• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) LABORATORIUM BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS 1 MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) LABORATORIUM BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS 1 MEDAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) LABORATORIUM

BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN

PENYAKIT (BTKLPP) KELAS 1 MEDAN

LINK DOWNLOAD [60.65 KB]

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL)

LABORATORIUM BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS 1 MEDAN

OLEH

KELOMPOK I Ketua : Andrian

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLTEKKES KEMENKES ACEH JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2012

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK

Laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL) kelompok I di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan, tanggal 19-29 November 2012 telah disetujui pada:

Hari/tanggal : Senin/ 03 Desember 2012 Waktu : 09.00 WIB s/d Selesai

Penulis : Kelompok I BAB I

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan indonesia. Adapun tujuan pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat adalah meningkatkan kesadaran, keamanan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal dan terciptanya masyarakat indonesia yang di tandai oleh penduduk dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mempunyai kemampuan untuk mencapai kesehatan yang bermutu secara merata, serta memiliki kesehatan yang optimal.

Usaha peningkatan kesehatan diupayakan melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), serta upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Usaha ? usaha tersebut dilakukan secara menyeluruh, terpada dan berkesinambungan serta perlunya peningkatan pengamatan penyakit, pengkajian cara penanggulangan secara terpadu dan

penyelidikan tentang penularan penyakit. Dalam mewujudkan upaya ? upaya di atas, maka akan tercapai bila didukung oleh sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang handal.

Dalam upaya mewujudkan kesehatan yang optimal, ada beberapa mempengaruhi. Status kesehatan di pengaruhi oleh: lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Lingkungan merupakan kedua paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan manusia sehingga pemerintah melalui Direktorat Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia berupaya keras untuk menekan angka kesakitan dan kematuan yang bersumber dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dan meningkatkan kualitas lingkungan serta pengawasan terhadap kesehatan lingkungan.

Praktek Belajar Lapangan adalah proses belajar kerja agar mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan teknis dengan cara

melibatkan diri dalam pekerjaan pada suatu organisasi / instansi khusus yang dikelola, baik pemerintah maupun pihak swasta. Salah satu Instansi Pemerintah adalah Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL & PP) Medan.

BTKL & PP Medan adalah salah satu Unit Pelaksanaan Teknik (UPT) dibidang pelayanan kesehatan lingkungan yang secara teknis dibina Direktorat PP_PL yang membidangi teknis pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan indonesia. BTKL & PP mempunyai tugas melaksanakan pemecahan masalah dibidang kesehatan lingkungan melalui pengkajian dampak kesehatan

lingkungan, penafsiran ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dibidang kesehatan lingkungan dan pengembangan teknologi tepat guna dibidang kesehatan lingkungan yang berbaasis laboratorium.

(2)

Agar mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasi teori yang didapatkan di bangku kuliah ke dunia kerja.

Untuk melaksanakan Praktek Belajar Lapangan (PBL) di BTKL & PPM (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular) Medan, sesuai dengan bidang ilmunya.

Meningkatkan hubungan kerja antara Perguruan Tinggi dengan dunia usaha. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui struktur organisasi dan program kerja BTKL & PPM Medan.

Untuk mengetahui alat ? alat teknologi laboratorium kimia, biologi dan kimia fisika udara dan gas di BTKL & PPM Medan. Ikut serta dalam kegiatan pemerikasaan sampel di laboratorium

Dapat melakukan analisa dan interpretasi hasil pengukuruan / kegiatan Manfaat Praktek Belajar Lapangan (PBL)

Adapun manfaat yang diperoleh dalam pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan adalah sebagai berikut: Bagi Mahasiswa

Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman belajar mahasiswa di lapangan mengenai kesehatan lingkungan.

Untuk lebih mengenal alat ? alat teknologi laboratorium yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan lingkungna dan mengaplikasikannya sesuai dengan cara kerja yang berlaku.

Sebagai proses pengenalan dan pembelajaran mahasiswa tentang peran dan fungsi dengan cara kerja yang berlaku. Bagi Lembaga Pendidikan (POLTEKKES KEMENKES ACEH)

Terjalinnya hubungan kerja sama antara POLTEKKES KEMENKES ACEH sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi dengan dunia kerja (BTKL &PPM Medan).

POLTEKKES KEMENKES ACEH dapat meningkatkan mutu lulusannya dengan menghubungkan pengetahuan di pengekuliahan dengan pengetahuan di lapangan.

Sebagai masukan bagi dunia pendidikan apa yang kuran dan penting sebagai pendukung peningkatan mutu pendidikan. Menambah dokumentasi laporan Praktek Belajar Lapangan yang akhirnya juga menambah pengetahuan bagi mahasiswa yang membaca laporan ini.

Bagi BTKL & PP Medan

Adanya kerja sama antara dunia pendidikan dengan dunia kerja sehingga BTKL & PP Medan deikenal oleh akademis. Sebagai bahan masukan perbaikan dari sistem kinerja menuju yang lebih efektif dan efisien.

