• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis yuridis terhadap konsep poligami hizbut tahrir Indonesia : kajian terhadap buku sistem pergaulan dalam Islam.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis yuridis terhadap konsep poligami hizbut tahrir Indonesia : kajian terhadap buku sistem pergaulan dalam Islam."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS TERHADAP KONSEP POLIGAMI HIZBUT

TAHRIR INDONESIA (KAJIAN TERHADAP BUKU SISTEM

PERGAULAN DALAM ISLAM)

SKRIPSI

Oleh:

Muhammad Rofiqul Umam NIM C71213128

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Keluarga Surabaya

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

Fakult as/Jurusan/ Prodi

Judul Skripsi

:

Muhammad Rofiqul Umam

:

C7l2l3I28

:

Syari'ah dan HukumlHukum Perdata Islaml Hukum Keluaiga (AS)

:

ANALISIS YURIDIS TERHADAP KONSEP

POLIGAMI

HIZBUT

TAHRIR INDONESIA

(KAJIAN

TERHADAP

BUKU

SISTEM

PERGAULAN DALAM ISLAM)

Menyatakan bah',va skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitianikarya

saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk suntbemya.

Srrabaya, 17 April 20i 7

Saya yang rnenyatakan,

Muhammad Rofiqul Umam

(3)

PERSETUruANI PEMBIMBING

Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Rofiqul umam NIM. c7l2l3l2g ini telah diperiksa dan disetujui untuk dimunaqasahkan.

Surabaya, 17 Apnl2017

Pembimbing,

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Rofiqul Umam NIM. C7l2l3l28 ini telah dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya pada hari, tanggal, dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan program sarjana strata satu dalam Ilmu Syariah.

Majelis Munaqasah Skripsi

Dr. Hj. Suqiyah Musyafa'ah. M.Ag. NrP. l 9630327 1999032001

Penguji I Penguji II

NrP. i 97209062007 I 01003

Penguji IV

/

I

\

Dr. H.Moh. Mufid. Lc.. M.H.I. NUP.201603306

Surabaya, 26

hili2Afi

Mengesahkan,

Fakultas Syariah dan Hukum

Negeri Sunan AmpelSurabaya -t

(5)

-KEMENTERIAN

AGAMA

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

SUNAN

AMPEL SURABAYA

PERPUSTAKAAN

Jl. Jend. A. Yani 117 surabaya 60237 Telp. 031-8431972Fax.031-84r3300

E-Mail : perpus@uinsby. ac.i d

I,EN{BAR PE,RNYATAJ\N PERS E,TLU UAN P UBLIIS SI

KARYA I I-N,IIAH UNTU K KEPE,NTIN Gi\N T\I.{D IlN,iI S

Sebagai sivitas akademrka UIN Sunan Ampel Surabava, yang bettanda tangan di barvah ini, srl-a:

Nama

NINI

Fakultas/Jur-usan

E,-rnail address

: MuhammadR9-!99lump

: C77213128

: Syariah dan Hukum/Hukum Perdata Islam : rofi qulum am92@gmail.com

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya iimiah :

r,Skripsi

E 'fesis

[-l Desertasi fl

Lain_lain

(

)

vang bcrjudul :

ANALISIS^--Y.URTD-IS--"TERHADAP--.KONS.RP^*PP.KLGAML*IIIZBI]I*JAIIRI.R*.T}JD,-ONESIA,-.(KAJIAN TERHADAP BTIKU SISTEM PERGAI]'i-AN DALAM ISLAM)

besetta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan IIak Bebas liolalti Non-Ekslusif ini

Pelpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), menclistribusikannl.a, dan menampiikan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulJtext urttuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap meflcantumkan ,ro-n ,oo, sebagai penulis/pencipta dan atau pcnerbit yang bersangkutan.

Sava bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan r\mpe1 Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum vang timbul atas pelanggaran Ilak (-ipta dalam kana ilmiah slra ini.

I)etrikian pernvataan ini yang saya buat dengan sebenatrva.

Surabava, 28 JLrli 2017 Penulis

ROFIQUI. LrN{ANr)

(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Terhadap Konsep Poligami Hizbut Tahrir Indonesia (Kajian Terhadap Buku Sistem Pergaulan dalam Islam) ini merupakan hasil penelitian kajian pustaka untuk menjawab pertanyaan bagaimana konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku ‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛? Dan bagaimana Analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia (kajian buku Sistem Pergaulan dalam Islam)?.

Data penelitian ini diperoleh dari kajian buku Sistem Pergaulan dalam Islam. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan studi pustaka yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif-analisis, yaitu memaparkan atau menjelaskan data yang diperoleh dan selanjutnya dianalisis dengan metode deduktif, dimulai dari hal-hal yang bersifat umum, yaitu tentang konsep poligami kemudian ditarik kepada hal-hal yang bersifat khusus kaitannya dengan konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku sistem pergaulan dalam Islam serta ditarik kesimpulan.

Konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku Sistem Pergaulan dalam Islam memperbolehkan poligami tanpa syarat atau ‘illat apapun. Bahkan setiap muslim boleh mengawini dua, tiga, empat orang wanita yang dia senangi. Karena poligami merupakan tindakan yang terpuji. Sedangkan dalam analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku Sistem Pergaulan dalam Islam, seharusnya poligami dilakukan sesuai prosedur dalam undang-undang yang berlaku, dengan mengacu undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan KHI (Kompilasi Hukum Islam), karena poligami yang dilakukan tanpa adanya izin dari Pengadilan Agama tidak mempunyai kekuatan hukum. Sebagaimana diatur dalam BAB VIII PP No. 9 Tahun 1975, meskipun telah sah menurut agama Islam.

(7)

i DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Kajian Pustaka ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 14

G. Definisi Operasional ... 14

H. Metode Penelitian ... 16

I. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI ... 22

A. Pengertian Poligami ... 22

B. Sejarah poligami ... 24

C. Poligami Dalam Perspektif UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ... 27

D. Poligami dalam Perspektif KHI (Kompilasi Hukum Islam) ... 32

BAB III KONSEP POLIGAMI HIZBUT TAHRIR INDONESIA ... 39

(8)

ii

B. Pemikiran dan Doktrin-Doktrin Hizbut Tahrir Indonesia ... 43

C. Sistem Peradilan Hizbut Tahrir ... 47

D. Konsep Poligami hizbut Tahrir Indonesia dalam buku ‚sistem Pergaulan dalam Islam. ... 48

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP KONSEP POLIGAMI HIZBUT TAHRIR INDONESIA (KAJIAN TERHADAP BUKU SISTEM PERGAULAN DALAM ISLAM) ... 56

A. Konsep Poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam Buku Sistem Pergaulan dalam Islam ... 56

1. Praktik Poligami Rasulullah SAW. ... 56

2. Hikmah Poligami Rasulullah SAW. ... 60

3. Syarat Keadilan Menurut Hizbut Tahrir ... 61

4. Hukum Berpoligami ... 62

5. Konsep Poligami Hizbut Tahrir ... 63

B. Analisis Yuridis Terhadap Konsep Poligami Hizbut Tahrir Indonesia (Kajian Terhadap Buku Sistem Pergaulan dalam Islam……….…. 65

BAB V PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan suatu ikatan yang suci (mi>tha>qan ghali@zan)

antara seorang pria dan wanita sebagaimana yang disyariatkan oleh agama,

dengan maksud dan tujuan yang luhur.1 Perkawinan atau pernikahan dalam

literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan dua kata, yaitu nika@h} dan

zawa@j. Kata na-ka-h}a banyak terdapat dalam al-Qur’an dengan arti kawin,

sebagaimana di dalam surat an-Nisa’ ayat 3:2

                                      

Artinya: dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

(10)

2

Istilah mi>tha>qan ghali@zan di dalam al-Quran hanya disebutkan 3 kali,

yaitu terdapat pada surat al-Ahzab ayat 7, an-Nisa’ ayat 21 dan ayat 154

dengan konteks yang berbeda-beda.3

Mi>tha>>>qan ghali@zan dalam surat al-Ahzab ayat 7, digunakan untuk

pengangkatan sumpah seorang nabi, an-Nisa’ ayat 154 konteksnya ketika

Allah SWT., mengangkat sumpah atas bani Israel dan berbeda dengan

an-Nisa’ ayat 21 konteksnya ketika Allah SWT., mengingatkan ketidak

marufan suami terhadap istrinya, dan Allah SWt mengingatkan mereka pada

akad nikah yang Allah SWT., sebut dengan mi>tha>qan ghali@zan.

