• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran JKJ Jaminan Kesehatan Jembrana Dalam Mengentaskan Rakyat Miskin Di Jembrana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran JKJ Jaminan Kesehatan Jembrana Dalam Mengentaskan Rakyat Miskin Di Jembrana"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Jkj (Jaminan Kesehatan Jembrana)

Dalam Mengentaskan Rakyat Miskin Di

(2)

ABSTRAK

Jaminan kesehatan jembrana (JKJ) adalah salah satu program unggulan dan menjadi

prioritas dalam penyelenggaraan pembangunan di daerahnya. Penduduk Jembrana saat

berdirinya JKJ (2003) sebanyak 231.400 jiwa dengan jumlah penduduk miskin saat itu

9.197 KK aatau sebesar 38.788 jiwa. Tahun 2006 penduduk jembrana 25.208 jiwa,

dengan jumlah penduduk miskin adalah 6.169 KK atau 22.038 jiwa. Sebelum adanya

program Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ), pada tahun 2001 pemerintah kabupaten

jembrana melakukan evaluasi terhadap program kesehatan puskesemas dan rumah sakit

terutama dari segi kualitas dan biaya pelayanan kesehatan. Dari hasil pengamatan yang

dilakukan dilapangan, ditemukan bahwa pemanfaatan rumah sakit negara tidak begitu

optimal dengan rata-rata BOR dibawah 60%. Begitu juga yang terjadi di puskesmas,

dimana kunjungan pasien tidak begitu banyak hanya sekitar 30-40 orang sehari.

Berdasarkan hasil pengamatanpemerintah mengambil langkah untuk mengalihkan

subsidi yang semula diberikan untuk biaya obat-obatan RSUD dan Puskesmas menjadi

diberikan kepada masyarakat melaui satu lembaga asuransi yang dibangun oleh

pemerintah kabupaten jembrana, yaitu lembaga jaminan kesehatan jembrana (JKJ)

dengan keputusan bupati nomor 3 tahun 2003.

Kata Kunci : Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ), Penduduk Miskin

BAB I

(3)

Latar Belakang

Masalah kemiskinan dewasa ini bukan saja menjadi persoalan bangsa Indonesia. Kemiskinan telah menjadi isu global dimana setiap negara merasa berkepentingan untuk membahas kemiskinan, terlepas apakah itu negara berkembang maupun sedang berkembang. Kesehatan merupakan salah satu bagian dari sektor yang harus menjadi prioritas dalam upaya pengentasan kemiskinan. Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting mempengaruhi produktivitas penduduk. Dipastikan seluruh masyarakat mendambakan kesehatan agar dapat meningkatkan produktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Di Bali khususnya, pemerintah berkeinginan untuk memenuhi harapan masyarakat dengan membicarakan program kesehatan untuk masyarakat. Penguatan penyediaan layanan kesehatan bagi kaum miskin dilakukan melalui peningkatan aksesibilitas dari masyarakat miskin terhadap fasilitas dasar kesehatan. Dengan peningkatan terhadap aksesibilitas dasar kesehatan ini diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat miskin. Sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mencapai tingkat perekonomian yang lebih baik.

Seiring dengan berlakunya era baru pemerintahan daerah di Indonesia yang memberikan peranan yang lebih besar kepada daerah kabupaten/kota dalam mengatur urusan rumah tangganya , maka kebijakan yang terkait dengan penguatan penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan akan sangat ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dari pemerintah kabupaten/kota dalam merespon kebutuhan tersebut. Karenanya akan sangat menggembirakan apabila kemudian muncul sebuah daerah seperti Jembrana yang memunculkan program jaminan kesehatan Jembrana (JKJ) sebagai salah satu program unggulan dan menjadi prioritas dalam penyelenggaraan pembangunan di daerahnya. Penduduk Jembrana saat berdirinya JKJ (2003) sebanyak 231.400 jiwa dengan jumlah penduduk miskin saat itu 9.197 KK atau sebesar 38.788 jiwa. Tahun 2006 penduduk Jembrana 25.208 jiwa, dengan jumlah penduduk miskin adalah 6.169 KK atau 22.038 jiwa. Hal tersebut dapat dilihat bahwa program JKJ berperan dalam pengentasan rakyat miskin di kabupaten Jembrana.

