• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Indonesia Laporan observasi buku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahasa Indonesia Laporan observasi buku"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MEMBACA BUKU

“HOW TO MASTER YOUR HABITS”

PENULIS

FELIX Y. SIAUW

SMA NEGERI 10 SAMARINDA

Raga Adi Nurrohman

X-MIA 3

(2)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 1

Judul Buku : How to master your Habits

Nama Pengarang : Felix Y. Siauw

Nama Penerbit : Khilafah Press

Tahun terbit : 2012

(3)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 2

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... 1

DAFTAR ISI ... 2

KATA PENGANTAR ... 3

PENDAHULUAN ... 5

URAIAN ... 6

KESIMPULAN ... 15

PENUTUP ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 17

(4)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 3

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt. Atas rahmat dan petunjuk-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan buku yang telah saya observasi sebelumnya. Bisa dikatakan pula, ini adalah bagian dari resensi buku yang telah saya baca secara keseluruhan.

Dari buku yang saya observasi ini, sekiranya saya akan membaginya ke dalam empat bagian, yakni pendahuluan, uraian, dan kesimpulan. Pendahuluan berisi tentang pengantar dan gambaran terhadap isi buku. Pengantar tentunya akan sangat membantu dalam menggambarkan dan memaparkan bagian depan dari buku tersebut, yaitu siapa pengarangnya, bagaimana karakteristik buku tersebut, kapan dan di mana buku itu dicetak, sekaligus siapa yang mencetak buku tersebut. Sedangkan uraian, merupakan bagian yang isinya adalah pikiran-pikiran saya terhadap buku tersebut. Tentang isi dari buku tersebut, menggambarkan secara ringkas tetapi mendetail, agar membuat pembaca membaca sambil menenggelamkan diri menuju isi dari pada konteks buku yang saya observasi ini. Lebih dihayati saat membaca, itu salah satu contohnya. Di bagian kesimpulan, saya akan memaparkan kelebihan dan kekurangan buku yang telah saya baca dan telah saya observasi ini, serta menelaah dan menuliskan manfaat apa saja yang di dapatkan para pembaca dari buku ini. Dan di bagian penutup, saya akan memaparkan ending dari buku yang telah saya baca.

Saya menyadari, bahwa ini hanyalah sebuah tulisan yang jauh dari kata sempurna. Tetapi, dari sekian banyak kekurangan melalui tulisan saya ini, saya berharap ada secercah kebaikan dan manfaat dari tulisan saya, yang sekiranya dapat membantu dan menolong banyak orang. Selain itu, tentu saja kritik dan saran sangat saya butuhkan untuk membenahi tulisan-tulisan saya kedepannya.Anda dapat mengirim saran dan kritik dengan mengirimnya ke e-mail saya, ragaadinurrohman@gmail.com.

Kemudian, apapun yang telah saya kerjakan saya kembalikan seluruhnya kepada Allah swt, Tuhan seluruh alam. Saya menyandarkan segala sesuatu kepada-Nya, setelah saya berusaha semaksimal mungkin untuk menulis hasil observasi saya terhadap buku yang telah saya baca.

(5)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 4

Akhir kata, saya ucapkan pula terima kasih kepada Guru pembimbing saya, yakni Pak Masrani dan kepada seluruh pembaca hasil observasi buku yang saya tulis ini. Semoga bermanfaat bagi saya sendiri dan bagi Anda semua.

(6)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 5

PENDAHULUAN

Sebagian besar manusia di dunia ini ternyata dahulu percaya bahwasanya keahlian itu diwariskan. Pemikiran bahwa keahlian itu diwariskan berasal dari kalangan yang mempercayai teori evolusi. Tetapi, seiring dengan berkembangnya teknologi, maka banyak riset-riset yang mulai meneliti tentang pemikiran-pemikiran tersebut.

Sebelum saya membaca buku ini, saya pernah berpikir bahwasanya keahlian itu ada pada diri seseorang karena ia memiliki motivasi yang kuat, rajin mengikuti seminar-seminar serta datang dan melihat secara langsung seminar tersebut yang sebagian besar kata-katanya dapat menghipnotis setiap penonton dan pendengarnya, seakan menjadi lebih bergairah untuk hidup.