Tujuan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan adalah membentuk keluarga (Rumah Tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4 Oleh karena itu,

untuk mewujudkannya suami istri harus saling membantu dan saling

melengkapi agar masing-masing dapat berkembang guna mencapai

kesejahteraan spiritual dan material.

Pengertian tersebut telah jelas terlihat bahwa dalam sebuah

perkawinan memiliki dua aspek. Aspek Formil (Hukum) menjadi aspek yang

pertama, hal ini dinyatakan dalam kalimat ‚ikatan lahir batin‛, yang artinya

bahwa perkawinan disamping mempunyai nilai ikatan secara lahir tampak,

juga mempunyai ikatan lahir batin yang disarankan terutama oleh orang

yang bersangkutan dan ikatan batin ini mempunyai inti perkawinan itu.

3www.hambaallah.net, diakses pada 27 juli 2017.

(11)

3

Aspek Sosial Keagamaan adalah aspek yang kedua dari perkawinan,

dengan disebutkannya ‚membentuk keluarga‛ dan berdasakan ‚Ketuhanan

yang Maha Esa‛, artinya perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali

dengan kerohanian, sehingga bukan saja unsur jasmani tapi unsur batin

berperan penting.5

Poligami secara epistemologis adalah suatu perkawinan yang banyak

atau dengan kata lain adalah suatu perkawinan yang lebih dari seorang,

seorang laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu istri pada waktu

bersamaan.6 Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik

pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis

kelamin orang bersangkutan). Hal ini berlawanan dengan praktik monogami

yang hanya memiliki satu suami atau istri.

Selain poligami juga dikenal poliandri yaitu apabila istri mempunyai

beberapa suami dalam waktu yang bersamaan. akan tetapi dibandingkan

dengan poligami, bentuk poliandri tidak banyak dipraktekan. Menurut

sejarah bahwa poliandri hanya ditemukan pada suku-suku tertentu seperti

suku Tunda dan beberapa suku di Tibet.7

Poligami itu bukan suatu peristiwa yang baru terjadi pada zaman

Nabi Muhammad SAW., akan tetapi lebih merupakan peristiwa sejarah

panjang yang telah lama. Sejarah membuktikan bahwa jauh sebelum

5 Achmad Kuzairi, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 10-11. 6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka 1998), 799.

(12)

4

kenabian Muhammmad SAW., poligami ini sesungguhnya telah dikenal

masyarakat secara luas.8

Poligami telah dikenal jauh sebelum Islam, bahkan telah menjadi

tradisi yang kuat diberbagai masyarakat dunia, termasuk dalam masyarakat

Arab. Poligami sebelum Islam mengambil bentuk yang tidak terbatas,

seorang suami boleh saja memiliki istri sebanyak mungkin sesuai keinginan

nafsunya. Selain itu poligami tidak selalu memperhatikan unsur keadilan,

sehingga terjadi perampasan hak-hak perempuan yang pada gilirannya

membawa kepada kesengsaraan dan ketidak adilan.9

Poligami selalu menjadi masalah hangat yang menjadi topik

pembicaraan setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan. Hanya saja

wacana dan sikap yang berkembang terkadang berlebihan. Di satu sisi anti

poligami, di sisi lain salah kaprah dalam mempraktekan poligami.

Fenomena poligami dalam masyarakat, kebanyakan dipicu untuk

melegalkan hubungan cinta kepada yang lain untuk menjadi pasangan hidup

yang kedua. Ketika cinta sudah bersemi di lain hati, maka tidak ada satupun

hal yang bisa mencegahnya.10

Fakta menarik dalam masyarakat mengenai alasan-alasan melakukan

poligami yaitu lebih cenderung mengedepankan hal-hal materiel yang

menjadi tolak ukur kemampuan materi berpoligami. Jika tidak mempunyai

materi yang banyak, maka diharamkan poligami. Melaikan alasan-alasan itu

8 Muhammad Amin Summa, Poligami dalam Hukum Keluargaan Islam.179.

(13)

5

sudah mendarah daging dalam mencermati poligami atau disebut dengan

material-minded.

Hukum Islam mengatur bahwa beristri lebih dari seorang hanya

diperbolehkan apabila suami tersebut mampu dan akan memperlakukan

istri-istri dan anak-anak mereka secara adil sebagaimana firman Allah SWT.,

dalam surat an-Nisa’ ayat 3:

 …                   …

Artinya: …‚Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu

senangi dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja…‛ .11

Ayat al-Quran di atas jelas membolehkan poligami, tapi kebolehan

poligami sebenarnya merupakan Rukhah atau keringanan untuk keadaan

tertentu saja. Artinya tidak boleh untuk sembarangan keadaan.12

Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam mencukupi keperluan

istri seperti pakaian, tempat tinggal, giliran dan lain-lain yang bersifat

lahiriyah. Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu.

sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh

Para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW., ayat ini membatasi poligami

sampai empat orang saja.

11 Departemen Agama RI, al-Hikam al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro), 77.

(14)

6

Sebagian ulama memahami arti adil itu dengan adil dalam arti

menyamakan nafkah antara satu istri dengan istri yang lainnya secara

kuantitatif. Sebagian ulama berpendapat, bahwa selama suami telah

memenuhi kewajiban menafkahi sesuai dengan kebutuhan dan kecakupan

istri, tidak harus dalam jumlah yang sama banyak, karena masing-masing

telah mendapatkan apa yang mencakupi bagi kebutuhannya.

Adil dalam memberikan pakaian untuk istri-istrinya. Dalam

penyediaan rumah tempat tinggal suami harus adil dalam pengertian tersebut

di atas. Dia harus menyediakan tempat tinggal tersendiri bagi setiap istrinya.

Dibolehkan suami menempatkan beberapa orang istri dalam satu rumah,

kalau istri-istrinya sudah menyepakatinya hanya tidak boleh menempatkan

mereka dalam satu tempat tidur.

Ulama membatasi keadilan yang dijadikan Allah sebagai persyaratan

kawin poligami itu pada keadilan dalam kesempatan bergaul diantara istri

dengan istri yang lain. Kesamaan dan pembagian kesempatan bergaul

diantara sesama istri itu dalam fiqh disebut dengan qasm, sedangkan yang

dijadikan patokan dapat kesempatan bergaul itu adalah malam hari, karena

malam itulah waktu bergaul antara suami istri menurut biasanya, sedangkan

siang hari adalah waktu untuk mencari nafkah. Dengan demikian, secara

sederhana qasm itu berarti giliran kesempatan bermalam.13

(15)

7

Syarat-syarat yang dikemukakan dalam Undang-Undang tentang

poligami memang cukup berat, harus mengajukan permohonan ke

Pengadilan Agama, jika tanpa adanya izin dari Pengadilan Agama, maka

perkawinannya tidak mempunyai kekuatan hukum.14 Persyaratan yang cukup

berat itu bertujuan agar pelaku poligami tidak sembarangan melakukan

poligami.

