pekerjaan, sebagian besar tenaga kerja di Kabupaten

Landak bekerja di sektor pertanian dengan persentase sebesar 82,16%. Sementara

pekerja di sektor jasa sebesar 13,42 % dan pekerja di sektor pengolahan sebesar

4,41%. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada tahun 2010-2012 mengalami

sedikit fluktuasi.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada tahun 2010-2012 mengalami sedikit

fluktuasi. Pada tahun 2010 TPAK sebesar 73,36% naik menjadi 76,57% pada tahun

2011, kemudian turun lagi menjadi 71,71% pada tahun 2012. Naik turunnya TPAK

tersebut diikuti pula dengan peningkatan tingkat penggangguran terbuka (TPT).

Pada tahun 2010 TPT mencapai 4,61% menurun menjadi 3,18% pada tahun 2011,

kemudian naik menjadi 4,80% pada tahun 2012.

d. Pemberdayaan Perempuan

Pemberdayaan perempuan dalam pembangunan memegang peranan penting dan

strategis seperti bidang parlemen, tenaga manajer, profesi, administrasi, teknis

dan mendapat kesempatan dalam berbagai lapangan pekerjaan.

Persentase keterlibatan perempuan di parlemen Kabupaten Landak masih di

bawah 10 % sedangkan menurut ketentuan perundang-undangan minimal 30%.

Untuk Indeks Pembanguan manusia berbasis Gender di Kabupaten Landak dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.14.

IDG Kabupaten Landak Tahun 2011

Kabupaten

Keterlibatan

Perempuan di

Parlemen

(%)

Perempuan sebagai

Tenaga Manager,

Profesional,

Administrasi Teknis

(%)

Sumbangan

Perempuan dalam

Pendapatan Kerja

(%)

IDG

Landak

5,71

43,50

34,84

57,65

Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2012

e. Keluarga Berencana

Akseptor KB dalam pembangunan memberikan kontribusi dalam rangka

pengendalian jumlah penduduk agar ledakan penduduk dapat terkontrol dalam

(24)

baru cukup signifikan dalam pencapaiannya. Ini menunjukkan tingkat kesadaran

masyarakat dalam ber KB cukup baik.

Untuk akseptor aktif masih perlu ditingkatkan pencapaiannya karena realisasi

capaian belum mencapai target.

Tabel 2.15.

Target dan Realisasi Akseptor Baru dan Aktif Kab. Landak Tahun 2012

Kabupaten

Baru

Aktif

Target

Realisasi

%

Target

Realisasi

%

Landak

9.387

10.685

113,83

31.393

24.895

79,30

Sumber : BKKBN Prov. Kalbar Tahun 2013

2.1.3 Aspek Pelayanan Umum

1)

Layanan Urusan Wajib

a. Pendidikan

Beberapa indikator yang dapat mengindikasikan tingkat kemajuan pelayanan

umum di bidang pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.16.

Aspek Layanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Bidang Pendidikan

No

Bidang Urusan/Indikator

Tahun

2011

2012

1.

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 thn

96,31

97,38

2.

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 thn

85,66

91,31

3.

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 thn

66,70

53,81

4.

Rasio Guru terhadap murid SD/MI

16,8

16,2

5.

Rasio Guru terhadap murid SMP/MTs

16,2

19,6

6.

Rasio Guru terhadap murid SM

16,25

18,18

Sumber : Landak Dalam Angka 2011-2013 (BPS Kabupaten Landak), Diknas Provinsi

Kalimantan Barat.

Indikator Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Landak pada tahun 2012 yang

men-capai 7,54 tahun menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten

Landak menjalani pendidikan lebih dari 7 tahun atau memutuskan berhenti

sekolah ketika kelas 2 SMP. Keadaan ini juga didukung oleh besarnya angka

partisipasi sekolah usia 7-12 tahun yang mencapai 97,38 persen, selanjutnya untuk

(25)

sekolah usia 13-15 tahun hanya sebesar 91,31 persen. Sedangkan angka partisipasi

sekolah yang paling rendah adalah usia 16-18 tahun sebesar 53,81 persen.

