ANALISIS YURIDIS TERHADAP KONSEP POLIGAMI HIZBUT
TAHRIR INDONESIA (KAJIAN TERHADAP BUKU SISTEM
PERGAULAN DALAM ISLAM)
SKRIPSI
Oleh:
Muhammad Rofiqul Umam NIM C71213128
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga Surabaya
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Fakult as/Jurusan/ Prodi
Judul Skripsi
:
Muhammad Rofiqul Umam:
C7l2l3I28:
Syari'ah dan HukumlHukum Perdata Islaml Hukum Keluaiga (AS):
ANALISIS YURIDIS TERHADAP KONSEPPOLIGAMI
HIZBUT
TAHRIR INDONESIA(KAJIAN
TERHADAP
BUKU
SISTEMPERGAULAN DALAM ISLAM)
Menyatakan bah',va skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitianikarya
saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk suntbemya.
Srrabaya, 17 April 20i 7
Saya yang rnenyatakan,
Muhammad Rofiqul Umam
PERSETUruANI PEMBIMBING
Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Rofiqul umam NIM. c7l2l3l2g ini telah diperiksa dan disetujui untuk dimunaqasahkan.
Surabaya, 17 Apnl2017
Pembimbing,
PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Rofiqul Umam NIM. C7l2l3l28 ini telah dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya pada hari, tanggal, dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan program sarjana strata satu dalam Ilmu Syariah.
Majelis Munaqasah Skripsi
Dr. Hj. Suqiyah Musyafa'ah. M.Ag. NrP. l 9630327 1999032001
Penguji I Penguji II
NrP. i 97209062007 I 01003
Penguji IV
/
I\
Dr. H.Moh. Mufid. Lc.. M.H.I. NUP.201603306
Surabaya, 26
hili2Afi
Mengesahkan,
Fakultas Syariah dan Hukum
Negeri Sunan AmpelSurabaya -t
-KEMENTERIAN
AGAMA
UNIVERSITAS
ISLAM
NEGERI
SUNAN
AMPEL SURABAYA
PERPUSTAKAAN
Jl. Jend. A. Yani 117 surabaya 60237 Telp. 031-8431972Fax.031-84r3300
E-Mail : perpus@uinsby. ac.i d
I,EN{BAR PE,RNYATAJ\N PERS E,TLU UAN P UBLIIS SI
KARYA I I-N,IIAH UNTU K KEPE,NTIN Gi\N T\I.{D IlN,iI S
Sebagai sivitas akademrka UIN Sunan Ampel Surabava, yang bettanda tangan di barvah ini, srl-a:
Nama
NINI
Fakultas/Jur-usan
E,-rnail address
: MuhammadR9-!99lump
: C77213128
: Syariah dan Hukum/Hukum Perdata Islam : rofi qulum am92@gmail.com
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya iimiah :
r,Skripsi
E 'fesis
[-l Desertasi fl
Lain_lain(
)
vang bcrjudul :
ANALISIS^--Y.URTD-IS--"TERHADAP--.KONS.RP^*PP.KLGAML*IIIZBI]I*JAIIRI.R*.T}JD,-ONESIA,-.(KAJIAN TERHADAP BTIKU SISTEM PERGAI]'i-AN DALAM ISLAM)
besetta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan IIak Bebas liolalti Non-Ekslusif ini
Pelpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), menclistribusikannl.a, dan menampiikan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulJtext urttuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap meflcantumkan ,ro-n ,oo, sebagai penulis/pencipta dan atau pcnerbit yang bersangkutan.
Sava bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan r\mpe1 Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum vang timbul atas pelanggaran Ilak (-ipta dalam kana ilmiah slra ini.
I)etrikian pernvataan ini yang saya buat dengan sebenatrva.
Surabava, 28 JLrli 2017 Penulis
ROFIQUI. LrN{ANr)
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Terhadap Konsep Poligami Hizbut Tahrir Indonesia (Kajian Terhadap Buku Sistem Pergaulan dalam Islam) ini merupakan hasil penelitian kajian pustaka untuk menjawab pertanyaan bagaimana konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku ‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛? Dan bagaimana Analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia (kajian buku Sistem Pergaulan dalam Islam)?.
Data penelitian ini diperoleh dari kajian buku Sistem Pergaulan dalam Islam. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan studi pustaka yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif-analisis, yaitu memaparkan atau menjelaskan data yang diperoleh dan selanjutnya dianalisis dengan metode deduktif, dimulai dari hal-hal yang bersifat umum, yaitu tentang konsep poligami kemudian ditarik kepada hal-hal yang bersifat khusus kaitannya dengan konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku sistem pergaulan dalam Islam serta ditarik kesimpulan.
Konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku Sistem Pergaulan dalam Islam memperbolehkan poligami tanpa syarat atau ‘illat apapun. Bahkan setiap muslim boleh mengawini dua, tiga, empat orang wanita yang dia senangi. Karena poligami merupakan tindakan yang terpuji. Sedangkan dalam analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku Sistem Pergaulan dalam Islam, seharusnya poligami dilakukan sesuai prosedur dalam undang-undang yang berlaku, dengan mengacu undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan KHI (Kompilasi Hukum Islam), karena poligami yang dilakukan tanpa adanya izin dari Pengadilan Agama tidak mempunyai kekuatan hukum. Sebagaimana diatur dalam BAB VIII PP No. 9 Tahun 1975, meskipun telah sah menurut agama Islam.
i DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TRANSLITERASI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ... 11
C. Rumusan Masalah ... 12
D. Kajian Pustaka ... 12
E. Tujuan Penelitian ... 13
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 14
G. Definisi Operasional ... 14
H. Metode Penelitian ... 16
I. Sistematika Pembahasan ... 20
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI ... 22
A. Pengertian Poligami ... 22
B. Sejarah poligami ... 24
C. Poligami Dalam Perspektif UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ... 27
D. Poligami dalam Perspektif KHI (Kompilasi Hukum Islam) ... 32
BAB III KONSEP POLIGAMI HIZBUT TAHRIR INDONESIA ... 39
ii
B. Pemikiran dan Doktrin-Doktrin Hizbut Tahrir Indonesia ... 43
C. Sistem Peradilan Hizbut Tahrir ... 47
D. Konsep Poligami hizbut Tahrir Indonesia dalam buku ‚sistem Pergaulan dalam Islam. ... 48
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP KONSEP POLIGAMI HIZBUT TAHRIR INDONESIA (KAJIAN TERHADAP BUKU SISTEM PERGAULAN DALAM ISLAM) ... 56
A. Konsep Poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam Buku Sistem Pergaulan dalam Islam ... 56
1. Praktik Poligami Rasulullah SAW. ... 56
2. Hikmah Poligami Rasulullah SAW. ... 60
3. Syarat Keadilan Menurut Hizbut Tahrir ... 61
4. Hukum Berpoligami ... 62
5. Konsep Poligami Hizbut Tahrir ... 63
B. Analisis Yuridis Terhadap Konsep Poligami Hizbut Tahrir Indonesia (Kajian Terhadap Buku Sistem Pergaulan dalam Islam……….…. 65
BAB V PENUTUP ... 75
A. Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang suci (mi>tha>qan ghali@zan)
antara seorang pria dan wanita sebagaimana yang disyariatkan oleh agama,
dengan maksud dan tujuan yang luhur.1 Perkawinan atau pernikahan dalam
literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan dua kata, yaitu nika@h} dan
zawa@j. Kata na-ka-h}a banyak terdapat dalam al-Qur’an dengan arti kawin,
sebagaimana di dalam surat an-Nisa’ ayat 3:2
Artinya: dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
2
Istilah mi>tha>qan ghali@zan di dalam al-Quran hanya disebutkan 3 kali,
yaitu terdapat pada surat al-Ahzab ayat 7, an-Nisa’ ayat 21 dan ayat 154
dengan konteks yang berbeda-beda.3
Mi>tha>>>qan ghali@zan dalam surat al-Ahzab ayat 7, digunakan untuk
pengangkatan sumpah seorang nabi, an-Nisa’ ayat 154 konteksnya ketika
Allah SWT., mengangkat sumpah atas bani Israel dan berbeda dengan
an-Nisa’ ayat 21 konteksnya ketika Allah SWT., mengingatkan ketidak
marufan suami terhadap istrinya, dan Allah SWt mengingatkan mereka pada
akad nikah yang Allah SWT., sebut dengan mi>tha>qan ghali@zan.
