• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resistensi Buruh Terhahap Kebijakan Sistem Outsourcing ( Studi kasus : Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) di kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Resistensi Buruh Terhahap Kebijakan Sistem Outsourcing ( Studi kasus : Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) di kota Medan)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROFIL GABUNGAN SERIKAT BURUH INDONESIA ( GSBI ) A. Sejarah Lahirnya GSBI

Sejarah pergerakan serikat buruh di indonesia dapat dibagi kedalam

beberapa periode yaitu pada rezim kolonial Belanda dan Jepang. Periode setelah

proklamasi kemerdekaan, Oede Baru dan masa Reformasi (saat ini ).

Pada tahun 1894 muncul serikat pekerja di Indonesia seperti NIOG

(Nederland Indies Onderw Genoots ). Perserikatan dari guru-guru bangsa

Belanda.36 Pada tahun 1908 berdiri organisasi-organisasi buruh seperti, VSTP (

Vereeniging van Spoor-en Tremwege Personel in naderland indie) dipimpin

Semaoen dan para pimpinannyayang beraliran Sosialis Komunis yang bertujuan

membela hak-hak dan kemjuan kaum buruh kereta api. Tahun 1916 berdiri PPBB

(Perserikatan Pegawai Pengadaian Bumi Putra) dipimpin R.Soro Kardono. Tahun

1928 berdiri SKBI (Serikat Kaum Buruh Indonesia) dipimpin Iwa Kusuma

Sumantri. Tahun 1942 berdiri SBO (Serikat Buruh Ondenering) perserikatan

perama dari pegawai perkebunan.37

Selanjutnya pada masa proklamasi kemerdekaan, muncul BBI (Barisan

Buruh Indonesia). Muncul karena kondisi kemerdekaan indonesia harus diisi

dengan perjuangan gerakan buruh agar peran kaum buruh dalam mengisi

kemerdekaan indonesia tetap diperhitungkan. Kemudian berdiri SOBSI (Sentral

36 Sandra, “Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia” (jakarta;Turc, cetakan pertama,2007).hal.3 37

(2)

Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) menggantikan GASBI (Gabungan Serikat

Buruh Indonesia).38

Reformasi yang dialami kaumburuh adalah ketika dikeluarkannya

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 tahun 1998 terkait pendaftaran serikat

buruh. Hal ini juga sekaligus mengakhiri era serikat buruh tunggal yang dikuasi

oleh SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). Selanjutnya diperkuat dengan

dikeluarkannya Undang-undang Serikat Pekerja/Serikat Buruh No 21 Tahun 2000

Tentang serikat Pekerja/Serikat Buruh pada era Abdurrahman Wahid tahun 2000

era serikat tunggal yang dapat dikontrol negara diberhentikan.39

a. Bahwasanya kemerdekaan berserikat, berkumpul, dalam mengeluarka

pikiran secara lisan ataupun tulisan, mendapatkan pekerjaan dan

penghidupan layak bagi manusia, dan mempunyai kedudukan yang

sejajar (sama) dalam hukum adalah merupakan hak dari setiap warga

negara.

b. Bahwasanya dalam rangka mewujudkan kemerdekaan dalam

berserikat, pekerja/buruh berhak mendirikan atau membentuk dan juga

mengembangkan serikat pekerja/serikat buruh yang bebas, mandiri

beranggung jawab, terbuka dan demokratis.

c. Bahwasanya serikat pekerja/serikat buruh meruupakan sebuah sarana

untuk melindungi, membela dan memperjuangkan dari kepentingan

juga kesehjateraan pekerja/buruh dengan pengusaha dan pemerintah

38

Sandra, Op.cit., hal.61

(3)

sehingga dapat menghasilkan suasana yang harmonis, dinamis dan

adil.

d. Bahwasanya berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang telah

dijelaskan pada huruf a,b,c, maka perlu ditetapkan undang-undang

tentang serikat pekerja/serikat buruh. (Undang-undang Serikat

Pekerja/Serikat Buruh No 21 Tahun 2000).