Pada Tahun 2011 rasio murid-guru Sekolah Dasar sebanyak 17, artinya satu orang

guru dibebani mengajar murid sebanyak 17 orang. Tahun 2012, rasio tersebut

meningkat menjadi 16. Sedangkan rasio murid/guru SMP pada tahun 2011

sebanyak 16, dan pada tahun 2012 mengalami penurunan mendekati 20.

Sementara untuk rasio murid/guru pada tahun 2011 sebanyak 16, dan pada tahun

2012 mengalami penurunan menjadi 18.

Perkembangan dunia pendidikan di Kabupaten Landak cukup menggembirakan,

hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah sarana pendidikan. Jumlah sarana SD

menurun dari 438 unit pada tahun 2011 menjadi 437 unit pada tahun 2012. Pada

jenjang SMP, jumlah sekolah meningkat dari 97 unit pada tahun 2011 menjadi 98

unit pada tahun 2012. Selanjutnya untuk jenjang SMU/SMK pada tahun 2011

sebanyak 40/8 unit menjadi 41/8 unit di tahun 2012.

Tabel 2.17.

Jumlah Sekolah di Lingkungan Diknas

Tahun 2011-2012

Kabupaten

SD

SMP

SMU

SMK

2011

2012

2011

2012

2011

2012

2011

2012

Landak

438

437

97

98

40

41

8

8

Sumber : Kalimantan Barat dalam Angka Tahun 2012-2013

b. Kesehatan

(1) Sarana dan Prasarana Kesehatan

Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas), Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Puskesmas Keliling (Pusling)

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.18.

Jumlah Puskesmas, Pustu, dan Pusling di Kabupaten Landak

Tahun 2011-2012

Kabupaten

2011

2012

Puskesmas,

Pustu

&

Pusling

Penduduk

Rasio

Puskesmas,

Pustu

&

Pusling

Penduduk

Rasio

Landak

105

335.452

3,195 107

340.635

3,184

(26)

Sedangkan cakupan puskesmas per kecamatan dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 2.19.

Cakupan Puskesmas Per Kecamatan

Uraian

Jumlah Kecamatan

Jmlh Puskesmas

Cakupan (%)

2011

2012

2011

2012

2011

2012

Landak

13

13

16

16

123,08

123,08

Untuk jumlah Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Landak adalah 1 (satu) buah,

yaitu : RSUD Landak

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2013

Sub Bab ini memuat uraian dari hasil evaluasi status dan kedudukan pencapaian kinerja

pembangunan daerah. Secara umum pelaksanaan program dan kegiatan RKPD 2013 secara

umum tergambar melalui pencapaian indicator-indikator makro pembangunan sebagaimana

tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Landak tahun

2012-2016. Secara ringkas indicator makro pembangunan tersebut dapat dilihat pada Tabel

dibawah ini :

Tabel 2.20.

Indikator Makro Pembangunan Kabupaten Landak

No

Indikator

Satuan

2012

Target

Realisasi

2013

2013

1.

Pertumbuhan Ekonomi

%

6.01

6.05

6,21

2.

PDRB per kapita

Rp Juta

10.921.627,04

11.968.000

12.054.00

3.

Inflasi

%

5.05

4.

IPM

%

69,05

69,60

n.a

5.

Tingkat Pengangguran

%

4,80

3,24

3,24

6.

Angka Kemiskinan

%

12,41

11,23

n.a

Berdasarkan evaluasi indikator dimaksud, realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2013

sebesar 6,05%. Sedangkan dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 6,01 %,

maka pertumbuhan ekonomi tahun 2013 mengalami peningkatan/naik sebesar 0,04%.

