PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS USAHA, DAN
JUMLAH PENGHASILAN PEDAGANG PASAR DI
KECAMATAN KENJERAN SURABAYA TERHADAP
PEMILIHAN TEMPAT PEMBIAYAAN MELALUI BMT DAN
PEMINJAMAN MELALUI RENTENIR
SKRIPSI Oleh :
ARUM DEVI ASTITI NIM : C04212007
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Jenis Usaha, dan Jumlah Penghasilan Pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya terhadap Pemilihan Pembiayaan melalui BMT dan Peminjaman melalui Rentenir” ini merupakan hasil penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang apakah terdapat pengaruh signifikan antara tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang pasar Se-Kecamatan Kenjeran Surabaya secara simultan terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir dan apakah terdapat pengaruh signifikan antara tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang pasar Se-Kecamatan Kenjeran Surabaya secara parsial terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu dengan memperoleh data yang berbentuk angka, dengan jenis penelitian kausalitas. Studi kausalitas berfungsi untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dan terikat. Responden penelitian ini mengambil pada pedagang di Surabaya yang mempunyai karakter sebagai berikut : seluruh pedagang pasar Se-Kecamatan Kenjeran yang melakukan peminjaman modal melalui BMT UGT Sidogiri cabang Surabaya serta melakukan peminjaman modal melalui Rentenir.
Kesimpulan penelitian ini adalah adanya pengaruh signifikan tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara simultan terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir. Namun, tidak terdapat pengaruh signifikan tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara parsial terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir.
viii viii DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Kegunaan Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
ix
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 33
C. Kerangka Konseptual ... 35
D. Hipotesis ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Jenis dan Tujuan Penelitian ... 39
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39
D. Variabel Penelitian ... 40
E. Definisi Operasional ... 41
F. Data dan Sumber Data ... 43
G. Teknik Pengumpulan Data ... 44
H. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 52
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 52
B. Karakteristik Responden ... 71
C. Analisis Data ... 74
BAB V PEMBAHASAN ... 92
A. Pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang Pasar Se-Kecamatan Kenjeran Surabaya secara simultan terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir... 92 B. Pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan
x
terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman
melalui Rentenir... 95
BAB VI PENUTUP ...103
A. Kesimpulan ...103
B. Saran ...103
DAFTAR PUSTAKA ...105
xi
DAFTAR TABEL Tabel
Tabel 2.1 ... 32
Tabel 4.1 ... 73
Tabel 4.2 ... 73
Tabel 4.3 ... 75
Tabel 4.4 ... 76
Tabel 4.5 ... 78
Tabel 4.9 ... 79
Tabel 4.7 ... 80
Tabel 4.8 ... 82
Tabel 4.9 ... 85
Tabel 4.10 ... 85
Tabel 4.11 ... 86
Tabel 4.12 ... 87
Tabel 4.13 ... 88
xi i
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar 2.1
... 12
Gambar 2.2
... 17
Gambar 2.3
... 34
Gambar 4.1
... 53
Gambar 4.2
... 70
Gambar 4.3
... 70
Gambar 4.4
... 71
Gambar 4.5
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya kegiatan perekonomian, maka akan dirasakan perlu adanya sumber-sumber penyediaan dana untuk membiayai segala macam kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat. Sumber-sumber penyediaan dana seperti perbankan pada umumnya dirasakan masih membebani masyarakat menengah ke bawah. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga yang relatif tinggi dan tidak stabil selain itu pula prosedur yang diajukan bank umum dalam memberikan pinjaman tergolong rumit.
Bagi sebagian besar pemilik usaha kecil menengah ke bawah, tingkat pendidikan dirasa belum penting dalam menjalankan usaha. Pembiayaan dibutuhkan pemilik usaha dalam mencukupi modal usaha. Memang benar, majunya suatu usaha tidak akan lepas dari pengalaman pedagang dalam mengelola usaha tersebut, namun untuk perhitungan jangka panjangnya disinilah peran tingkat pendidikan dan pengetahuan para pedagang pasar tradisional ini diperlukan.Tingkat pendidikan ini perlu diketahui karena dengan tingkat pendidikan yang berbeda akan berbeda pula tingkat pinjaman dan jenis tempat pembiayaan atau peminjaman yang akan dipilih. Dari teori Essael1 dikatakan faktor individual konsumen yang didalamnya adalah pendidikan sangat mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen, hal ini disebabkan
2
konsumen yang berpendidikan tinggi mempunyai pandangan yang berbeda terhadap alternatif produk, informasi produk, dan penilaian terhadap sebuah produk dibandingkan dengan konsumen berpendidikan lebih rendah.
Pencarian modal haruslah diperhitungkan dan dibandingkan dengan usaha yang dimiliki. Karena besar modal yang dibutuhkan akan berbeda antara jenis usaha satu dengan lainnya. Berbedanya jenis usaha inilah yang membuat antar pedagang tidak sama dalam menentukan pilihannya mencari sumber modal usahanya. Para pedagang akan memperkirakan antara jenis usahanya dan jumlah penghasilan yang ia dapatkan dengan besarnya cicilian yang harus ia bayarkan kepada kreditur.
Modal merupakan unsur pertama dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedagang. Di pinggiran kota, terdapat banyak pasar tradisional yang mempunyai prospek bagus dalam peningkatan taraf ekonomi pedagang dan masyarakat sekitar pasar tetapi terhambat oleh modal sehingga kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Untuk menghindari akan terdesaknya kebutuhan permodalan usaha tersebut masih banyak dijumpai pengusaha atau pedagang pasar ekonomi lemah mengambil jalan pragmatis yaitu mencari permodalan dari rentenir, sepertihalnya yang terjadi pada pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya.
3
dengan petugas BMT yang berkeliling di pasar guna mendatangi nasabah (fasilitas yang diberikan BMT kepada nasabah).
Sampai sekarang, rentenir merupakan pihak yang tidak terpisahkan dari pasar-pasar tradisional, termasuk pasar yang terdapat di Kecamatan Kenjeran Surabaya. Meskipun bunga yang dibebankan kepada nasabah sangatlah memberatkan, namun mereka tetaplah diminati hingga saat ini. Rata-rata besar bunga yang diberikan rentenir atau pedagang pasar biasa menyebutnya duwek manak ini sebasar 15% hingga 30%. Meskipun bank ataupun lembaga keuangan lainnya sudah menawarkan pinjaman dengan bunga rendah, meminjam kepada rentenir masihlah menjadi pilihan para pedagang pasar. Ada banyak hal yang harus dilakukan oleh rentenir untuk menarik nasabah agar tetap bekerjasama dengan mereka. Dari hubungan kerjasama tersebut, maka secara otomatis akan menghasilkan riba. Terlebih lagi, banyak nasabah yang berasal dari kalangan muslim. Dimana telah diatur dalam Al-Qur‟an bahwa riba itu haram hukumnya.