Proses lahirnya GSBI dalam kancah perserikat buruhan di Indonesia

pembangunannya jauh sudah di mulai sejak tahun 80-an yang di rintis oleh

beberapa aktivis dan tokoh buruh dan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) pejuang hak buruh yaitu SISBIKUM (Yayasan Saluran Informasi Sosial

dan Bimbingan Hukum) dengan cara melakukan kerja-kerja penyadaran dan

pengorganisasian, pendidikan dan bantuan hukum/advokasi buruh di tingkat

komunitas yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi

(Jabodetabek).

Untuk menghindari kejaran otoriter rezim orde baru pada saat itu sebagai

alat berkumpulnya kawan-kawan buruh yang diorganisir pada tahun 1990-an di

bentuklah komunitas TEATER BURUH INDONESIA atau yang lebih di kenal

dengan TBI. TBI adalah organisasi yang bergerak dibidang kesenian dan

kebudayaan yang menghimpun kreatifitas dan potensi kaum buruh dengan

aktivitas mulai dari bermain musik, lagu-lagu perjuangan dan kehidupan buruh,

puisi, melukis serta teater/drama dan juga pendidikan-pendidikan hukum

(4)

karya-karya kaum buruh. Pada tahap selanjutnya proses penyadaran dan

pengorganisasian buruh di fokuskan pada pengorganisiran buruh-buruh di

perusahaan-perusahaan sepatu terutama yang memproduksi merk/lisensi

internasional, seperti: Nike, Adidas, Fuma, Filla, Reebok dll. Dari hasil kerja

keras tersebut lahirlan kelompok-kelompok belajar buruh pabrik sepatu yang

tersebar di wilayah Jabodetabek, selanjutnya kelompok-kelompok belajar buruh

ini mempersatukan diri menjadi organisasi dan pada Tanggal 15 Desember 1996

di Cisarua Bogor Jawa Barat di bentuk serta di deklarasikan serikat buruh di

sektor Sepatu dan Perlengkapannya [foot wear] yang di berinama “Perkumpulan

Buruh Pabrik Sepatu” yang selanjutnya di singkat PERBUPAS.40

Pada saat itu juga sudah mulai berkembang kelompok diskusi di beberapa

perusahaan di berbagai jenis Industri/lapangan pekerjaan. Karena pada

tahun-tahun itu serikat buruh/pekerja yang diakui dan diperbolehkan oleh pemerintah PERBUPAS adalah serikat buruh yang menghimpun potensi buruh-buruh

yang bekerja di pabrik sepatu, dengan tujuan guna memperkuat posisi tawar,

perlindungan dan juga perjuangan peningkatan kesejahteraan buruh disektor

sepatu dan perlengkapannya. Proses pengorganisasian ini di ikuti oleh

buruh/kelompok belajar buruh dipabrik Garmen dan Tekstil yang pada tanggal 17

Agustus 1997 di Bumi Perkemahan Jambore Cibubur, Jakarta Timur,

mendeklarasikan serikat buruh yang diberi nama “Asosiasi Buruh Garmen dan

Tekstil ” yang selanjutnya di singkat ABGTeks.

(5)

hanya SPSI, maka pada tahap awal Program Kerja dari kedua serikat buruh

tersebut (PERBUPAS dan ABGTEKS) adalah di fokuskan pada penguatan buruh

dan perluasan organisasi di kedua sektor tersebut melalui diskusi-siskusi,

pendidikan dan pelatihan, advokasi dan juga penerbitan berbagai brosur tentang

perburuhan secara tertutup dengan gerakan pengorganisasian di bawah tanah. Hal

ini disebabkan pada masa itu rejim orde baru tidak memberikan tempat kepada

buruh untuk membentuk serikat buruh lain diluar Serikat Pekerja Seluruh

Indonesia (SPSI) sebagai satu-satunya serikat buruh yang diakui oleh negara dan

berhak melakukan perundingan baik di pabrik maupun dalam sekala yang lebih

luas.41

41 Ibid.

Dengan dirativikasinya Konvensi ILO 87/1948 dan juga di keluarkannya

Permenaker No. 05 tahun 1998 Artinya kran kebebasan berserikat bagi kaum

buruh telah di buka seluas luasnya oleh Pemerintah, maka dengan menggunakan

kesempatan tersebut serikat-serikat buruh yang tergabung dalam Perkumpulan

Buruh Pabrik Sepatu (PERBUPAS) maupun Asosiasi Buruh Garmen dan Tekstil

(ABGTeks) serta kelompok belajar buruh yang berada di berbagai perusahaan di

wilayah Jabodetabek dengan segera menyikapi perubahan tersebut dengan

mendeklarasikan serikat buruh di tingkat pabrik dan mencatatkannya di

(6)