Tujuan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan adalah membentuk keluarga (Rumah Tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4 Oleh karena itu,
untuk mewujudkannya suami istri harus saling membantu dan saling
melengkapi agar masing-masing dapat berkembang guna mencapai
kesejahteraan spiritual dan material.
Pengertian tersebut telah jelas terlihat bahwa dalam sebuah
perkawinan memiliki dua aspek. Aspek Formil (Hukum) menjadi aspek yang
pertama, hal ini dinyatakan dalam kalimat ‚ikatan lahir batin‛, yang artinya
bahwa perkawinan disamping mempunyai nilai ikatan secara lahir tampak,
juga mempunyai ikatan lahir batin yang disarankan terutama oleh orang
yang bersangkutan dan ikatan batin ini mempunyai inti perkawinan itu.
3www.hambaallah.net, diakses pada 27 juli 2017.
3
Aspek Sosial Keagamaan adalah aspek yang kedua dari perkawinan,
dengan disebutkannya ‚membentuk keluarga‛ dan berdasakan ‚Ketuhanan
yang Maha Esa‛, artinya perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali
dengan kerohanian, sehingga bukan saja unsur jasmani tapi unsur batin
berperan penting.5
Poligami secara epistemologis adalah suatu perkawinan yang banyak
atau dengan kata lain adalah suatu perkawinan yang lebih dari seorang,
seorang laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu istri pada waktu
bersamaan.6 Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik
pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis
kelamin orang bersangkutan). Hal ini berlawanan dengan praktik monogami
yang hanya memiliki satu suami atau istri.
Selain poligami juga dikenal poliandri yaitu apabila istri mempunyai
beberapa suami dalam waktu yang bersamaan. akan tetapi dibandingkan
dengan poligami, bentuk poliandri tidak banyak dipraktekan. Menurut
sejarah bahwa poliandri hanya ditemukan pada suku-suku tertentu seperti
suku Tunda dan beberapa suku di Tibet.7
Poligami itu bukan suatu peristiwa yang baru terjadi pada zaman
Nabi Muhammad SAW., akan tetapi lebih merupakan peristiwa sejarah
panjang yang telah lama. Sejarah membuktikan bahwa jauh sebelum
5 Achmad Kuzairi, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 10-11. 6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka 1998), 799.
4
kenabian Muhammmad SAW., poligami ini sesungguhnya telah dikenal
masyarakat secara luas.8
Poligami telah dikenal jauh sebelum Islam, bahkan telah menjadi
tradisi yang kuat diberbagai masyarakat dunia, termasuk dalam masyarakat
Arab. Poligami sebelum Islam mengambil bentuk yang tidak terbatas,
seorang suami boleh saja memiliki istri sebanyak mungkin sesuai keinginan
nafsunya. Selain itu poligami tidak selalu memperhatikan unsur keadilan,
sehingga terjadi perampasan hak-hak perempuan yang pada gilirannya
membawa kepada kesengsaraan dan ketidak adilan.9
Poligami selalu menjadi masalah hangat yang menjadi topik
pembicaraan setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan. Hanya saja
wacana dan sikap yang berkembang terkadang berlebihan. Di satu sisi anti
poligami, di sisi lain salah kaprah dalam mempraktekan poligami.
Fenomena poligami dalam masyarakat, kebanyakan dipicu untuk
melegalkan hubungan cinta kepada yang lain untuk menjadi pasangan hidup
yang kedua. Ketika cinta sudah bersemi di lain hati, maka tidak ada satupun
hal yang bisa mencegahnya.10
Fakta menarik dalam masyarakat mengenai alasan-alasan melakukan
poligami yaitu lebih cenderung mengedepankan hal-hal materiel yang
menjadi tolak ukur kemampuan materi berpoligami. Jika tidak mempunyai
materi yang banyak, maka diharamkan poligami. Melaikan alasan-alasan itu
8 Muhammad Amin Summa, Poligami dalam Hukum Keluargaan Islam.179.
5
sudah mendarah daging dalam mencermati poligami atau disebut dengan
material-minded.
Hukum Islam mengatur bahwa beristri lebih dari seorang hanya
diperbolehkan apabila suami tersebut mampu dan akan memperlakukan
istri-istri dan anak-anak mereka secara adil sebagaimana firman Allah SWT.,
dalam surat an-Nisa’ ayat 3:
… …
Artinya: …‚Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja…‛ .11
Ayat al-Quran di atas jelas membolehkan poligami, tapi kebolehan
poligami sebenarnya merupakan Rukhṣah atau keringanan untuk keadaan
tertentu saja. Artinya tidak boleh untuk sembarangan keadaan.12
Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam mencukupi keperluan
istri seperti pakaian, tempat tinggal, giliran dan lain-lain yang bersifat
lahiriyah. Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu.
sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh
Para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW., ayat ini membatasi poligami
sampai empat orang saja.
11 Departemen Agama RI, al-Hikam al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro), 77.
6
Sebagian ulama memahami arti adil itu dengan adil dalam arti
menyamakan nafkah antara satu istri dengan istri yang lainnya secara
kuantitatif. Sebagian ulama berpendapat, bahwa selama suami telah
memenuhi kewajiban menafkahi sesuai dengan kebutuhan dan kecakupan
istri, tidak harus dalam jumlah yang sama banyak, karena masing-masing
telah mendapatkan apa yang mencakupi bagi kebutuhannya.
Adil dalam memberikan pakaian untuk istri-istrinya. Dalam
penyediaan rumah tempat tinggal suami harus adil dalam pengertian tersebut
di atas. Dia harus menyediakan tempat tinggal tersendiri bagi setiap istrinya.
Dibolehkan suami menempatkan beberapa orang istri dalam satu rumah,
kalau istri-istrinya sudah menyepakatinya hanya tidak boleh menempatkan
mereka dalam satu tempat tidur.