Dalam masyarakat umum, rentenir memiliki citra buruk sebagai lintah darat yang mengambil bunga/riba dalam jumlah yang sangat besar dari pinjaman nasabahnya, akan tetapi rentenir tetaplah eksis di dalam masyarakat. Mereka tetap menjadi alternatif disaat kebutuhan finansial sedang meningkat. Bagi masyarakat kecil, kredit dari rentenir inilah yang menguntungkan secara ekonomi. Karena ketika mereka meminjam di bank sebagai lembaga finansial formal, syarat yang dibutuhkan sangatlah rumit.2
4
Melihat gambaran umum masyarakat Kecamatan Kenjeran yang sampai saat ini masih sangat membutuhkan pembiayaan sebagai tambahan dana baik untuk modal usaha, konsumsi, investasi maupun membeli barang-barang yang dibutuhkan maka keberadaan lembaga keuangan sangat membantu masyarakat. Lembaga berbasis syariah diharapkan bisa menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia, khususnya pelaku usaha yang sebagian besar beragama Islam. Karena lembaga keuangan syariah selain mampu menjangkau masyarakat menengah ke bawah yang membutuhkan pinjaman, lembaga syariah juga bebas dari bunga/riba.
Dalam menentukan tempat peminjaman modal, masyarakat Kecamatan Kenjeran pun mempertimbangkan beberapa hal. Namun, yang dipertimbangkan cenderung pada proses yang mudah dan tanpa persyaratan. Hal-hal tersebut memanglah yang diincar oleh para pencari pinjaman khususnya bagi ekonomi menengah ke bawah, namun mereka lupa akan bunga yang akan diberikan rentenir tersebut sangatlah besar. Dan tidak sedikit akibat dari peminjaman pada rentenir berakhir dengan gulung tikarnya usaha mereka sendiri karena tidak dapat membayar bunga cicilian pinjaman.
Riba diharamkan seluruh agama samawi, karena dianggap sangat membahayakan dan mengandung eksploitasi. Riba bermakna ziyadah atau tambahan. Sedangkan riba menurut istilah menurut ulama fikih adalah kelebihan harta dalam sebuiah transaksi dengan tidak adanya imbalan atau ganti.3 Riba atau bunga sangat diharamkan. Seperti yang dijelaskan pada surat Al-Baqarah (2) ayat 278-279
5
( هيىمؤم متىك نإ ابزلا ه م يقب ام اورذو
َ
اىقتا اىىمآ هيذلا اه أ اي
٨٧٢
)
نئف
اىوذأف اىلعفت مل
نىملظت
ا
مكلاىمأ سوءر مكلف متبت نإو هلىسرو
َ
ه م بزحب
( نىملظت
ا
و
٨٧٢
)
278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.4
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang membeli seorang nak kecil, lantas didirikan sekehendaknya disisi laki-laki itu, kemudian ia mendapatkan suatu „aib padanya. Maka anak itu dikembalikan kepada penjualnya. Penjual itu berkata kepada Nabi Muhammad Saw.: „ Ya Rasulullah, anak jualanku itu telah melalui prosedur.‟ Jawab Rasul :‟Hasil itu dengan tanggungan‟.” ( HR Abu Daud ).5
Walaupun berbagai upaya telah dibuat untuk membatasi ruang gerak praktek-praktek rentenir dalam rangka menghindarkan lapisan miskin jatuh pada “perhambaan bunga”, rentenir masih tetap saja beroperasi di pasar tradisional, bahkan tidak ada indikasi apapun bahwa aktivitas mereka surut.6 Baik Rentenir maupun BMT memiliki peran yang sama yakni tempat dalam memberikan permodalan. Namun, dalam prakteknya sangatlah berbeda satu sama lain. Misalnya, (1) terdapat riba dalam pinjaman Rentenir, (2) besar bunga yang ditetapkan rentenir sangatlah tinggi, hingga 30%, (3) jika peminjam tidak dapat
6
membayar, maka hutang akan bertumpuk dengan bunganya berlipat-lipat. Berbeda halnya dengan BMT yang dalam operasionalnya mengedepankan kemashlahatan umat. Misalnya, (1) tidak terdapat riba, (2) besar bagi hasil rendah, sekitar 2,3%, (3) jika nasabah tidak dapat membayar, akan dilaksanakan reschedule ulang guna meringankan nasabah dalam membayar.
Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk "Bait Al-mal Wa Al-Tamwil” yang biasa disebut BMT, sesungguhnya dilatarbelakangi oleh pelarangan riba secara tegas dalam Al Qur'an. Sebagian besar umat Islam yang hati-hati dalam menjalankan perintah dan ajaran agamanya menolak menjalin hubungan bisnis dengan perbankan konvensial yang beroperasi dengan sistem bunga. Realita tersebut merupakan faktor penting yang melatarbelakangi lahirnya lembaga keuangan syariah seperti Koperasi Simpan Pinjam Syariah BMT Usaha Gabungan Terpadu Sidogiri disingkat KSPS-BMT UGT Sidogiri cabang Surabaya ini. Tujuan yang ingin dicapai para penggagasnya tidak lain untuk menampung dana umat Islam yang begitu besar dan menyalurkannya kembali kepada umat Islam terutama pengusaha-pengusaha muslim yang membutuhkan bantuan modal untuk pengembangan bisnisnya dalam bentuk pemberian fasilitas pembiayaan kepada para nasabah berdasarkan prinsip syariah, seperti murâbahah, mudharabah, musyarakah, qardl dan lain-lain.7
Dengan terbitnya UU No. 10 Tahun 1998 sebagai penopang hukum perbankan dengan sistem syariah, menjadikan keberadaan perbankan syariah menjamur. Tumbuhnya perbankan syariah diikuti dengan tumbuhnya kesadaran
7
umat Islam untuk membebaskan diri dari riba. Hal ini akan berimbas pada makin maraknya sektor moneter di tingkat bawah. Pesatnya pekembangan lembaga keuangan mikro yang berlandaskan syariah seperti BMT menunjukkan bahwa keberadaan lembaga keuangan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. 8
Sejak awal berdiri sampai sekarang ini, KSPS-BMT UGT Sidogiri menunjukkan pertumbuhan yang pesat dan konstan pada jumlah kantor cabang dan cabang pembantu, anggota koperasi, simpanan anggota, pendapatan kas (omzet), aset, dana sosial dan zakat. Pada usianya yang ke-14 tahun, Koperasi BMT UGT telah memilik 228 cabang dan cabang pembantu di beberapa provinsi di Indonesia yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakaerta, Bali, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Riau dan Lampung.