Namun, ternyata saya benar-benar salah. Motivasi saja ternyata tidaklah cukup untuk membuat seseorang memiliki keahlian-keahlian.

Lalu, apakah yang membuat seseorang memiliki keahlian-keahlian itu? Semua jawabannya saya temukan dalam buku yang ditulis oleh seorang Ustadz muallaf ini.

(7)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 6

URAIAN

“Sayangnya, kebanyakan diantara kita berhenti hanya pada rasa ‘kagum’ dan ‘takjub’ saja. Dan rasa ‘kagum’ dan ‘takjub’ itu akhirnya berubah menjadi pembenaran bahwa kita tidak akan bisa menjadi seperti itu, mustahil untuk kita lakukan.....” (Hal.3)

Setiap manusia pasti kenal akan yang namanya tokoh-tokoh yang berjasa di dunia ini. Terkhusus ummat muslim, pasti mengenal Imam Syafi’i yang sangat kuat akalnya, indah lisannya dan fasih bacaan hapalan Al-Qur’annya sekaligus pendiri mazhab Syafi’i. Tidak hanya beliau, masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. Contoh lainnya dari kalangan wanita muslim ialah, Siti Aisyah yang meriwayatkan kurang lebih 2.210 hadits, ia adalah periwayat hadits terbanyak dari kalangan sahabiyyah (sahabat dari kalangan wanita).

Tetapi, saat manusia mengetahuinya, pasti mereka akan berhenti hanya sampai pada rasa takjub, heran, kagum, dan sebagainya. Karena mereka berpikir tidak akan dapat menandinginya, atau hal tersebut adalah ‘nihil’ jika ada seseorang yang mampu menandingi beliau-beliau dalam kutipan di atas. Akhirnya, manusiapun berkata semua itu karena takdir Allah. Mereka selalu bilang begitu, dan akhirnya kepercayaan bahwa diri mereka tidak mampu seperti beliau-beliau tumbuh. Terbesit pula pertanyaan dalam pikiran mereka (manusia), mengapa ada orang yang begitu banyak mempunyai keahlian sementara kita mungkin tidak memiliki keahlian apapun. Itu sejatinya karena mereka terus berpikir tidak mampu melakukan apa yang dapat dilakukan para tokoh-tokoh yang disebutkan di atas dan orang-orang ahli yang sering mereka lihat.

“...Keahlian bukan sesuatu yang diwariskan sebagaimana klaim si Darwin. Namun, keahlian adalah hasil pilihan, latihan, dan pengulangan pilihan-pilihan yang telah dibuat.” (Hal.5)

(8)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 7

“Setiap manusiaakan takjub dan terpesona bila ada sesuatu yang ‘tidak dia harapkan’, sesuatu ‘beyond expectation’ yang terjadi dalam satu hal. Sederhananya, yang membuat perasaan takjub adalah sesuatu yang tidak ‘biasa’ terjadi.” (Hal.10)

Disini kita dapat mengambil contoh dalam atraksi sulap. Pada umumnya setiap pesulap pasti bisa melakukan sesuatu diluar dari pada ekspektasi manusia. Contohnya saja pesulap dapat mengeluarkan seekor kelinci dari dalam topi. Proses memunculkan kelinci dari ‘ketiadaan’ inilah yang menjadi ‘sesuatu yang tidak diharapkan dan tidak terpikikirkan’ oleh penonton, mereka tidak dapat mengantisipasi, dan tidak dapat menyangkanya. Sehingga rasa takjub pun akan muncul.

