• Tidak ada hasil yang ditemukan

hunianku - Mengejar Surya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "hunianku - Mengejar Surya"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

AUDITING

DIKLAT SERTIFIKASI JFA Pembentukan Ahli

1

(2)

SUB BAHASAN ;

A. PENGERTIAN PROSEDUR DAN TEKNIK AUDIT

B. PENGERTIAN BUKTI AUDIT

C. HUBUNGAN BUKTI AUDIT, MATERIALITAS

DAN RISIKO

D. JENIS-JENIS BUKTI AUDIT

E. TEKNIK-TEKNIK AUDIT

BAB V ; PROSEDUR, TEKNIK

DAN BUKTI AUDIT

(3)

A. PENGERTIAN PROSEDUR & TEKNIK

AUDIT

 Prosedur Audit = Urutan langkah yang

harus ditempuh oleh auditor dalam

rangka memperoleh bukti yg diperlukan sesuai dgn sasaran yg ingin dicapai dgn menggunakan teknik2 audit yg sesuai.

 Tiap tahapan audit terdiri dari beberapa

prosedur audit

 Teknik audit = Cara-cara yg ditempuh

oleh auditor utk mendapatkan bukti-bukti yg diperlukan

 Tiap prosedur audit terdiri dari beberapa

teknik audit.

(4)

B. PENGERTIAN BUKTI AUDIT

Semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk mendukung

argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi

dengan kriterianya.

(5)

SYARAT-SYARAT BUKTI

 RELEVAN ( RE )

 KOMPETEN (KO)

 CUKUP (CU)

+

 MATERIAL (MA)

REKOCU+MA

(6)

relevan

 Relevan = Bukti yang secara logis

mempunyai hubungan dengan permasalahannya.

 Contoh ;

Pada audit atas pengelolaan penerimaan pajak daerah oleh Dispenda, bukti yg

relevan spt Surat Ketetapan Pajak

Daerah, BKU Penerimaan Pajak Daerah, serta bukti Setoran Pajak Daerah.

Sedangkan bukti yg tdk relevan spt bukti-bukti pengeluaran anggaran Dispenda, walaupun bukti2 tsb juga mengandung nilai uang.

(7)

kompeten

 Kompeten tidaknya suatu bukti dipengaruhi

oleh ;

 sumber bukti = bukti ekstern umumnya lbh kompeten

dari bukti intern.

 cara mendapatkan bukti = didapat dari pihak eksten,

didapat melalui pengamatan langsung, dll.

 kelengkapan persyaratan juridis bukti tersebut =

 ada td tgn, stempel, tgl, td persetujuan.  Bukti asli

 Bukti yg dilegalisir  Contoh ;

Bag keu SPM-nya baik, sdgkan bag. pengadaan SPM-nya lemah,

maka bukti yg bersumber dari bag keu lebih meyakinkan atau lebih kompeten dibandingkan dengan bukti dari bagian pengadaan,

khususnya untuk transaksi yang mengaitkan kedua bagian tersebut.

(8)

cukup

 Bukti yg cukup berkaitan dengan jumlah

kualitas dan atau nilai keseluruhan bukti.

 Bukti yg cukup berarti dpt mewakili/

menggambarkan keseluruhan

keadaan/kondisi yg dipermasalahkan.

(9)

material

 Bukti yg mempunyai nilai yg cukup berarti &

penting bagi pencapaian tujuan organisasi

 Materialitas dpt dilihat dari ;

 Besarya nilai uang atau yang bernilai uang besar.  Pengaruhnya thd kegiatan (walaupun nilainya tdk

seberapa)

 Hal yg menyangkut tujuan audit  Pneting menurut pertauran

 Keinginan pemanfaat laporan

 Kegiatan yg pada saat audit dilakukan sedang jadi

perhatian umum

(10)

C. HUBUNGAN BUKTI AUDIT DENGAN MATERIALITAS DAN RISIKO

 Pengumpulan bukti, terlebih dahulu

harus ;

 memperhitungkan materialitas = jk

permasalahan ditetapkan material, mk

bukti2 hrs dikumpulkan dan sebaliknya jk tdk maetrial mk bukti2 tdk perlu

dikumpulkan.

 Mempertimbangkan risiko permasalahan yg

diuji (risiko deteksi) utk menetapkan jumlah & jenis bukti.

(11)

D. JENIS-JENIS BUKTI AUDIT

1. BUKTI PENGUJIAN FISIK

2. BUKTI DOKUMEN 

DOKUMEN,CATATAN

3. BUKTI ANALISIS 

ANALISIS AUDITOR, PERHITUNGAN

AUDITOR, SPM

4. BUKTI KETERANGAN 

KONFIRMASI, LISAN, SPESIALIS

(12)

E. Teknik-teknik Audit

Cara-cara yg ditempuh oleh auditor

utk mendapatkan bukti-bukti yg

diperlukan

Tiap prosedur audit terdiri dari

beberapa teknik audit.

(13)

E. TEKNIK-TEKNIK AUDIT

1. ANALISIS

2. OBSERVASI/PENGAMAT AN

3. PERMINTAAN KETERANGAN

(14)

1. Teknik audit utk bukti

fisik

1) Observasi/pengamatan

Peninjauan dan pengamatan atas suatu objek secara hati-hati, ilmiah dan kontinu selama kurun waktu tertentu utk membuktikan suatu keadaan atau masalah.