Ulama membatasi keadilan yang dijadikan Allah sebagai persyaratan
kawin poligami itu pada keadilan dalam kesempatan bergaul diantara istri
dengan istri yang lain. Kesamaan dan pembagian kesempatan bergaul
diantara sesama istri itu dalam fiqh disebut dengan qasm, sedangkan yang
dijadikan patokan dapat kesempatan bergaul itu adalah malam hari, karena
malam itulah waktu bergaul antara suami istri menurut biasanya, sedangkan
siang hari adalah waktu untuk mencari nafkah. Dengan demikian, secara
sederhana qasm itu berarti giliran kesempatan bermalam.13
7
Syarat-syarat yang dikemukakan dalam Undang-Undang tentang
poligami memang cukup berat, harus mengajukan permohonan ke
Pengadilan Agama, jika tanpa adanya izin dari Pengadilan Agama, maka
perkawinannya tidak mempunyai kekuatan hukum.14 Persyaratan yang cukup
berat itu bertujuan agar pelaku poligami tidak sembarangan melakukan
poligami.
Poligami di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang perkawinan. Adapun sebagai hukum materiel bagi orang Islam,
terdapan ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Ketentuan-
kententuan yang terdapat dalam Undang-Undang perkawinan berikut aturan
pelaksanaannya, pada prinsipnya selaras dengan ketentuan hukum Islam.
Menurut Undang-Undang tersebut, pada prinsipnya sistem yang dianut oleh
Hukum Perkawinan RI adalah asas monogami, yakni satu suami untuk satu
istri.15
Poligami dalam perundang-undangan dijelaskan pada pasal 3 ayat 2
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, yakni
‚pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih
dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan‛.
Apabila ditelaah, pasal tersebut memberikan implikasi, bahwa poligami
dapat dilakukan seorang pria dengan persyaratan Undang-Undang.
14 Kompilasi Hukum Islam, pasal 56 ayat (3). 34.
8
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pada pasal 4 dan 5 mengatur
tentang persyaratan poligami. Berikut juga mengenai tata cara
pelaksanaanya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang
penjelsan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 bab VIII pasal 40-44.
M. Quraish Shihab berpendapat bahwa poligami hanya emergency
exit yang boleh dibuka dalam keadaan-keadaan tertentu. Atau sekedar pintu
kecil yang hanya boleh dilalui oleh mereka yang sangat membutuhkan
keadaan tertentu.16 Banyak pendapat, termasuk para fukaha, bahwa ada
hal-hal tertentu seseorang dibolehkan melakukan poligami, yakni karena:
1. Istri Nusyūz (durhaka atau membangkang terhadap suami). Namun
tindakan istri yang dapat diartikan menentang suami atau dikatakan
nusyūz yaitu apabila:
a. Suami telah menyediakan rumah kediaman yang sesuai dengan
kemampuan suami, tetapi istri tidak mau tinggal bersama atau
istri meninggalkan rumah tanpa seizin suami.
b. Apabila suami tinggal bersama di rumah istri, kemudian suami
diusir dari tempat itu.
c. Istri yang berpergian jauh (musāfir) tanpa seizin suami.
2. Mandul (tidak membuahkan anak).
Para fukaha berpendapat apabila pasangan kita mengalami mandul
atau impoten, harus ada ikhtiar untuk berobat minimal satu tahun. Setelah
9
itu suami menginginkan keturunan, dia boleh melakukan poligami dengan
cara yang baik, baik proses maupun sikap istri untuk mendapatkan
dukungan. Artinya suami boleh melakukan poligami, jika dia mau, dengan
sikap yang bijak dan pertimbangan yang matang, agar tidak ada yang merasa
disakiti.17
Secara psikologis, istri akan merasa sakit hati jika melihat suaminya
berhubungan dengan perempuan lain. Pada umumnya, istri mempercayai dan
mencintai sepenuh hati sehingga dalam dirinya tidak ada lagi ruang untuk
cinta terhadap laki-laki lain. Istri selalu berharap yang sama terhadap
dirinya. Istri tidak dapat menerima jika suaminya membagi cinta kepada
perempuan lain.
Hizbut Tahrir menerima akan adanya poligami. Organisasi politik
Islam ini berjuang keras agar Islam menjadi pusat tatanan dalam segala lini
kehidupan, mulai dari kehidupan individu, kehidupan berumah tangga
sampai dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seorang muslim seharusnya melandasi dirinya dengan akidah Islam
dan miningkatkan keimanannya kepada Allah SWT., dengan menerima
seruan syariat tersebut. Karena poligami adalah hukum Allah SWT., yang
tidak adalagi pilihan selain mematuhi, meyakini, mendengarkan dan
mentaatinya. Bagi meraka tentunya syariat Allah SWT., lah yang harus
dijadikan standar bagi ranah kehidupan dengan meyakini bahwa segala
10
sesuatu yang berasal dari Allah SWT., mengandung hikmah, segala perintah
Allah SWT., mengandung kemaslahatan, dan semua hukum Allah SWT.,
mengandung kebaikan dan ketentuan yang harus diikuti adalah ketentuan
akidah. Sebaliknya, tindakan melarang poligami merupakan perbuatan yang
tercela, karena tindakan demikian merupakan bagian dari hukum kufur.
Partai politik ini meyakini bahwa Islam diturunkan untuk mengatur
seluruh aspek hidup manusia dan menyelesaikan berbagai problema yang
dihadapi manusia. Dalam perjuangannya, Hizbut Tahrir senantiasa berusaha
mengikuti metode atau t}ariqah dakwah yang ditempuh Rasulullah
Muhammad SAW., sejak dari Makkah hingga tegaknya negara Islam yang
pertama di Madanah al-Munawarah.18
Hizbut Tahrir didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah SWT>.,19
‚(Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jamaah) yang menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.‛
Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari
kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem
11
perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka
dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir.
Dasar hukum Hizbut Tahrir tentang konsep poligami mengacu pada
buku ‚An-Nizam Al-Ijtima’i Fil Al-Islam‛. Dan setiap anggota Hizbut
Tahrir Indonesia wajib hukumnya menjalankan konsep poligami tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini berusaha mengkaji
secara mendalam tentang Analisis Yuridis Terhadap Konsep Poligami
Hizbut Tahrir Indonesia (Kajian Terhadap Buku Sistem Pergaulan Dalam
Islam) yang pada umumnya menerima perkawinan poligami.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Penelitian yang dimaksud ialah menganalisis tentang konsep
poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku ‚Sistem Pergaulan Dalam
Islam‛ yang akan dianalisis secara yuridis. Karena Undang-Undang dan
kompilasi hukum Islam yang mengatur tentang poligami terdapat perbedaan
dengan konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia khususnya dalam buku
‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛. Oleh Karena itu, penelitian ini dimaksud
untuk hal-hal berikut:
1. Poligami dan akibat hukumnya
2. Menggali kembali hukum tentang poligami
3. Menjelaskan pemikiran dan doktrin Hizbut Tahrir
12
5. Konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia menurut buku ‚Sistem
Pergaulan dalam Islam‛
6. Analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia
menurut buku ‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, agar penelitian bisa fokus
dan sistematis maka disusunlah batasan masalah yang akan diteliti. Adapun
batasan masalah dalam penelitan ini adalah seabagai berikut:
1. Konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia menurut ‚buku Sistem
Pergaulan dalam Islam‛
2. Analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia
dalam buku ‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku
‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛ ?
2. Bagaimana analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia (kajian buku Sistem Pergaulan dalam Islam) ?
D. Kajian Pustaka
Penelitian tentang poligami sudah banyak peneliti temukan di
penelitian-penelitian terdahulu, meliputi berbagai aneka sudut pandang.