Keberadaan lembaga keuangan mikro seperti BMT ini sangat penting mengingat keterbatasan akses masyarakat pada sumber-sumber pembiayaan formal, seperti perbankan. Kehadiran BMT sebagai pendatang baru dalam dunia pemberdayaan masyarakat melalui system simpan-pinjam syariah dimaksudkan untuk menjadi alternatif yang lebih inovatif dalam jasa keuangan. kehadiran BMT di harapkan mampu menjadi sarana dalam menyalurkan dana untuk usaha bisnis kecil dengan mudah dan bersih, karena didasarkan pada kemudahan dan bebas riba. Selain itu mampu memperbaiki/meningkatkan taraf hidup masyarakat bawah. BMT merupakan lembaga keuangan alternatif yang mudah
8
diakses oleh masyarakat bawah dan bebas riba/bunga, Lembaga untuk memberdayakan ekonomi ummat, mengentaskan kemiskinan, dan meningkatkan produktivitas.
M. Syaf‟i Antonio9 menjelaskan bahwa peran BMT dalam memberikan kontribusi kepada perekonomian nasional sangat jelas, sementara perbankan sulit untuk menyalurkan dana pihak ketiga kepada masyarakat menengah ke bawah, BMT dapat langsung menyentuh serta memfokuskan perhatiannya terhadap masyarakat menengah ke bawah. Nilai strategis BMT lainnya adalah lembaga ini mempunyai peran yang sangat vital dalam menjangkau transaksi syariah di daerah yang tidak bisa dilayani oleh bank umum maupun bank yang membuka unit syariah. BMT sebagai salah satu lembaga keuangan mikro tentu menjadi harapan baru bagi masyarakat untuk mendapatkan pembiayaan. Pembiayaan yang dimaksud adalah suatu fasilitas yang diberikan bank Islam kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank Islam dari masyarakat yang surplus dana.
Salah satu aktivitas yang penting dalam manajemen dana BMT adalah pelemparan dana (lending financing). Istilah ini dalam keuangan konvensional dikenal dengan sebutan kredit dan dalam keuangan syariah sering disebut pembiayaan. Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama BMT, karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Sebagai upaya memperoleh pendapatan yang semaksimal mungkin, aktivitas pembiayaan BMT juga menganut azas syariah, yakni dapat berupa bagi hasil, keuntungan
9
maupun jasa manajemen. Upaya ini harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan likuiditas dapat terjamin dan tidak banyak dana yang menganggur.10
Berawal dari kondisi tersebut di atas, merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti dan dicermati perihal faktor tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan dalam mempengaruhi para pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya dalam menentukan tempat pembiayaan atau peminjaman modal usahanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara parsial berpengaruh terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir ?
2. Apakah tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara simultan berpengaruh terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
10
1. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara parsial mempengaruhi pemilihan tempat pembiayaan melalui KSPS-BMT UGT Sidogiri atau Rentenir.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara simultan mempengaruhi pemilihan tempat pembiayaan melalui KSPS-BMT UGT Sidogiri atau Rentenir.
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan, acuan, maupun referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian tentang seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah pendapatan dalam memilih jenis pembiayaan atau peminjaman. 2. Kegunaan Praktis
11
b. Memberikan kontribusi pada lembaga-lembaga keuangan, khususnya lembaga keuangan syariah untuk lebih mengedukasi masyarakat menengah kebawah tentang peran lembaga keuangan islam khususnya BMT.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keputusan Konsumen
Sebelum proses pengambilan keputusan konsumen, kita mengenal ilmu
tentang perilaku konsumen. Menurut Loudon dan Bitta (1995) menjelaskan
bahwa perilaku konsumen mencangkup proses pengambilan keputusan dan
kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian,
perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa.11
Perilaku konsumen (consumen behavior) dapat didefinisikan sebagai
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang-barang atau jasa termasuk
didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut.12 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen dalam mengambil keputusan adalah:
a. Faktor Budaya, yaitu meliputi budaya (penentu keinginan dan perilaku
yang mendasar),sub-budaya (bangsa, agama, suku, daerah),dan kelas
sosial.
b. Faktor Sosial, perilaku seorang konsumen dipengaruhi faktor-faktor
sosial seperti kelompok acuan, keluarga, peran dan status.
11 Tatik Suryani, Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), 7.
12 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen,
13
c. Faktor Pribadi, merupakan faktor pribadi (usia, tahap siklus hidup,
pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep-diri
pembeli).
d. Faktor Psikologis, faktor psikologi utama yaitu motivasi, persepsi,
pengetahuan, serta keyakinan dan pendirian.
Kotler menyebutkan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen antara lain : faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor personal dan
faktor psikologis.13
Gambar 2.1
Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Kebudayaan Kultur Sub-Kultur Kelas Sosial Sosial Kelompok Acuan Keluarga
Peran dan Status Sosial
Personal Usia,
Tahap Daur Hidup, Jabatan,
Keadaan Ekonomi, Gaya Hidup, Kepribadian, dan Konsep Diri
Psikologis Motivasi, Persepsi, Belajar, Kepercayaan, dan Sikap Pembeli
Sumber: Kotler (2000)
a. Faktor Kebudayaan
13 Philip Kotler. terj. Bob Sabran, Manajemen Pemasaran, Edisi ke Tiga Belas, (Yogyakarta: PT.
14
Faktor kebudayaan memiliki pengaruh yang luas dan mendalam
terhadap perilaku, peran budaya, subbudaya, kelas sosial yang sangat
penting:
1) Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan
perilaku seseorang.
2) Sub Budaya merupakan identifikasi dari sisoalisasi yang khas
untuk perilaku anggotanya, ada empat macam sub budaya yakni
terdiri dari: kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan,
kelompok ras, dan kelompok wilayah geografis.
3) Kelas Sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen
dan permanen yang tersusun secara hirarkis dan yang anggotanya
menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa14
b. Faktor Sosial
Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial
diantaranya adalah kelompok sosial dan kelompok referensi, kelurga.
1) Kelompok Acuan15 adalah seseorang terdiri dari semua kelompok
yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap
sikap atau pengaruh perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki
pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok
keanggotaan.
2) Keluarga adalah suatu unit masyarakat terkecil yang perilakunya
sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan
15
keputusan. Keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari
orang tua, dimana seseorang mempengaruhi suatu orientasi
terhadap agama, politik, dan ekonomi.
3) Status dan Peran berhubungan dengan kedudukan seseorang dalam
masyarakat, setiap peranan yang dimainkan akan mempengaruhi
perilaku pembelinya.
c. Faktor Pribadi
1) Usia dan tahap daur hidup merupakan perkembangan fisik dari
seseorang. Oleh karena itu oleh tahapan perkembangan pasti
membutuhkan makanan, pakaian yang berbeda-beda sehingga
mempengaruhi terhadap perilaku pembelian.
2) Keadaan Ekonomi, seseorang akan besar pengaruhnya terhadap
pemilihan produk. Keadaan ekonomi seseorang yang terdiri dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan kekayaan, dan
kemampuan meminjam dan sikapnya terhadap mengeluaran.