2) Inventarisasi/opname

Pemeriksaan fisik dengan menghitung fisik barang, menilai kondisinya (rusak berat,

ringan atau baik) & membandingkannya dgn saldo menurut pembukuan, kemudian mencari sebab2 terjadinya perbedaan jika ada.

Hasil opname dituangkan dalam BA.

(15)

1. Teknik audit utk bukti fisik

(lanjutan)

3) Inspeksi

Meneliti secara langsung ke tempat

kejadian, yg lazim pula disebut dgn on the spot inspection, yg dilakukan secara rinci dan teliti

Inspeksi ini sering dilakukan secara

mendadak dan biasanya dikuti dengan membuat BA.

(16)

2. Teknik audit utk bukti

dokumen

1) Verifikasi

Pengujian secara rinci dan teliti tentang kebenaran, ketelitian perhitungan,

kesahihan, pembukuan, pemilikan dan eksistensi dari suatu dokumen.

2) Cek

Menguji kebenaran atau keberadaan sesuatu dengan teliti.

3) Uji/test

Test yg dilakukan mencakup hal-hal yang esensial.

(17)

2. Teknik audit utk bukti dokumen (lanjutan)

4) Footing

Menguji kebenaran penjumlahan sub total dan total dari atas ke bawah (vertikal).

5) Cross footing

Menguji kebenaran penjumlahan sub total dan total dari kiri ke kanan (horizontal)

(18)

2. Teknik audit utk bukti dokumen (lanjutan)

6) Vouching

Menelusuri suatu informasi/data dalam suatu dokumen ke pencatatan pendukungnya

menuju kepada adanya bukti pendukungnya (vouchernya); atau menelusur mengikuti

ketentuan/prosedur yg berlaku dari hasil menuju awal kegiatan.

Hanya mengecek adanya bukti, belum kesubstansinya.

7) Trasir/Telusuri

Menelusuri suatu bukti transaksi/kejadian menuju ke penyajian/informasi dalam suatu dokumen.

(19)

2. Teknik audit utk bukti dokumen (lanjutan)

8) Scanning

Penelaahan secara umum dan dilakukan dgn cepat tetapi teliti utk menemukan hal-hal yg tdk lazim atas suatu informasi.

9) Rekonsiliasi

Mencocokkan dua data yg terpisah, mgn hal yg sama yang dikerjakan oleh

instansi/unit/bagian yg berbeda.

(20)

3. Teknik audit utk bukti

analisis

1) Analisis

Memecah/mengurai data/informasi ke dlm unsur2 yg lebih kecil atau bagian-bagian shg dpt diketahui pola hubungan antar unsur penting yg tersembunyi.

Analisis tsb antara lain dlm bentuk ;

Analisis rasio

Analisis statistik Benchmarking

(21)

3. Teknik audit utk bukti analisis (lanjutan)

2) Evaluasi

Cara untuk memperoleh suatu kesimpulan atau pandangan/penilaian dgn mencari

pola hubungan atau menghubungkan atau merakit berbagai informasi yg telah

diperoleh, baik informasi/bukti intern maupun bukti ekstern.

Evaluasi dpt dilakukan dgn ;

menyusun bagan arus (flowchart) melaksanakan walktrough test

(22)

3. Teknik audit utk bukti analisis (lanjutan)

3) Investigasi

Suatu upaya utk mengupas secara intensif suatu permasalahan melalui penjabaran, menguraikan, atau meneliti secara

mendalam.

4) Pembandingan

Membandingkan data dari satu unit kerja

dengan data dari unit kerja yg lain, atas hal yg sama dan periode yg sama atau hal yg sama dari periode yg berbeda, kemudian ditarik kesimpulannya.

(23)

4. Teknik audit utk bukti

keterangan

1) Konfirmasi

Memperoleh bukti sebagai peyakin bagi auditor dgn mendapatkan/meminta

informasi yg sah dari pihak yg relevan, umumnya pihak luar auditan.

Konfirmasi dpt dilakukan dgn ;

Konfirmasi lisan Konfirmasi positif Konfirmasi negatif

(24)

4. Teknik audit utk bukti keterangan

(lanjutan)

2) Permintaan Keterangan

Dilakukan untuk menggali informasi

tertentu dari berbagai pihak yang berkompeten.

Pihak yang kompeten bisa berarti

pegawai atau pejabat auditi yang

berkaitan dengan permasalahan atau pihak ketiga termasuk para spesialis atau profesional suatu bidang ilmu.

Teknik ini dapat dilakukan dengan

mengajukannya secara tertulis maupun secara lisan.

(25)

SUB BAHASAN ;

A. PENGERTIAN KKA

B. HUBUNGAN PKA DENGAN KKA

C. TUJUAN DAN MANFAAT KKA

D. JENIS-JENIS KKA

E. PRINSIP PENYUSUNAN KKA

F. ISI KKA

G. FORMAT KKA

H. PENOMORAN KKA

I. PENGELOMPOKAN KKA

J. PENGUASAAN KKA

BAB VI

KERTAS KERJA AUDIT ( KKA )

(26)

A. PENGERTIAN KKA

 Catatan (dokumentasi) yang dibuat oleh

auditor mengenai bukti-bukti yg

dikumpulkan, berbagai teknik dan prosedur audit yang diterapkan, serta

simpulan-simpulan yg dibuat selama melakukan audit. (SAS 41).