13
Skripsi Liga Binangkit dengan judul ‚Izin Poligami Dalam Prespektif
Hukum Islam (Studi Terhadap Putusan di Pengadilan Agama Mataram
Tahun 2009).20 Meskipun skripsi ini sama-sama membahas tentang
poligami, namun skripsi ini lebih fokus pada izin poligaminya, sedangkan
dalam penelitian ini lebih terfokus kepada konsep poligami Hizbut Tahrir
Indonesia.
Skripsi Muhammad Khasan Bukhori dengan judul ‚Pandangan
Hukum Islam Terhadap Praktek Poligami Pada Masyarakat kecamatan
Subah Kabupaten Bantang Jawa Tengah‛.21 Skripsi ini lebih menjelaskan
terhadap analisis hukum Islamnya, dibandingkan dengan penelitian ini yang
menganalisis poligami dengan analisis yuridis.
Skripsi Rakhmad hananto dengan judul ‚Kajian Yuridis Akibat
Hukum dari Perkawinan Poligami Terhadap Harta Bersama‛.22 Isi skripsi ini
mengenai akibat hukum dari poligami terhadap harta bersama, sedangkan
dalam penelitian ini berisikan konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia.
E. Tujuan penelitian
Rumusan masalah yang telah dipaparkan, dapat diuraikan tujuan
penelitian sebagai berikut:
20Liga Binangkit. ‚Izin Poligami Dalam Prespektif Hukum Islam (Studi Terhadap Putusan di
Pengadilan Agama Mataram Tahun 2009‛) (Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012).
21Muhammad Khasan Bukhori, ‚Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktek Poligami Pada
Masyarakat kecamatan Subah Kabupaten Bantang Jawa Tengah‛ (Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008).
22Rakhmad hananto,‛ Kajian Yuridis Akibat Hukum dari Perkawinan Poligami Terhadap Harta
14
1. Mengetahui konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku
‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛
2. Menjabarkan Analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir
Indonesia (kajian buku Sistem Pergaulan Dalam Islam).
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka ada beberapa manfaat yang
diperoleh dari hasil penelitian ini baik manfaat praktis maupun teoritis.
1. Secara Praktis
Memberikan pemahaman terhadap masyarakat Islam, khususnya
mahasiswa syariah mengenai Analisis yuridis terhadap konsep poligami
Hizbut Tahrir Indonesia, selain itu juga sebagai pedoman dan dasar bagi
penelitian lain dalam mengkaji penelitian lagi yang lebih mendalam.
2. Secara Teoritis
Mengembangkan bidang kajian hukum keluarga Islam terhadap
Analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia, dan
juga dapat digunakan sebagai landasan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam
memahami penulisan penelitian ini, dan untuk berbagai pemahaman serta
terhindar dari salah pengertian terhadap istilah dalam penelitian ini, maka
15
Analisis Yuridis: Kegiatan untuk mencari dan memecah
komponen-komponen dari suatu permasalahan
untuk dikaji lebih dalam kemudian
menghubungkannya Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam
(KHI).
Poligami: Suatu perkawinan yang lebih dari seorang,
seorang laki-laki yang mempunyai istri lebih
dari satu istri pada waktu bersamaan.23
Hizbut Tahrir: Sebuah partai politik yang berideologi Islam.
Partai ini didirikan untuk memenuhi perintah
Allah SWT:
‚Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung.24
23 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka 1998), 799.
16
Penjelasan di atas menjelaskan bahwa penelitian ini bermaksud untuk
menguraikan tentang analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir
Indonesia dalam buku ‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛, dengan definisi
operasional tersebut.
H. Metode Penelitian
Adapun penulisan dan pembahasan skripsi ini, penelitian ini akan
menggunakan metode penelitian kualitatif, karena data yang dihasilkan nanti
bukan data angka. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti, instrumen inti terletak pada peneliti, teknik
pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif,
dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.25 Agar
penulisan skripsi ini dapat tersusun dengan benar, maka penelitian ini
memandang perlu untuk mengemukakan metode penulisan skripsi ini yaitu
sebagai berikut:
1. Data yang dikumpulkan
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang diangkat
penelitian ini, maka data yang dikumpulkan meliputi:
a. Data tentang pemikiran dan doktrin Hizbut Tahrir Indonesia
terkait poligami.
b. Data tentang Analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut
Tahrir Indonesia dalam buku ‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛.
17
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya.26 Sumber data primer tersebut adalah didapat dari
buku ‚Sistem pergaulan dalam Islam‛ ciptaan Taqiyuddun
an-Nabhani.
b. Sumber data sekunder
Data sekunder adalah data yang dibutuhkan sebagai
pendukung data primer.27 Data ini bersumber dari
referensi-referensi dan literatur yang mempunyai korelasi dengan data
penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen atau menyelidiki benda-benda
tertulis seperti majalah, buku-buku, majalah, peraturan-peraturan,
18
catatan harian.28 Dalam penelitian ini lebih fokus dalam mempelajari
buku-buku dari Hizbut Tahrir Indonesia.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah penelitian yang dilakukan dengan
mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi
pengetahuan (teori) yang ada dalam kepustakaan dalam hal
perkawinan yang khususnya berkenaan dengan poligami
(buku-buku referensi atau hasil penelitian lain, sumber-sumber
bacaan).
4. Teknik Pengolahan Data
Untuk mensistematis data yang telah dikumpulkan dan
mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data, maka peneliti
mengolah data tersebut melalui beberapa teknik, dalam hal ini data yang
diolah merupakan data yang telah terkumpul dari beberapa sumber adalah
sebagaimana berikut:
a. Editing, yaitu mengedit data-data yang sudah dikumpulkan.29
Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk memeriksa atau mengecek
sumber data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data, dan
memperbaikinya apabila masih terdapat hal-hal yang salah.
28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 158.
19
b. Organizing, yaitu mengorganisasikan atau mensistematis sumber
data.30 Melalui teknik ini, peneliti mengelompokkan data-data yang
telah dikumpulkan dan disesuaikan dengan pembahasan yang telah
direncanakan sebelumnya mengenai buku ‚Sistem Pergaulan dalam
Islam‛.
c. Analizing, yaitu melakukan analisis terhadap data, dalam penelitian
ini menganalisis secara yuridis terhadap konsep poligami Hizbut
Tahrir Indonesia dalam buku ‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛.
5. Teknis Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan meyusun data secara
sistematis data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, benda-benda
tertulis atau bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan keorang lain.31
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif yaitu
mengemukakan dalil-dalil atau data-data yang bersifat umum yaitu
tentang konsep poligami. Selanjut ditarik pada permasalahan yang lebih
khusus yaitu konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia alam buku ‚Sistem
Pergaulan dalam Islam‛.
30 M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, 91.
20
I. Sistematika Pembahasan
Agar lebih mudah memahami, maka penielitian ini membagi skripsi
menjadi lima bab, yang saling berkaitan antara bab satu dengan bab yang
lainnya. Dari masing-masing diuraikan lagi menjadi beberapa sub bab yang
sesuai dengan judul babnya. Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi
ini adalah sebagai berikut:
Bab pertama, berisi pendahuluan yang terdiri dari gambaran umum
tentang skripsi yang berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan
batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian,
kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan
sistematika pembahsan.
Bab kedua, memaparkan secara umum tentang poligami, meliputi
pengertian, syarat-syarat dan dasar hukum poligami menurut
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawainan dan Kompilasi Hukum
Islam (KHI).