Seiring dengan perkembangan PERBUPAS dan ABGTeks lahir pula

berjamuran dalam proses kerja-kerja pengorganisasian ini serikat-serikat buruh

tingkat pabrik di berbagi jenis Industri, seperti Latek, Otomotif, Alumunium,

Plastik, Kimia dllnya. Mengingat persatuan dan serikat buruh yang kuat yang

memiliki basis yang mengakar, anggota yang terpimpin, terdidik dan terorganisir

yakin yang akan mampu merubah kondisi perburuhan maka sangat mutlak

dibutuhkan pada saat itu adalah harus lahir adanya serikat buruh baru ditingkat

nasional yang independen dan sejati yang menghimpun seluruh kekuatan kaum

buruh di Indonesia. Maka pada bulan November 1998 bertempat di Cimanggis

Depok diadakan pertemuan antara SISBIKUM – PERBUPAS – ABGTeks dan

pimpinan PTP serikat buruh tingkat perusahaan, dalam pertemuan tersebut semua

pihak sepakat untuk membentuk federasi tingkat nasional.42

Pada akhirnya berdasarkan pada prinsip kesadaran dan demi untuk

mempersatukan kaum buruh, perjuangan serikat buruh-serikat buruh,

mengkonsolidasikan organisasi serikat-serikat buruh, memimpin langkah-langkah

perjuangan yang rapat dan kompak bersatu, serta memelihara setia kawan

(solidaritas) dalam praktek dikalangan segenap kaum buruh dalam pusat

perjuangan buruh yang sejati serta merujuk pada (1). Konvensi ILO No. 87,

tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi, (2).

Konvensi ILO No. 98, mengenai Kebebasan Berorganisasi dan Berunding

Bersama serta (3). Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 05/MEN/1998, tentang

42

(7)

Pendaftaran Serikat Pekerja, dan sebagai tindak lanjut dari pertemuan November

1998 maka pada tanggal 21 Pebuari 1999 GSBI di bentuk dan dirikan di

Mekarsari Depok Jawa Barat oleh 17 (tujuh belas) Serikat Buruh Tingkat

Perusahaan (PTP), 9 (sembilan) Kelompok Belajar Buruh yang tersebar di

berbagai pabrik di Jabodetabek, oleh 2 (dua) Federasi Nasional Serikat Buruh

(PERBUPAS DAN ABGTEKS) serta puluhan Individu aktivis dan tokoh buruh

seperti bapak Arist Merdeka Sirait, yang selanjutnya GSBI di deklarasikan ke

tengah-tengah publik pada Tanggal 21 Maret 1999 di Jakarta di Lapangan Tenis

Gelora Bung Karno Jakarta, yang dihadiri tidak kurang oleh 7.000 (tuju ribu)

buruh dari berbagai sektor industri dari wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang,

Bekasi dan Depok.43

43

(8)

B. Gambaran Masa Kini Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI)

Ditahun masa sekarang ini tuntutan untuk perubahan dibidang

ketenagakerjaan juga merupakan hal keharusan untuk dilakukan perubahan.

Dengan waktu yang tidak lama setelah berakhirnya orde baru akan diadakan

konferensi ILO (International Labour Oragnitation) di bulan juni 1998. Pada

konferensi ILO, pemerintah mencabut Kepmenaker No 45 tentang pendaftaran

SPSI dan menggantinya dengan Kepmenaker No 5 tahun 1998 yang

memungkinkan lahirnya Serikat Pekerja di luar SPSI.44 Pemerintah juga

meratifikasi Konvensi ILO tentang Kebebasan Berserikat dan perlindungan hak

untuk berorganisasi, 1948 (No.87) dengan keputusan Presiden RI No.83 tahun

1998.45

GSBI adalah organisasi Pusat Perjuangan Buruh dari berbagai macam

bentuk organisasi serikat suruh sektoral dan non-sektoral yang independen,

militan, patriotik dan demokratis. GSBI terbentuk dan lahir dalam semangat Gabungan Serikat Buruh Indonesia yang selanjutnya di singkat GSBI di

sahkan pada tanggal 26 Mei 2015 dalam Kongres Nasional Ke III pada 23 - 27

Mei 2015 di Cisarua Kabupaten Bogor, Jawa Barat, merupakan kelanjutan dari

Gabungan Serikat Buruh Indonesia/Federation of Independent Trade

Union (GSBI) yang didirikan dan dideklarasikan pada tanggal 21 Maret 1999 di

Jakarta.