 Dokumentasi yang dibuat oleh auditor

mengenai semua hal yang dilakukannya, yang berisi metodologi audit yang dipilih, prosedur audit yang ditempuh, bukti audit yang dikumpulkan, dan simpulan audit

yang diambil selama audit. (SA - APIP)

(27)

A. PENGERTIAN KKA

(Lanjutan)

KKA mencerminkan ;

 Kegiatan audit mulai dari perencanaan,

SP, Evaluasi SPM, pengujian substantif sd pelaporan dan TL.

 Langkah2 audit yg ditempuh, pengujian

yg dilakukan, info yg diperoleh dan simpulan2 hasil audit.

(28)

B. HUBUNGAN PKA DGN KKA

 PKA adalah rancangan prosedur dan

teknik audit yg akan harus

diikuti/dilaksanakan dan KKA adalah dokumentasi hasil pelaksanaan PKA.

 (Contoh lihat hal. 106)

(29)

29

(30)

C. TUJUAN DAN MANFAAT KKA

1. PENDUKUNG LAPORAN AUDIT (LHA) 2. DOKUMENTASI INFORMASI

3. IDENTIFIKASI DAN DOKUMENTASI TEMUAN AUDIT

4. PENDUKUNG PEMBAHASAN 5. MEDIA REVIU PENGAWAS 6. BAHAN PEMBUKTIAN

7. REFERENSI

8. MEMBANTU AUDITOR EKSTERNAL

9. SARANA PENGENDALIAN MUTU AUDIT

(31)

D. JENIS-JENIS KKA

 KKA UTAMA  KKA IKHTISAR

 KKA PENDUKUNG

(32)

Hubungan antar jenis KKA

KKA PENDUKUNG KKA PENDUKUNG KKA PENDUKUNG KKA IKHTISAR KKA IKHTISAR KKA IKHTISAR

(33)

1. KKA Utama (top

schedule)

 KKA yg berisi simpulan hasil audit utk

keseluruhan/suatu

segmen/bagian/kegiatan yg diaudit

 Umumnya memuat mengenai:

- Informasi umum - Tujuan audit

- Ruang Lingkup Audit - Temuan

- Opini

- Rekomendasi

(34)

2. KKA Ikhtisar

 KKA yg berisi ringkasan

info dari KKA yg berisi info yg sejenis/sekelompok

dan berkaitan dengan suatu masalah tertentu.

 Ringkasan temuan  Ringkasan statistik

 Ringkasan hasil rapat

(35)

2. KKA Ikhtisar (lanjutan)

 KKA ikhtisar sangat membatu dalam ;

 Proses audit yg kompleks.

 Merangkum kelompok KKA yg berkaitan dgn maslah

tertentu.

 Menghindarkan adanya permasalahan yg timbul

setelah selsai audit.

 Membantu tim utk membiasakan diri dgn kepastian

& ketepatan yg diperlukan dlm menganalisis data pendukung.

 Mendorong analisis dgn segera atas bukti yg

diperoleh, dlm meruemuskan temuan atau sbg dasar pengambilan keputusan utk audit selanjutnya.

(36)

3. KKA Pendukung (

Supporting Schedule

)

 KKA yg berisi info yg mendukung KKA utama  Disusun secara logis,

setiap KKA yg berada di belekang KKA yg lain

adalah pendukung dari KKA sebelumnya.

 Dibuat mengikuti PKA dan ditulis Referensi PKA-nya.  Dibuat setiap lembar utk

setiap permasalahan

(37)

E. PRINSIP PENYUSUNAN KKA

1. RELEVAN

2. SESUAI DENGAN PKA

3. LENGKAP DAN CERMAT 4. MUDAH DIFAHAMI

5. RAPI

6. EFISIEN 7. SERAGAM

(38)

F. ISI KKA

1. Perencanaan, termasuk PKA

2. Pengujian dan evaluasi atas kecukupan dan efektifitas SPM

3. Prosedur audit yg dilakukan, info yg diperoleh dan simpulan hasil audit.

4. Reviu dalnis

5. Pelaporan audit

6. Catatan atas TL yg dilakukan oleh auditan 7. Salianan kontrak dan perjanjian yg penting. 8. Hasil-hasil konfirmasi

9. Gambar, grafik, dan peraga lainnya. 10. Pengujian dan hasil transaksi

11. Hasil reviu analitis

12. Laporan audit dan tanggapan manajemen 13. Korespondensi audit yg relevan

(39)

G. FORMAT KKA

 Setiap instansi pengawasan memiliki

format KKA masing-masing, tetapi secara umum informasi atau isinya sama.

(Contoh format KKA lihat hal. 115)

(40)

H. PENOMORAN KKA

 Untuk ketertiban dan memudahkan

penggunaan KKA sebagai referensi di waktu yang akan datang, serta

memudahkan review.

 Pada dasarnya tidak terdapat patokan

mengenai keharusan menggunakan pola penomoran tertentu. Namun demikian, sangat dianjurkan bahwa setiap instansi auditor menetapkan cara penomoran

KKA yang diterapkan secara konsisten.

 dapat digunakan untuk referensi silang

antar KKA (cross reference) untuk memudahkan permahaman dan

penghematan dalam proses penyusunan KKA.

(41)

Contoh Penomoran pada KKA

Utama 

 No. KKA : A/II/1/1-2 diartikan sebagai

berikut :

 A : merupakan bagian dari KKA KONSEP

LHA dan TINDAK LANJUT.   