3) Pekerjaan, pola konsumsi yang berhubungan dengan perlengkapan
kerja dan kebutuhan lain yang terkait dengan pekerjaannya.
4) Gaya Hidup seseorang adalah pola hidup seseorang dalam
kehidupan seharihari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan
pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup melukiskan keseluruhan
pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.
16
Faktor psikologis yang berpengaruh terhadap perilaku seorang
konsumen meliputi beberapa unsur penting yaitu motivasi, belajar,
kepribadian dan konsep diri, sikap yang meliputi:
1) Motivasi, suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila
kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu
kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar
kepuasan.
2) Persepsi diartikan sebagai proses dimana individu memilih,
merumuskan, dan menafsirkan masukan informasi untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.
3) Belajar, proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku
seseorang yang timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilakku
manusia adalah hasil proses belajar. Secara teori, pembelajaran
seseorang dihasilkan melalui dorongan, rangsangan, isyarat,
tanggapan, dan penguatan.
4) Kepercayaan dan Sikap. Kepercayaan adalah suatu pemikiran
deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu, sedangkan
sikap adalah organisasi dari motivasi, perasaan emosional,
persepsi, dan proses kognitif kepada suatu aspek. Melalui tindakan
dan proses belajar, orang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap
yang kemudian mempengaruhi perilaku pembeli.
Dalam mengambil keputusan seseorang seringkali dihadapkan pada
berbagai kondisi antara lain; unik, tidak pasti, jangka panjang dan
17
tidak mempunyai preseden dan di masa depan mungkin tidak akan berulang
kembali. Tidak pasti maksudnya bahwa faktor-faktor yang diharapkan
mempengaruhi dan memiliki kadar ketahuan atau informasi yang sangat
rendah. Jangka panjang maksudnya bahwa implikasinya memiliki
jangkauan yang cukup jauh ke depan dan melibatkan sumbersumber usaha
yang penting. Adapun kompleks yaitu dalam pengertiannya preferensi
pengambilan keputusan atas resiko dan waktu memiliki peranan yang
besar.16 Dalam tahap evaluasi konsumen membentuk preferensi antar merk
dalam kumpulan pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk maksud
untuk membeli merk yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud
pembelian, konsumen dapat membentuk lima sub keputusan merk,
penyaluran, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran.17
Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya
merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan membeli
mempunyai suatu struktur sebanyak tujuh komponen, yaitu:18
a. Keputusan tentang jenis produk.
b. Keputusan tentang bentuk produk.
c. Keputusan tentang merk.
d. Keputusan tentang penjualan.
e. Keputusan tentang jumlah produk.
f. Keputusan tentang waktu pembelian.
16 Marimin, Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Criteria Majemuk, (Jakarta: PT Grasindo
anggota IKAPI, 2004), 10.
17 Philip kotler, Manajemen Pemasaran.., 258.
18
g. Keputusan tentang cara pembayaran.
Dalam suatu pembelian barang keputusan yang diambil tidak selalu
berurutan seperti di muka. Pada situasi pembelian seperti penyelesaian
masalah ekstensif, keputusan yang diambil dapat bermula dari keputusan
tentang penjual karena penjual dapat membantu merumuskan
perbedaan-perbedaan di antara bentuk-bentuk dan merk produk.
Teori Seth19 bermula dari beberapa partisipan yaitu pembeli, ahli teknik,
pemakaian yang memiliki tingkah laku tersendiri seperti halnya model
Howard-Seth untuk perilaku pembelian konsumen, tindakan-tindakan
pembeli sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
a. Pendidikan konsumen
b. Corak Kehidupan konsumen
c. Orientasi konsumen
d. Dan kepuasan terhadap pembelian sebelumnya.
Terdapat lima tahap proses pengambilan keputusan oleh konsumen:20
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan terssebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal
dan eksternal. Dengan mengumpulkan informasi dari konsumen, para
19 Ibid,128
20 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen:Perspektif Kontemporer Pada Motif, Tujuan, Dan
Keinginan Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2003), 14. Mengenali
19
pemasar dapat mengidentifikasikan rangsangan yang paling sering
membangkitkan minat akan kategori produk tertentu.
Selanjutnya pencarian informasi yakni secara aktif mencari bahan
bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari
produk tertentu. Yang menjadi perhatian utama pemasar adalah
sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh
relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya.
Sumber informasi konsumen: sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga,
kenalan), sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan,
pajangan), sumber publik (media massa, organisasi tertentu peringkat
konsumen), sumber pengalaman (penganganan, pengkajian, dan pemakaian.
Evaluasi alternatif, beberapa konsep dasar yang membantu kita
memahami proses evaluasi konsumen: pertama konsumen berusaha
memenuhi kebutuhan, kedua: konsumen mencari manfaat tertentu dari
solusi produk, ketiga: konsumen memandang masing-masing produk
sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan memuaskan
kebutuhan itu.
Keputusan Pembelian, dari evaluasi membentuk preferensi atas
merek-merek yang ada dalam kumpulan pilihan. 2 faktor berikut dapat berada
diantara niat pembelian dan keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain
dan faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah
niat pembelian. Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen tersebut
20
pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, keputusan metode
pembayaran.
Perilaku pasca Pembelian, kepuasan pasca pembelian (kecewa, atau
sangat puas), tindakan pasca pembelian (jika konsumen puas ia akan
menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali
produk tersebut, jika pelanggan tidak puas mungkin ia akan membuang atau
mengembalikan produk tersebut), pemakaian pembuangan pasca pembelian.
2. Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Islam
Menurut pandangan islam mengenai pengambilan keputusan tersebut
berdasarkan Q.S. Al-Maidah ayat 100 yaitu:
يلوأ اي َ اىقتاف ثيثخلا جرثك كثجعأ ىلو ة يطلاو ثيثخلا يىتسي
ا لق
( نىحلفت مكلعل باثل
أا
٠١١
)
100. Katakanlah: "tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."21
Proses pengambilan keputusan dalam Islam menurut Hadari Nawawi
yang bersifat apriori berlangsung sebagai berikut :22
a. Menghimpun dan melakukan pencatatan serta pengembangan data,
yang jika perlu dilakukan melalui kegiatan penelitian, sesuai dengan
bidang yang akan di tetapkan keputusannya.
b. Menghimpun firman-firman Allah SWT dan Hadist Rasullah SAW
sebagai acuan utama, sesuai dengan bidang yang akan di tetapkan
keputusannya.