Poligami di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang perkawinan. Adapun sebagai hukum materiel bagi orang Islam,

terdapan ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Ketentuan-

kententuan yang terdapat dalam Undang-Undang perkawinan berikut aturan

pelaksanaannya, pada prinsipnya selaras dengan ketentuan hukum Islam.

Menurut Undang-Undang tersebut, pada prinsipnya sistem yang dianut oleh

Hukum Perkawinan RI adalah asas monogami, yakni satu suami untuk satu

istri.15

Poligami dalam perundang-undangan dijelaskan pada pasal 3 ayat 2

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, yakni

‚pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih

dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan‛.

Apabila ditelaah, pasal tersebut memberikan implikasi, bahwa poligami

dapat dilakukan seorang pria dengan persyaratan Undang-Undang.

14 Kompilasi Hukum Islam, pasal 56 ayat (3). 34.

(16)

8

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pada pasal 4 dan 5 mengatur

tentang persyaratan poligami. Berikut juga mengenai tata cara

pelaksanaanya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

penjelsan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 bab VIII pasal 40-44.

M. Quraish Shihab berpendapat bahwa poligami hanya emergency

exit yang boleh dibuka dalam keadaan-keadaan tertentu. Atau sekedar pintu

kecil yang hanya boleh dilalui oleh mereka yang sangat membutuhkan

keadaan tertentu.16 Banyak pendapat, termasuk para fukaha, bahwa ada

hal-hal tertentu seseorang dibolehkan melakukan poligami, yakni karena:

1. Istri Nusyūz (durhaka atau membangkang terhadap suami). Namun

tindakan istri yang dapat diartikan menentang suami atau dikatakan

nusyūz yaitu apabila:

a. Suami telah menyediakan rumah kediaman yang sesuai dengan

kemampuan suami, tetapi istri tidak mau tinggal bersama atau

istri meninggalkan rumah tanpa seizin suami.

b. Apabila suami tinggal bersama di rumah istri, kemudian suami

diusir dari tempat itu.

c. Istri yang berpergian jauh (musāfir) tanpa seizin suami.

2. Mandul (tidak membuahkan anak).

Para fukaha berpendapat apabila pasangan kita mengalami mandul

atau impoten, harus ada ikhtiar untuk berobat minimal satu tahun. Setelah

(17)

9

itu suami menginginkan keturunan, dia boleh melakukan poligami dengan

cara yang baik, baik proses maupun sikap istri untuk mendapatkan

dukungan. Artinya suami boleh melakukan poligami, jika dia mau, dengan

sikap yang bijak dan pertimbangan yang matang, agar tidak ada yang merasa

disakiti.17

Secara psikologis, istri akan merasa sakit hati jika melihat suaminya

berhubungan dengan perempuan lain. Pada umumnya, istri mempercayai dan

mencintai sepenuh hati sehingga dalam dirinya tidak ada lagi ruang untuk

cinta terhadap laki-laki lain. Istri selalu berharap yang sama terhadap

dirinya. Istri tidak dapat menerima jika suaminya membagi cinta kepada

perempuan lain.

Hizbut Tahrir menerima akan adanya poligami. Organisasi politik

Islam ini berjuang keras agar Islam menjadi pusat tatanan dalam segala lini

kehidupan, mulai dari kehidupan individu, kehidupan berumah tangga

sampai dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Seorang muslim seharusnya melandasi dirinya dengan akidah Islam

dan miningkatkan keimanannya kepada Allah SWT., dengan menerima

seruan syariat tersebut. Karena poligami adalah hukum Allah SWT., yang

tidak adalagi pilihan selain mematuhi, meyakini, mendengarkan dan

mentaatinya. Bagi meraka tentunya syariat Allah SWT., lah yang harus

dijadikan standar bagi ranah kehidupan dengan meyakini bahwa segala

(18)

10

sesuatu yang berasal dari Allah SWT., mengandung hikmah, segala perintah

Allah SWT., mengandung kemaslahatan, dan semua hukum Allah SWT.,

mengandung kebaikan dan ketentuan yang harus diikuti adalah ketentuan

akidah. Sebaliknya, tindakan melarang poligami merupakan perbuatan yang

tercela, karena tindakan demikian merupakan bagian dari hukum kufur.

Partai politik ini meyakini bahwa Islam diturunkan untuk mengatur

seluruh aspek hidup manusia dan menyelesaikan berbagai problema yang

dihadapi manusia. Dalam perjuangannya, Hizbut Tahrir senantiasa berusaha

mengikuti metode atau t}ariqah dakwah yang ditempuh Rasulullah

Muhammad SAW., sejak dari Makkah hingga tegaknya negara Islam yang

pertama di Madanah al-Munawarah.18

Hizbut Tahrir didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah SWT>.,19

                

‚(Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jamaah) yang menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.‛

Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari

kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem

(19)

11

perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka

dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir.

Dasar hukum Hizbut Tahrir tentang konsep poligami mengacu pada

buku ‚An-Nizam Al-Ijtima’i Fil Al-Islam‛. Dan setiap anggota Hizbut

Tahrir Indonesia wajib hukumnya menjalankan konsep poligami tersebut.

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini berusaha mengkaji

secara mendalam tentang Analisis Yuridis Terhadap Konsep Poligami

Hizbut Tahrir Indonesia (Kajian Terhadap Buku Sistem Pergaulan Dalam

Islam) yang pada umumnya menerima perkawinan poligami.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Penelitian yang dimaksud ialah menganalisis tentang konsep

poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku ‚Sistem Pergaulan Dalam

Islam‛ yang akan dianalisis secara yuridis. Karena Undang-Undang dan

kompilasi hukum Islam yang mengatur tentang poligami terdapat perbedaan

dengan konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia khususnya dalam buku

‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛. Oleh Karena itu, penelitian ini dimaksud

untuk hal-hal berikut:

1. Poligami dan akibat hukumnya

2. Menggali kembali hukum tentang poligami

3. Menjelaskan pemikiran dan doktrin Hizbut Tahrir

(20)

12

5. Konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia menurut buku ‚Sistem

Pergaulan dalam Islam‛

6. Analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia

menurut buku ‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, agar penelitian bisa fokus

dan sistematis maka disusunlah batasan masalah yang akan diteliti. Adapun

batasan masalah dalam penelitan ini adalah seabagai berikut:

1. Konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia menurut ‚buku Sistem

Pergaulan dalam Islam‛

2. Analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia

dalam buku ‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku

‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛ ?

2. Bagaimana analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia (kajian buku Sistem Pergaulan dalam Islam) ?

D. Kajian Pustaka

Penelitian tentang poligami sudah banyak peneliti temukan di

penelitian-penelitian terdahulu, meliputi berbagai aneka sudut pandang.

(21)

13

Skripsi Liga Binangkit dengan judul ‚Izin Poligami Dalam Prespektif

Hukum Islam (Studi Terhadap Putusan di Pengadilan Agama Mataram

Tahun 2009).20 Meskipun skripsi ini sama-sama membahas tentang

poligami, namun skripsi ini lebih fokus pada izin poligaminya, sedangkan

dalam penelitian ini lebih terfokus kepada konsep poligami Hizbut Tahrir

Indonesia.

Skripsi Muhammad Khasan Bukhori dengan judul ‚Pandangan

Hukum Islam Terhadap Praktek Poligami Pada Masyarakat kecamatan

Subah Kabupaten Bantang Jawa Tengah‛.21 Skripsi ini lebih menjelaskan

terhadap analisis hukum Islamnya, dibandingkan dengan penelitian ini yang

menganalisis poligami dengan analisis yuridis.