 /II  : merupakan bagian dari ringkasan

temuan hasil audit.

 /II/1 : merupakan  segmen/kegiatan

pembuatan gambar desain yang diberi kode keuangan 2, Produksi 3, dst.

 /II/1/1-2 :  merupakan halaman 1 dari dua

halaman seluruhnya.

(42)

I. PENGELOMPOKAN KKA

1. Dosir aktual (current file) = KKA yg berisi informasi yg terutama berhubungan dgn

tahapan audit yg sdg berjalan (aktual) & tdk dipertimbangkan utk dipakai dlm penugasan berikutnya. Seperti ;

PKA

Hasil reviu thd SPM

KKA analisis serta KKA lain pendukung pekerjaan auditCatatan mgn pembicaraan dgn auditan

Korespondensi aktual

Bukti yg dikumpulkan utk mendukung temuanBahan dan KKA yg dikumpulkan dlm rangka

penyiapan LHA termasuk konsepnya.

(43)

I. PENGELMPOKAN KKA

(lanjutan)

2. Dosir Tetap (permanen file) = KKA yg berisi informasi yg dpt digunakan

berulang kali dlm audit yad dan

dimutahirkan apabila perlu. Seperti ;

Sejarah pendirian organisasi

Peraturan per UU an yg relevan.SOTK dan kebijakan organisasi.Kebijakan dan prosedur baku.

Rencana pembiayaan jk panjang/RJPP

Kebijakan anggaran, akuntansi pelaporan

dan prosedur

Lokasi kegiatan

(44)

J. PENGUASAAN KKA

1. Kepemilikan KKA

KKA adalah hak milik instansi auditor

Auditan tdk mpy hak atas KKA meskipun berisi

data/info tentang auditan.

(Tidak seorangpun mempunyai hak untuk memeriksa KKA kecuali digunakan oleh pengadilan sebagai bahan bukti yuridis formal)

2. Kerahasiaan KKA

KKA bersifat rahasia terhadap auditan maupun pihak

ketiga

Penggunaan KKA oleh pihak Kejaksaan atau

Kepolisian harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Pihak luar dapat melakukan Peer Review atas KKA

(45)

J. PENGUASAAN KKA

(

lanjutan

)

3. Prinsip Pengelolaan KKA

- KKA tidak boleh ditinggal sehingga pihak yang tidak berkepentingan bisa menelaahnya

- Diluar jam kerja atau pada saat istirahat makan siang, KKA harus disimpan dalam keadaan terkunci

- Dokumen yang bersifat rahasia harus disimpan dalam keadaan terkunci apabila sedang tidak dipakai

- Penyimpanan untuk dokumen yang sifatnya sangat

sensitif menggunakan lemari dengan kunci pengaman / kombinasi

- Jika tidak terdapat indikasi mengenai kecurangan, auditor mungkin saja dapat mengambil manfaat dengan

membahas hasil auditnya dengan pegawai instansi yang diaudit

(46)

A. PENGERTIAN PENGUJIAN SUBSTANSTIF

B. TUJUAN

C. MANFAAT PENGUJIAN SUBSTANSTIF

D. AKTIFITAS

E. HASIL

F. PENGEMBANGAN TEMUAN

G. PENGGUNANN TENAGA AHLI

H. PENDALAMAN TEMUAN YG BERINDIKASI FRAUD

I. MEMBUAT KKA DAN DAFTAR TEMUAN

BAB VII ; PENGUJIAN

SUBSTANTIF DAN

PENGAMBANGAN TEMUAN

(47)

A. PENGERTIAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

 Pengujian substantif mempunyai arti

yang hampir sama dengan audit rinci atau audit lanjutan.

 Pengujian substantif mpy arti yg

lebih sempit  pengujian untuk

menentukan apakah suatu masalah atau penyimpangan benar-benar

terjadi atau tidak. Masalah atau penyimpangan tersebut tidak lain adalah firm audit objectives (FAO).

(48)

B. TUJUAN

 UNTUK MENINGKATKAN PEROLEHAN

BUKTI SEHINGGA DIPEROLEH KEYAKINAN ATAS KESESUAIAN KONDISI DENGAN

KRITERIANYA.

(49)

C. MANFAAT PS

 Untuk lebih meyakini kondisi di FAO sbg

landasan bagi penyusunan LHA.

 Mendapatkan penyebab hakiki,

akibatnya serta keyakinan dari auditan dengan cara dilakukan pembahasan

bersama auditan

 Merumuskan rekomendasi perbaikan

yang harus di tindak lanjuti oleh auditan

(50)

D. AKTIFITAS

1. Penetapan ururtan proritas PS

(perumusan tujuan audit), dimana adanya keterbatasan sumberdaya.

2. Penyusunan program kerja PS (PKA PS) 3. Melaksanakan PKA PS, dan membuat

KKA dan daftar temuan.

(51)

D. AKTIFITAS (lanjutan)

Melaksanakan PKA PS, yaitu utk menilai ; 1. Ketaatan setiap kegiatan kpd

ketentuan/peraturan dan kebiajkan yg sdh ditetapkan.

2. Pencapaian tujuan yg telah ditetapkan (efektifitas kegiatan)

3. Kehematan dalam memperoleh sumebr dana & sumber daya

4. Efisiensi penggunaan sumebr dana & sumber daya

5. Kegiatan2 dan transaksi finansial yg meliputi ;

1)Pengendalaian pengeluaran, penerimaan/pendapatan dan aktiva.