Dimana sector pertanian merupakan penyumbang pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar

48,89%, kemudian diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,83%. Hal ini

menunjukkan struktur perekonomian Kabupaten Landak masih didominasi sektor pertanian

(27)

Tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Landak pada tahun 2012 sebesar 4,80% dan tahun

2013 mengalami penurunan menjadi 3,24%, ini menunjukkan angka pengangguran

berkurang atau turun 1,56 %.

Begitu juga dengan penduduk miskin di Kabupaten Landak diprediksi akan mengalami

penurunan dari 12,41 pada tahun 2012 menjadi 11,23 pada tahun 2013.

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah yang telah dilaksanakan di berbagai sektor selama beberapa

tahun terakhir ini telah memberikan hasil dan manfaat bagi kehidupan masyarakat secara

keseluruhan di Kabupaten Landak. Namun demikian permasalahan yang timbul dalam proses

pembangunan menyebabkan tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang memadai belum

terealisasi sesuai dengan harapan yang ditetapkan. Pembangunan yang dilaksanakan belum

sepenuhnya diikuti oleh penguatan kelembagaan public termasuk alokasi sumber daya yang

efisien.

Manfaat pembangunan yang diharapkan belum merata, sehingga kehidupan

masyarakat belum sepenuhnya membaik. Keadaan ini timbul sebagai akibat dari berbagai

permasalahan yang terjadi baik masa lalu maupun sekarang yang belum teratasi secara

maksimal. Berikut ini permasalahan-permasalahan pembangunan di Kabupaten Landak yang

disusun berdasarkan bidang-bidang/urusan pembangunan.

1) Bidang Pendidikan

a. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas

Rehabilitasi ruang kelas senantiasa dilaksanakan setiap tahunnya namun rehabilitasi

ruang kelas belum sepenuhnya dapat dituntaskan. Selain itu, penyediaan buku mata

pelajaran, laboratorium, dan perpustakaan masih terbatas.

b. Kesempatan atau partisipasi pendidikan masih terbtas.

Peningkatan angka partisipasi terjadi di semua jenjang pendidikan, namun belum

seluruh anak mendapat pelayanan pendidikan seperti masih ada anak yang putus

sekolah, dan partisipasi pada jenjang pendidikan menengah dan atas masih rendah

yang disebabkan kendala geografis. Disamping itu meningkatnya cakupan pelayanan

PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) belum diikuti dengan peningkatan kualitas

pelayanan seperti yang diharapkan. Disisi lain keberlanjutan penuntasan Wajib

Belajar 9 Tahun (Wajar 9 Tahun) dan Wajib Belajar 12 Tahun (Wajar 12 Tahun) tidak

hanya diarahkan pada segi kuantitas tetapi bagaimana mutu Wajib Belajar 9 Tahun

(28)

c. Profesionalisme guru masih rendah dan distribusinya belum merata.

Proporsi guru yang memenuhi kualifikasi akademik terus mengalami peningkatan.

Namun pencapaian ini masih jauh dari yang diharapkan. Selain itu pemanfaatan guru

belum sepenuhnya optimal yang disebabkan oleh distribusi guru yang masih belum

merata.

d. Manajemen dan tata kelola pendidikan belum efektif

Perlu ditingkatkannya kapasitas aparatur di Satuan Pendidikan terkait dengan

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) guna mewuudkan tata kelola pendidikan yang

efektif

2) Bidang Kesehatan

a. Status kesehatan ibu dan anak masih rendah

Kesehatan ibu yang ditandai dengan indicator AKI (Angka Kematian Ibu), dimana jika

dibandingkan dengan angka Nasional maka kematian ibu di Kabupaten Landak masih

relative tinggi. Kondisi yang sama juga dengan indikator AKB (Angka Kematian Bayi)

masih lebih tinggi dibanding dengan AKB Nasional. Demikian pula dengan AKABA

(Angka Kematian Balita) dimana AKABA Kabupaten Landak masih lebih tinggi dari

AKABA Nasional.