21 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Hati Emas, 2013)
22 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gadjah Mada University press, 1993)
21
c. Melakukan analisis data dengan merujuk pada firman-firman Allah
SWT dan Hadits Rasullah SAW, untuk memisahkan dan memilih yang
relevan dan tidak relevan untuk di rangkai menjadi kebulatan.
d. Memantapkan keputusan yang ditetapkan, setelah meyakini tidak
bertentangan dengan kehendak Allah SWT berdasarkan
firman-firaman-Nya dan Hadits Rasullah SAW.
e. Melaksanakan keputusan secara operasional dalam bentuk
kegiatan-kegiatan kongkrit oleh para pelaksana.
f. Menghimpun data operasional sebagai data baru, baik yang mendukung
ataupun yang menolak keputusan yang telah ditetapkan. Data tersebut
dapat di pergunakan langsung untuk memperbaiki keputusan sebagai
umpan balik (feedback), apabila ternyata terdapat kekeliruan.
Pengambilan keputusan yang bersifat apostriori didalam Islam menurut
Hadari adalah:
a. Ijma’: Ijma memiliki arti permufakatan, persetujuan dan persesuaian
pendapat. Dengan demikian Ijma’; adalah persetujuan di antara para
ulama Islam di masa sahabat-sahabat Rasullah SAW. Pendapat tersebut
terutama berasal dari Imam Hambali dan Imam Hanafiah, yang hanya
menerima Ijma’ sampai pada masa sahabat yang empat (khalifahu
Rasyiddin). Dikatakannya : “ barang siapa mendakwa Ijma’ sesudah
sahabat adalah kedustaan semata.” Imam Hambali berpegang pada
Ijma’ berkenaan dengan sesuatu yang paling bermanfaat bagi
masyarakat. Sedang Imam hanafi berpegang pada pendirian bahwa
22
kedua Imam itu sepakat bahwa sumbernya harus bersandar pada
Al-Qur’an dan Hadist.
b. Qiyas: Qiyas pada dasarnya membandingkan atau menyamakan.
Pengertian Qiyas yang lebih luas adalah menyatakan suatu (hukum)
yang ada nashnya di dalam Al-Qur’an dan Hadits, karena ada ‘illat
persamaannya. Pengertian Qiyas yang lain adalah menghubungkan
suatu perkara yang didiamkan oleh syar’ dengan yang di nashkan pada
hukum, karena ‘illat yang sama antara keduanya.
c. Taqlid: Dalam proses pengambilan keputusan, Islam mengenal juga
bentuk Taqlid. Taqlid berarti menerima, mengambil perkataan atau
pendapat orang lain yang tidak ada hujjah (alasannya) dari Al-Qur’an
dan Hadits. Pengertian lain mengatakan Taqlid adalah mengikuti orang
yang terhormat atau dipercaya dalam suatu hukum, dengan tidak
memeriksa lagi benar atau salahnya, baik atau buruknya, manfaat atau
mudaratnya hukum itu.
d. Ittiba’: Ittiba’ berarti mengikuti dan menurut segala yang di
perintahkan, yang dilarang dan yang dibenarkan Rasullah SAW.
Dengan kata lain Ittiba’ adalah mengerjakan agama dengan mengikuti
segala sesuatu yang pernah di terangkan atau dicontohkan Rasullah
SAW, baik berupa perintah atau larangan maupun yang
dibenarkannya.
e. Ijtihad: Ijtihad sebagai proses pengambilan keputusan apostriori berarti
usaha yang sungguh-sungguh samapai menghabiskan kesanggupan
23
keterangan dalam Al-Qur’an dan Hadits, untuk memperoleh atau
menghasilkan sangkaan menetapkan hukum syara’ yang diamalkan
dengan jalan mengeluarkan hukum dari kedua sumber tersebut.
3. Tingkat Pendidikan
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 mendefinisikan pendidikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecedasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan, masyarakat,bangsa dan negara.23 Didin Kurniawan dan Imam
Machali menuliskan bahwa pendidikan diartikan sebagai usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa
atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti
mental.24
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (11) dijelaskan pendidikan
formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dan
pada Ayat (12) dijelaskan tentang pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Pada Ayat (13) tentang pendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.25
23 Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), 11.
24 Didin Kurniadin Dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan:Konsep & Prinsip Pengelolaan
Pendidikan. (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), 113.
24
Jenjang pendidikan formal adalah:26 (1) Pendidikan dasar; (2)
Pendidikan menengah; (3) Pendidikan tinggi. Pendidikan non formal
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan
kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang
sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap
untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha
mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.27
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.28 Contoh pendidikan
informal adalah agama, budi pekerti, etika, sopan santun,moral, dan
sosialisasi.
4. Jenis Usaha
Kegiatan Perdagangan dapat menciptakan kesempatan kerja melalui dua
cara. Pertama ,secara langsung , yaitu dengan kapasitas penyerapan tenaga
kerja yang benar . Kedua , secara tidak langsung , yaitu dengan perluasan
25
pasar yang di ciptakan oleh kegiatan perdagangan disatu pihak dan pihak
lain dengan memperlancar penyaluran dan pengadaan bahan baku29
Menurut surat keputusan Menteri Perdagangan No. 130/kp/IV/1982
Tanggal 14 April 1982 telah ditetapkan ketentuan usaha perdagangan
sebagai berikut: “Pedagang adalah kegiatan jual beli barang atau jasa yang
dilakuka secara terus menerus dengan tujuan mengalih hak atas barang atau
jasa yang disertai imbalan berupa kompensasi”. Jenis-jenis Pedagang
dibedakan sebagai berikut:
a. Pedagang Besar : Pedagang yang mendatangkan barang secara
besar-besaran langsung atau tidak langsung dari yang menghasilkan barang,
tetapi tidak dengan maksud menyampaikan langsung pada pemakai.
b. Pedagang Kecil : Pedagang yang hanya menyampaikan barang-barang
tersebut kepada si pemakai.
Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan
menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung
jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam
partai kecil atau per satuan.
Pedagang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dibagi atas dua yaitu :
pedagang besar dan pedagang kecil. Pedagang kecil adalah pedagang yang
menjual barang dagangan dengan modal yang kecil (KBBI,2002:230).
Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, Pedagang adalah orang atau badan
membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk
di jual diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain, baik yang
26
masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang
lain.
5. Jumlah Penghasilan
Jumlah penghasilan atau biasa disebut dengan pendapatan adalah salah
satu acuan penilaian sejahtera atau tidaknya seorang pedagang. Dalam
mengukur status ekonomi seseorang atau suatu negara, dua ukuran yang
sering digunakan adalah pendapatan atau kekayaan. Pendapatan mengacu
kepada aliran upah, pembayaran bunga, keuntungan, dan hal-hal lain
mengenai pertambahan nilai selama pertambahan waktu tertentu. Menurut
Iskandar Putong, Pendapatan adalah semua jenis pendapatan, termasuk
pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang
diterima oleh penduduk suatu negara.