2)Kelayakan pembukuan transaksi2 keuanagn & sumber2 dana dan daya

3)Ketepatan, kebenaran dan kemanfaatan laporan2 keuangan

(52)

TEMUAN HASIL AUDIT

 TEMUAN POSITIF, HAL HAL YANG BAIK YANG DAPAT DIJADIKAN

CONTOH

TEMUAN

NEGATIF,KETIDAK

TAATAN, TIDAK

EKONOMIS,TIDAK

EFISIEN, TIDAK EFEKTIF

(53)

E. HASIL

Hasil dari tahap PS adalah temuan dengan unsur sbb ;

1. KONDISI (apa yg sebenarnya terjadi) 2. KRITERIA (apa yg seharusnya terjadi) 3. SEBAB (mengapa terjadi perbedaan

antara kondisi dgn kriteria)

4. AKIBAT dan DAMPAK (apa akibat & dampak yg ditimbulkan adanya

perbedaan kondisi dgn krteria)

5. REKOMENDASI (apa yg dpt dilakukan utk memperbaikinya)

(54)

1. KONDISI

 Kondisi merupakan realita yg ada dari

suatu pelaksanaan kegiatan yg mencakup apa, siapa, kapan, di mana dan

bagaimana.

 Kelemahan yg ditemui pd penentuan

kondisi antara lain ;

 Kondisi yg diungkap, tdk atau urang didukung

fakta pembukuan yg kuat.

 Kondisi yg dikemukakan apabila diungkap,

sebagian kurang berarti bila dikaitkan dgn keg auditan, baik secara materialitas maupun

frekuensi kejadiannya.

 Akibat yg ditimbulkan dari kondisi yg diungkap

tdk jelas atau kurang material.

(55)

2. KRITERIA

Sumber kriteria antara lain ;

 Peraturan per UU an yg berlaku  Ketentuan manajemen yg harus

ditaati/dilaksanakan.

 Pengendalian manajemen yg handal  Tolok ukur keberhasilan, efisiensi dan

kehematan.

 Standar dan norma/kaidah.

(56)

2. KRITERIA (lanjutan)

 Jika kriteria tidak tersedia, maka alternatif

yg dpt digunakan oleh auditor dgn kesepakatn auditan adalah ;

 Melakukan konfirmasi kpd pihak ketiga (mis

konfirmasi harga)

 Bersama dgn auditan melakukan formulasi

kriteria yg akan dipakai sebagai tolok ukur.

 Norma standar yg sama atau sejenis dgn

kegiatan auditan shg norma/std tsb dpt digunakan sbg pembanding.

 Menggunakan keterangan tenaga ahli.

(57)

2. KRITERIA (lanjutan)

Kendala dlm menetapkan kriteria antara lain ;

 Kesulitan dlm menetapkan kriteria yg

tepat

 Auditan kurang tanggap bahkan tdk

sepakat dgn kriteria yg diperoleh.

 Belum tersedia patokan harga yg

memadai

 Kondisi pasar yg tdk menentu.

(58)

Pengembangan

kriteria politis kriteria ekonomis

Proses Hasil

Ideologi negaraStabilitas PolkamKesra

Lapangan kerja

(59)

Kriteria politis

 Yaitu kriteria yg digunakan utk menilai

program dan atau kegiatan yg bersifat politis, dgn memperhatikan ;

 Pemantapan ideologi negara, kegiatan ini dlm

rangka meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

 Peningkatan kestabilan politik dan keamanan  Peningkatan kesejahteraan masyarakat

 Penyediaan lapangan kerja  Pembukaan teritorial.

Penetapan kriteria ini tetap merujuk pd peratuaran per UU yg berlaku.

(60)

Kriteria ekonomis

 Yaitu kriteria yg digunakan utk menilai

kegiatan2 dgn menggunakan kaidah ekonomi, yg digolongkan menjadi ;

 Kriteria input = apakah input yg digunakan

dengan harga yang murah.

 Kriteria proses = apakah proses dlm

menjalan kegiatan telah sesuai prosedur dan waktu yang ditetapkan.

 Kriteria hasil = apapakah sdh sesuai dgn

tujuan yg ditetapkan semula.

(61)

3. PENENTUAN SEBAB

 Ciri penyebab antara lain ;

 Kegiatan yg tdk/kurang dilaksanakan,

ketentuan yg belum ada atau ketentuan yg tdk dilaksanakan dgn semestinya yg

mengakibatkan timbulnya penyimpangan.

 Dpt diidentifikasikan pihak yg

bertanggungjawab atas kelemahan

pelaksanaan kegiatan suatu organisasi.

(62)

3. PENENTUAN SEBAB

(lanjutan)

 Dlm menetuka penyebab, sering ditemui

kelemahan antara lain ;

 Sebab yg diungkap tdk/kurang jelas

 Sebab yg diungkap belum sebab yg hakiki

atau utama/material.

(63)

4. AKIBAT

 Yaitu suatu kejadian yg ditimbulkan dari

ketidaksesuaian antara kondisi dan

kriteria yang menentukan arti penting atau bobot temuan audit.

 Ciri akibat antara lain ;

 Ada pihak yg dirugikan

 Kerugian material yg timbul dpt

dikuantifikasikan jumlahnya.