Bab ketiga, Bab ini merupakan bab yang menguraikan data hasil
penelitian, berisi gambaran umum tentang profil, pemikiran, doktrin dan
konsep poligami dalam organisasi Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku
‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛.
Bab keempat, Bab ini merupakan bab yang membahas analisis data.
Dalam bab ini diadakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan
dalam rangka mencari jawaban terhadap pertanyaan, sebagaimana yag
21
Bab kelima, Bab ini merupakan bab penutup, berisi tentang
kesimpulan dan saran. Kesimpulan tersebut diperoleh setelah mengadakan
analisis terhadap data yang diperoleh, sebagaimana diuraikan pada bab
sebelumnya, dan merupakan jawaban atas pertanyaan pada rumusan
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI
A. Pengertian Poligami
Kata ‚poligami‛ berasal dari bahasa Yunani pecahan dari kata ‚poly‛
yang artinya banyak, dan ‚Gamein‛ yang berarti pasangan, kawin atau
perkawinan. Secara epistemologis poligami adalah ‚suatu perkawinan yang
banyak‛ atau dengan kata lain adalah suatu perkawinan yang lebih dari seorang,
seorang laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu istri pada waktu
bersamaan.1 Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian
poligami adalah ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau
mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan
berpoligami adalah menjalankan atau melakukan poligami.2
Tihami dan Sahrani menjelaskan bahwa poligami dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki
atau mengawini beberapa lawan jenisnya diwaktu yang bersamaan.
Para ahli membedakan istilah bagi seorang laki-laki yang mempunyai
lebih dari seorang istri dengan istilah poligini yang berasal dari kata ‚polus‛
berarti banyak dan ‚gune‛ berarti perempuan. Sedangkan bagi seorang istri yang
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 1998), 799.
23
mempunyai lebih dari seorang suami disebut poliandri yang berasal dari kata
polus yang berarti banyak dan Andros berarti laki-laki.
Kata yang tepat bagi seorang laki-laki yang mempunyai istri lebih dari
seorang dalam waktu yang bersamaan adalah poligini bukan poligami. Meskipun
demikian, dalam perkataan sehari-hari yang dimaksud dengan poligami itu
adalah perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari seorang perempuan dalam
waktu yang bersamaan. Yang dimaksud poligini itu, menurut masyarakat umum
adalah poligami.3
Islam mengenal poligami dengan istilah ta’adud az- zauja@h yang artinya
adalah bertambahnya jumlah istri.4 Adapun kebalikan dari bentuk perkawinan
pologami adalah perkawinan monogami yaitu dimana suami hanya memiliki
satu orang istri.5
Bangsa Arab dan non-Arab sebelum Islam datang sudah terbiasa
berpoligami. Ketika Islam datang, Islam memberi batasan terkait jumlah istri
yang boleh dinikahi. Dalam Islam poligami bukan wajib, tapi mubah,
berdasakan firman Allah SWT., dalam surat an-Nisa’ ayat 3.6
3 Tihami dan Sohari, Fikih Munakahat (Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 2009), 351-352.
4 Muhammad Jawad Mughniyah, Terjemah al-Fiqh ‘Ala al-Mazhib al-Khomsah, penerjemah Masykur A.B Afif Muhammad, Idrus al-Kaf terbitan dar al-Jawal Beirut, (PT Lentera Basritama), 332. 5 Bibit Suprapto, Liku-Liku Poligami (Yogyakarta: al-Kutsar 1999), 71.
24 … …
Artinya: …‚Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja…‛ .7
Sejumlah riwayat menjelaskan setelah turunnya ayat yang membatasi
jumlah istri hanya empat orang, Nabi segera memerintahkan semua laki-laki
yang memeliki istri lebih dari empat agar menceraikannya sehingga setiap suami
maksimal memiliki empat orang istri.8
Selain dalam surat an-Nisa’ ayat 3, poligami juga diatur dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawainan. Adapun sebagai hukum
materiel bagi orang Islam, terdapat ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam
(KHI). Ketentuan- kententuan yang terdapat dalam Undang-Undang
perkawinan berikut aturan pelaksanaannya, pada prinsipnya selaras dengan
ketentuan hukum Islam.
B. Sejarah poligami
Sebelum Islam datang, masyarakat manusia diberbagai belahan dunia
telah mengenal dan mempraktikkan poligami. Poligami dipraktikakn secara luas
diantaranya di kalangan masyarakat Yunani, Persia dan Mesir Kuno.9
7 Departemen Agama RI, al-Hikam al-Qur’an dan Terjemahnya…, 77.
25
Islam muncul di tengah-tengah sistem yang telah mempraktikan poligami.
Poligami menjadi sebuah sistem yang melekat di dunia Arab, yang dilaksanakan
semata-mata untuk kebutuhan biologis, serta beberapa aspek lainnya.10
Agama Samawi seperti Yahudi dan Kristen juga tidak ada larangan
berpoligami. Bahkan dalam agama Yahudi, sebagaimana dikutip dalam
al-Siba’i, kebolehan poligami tanpa batas.11 Di Cina para suami berhak
berpoligami jika ternyata istri tidak bisa memberikan anak karena bagi mereka
anak adalah tumpuan harapan yang dapat mewarisi berbagai hal setelah ayahnya
meninggal dunia. Namun istri pertama menempati kedudukan tertinggi dan
dominan. Adapun di India praktik poligami sangat dominan terutama
dikalangan kerajaan, pembesar atau orang-orang kaya. Sedangkan di Mesir
Kuno poligami dianggap hal yang wajar asalkan calon suami berjanji membayar
uang yang banyak kepada istri pertama jika suami berpoligami. Anggapan
bangsa Timur Kuno, seperti Babilonia, Madyan atau Siria poligami merupakan
perbuatan suci karena para Raja dan penguasa yang menempati posisi suci
dalam hati mereka juga melakukan poligami.12
Kedatangan Islam pada dasarnya telah berhadapan dengan aturan-aturan
hukum yang telah ada sebelumnya, seperti hukum dalam kitab Taurat, Injil dan
10 M. Sufyan Raji Abdullah, Poligami dan Eksistensinya (Jakarta: Pustaka al-Riyadi, 2004), 49. 11 Nasruddin Baidan, Tafsir bin al-Ra’yi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 95.
26
Zabur. Begitupun hukum tentang poligami, tetapi Islam memberikan aturan
tersendiri yang membedakan dengan hukum sebelumnya.
Islam hanya melarang praktik poligami yang tidak terbatas yang
dilakukan orang-orang jahiliyah Arab maupun bukan orang-orang Arab yang
menurut mereka sudah menjadi tradisi para pemimpin ataupun kepala suku
memelihara gundik (perempuan simpanan) yang sangat banyak jumlahnya,
dengan memanfaatkan status dirinya.13
Islam yang lurus tidak melarang poligami, tetapi tidak membiarkan bebas
tanpa aturan, akan tetapi Islam mengaturnya dengan syarat-syarat imaniyah
yang jelas disebutkan dalam hukum-hukum al-Qur’an dengan membatasi hanya
sampai empat orang istri.14
Islam memperbolehkan poligami bukan dengan syarat istri pertama sakit
atau mandul, selama suami mampu memenuhi beban nafkah istri dan
anak-anaknya maka poligami itu diperbolehkan.15
Terkait tentang masalah bermalamnya suami dengan istri-istrinya juga
harus ada kejelasan, sehingga dapat terjadwal dengan baik. Jika suami
melakukan perjalanan jauh dan membutuhkan seorang teman dari salah satu istri
maka dia memiliki hak untuk memilih, jika istri yang lain tidak setuju serta
saling berselisih, maka dalam keadaan tersebut suami harus mengundi dan nama
13 Titik Triwulan Tutik dan Trianto, Poligami Prefektif Prikatan Nikah, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), 66-67.