Sebagai bahan masukan bagi BTKL & PP dalam rangka memajukan pembangunan di bidang pendidikan. BAB II

DESKRIPSI DAN STRUKTUR ORGANISASI BTKL - PPM KELAS I MEDAN Serjarah berdirinya BTKLPP Medan

Pada mulanya BTKLPP bernama Laboratorium Kesehatan Lingkungan (LKL), yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1909 di Manggarai, Jakarta. Pada tahun 1946 LKT pindah ke yogyakarta dan pada tahun 1978 LKT berganti nama menjadi Balai Tektik Kesehatan Lingkungan (BTKL) dibawah pimpinan direktorat Jendral Pelayanan Medis Kesehatan Lingkungan (Dirjen Yanmed Depkes). Kemudian pada tahun 1998 BTKL dibawah pimpinan Direktorat Jendral Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan (Dirjen PP ? PL Depkes), BTKL Medan resmi didirikan pada tahun 1998

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan 392/Menkes/SK/V/1998 dan beroperasi pada tahun 1999. Pada tahun 2011 BTKL Medan berubah nama menjadi BTKLPP Medan. Saat ini lokasi BTKLPP Medan terletak di Jl. K.H Wahid Hasyim No. 15 Medan. Kepala BTKLPP Medan saat ini adalah Ibu Dr. Dra. Indah Anggraini, M.Si.

Visi dan Misi BTKLPP Medan Visi

Visi BTKLPP Medan adalah menjadi institut yang mampu memberikan pelayanan secara paripurna kepada masyarakat dalam pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan dan kesehatan mitra.

Misi

Misi BTKLPP Medan adalah:

Memantau kualitas kesehatan lingkungan (tanah, air dan udara) dari polutan yang dihasilkan oleh kegiatan manusia dan alam, Melaksanakan surveilans kesehatan lingkungan dan masyarakat,

Memberikan bantuan pemecahan kesehatan lingkungan bagi pemerintah, maupun swasta,

(3)

Memberikan pelayanan peningkatan pengetahuan dan ketercintaan kepada semua kalangan. Kedudukan dan Klasifikasi BTKLPP Medan

Kedudukan BTKLPP Medan

BTKLPP Medan merupakan Unit Pelaksanaan Unit (UPT) bidang teknik kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit menular adalah unit pelaksanaan teknik di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada dibawah dan tanggung jawab Direktur Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Unit pelaksanaan teknik kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit menular masing ? masing dipimpin oleh seorang kepala.

Tugas dan Fungsi BTKL & PP Medan

Unit pelaksana teknis bidang teknik kesehatan lingkungan mempunyai tugas melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan penelitian, pengembangan model dan teknologi tepat guna, serta kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) di bidang pemberantasan penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan marta.

Dalam melaksanakan tugas unit pelaksanaan teknis bidang kesehatan lingkungan menyelenggarakan fungsi: Melaksanakan surveilans epidemiologi

Pelaksanakan analisa dampak kesehatan lingkungan Pelaksanaan laboratorium rujukan

Pelaksanaan perkembangan model dan teknologi tepat guna Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi

Pelaksanaan penelitian dan respon cepat kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB wabah dan bencana Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pemberantasan penyakit menular kesehatan lingkungan dan kesehatan marta Pelaksanaan ketatausahaan dan lerumahtanggaan BTKL & PP Medan

Klasifikasi BTKLPP Medan

Unit pelaksanaan teknis bidang kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit menular diklasifikasikan dalam 3 kelas, antara lain:

Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit kelas I (BTKLPP) Medan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas II (BTKLPP Kelas II).

Unit pelaksanaan teknik bidang kesehatan lingkungan dan pemberantasan menular (BTKLPP) Medan termasuk kedalam klasifikasi kelas I.

Wilayah Kerja BTKLPP Medan

Wilayah kerja BTKLPP Medan mencakup provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatra Utara dan Sumatra Barat, dengan kondisi spesifik berikut:

Daerah agrobisnis daerah tujuan wisata,

Daerah industri kimia, semen, pupuk, insektisida, dan makanan ? makanan ringan, Daerah yang berbatasan dengan negara lain,

Pusar perekonomian di regional. Struktur Organisasi

Berdasarkan PERMENKES RI No.2349/Menkes/PER/XI/2011 tenteng organisasi dan tata kerja unit pelaksanaan teknis di bidang teknik kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, maka BTKL berubah menjadi lingkungan BTKLPP. BTKLPP adalah unit pelaksanaan teknik (UPT) dibidang pelayanan kesehatan lingkungan secara teknis dibina oleh Direktorat Jendral Departemen Kesehatan RI.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1251/Menkes/SK/VIII/2005 tentang susunan jabatan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I terdiri dari:

Kepala Balai,

Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi,

(4)

Sanitarian Pranata Labkes

Jabatan Fungsional Belum Berakreditasi, yaitu: Entomologi

Bendaharawan Operator Komputer Pengadministrasi Umum

Tenaga honor di BTKLPP Medan Uraian Tugas Struktur Organisasi Sub Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan antara lain penyusunan program, pengelolaan informasi, evaluasi, dan laporan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga.

Seksi Surveilans Epidemiologi

Seksi surveilans epidemiologi mempunyai tugas melaksanaan pelaksanaan perencanaan dan evaluasi dibidang surveilans epidemiologi, advokasi, fasilitas kesiapan, dan penanggulangan KLB, kajian dan diseminasi informasi kesehatan lingkungan, kesehatan mitra, kemitraan, dan jejaring kerja, serta pendidikan dan pelatihan bidang surveilans epidemiologi.

Seksi Pengembangan Teknologi dan Laboratorium

Seksi Pengembangan Teknologi dan Laboratorium mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi, pengembangan dan penapisan teknologi dan laboratorium, kemitraan dan jejaring kerja, kesehatan lingkungan, kesehatan mitra, serta pendidikan dan pelatihan bidang pengembangan teknologi dan laboratorium pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra.