(4)

kabupaten Jembrana” untuk mengetahui peran Jaminan Kesehatan Jembrana selama ini dalam mengentaskan rakyat miskin dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui program JKJ tersebut.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas adalah : Apakah peran Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ) dalam pengentasan rakyat miskin di kabupaten Jembrana?

Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah mengetahui peran Jaminan

Kesehatan Jembrana (JKJ) dalam pengentasan rakyat miskin di kabupaten Jembrana

Manfaat

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip Asuransi

Asuransi pada dasarnya adalah suatu sistem manajemen risiko, dimana kepada pesertanya (tertanggung/pemegang polis) ditawarkan kesempatan untuk secara bersama-sama menanggung kerugian ekonomi yang mungkin timbul, dengan cara membayar premi kepada perusahaan asuransi atau sering disebut sebagai asuradur. Kelompok yang membeli asuransi menyerahkan sejumlah uang yang disebut sebagai premi. Dana yang terkumpul dari pembayaran premi dapat digunakan perusahaan atau penyelenggara asuransi untuk mengganti kerugian finansial yang terjadi sesuai dengan apa yang ditanggung perusahaan atau penyelenggara asuransi tersebut.

Penjelasan lebih lanjut tentang kedua jenis asuransi kesehatan tersebut adalah:

1. Asuransi kesehatan sosial.

Dalam UU No. 2 tahun 92 tentang asuransi disebutkan bahwa program asuransi sosial adalah program asuransi yang diselenggarakan secara wajib berdasarkan suatu UU, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam UU ini disebutkan bahwa program asuransi sosial hanya dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (pasal 14).

2. Asuransi Kesehatan Komersial

(6)

asuransi komersial disesuaikan dengan paket jaminan atau manfaat yang ditanggung.

Asuransi dan Jaminan Kesehatan di Indonesia

Perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia bisa dikatakan lebih lambat dibandingkan negara lainnya di wilayah Asia. Keterlambatan tersebut muncul karena penduduk Indonesia pada umumnya adalah risk taker dalam hal kesakitan dan kematian. Sakit dan mati dalam kehidupan bangsa Indonesia yang religius adalah takdir sehingga membeli asuransi kesehatan dianggap sebagai tindakan mencegah sesuatu yang bersifat takdir. Kedua keadaan sosial ekonomi masyarakat yang belum memungkinkan mereka untuk menyisihkan uang guna membayar premi asuransi. Dari sisi supply, yang juga dipengaruhi oleh demand, belum banyak perusahaan asuransi yang beroperasi di Indonesia. Selain itu fasilitas kesehatan yang mendukung terlaksananya asuransi kesehatan juga tidak berkembang dengan baik dan merata. Dari sisi regulasi, pemerintah terlambat memperkenalkan konsep asuransi kepada masyarakat melalui kemudahan perizinan dan kepastian hukum dalam bisnis asuransi, atau mengembangkan asuransi kesehatan sosial bagi masyarakat luas.

Perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia dapat dilihat dalam 3 kelompok/babak perkembangan yaitu perkembangan asuransi kesehatan sosial, perkembangan Dana Sehat/JPKM/Jaminan Kesehatan Penduduk Miskin dan perkembangan asuransi kesehatan komersial. Kemudian Pemerintah RI menyadari melakukan pengembangan asuransi kesehatan sosial yang lebih terstruktur melalui pengembangan SJSN yang di dalamnya mencakup pengembangan asuransi kesehatan sosial.

Jaminan Kesehatan Jembrana

(7)
(8)

BAB III METODELOGI 1. Jenis Penulisan

Paper ini ditulis berdasarkan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber terkait yang sesuai dengan judul yang diangkat.

2. Teknik Analisis Data

Paper ini menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menggambarkan peran

Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ) dalam pengentasan rakyat miskin di kabupaten

Jembrana

3. Prosedur Pembuatan Karya Tulis

Penulisan paper ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu : · Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 3-6 Maret 2011 melalui internet dan sumber-sumber lain yang terkait dengan topik.