Pesulap memang melatih dirinya untuk hanya menampilkan kondisi awal dan kondisi akhir saja, serta menghilangkan proses diantara keduanya (menghilangkan proses diantara ketiadaan dan memunculkan) untuk membuat efek magis dan membuat takjub audiens. Dan tentu saja, menghilangkan proses ini memerlukan keahlian. Dan keahlian ini berasal dari latihan dan pengulangan. Latihan semacam ini tidaklah mudah, harus melibatkan banyak waktu agar mempunyai hasil yang lebih bagus, yakni menghilangkan proses dengan lebih cepat. Jika latihan dan pengulangan ini melibatkan waktu yang banyak dan relatif berkesinambungan, maka akan terjadi ‘otomatisasi’, yaitu gerakan otomatis saat pesulap akan memunculkan sesuatu dari ketiadaan, atau dalam kata lain pesualap dapat menghilangkan proses-proses rumit diantara keduanya yang mudah dan sudah ‘biasa’ bagi mereka, sedangkan yang demikian susah bagi kita dan sangat luar biasa bagi kita.

“Perbedaan antara bisa dengan tidak bisa itu sangat sederhana, yaitu habits. Bisa karena biasa, tak bisa karena tak biasa. Sederhana.” (Hal.19)

Kita mungkin sangat takjub dengan atraksi-atraksi pesulap yang saya jelaskan pada bahasan sebelumnya. Kita juga mungkin merasa kagum dan takjub dengan anak berumur 9 tahun yang tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya ke tanah arab, namun bisa berbicara bahasa arab sama fasihnya dengan orang Arab. Namun, kita sering kali menganggap biasa saja orang arab yang memang terlahir di arab dan mahir berbicara bahasa arab. Padahal, keduanya sama-sama bisa berbicara karena satu sebab yang sama, yaitu habits!

(9)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 8

pengulangan yang bersifat kontinyu dan memerlukan waktu yang lama. Karena, tidak ada yang instan di dunia ini.

“Thoughts Purposes Actions Habits Personalities” (Hal.29) Dalam membentuk kepribadian, ada lima tahapan yang akan menjadi proses-proses pembentukan kepribadian itu sendiri, yakni Thoughts yang dalam Bahasa Indonesia artinya adalah cara berpikir atau pemikiran. Pemikiran adalah pangkal dari pada kepribadian, karena pemikiranlah yang akan menentukan keyakinan, kecenderungan, tujuan hidup, cara hidup, dan sampai kepada aktivitas manusia. Cara pandang dan cara berpikir itu singkatnya adalah benar-benar sangat mirip. Nama lainnya adalah aqidah (keyakinan). Seorang muslim contohnya, mereka akan selalu menjadikan akhirat sebagai tujuannya karena cara pandang (aqidah) yang ia miliki meyakini bahwa dunia bukanlah akhir kehidupan, melainkan hanya tempat sementara.

Pemikiran menghasilkan Tujuan. Untuk mendapatkan tujuan, harus dilakukan dengan aksi yang nyata dengan cara latihan dan pengulangan (repetisi) agar mendapatkan habits. Kemudian, jika habits telah jadi dan tumbuh kuat di dalam diri seseorang, habits tersebut akan menjadi kepribadian seseorang tersebut.

“Habits adalah pelayan kita, pekerja kita. Seandainya kita telah cukup mengajarinya, maka mereka akan melakukan hal itu secara otomatis.” (Hal.36)

Maksud dari pada kata-kata penulis yang saya kutip di atas langsung dijelaskan oleh sang Penulis. Penjelasannya seperti ini:

Nama saya adalah habits, dan saya selalu mendampingi anda. Saya adalah pelayan anda yang paling rajin, atau beban anda yang paling berat. Saya akan mendorong anda maju, atau menarik anda jatuh ke dalam jurang kegagalan.

Saya adalah pelayan bagi semua orang hebat; dan apa boleh buat, juga bagi orang-orang gagal. Mereka yang gagal, saya yang membuat mereka gagal.

Saya punya kekuatan yang tidak bisa dibayangkan kecuali oleh orang-orang yang layak. Sayangnya, kekuatan saya bukan hanya untuk membangun, namun bisa juga untuk menghancurkan anda.

Saya bukan mesin, sekalipun saya bekerja dengan presisi dari sebuah mesin ditambah kecerdasan manusia.

Anda mau mendayagunakan saya dan mendapatkan keuntungan, atau memanfaatkan saya untuk kehancuran maka hal itu tidak ada bedanya bagi saya.