Seksi Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Seksi Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan mempunyai tugas membuat perencanaan dan evaluasi analisis lingkungan fisik dan kimia serta dampak lingkungan biologi, pendidikan, dan pelatihan di bidang pemberantasan penyakit menular dan kesehatan lingkungan.

Bagian Instalasi

Instalasi adalah suatu bagian yang terdapat pada BTKLPP yang merupakan fasilitas penyelenggara kesehatan lingkungan dibawah pimpinan seorang kepala dan memenuhi secara hukum untuk mengadakan, menyediakan dan mengelola seluruh bagian penyediaan pembekalan kesehatan lingkungan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Ada beberapa instalasi di BTKLPP antara lain: Berhubungan dengan laboratorium

Instalasi Laboratorium kimia

Mempunyai fungsi menerima, menangani dan melaksanakan pemeriksaan sampel yang kemudian dicatat dalam buku penerimaan sampel seperti parameter yang akan diperiksa, tanggal sampel, objek (tempat sampel, jumlah sampel, dan nama petugas yang memeriksa sampel).

Instalasi Bagian Biologi Lingkungan

Mempunyai fungsi menerima, menangani dan melaksanakan pemeriksaan sampel biologis yang berkaitan di bidang parasitologi dan mikrobiologi.

Instalasi Laboratoirum Fisika, Udara dan Radiasi (FUR)

Menerima, menangani dan melaksanakan pemeriksaan sampel di bidang kimia, fisika dan gas berupa ambient dan emisi, kebisingan, getaran, radiasi elektromagnetik, radiasi panas, dan radiasi sinar gamma.

Instalasi Laboratorium Entomologi

Mempunyai tugas untuk melakukan pemeriksaan nyamuk yang dapat mengakibatkan penyakit menular, mengidentifikasi nyamuk, membuat preparat dan awetan nyamuk. Selain itu juga melakukan pemberantasan nyamuk yang mengakibatkan penyakit menular pada suatu lingkungan.

Beberapa Instalasi lain yang terdapat di BTKLPP: Instalasi Pelayanan Teknologi

Instalasi Diklat dan Perpustakaan Instalasi Teknologi Tepat Guna

(5)

Instalasi Penyakit Tidak Menular. BAB III

TINJAUAN PUSTAKA Biologi

Pengetahuan kualitas air secara microbiologis menurut ALPHA (American Public Health Association) dan WHO (World Health Organization) dilakukan berdasarkan analisis kehadiran jasad indikator ? indikator, yaitu bakteri golongan Coli Fecal yang selalu ditemukan didalam tinja manusia atau hewan berdarah panas, baik yang sehat maupun yang sakit. Selain itu, prosedur pengujian kualitas air menggunakan Coli Fecal bersifat sangat spesifik, artinya pengujian tidak memberikan hasil positif yang salah dan bersifat sangat sensitif, yang artinya kualitas air sudah dapat ditentukan meskipun Coli Fecal tersebut terdapat dalam jumlah yang sangat kecil, misalnya ditemukan 1 sel per mililiter sampel air.

Golongan Bakteri Coli merupakan indikator alami baik didalam air yang tampak jernih maupun tampak kotor, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: berbentuk batang, garam negatif, tidak membentuk spora, pada temperatur 37oC dapat

memferfentasikan laktosa dengan membentuk asam dan dalam 48 jam dapat membentuk gas. Bakteri Coli terdiri dari:

Kelompok Escherichia, misalnya Escherichia Coli, Escherichia Freundil dan Escherichia Intermedia. Kelompok Aerobacter, misalnya Aerobacter Aerogenes, A. Cloacea

Kelompok Klebsiela Pneumonie

Dari ketiga kelompok tersebut, kelompok Escherichia khususnya Escherichia Coli merupakan bakteri yang paling tidak dikehendaki kehadirannya didalam air minum maupun makanan. Aerobacter dan Klebsiela yang biasa disebut golongan perantara, mempunyai sifat seperti Coli Fecal, tetapi tidak dapat hidup pada suhu diatas 37oC dan lebih sering dijumpai didalam tanah dan air daripada didalam saluran pencernaan makanan manusia. Umumnya genus ? genus tersebut tidak patogen. Oleh karena itu kelompok Aerobacter dan Klebsiela disebut kelompok Bakteri Coli non Fecal ( Non ? Fecal Coliform Bacterial/Non-FCB).

Bakteri Escherichia Coli

Escherichia mula ? mula ditemukan oleh Escherichia pada 1885 dari feses seorang bayi. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa Escherichia juga banyak ditemukan pada saluran pencernaan makanan manusia dewasa dan hewan ? hewan berdarah panas. Bakteri ini dapat hidup pada suhu 42oC. Dari sekitar 100 ? 150 gram feses yang setiap hari dikeluarkan oleh seorang manusia, ternyata didalamnya mengandung sekitar 3x1011 (300 milyar) sel Bakteri Coli. Oleh sebab itu, kelompok Escherichia lebih dikenal dengan sebutan kelompok Bakteri Coli Fecal (Fecal Coliform Bacteri/FCB). Sejak saat itu, bila sumber air ditemukan bakteri Coli Fecal maka hal ini dapat menjadi indikasi bahwa air tersebut telah mencemari pencemaran oleh feses manusia atau hewan berdarah panas. Pencemaran bakteri Fecal sangat baik diharapkan. Pada suatu kadar tertentu bakteri Escherichia Coli terbukti dapat menyebabkan berbagai infeksi, antara lain diare, infeksi pada saluran kencing dan meningitis. Escherichia Coli tidak menimbulkan penyakit kecuali apabila bakteri ini hidup dan berkembang dalam jumlah yang sangat banyak Escherichia Coli menyebabkan diare akut dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:

Echerichia Coli Enteropatogenik

Echerichia Coli Enteropatogenik menyebabkan gastroenteristis pada bayi yang baru lahir hingga umur 2 tahun sehingga terjadi kegagalan pertumbuhan pada bayi, khususnya di negara ? negara berkembang. Echerichia Coli ini menyebabkan lesu melalui pengikisan permukaan usus.

Echerichia Coli Enteroinflasive

Serotipe ? serotipe Echerichia Coli tertentu enteropatogenik, ditemukan sebagai penyebab diare akut pada anak ? anak yang lebih berbadan orang dewasa. Echerichia coli ini menyerang sel ? sel epitel usus besar dan menyebabkan sindrom klinis yang mirip dengan sindrom yang diakibatkan oleh Shigella, yaitu demam, diare, muntah dan kram. Galur ini dikenal sebagai enteroinfalsive, virulensi terhadap epitel usus dan penularan didukung dengan sanitasi yang buruk.

Echerichia Coli Enterotoksigenik

Echerichia coli enterotoksigenik merupakan penyebab utama travellers diarrhed (diare pelancong) yang menyerang bayi ? bayi di negara yang berkembang. Galur ? galur enterotoksigenik menghasilkan satu atau dua macam enterotoksin yang berbeda. Beberapa galur menghasilkan toksin yang tahan panas (TP), sedangkan yang lain merupakan toksin yang tidak tahan panas (TTP). Kedua macam toksin ini menyebabkan diare pada orang dewasa dan anak ? anak.

Echerichia Coli Enterohermoganik

(6)

Metode Most Probable Number (MPN)

Metode Most Probable Number (MPN) menggunakan pendekatan ?pengenceran berganda hingga punah? telah dibuktikan sangat baik untuk memperkirakan populasi mikroba, terutama jika mikroba ada dalam jumlah yang sangat sedikit dalam makanan dan sampel air. Selain echerichia coli saat ini metode MPN juga dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah mikroba Salmonella, Taphylococcus dan fecal coliform lainnya.

Metode MPN didasarkan pada pembagian sampel menjadi 3 macam pengenceran. Akurasi dari satu kali pengujuan tergantung dari jumlah tabung yang digunakan untuk tiap pengenceran. Lazimnya, digunakan sistem 5 tabung atau 3 tabung untuk setiap

pengenceran. Informasi yang sangat memuaskan akan diperoleh apabila semua tabung dengan pengenceran rendah menunjukkan tidak adanya pertumbuhan. Pengambilan sampel, pengiriman dan pemeriksaan sampel air harus dilakukan dengan cara aseptis dan dapat mewakili air yang diperiksa. Penggunaan alat ? alat, media dan reagensia serta pelaksanaan pengujian harus sesuai dengan jenis bakteri yang akan ditentukan.

Dalam pengujian sampel, disarankan untuk menggunakan satu set tabung dari setiap pengenceran sebagai kontrol yang tidak diinokulasi. Contohnya, jika menggunakan metode MPN 5 tabung, maka perlu ditambahkan 1 set berisi 5 tabung lagi harus diinkubasi sebagai kontrol untuk meyakinkan bahwa medium yang digunakan benar ? benar steril. Selain itu temperatur inkubator juga harus dikontrol. Pengenceran sampel dengan menggunakan metode MPN identik dengan prosedur untuk perhitungan koloni. Tabung yang positif dari setiap kelompok pengenceran dicatat dan hasilnya dalam bentuk nilai MPN/100 ml. Hasilnya tersebut perlu dikonversikan menjadi nilai nyata, sehingga dapat diketahui jumlah sel yang sebenarnya / ml sampel, dengan rumus sebagai berikut: = nilai MPN 10/(volume tes terbesar)

Analisa kehadiram golongan Bakteri Coli secara kualitatif dilakukan dengan tahapan ? tahapan sebagai berikut: Tes Pendugaan (Presumtif Tes)

Medium yang digunakan adalah kaldu laktosa. Bakteri coliform menggunakan laktosa sebagai sumber kerbonnya. Tes ini dikatakan positif jika setelah inkubasi 37oC selama 24 jam laktosa yang telah difermentasikan akan berubah warna dan berbentuk gas yang ditampung oleh tabung durham yang diletaklan terbalik.

Tes Konfirmasi (Confirmed Tes)

Merupakan tes selanjutnya dari tes pendugaan. Dari tabung yang positif pada tes pendugaan, dilakukan tes menggunakan mediumm BGLB (Brilliant Green Lactose Broth) yang dapat menghambat pertumbuhan pertumbuhan bakteri gram negatif seperti coliform, selain itu dilakukan pula indokulasi pada cawan petri yang berisi media EMB ? agar (Eosine Matylene Blue) atau endo agar. Jika setelah inkubasi 37oC dalam 24 jam, tumbuh koloni yang tampak hijau berkilap logam pada EMB ? agar maka tes dinyatakan positif. Bila menggunakan Endo agar yang mengandung pewarna fuchsin merah muda akibat adanya kandungan asam yang dihasilkan oleh coliform, disekitar koloni Echerichia coli.