· Tahap Penyusunan Data dan koreksi

Penyusunan data dilakukan pada tanggal 5-6 Maret 2011 sesuai dengan sistematika penulisan ilmiah. Tahap koreksi dilakukan terhadap kesalahan yang

(9)

BAB IV PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ)

Program Jaminan Kesehatan Jembrana(JKJ) mulai dirintis oleh pemerintah kabupaten Jembrana pada tahun 2002 melalui keputusan bupati nomor 572 tahun 2002 tentang pembentukan tim persiapan jaminan kesehatan Jembrana yang di tindak lanjuti dengan keputusan bupati nomor 31 tahun 2003 tentang pengalihan subsidi pelayanan kesehatan dan pembentukan badan penyelenggara badan penyelenggara jaminan kesehatan Jembrana yang menandai dimulainya secara resmi program JKJ. Kebijakan lainnya yang ditujukan untuk mendukung pelaksanaan program JKJ dilakukan melalui keputusan bupati nomor 84 tahun 2003 tentang penyerahan obat-obatan yang dikelola dinas kesehatan kabupaten Jembrana kepada badan penyelenggaraan jaminan kesehatan Jembrana , keputusan bupati nomor 127 tahun 2003 tentang pembayaran premi jaminan kesehatan Jembrana kepada badan penyelenggara jaminan kesehatan Jembrana, dan keputusan bupati nomor 559 tahun 2003 tentang penetapan pengelola jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin (gakin) tahun 2003.

(10)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, ditemukan bahwa pemanfaatan rumah sakit negara tidak begitu optimal dengan rata-rata BOR di bawah 60%. Begitu juga yang terjadi di puskesmas, dimana kunjungan pasien tidak begitu banyak hanya sekitar 30-40 orang sehari. Di lain pihak, pemanfaatan APBD untuk subsidi obat rumah sakit dan puskesmas dari tahun ke tahun cukup sekitar (3,5 rupiah setahun) sementara pendapatan dari sektor kesehatan menunjukkan angka subsidi yang selalu lebih besar dari pendapatan. Hal ini dapat dilihat misalnya dari data tahun 2000 dan 2001 dimana pada tahun 2000 jumlah alokasi dana yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten Jembrana untuk rumah sakit dan puskesmas sebesar Rp. 2.788.543.110,- sementara PAD yang disetorkan dari rumah sakit dan puskesmas tersebut hanya sebesar Rp. 329.049.055,50 atau 11,8% dari alokasi yang diberikan. Begitu juga pada tahun 2001 dimana jumlah alokasi dana yang dikeluarkan untuk rumah sakit dan puskesmas sebesar Rp. 8.058.651.600,- sementara PAD yang disetorkan hanya sebesar Rp. 666.244.888,- atau 8,27%dari alokasi yang diberikan. Jadi terlihat bahwa dari setiap dana alokasi yang diberikan setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan sementara pendapatan yang dihasilkan cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya dilihat dari persentasenya terhadap dana alokasi yang diberikan.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka pemerintah mengambil langkah untuk mengalihkan subsidi yang semula diberikan untuk biaya obat-obatan RSUD dan Puskesmas menjadi diberikan kepada masyarakat melalui satu lembaga asuransi yang dibangun oleh pemerintah kabupaten Jembrana, yaitu lembaga jaminan kesehatan Jembrana (JKJ) dengan keputusan bupati nomor 3 tahun 2003. subsidi ini diberikan kepada seluruh masyarakat Jembrana dalam bentuk premi untuk biaya rawat jalan tingkat pertama di unit pelayanan kesehatan yang mengikat kontrak kerja dengan badan penyelenggara (Bapel) JKJ. Pada saat yang bersamaan puskesmas dan rumah sakit diwajibkan untuk mencari dana sendiri (swadana) untuk memenuhi kebutuhan rutinnya termasuk obat-obatan, hanya obat-obatan untuk program khusus yang dibantu oleh pemerintah, seperti program imunisasi, malaria, TBC, demam berdarah, diare dan kusta serta program gizi.

(11)

Pihak, dalam rangka mewujudkan wacana tersebut, Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang diluncurkan oleh pemerintah pusat hanya sebatas wacana dan tidak pernah terwujud,. Karenanya dalam menyikapi kondisi tersebut, Bupati I Gede Winasa mengambil langkah/kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang salah satu indikatornya adalah derajat kesehatan masyarakat dengan mengalihkan subsidi pelayanan kesehatan yang semula diberikan kepada sarana kesehatan negeri menjadi subsidi langsung kepada masyarakat Jembrana dan sarana kesehatan negeri berswadana.