b. Status gizi masyarakat masih rendah

c. Ketersediaan tenaga kesehatan masih terbatas

Tenaga kesehatan untuk dokter, dokter spesialis, dokter gigi, perawat dan bidan

mengalami peningkatan namun kesenjangan tenaga kesehatan lebih jelas terlihat

antara daerah perkotaan dan pedesaan. Oleh sebab itu penempatan tenaga

kesehatan di daerah pedesaan terus ditingkatkan.

d. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit masih tinggi

Beberapa penyakitmenular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

Kabupaten Landak diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD) demikian juga

dengan penyakit tidak menular yang masih menjadi tantangan.

e. Pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan

masyarakat masih terbatas.

f.

Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

g. Akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas masih

rendah.

3) Bidang Pekerjaan Umum

(29)

b. Pelayanan air bersih yang belum optimal dan merata

c. Pengembangan dan pengelolaan jaringan/rawa yang belum optimal

4) Bidang Kebudayaan

a. Belum optimalnya pemanfaatan potensi seni budaya

Minimnya sarana dan prasarana untu pagelaran seni budaya mempengaruhi minat

masyarakat untuk mengembangkan sanggar-sanggar seni budaya di daerah.

Demikian juga dengan jangkauan layanan pendidikan seni budaya yang masih kurang

luas.

b. Kurang tersedianya sarana pertunjukn seni budaya.

Selama ini bidang sei budaya masih belum dianggap prioritas sehingga pembangunan

sarana dan prasarana pertunjukkan mengalami perlambatan. Selain itu pagelaran

seni budaya dianggap membutuhkan biaya yang cukup tinggi

c. Minimnya minat dan perhatian generasi muda terhadap pengembangan seni budaya.

5) Bidang Kepemudaan dan Olah Raga

a. Peran aktif dan partisipasi pemuda belum optimal

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan urusan pemuda antara

lain terjadinya masalah-masalah sosial dikalangan pemuda seperti kriminalitas,

penyalahgunaan obat-obatan, tingginya tingkat pengangguran di kalangan pemuda.

Selain itu makin maraknya pola pikir pragmatis dan menurunnya nasionalisme di

kalangan pemuda turut menjadi masalah dalam pembangunan urusan kepemudaan.

b. Prestasi budaya dan olah raga masih rendah

c. Terbatasnya prasarana dan sarana olahraga

d. Kurangnya event olah raga berskala nasional maupun internasional

e. Kurangnya pembinaan olah raga usia dini

f.

Rendahnya kemampuan kewirausahaan dikalangan pemuda.

g. Rendahnya kegiatan Capacity Building bagi OKP

6) Bidang Perhubungan

a. Besarnya pergerakan kendaraan yang belum diimbangi dengan kapasitas lintas jalan.

b. Belum terbukanya akses jalan sampai ke pelosok daerah

7) Bidang Lingkungan Hidup

a. Penurunan kualitas sumberdaya air dan udara

b. Masih terjadinya kerusakan lahan

c. Masih terjadinya degradasi lingkungan dan deforestasi

(30)

e. Hilangnya Plasma Nuftah endemik akibat land clearing

f.

Belum dijadikannya PDRB Hijau sebagai landasan pengambilan keputusan dalam

proses perencanaan pembangunan

8) Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

a. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan di bidang energy antara

lain rendahnya kapasitas listrik terpasang, rendahnya rasio desa berlistrik dan masih

banyaknya potensi energy baru terbarukan yang belum dimanfaatkan secara

maksimal.

b. Kelangkaan bahan bakar minyak bersubsidi menjadikan roda perekonomian

masyarakat menjadi terhambat.

c. Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2010

yang mewajibkan bahan

tambang/mineral tidak boleh diekspor dalam keadaan mentah

d. Tidak beroperasinya perusahaan tambang karena adanya kewajiban membangun

SMELTER

e. Belum ada terobosan yang berarti dalam mempercepat pembangunan SMELTER

9) Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

a. Belum optimalnya advokasi KIE

b. Akses pelayanan KB dan kesehatan reproduksi belum optimal

c. Belum optimalnya upaya peningkatan kesejahteraan peserta KB dan upaya

peningkatan ketahanan keluarga

10) Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

a. Penguatan kapasitas Pengarusutamaan Gender (PUG)

b. Peningkatan terhadap perlindungan perempuan

c. Perlindungan dan tumbuh kembang anak belum optimal

11) Bidang Perencanaan Pembangunan

a. Terbatasnya kualitas Sumber Daya Manusia perencana

b. Rendahnya kualitas data informasi pembangunan

c. Masih lemahnya keterkaitan system perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan

pengawasan.

d. Lemahnya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar wilayah, antar waktu, antar

urusan pemerintahan, serta antar pusat dan daerah

e. Pengendalian dan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang belum optimal

12) Bidang ketenagakerjaan dan Transmigrasi

(31)

b. Belum optimalnya penanggulangan pengangguran

c. Perlu dipercepatnya pengembangan dan pembangunan kawasan transmigrasi

13) Bidang Sosial

a. Belum optimalnya upaya penanggulangan kemiskinan

b. Manajemen dan profesionalisme penyelenggaraan kesejahteraan social perlu

ditingkatkan

c. Pemberdayaan, perlindungan, dan pemberdayaan terhadap Penyandang Masalah

Kesejaahteraan Sosial (PMKS) belum optimal.

14) Bidang Perindustrian dan Perdagangan

a. Belum optimalnya penigkatan kualitas daya saing produk

b. Kurang memadainya kondisi sarana dan prasarana pasar tradisional

c. Inovasi produk belum mampu mengimbangi kebutuhan pasar

d. Belum optimalnya dukungan sarana infrastruktur

15) Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menegah

a. Masih minimnya inovasi dan adopsi teknologi dalam pengembangan produk yang

berdampak pada diversifikasi produk

b. Masih terbatasnya akses modal bagi UMKM

c. Kualitas manajemen pengelolaan usaha bagi UMKM masih perlu ditingkatkan

16) Bidang Penanaman Modal

a. Belum optimalnya pengelolaan promosi investas

b. Keterbatasan infrastruktur seperti jaringan listrik, air bersih, dan aksesibilitas wilayah

c. Perlu penguatan kelembagaan yang mengurus pelayanan perizinan

17) Bidang Ketahanan Pangan

a. Belum optimalnya pengelolaan lumbung pangan local

b. Belum optimalnya diversifikasi produk pangan local

c. Masih tingginya penggunaan bahan kimia berbahaya untuk pengendalian waktu

tanam, penyimpanan, dan pengolahan sehingga dapat membahayakaan konsumen

d. Belum optimalnya peran penyuluh pertanian dalam mendampingi petani

18) Bidang Pertanian

a. Sarana dan prasarana produksi pertanian sering tidak terjangkau oleh petani

b. Belum optimalnya pengendalian hama dan penyakit pertanian

c. Pengelolaan manajemen agribisnis belum optimal

(32)

e. Masih minimnya kemampuan dalam pengelolaan pasca panen dan pemasaran hasil

produk pertanian

19) Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan

a. Masih rendahnya populasi, produksi, dan produktivitas ternak untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi daerah

b. Penanganan terhadap penyakit hewan belum optimal

20) Bidang Perikanan

a. Kurangnya sarana dan prasaran tangkap (kuantitas, teknologi, dan SDM)