Tes Penentu atau Pelengkap (Completed tes)

Untuk menentukan hasil pemeriksaan benar ? benar positif, maka mikroba dari hasil tes konfirmasi hasil yang positif diinokulasikan pada kaldu laktosa kembali. Selain itu ditumbuhkan pula pada agar miring. Jika timbul gas pada kaldu laktosa, maka tes penentu dinyatakan positif.

Jumlah koliform dapat dihitung dengan menggunakan tabel Hopkins yang dikenal dengan metode JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat) atau MPN (Most Probable Number).

Kimia

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanam pada segenap pengguna air.

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber air meliputi kualitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengolahan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.

Sifat Air

Air memiliki yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

(7)

Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup sifat ini juga

menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.

Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai senyawa kimia.

Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi.

Air merupakan satu ? satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki densitas (massa/volume) yang lebih rendah dari pada air. Dengan demikian, es akan mengapung didalam air. Penggolongan Air

Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:

Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan

Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)

Tujuan Pemantauan Kualitas Air

Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama sebagai berikut:

Enviromental Surveillence, yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemaran terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui perbaikan kualitas lingkungan setelah pencemaran tersebut dihilangkan.

Establishing Water ? Quality Criteria, yakni tujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara perunahan sebab akibat antara perunahan variabel ? variabel ekologi perairan dengan parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan mutu kualitas air

Apparsial of Resources, yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas air pada suatu tempat secara umum Parameter Air

Suhu

Suhu suatu bahan air yang dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude) ketinggian permukaan laut (altitude), waktu dalam air, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perunahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Suhu juga dapat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai pada pertumbuhannya.

Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya. Selain itu, peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10oC menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 ? 3 kali lipat. Namun peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatkan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20oC ? 30oC. Warna

Warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya (true color) dan warna tampak (apparent color). Warna sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan oleh bahan ? bahan kimia terlarut. Pada penentuan warna sesungguhnya, bahan ? bahan tersuspensi yang dapat menyebabkan kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi.

Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik, karena keberadaan plankton, humus, dan ion ? ion logam (misalnya besi dan mangan), serta bahan ? bahan lain. Adanya oksidasi besi menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman, kadar besi sebanyak 0,3 mg/liter dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/liter sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan. Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan ? bahan organik, misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan. Bahan organik

(8)

Alam, misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani, alkaloid, selulosa, kanji gula dan sebagainya. Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diperoleh oleh manusia

Fermentasi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibioka, dan asam, yang semuanya diperoleh melalui aktifitas mikroorganisme. Karakteristik bahan organik:

Mudah terbakar

Memiliki titik beku dan titik didih rendah Biasanya lebih sukar larut dalam air

Bersifat isomerasasi: beberapa jenis bahan organik memiliki rumus molekul yang sama

Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena bukan terjadi dalam bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul Berat molekul biasanya sangat tinggi, dapat lebih dari 1000

Sebagian besar dapat berperan sebagai sumber makanan bagi bakteri. Besi dan Mangan

Besi dan mangan yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut, menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri. Kedua macam bahan ini berasal dari larutan batu ? batuan yang mengandung senyawa Fe atau Mn seperti pyrite, kematit mangan dan lain ? lain. Dalam limbah industri, besi berasal dari korosi pipa ? pipa air, material logam sebagai hasil reaksi elektrokimia yang terjadi pada permukaan. Air yang mengandung padatan terlarut mempunyai sifat menghantarkan listrik dan ini mempercepat terjadinya korosi.

Klorida

Klorida banyak dijumpai dalam pabrik institut kaustik soda. Bahan ini berasal dari proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain ? lain. Chlorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai Chlor bebas berfungsi desinfektans, tapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa ? pipa instalasi (Agusnar, H.2008).

Phosfat

Kandungan phosfat yang tinggi menyebabkan suburnya alga dan organisme lainnya. Phosfat kebanyakan berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa phosfat. Dalam industri, kegunaan Phosfat terdapat pada ketel uap untuk mencegah kesadahan. Maka pada saat penggantian air ketel, buang ketel ini menjadi sumber phosfat.

Pengukutan kandungan phosfat dalam air limbah industri berfungsi untuk mencegah tingginya kadar phosfat sehingga tidak merangsang pertumbuhan tumbuh ? tumbuhan dalam ait. Sebab pertumbuhan subur akan menghalangi kelancaran arus air. Pada danau suburnya tumbuh ? tumbuhan air akan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dan kesuburan tanaman lainnya. (Agusnar, H.2008).

Nitrogen

Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam bentuk organik dan oleh bakteri berubah menjadi amonia. Dalam kondisi aerobic dan dalam waktu tertentu bakteri dapat mengoksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat. Nitrat dapat digunakan oleh alga dan tumbuh ? tumbuhan lain untuk membentuk protein tanaman dan oleh hewan untuk membentuk protein hewan, perusakan protein tanaman dan hewan oleh bakteri menghasilkan ammonia.