 Kinerja yg dicapai dpt dibandingkan secara

langsung dgn tujuan yg diharapkan

 Dampak lingkungan yg timbul dan bentuknya

jelas atau dpt dibuktikan secara ilmiah.

(64)

4. AKIBAT (lanjutan)

Kelemahan dlm mengungkapkan “akibat” ;

 tdk jelas atau didukung oleh bukti yg

memadai

 Justru lebih tepat apabila dijadikan

kondisi

 Bersifat umum

 Masih bersifat potensial, belum pasti

atau masih dpt dipertanyakan terjadinya di masa datang.

(65)

5. REKOMENDASI

 Materi rekomendasi hrs dirancang guna ;

 Memperbaiki kelemahan (menghilangkan

penyebab)

 Meminimalisasi akibat dari kelemahan yg ada.

 Rekomendasi harus jelas ;

 Ditujukan kpd siapa

 Mengarah pd tindakan nyata

 Konsekuensi yg akan timbul apabila di TL

 Dapat dilaksanakan oleh auditan

 Apabila ada alternatif perbaikan tuangkanlah

semua alternatif berikut alasannya masing-masing

(66)

5. REKOMENDASI

(lanjutan)

 Dalam perumusan rekomendasi harus

diperhatikan ;

 Biaya yg akan terjadi dlm

mengimplementasikan rekomendasi harus tdk melebihi manfaat yg akan

diperolehnya.

 Jika terdapat beberapa alternatif

rekomendasi dgn biaya yg terkait, harus diusulkan

 Rekomendasi harus dapat dilaksanakan.

(67)

5. REKOMENDASI

 Merupakan tindakan yang harus diambil yang akan menghilangkan atau mengubah faktor penyebab, dgn memperhatikan faktor cost & benefit. Dgn demikian diharapkan akibat yang terjadi tidak akan terulang.

 Kepada siapa ;

 yang meminta dilakukan audit,

 yang mempunyai tanggungjawab utama atas obyek

audit,

 pejabat tertinggi dalam obyek audit/instansi

bersangkutan.

 Kapan mengajukannya ;

Apabila hasil audit memberikan indikasi perlunya tindakan perbaikan atau koreksi kekurangan apabila tindakan

tersebut belum dilaksanakan sepenuhnya pada saat LHA disiapkan, walaupun tindakan korektif sudah dijanjikan atau dimulai.

(68)

Pembuktian Temuan

Audit

KONDISI

PENYEBAB AKIBAT KRITERIA

PEMBUKTIAN RE-MA-KO-CU

(69)

F. PENGEMBANGAN TEMUAN

Faktor2 yg harus dipertimbangkan ;

1. Penekanan pd situasi dan kondisi pd

saat kejadian, bukan pd saat dilakukan audit.

2. Sifat kompelsitas, besarnya kegiatan (keu & fisik), program & fungsi yg sdg diaudit.

3. Temuan hrs dianalisis secara jujur dan kritis utk menghindarkan

pengungkapan kelemahan secara tdl logis.

(70)

F. PENGEMBANGAN TEMUAN

(lanjutan )

4. Kewenangan hukum atas kegiatan, program & fungsi yg diaudit, dimana perlu diungkapkan dlm LHA ;

1) Kasus ttg pelanggaran thd peraturan per UU an yg berlaku.

2) Pertimbangan auditor bila perlu diadakan perubaha thd peraturan per UU an yg berlaku.

3) Pengeluaran dana yg bertentangan dgn per UU an yg berlaku.

4) Dlm melaksanakan wewenangnya mungkin auditan mengambil keputusan yg tdk sesuai dengan pendapat auditor (sepattusnya tdk dikecam)

5) Kegiatan pengembangan temuan hrs cukup luas, shg dpt disjikan secara jelas dan cukup beralasan.

6) Pada umumnya suatu temuan hrs dikembangkan sampai tuntas selama temuan tsb berarti.

(71)

F. PENGEMBANGAN TEMUAN

(lanjutan )

Lngakah-langkah pengembangan temuan ; 1. Kenali secara khusus apa yg kurang dlm

hubungannya dgn kriteria yg lazim.

2. Auditor perlu meyakini kelayakan kriteria yg dipergunakan, dimana pd prinsipnya std yg dipergunakan oleh auditan

merupakan tgg jwb auditan itu sendiri. 3. Kenali batas wewenang & tgg jwb

pejabat yg terlibat dlm pelaksanaan kegiatan, program & fungsi yg diaudit.

(72)

F. PENGEMBANGAN TEMUAN

(lanjutan )

4. Auditor perlu mengenali batas

wewenang pejaat yg bertggjwb langsung thd keg, program dan fungsi yg diaudit & jg menegtahui pejabat yg bertggjwb pd tkt yg lebih tinggi utk menegtahui pd siapa lap dan rekomendasi ditujukan.

5. Pastikan sebab kelemahannya yg hakiki. 6. Tentukan apakah kelemahan tsb

merupakan kasus yg berdiri sendiri atau tersebar luas.

7. Tentukan akibat atau arti penting kelemahan

8. Mintakan komentar pejabat yg kompeten 9. Mintakan kesediaan untuk

menindaklanjutinya.

(73)

F. PENGEMBANGAN TEMUAN

(lanjutan )

Pendekatan lain yg dpt digunakan oleh auditor ;  Identifikasi masalah

 Menguraikan masalah (seberapa besar, dimana, kapan dan apakah sering terjadi)

 Mencari kemungkinan penyebabnya

 Buatlah alternatif2 tindakan utk menyelesaikan masalah.