27
istri yang keluar dalam undian itu, dialah yang keluar bersama suaminya.16
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, dikatakan:
ََِِلا َنَأ
َداَرأ اَذِإ َمَلَسَو ِهيلَع ُه ّىلَص
اَهُمْهَس َجَرَخ َنُهُ تَ يَأَف ,ِهِئاَسِن ََْْ ب َعَرْ قَأ اًرَفَس
)دواد وبا هاور( .ُهَعَم اَِِ َجَرَخ
Artinya: ‚Bahwasannya Nabi SAW., bila ingin berpergian, beliau mengundi diantara para istrinya. Siapa yang terpilih dalam undian itu, dialah yang akan menemani Nabi SAW.‛ (HR. Abu Daud).17Islam memberikan persyaratan yang ketat untuk memperhatikan hak-hak
wanita secara mendasar sehingga kaum pria tidak dapat berbuat sesuka hatinya
terhadap kaum wanita. Hal ini yang tidak diatur di masa silam, sehingga
terjadilah poligami tanpa batas, yang membuat kaum wanita menderita dibawah
bayangan kaum pria karena tidak berdaya menghadapimya.18
C. Poligami Dalam Perspektif UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang-Undang perkawinan menganut asas monogami seperti yang
terdapat di dalam pasal 3 yang mengatakan, seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang istri dan seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang
suami, namun pada bagian yang lain dinyatakan bahwa dalam keadaan tertentu
poligami dibenarkan.
Suami boleh beristri lebih dari satu orang dengan ketentuan jumlah istri
dalam waktu yang bersamaan terbatas hanya sampai empat orang. Adapun
16 Ihsan Muhammad al-Syarif dan Muhammad Musfir al-Thawil, Poligami Tanya Kenapa? (Jakarta: PT. Mirqat Tebar Ilmu, 2008), 126.
28
syarat utama yang harus dipenuhi adalah suami mampu berlaku adil terhadap
istri-istrinya dan anak-anaknya, akan tetapi jika suami tidak bisa memenuhi
maka suami dilarang beristri lebih dari satu, disamping itu suami harus terlebih
dahulu mendapat ijin dari Pengadilan Agama, tanpa ijin dari Pengadilan Agama
maka perkawinan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum.
Izin untuk berpoligami hanya dapat diberikan jika telah memenuhi
sekurang-kurangnya salah satu dari syarat alternatif dan ketiga syarat kumulatif.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 4 ayat (2) disebutkan ada
tiga syarat alternatif.
Salah satu syarat tersebut adalah persetujuan dari istri, tetapi syarat ini
tidak diperlukan bagi suami apabila istri tidak mungkin dimintai persetujuannya
dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar
dari istrinya selama sekurang-kurangnya dua tahun, atau karena sebab- sebab
lainya seperti pada pasal 5 ayat (2).19
Persetujuan secara lisan ini nantinya istri akan dipanggil oleh Pengadilan
dan akan didengarkan oleh majelis hakim, tidak hanya istri tetapi suami juga
akan diperlakukan hal yang sama. Kemudian pemanggilan pihak-pihak ini
dilakukan menurut tata cara yang diatur dalam hukum acara perdata biasa yang
diatur dalam pasal 390 HIR dan pasal-pasal yang berkaitan.20
19 Zainal Abidin Abubakar, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta: Yayasan al-Hikmah, 1993), 124.
29
Seorang Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan poligami, harus
memenuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana telah ditentukan dalam
Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975. 21 Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun
1983 disebutkan bahwa untuk memperoleh ijin melakukan poligami hanya dapat
diberikan oleh pejabat yang berwenang, apabila memenuhi sekurang-kurangnya
salah satu syarat alternatif dan ketiga syarat kumulatif sebagaimanan
disebutkan dalam pasal 10 ayat 2 dan 3 PP No. 10 Tahun 1983.
Pasal 10 ayat 1 PP No. 10 Tahun 1983 bahwa Pegawai Negeri Sipil yang
akan beristri lebih dari seorang wajib memperoleh ijin dari pejabat dimana
dalam surat permintaan ijin sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 tadi
harus dicantumkan alasan yang lengkap yang mendasari permintaan untuk
beristri lebih dari seorang. Permintaan ijin itu harus diajukan kepada pejabat
melalui saluran hirarki.
Setiap alasan yang menerima permintaan ijin dari Pegawai Negeri Sipil
dalam lingkungannya untuk melakukan poligami wajib memberikan
pertimbangan dan wajib meneruskan kepada pejabat melalui saluran hirarki
dalam jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan terhitung mulai tanggal
menerima permintaan surat itu. Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk
menjamin keperluan hidup istri-istrinya dan anak-anak dengan memperlihatkan
30
surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditanda tangani oleh
bendahara tempat bekerja, Surat keterangan pajak penghasilan dan surat
keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan.22
Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1983 pejabat dari Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan akan memberikan ijin apabila ternyata:
1. Tidak bertentangan dengan ajaran atau peraturan agama yang dianut
oleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
2. Memenuhi syarat alternatif dan semua syarat komulatif.
3. Tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
4. Tidak bertentangan dengan akal sehat.
5. Tidak ada kemungkinan mengganggu tugas kedinasan yang
dinyatakan dalam surat keterangan atasan langsung Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan, serendah-rendahnya pejabat eselon IV atau
setingkat dengan itu.
Apabila seorang suami bermaksud beristri lebih dari satu maka wajib
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengadilan. Jika melanggar akan
diberi hukuman. Adapun prosedur untuk melakukan poligami terdapat pada
ketentuan pasal 40 hingga 44 tentang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan, pasal
40 yang memberikan Pengadilan wewenang dalam memeriksa ada atau tidaknya
31
alasan yang menujukan bahwa suami kawin lagi, ada tidaknya izin istri, adanya
kemampuan suami untuk berlaku adil pada semua istrinya, serta adanya
persetujuan secara lisan.23
Proses dalam acara Pengadilan Agama dimana dalam pemeriksaan
Pengadilan harus memanggil dan mendengar istri yang bersangkutan.
Pemeriksaan pengadilan untuk itu dilakukan oleh hakim selambat-lambatnya 30
hari setelah diterima surat permohonan beserta lampiran-lampirannya.
Pengadilan didalam memberikan pertimbangan terhadap Pegawai Negeri
Sipil yang mengajukan permohonan untuk beristri lebih dari seorang dengan
melihat apakah hukum membolehkannya atau tidak yaitu dengan
memperlihatkan Ketentuan Undang-Undang yang berlaku serta memperhatikan
kelengkapan syarat-syarat maupun alasan-alasan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975, Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 dan juga
Kompilasi Hukum Islam.