Nitrit menunjukkan jumlah zat nitrogen yang teroksidasi. Nitrit merupakan hasil reaksi dan menjadi ammonia atau dioksidasi menjadi nitrit. Kehadiran nitrogen ini seringkali dijumpai sebagai nitrogen nitrit. Cadmium ditemukan dalam ruangan industri tekstil, elekto plating, pabrik kimia. Chromium dijumpai dalam dua bentuk yaitu chrom valensi 6 dan chrom valensi 3. Chrom valensi 6 ditemukan dalam ruangan pabrik aluminium dan chad, sedang chrom trivalen ditemukan pada pabrik tekstil, industri gelas dan keramik. Logam ini dengan konsentrasi tertentu membahayakan bagi manusia. (Agusnar, H.2008)

Pengubahan dari nitrogen bebas diudara menjadi nitrat dapat dilakukan secara biologis maupun kimia. Transformasi ini disebut fiksasi (pengikatan) nitrogen. Halilintar menyebarkan fiksasi kimia nitrogen. Ledakan petir yang melalui udara memberikan cukup energi untuk menyatukan oksigen dan nitrogen membentuk nitrogen dioksida, NO2. Gas ini bereaksi dengan air membentuk asam nitrat, NO3. (Kristanto,P.2002)

(9)

Sulfur

Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Sulfure dioxide dibutuhkan pada sintesa. Pada industri kausit soda ion sulfat terdapat sewaktu pemurnian garam. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfide pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfide diubah menjadi hydrogen sulfida. Dalam suasana anaerob hydrogen sulfide teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfide. Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk. Pada prosos digester lumpur gas H2S yang bercampur dengan metana CH4 dan CO2 akan bersifat korosis.

Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen adalah gas yang berwarna, tak berbau, tak berasa, dan hanya sedikit larut dalam air. Untuk mempertahankan hidupnya makhluk yang tinggal di air, baik tanaman maupun hewan bergantung kepada oksigen yang terlarut ini. Jadi penentuan kadar DO dapat dijadikan untuk menentukan mutu air. Kehidupan di air dapat bertahan jika ada DO sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air (5 ppm). Selebihnya bergantung kepada tekanan organisme derajat keaktifannya, kehadiran pencemar, suhu air dan sebagainya. Umumnya laju konsumsi kelarutan oksigen dalam air, jika udara yang bersentuhan dengan permukaan air itu bertekanan 760 mm dan mengandung 21% oksigen. Oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air. Kepekatan oksigen terlarut bergantung kepada suhu, kehadiran tanaman fotosintesis, tingkat penetrasi cahaya yang bergantung kepada kedalaman dan kekeruhan air, tingkat kederasan aliran air, jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air, seperti sampah, ganggang mati atau limbah industri. Penentuan oksigen terlarut harus dilakukan berkali ? kali, berbagai lokasi, pada tingkat kedalaman yang berbeda pada waktu yang tidak sama. (Sastrawijaya,T.2001)

Biochemical Oxigen Demand (BOD)

Dalam air buangan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti nitrogen, belerang, dan lain ? lain yang cenderung menyerang oksigen. Oksigen tersebut digunakan untuk menguraikan senyawa organik, akhirnya kadar oksigen dalam air buangan menjadi keruh dan kemungkinan berbau.

Pengukuran terhadap nilai BOD adalah kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air buangan yang dipergunakan untuk menguraikan senyawa organik dengan bantuan mikroorganisme pada kondisi tertentu. Pada umumnya proses penguraian terjadi secara baik yaitu pada temperatur 20oC dan waktu 5 hari. Oleh karena itu, satuanya biasa dinyatakan dalam mg/liter atau kg. (Kristanto,P.2002) Chemical Oxigen Demand (COD)

Bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen ini adalah COD. Pengukuran ini diperlukan untuk mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organik yang sukar dihancurkan secara oksigen. Oleh karena itu kebutuhan bantuan pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam. Nilai BOD selalu lebih kecil dari pada nilai COD diukur pada senyawa organik yang dapat diuraikan maupun senyawa yang tidak dapat terurai (Kristanto,P.2002)

Nilai pH

Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara 6 ? 8, sedangkan pH air yang tercemar, misalnya air limbah (buangan), berbeda ? beda tergantung pada jenis limbahnya.

Perubahan keasaman pada air limbah, baik arah alkali (pH naik) maupun kearah asam (pH turun), akan mengganggu ikan dan hewan air. Selain itu, air limbah yang mempunyai pH yang rendah. Suatu asam lemah mempunyai keasaman yang tinggi, aritnya

mempunyai potensi untuk melepaskan hidrogen. Contohnya adalah asam karbonat, asam asetat, dan asam organik lainnya. (Kristanto,P.2002)

Kesadahan

Kesadahan air dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Kesadahan sementara (temporer), dan

Kesadahan tetap (permanen)

Kesadahan sementara disebabkan karena garam ? garam karbonat (CO3-) dan di karbonat (HCO3-) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Garam karbonat merupakan garam yang larut. Oleh karena itu, semakin tinggi konsentrasi karbondioksida di udara, semakin tinggi kelarutannya, dalam bentuk reaksi dalam berikut:

CaCO3 + CO2 + H2O --- Ca (HCO3)2 Tidak larut terlarut

Kesadahan air ini bersifat sementara, karena dapat dihilangkan dengan cara pemanasan, dimana terbentuk garam kalsium karbonat yang tidak larut dan mengendap, sehingga dapat dihilangkan dengan mudah.