Skripsi Rakhmad hananto dengan judul ‚Kajian Yuridis Akibat

Hukum dari Perkawinan Poligami Terhadap Harta Bersama‛.22 Isi skripsi ini

mengenai akibat hukum dari poligami terhadap harta bersama, sedangkan

dalam penelitian ini berisikan konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia.

E. Tujuan penelitian

Rumusan masalah yang telah dipaparkan, dapat diuraikan tujuan

penelitian sebagai berikut:

20Liga Binangkit. ‚Izin Poligami Dalam Prespektif Hukum Islam (Studi Terhadap Putusan di

Pengadilan Agama Mataram Tahun 2009‛) (Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012).

21Muhammad Khasan Bukhori, ‚Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktek Poligami Pada

Masyarakat kecamatan Subah Kabupaten Bantang Jawa Tengah‛ (Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008).

22Rakhmad hananto,‛ Kajian Yuridis Akibat Hukum dari Perkawinan Poligami Terhadap Harta

(22)

14

1. Mengetahui konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku

‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛

2. Menjabarkan Analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir

Indonesia (kajian buku Sistem Pergaulan Dalam Islam).

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka ada beberapa manfaat yang

diperoleh dari hasil penelitian ini baik manfaat praktis maupun teoritis.

1. Secara Praktis

Memberikan pemahaman terhadap masyarakat Islam, khususnya

mahasiswa syariah mengenai Analisis yuridis terhadap konsep poligami

Hizbut Tahrir Indonesia, selain itu juga sebagai pedoman dan dasar bagi

penelitian lain dalam mengkaji penelitian lagi yang lebih mendalam.

2. Secara Teoritis

Mengembangkan bidang kajian hukum keluarga Islam terhadap

Analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia, dan

juga dapat digunakan sebagai landasan untuk melakukan penelitian lebih

lanjut mengenai konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam

memahami penulisan penelitian ini, dan untuk berbagai pemahaman serta

terhindar dari salah pengertian terhadap istilah dalam penelitian ini, maka

(23)

15

Analisis Yuridis: Kegiatan untuk mencari dan memecah

komponen-komponen dari suatu permasalahan

untuk dikaji lebih dalam kemudian

menghubungkannya Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam

(KHI).

Poligami: Suatu perkawinan yang lebih dari seorang,

seorang laki-laki yang mempunyai istri lebih

dari satu istri pada waktu bersamaan.23

Hizbut Tahrir: Sebuah partai politik yang berideologi Islam.

Partai ini didirikan untuk memenuhi perintah

Allah SWT:                  

‚Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan

umat yang menyeru kepada kebajikan,

menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah

dari yang munkar merekalah orang-orang yang

beruntung.24

23 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka 1998), 799.

(24)

16

Penjelasan di atas menjelaskan bahwa penelitian ini bermaksud untuk

menguraikan tentang analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut Tahrir

Indonesia dalam buku ‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛, dengan definisi

operasional tersebut.

H. Metode Penelitian

Adapun penulisan dan pembahasan skripsi ini, penelitian ini akan

menggunakan metode penelitian kualitatif, karena data yang dihasilkan nanti

bukan data angka. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti, instrumen inti terletak pada peneliti, teknik

pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif,

dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.25 Agar

penulisan skripsi ini dapat tersusun dengan benar, maka penelitian ini

memandang perlu untuk mengemukakan metode penulisan skripsi ini yaitu

sebagai berikut:

1. Data yang dikumpulkan

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang diangkat

penelitian ini, maka data yang dikumpulkan meliputi:

a. Data tentang pemikiran dan doktrin Hizbut Tahrir Indonesia

terkait poligami.

b. Data tentang Analisis yuridis terhadap konsep poligami Hizbut

Tahrir Indonesia dalam buku ‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛.

(25)

17

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sumbernya.26 Sumber data primer tersebut adalah didapat dari

buku ‚Sistem pergaulan dalam Islam‛ ciptaan Taqiyuddun

an-Nabhani.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang dibutuhkan sebagai

pendukung data primer.27 Data ini bersumber dari

referensi-referensi dan literatur yang mempunyai korelasi dengan data

penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang

diperoleh melalui dokumen-dokumen atau menyelidiki benda-benda

tertulis seperti majalah, buku-buku, majalah, peraturan-peraturan,

(26)

18

catatan harian.28 Dalam penelitian ini lebih fokus dalam mempelajari

buku-buku dari Hizbut Tahrir Indonesia.

b. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah penelitian yang dilakukan dengan

mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi

pengetahuan (teori) yang ada dalam kepustakaan dalam hal

perkawinan yang khususnya berkenaan dengan poligami

(buku-buku referensi atau hasil penelitian lain, sumber-sumber

bacaan).

4. Teknik Pengolahan Data

Untuk mensistematis data yang telah dikumpulkan dan

mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data, maka peneliti

mengolah data tersebut melalui beberapa teknik, dalam hal ini data yang

diolah merupakan data yang telah terkumpul dari beberapa sumber adalah

sebagaimana berikut:

a. Editing, yaitu mengedit data-data yang sudah dikumpulkan.29

Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk memeriksa atau mengecek

sumber data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data, dan

memperbaikinya apabila masih terdapat hal-hal yang salah.

28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 158.

(27)

19

b. Organizing, yaitu mengorganisasikan atau mensistematis sumber

data.30 Melalui teknik ini, peneliti mengelompokkan data-data yang

telah dikumpulkan dan disesuaikan dengan pembahasan yang telah

direncanakan sebelumnya mengenai buku ‚Sistem Pergaulan dalam

Islam‛.

c. Analizing, yaitu melakukan analisis terhadap data, dalam penelitian

ini menganalisis secara yuridis terhadap konsep poligami Hizbut

Tahrir Indonesia dalam buku ‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛.

5. Teknis Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan meyusun data secara

sistematis data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, benda-benda

tertulis atau bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan

temuannya dapat diinformasikan keorang lain.31

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif yaitu

mengemukakan dalil-dalil atau data-data yang bersifat umum yaitu

tentang konsep poligami. Selanjut ditarik pada permasalahan yang lebih

khusus yaitu konsep poligami Hizbut Tahrir Indonesia alam buku ‚Sistem

Pergaulan dalam Islam‛.

30 M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, 91.

(28)

20

I. Sistematika Pembahasan

Agar lebih mudah memahami, maka penielitian ini membagi skripsi

menjadi lima bab, yang saling berkaitan antara bab satu dengan bab yang

lainnya. Dari masing-masing diuraikan lagi menjadi beberapa sub bab yang

sesuai dengan judul babnya. Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi

ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama, berisi pendahuluan yang terdiri dari gambaran umum

tentang skripsi yang berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan

batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian,

kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan

sistematika pembahsan.

Bab kedua, memaparkan secara umum tentang poligami, meliputi

pengertian, syarat-syarat dan dasar hukum poligami menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawainan dan Kompilasi Hukum

Islam (KHI).

Bab ketiga, Bab ini merupakan bab yang menguraikan data hasil

penelitian, berisi gambaran umum tentang profil, pemikiran, doktrin dan

konsep poligami dalam organisasi Hizbut Tahrir Indonesia dalam buku

‚Sistem Pergaulan dalam Islam‛.

Bab keempat, Bab ini merupakan bab yang membahas analisis data.