(10)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 9

Lebih dari 90% dari apa yang anda lakukan mungkin akan anda serahkan kepada saya, dan saya akan melakukannya dengan cepat dan tepat.

Saya mudah diarahkan, anda hanya perlu tegas terhadap saya. Tunjukkan bagaimana tepatnya anda ingin sesuatu dikerjakan, dan setelah beberapa pengulangan saya akan melakukannya secara otomatis.

Disini kita akan mendapatkan dua hal, yang pertama yaitu Habits dapat membangun atau menghancurkan hidup kita. Yang kedua adalah, Menghancurkan atau membangun hidup kita, tentu saja itu tergantung dengan habits-habits yang kita ciptakan, dan seberapa besarnya kita dapat mengendalikan habits-habits yang kita miliki serta seberapa lama kita melatihnya.

“Habits seperti spiral, hanya ada dua pilihan di dalamnya, bertambah besar atau bertambah ciut” (Hal.53)

Kita mengetahui, bahwa bentuk spiral itu adalah dari kecil...kecil...kecil...sedang..sedang..lalu menjadi besar. Kira-kira kita bayangkan bahwa bentuknya seperti gambar di bawah ini.

(11)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 10 termotivasi dalam mencapainya. Sama seperti pemain bola, mereka bersemangat menggiring bola kesana kemari dan bersemangat akan itu karena ada goal yang dituju dan dia tahu di mana letak golnya. Bayangkan saja jika permainan tidak memiliki goal sebagai tujuan, tentu mengoper dan menggiring bola kesana kemari merupakan suatu hal yang benar-benar sangat membosankan.

Disini dapat disimpulkan, bahwa tujuan yang jelas menciptakan gerakan, karena tujuan adalah daya tarik yang sangat kuat. Dan untuk mendapatkan tujuan tersebut, maka harus ada pertanyaan yang muncul kepada kita, yakni “Apa yang betul-betul kita inginkan?” atau “What do you want exactly?”.

Membentuk habits sama halnya, memerlukan kejelasan tujuan, apa yang ingin dicapai? Semakin jelas kita menjawab pertanyaan what? Semakin besar pula daya tarik yang dihasilkan.

Apa yang ingin kita capai? Banyak sekali. Bisa jadi, kita menginginkan ummat Islam semakin cerdas, kuat iman dan fisiknya, dan sebagainya. Atau, kita ingin menjadi seorang ilmuwan sekaligus pendakwah muslim untuk membebaskan pendidikan di negeri ini dari paham sekuler menjadi pendidikan berpaham syariat, misalnya menjadikan Al-Qur’an dan hadits di atas segala ilmu, sehingga di setiap subbab pembelajaran terdapat ayat-ayat Allah (Al-Qur’an) dan perkataan Rasulullah (Hadits), kemudian baru masuk ke dalam materi pelajaran. Tentu, dari contoh tersebut, pertanyaan what? Benar-benar menarik kita untuk melakukannya.

“Selain memiliki daya tarik yang kuat, kita perlu pula menyempurnakannya dengan daya dorong yang tidak kalah kuatnya, dan ini di dapat dari pertanyaan ‘why?’” (Hal.57)

Jika what tadi membuat daya tarik yang kuat, kini kita perlu menyempurnakannya lagi dengan pertanyaan ‘why?’ agar semakin kuat lagi.

(12)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 11

Sebagai catatan, penulis di sini menjelaskan di dalam bukunya bahwa semakin ganas anjing yang mengejarnya, maka semakin cepat pula larinya (larinya orang obesitas tersebut).

Strong why adalah alasan yang sangat kuat. Strong why adalah jawaban dari pertanyaan ‘Mengapa kita harus melakukan hal itu?’ Bisa jadi strong why datang dari bayangan ‘jika kita berhasil’ atau dari ‘bila kita tidak berhasil’. Seperti itulah strong why.