Ca (HCO3)2 --- CaCO3 Dipanaskan mengendap

(10)

Kesadahan karena garam ? garam tersebut bersifat tetap dan sangat sukar dihilangkan. (Kristanto,P.2002) TDS dan TSS

Padatan yang tersispensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran manusia, kotoran hewan, lumpur, sisa tanaman dan hewan, dan limbah industri. Padatan tersuspensi total suatu contoh air ialah jumlah bobot bahan tersuspensi dalam suatu volume air tertentu. Biasanya diberikan dalam mg/L atau bagian perjuta (bbj) turbiditas diukur dengan alat turbidiuster yang mengukur kemampuan cahaya untuk melewati contoh air itu partikel yang tersuspensi itu akan menghamburkan cahaya yang datang. Sehingga menurunkan intensitas cahaya yang ditransmisikan.

Suatu kenaikan yang mendadak padatan tersuspensi dapat ditafsirkan karena erosi tanah akibat hujan lebat atau pabrik pembakaran sampah kota kapasitasnya menurun jika ada hujan lebat. Padatan sampah lebih berat masalahnya dibanding pengotoran tanah karena emosi. Sampah yang kebanyakan zar organik ini banyak memerlukan oksigen selama diuraikan.

Padatan terlarut total mencerminkan jumlah kepekatan padatan dalam suatu contoh air, juga dinyatakan dalam mg/liter atau dalam bagian juta. Misalnya suatu contoh air dengan padatan terlarut total 200 artinya dalam satu liter air terdapat 200 mg padatan terlarut. Padatan terlarut dan tersuspensi mempengaruhi ketransparan dan warna air. Sifat transparan ada hubungan dengan produktivitas. Transparan yang rendah menunjukkan produktifitas tinggi. Cahaya tidak dapat tembus banyak jika konsentrasi bahan tersuspensi tinggi. Warna air juga ada hubungan dengan kualitas air. (Sastrawijaya,T.2001)

Fisika Udara dan Radiasi

Udara adalah campuran gas secara mekanis dan bukan merupakan senyawa kimia. Udara merupakan komponen yang membentuk atmosfir, yang membentuk zona kehidupan pada permukaan bumi.

Udara terdiri dari berbagai gas dalam kadar yang tetap pada permukaan bumi, kecuali gas methane, ammonia, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrogen oksida mempunyai kadar yang berbeda ? beda tergantung daerah / lokasi. Umumnya konsentrasi methana, ammonia, hidrogen sulfide, karbon monoksida sangat tinggi di areal rawa ? rawa atau industri kimia.

Sampling Gas dan Uap

Mekanisme penangkapan kotaminan di udara berbentuk uap dan gas sangat bergantung pada sifat kimiawi kontaminan. Pada dasarnya terdapat empat mekanisme utama yang dapat terjadi untuk menangkap kontaminan udara gas dan uap, yaitu: Adsorpsi, kontaminan gas dan uap ditangkap pada permukaan suatu media sorben padat (solid sorbent)

Absorpsi, kontaminasi gas dan uap dilewatkan melalui suatu cairan atau bereaksi dengan reagent untuk menghasilkan derivative Reaksi antara kontaminan gas dan uap dengan reagent yang terdapat pada suatu filter (reagent coated on filter)

Garb sampling, kontaminan yang dalam udara ditarik kedalam container di lanjutkan dengan analisis selanjutnya.(Lestari,F.2007) Ozon (O3)

Merupakan bentuk allopotik dari unsur oksigen, mempunyai kemampuan oksidasi yang kuat sekali Sifat fisik

Ozon dalam bentuk gas tampak biru cerah, berbau tajam sekali.

Dalam bentuk cair atau padat, tampak biru kehitaman dengan tidak tembus cahaya (opaque) seperti warna tinta. Masa jenis gas pada 0oC tekanan udara atmosfer 2,154 gr/liter

Massa jenis bentuk cair pada -111,9oC adalah 1,354 gr/ml dan pada -183oC adalah 1,573 gr/ml. Titik didh pada tekanan udara 1 atm : -111,9oC

Titik lebur dari bentuk padat : -192,5oC Sifat kimia

Ozon terdiri dari 3 atom oksigen

Mempunyai daya oksidasi sangat kuat dengan menimbulkan panas. Dipakai sebagai pembasmi hama (bacik bakteri atau virus) lebih cepat dan kuat dari hydrogen peroksida (H2O2), klorin atau sulfur oksida (SO2)

Dipakai untuk teatment air siap diminum.

Menghilangkan rasa bau dan rasa yang tidak enak dari bahan hidrokarbon.

Besi dan senyawa mangan yang memberi warna pada air dapat dihilangkan dengan memakai ozon. Sumber ozon

Ozon terdapat di atmosfer bumi : dekat permukaan bumi, kadar ozon sekitar 0,02-0,03 ppm, kalau ada kabut kadar ozon akan berkurang.

Pada ketinggian 20 km pada atmosfer bumi, ozon dibentuk melalui proses fotokemis yaitu oksigen berubah menjadi ozon. Kadar ozon tertinggi pada ketinggian 30 km.