Dalam bab ini diadakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan

dalam rangka mencari jawaban terhadap pertanyaan, sebagaimana yag

(29)

21

Bab kelima, Bab ini merupakan bab penutup, berisi tentang

kesimpulan dan saran. Kesimpulan tersebut diperoleh setelah mengadakan

analisis terhadap data yang diperoleh, sebagaimana diuraikan pada bab

sebelumnya, dan merupakan jawaban atas pertanyaan pada rumusan

(30)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI

A. Pengertian Poligami

Kata ‚poligami‛ berasal dari bahasa Yunani pecahan dari kata ‚poly‛

yang artinya banyak, dan ‚Gamein‛ yang berarti pasangan, kawin atau

perkawinan. Secara epistemologis poligami adalah ‚suatu perkawinan yang

banyak‛ atau dengan kata lain adalah suatu perkawinan yang lebih dari seorang,

seorang laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu istri pada waktu

bersamaan.1 Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian

poligami adalah ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau

mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan

berpoligami adalah menjalankan atau melakukan poligami.2

Tihami dan Sahrani menjelaskan bahwa poligami dalam bahasa

Indonesia diartikan sebagai sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki

atau mengawini beberapa lawan jenisnya diwaktu yang bersamaan.

Para ahli membedakan istilah bagi seorang laki-laki yang mempunyai

lebih dari seorang istri dengan istilah poligini yang berasal dari kata ‚polus‛

berarti banyak dan ‚gune‛ berarti perempuan. Sedangkan bagi seorang istri yang

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 1998), 799.

(31)

23

mempunyai lebih dari seorang suami disebut poliandri yang berasal dari kata

polus yang berarti banyak dan Andros berarti laki-laki.

Kata yang tepat bagi seorang laki-laki yang mempunyai istri lebih dari

seorang dalam waktu yang bersamaan adalah poligini bukan poligami. Meskipun

demikian, dalam perkataan sehari-hari yang dimaksud dengan poligami itu

adalah perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari seorang perempuan dalam

waktu yang bersamaan. Yang dimaksud poligini itu, menurut masyarakat umum

adalah poligami.3

Islam mengenal poligami dengan istilah ta’adud az- zauja@h yang artinya

adalah bertambahnya jumlah istri.4 Adapun kebalikan dari bentuk perkawinan

pologami adalah perkawinan monogami yaitu dimana suami hanya memiliki

satu orang istri.5

Bangsa Arab dan non-Arab sebelum Islam datang sudah terbiasa

berpoligami. Ketika Islam datang, Islam memberi batasan terkait jumlah istri

yang boleh dinikahi. Dalam Islam poligami bukan wajib, tapi mubah,

berdasakan firman Allah SWT., dalam surat an-Nisa’ ayat 3.6

3 Tihami dan Sohari, Fikih Munakahat (Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 2009), 351-352.

4 Muhammad Jawad Mughniyah, Terjemah al-Fiqh ‘Ala al-Mazhib al-Khomsah, penerjemah Masykur A.B Afif Muhammad, Idrus al-Kaf terbitan dar al-Jawal Beirut, (PT Lentera Basritama), 332. 5 Bibit Suprapto, Liku-Liku Poligami (Yogyakarta: al-Kutsar 1999), 71.

(32)

24  …                   …

Artinya: …‚Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat

Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja…‛ .7

Sejumlah riwayat menjelaskan setelah turunnya ayat yang membatasi

jumlah istri hanya empat orang, Nabi segera memerintahkan semua laki-laki

yang memeliki istri lebih dari empat agar menceraikannya sehingga setiap suami

maksimal memiliki empat orang istri.8

Selain dalam surat an-Nisa’ ayat 3, poligami juga diatur dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawainan. Adapun sebagai hukum

materiel bagi orang Islam, terdapat ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam

(KHI). Ketentuan- kententuan yang terdapat dalam Undang-Undang

perkawinan berikut aturan pelaksanaannya, pada prinsipnya selaras dengan

ketentuan hukum Islam.

B. Sejarah poligami

Sebelum Islam datang, masyarakat manusia diberbagai belahan dunia

telah mengenal dan mempraktikkan poligami. Poligami dipraktikakn secara luas

diantaranya di kalangan masyarakat Yunani, Persia dan Mesir Kuno.9

7 Departemen Agama RI, al-Hikam al-Qur’an dan Terjemahnya, 77.

(33)

25

Islam muncul di tengah-tengah sistem yang telah mempraktikan poligami.

Poligami menjadi sebuah sistem yang melekat di dunia Arab, yang dilaksanakan

semata-mata untuk kebutuhan biologis, serta beberapa aspek lainnya.10

Agama Samawi seperti Yahudi dan Kristen juga tidak ada larangan

berpoligami. Bahkan dalam agama Yahudi, sebagaimana dikutip dalam

al-Siba’i, kebolehan poligami tanpa batas.11 Di Cina para suami berhak

berpoligami jika ternyata istri tidak bisa memberikan anak karena bagi mereka

anak adalah tumpuan harapan yang dapat mewarisi berbagai hal setelah ayahnya

meninggal dunia. Namun istri pertama menempati kedudukan tertinggi dan

dominan. Adapun di India praktik poligami sangat dominan terutama

dikalangan kerajaan, pembesar atau orang-orang kaya. Sedangkan di Mesir

Kuno poligami dianggap hal yang wajar asalkan calon suami berjanji membayar

uang yang banyak kepada istri pertama jika suami berpoligami. Anggapan

bangsa Timur Kuno, seperti Babilonia, Madyan atau Siria poligami merupakan

perbuatan suci karena para Raja dan penguasa yang menempati posisi suci

dalam hati mereka juga melakukan poligami.12

Kedatangan Islam pada dasarnya telah berhadapan dengan aturan-aturan

hukum yang telah ada sebelumnya, seperti hukum dalam kitab Taurat, Injil dan

10 M. Sufyan Raji Abdullah, Poligami dan Eksistensinya (Jakarta: Pustaka al-Riyadi, 2004), 49. 11 Nasruddin Baidan, Tafsir bin al-Ra’yi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 95.

(34)

26

Zabur. Begitupun hukum tentang poligami, tetapi Islam memberikan aturan

tersendiri yang membedakan dengan hukum sebelumnya.

Islam hanya melarang praktik poligami yang tidak terbatas yang

dilakukan orang-orang jahiliyah Arab maupun bukan orang-orang Arab yang

menurut mereka sudah menjadi tradisi para pemimpin ataupun kepala suku

memelihara gundik (perempuan simpanan) yang sangat banyak jumlahnya,

dengan memanfaatkan status dirinya.13

Islam yang lurus tidak melarang poligami, tetapi tidak membiarkan bebas

tanpa aturan, akan tetapi Islam mengaturnya dengan syarat-syarat imaniyah

yang jelas disebutkan dalam hukum-hukum al-Qur’an dengan membatasi hanya

sampai empat orang istri.14

Islam memperbolehkan poligami bukan dengan syarat istri pertama sakit

atau mandul, selama suami mampu memenuhi beban nafkah istri dan

anak-anaknya maka poligami itu diperbolehkan.15

Terkait tentang masalah bermalamnya suami dengan istri-istrinya juga

harus ada kejelasan, sehingga dapat terjadwal dengan baik. Jika suami

melakukan perjalanan jauh dan membutuhkan seorang teman dari salah satu istri

maka dia memiliki hak untuk memilih, jika istri yang lain tidak setuju serta

saling berselisih, maka dalam keadaan tersebut suami harus mengundi dan nama

13 Titik Triwulan Tutik dan Trianto, Poligami Prefektif Prikatan Nikah, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), 66-67.