Menurut Soediyono pendapatan adalah jumlah penghasilan yang
diterima para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas
jasa atas faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan dan turut serta
membentuk produk nasional. Pendapatan akan diperoleh jika seseorang
melakukan usaha atau kegiatan. Menurut Djamil Sayuthi, Pendapatan
diartikan sebagai keseluruhan penghasilan atau penerimaan yang diperoleh
para pemilik faktor produksi dalam suatu masyarakat selama kurun waktu
tertentu.
Dari berbagai pengertian pendapatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
27
sekelompok orang yang melakukan suatu usaha atau kegiatan dan dilakukan
dalam jangka waktu tertentu, berupa uang, barang, maupun jasa.
Untuk menghitung pendapatan yang diterima, ada tiga pendekatan
perhitungan, yaitu: 1) Pendekatan hasil produksi (product approach)
Dengan pendekatan hasil produksi, besarnya pendapatan dapat diketahui
dengan mengumpulkan data tentang hasil akhir barang atau jasa untuk suatu
periode tertentu dari suatu unit produksi yang menghasilkan barang atau
jasa. 2) Pendekatan Pendapatan (income approach) Dengan pendekatan
pendapatan, besarnya pendapatan dapat diketahui dengan mengumpulkan
data pendapatan yang diperoleh oleh seseorang atau kelompok orang dari
usaha yang dilakukan. 3) Pendekatan pengeluaran (outcome approach)
Pendapatan dihitung dengan menghitung besarnya seluruh pengeluaran
yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang.
Dilihat dari berbagai pendekatan yang ada, dalam penelitian ini untuk
mengetahui pendapatan dari masyarakat sekitar pasar di Kecamatan
Kenjeran terutama yang berdagang di Pasar di Kecamatan Kenjeran
Surabaya, peneliti menggunakan pendekatan pendapatan, karena dengan
pendekatan pendapatan peneliti mampu mengumpulkan data pendapatan
dari pedagang pada pasar tersebut.
6. Riba
Riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat
28
نىحلفت مكلعل َ اىقتاو ًحفعاضم اًفاعضأ اترلا اىلكأت
ا اىنمآ نيذلا اه أ اي
(
٠٣١
)
130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
Islam dengan tegas melarang praktik riba. Hal ini terdapat dalam
Al-Qur’an dan as-Sunah. Al-Al-Qur’an menyatakan haram terhadap riba bagi
kalangan masyarakat muslim. Larangan riba dalam Al-Qur’an
penekanannya pada perbedaan transaksi jual beli dan riba. Dalam tahap ini,
ditunjukkan bahwa riba akan menghancurkan kesejahteraan suatu bangsa.
Dalam firman Allah SWT jelas yang isinya memerintahkan agar umat
Islam yang beriman menjauhkan dari praktik riba atau yang sejenisnya,
karena praktik riba dapat mengakibatkan kesengsaraan baik didunia maupun
di akhirat.30
7. BMT (Bait Al-mal Wa Al-Tamwil)
Baitul maal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan al-mal
yang berarti harta. Jadi secara etimologis Baitul Maal berarti rumah untuk
mengumpulkan atau menyimpan harta.31 Adapun secara terminologis Baitul
maal Wattamwil yang selanjutnya akan disebut BMT adalah lembaga
keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil,
menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat
derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin,
29
ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat
setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang menjunjung
keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.32
BMT merupakan kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu, yaitu
lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroprasi berdasarkan
prinsip-prinsip syariah. BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:
a. Baitul tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan
pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan
antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegiatan ekonomi.
b. Baitul maal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak dan
sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan
dan amanahnya.33
BMT adalah sebuah lembaga yang tidak saja berorientasi bisnis tetapi
juga sosial, juga lembaga yang tidak melakukan pemutusan kekayaan pada
sebagian kecil orang pemilik modal (pendiri) dengan penghisaban pada
mayoritas orang (anggota, peminjam yang mayoritas usaha kecil dan
mikro). Baitul maal wat tamwil (BMT)34 adalah balai usaha mandiri terpadu
yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan antara lain mendorong
32 Rifqi Muhammad, Akuntansi keuangan Syariah, (Yogyakarta : P3EI press, 2008), 67. 33 Andri, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), 447.
30
kegiatan ekonominya. Selain itu, baitul maal wat tamwil juga bisa
menerima zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkan sesuai dengan
peraturan dan amanatnya.
Definisi BMT menurut operasional PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis
Usaha Kecil) dalam peraturan dasar yakni “Baitul Maal Wat Tamwil adalah
suatu lembaga ekonomi rakyat kecil, yang berupaya mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi
pengusaha kecil bawah dan kecil berdasarkan prinsip syariah dan prinsip
koperasi.”35
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa BMT adalah sebuah
Lembaga Keuangan yang dioperasikan dengan sistem yang sesuai Syariat
Islam. BMT merupakan isntitusi yang menjalankan dua kegiatan secara
terpadu, yaitu Bait Al-Maal (melakukan kegiatan sosial dan dakwah), dan
Bait At-Tamwil (melakukan kegiatan bisnis).
Baitul maal sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah merupakan kepala negara yang pertama kenalkan konsep baru di
bidang keuangan negara di abad ke tujuh, semua hasil perhimpunan
kekayaan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian
dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan negara. Tempat inilah yang disebut
bait al-maal, yang pada masa Rasulullah SAW pemasukannya bersumber
dari:36
a. Kharaj, yaitu pajak tanah.
35 PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), Peraturan Dasar dan Contoh AD – ART BMT.
(Jakarta : Nusantara. Net. Id. Tt), 1.
31
b. Zakat yang dikumpulkan dalam bentuk uang tunai, hasil peternakan dan
hasil pertanian.
c. Khums, yaitu pajak proporsional sebesar 20%
d. Jizyah, yaitu pajak yang dibebankan kepada orang-orang non-muslim
sebagai pengganti layanan sosial ekonomi dan jaminan perlindungan
keamanan dari negara islam.
e. Penerimaan lainnya seperti kaffarah dan harta waris dari orang yang
tidak memiliki ahli waris.
8. Rentenir
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia rentenir adalah orang yang
memberikan nafkah dan membungakan uang/tukang riba/pelepas
uang/lintah darat.
Rentenir atau sering juga disebut tengkulak (terutama di pedesaan)
adalah orang yang memberi pinjaman uang tidak resmi atau resmi
dengan bunga tinggi. Pinjaman ini tidak diberikan melalui badan resmi,
misalnya bank, dan bila tidak dibayar akan dipermalukan atau dipukuli.