“Walaupun habits akan semakin solid seiring dengan waktu, namun bisa kita ambil bahwa 30 hari atau 1 bulan adalah batas minimal habits dibentuk.’” (Hal.67)

Setelah kita mempunyai motivasi untuk melakukan aktivitas secara kontinyu, ada pertanyaan lagi selanjutnya yang harus kita pecahkan. “Berapa banyak dan berapa lama kita harus mengulang-ulang aktivitas tersebut?”

Menurut sebagian ilmuwan dan peneliti, manusia memerlukan setidaknya 21 hari dalam melatih habits baru, sebagian berpendapat 28-30 hari, bahkan ada yang berpendapat 40 hari. Terlepas dari hal itu, saya akan mengambil contoh berdasarkan yang penulis contohkan di bukunya.

Kita sebagai muslim dan mukmin, tentu selalu menjalankan puasa di bulan Ramadhan, yang wajib hukumnya. Nah, tahukah Anda, menurut para pakar, jika kita merupakan orang yang teratur makan jam 12.00 siang, maka lambung akan mengeluarkan zat asam lambung beberapa waktu sebelum pukul 12.00, mungkin sekitar 30 menit sebelum pukul 12.00, sehingga kita akan merasakan lapar. Tetapi, pada bulan Ramadhan kita tidak memenuhi respon tubuh kita yang menandakan lapar untuk segera makan, sehingga menjadi lesu, letih, atau ketidaknyamanan muncul pada tubuh.

Tetapi, apa yang terjadi setelah kita berpuasa selama 29 atau 30 hari? Tubuh ini nampaknya terbiasa dengan pola makan sahur sebelum terbit fajar dan berbuka setelah terbenam matahari. Apa yang kita rasakan pada tanggal 1 Syawal, saat lebaran tiba kemudian kita menyantap makanan-makanan? Tentu kita tidak akan bernafsu menyantapnya. Kalau begitu, benarlah bahwa habits pola makan baru dari puasa terbentuk! Dan waktu minimal membentuknya adalah 29 atau 30 hari tanpa putus, alias secara kontinyu atau konsisten!

“Tidak perlu pula mempertimbangkan logika atau pikiran dalam membentuk habits, karena manusia tidak selamnya logis.” (Hal.68)

(13)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 12

Kita manusia tidak selamanya bertindak berdasarkan rasio akal, namun kebanyakan karena pengkondisian dan pembiasaan. Habits.

Misalnya, kita tahu membaca buku itu lebih bermanfaat dari pada bermain game. Tetapi, meski akal pikiran kita sudah mengetahuinya, tetap saja kita bersenang ria di depan laptop atau playstation (PS), menghabiskan waktu berjam-jam untuk menamatkan seri-seri dari setiap game yang dimiliki.

Sehingga dapat diketahui, bahwa pada kasus yang saya sebutkan di atas, rasio habits membaca buku pada diri kita dikalahkan oleh habits bermain game.

“The End is Better than Beginning.” (Hal.143)

Penulis menjelaskan, bahwa di dalam Al-Qur’an Allah pun mengkritik orang-orang yang tidak visioner (visioner: orang-orang yang melihat lebih dari pada yang biasa orang-orang lihat; orang yang mempunyai visi lebih dari pada visi yang biasa ada pada orang-orang) dalam banyak ayat, salah satunya adalah:

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (QS. Ar-Ruum/30:7)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa dalam urusan dunia, seringkali manusia menjadi orang yang paling ahli. Namun, tidak sebaik itu yang mereka lakukan pada saat berurusan dengan akhirat.

Faktanya, dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Saya akan kemukakan contoh sederhana. Saat terjadwal ada kajian agama pada hari ini, terjadi hujan dan angin yang sangat deras. Kemudian, urunglah orang itu menuju tempat kajian. Lalu, di saat yang bersamaan Ia mendapatkan kabar bahwa Ia akan diberi motor dari seseorang, dan apabila tidak diambil hari ini, maka Ia akan batal untuk diberi motor oleh orang tersebut. Kemudian, Ia pun segera menerobos hujan dan derasnya angin, demi mendapatkan motor tersebut. Sementara dengan kajian agamanya? Ia lupakan begitu saja, demi kesenangan sesaat di depan mata, Na’udzubillah.