b. Akses permodalan petani perikanan masih kurang

21) Bidang Kehutanan

a. Ancaman kerusakan hutan

b. Berkurangnya luas hutan rakyat akibat kegiatan pemukiman dan penambangan

22) Bidang Komunikasi dan Informatika

a. Belum optimalnya penyediaan dan pemanfaatan sarana, prasarana, dan layanan

komunikasi dan informatika

23) Bidang Perpustkan dan Kearsipan

a. Masih rendahnya minat baca masyarakat di Kabupaten Landak

b. Masih rendahnya kemampuan daerah dalam pengarsipan dokumen-dokumen daerah

24) Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik

a. Kesatuan bangsa dan politik

Masih ada potensi benturan antar kelompok warga masyarakat, antar kelompok

warga masyarakat dengan aparat dan antara kelompok warga masyarakat dengan

sector privat karena adanya kepentingan dan pengaruh negative arus globalisasi yang

penuh keterbukaan, juga cenderung mempengaruhi wawasan kebangsaan dan

kesadaran bela Negara.

b. Ketentraman dan ketertiban

Gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban masyarakat berpotensi untuk

muncul di daerah-daerah yang terkait dengan bidang-bidang seperti perkebunan,

pertambangan, serta berkembangnya modus-modus kejahatan baru dengan

memanfaatkan teknologi canggih. Sehingga isu strategis terkait ketentraman dan

ketertiban yaitu : mendorong masyarakat untuk lebih peduli dalam menciptakan rasa

aman dan tertib sebagai modal dasar pembangunan di Kabupaten Landak.

25) Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

(33)

a. Belum optimalnya pelayanan publik

b. Belum optimalnya reformasi birokrasi

c. Belum optimalnya penataan kelembagaan dan system ketatalaksanaan

d. Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

e. Penegakan hukum dan HAM

f.

Luasnya wilayah

g. Terbatasnya sarana dan prasarana kerja serta SDM yang ada untuk mendukung

pelaksanaan tugas pengelolaan administrasi kependudukan, baik sarana teknologi

maupun informasi

(34)

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA

KERANGKA PENDANAAN

3.1. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014

Pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten Landak tumbuh sebesar 6,05 persen,

lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (2012) yang tumbuh sebesar 6,01 persen.

Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,05 % dimaksud adalah merupakan peningkatan PDRB

Kabupaten Landak tahun 2013 berdasarkan harga konstan tahun 2000 mencapai Rp.

1.927.902,85, berbanding tahun 2012 sebesar Rp. 1.817.896,65. Sedangkan PDRB Kabupaten

Landak atas dasar harga berlaku tahun 2013 naik sebesar Rp. 433.818, 49 yaitu dari Rp.

3.720.288,43 pada tahun 2012 menjadi Rp. 4.154.106,92 pada tahun 2013. Gambaran dari

hasil akhir pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan PDRB per kapita Kabupaten Landak

berdasarkan harga berlaku tahun 2013 mencapai Rp. 12.054.000. Nilai tersebut meningkat

dibandingkan PDRB per kapita tahun 2012 yang mencapai Rp. 10.921.627,04.

Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan sektor-sektor yang

membentuk PDRB. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan atau disebut juga

pertumbuhan ekonomi, pada tahun 2012 mencapai 6,01 persen merupakan agregasi dari

pertumbuhan sektor dan sub sektor pembentuk PDRB. Selama tahun 2012, seluruh sektor

ekonomi mengalami pertumbuhan. Walaupun semua sektor mengalami pertumbuhan pada

tahun 2012, namun jika dibandingkan 2011, ada sebagian sektor yang mengalami

perlambatan pertumbuhan yaitu: sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor listrik,

gas dan air bersih; sector pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan.

Sedangkan pada tahun 2011 jika dibandingkan pada tahun 2010, ada dua sektor

yang mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu: sektor perdagangan, hotel dan restoran

serta sektor jasa-jasa. Sementara sektor lainnya mengalami percepatan pertumbuhan.

Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian

yang mencapai 44,84 persen. Pertumbuhan sektor tersebut terutama didorong oleh

penemuan intan yang cukup besar di Kabupaten Landak. Pada tahun 2012, sebagian besar

sektor mengalami pertumbuhan cukup tinggi dengan pertumbuhan diatas lima persen,

kecuali sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sektor yang dominan

menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Landak pada tahun 2012 adalah sector

(35)

pertanian yaitu sebesar 2,13 persen. Sektor berikutnya yang memberikan sumbangan cukup

besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menyumbang pertumbuhan

sebesar 1,50 persen. Walaupun dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup rendah pada

tahun 2012, namun sektor pertanian tetap memberikan kontribusi yang cukup besar

terhadap pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Landak. Kontribusi terbesar sumber

pertumbuhan dari sektor pertanian adalah subsektor perkebunan. Dengan peningkatan

produksi tanaman perkebunan terutama tanaman kelapa sawit dan karet, memicu

pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Landak pada tahun 2012. Sejak Kabupaten

Landak berdiri, kontribusi sektor pertanian memang cukup berpengaruh secara signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Landak. Selain itu sektor perdagangan, hotel

dan restoran serta sektor keuangan juga ikut berperan penting dalam meningkatkan

perekonomian di Kabupaten Landak.

Dari pertumbuhan ekonomi sektoral tersebut, kemudian membentuk struktur

perekonomian Kabupaten Landak yang dicerminkan oleh kontribusi masing-masing sector

terhadap PDRB. Sektor pertanian masih menjadi sektor yang dominan di Kabupaten Landak

dengan peranannya sebesar 49,00 persen. Hal ini berarti bahwa naik turunnya pertumbuhan

di sector pertanian akan sangat mempengaruhi naik turunnya pertumbuhan perekonomian

secara keseluruhan di Kabupaten Landak. Dengan demikian, sektor pertanian masih menjadi

˜‹ Š Œ

ing sector

atau dengan kata lain sebagai sektor pemimpin bagi sektor-sektor produksi

lainnya dalam menyumbang perekonomian di Kabupaten Landak. Sektor perdagangan, hotel

dan restoran masih tetap menjadi kontributor terbesar kedua setelah sektor pertanian

dengan peranannya sebesar 21,43 persen. Sektor-sektor yang lainnya hanya memberikan

kontribusi kurang dari 20 persen, yaitu sektor pertambangan dan penggalian memberikan

peranan sebesar 2,30 persen; sector konstruksi 3,11 persen; sektor pengangkutan dan

komunikasi 2,44 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 4,73 persen;

sektor jasa-jasa 6,67 persen. Sedangkan sektor listrik, gas dan air minum memberikan

kontribusi terkecil. Rendahnya peranan sektor ini disebabkan karena masih terdapat

daerah-daerah yang belum mendapatkan pelayanan listrik dan air bersih.

Kemudian dilihat dari sisi PDRB penggunaan, peranan konsumsi rumah tangga

masih mendominasi pembentukan PDRB Kabupaten Landak. Sebagai wilayah yang sebagian

besar penduduknya masih tinggal dipedesaan, kondisi tersebut tidaklah mengherankan,

karena umumnya pola konsumsi masyarakat di pedesaan cenderung untuk memenuhi

(36)

konsumsi rumah tangga mencapai Rp. 1.489,06 milyar dengan persentase 61,38 persen

seperti terlihat pada tabel 1, tahun 2012 nilainya mencapai Rp. 2.332,20 milyar atau 62,69

persen dari total PDRB. Indikator ini menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat di

Kabupaten Landak masih belum banyak berubah dan cenderung masih untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi ketimbang untuk investasi atau yang lainnya.