(35)

27

istri yang keluar dalam undian itu, dialah yang keluar bersama suaminya.16

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, dikatakan:

ََِِلا َنَأ

َداَرأ اَذِإ َمَلَسَو ِهيلَع ُه ّىلَص

اَهُمْهَس َجَرَخ َنُهُ تَ يَأَف ,ِهِئاَسِن ََْْ ب َعَرْ قَأ اًرَفَس

)دواد وبا هاور( .ُهَعَم اَِِ َجَرَخ

Artinya: ‚Bahwasannya Nabi SAW., bila ingin berpergian, beliau mengundi diantara para istrinya. Siapa yang terpilih dalam undian itu, dialah yang akan menemani Nabi SAW.‛ (HR. Abu Daud).17

Islam memberikan persyaratan yang ketat untuk memperhatikan hak-hak

wanita secara mendasar sehingga kaum pria tidak dapat berbuat sesuka hatinya

terhadap kaum wanita. Hal ini yang tidak diatur di masa silam, sehingga

terjadilah poligami tanpa batas, yang membuat kaum wanita menderita dibawah

bayangan kaum pria karena tidak berdaya menghadapimya.18

C. Poligami Dalam Perspektif UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-Undang perkawinan menganut asas monogami seperti yang

terdapat di dalam pasal 3 yang mengatakan, seorang pria hanya boleh

mempunyai seorang istri dan seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang

suami, namun pada bagian yang lain dinyatakan bahwa dalam keadaan tertentu

poligami dibenarkan.

Suami boleh beristri lebih dari satu orang dengan ketentuan jumlah istri

dalam waktu yang bersamaan terbatas hanya sampai empat orang. Adapun

16 Ihsan Muhammad al-Syarif dan Muhammad Musfir al-Thawil, Poligami Tanya Kenapa? (Jakarta: PT. Mirqat Tebar Ilmu, 2008), 126.

(36)

28

syarat utama yang harus dipenuhi adalah suami mampu berlaku adil terhadap

istri-istrinya dan anak-anaknya, akan tetapi jika suami tidak bisa memenuhi

maka suami dilarang beristri lebih dari satu, disamping itu suami harus terlebih

dahulu mendapat ijin dari Pengadilan Agama, tanpa ijin dari Pengadilan Agama

maka perkawinan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum.

Izin untuk berpoligami hanya dapat diberikan jika telah memenuhi

sekurang-kurangnya salah satu dari syarat alternatif dan ketiga syarat kumulatif.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 4 ayat (2) disebutkan ada

tiga syarat alternatif.

Salah satu syarat tersebut adalah persetujuan dari istri, tetapi syarat ini

tidak diperlukan bagi suami apabila istri tidak mungkin dimintai persetujuannya

dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar

dari istrinya selama sekurang-kurangnya dua tahun, atau karena sebab- sebab

lainya seperti pada pasal 5 ayat (2).19

Persetujuan secara lisan ini nantinya istri akan dipanggil oleh Pengadilan

dan akan didengarkan oleh majelis hakim, tidak hanya istri tetapi suami juga

akan diperlakukan hal yang sama. Kemudian pemanggilan pihak-pihak ini

dilakukan menurut tata cara yang diatur dalam hukum acara perdata biasa yang

diatur dalam pasal 390 HIR dan pasal-pasal yang berkaitan.20

19 Zainal Abidin Abubakar, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta: Yayasan al-Hikmah, 1993), 124.

(37)

29

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan poligami, harus

memenuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana telah ditentukan dalam

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975. 21 Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun

1983 disebutkan bahwa untuk memperoleh ijin melakukan poligami hanya dapat

diberikan oleh pejabat yang berwenang, apabila memenuhi sekurang-kurangnya

salah satu syarat alternatif dan ketiga syarat kumulatif sebagaimanan

disebutkan dalam pasal 10 ayat 2 dan 3 PP No. 10 Tahun 1983.

Pasal 10 ayat 1 PP No. 10 Tahun 1983 bahwa Pegawai Negeri Sipil yang

akan beristri lebih dari seorang wajib memperoleh ijin dari pejabat dimana

dalam surat permintaan ijin sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 tadi

harus dicantumkan alasan yang lengkap yang mendasari permintaan untuk

beristri lebih dari seorang. Permintaan ijin itu harus diajukan kepada pejabat

melalui saluran hirarki.

Setiap alasan yang menerima permintaan ijin dari Pegawai Negeri Sipil

dalam lingkungannya untuk melakukan poligami wajib memberikan

pertimbangan dan wajib meneruskan kepada pejabat melalui saluran hirarki

dalam jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan terhitung mulai tanggal

menerima permintaan surat itu. Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk

menjamin keperluan hidup istri-istrinya dan anak-anak dengan memperlihatkan

(38)

30

surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditanda tangani oleh

bendahara tempat bekerja, Surat keterangan pajak penghasilan dan surat

keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan.22

Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1983 pejabat dari Pegawai Negeri

Sipil yang bersangkutan akan memberikan ijin apabila ternyata:

1. Tidak bertentangan dengan ajaran atau peraturan agama yang dianut

oleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.

2. Memenuhi syarat alternatif dan semua syarat komulatif.

3. Tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

4. Tidak bertentangan dengan akal sehat.

5. Tidak ada kemungkinan mengganggu tugas kedinasan yang

dinyatakan dalam surat keterangan atasan langsung Pegawai Negeri

Sipil yang bersangkutan, serendah-rendahnya pejabat eselon IV atau

setingkat dengan itu.

Apabila seorang suami bermaksud beristri lebih dari satu maka wajib

mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengadilan. Jika melanggar akan

diberi hukuman. Adapun prosedur untuk melakukan poligami terdapat pada

ketentuan pasal 40 hingga 44 tentang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan, pasal

40 yang memberikan Pengadilan wewenang dalam memeriksa ada atau tidaknya

(39)

31

alasan yang menujukan bahwa suami kawin lagi, ada tidaknya izin istri, adanya

kemampuan suami untuk berlaku adil pada semua istrinya, serta adanya

persetujuan secara lisan.23

Proses dalam acara Pengadilan Agama dimana dalam pemeriksaan

Pengadilan harus memanggil dan mendengar istri yang bersangkutan.

Pemeriksaan pengadilan untuk itu dilakukan oleh hakim selambat-lambatnya 30

hari setelah diterima surat permohonan beserta lampiran-lampirannya.

Pengadilan didalam memberikan pertimbangan terhadap Pegawai Negeri

Sipil yang mengajukan permohonan untuk beristri lebih dari seorang dengan

melihat apakah hukum membolehkannya atau tidak yaitu dengan

memperlihatkan Ketentuan Undang-Undang yang berlaku serta memperhatikan

kelengkapan syarat-syarat maupun alasan-alasan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975, Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 dan juga

Kompilasi Hukum Islam.

D. Poligami dalam Perspektif KHI (Kompilasi Hukum Islam)

KHI (Kompilasi Hukum Islam) lahir dari keinginan untuk menyatukan

hukum Islam yang tersebar diseluruh nusantara. Tujuan utamanya adalah selain

mempositifkan syariat Islam dalam bidang keperdataan , juga ingin

mengkodifikasikan dan menyamakan kitab fiqh yang akan dipakai di

(40)

32

Pengadilan. Karena pada saat itu terjadi keberagaman putusan pengadilan

terhadap perkara yang serupa.24

Kompilasi Hukum Islam hadir pada tata hukum nasional Indonesia

melalui Instrumen hukum dalam bentuk Instruksi Presiden (impress) Nomor 1

Tahun 1991 tanggal 22 juli 1991. A. Hamid Attamimi mengatakan dalam

disertasinya bahwa instruksi Presiden ini dasar hukumnya adalah pasal 4 ayat

(1) UUD 1945 yaitu kekuasaan Presiden untuk memegang kekuasaan

pemerintah Negara. Atas dasar kekuasaan itu (apapun nama produk hukum yang

dikeluarkan) apakah itu keputusan Presiden atau instruksi Presiden,

kedudukannya adalah sama.25

Secara ketentuan-ketentuan yang diatur Kompilasi Hukum Islam dalam

bidang hukum perkawinan pada intinya merupakan penegasan ulang tentang

hal-hal yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan PP

No. 9 Tahun 1975.26 Namun mengenai poligami terdapat pada bagian IX dengan

judul, ‛Beristri lebih dari satu orang‛ yang diungkap dari pasal 55-59.