Tengkulak biasanya beroperasi di saat panen gagal, ketika
para petani sangat membutuhkan uang namun tidak dapat memberi jaminan
kepada bank. Sasaran rentenir lainnya adalah konsumen produk perbankan
yang telah dimasukkan ke daftar hitam karena bermasalah dengan bank
(kredit macet, dsb.). Atau pengusaha-pengusaha kecil menengah yang
kesulitan akses permodalan dari bank serta rumah tangga-rumah tangga
32
jaminan sertifikat rumah atau barang berharga lainnya (kebanyakan hanya
memerlukan KTP atau identitas lainnya), namun memiliki risiko tinggi.37
Rentenir juga biasanya memiliki orang-orang berbadan kekar (preman)
untuk melindunginya atau menagih paksa utang debiturnya. Cara lain
tengkulak untuk menagih utangnya antara lain mencuri barang-barang
debitur lalu dijual untuk mengganti uang yang dipinjam, jika debitur
menunggak pembayaran dalam jangka waktu lama (biasanya hitungan
bulan), atau menculik dan menyandera anggota keluarga debitur atau si
debitur itu sendiri. Banyak orang yang meminjam uang kepada tengkulak
dan tidak mampu membayar disita harta kekayaannya dan bangkrut,
dipukuli atau dirusak harta bendanya dan bahkan dapat saja dibunuh oleh
orang-orang suruhan rentenir, bahkan ada yang bunuh diri.
Dalam Islam, praktik rentenir adalah sama dengan istilah mu’amalat
ribawiyah yaitu tambaham terhadap modal uang yang timbul akibat suatu
transaksi utang-piutang yang harus diberikan oleh peminjam kepada pemilik
uang pada saat hutang jatuh tempo.38
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Selain tinjauan teoritis mengenai pengertian dari variabel penelitian, pada
penelitian ini juga dilakukan tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang sejenis.
Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan di
sejumlah tempat. Beberapa hasil penelitian dalam bentuk skripsi, tesis, maupun
jurnal yang dijadikan acuan antara lain yang akan tampak pada tabel berikut.
37 https://id.wikipedia.org/wiki/Tengkulak
[image:44.595.86.552.161.734.2]
33
Tabel 2.1
Persamaan Dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
Tahun Judul Peneliti Persamaan Perbedaan
2014 Pengaruh Pinjaman Modal Kegiatan Simpan Pinjam
Kelompok Perempuan (SPP) Program PNPM Mandiri
Perdesaan serta Sikap Wirausaha Terhadap Perkembangan Usaha dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Kec. Ambal Kabupaten Kebumen
Riki Tri
Kurniawanto Penelitian ini meneliti tentang pinjaman modal dalam
mempengaruhi peningkatan pendapatan
Penelitian ini tidak membahas mengenai faktor pendapatan dalam mempengaruhi pemilihan
peminjaman. Objek dan tahun penelitian pada penelitian pun berbeda
2014 Pengaruh Faktor Sosial dan Tingkat Pendidikan terhadap Keputusan Menjadi Nasabah BMT Sahara Tulungagung
Nurul Julia Penelitian ini meneliti tentang faktor tingkat pendidikan dalam mempengaruhi keputusan menjadi nasabah
Di dalam penelitian ini tidak membahas faktor jenis usaha dan tingkat pendapatan dalam mempengaruhi keputusan
2011 Pengaruh Kredit Dana Bergulir tehadap Tingkat Pendapatan Pengusaha Makanan Olahan Anggota Koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
Regina Sari penelitian ini membahas tingkat pendapatan pengusaha makanan yang
dipengaruhi oleh pinjaman modal kredit dana bergulir melalui KJK-PEMK
dalam penelitian ini tidak membahas BMT ataupun
Rentenir dalam solusi permodalan
pengusaha makanan
2007 BMT Versus Rentenir dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat; Studi Kasus di Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang Sumatera Utara Chuzaimah Batubara, dkk. Penelitian ini membahas tentang persaingan antara BMT atau Rentenir di daerah objek
penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini tidak membahas tentang faktor-faktor yang akan mempengaruhi persaingan/pemilihan masyarakat dalam melakukan permodalan. 2009 Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Nasabah pada Bank Muamalat Malang
Lutfi Efendi Penelitian ini membahas faktor tingkat pendidikan dan pendapatan dalam mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah
34
Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan persamaan dan perbedaan
penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang. Persamaannya adalah
digunakannya beberapa variabel bebas yang sama serta variabel terikat yang
sama. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakuakan sekarang dengan
penelitian yang terdahulu adalah variabel bebas yang mempengaruhi dua
variabel terikat. Yaitu dimana dalam penelitian ini menitikberatkan pada pokok
permasalahan yang dibahas adalah tingkat pendidikan, jenis usaha dan jumlah
penghasilan apakah dapat mempengaruhi pedagang pasar di Kecamatan
Kenjeran dalam memilih tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman
melalui Rentenir.
C. Kerangka Konseptual
Dalam kerangka konseptual ini menggambarkan tingkat pendidikan (X1),
jenis usaha (X2), dan jumlah penghasilan (X3) berpengaruh terhadap pemilihan
tempat pembiayaan (Y) melalui BMT (Y1) atau peminjaman melalui Rentenir
(Y2).
[image:45.595.133.523.264.772.2]Model Kerangaka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Tingkat
Pendidikan
Jenis Usaha
Jumlah Penghasilan
Meminjam BMT
35
Model hubungan antarvariabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Variabel faktor (variabel bebas) / variabel independen / fixed factors:
a. tingkat pendidikan
b. jenis usaha
2. Variabel tergantung / variabel dependen :
a. pembiayaan melalui BMT
b. peminjaman melalui rentenir.
3. Kovariat :
a. jumlah penghasilan.
D. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan dalam penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.39 Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir maka dapat
diajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
1. Hipotesis Simultan
a. Pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan
terhadap pemilihan tempat pembiayaan pada BMT
H0 = tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah
penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada BMT
H1 = adanya pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah
penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada BMT
39Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta,
36
b. Pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan
terhadap pemilihan tempat peminjaman pada Rentenir
H0 = tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah
penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada Rentenir
H1 = adanya pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah
penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada Rentenir
2. Hipotesis Parsial
a. H0 = tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemilihan
tempat peminjaman pada BMT
H1 = adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemilihan tempat
peminjaman pada BMT
b. H0 = tidak adanya pengaruh jenis usaha terhadap pemilihan tempat
peminjaman pada BMT
H1 = adanya pengaruh jenis usaha terhadap pemilihan tempat
peminjaman pada BMT
c. H0 = tidak adanya pengaruh jumlah penghasilan terhadap pemilihan
tempat peminjaman pada BMT
H1 = adanya pengaruh jumlah penghasilan terhadap pemilihan tempat
peminjaman pada BMT
d. H0 = tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemilihan
37
H1 = adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemilihan tempat
peminjaman pada Rentenir
e. H0 = tidak adanya pengaruh jenis usaha terhadap pemilihan tempat
peminjaman pada Rentenir
H1 = adanya pengaruh jenis usaha terhadap pemilihan tempat
peminjaman pada Rentenir
f. H0 = tidak adanya pengaruh jumlah penghasilan terhadap pemilihan
tempat peminjaman pada Rentenir
H1 = adanya pengaruh jumlah penghasilan terhadap pemilihan tempat
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk pada penelitian terapan
(applied research) yakni, penelitian yang menyangkut aplikasi teori untuk
memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.40
Sifat penelitian ini adalah studi kausalitas yang mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan
antara variabel bebas dan terikat.41
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu kurang lebih tiga bulan
yaitu pada tanggal 06 April 2016 – 15 Juli 2016. Tempat penelitian ini
dilakukan di pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya meliputi Pasar Pogot, Pasar
Bulak Banteng, dan Pasar Kedinding.