(11)

Hidrogen Sulfida (H2S)

Hidrogen sulfide merupakan gas yang sangat sedikit sekali jumlahnya di dalam atmosfer. Sifat fisik gas H2S

Gas ini berbau seperti telur busuk Gas berwarna kekuningan Terbentuknya H2S

Ada beberala cara terbentuknya H2S, yaitu:

Memalui aksi bakteri, tanaman dan hewan yang disuplai dengan sulfur secara kontinyu maka sulfur akan bersenyawa didalam tubuh hewan dan tanaman kemudian di sintesis menjadi asam amino dan protein. Proses ini terjadi karena hasil kerja bakteri sulfur. Kemudian apabila tanaman atau tanaman mati, atas perilaku bakteri anaerob maka bakteri tanaman atau hewan akan menghasilkan gas H2S dan selanjutnya akan bereaksi dengan logam besi.

Melalui proses di atmosfer

Sulfur hasil letusan gunung berapi berada di atmosfer akan bersenyawa dengan hydrogen pada tem2peratur yang cukup tinggi. 2H2 + S2 -> 2H2S

Demikian pula sulfur hasil olahan industri akan melayang di dalam atmosfer dan bereaksi dengan hidrogen pada temperatur yang cukup tinggi.

Sumber H2S

Berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati (materi organic) Berasal dari letusan, muntahan gunung berapi.

Berasal dari limbah atau bangunan industri. Nitrogen Oksidasi

Nitrogen terdapat 78% didalam atmosfer bumi, oleh pengaruh organisme, sinar kosmik, cahaya fikasi nitrogen atau bersenyawa berbagai elemen berbentuk senyawa nitrogen yang berguna bagi tumbuh ? tumbuhan dan hewan dalam pertumbuhan.

Nitrogen yang berada di dalam udara bereaksi dengan oksigen membentuk 3 macam senyawa, yaitu:

N2O (nitrous oksida), merupakan gas yang tidak berwarna, tidak bereaksi terhadap ozon, oksigen maupun hydrogen, merupakan gas alam dengan konsentrasi pada atmosfer sebesar 0,15 ppm

NO (Nitrit Oksida), merupakan gas yang beracun, adanya NO disebabkan pembakaran temperatur yang tinggi dan tekanan yang tinggi sehingga nitrogen yang terdapat di atmosfer akan berubah menjadi nitrit oksida (NO). Nitrit oksida oleh pengaruh oksigen atau ozon akan berubah menjadi nitrogen dioksidasi (NO2)

NO2, nitrogen dioksida merupakan gas yang beracun yang berwarna coklat kemerah ? merahan dan berbau pedas seperti asam nitrat Asam dari nitrogen dari dalam atmosfer

Asal dari pembakaran sarana transportasi; motor, diesel, kereta api Asal dari pembakaran, kayu, minyak, batu bara, hutan

Asal dari sampah padat

Asal dari tanaman/arang yang terbakar Asal dari proses industri

Efek yang disebabkan senyawa nitrogen:

Nitrogen Oksida (N2O) merupakan gas alam yang tidak berefek apa ? apa terhadap manusia maupun lingkungan

Nitrit oksida (NO) merupakan karbon bonoksida mempunyai sifat menghalangi sel darah mengangkut oksigen. NO di dalam udara akan beraksi dengan uap air sehingga membentuk asam nitrat.

2 NO + O2 ? 2 HNO2

NO2 berasal dari NO akan bereaksi dengan oksigen di dalam udara 2 NO + O2 ? 2NO2

Gas NO menyebabkan iritasi mata, hidung, saluran pernafasan dan paru ?paru. Sulfur Oksida

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). Kedua jenis gas ini dikenal dengan SOx. Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.

(12)

Selang waktu dimana kontaminan sulfur terdapat di udara Jumlah partikel kualitik yang terdapat di udara

Intensitas sinar matahari Jumlah pengendapan

SO2 jika bereaksi dengan kabut yang berisi uap air akan membentuk asam sulfat. Kedua zat ini berbahaya bagi kehidupan manusia, disamping juga menimbulkan korosi pada logam. Akibat utama dari polutan SOx terhadap manusia adalah terjadinya iritasi pada sistem pernapasan. (Kristanto,O.2002)

Ammonia (NH3)

Referensi

Dokumen terkait

2. Setiap perangkat kemudi listrik atau electrohydraulic yang terdiri dari satu atau lebih unit daya harus dilayani oleh setidaknya dua sirkuit eksklusif fed

Data energi dan zat gizi yang diperoleh melalui metode food record 2x24 jam yaitu pada hari sekolah dan hari libur yang meliputi jenis dan jumlah makanan yang

Jadi dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran (marketing mix) adalah suatu perangkat yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan terhadap produknya

Bila nilai tingkat kesukaan terhadap kejernihan kurang baik maka sirup kulit buah nenas tersebut tidak dapat dikatakan berkualitas baik karena tidak disukai konsumen

GSBI terbentuk dan lahir dalam semangat Gabungan Serikat Buruh Indonesia yang selanjutnya di singkat GSBI di.. sahkan pada tanggal 26 Mei 2015 dalam Kongres Nasional Ke III pada 23 -

Mata kullah ilmu Hama TUmbuhan : memahami interaksi hama, t'anaman dan Iingkungan yang meliputi I perkembangbial<an dan pe''' ' u hama, laktor biotik dan

Seperti dalam wawancara dengan Perlawanan serikat buruh GSBI telah memberi hasil yang cukup baik. dengan membebaskan buruh kontrak menjadi buruh tetap atau

Hasil penelitian menujukkan terdapat 10 strategi rencana kegiatan yang ditunjukkan dengan roadmap Teknologi Informasi dan sistem informasi yang akan dibangun dalam jangka waktu