Dalam pelaksanaannya di lapangan, program JKJ terdiri atas 3(tiga) komponen utama yakni, 1 Lembaga JKJ, 2 Peserta JKJ, 3 PPK(pemberi pelayanan kesehatan)

1. Lembaga JKJ adalah suatu lembaga asuransi kesehatan Pemerintah Kabupaten Jembrana yang dibentuk berdasarkan keputusan bupati nomor 572 tahun 2002 sebagai UPT yang berada pada dinas kesehatan Jembrana. Lembaga ini memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat Jembrana dan menyalurkan subsidi pemerintah kabupaten Jembrana di bidang kesehatan. JKJ dipersiapkan untuk menjadi perusahaan daerah yang bergerak di bidang Asuransi Kesehatan. 2. Peserta JKJ adalah seluruh masyarakat Jembrana terutama keluarga miskin

(gakin) dan masyarakat umum yang belum terbiayai oleh sistem pelayanan asuransi kesehatan (Askes untuk PNS, Jamsostek untuk karyawan swasta, dan asuransi swadana lainnya). Melalui subsidi premi yang diberikan oleh pemerintah kabupaten, semua masyarakat Jembrana berhak memiliki kartu keanggotaan JKJ yang dapat digunakan untuk biaya berobat rawat jalan di setiap PPK-1 baik milik pemerintah maupun swasta (Dokter/drg/bidan/praktek swasta/poliklinik RS swasta kelas D) tanpa dipungut bayaran. Khusus untuk di Bidan hanya berlaku pelayanan Ante Natal Care (pemeriksaan ibu hamil/sebelum melahirkan). Untuk PPK lanjutan, yaitu PPK-2 dan PPK-3 diikuti oleh masyarakat secara sukarela dengan preminya dibayar oleh masyarakat. 3. Pemberi pelayanan kesehatan (PPK) yang mengadakan kontrak dengan lembaga

(12)

lembaga JKJ dapat memberikan sanksi berupa skorsing selama beberapa bulan. Apabila sanksi tetap di langgar, maka pihak Lembaga JKJ dapat melakukan pemutusan hubungan kontrak.

2. Tahap Program Jaminan Kesehatan Jembrana

Pada tahap awal (program JKJ tahap 1), Lembaga JKJ hanya menangani subsidi pemkab saja dimana subsidi Pemkab kepada masyarakat besarnya berawal dari Rp. 1.080,-per orang per bulan (tahun 2003), pada tahun 2004 sebesar Rp. 1.600.,-per orang per bulan dan tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 2.500 per orang per bulan. Dengan modal yang tidak besar ini lembaga JKJ menciptakan sistem pelayanan kesehatan kepada masyarakat dimana dengan sistem ini, memungkinkan setiap PPK akan berkompetisi secara sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Khusus untuk masyarakat (sesuai nama-nama pada SK Bupati yang masih berlaku, pelayanan di tanggung oleh JKJ mulai dari pelayanan PPK-1 (swasta dan pemerintah) sampai di PPK-3 (pemerintah), dan ini berlaku sejak tahun 2003, mulai saat berdirinya JKJ sampai seterusnya. Sampai saat ini, program bantuan untuk kesehatan orang miskin, baik yang saat ini ditangani oleh PT. Askes maupun yang sebelumnya, semua dana pusat untuk Gakin dikelola oleh lembaga JKJ atas penugasan dari Bupati Jembrana. Hal ini sudah dilaporkan ke Depkes dan dimintakan izin, tetapi tidak pernah dijawab dan izinnya belum pernah turun saat ini, pelaksanaan pelayanan di lapangan sudah diatur oleh lembaga JKJ sehingga tidak terjadi kebocoran dana seperti misalnya kunjungan ulang penyakit dengan diagnosa yang sama, hanya boleh di klaim ke JKJ bila waktu kunjungannya lima hari atau lebih. Bila pasien tidak puas dan berkunjung sebelum lima hari, hal itu menjadi tanggung jawab PPK atau dokter bersangkutan, dan tidak boleh di klaim k JKJ. Bila PPK tetap mengajukan klaimnya, JKJ tidak akan membayar bahkan PPk akan kena sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Program JKJ tahap 2 adalah tertuju pada pelayanan rawat inap bagi masyarakat Jembrana. Dalam perhitungan yang dikoordinasikan dengan pihak RSUD Negara, pihak profesi kesehatan, dan pejabat struktural Dinas Kesehatan dan Kesos, dihasilkan bahwa seluruh masyarakat wajib mengikuti asuransi JKJ tahap 2. Dengan ketentuan antara lain sebagai berikut :