Begitulah, memang banyak godaan dan untuk sebagian besar orang hal itu memang sangat sulit untuk dihindari, kecuali bagi orang-orang visioner. Padahal, Allah telah memberikan penjelasan tentang kenikmatan dunia dengan akhirat. Tapi, apa yang terjadi? Kebanyakan manusia menggadaikannya dengan kesenangan sesaat.

(14)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 13

(janji) Rasulullah bahwa kaum muslim akan kembali bangkit, dan Ia akan berusaha untuk merealisasikannya, karena Ia yakin Rasul-Nya tidak akan bernah berkata dusta. Dan seperti itulah, mereka yakin akan janji Allah dan Rasul-Nya, yang tidak bisa dilihat dengan mata ‘biasa’, namun harus dengan mata ‘visioner’ (mata visioner: mata yang melihat dengan akal dan keimanannya). Karena mata ‘biasa’ hanya akan melihat apa yang ada di depan mata, bukan yang lebih dari itu.

Ada satu contoh lagi, yang menyatakan bahwa Rasulullah dan para sahabat merupakan orang-orang yang visioner. Saat Rasulullah bersabda bahwa Konstantinopel dan Roma akan dibebaskan, maka apa yang dikatakan oleh para sahabat? Para sahabat pun mengajukan pertanyaan, bukan pertanyaan yang ‘melemahkan’, akan tetapi pertanyaan ‘penegasan’: “Ya Rasulallah, yang mana yang akan kita taklukkan terlebih dahulu? Konstantinopel atau Roma?”, Rasul menjawab: “Konstantiopel yang akan ditaklukkan terlebih dahulu”.

Dari pertanyaan para sahabat, mereka bertanya dengan kata awal “yang mana....terlebih dahulu...”. Ini menandakan bahwa mereka adalah orang-orang yang visioner. Apalagi Rasul, beliau menjawabnya dengan “.... yang akan ditaklukkan terlebih dahulu.” Tentu saja merupakan jawaban yang sangat visioner sekali.

Tahukah anda, saat panik-paniknya kota Madinah, pernah Rasulullah bersabda tentang diperlihatkan dirinya oleh Allah swt. tentang kunci-kunci kerajaan Syam (Romawi), Persia, dan Yaman, orang Yahudi dan munafik tercengang, dan berkata satu kalimat “Muhammad sudah gila!”

Begitulah memang kata-kata yang akan disematkan kepada seseorang yang visioner; gila, sinting, edan, mengkhayal, mimpi, stres, berangan-angan, dan sebagainya. Maka saat kita menjadi orang yang visioner, dan khususnya menjadi pejuang Islam, maka kita harus siap menerima label semacam ini, karena Rasul-Nya mewariskan perjuangan yang visioner.

Dan tahukan, mengapa orang Yahudi dan munafik itu berkata demikian? Karena mereka hanya melihat yang ada di depan mata mereka, tidak lebih.

Akhir lebih baik dari pada awal. The End is Better than Beginning.

“Yang harus diwaspadai pula dalam membentuk habits adalah godaan syaithan.” (Hal.163)

Di dalam buku ini, penulis menjelaskan teknik-teknik yang dilakukan setan untuk mengelabuhi manusia agar dapat membatalkan habits baik yang sedang dibentuknya.

(15)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 14

Kata #mendingan ini membuat setan berharap kita membandingkan keadaan kita dengan keadaan yang lebih buruk dari kita. Contohnya: “#mendingan aku masih shalat 1 waktu, #daripada nggak sholat sama sekali?!”

Nah begitulah teknik setan yang pertama agar kita terlena, agar standar yang kita tetapkan pada diri kita menurun dan akhirnya batal membentuk habits. Maksudnya standar yang kita tentukan menurun adalah kita mencukupkan diri kita pada hal buruk hanya karena ada yang lebih buruk dari kita.