Pasal 55 menyatakan bahwa Beristri lebih dari satu orang dalam waktu

yang bersamaan, terbatas hanya sampai empat orang istri. Dengan syarat utama

beristri lebih dari satu orang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri

24 Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam dalam Peradilan Agama, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 1-2.

25 Ismail Sunni, Tradisi dan Inovasi keIslaman di Indonesia dalam Bidang Hukum, (Jakarta: 1991), 21-24.

(41)

33

dan anak-anaknya. Dan apabila syarat utama yang disebut pada ayat 2 tidak

mungkin dipenuhi, suami dilarang beristri lebih dari satu orang.

Pasal 56 menjelaskan bahwa Seorang suami yang akan menikah lebih

dari satu orang harus mendapat izin dari Pengadilan. Dengan mengajukan

permohonan izin dimaksudkan pada ayat 1 dilakukan menurut tata cara sebagai

mana diatur dalam bab VIII Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Dan

perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga atau keempat tanpa izin

dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.27 Telah dijelaskan

dalam BAB VIII PP Nomor 9 Tahun 1975.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perundang-undangan

Indonesia telah mengatur agar laki yang melakukan poligami adalah

laki-laki yang benar-benar:

1. Mampu secara ekonomi menghidupi dan mencukupi seluruh

kebutuhan (sandang, pangan dan papan) keluarga (istri-istri dan

anak-anak.

2. Mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak dari suami

poligami tidak disia-siakan.

Ketentuan hukum yang mengatur tentang poligami seperti telah

diuraikan di atas mengikat semua pihak, pihak yang akan melangsungkan

poligami dan pegawai pencatat perkawinan. Apabila mereka melanggar

(42)

34

pasal di atas dikenakan sanksi pidana. Hal ini diatur pada bab IX pasal 45 PP

No.9 Tahun 1975.

Peraturan tentang perkawinan di Indonesia dilandasi asas monogami

terbuka.28 Perkawinan seorang suami dengan lebih dari seorang istri

dimungkinkan bila dikehendaki ataupun disetujui oleh phak-pihak yang

bersangkutan, hanya saja hal itu dapat dilakukan, apabila dipenuhi berbagai

persyaratan tertentu dan diputuskan oleh pengadilan. Hal ini diatur dalam UU

Nomor 1 Tahun 1974 pasal 3 (2), pasal 4 (1), pasal 5 (1) dan (2). Aturan

pembatasan, penerapan syarat-syarat dan kemestian campur tangan penguasa

yang diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 diambil alih seluruhnya oleh

Kompilasi Hukum Islam.

Izin untuk berpoligami hanya dapat diberikan jika telah memenuhi

sekurang-kurangnya salah satu dari syarat alternatif dan syarat kumulatif.

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 57 disebutkan ada tiga syarat alternatif.

Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri adalah syarat

yang pertama.29 Maksudnya, istri tidak dapat menjalankan kewajiban untuk

membentuk rumah tangganya yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa. Tetapi keadaan ini harus diselidiki apakah istri benar-benar

tidak menjalankan kewajiban sebagai istri memang karena dirinya sendiri atau

28Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 2.

(43)

35

karena akibat perbuatan suami yang mencari alasan untuk bisa kawin lagi,

sehingga segala perbuatannya menjengkelkan istri yang akhirnya istri tidak

menjalankan kewajibannya sebagai istri.

Syarat kedua adalah jika istri mendapatkan cacat badan atau penyakit

yang tidak dapat disembuhkan.30 Alasan ini dasarnya adalah perikemanusiaan

karena istri yang cacat atau menderita sakit yang tidak dapat sembuh ini

merupakan penderitaan sehingga lebih baik suami kawin lagi dari pada cerai.

Istri tidak dapat melahirkan keturunan. Alasan ini harus diteliti benar

bahwa istri benar-benar mandul, misalnya dengan keterangan dokter spesialis.

Sebab tidak jarang juka bukan istri yang mandul melaikan suaminya, sehingga

istri tidak dapat melahirkan, sehingga alasan ini tidak dapat diterima.

Suami yang mempunyai alasan untuk berpoligami tidak dapat begitu

saja melakukan perkawinannya. Untuk bisa melakukan perkawinan poligami ini

disamping alasan yang diatur dalam pasal 57 diatas juga harus memenuhi syarat

kumulatif yang ditentukan oleh Kompilasi Hukum Islam. Syarat tersebut diatur

dalam pasal 58 ayat (1).

Syarat yang pertama adalah, adanya persetujuan dari istri/istri-istri.31

Persetujuan ini berupa lisan di depan persidangan atau tertulis. Dengan adanya

30Intruksi Presiden R.I Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: 2001), 34.

31 Abu Samah, ‚Izin Istri dalam Poligami Prespektif Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

(44)

36

keharusan istri langsung memberikan persetujuan didepan hakim, maka suami

tidak dapat memalsukan persetujuan tersebut.

Ayat selanjutnya bebunyi: ‚pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami

apabila istri/istri-istri tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat

menjadi pihak dalam perjanjian atau apabila tidak ada kabar dari istri/istri-istri

sekurang-kurangnya selama dua tahun .‛32 misalnya, istri dibawah pengampuan

karena gila dan lain-lain.

Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan

hidup istri-istri dan anak-anak mereka menjadi syarat kedua dari syarat

kumulatif. Untuk mengetahui seorang suami akan memberi kepastian mampu

menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anaknya, seorang

hakim sangat sulit untuk memberi penilaian secara obyektif, apabila harus

mengira-ngira atas kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup

istri-istri dan anak-anak yang akan datang.

Yahya Harahap mengemukakan pandangannya mengenai Kompilasi

Hukum Islam tentang poligami yaitu dalam permasalahan dilibatkan campur

tangan Pengadilan Agama. Poligami tidak lagi tindakan Individual Afairs.

Poligami bukan semata-mata urusan pribadi, tetapi juga menjadi kekuasaan

Negara yakni mesti ada izin Pengadilan Agama. Tanpa adnya izin Pengadilan

Agama perkawinan itu dianggap poligami liar. Tidak sah dan tidak mengikat.

(45)

37

Perkawinan dianggap never existed tanpa izin Pengadilan Agama, meskipun

perkawinan dilakukan dihadapan pegawai pencatat nikah.33

Jika umat Islam berpedoman pada pasal 57 di atas serta terkait yaitu

pasal 55, 56, dan 58, maka sedikit kemungkinan orang berpoligami. Walaupun

pasal 55 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam memberi peluang bolehnya beristri

sampai empat orang dalam waktu yang bersamaan, tetapi pasal 57 ini mengunci

dengan persyaratan yang ketat.

Meskipun dibolehkan poligami dengan syarat adil, itupun dapat

dilakukan hanya sebagai pintu darurat saja. Pembolehan poligami dengan syarat

yang ketat tersebut dapat dilaksanakan dengan bukti-bukti yang autentik.