 Analisis setiap alternatif, (apa kebaikan dan kelemahannya)

 Pilihlah alternatif tindakan yg paling baik.

 Buatlah rekomendasi utk dpt

mengimpelementasikan alternatif tindakan yg paling baik tsb.

(74)

F. PENGEMBANGAN TEMUAN

(lanjutan )

1. Penggunaan Tenaga Ahli

Idealnya organisasi memiliki tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu utk

mendukung dalam tahap pengujian

substantif, namun bila tdk tersedia dpt menggunakan tenaga ahli tetapi

tanggung jawab tetap sepenuhnya berada pada auditor.

(75)

F. PENGEMBANGAN TEMUAN

(lanjutan )

2. Pendalaman Temuan yg Berindikasi Fraud

Perlu diwaspadai bhw dlm simpulan yg diambil pada audit operasional, yg

berkaitan dgn ketidakhematan,

ketidakefisienan dan ketidakefektifan dapat disebabkan oleh adanya unsur tindakan melawan hukum (illegal act) atau penggelapan (fraud). Hasil audit operasional seharusnya dikembankan menjadi audit investigasi.

(76)

G. PENGGUNAAN TENAGA

AHLI

 Masalah penggunaan tenaga ahli dari

berbagai disiplin ilmu ini tidak terlepas dari standar umum audit yang mengatur pelaksanaan audit secara profesional.

Standar ini menekankan tanggung jawab unit organisasi auditor dalam

pelaksanaan audit.

 Hasil pekerjaan tenaga ahli tersebut

apabila digunakan dalam audit

sepenuhnya menjadi tanggung jawab auditor.

(77)

I. MEMBUAT KKA & DAFTAR TEMUAN

1. JUDUL TEMUAN

2. URAIAN TTG KONDISI 3. URAIAN TTG KRITERIA 4. URAIAN TTG SEBAB

5. URAIAN TTG AKIBAT ATAU DAMPAK 6. URAIAN TTG KOMENTAR AUDITAN 7. URAIAN TTG KOMENTAR AUDITOR 8. REKOMENDASI

(78)
(79)

SUB BAHASAN ;

A. PENGOMUNIKASIAN HASIL AUDIT

B. LAPORAN HASIL AUDIT

C. TUJUAN PELAPORAN HASIL AUDIT

D. ISI DAN BENTUK LHA

E. STANDAR PELAPORAN

F. TINDAK LANJUT HASIL AUDIT

BAB VIII ; KOMUNIKASI DAN

PELAPORAN HASIL AUDIT

(80)

A. PENGOMUNIKASIAN HASIL

AUDIT

Pengkomunikasian hasil audit mencakup ;

1. Komunikasi lisan  untuk memperoleh kesepakatan mengenai hasil audit

2. Komunikasi tertulis  dalam bentuk laporan hasil audit (LHA) yang resmi diterbitkan.

(81)

A. PENGOMUNIKASIAN HASIL

AUDIT

Masalah yg mungkin dpt menghambat efektifitas komunikasi :

1. Tidak mempertimbangkan kedudukan/posisi komunikan.

2. Mengabaikan tingkat emosi komunikan

3. Gagal mengenali posisi pihak penerima informasi

4. Penggunaan kata yang mempunyai arti ganda.

5. Penyampaian pesan yang tidak jelas.

6. Hambatan karena persepsi auditi yang

menganggap bahwa auditor memiliki agenda pribadi.

7. Pengaruh dari tindakan non verbal seperti nada suara, ekspresi wajah dan cara berkomunikasi.

8. Gagal mempertimbangkan persepsi dan perasaan auditi.

(82)

B. PENGERTIAN LHA

 Sarana mengomunikasikan hasil audit

kepada pemakai laporan secara tertulis.

 Harapan pemakai lap = mengaharapkan

informasi yg akurat & objektif.

 Kewajiban auditor = menyediakan informasi

yg berguna & tepat waktu.

(83)

C. TUJUAN PELAPORAN HASIL

AUDIT

Fungsi utama dalam pelaporan hasil audit, bhw LHA hrs ;

 Mampu meyakinkan manajemen bhw seluruh risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi telah diminimalisasi dengan adanya SPM yang handal, kecuali audit

menunjukkan hal yang sebaliknya;

 Memberikan peringatan kpd manajemen mengenai bidang-bidang yang tidak cukup

terlindungi dari kemungkinan risiko karena tidak memadainya SPM;

 Memberikan saran kpd manajemen mengenai langkah-langkah yang harus diambil untuk

memperbaiki strategi penanggulangan risiko; serta

 Mendukung langkah perbaikan yg dibuat oleh manajemen.

(84)

D. ISI DAN BENTUK LHA

1. Informasi Umum

Berisi informasi mengenai ;

Dasar hukum auditTujuan audit

Ruang lingkup

Hasil pengujian SPM

Organisasi dan personaliaTL hasil audit yg lalu

Kegiatan, program dan atau fungsi yg diauditSifat audit

(85)

D. ISI DAN BENTUK LHA

(lanjutan)

2. Temuan dan Rekomendasi

Bagian atau bab temuan merupakan pesan penting yg menyangkut hal-hal ;

1) Ketidakefisienan

2) ketidakefektifan

3) pemborosan/ketidakhematan

4) penegluaran yg tdk sepatutnya atau pendapatan/penerimaan yg tdk

sebenarnya

5) ketidaktaatan thd peraturan perundang-undangan

(86)

D. ISI DAN BENTUK LHA

(lanjutan)

 Syarat-syarat temuan ;

1. Cukup berarti utk diteruskan kpd pihak yg berkepentingan yaitu akibat dari

temuan tsb cukup material.