(13)

segala biaya pelayanan kesehatan di RSUD Negara dengan hak rawat inap/opname di ruang/kelas II

2. Dalam satu KK, seluruh anggota harus mengikuti program ini, dengan sistem pembayaran diatur sbb; pada saat pembayaran pertama, KK harus membayar premi minimal 50% atau lebih, sisanya dapat dicicil maksimal sampai 5 kali cicilan, sedangkan anggota lainnya membayar minimal Rp. 10.000, sisanya dapat dicicil maksimal 4 bulan.

3. Pemanfaatan fasilitas di PPK-1 bisa digunakan segera setelah pembayaran premi pertama, sedangkan pemanfaatan fasilitas rawat inap diberikan setelah anggota membayar 50% dari total premi

4. Pelayanan fasilitas rawat inap di RSUD Negara ditanggung sebanyak-banyaknya 5 kali dalam setahun dengan lama tiap kali rawat inap maksimal 5 hari.

Hasil dari pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ)

- Menurunnya bed occupation ratio (BOR) RSU Negara dari 47,25 % pada tahun 2003 menjadi 42,42% pada awal tahun 2004. Hal ini dapat disebabkan karena telah tertanganinya sejak dini penyakit yang dialami masyarakat oleh PPK-1 sehingga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.

- Menurunnya angka kesakitan kasar 15,25 % pada tahun 2001 menjadi 14,16% pada tahun 2003

(14)

pemerintah kabupaten Jembrana. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa PAD Jembrana masih sangat kecil, yaitu sebesar 2,5 miliar di tahun 2000; 5,5milyar di tahun 2001; 11,5 miliar di tahun 2001 dan 11,05milyar di tahun 2002. kecilnya PAD tersebut membuat masyarakat merasa khawatir program JKJ akan mendapatkan masalah dalam melaksanakannya. Keberadaan dan keberhasilan JKJ saat ini lebih banyak dikarenakan figur dan komitmen Bupati yang mau mengalokasikan sejumlah dana untuk pelaksanaan program JKJ, sementara payung hukumannya belum berbentuk Peraturan daerah. Karenanya, masyarakat khawatir apabila terjadi pergantian bupati, bupati yang baru belum tentu memiliki komitmen yang sama untuk mengalokasikan dana guna keberlangsungan program JKJ. Permasalahan keterbatasan dana ini juga dipikirkan oleh pemerintah kabupaten Jembrana yang berupaya untuk menggalang dana abadi bagi keberlanjutan program JKJ selain berupaya pula untuk menyadarkan masyarakat tentang perlunya premi bagi kesehatan mereka.

Masalah lain yang dihadapi adalah terkait dengan kesadaran masyarakat yang masih rendah dimana sebanyak 16,7% responden menyatakan hal tersebut. Kondisi ini dapat dijelaskan dengan melihat tingkat kepersertaan masyarakat dalam JKJ dimana dari data menunjukkan bahwa sampai tahun 2003, jumlah peserta JKJ adalah 53,77% dari total jumlah penduduk Jembrana. Padahal program JKJ adalah program subsidi kesehatan diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Jembrana tanpa terkecuali. Tingkat kepersertaan yang relatif rendah ini dikarenakan oleh sejumlah sebab,diantaranya kemungkinan masih adanya masyarakat yang menganggap bahwa JKJ tidak akan memberi pelayanan yang memuaskan seperti halnya Askes ; kemudian budaya malu yang ada di masyarakat untuk menggunakan kartu JKJ baik mereka yang memang memiliki kemampuan secara ekonomi maupun masyarakat yang sebenarnya miskin ; serta akibat hambatan syarat yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten agar masyarakat dapat mengakses JKJ. Hal ini terkait dengan kepemilikan KTP di masyarakat yang merupakan syarat utama bagi masyarakat untuk mendapatkan Kartu JKJ, selain ketiadaan biaya masyarakat untuk mengurus pembuatan Kartu JKJ yang membutuhkan keberadaan pas foto.