Walaupun sebagian syariah Islam sudah diberlakukan di lingkungan

Peradilan Agama dengan adanya KHI (Kompilasi Hukum Islam) berdasarkan

Inpres Nomor 1 Tahun 1991, tetapi kedudukannya sangat lemah. Sebab, KHI

tidak termasuk jenis perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. KHI tidak

termasuk hukum tertulis, meskipun dia dituliskan, tetapi hanya menunjukkan

adanya hukum tidak tertulis yang hidup secara nyata di masyarakat.

Karena KHI bukan hukum tertulis, maka jika terjadi ‚persaingan‛ antara

hukum tertulis dengan hukum tidak tertulis, berarti hukum yang tertulis-lah

(46)

38

yang diutamakan.34 Jadi, KHI adalah anak tiri dalam sistem

perundang-undangan di Indonesia.

34A. Hamid S. Attamimi, ‚Kedudukan Kompilasi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional‛,

(47)

BAB III

KONSEP POLIGAMI HIZBUT TAHRIR INDONESIA

A. Profil Hizbut Tahrir Indonesia

Hizbut Tahrir merupakan sebuah partai politik yang berideologi Islam

yang bergerak di tengah-tengah umat dan bersama-sama mereka berjuang untuk

menjadikan Islam sebagai permasalahan umatnya, serta membimbing mereka

untuk mendirikan kembali sistem khila>fah dan menegakkan hukum yang

diturunkan Allah SWT., dalam realitas kehidupan.1

Hizbut Tahrir didirikan pada tahun 1953 M/1372 H oleh syaikh

Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf an-Nabhani, seorang

ulama’ yang mencapai drajat mujtahid mutlak, seorang hakim pada Mahkamah

Banding di al-Quds, Palestina, serta seorang politisi ulung. Beliau berasal dari

sebuah keluarga ilmu, karena orang tua beliau yakni syekh Yusuf bin Hasan bin

Muhammad an-Nabhani as-Syafi’I, seorang ulama, penyair dan salah seorang

hakim pada masa Daulah Khila>fah.2

Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik, bukan organisasi kerohanian

(seperti tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga studi agama atau

badan penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis) dan bukan pula

(48)

40

lembaga sosial (yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan). Ide-ide Islam

menjadi jiwa, inti, sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya.3

Partai politik ini meyakini bahwa Islam diturunkan untuk mengatur

seluruh aspek hidup manusia dan menyelesaikan berbagai problema yang

dihadapi manusia. Dalam perjuangannya, Hizbut Tahrir senantiasa berusaha

mengikuti metode atau t}ariqah dakwah yang ditempuh Rasulullah Muhammad

SAW., sejak dari Makkah hingga tegaknya Negara Islam yang pertama di

Madani>ah al-Munawarah.4

Hizbut Tahrir didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah SWT>.,

dalam Qur’an surat Ali Imran: 104:

                     

‚(Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jamaah)

yang menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang

dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.‛

Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari

kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem

(49)

41

perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari

cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir.

Hizbut Tahrir mengklaim dirinya sebagai partai politik. Namun berbeda

dengan partai politik lainnya, Hizbut Tahrir adalah partai politik Islam yang

berbasis pada transnasionalisme. Pengakuan ini berhubungan dengan cita-cita

politiknya yang mengupayakan seluruh dunia Islam berada dalam satu sistem

kekuasaan politik yang disebut Khila>fah. Hizbut Tahrir berusaha memerdekakan

negeri-negeri kaum muslim di seluruh dunia dari cengkraman berbagai ideologi

termasuk di dalamnya nasionalisme yang dianggap bertentangan dengan

agama.5

K.H. Abdullah bin Nuh atau yang lebih dikenal dengan panggilan

‘Mamak’ mengajak Syaikh Abdurrahman al-Baghdadiy ke Indonesia. K.H.

Abdullah bin Nuh adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, sastrawan dan

pejuang. Pria shalih yang lahir di Kampung Meron Kaum, Kota Cianjur Jawa

Barat pada tanggal 6 Juni 1905.6

Ketika beliau sedang berkunjung ke Australia dan bertemu dengan

seorang ulama aktivis Hizbut Tahrir yang sedang menyampaikan ceramah

tentang kewajiban persatuan umat dan kewajiban menegakkan Khila>fah guna

5 Jamhari, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), 161-162.

6

(50)

42

melawan hegemoni penjajahan dunia, Mamak cukup tertarik dan memberikan

perhatian.

Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dengan merintis

dakwah di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Pada era 1990-an ide-ide

dakwah Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivitas

dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan dan perumahan.

Hizbut Tahrir bertujuan untuk membebaskan manusia dari dominasi

paham, pemikiran, system hukum, dan Negara kufur menuju paham, pemikiran,

sistem hukum, dan Negara Islam dengan menerapkan syariah Islam secara

ka>ffah dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini tidak lain

berarti membawa umat Islam dan masyarakat Islam, sehingga seluruh persoalan

kehidupan umat diatur dengan syariah Islam dalam sebuah Daulah Khila>fah. Ini

merupakan satu-satunya metode untuk membangkitkan umat Islam.7

Hizbut Tahrir melakukan apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.,

dengan perjuangan pemikiran, menentang berbagai paham, pemikiran dan

ideologi yang rusak yang menjadi landasan sekularisme, baik yang bercorak

kapitalisme maupun sosialistik.

Hizbut Tahrir dengan tegas mengungkap kesalahan dan kerusakan

pemikiran-pemikiran tersebut, serta pertentangannya dengan Islam. Dalam

(51)

43

pertentangan Hizbut Tahrir tidak menggunakan cara-cara kompromis atau

langkah-langkah penyesuaian diri, dan juga tidak menggunakan kekerasan (fisik)

dalam perjuangannya.8

B. Pemikiran dan Doktrin-Doktrin Hizbut Tahrir Indonesia

Hizbut Tahrir berdakwah dalam salah satu Jamaah Islamiyyah yang

membawa pemikiran Ahlu as-Sunnah Wal Jamaah. Tujuan mereka terfokus

kepada penerapan kehidupan Islami dengan cara terlebih dahulu menegakkan

Negara Islam di negara-negara Arab. Kemudian di negara Islam lainnya, lalu

berdakwah ke negara-negara bukan Islam melalui umat Islam yang sudah

terbentuk.9

Hizbut Tahrir mempunyai ciri-ciri yaitu konsentrasinya yang sangat besar

kepada aspek thaqa>fah (keilmuan) dan menjadikannya sebagai landasan

pembentukan pribadi muslim d

Referensi

Dokumen terkait

Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya,

dibandingkan pendapatan biaya bunga, sehingga laba bank menurun dan modal.

Pada duct terjadinya blocking , kemudian menyebabkan semen yang mengalir pada chamber tersebut vacum sehingga dapat menghentikan proses system loading semen curah dari

Tabel IV-17 Variabel Bebas yang mempengaruhi IPK dengan Metode Stepwise pada semester 6 untuk angkatan 1998 .... Tabel IV-21 Variabel Bebas yang mempengaruhi IPK dengan

1 STRATEGI KOMUNIKASI GURU SMA ISLAM TERPADU DALAM MENGHASILKAN SISWA YANG UNGGUL Anggota. 2 AGAMA DAN MEDIA DISKURSUS LGBT DI SKH

Bobot per tanaman, per petak, per hektar umbi kentang kleci setelah pemberian pupuk organik cair sabut kelapa dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20% memberikan hasil rerata

Perlakuan campuran pupuk organik cair sampah pasar dengan air berpengaruh terhadap parameter pertambahan tinggi bibit, pertambahan diameter bonggol, pertambahan jumlah

superior.Meski di sebagian masyarakat mungkin tidak secara eksplisit dinyatakan, tetapi sejumlah indikasi memperlihatkan bahwa dalam banyak hal memang posisi kaum lelaki