44

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Tentang Pendaftaran Organisasi Serikat Buruh Nomor: per-05/MEN/1998.

45

(9)

persatuan dan dalam gelora perjuangan rakyat untuk perubahan untuk

menggulingkan rezim otoriter Soeharto untuk demokrasi sejati.

GSBI didirikan untuk bekerja dan berjuang mempersatukan kaum buruh

dan serikat buruh-serikat buruh, mengkonsolidasikan organisasi serikat-serikat

buruh, memimpin langkah-langkah perjuangan yang rapat dan kompak bersatu,

serta memelihara setia kawan (solidaritas) dalam praktek dikalangan segenap

kaum buruh dalam garis serikat buruh sejati yang Independen, militan, patriotik

dan demokratis, untuk membela, melindungi, mempromosikan dan

memperjuangkan hak dan kepentingan kaum buruh untuk mendapatkan pekerjaan,

upah yang layak, jaminan sosial, kondisi kerja dan syarat-syarat kerja yang

manusiawi, hak untuk kebebasan serikat buruh, berunding secara kolektif, hak

untuk mogok, untuk demokrasi dan solidaritas internasional untuk perdamaian

diantara bangsa-bangsa. Untuk memastikan dan mewujudkan partisipasi kaum

buruh yang nyata dalam perjuangan demokratis nasional, pekerjaan serta

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Serikat buruh diciptakan bukan tidak memiliki pernyataan sikap terhadap

masalah-masalah atas buruh yang sangat sering berhadapan dengan peraturan

yang dicptakan oleh pemerintah dan kepada perusahaan-perusahaan. Sebagai

sebuah organisasi yang mendengarkan aspirasi buruh, gabungan serikat buruh

sering menyatakan pendapatnya secara nyata. GSBI memandang adanya konflik

antar-serikat adalah sesuatu yang alamiah. Namun demikian GSBI juga

(10)

manajemen. Dengan pandangan demikian, jika ada konflik antarserikat buruh,

GSBI mengharapkan agar manajemen menjadi fasilitator atau mediator dalam

konflik tersebut. Disamping itu GSBI juga, melibatkan pemerintah dalam hal ini

Disnaker sebagai penengah dalam konflik antar-serikat buruh. Cara lainnya adalah

melibatkan pihak buyer dan melakukan investigasi atas persoalan yang terjadi.46

Sebagai sebuah organisasi serikat pekerja/serikat buruh yang selalu memiliki

prinsip melawan terhadap setiap perlakuan tidak adil kepada buruh, maka semua

itu akan dapat diperbuat di dalam sistem yang diciptakan serikat buruh tersebut.

Serikat pekerja tercipta diharapkan dapat menjalankan peranannya dan tugasnya

dengan baik terutama sebagai kekuatan sosial menyelenggarakan pendidikan

politiksehingga seluruh anggotanya menghayati dan mengamalkan hak dan

keawajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan politik mengarahkan

anggota akan kesadaran nasional, disiplin nasional dan menguasai perkembangan

nasional, menyangkut semua aspek kehidupan Negara dan Bangsa berdasarkan Organisasi GSBI bersifat Independen, terbuka, militan, nasional patriotik,

demokratis, dan bertangung jawab serta tidak menjadi bagian atau onderbouw dari

salah satu partai politik. Sedangkan Bentuk dari organisasi GSBI adalah

organisasi Pusat Perjuangan Buruh dari berbagai macam bentuk

organisasi serikat buruh sektoral dan non-sektoral. Organisasi GSBI berazaskan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta Solidaritas Buruh Seluruh Dunia

(11)

pancasila.47 Sebagai serikat pekerja/serikat buruh yang sah di dalam hukum, maka

adapun tujuan Gabungan Serikat Buruh adalah :48

1. Mempersatukan dan memperkuat perjuangan socialekonomi, politik dan

kebudayaan kaum buruh dalam menghadapi penindasan dan penghisapan.