D. Poligami dalam Perspektif KHI (Kompilasi Hukum Islam)
KHI (Kompilasi Hukum Islam) lahir dari keinginan untuk menyatukan
hukum Islam yang tersebar diseluruh nusantara. Tujuan utamanya adalah selain
mempositifkan syariat Islam dalam bidang keperdataan , juga ingin
mengkodifikasikan dan menyamakan kitab fiqh yang akan dipakai di
32
Pengadilan. Karena pada saat itu terjadi keberagaman putusan pengadilan
terhadap perkara yang serupa.24
Kompilasi Hukum Islam hadir pada tata hukum nasional Indonesia
melalui Instrumen hukum dalam bentuk Instruksi Presiden (impress) Nomor 1
Tahun 1991 tanggal 22 juli 1991. A. Hamid Attamimi mengatakan dalam
disertasinya bahwa instruksi Presiden ini dasar hukumnya adalah pasal 4 ayat
(1) UUD 1945 yaitu kekuasaan Presiden untuk memegang kekuasaan
pemerintah Negara. Atas dasar kekuasaan itu (apapun nama produk hukum yang
dikeluarkan) apakah itu keputusan Presiden atau instruksi Presiden,
kedudukannya adalah sama.25
Secara ketentuan-ketentuan yang diatur Kompilasi Hukum Islam dalam
bidang hukum perkawinan pada intinya merupakan penegasan ulang tentang
hal-hal yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan PP
No. 9 Tahun 1975.26 Namun mengenai poligami terdapat pada bagian IX dengan
judul, ‛Beristri lebih dari satu orang‛ yang diungkap dari pasal 55-59.
Pasal 55 menyatakan bahwa Beristri lebih dari satu orang dalam waktu
yang bersamaan, terbatas hanya sampai empat orang istri. Dengan syarat utama
beristri lebih dari satu orang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri
24 Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam dalam Peradilan Agama, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 1-2.
25 Ismail Sunni, Tradisi dan Inovasi keIslaman di Indonesia dalam Bidang Hukum, (Jakarta: 1991), 21-24.
33
dan anak-anaknya. Dan apabila syarat utama yang disebut pada ayat 2 tidak
mungkin dipenuhi, suami dilarang beristri lebih dari satu orang.
Pasal 56 menjelaskan bahwa Seorang suami yang akan menikah lebih
dari satu orang harus mendapat izin dari Pengadilan. Dengan mengajukan
permohonan izin dimaksudkan pada ayat 1 dilakukan menurut tata cara sebagai
mana diatur dalam bab VIII Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Dan
perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga atau keempat tanpa izin
dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.27 Telah dijelaskan
dalam BAB VIII PP Nomor 9 Tahun 1975.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perundang-undangan
Indonesia telah mengatur agar laki yang melakukan poligami adalah
laki-laki yang benar-benar:
1. Mampu secara ekonomi menghidupi dan mencukupi seluruh
kebutuhan (sandang, pangan dan papan) keluarga (istri-istri dan
anak-anak.
2. Mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak dari suami
poligami tidak disia-siakan.
Ketentuan hukum yang mengatur tentang poligami seperti telah
diuraikan di atas mengikat semua pihak, pihak yang akan melangsungkan
poligami dan pegawai pencatat perkawinan. Apabila mereka melanggar
34
pasal di atas dikenakan sanksi pidana. Hal ini diatur pada bab IX pasal 45 PP
No.9 Tahun 1975.
Peraturan tentang perkawinan di Indonesia dilandasi asas monogami
terbuka.28 Perkawinan seorang suami dengan lebih dari seorang istri
dimungkinkan bila dikehendaki ataupun disetujui oleh phak-pihak yang
bersangkutan, hanya saja hal itu dapat dilakukan, apabila dipenuhi berbagai
persyaratan tertentu dan diputuskan oleh pengadilan. Hal ini diatur dalam UU
Nomor 1 Tahun 1974 pasal 3 (2), pasal 4 (1), pasal 5 (1) dan (2). Aturan
pembatasan, penerapan syarat-syarat dan kemestian campur tangan penguasa
yang diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 diambil alih seluruhnya oleh
Kompilasi Hukum Islam.
Izin untuk berpoligami hanya dapat diberikan jika telah memenuhi
sekurang-kurangnya salah satu dari syarat alternatif dan syarat kumulatif.
Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 57 disebutkan ada tiga syarat alternatif.
Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri adalah syarat
yang pertama.29 Maksudnya, istri tidak dapat menjalankan kewajiban untuk
membentuk rumah tangganya yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Tetapi keadaan ini harus diselidiki apakah istri benar-benar
tidak menjalankan kewajiban sebagai istri memang karena dirinya sendiri atau
28Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 2.
35
karena akibat perbuatan suami yang mencari alasan untuk bisa kawin lagi,
sehingga segala perbuatannya menjengkelkan istri yang akhirnya istri tidak
menjalankan kewajibannya sebagai istri.
Syarat kedua adalah jika istri mendapatkan cacat badan atau penyakit
yang tidak dapat disembuhkan.30 Alasan ini dasarnya adalah perikemanusiaan
karena istri yang cacat atau menderita sakit yang tidak dapat sembuh ini
merupakan penderitaan sehingga lebih baik suami kawin lagi dari pada cerai.
Istri tidak dapat melahirkan keturunan. Alasan ini harus diteliti benar
bahwa istri benar-benar mandul, misalnya dengan keterangan dokter spesialis.
Sebab tidak jarang juka bukan istri yang mandul melaikan suaminya, sehingga
istri tidak dapat melahirkan, sehingga alasan ini tidak dapat diterima.
Suami yang mempunyai alasan untuk berpoligami tidak dapat begitu
saja melakukan perkawinannya. Untuk bisa melakukan perkawinan poligami ini
disamping alasan yang diatur dalam pasal 57 diatas juga harus memenuhi syarat
kumulatif yang ditentukan oleh Kompilasi Hukum Islam. Syarat tersebut diatur
dalam pasal 58 ayat (1).
Syarat yang pertama adalah, adanya persetujuan dari istri/istri-istri.31
Persetujuan ini berupa lisan di depan persidangan atau tertulis. Dengan adanya
30Intruksi Presiden R.I Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: 2001), 34.
31 Abu Samah, ‚Izin Istri dalam Poligami Prespektif Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
36
keharusan istri langsung memberikan persetujuan didepan hakim, maka suami
tidak dapat memalsukan persetujuan tersebut.
Ayat selanjutnya bebunyi: ‚pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami
apabila istri/istri-istri tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat
menjadi pihak dalam perjanjian atau apabila tidak ada kabar dari istri/istri-istri
sekurang-kurangnya selama dua tahun .‛32 misalnya, istri dibawah pengampuan
karena gila dan lain-lain.
Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan
hidup istri-istri dan anak-anak mereka menjadi syarat kedua dari syarat
kumulatif. Untuk mengetahui seorang suami akan memberi kepastian mampu
menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anaknya, seorang
hakim sangat sulit untuk memberi penilaian secara obyektif, apabila harus
mengira-ngira atas kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup
istri-istri dan anak-anak yang akan datang.
Yahya Harahap mengemukakan pandangannya mengenai Kompilasi
Hukum Islam tentang poligami yaitu dalam permasalahan dilibatkan campur
tangan Pengadilan Agama. Poligami tidak lagi tindakan Individual Afairs.
Poligami bukan semata-mata urusan pribadi, tetapi juga menjadi kekuasaan
Negara yakni mesti ada izin Pengadilan Agama. Tanpa adnya izin Pengadilan
Agama perkawinan itu dianggap poligami liar. Tidak sah dan tidak mengikat.