(15)

mereka yang tidak berhak terkait dengan adanya toleransi pemerintah daerah terhadap sejumlah persyaratan yang seharusnya dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapat kartu JKJ. Permasalahan moral hazard oleh PPK dengan mark up yang dilakukan sejumlah oknum dokter dan bidan terhadap kunjungan pasien dan jumlah obat yang diberikan. Pemerintah Kabupaten Jembrana telah membuat mekanisme pengawasan berlapis untuk menanggulangi masalah tersebut. Di antaranya melakukan pengecekan acak pada pembukuan PPK, mencari informasi secara acak kepada masyarakat yang baru menggunakan jasa PPK dengan JKJ,serta memberikan himbauan kepada masyarakat untuk mengecek apakah jumlah obat yang diterima sudah sesuai dengan seharusnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari paper ini adalah :

1. Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ) merupakan asuransi kesehatan Pemerintah Kabupaten Jembrana yang dibentuk berdasarkan keputusan bupati nomor 572 tahun 2002 sebagai UPT yang berada pada dinas kesehatan Jembrana dengan memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat Jembrana dan menyalurkan subsidi pemerintah kabupaten Jembrana di bidang kesehatan serta upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Jembrana sekaligus upaya untuk mengurangi kemiskinan di Jembrana.

(16)

Jembrana, kesadaran masyarakat yang masih rendah dan adalah permasalahan yang terkait dengan penggunaan kartu JKJ oleh orang yang tidak berhak; moral hazard yang buruk dari PPK.

2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah:

1. Perlu adanya informasi atau penyuluhan kepada masyarakat mengenai program JKJ

2. Sebaiknya pemerintah Jembrana mulai melaksanakan manajemen keuangan secara swaloka untuk meningkatkan penghasilan puskesmas terkait dengan permasalahan dana yang dihadapi dalam menjalankan program.

Daftar Pustaka

Sudaarsana, I Made. 2010. Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ) Satu Reformasi

(17)

Hamudy, Moh Ilham. 2010. Negosiasi dalam Reformasi Pemerintahan Daerah.

Available : http://journal.ui.ac.id (Accessed : 6 Maret 2011)

Prasojo, Eko dan Kurniawan, Teguh. 2006. Bebas Iuran Sekolah dan JKJ : Pro

Masyarakat Miskin di Jembrana. http://staff.ui.ac.id (Accessed : 3 Maret 2011)

Thabrani, Hassbullah. Sejarah Asuransi Kesehatan. http://staff.ui.ac.id (Accessed : 6 Maret 2011)

Januraga, Pande Putu. 2008. Analisis Besaran Biaya Per Kapita dan PremiI Jaminan Kesehatan Jembran (JKJ) Berdasarkan Biaya Klaim dan Utilisasi Pelayanan Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan spesifikasi tersebut didasarkan pada perancangan jaringan irigasi curah pada anggrek yaitu pemilihan debit yang keluar dari nozzle yang kecil dan

*Sarmatian merupakan suku nomad yang tinggal di stepa Ural dan dataran rendah Volga yang memiliki kemiripan budaya dan bahasa dengan suku Scythian dan berhasil mendesak suku

Perubahan nilai wajar instrumen keuangan derivatif yang memenuhi kriteria dan efektif sebagai lindung nilai atas arus kas masa mendatang sehubungan dengan pinjaman dalam

Jaminan sosial yang diberikan kepada lansia yaitu jaminan dan perlindungan sosial bagi lanjut usia terlantar diwujudkan dengan pemberian bantuan untuk

Amaria, dkk (2007) melakukan penelitian adsorpsi Zn(II) dengan menggunakan biomassa Saccharomyces cerevisiae yang berasal dari limbah hasil fermentasi industri bir

PEMBANGUNAN 6 UNIT PASAR KULINER , BUAH DAN PKL (JEMBATAN KEMBAR, GERUNG, BATULAYAR, PUSUK PASS, GERIMAX, KERU) PDE Setda Lobar-2012... JENIS KOPERASI, ANGGOTA, PENGURUS,

Lusia Doloksanggul Humbanghas 30 1230004-045 ANGEL IRENE PAKPAHAN P SMPS Bintang Timur Pematangsiantar Pematangsiantar 31 1230004-046 ANGEL SIALLAGAN P SMPS Bintang

Pada tahun oleh Pemerintah Republik Indonesia dimajukan pernyataan kepada Pemerintah Swis, bahwa Republik Indonesia hendak menjadi anggota dari UPU Pemerintah Swis