C. Populasi dan Subjek Penelitian
Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang,
benda-benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh
objek yang menjadi perhatian.42 Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan
adalah seluruh pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya.
40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. ( Bandung: Alfabeta, 2008), 4. 41Ibid.,
42 Suharyadi dan Purwanto, Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, (Jakarta: Salemba
40
Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai
sampel dalam sebuah penelitian. Peran subjek penelitian adalah memberikan
tanggapan dan informasi terkait data yang dibutuhkan oleh peneliti, serta
memberikan masukan kepada peneliti, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Responden penelitian ini mengambil pada pedagang di Surabaya yang
mempunyai karakter sebagai berikut : seluruh pedagang pasar di Kecamatan
Kenjeran yang melakukan peminjaman modal melalui BMT UGT Sidogiri
cabang Surabaya serta melakukan peminjaman modal melalui Rentenir.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas. Konsep merupakan
penggambaran / abstraksi dari suatu fenomena tertentu, sehingga pada akhirnya
variabel merupakan segala sesuatu yang bervariasi. Oleh karena itu terdapat
jenjang yang menurun dari Teori --- Konsep --- Konstruk --- Variabel. Varibel
merupakan konstruk/ciri/sifat yang dikaji/diteliti, suatu sifat yang dapat
memiliki bermacaam-macam nilai (sesuatu yang bervariasi).43
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas atau independen (X) adalah variabel yang mempengaruhi
atau dianggap menentukan variabel terikat. Variabel ini dapat merupakan
faktor risiko, prediktor, kuasa / penyebab.44 Variabel independen (X) dalam
penelitian ini adalah tingkat pendidikan (X1), jenis usaha (X2), jumlah
pendapatan (X3).
43 Saryono Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang
41
2. Variabel terikat atau dependen (Y) adalah variabel yang dipengaruhi.
Variabel tergantung disebut juga kejadian, luaran, manfaat, efek atau
dampak. Variabel tergantung juga disebut Penyakit / Outcome.45 Adapun
dalam penelitian ini variabel dependen (Y) adalah pemilihan tempat
peminjaman pada BMT (Y1) atau Rentenir (Y2).
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam menginterpretasikan
judul yang akan diteliti dan kekeliruan dalam memahami tujuan penelitian ini,
maka perlu adanya batasan istilah agar lebih jelas terarahnya penelitian ini :
1. Pendidikan: usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.46
Jenjang pendidikan meliputi pendidikan terakhir / sekarang baik formal
maupun non formal dengan indikator sebagai berikut: SD / MI,
SMP/Sederajat, SMA/Sederajat, Perguruan Tinggi (S1, S2, S3, D1, D2,
D3), kursus atau lain-lain.
2. Pedagang: Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, Pedagang adalah orang
atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan
maksud untuk di jual diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan
lain, baik yang masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah
45 Ibid
42
dijadikan barang lain. Pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya
meliputi pedagang kecil maupun besar diindikatorkan menurut barang
dagangannya dengan klasifikasi sebagai berikut : Garmen (toko pakaian,
toko kain), makanan tahan lama (toko sembako atau pracangan), makanan
segar (warung, buah, sayur, ikan, ayam, dan daging), perlengkapan dan
peralatan (toko peralatan rumah tangga, toko kosmetik, toko mainan).
Pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya juga memiliki
karakteristik sebagai berikut: pernah melakukan pembiayaan melalui BMT
dan pernah melakukan peminjaman melalui Rentenir.
3. Penghasilan: keseluruhan penghasilan atau penerimaan yang diperoleh para
pemilik faktor produksi dalam suatu masyarakat selama kurun waktu
tertentu. Pendapatan pedagang dihitung dalam kurung waktu satu hari /
satu minggu / satu bulan. Besar penghasilan tidak diklasifikasikan atau
diskalakan guna mendapatkan data rasio.
4. BMT: merupakan kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau
Baitul Maal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang
beroprasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Pemilihan peminjaman yang
di lakukan pedagang pasar di Kecamatan Surabaya dilihat dari jumlah
pinjaman, besar bagi hasil, dan jumlah cicilan kepada KSPS-BMT UGT
Sidogiri cabang Surabaya.
5. Rentenir: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia rentenir adalah orang
yang memberikan nafkah dan membungakan uang/tukang riba/pelepas
43
di Kecamatan Kenjeran Surabaya dilihat dari jumlah pinjaman, besar
bunga, dan jumlah cicilan kepada Rentenir.
F. Data dan Sumber Data
Pada dasarnya, penelitian merupakan proses penarikan kesimpulan dari data
yang telah dikumpulkan. Tanpa adanya data, maka hasil penelitiaan tidak akan
terwujud dan penelitian tidak akan berjalan.47 Dilihat dari segi bentuk data
dalam penelitian ada dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif48.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Karena
memandang bahwa realitas atau fenomena dapat diklasifikasikan, relatif tetap,
konkrit, teramati, terukur dan hubungan gejala bersifat sebab akibat.49 Menurut
sumbernya, data dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:50
1. Data Sekunder
Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah data
yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari
subjek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan
yang telah tersedia. Keuntungan data sekunder adalah efisiensi tinggi,
dengan kelemahannya yaitu kurang akurat.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dengan perhitungan prosentase hasil dari kuesioner/angket yang saya
sebarkan kepada para pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya.
47 Saryono Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang
Kesehatan..., 178.
48 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2005), 118.
49 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008),08.
50 Saryono Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang
44
2. Data Primer
Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat
pengambil data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang
dicari. Kelebihan data primer adalah akurasinya lebih tinggi. Sedangkan
kelemahannya berupa ketidakefisienan, untuk memperoleh memerlukan
sumber data yang lebih besar.
G. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan, meliputi:
1. Angket/Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden sehubung dengan penelitian.51 Dalam pengertian lain metode
angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara
sistematis, kemudian dikirim utuk diisi oleh responden. Setelah diisi,
angket dikirim kembali atau dikembalikan kepetugas atau peneliti.52
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung
tertutup. Angket langsung tertutup adalah angket yang dirancang
sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh
51 Victorianus Aries Siswanto, Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 60.
45
responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang harus dijawab
responden telah tertera dalam angket te