37
Perkawinan dianggap never existed tanpa izin Pengadilan Agama, meskipun
perkawinan dilakukan dihadapan pegawai pencatat nikah.33
Jika umat Islam berpedoman pada pasal 57 di atas serta terkait yaitu
pasal 55, 56, dan 58, maka sedikit kemungkinan orang berpoligami. Walaupun
pasal 55 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam memberi peluang bolehnya beristri
sampai empat orang dalam waktu yang bersamaan, tetapi pasal 57 ini mengunci
dengan persyaratan yang ketat.
Meskipun dibolehkan poligami dengan syarat adil, itupun dapat
dilakukan hanya sebagai pintu darurat saja. Pembolehan poligami dengan syarat
yang ketat tersebut dapat dilaksanakan dengan bukti-bukti yang autentik.
Walaupun sebagian syariah Islam sudah diberlakukan di lingkungan
Peradilan Agama dengan adanya KHI (Kompilasi Hukum Islam) berdasarkan
Inpres Nomor 1 Tahun 1991, tetapi kedudukannya sangat lemah. Sebab, KHI
tidak termasuk jenis perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. KHI tidak
termasuk hukum tertulis, meskipun dia dituliskan, tetapi hanya menunjukkan
adanya hukum tidak tertulis yang hidup secara nyata di masyarakat.
Karena KHI bukan hukum tertulis, maka jika terjadi ‚persaingan‛ antara
hukum tertulis dengan hukum tidak tertulis, berarti hukum yang tertulis-lah
38
yang diutamakan.34 Jadi, KHI adalah anak tiri dalam sistem
perundang-undangan di Indonesia.
34A. Hamid S. Attamimi, ‚Kedudukan Kompilasi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional‛,
BAB III
KONSEP POLIGAMI HIZBUT TAHRIR INDONESIA
A. Profil Hizbut Tahrir Indonesia
Hizbut Tahrir merupakan sebuah partai politik yang berideologi Islam
yang bergerak di tengah-tengah umat dan bersama-sama mereka berjuang untuk
menjadikan Islam sebagai permasalahan umatnya, serta membimbing mereka
untuk mendirikan kembali sistem khila>fah dan menegakkan hukum yang
diturunkan Allah SWT., dalam realitas kehidupan.1
Hizbut Tahrir didirikan pada tahun 1953 M/1372 H oleh syaikh
Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf an-Nabhani, seorang
ulama’ yang mencapai drajat mujtahid mutlak, seorang hakim pada Mahkamah
Banding di al-Quds, Palestina, serta seorang politisi ulung. Beliau berasal dari
sebuah keluarga ilmu, karena orang tua beliau yakni syekh Yusuf bin Hasan bin
Muhammad an-Nabhani as-Syafi’I, seorang ulama, penyair dan salah seorang
hakim pada masa Daulah Khila>fah.2
Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik, bukan organisasi kerohanian
(seperti tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga studi agama atau
badan penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis) dan bukan pula
40
lembaga sosial (yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan). Ide-ide Islam
menjadi jiwa, inti, sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya.3
Partai politik ini meyakini bahwa Islam diturunkan untuk mengatur
seluruh aspek hidup manusia dan menyelesaikan berbagai problema yang
dihadapi manusia. Dalam perjuangannya, Hizbut Tahrir senantiasa berusaha
mengikuti metode atau t}ariqah dakwah yang ditempuh Rasulullah Muhammad
SAW., sejak dari Makkah hingga tegaknya Negara Islam yang pertama di
Madani>ah al-Munawarah.4
Hizbut Tahrir didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah SWT>.,
dalam Qur’an surat Ali Imran: 104:
‚(Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jamaah)
yang menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang
dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.‛
Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari
kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem
41
perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari
cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir.
Hizbut Tahrir mengklaim dirinya sebagai partai politik. Namun berbeda
dengan partai politik lainnya, Hizbut Tahrir adalah partai politik Islam yang
berbasis pada transnasionalisme. Pengakuan ini berhubungan dengan cita-cita
politiknya yang mengupayakan seluruh dunia Islam berada dalam satu sistem
kekuasaan politik yang disebut Khila>fah. Hizbut Tahrir berusaha memerdekakan
negeri-negeri kaum muslim di seluruh dunia dari cengkraman berbagai ideologi
termasuk di dalamnya nasionalisme yang dianggap bertentangan dengan
agama.5
K.H. Abdullah bin Nuh atau yang lebih dikenal dengan panggilan
‘Mamak’ mengajak Syaikh Abdurrahman al-Baghdadiy ke Indonesia. K.H.
Abdullah bin Nuh adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, sastrawan dan
pejuang. Pria shalih yang lahir di Kampung Meron Kaum, Kota Cianjur Jawa
Barat pada tanggal 6 Juni 1905.6
Ketika beliau sedang berkunjung ke Australia dan bertemu dengan
seorang ulama aktivis Hizbut Tahrir yang sedang menyampaikan ceramah
tentang kewajiban persatuan umat dan kewajiban menegakkan Khila>fah guna
5 Jamhari, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), 161-162.
6
42
melawan hegemoni penjajahan dunia, Mamak cukup tertarik dan memberikan
perhatian.
Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dengan merintis
dakwah di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Pada era 1990-an ide-ide
dakwah Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivitas
dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan dan perumahan.
Hizbut Tahrir bertujuan untuk membebaskan manusia dari dominasi
paham, pemikiran, system hukum, dan Negara kufur menuju paham, pemikiran,
sistem hukum, dan Negara Islam dengan menerapkan syariah Islam secara
ka>ffah dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini tidak lain
berarti membawa umat Islam dan masyarakat Islam, sehingga seluruh persoalan
kehidupan umat diatur dengan syariah Islam dalam sebuah Daulah Khila>fah. Ini
merupakan satu-satunya metode untuk membangkitkan umat Islam.7
Hizbut Tahrir melakukan apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.,
dengan perjuangan pemikiran, menentang berbagai paham, pemikiran dan
ideologi yang rusak yang menjadi landasan sekularisme, baik yang bercorak
kapitalisme maupun sosialistik.
Hizbut Tahrir dengan tegas mengungkap kesalahan dan kerusakan
pemikiran-pemikiran tersebut, serta pertentangannya dengan Islam. Dalam
43
pertentangan Hizbut Tahrir tidak menggunakan cara-cara kompromis atau
langkah-langkah penyesuaian diri, dan juga tidak menggunakan kekerasan (fisik)
dalam perjuangannya.8
B. Pemikiran dan Doktrin-Doktrin Hizbut Tahrir Indonesia
Hizbut Tahrir berdakwah dalam salah satu Jamaah Islamiyyah yang
membawa pemikiran Ahlu as-Sunnah Wal Jamaah. Tujuan mereka terfokus
kepada penerapan kehidupan Islami dengan cara terlebih dahulu menegakkan
Negara Islam di negara-negara Arab. Kemudian di negara Islam lainnya, lalu
berdakwah ke negara-negara bukan Islam melalui umat Islam yang sudah
terbentuk.9
Hizbut Tahrir mempunyai ciri-ciri yaitu konsentrasinya yang sangat besar
kepada aspek thaqa>fah (keilmuan) dan menjadikannya sebagai landasan
pembentukan pribadi muslim d