Dilihat lebih rinci, pengeluaran makanan menjadi pengeluaran utama

dibandingkan dengan pengeluaran bukan makanan. Tahun 2012 pengeluaran konsumsi

makanan sudah mencapai Rp. 1.371,49 milyar, sedangkan pengeluaran konsumsi bukan

makanan Rp. 960,71 milyar. Ini berarti pengeluaran rumah tangga di Kabupaten Landak

sekitar 58 persennya digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan, sedangkan sisanya

baru digunakan untuk memenuhi kebutuhan bukan makanan. Dibandingkan komponen

lainnya dalam PDRB penggunaan, komponen konsumsi lembaga non-profit di Kabupaten

Landak masih sangat kecil peranannya. Hal ini terlihat dari sisi absolut maupun

persentasenya paling rendah diantara komponen PDRB yang lain. Tahun 2012, nilai PDRB

komponen lembaga non profit hanya mencapai Rp. 17,01 milyar atau sekitar 0,46 persen

dari total PDRB. Dari segi jumlah, lembaga non profit yang ada di Kabupaten Landak masih

sedikit sehingga pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut belum terlalu

[image:36.612.97.575.508.842.2]

besar.

Grafik 2.

Distribusi Persentase Komponen

PDRB Penggunaan Kabupaten Landak

Tahun 2012

62.69

0.46

14.42

16.36

0.69

6.77

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pembentukan modal Tetap/Domestik

Bruto

Perubahan Stok

(37)

Peranan konsumsi pemerintah di Kabupaten Landak tahun 2012 tercatat

mencapai 14,42 persen atau senilai Rp. 536,33 milyar. Angka tersebut lebih tinggi dari tahun

sebelumnya yang hanya tercatat Rp 483,52 milyar atau 14,47 persen dari total PDRB.

Konsumsi pemerintah sebenarnya dapat menjadi pemicu meningkatnya komponen PDRB

penggunaan yang lain. Dari belanja pegawai misalnya tentu akan mendorong tingkat

konsumsi rumah tangga, sementara dari belanja barang dapat mendorong pembentukan

modal di daerah.

Komponen pembentukan modal tetap/domestik bruto (PMTB) juga memiliki peran

yang cukup besar dalam PDRB. Secara absolut nilai PMTB terus meningkat, demikian pula

peranannya cenderung meningkat. PMTB tahun 2011 tercatat Rp. 537,44 milyar atau 16,09

persen dari total PDRB. Pada tahun 2012 peranannya meningkat menjadi 16,36 persen

dengan nilai Rp. 608,51 milyar.

Dalam perekonomian suatu daerah, selain investasi, perdagangan luar negeri dan

perdagangan antar daerah, dalam hal ini ekspor dan impor juga mempunyai peran penting

untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2008 sampai

2012, terjadi peningkatan ekspor barang dan jasa. Namun jika di

Gambar

Gambar 1Hubungan RPJP, RPJM, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Gambar 2
Tabel 2.1.Banyaknya Desa dan Dusun Menurut Kecamatan di Kab. Landak
Tabel 2.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persoalan tersebut diantaranya adalah konflik ketika kegiatan berada di area perbatasan negara, konflik terkait dengan persoalan pencemaran perairan yang dapat berdampak pada

mempengaruhi kehidupan wilayah itu sendiri dan wilayah lain disekitarnya. Untuk daerah kepulauan moda transpotasi darat hanya untuk pergerakan dalam pulau dan moda

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian atau populasi merupakan obyek atau subjek yang berada pada suatu

Dasar pertimbangan perlunya undang-undang yang mengatur perlindungan korban kejahatan (dan saksi) untuk disusun dengan jelas dapat dilihat pada bagian menimbang daripada

Sane kapertama inggih puniki kirangnyane pangresep basa Bali sane ngawinang sang pangawi tembang nagingin basa tiosan sane sampun lumbrah tur ketah kānggen, lan sane

bank syari’ah, 2) lembaga keuangan mikro syari’ah, 3) asuransi syari’ah, 4) reasuransi syari’ah, 5) reksadanasyari’ah, 6) obligasi syari’ah dan surat ber- harga berjangka

Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL,

Simpulan akhir, dari uraian di atas dapat ditarik asumsi bahwa bentuk kebudayaan pop art yang “dilakukan kini” dipastikan merupakan konsep yang telah mengalami