2. Berdasarkan fakta dan bukti yg relevan, kompeten, cukup dan material.

3. Dikembangkan secara objektif

4. Berdasarkan pd kegiatan audit yg memadai guna mendukung setiap simpulan yg diambil.

5. Meyakinkan, yaitu simpulan hrs logis dan jelas.

(87)

D. ISI DAN BENTUK LHA

 LHA BENTUK BAB

 LHA BENTUK SURAT

(ISI PENTING LHA BENTUK BAB DAN

BENTUK SURAT PADA DASARNYA SAMA,

HANYA BENTUKNYA ATAU SUSUNANNYA YANG BERBEDA)

(88)

SUSUNAN( FORMAT ) LAPORAN BENTUK BAB

BAGIAN I

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

B. REKOMENDASI

TANDA TANGAN

(89)

BAGIAN II

URAIAN HASIL AUDIT

A. UMUM

1. DASAR HUKUM AUDIT

2. SASARAN DAN TUJUAN AUDIT 3. RUANG LINGKUP AUDIT

4. ORGANISASI DAN PERSONALIA 5. SIMPULAN MENGENAI SPM

6. TINDAK LANJUT HASIL AUDIT YL

B. HASIL AUDIT

7. UMUM

8. TEMUAN HASIL AUDIT

NO.1 ( K,K,S,A,TA,TA,REK ) NO.2 ( A,K,S,K,TA,TA,REK ) NO. DST

(90)

E. STANDAR PELAPORAN

Standar pelaporan mencakup:

 4000 – Kewajiban Membuat Laporan  4100 – Cara dan Saat Pelaporan

 4200 – Bentuk dan Isi Laporan  4300 – Kualitas Laporan

 4400 – Tanggapan Auditi

 4500 – Penerbitan dan Distribusi Laporan

(91)

E. STANDAR PELAPORAN

1. Laporan auditor harus menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai Standar Profesional APIP.

2. Laporan auditor hrs dibuat secara tertulis & segera, yaitu pd kesempatan pertama stlh berakhirnya pelaksanaan audit.

3. Laporan auditor hrs lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, jelas dan ringkas.

4. Laporan auditor hrs didistribusikan kpd pihak-pihak yg berwenang sesuai ketentuan yg

berlaku.

5. Laporan auditor yg memuat temuan yg

berindikasi adanya pelanggaran hukum harus dismapaikan kpd aparat penegak hukum terkait dlm upaya penindaklunjutan temuan tsb.

(92)

F. TINDAK LANJUT HASIL AUDIT

 TL atas rekomendasi auditor merupakan tgg jwb pihak auditi.

 SA-APIP (Permenpan no ; PER/05/M.PAN/03/2008) menyatakan bhw ;

 Auditor harus mengomunikasikan kepada auditi bahwa

tanggung jawab untuk menyelesaikan atau

menindaklanjuti temuan audit (kinerja) dan rekomendasi berada pada pihak auditi.

 Auditor harus memantau dan mendorong TL atas

temuan beserta rekomendasinya.

 Auditor harus melaporkan status temuan beserta

rekomendasi audit (kinerja) sebelumnya yang belum ditindaklanjuti.

 Terhadap temuan yang berindikasi adanya tindakan

ketidakpatuhan terhadap peraturan perUUan dan

kecurangan, auditor harus membantu aparat penegak hukum terkait dlm upaya penindaklanjutan temuan tsb.

(93)

PENUTUP

 SEKIAN, TERIMA

KASIH ATAS

PERHATIAN BAPAK DAN IBU

 Kalo ada yang

kurang mohon dimaafkan

 Kalo BERMANFAAT

itu yang saya harapkan

Referensi

Dokumen terkait

The problems which will be investigated are: what are the elements within clauses in the Jakarta Post head line news on the fuel prices raising issue in April 2012?,

(Tarsidin, 2010:189) menyatakan bahwa: “Saat ini pendapatan bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah terhadap simpanan masyarakat diindikasikan. masih merujuk

Misalnya jika kita mengukur panjang meja menggunakan penggaris berskala inci (Sistem Inggris) dan kita ingin menyatakan panjang meja dalam skala meter (Sistem Internasional) maka

barang dagangan yang dijual tersebut masing-masing Rp.  Penagihan piutang dagang: Kantor Pusat Rp.. Sistem Desentralisasi.

Susunan daun genjer ini termasuk daun lengkap, letak daun tersebar, ketebalan daun tebal, bentuk daun lonjong, warna daun hijau, permukaan daun licin, tulang daun

Laporan akhir ini disusun berdasarkan hasil pembuatan alat dengan judul “Pembuatan Pulp dari Bahan Baku Serat Lidah Mertua (Sansevieria) dengan Menggunakan

heterokedastisitas antara saham sebelum dan sesudah stock split, pada pengujian autokrelasi menunjukan nilai 0,808 sehingga nilainya diatas +2 sehingga

Pasal 1 angka 1 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak memberikan definisi anak adalah seseorang yang