Yang Kedua, setan juga sangat pandai dan mahir menggunakan frase #yang-lain-juga-begitu. Nah, frase ini sama dengan dengan frase #mendingan

Tugasnya adalah, membuat kita merasa ‘lebih tak bersalah’ saat melakukan sesuatu di bawah standar kebaikan, hanya karena yang lain juga ikut berbuat yang sama. Contohnya: “Ah, nggak papa kok merokok, #yang-lain-juga-begitu kok! Kiyai dan ulama pun ada yang merokok.” Atau “Kamu nggak ngelakuin maksiat? #yang-lain-juga-begitu kan?”, Na’udzubillahi min dzalik

(16)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 15

KESIMPULAN

Baik/Buruknya buku yang dibaca:

Dalam sajian baik/buruknya buku yang di baca, saya akan menuliskannya ke dalam kekurangan dan kelebihan buku yang saya baca ini.

KELEBIHAN

- Buku ditulis dengan kata-kata yang unik, yang dapat membuat saya dan para pembaca lainnya dapat tersenyum, tertawa, ataupun serius bahkan bersemangat dalam membaca buku ini;

- Dilengkapi dengan ilustrasi yang membuat tidak bosan untuk di baca; - Diisi dengan nilai-nilai Islami yang dapat membangkitkan semangat kaum

muslim;

- Penjelasan per bab jelas dan mantap. - Prolog dan Epilognya menarik

KEKURANGAN

- Ada beberapa kata yang masih salah pengetikannya, walaupun tidak fatal; - Penjelasan terkesan singkat.

Manfaat membaca buku ini:

(17)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 16

PENUTUP

Kita sudah mengetahui bahwa keahlian bukanlah warisan atau diturunkan sebagaimana katanya Charles Darwin, melainkan hasil dari pada habits, yang berasal dari latihan (practice) dan pengulangan (repetition). Maka, sudah seharusnya mulai sekarang kita membentuk habits positif yang akan bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan untuk orang lain pada umumnya.

Saat membentuk habits tersebut, kita memerlukan latihan dan pengulangan yang tidak terputus sehari pun. Seminimal mungkin adalah 30 hari dalam membentuk dan melatihnya.

Saat membentuk habits, kita harus paham bahwa ada tiga pertanyaan yang harus di jawab, yakni what, why, how. Ketiga pertanyaan tersebut berguna untuk menentukan tujuan kita selanjutnya.

Keistiqomahan diperlukan dalam membentuk habits. Kita juga tidak boleh mengatakan, bahkan melaksanakan tiga godaan setan yang saya sebutkan di bagian akhir observasi. Jangan sampai secuil kalimat terebut muncul dari mulut kita.

(18)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 17

DAFTAR PUSTAKA

(19)

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3 18

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Tidak jauh dari Aceh berdiri Kesultanan Malaka, lalu di pulau Jawa berdiri Kesultanan Demak, Mataram dan Cirebon, kemudian di Sulawesi dan Maluku berdiri Kerajaan

Lokasi program Pohon Asuh dan Pohon Adopsi ini terletak di Petak 1, Kelompok Hutan Hambalang Barat, Bagian Hutan Mega Mendung, RPH Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor dengan

Berdasarkan pada hasil matriks SWOT, maka dapat diketahui penentuan strategi prioritas dalam peningkatan penerimaan PBB sektor Perdesaan di Kabupaten Parigi

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan jumlah alur pada nosel, ukuran sudut kontrol valve dan tekanan inlet terhadap suhu udara yang dihasilakan tabung

Dalam aplikasinya di proses pengeringan kayu nilai di ujung-ujung ruas garis atau di sisi-sisi luar persegi panjang tersebut adalah temperatur yang diberikan

Dari permasalahan tersebut peneliti mencoba menerapkan layanan konseling kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi terhadap peserta didik yang memiliki harga

Prinsip kerja dari sistem ini adalah ketika terjadi suatu yang abnormal di dalam rumah baik itu kemalingan maupun asap yang tidak wajar, ada api, dan suhu

Demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) 1 diterima dan (Ha) 2 ditolak, atau dengan kata lain Ha (1) : Ada Hubungan Menonton Tayangan FTV Sinema Wajah