2. Meningkatkan kesadaran politik kaum buruh melalui pendidikan yang

intensif, pengorganisasian, mobilisasi dan pemogokan untuk perjuangan

dalam meningkatkan kesejahteraan kaum buruh dan keluarganya.

3. Membela, melindungi, mempromosikan dan memperjuangkan hak dan

kepentingan kaum buruh untuk mendapatkan pekerjaan, upah yang layak,

jaminan sosial, kondisi kerja dan syarat-syarat kerja yang manusiawi, hak

untuk kebebasan serikat buruh, berunding secara kolektif, hak untuk

mogok, untuk demokrasi sejati dan perdamaian.

4. Memastikan dan mewujudkan partisipasi kaum buruh yang nyata dalam

perjuangan demokratis nasional, pekerjaan, kehidupan berbangsa dan

bernegara bersama-sama kelompok masyarakat lainnya sebagaimana

cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan Undang-Undang Dasar

1945 untuk Indonesia yang berdaulat, demokratis, kaum buruh dan rakyat

yang sejahtera adil dan makmur.

5. Mempersatukan perjuangan serikat buruh-serikat buruh,

mengkonsolidasikan organisasi serikat-serikat buruh, memimpin

langkah-47

Sarwo Edhi Wibowo,1987,”Pedoman Pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila”, Jakarta, Yayasan Tripartit Nasional,hal.,69.

48 GSBI, “Tentang Tujuan GSBI”, tersedia di

(12)

langkah perjuangan yang rapat dan kompak bersatu, serta memelihara setia

kawan (solidaritas) dalam praktek dikalangan segenap kaum buruh.

Sebagai serikat buruh, maka GSBI mempunyai cita-cita dan tujuan

meningkatkan kesejahteraan kaum buruh serta memperjuangkan perbaikan

nasib, syarat-syarat kerja dan penghidupan yang layak sesuai dengan

kemanusiaan juga memperjuangkan terciptanya perluasan kesempatan kerja

dalam rangka mensukseskan pembangunan. Maka secara umum tugas dan

fungsi GSBI adalah :49

3. Sebagai sekolah bagi kaum buruh untuk memiliki kemampuan seni

memimpin dan kepemimpinan yang handal, menciptakan agitator dan

propagandis handal serta keterampilan dalam mengatur organisasi dengan 1. Sebagai alat perjuangan kaum buruh dalam meningkatkan

kesejahteraan buruh dan keluarganya serta memberikan perlindungan hak

serta kepentingan bagi kaum buruh dari kondisi kerja dan syarat kerja

yang buruk serta hantaman arus modal dalam negeri maupun modal asing.

2. Mempersatukan kaum buruh dan berbagai macam bentuk organisasi

serikat buruh sektoral dan non-sektoral untuk mewujudkan solidaritas

dalam mempertahankan, mempromosikan hak dan kepentingan kaum

buruh serta memperkuat perjuangan perbaikan sosial ekonomi, politik dan

kebudayaan kaum buruh.

49 GSBI, “Tentang Fungsi GSBI”, tersedia di

(13)

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, kursus-kursus serta pusat

informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran, mutu pengetahuan,

keterampilan dan produktivitas yang menyangkut perkembangan

perburuhan dalam rangka pengembangan dan penguatan serikat buruh dan

perjuangannya.

4. Memperjuangkan terwujudnya syarat-syarat dan kondisi kerja yang

manusiawi dengan berbagai cara, termasuk melalui Perjanjian Kerja

Bersama (PKB) maupun dengan mempengaruhi kebijakan pemerintah di

bidang perburuhan dan rakyat banyak lainnya untuk terwujudnya

perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya yang berpihak pada

kaum buruh dan rakyat.

5. Mendorong dan terciptanya usaha-usaha ekonomi yang mandiri dan

berkeadilan sosial.

6. Sebagai wakil kaum buruh dalam lembaga-lembaga ketenagakerjaan

nasional dan internasional.

7. Sebagai alat kontrol atas pelaksanaan berbagai kebijakan dan

perundang-undangan yang di keluarkan pemerintah.

8. Sarana membangun kerja sama dan menggalang solidaritas dengan

badan-badan sosial serta organisasi lain dalam maupun luar negeri baik

kaum tani, mahasiswa dan sektor rakyat lainnya serta kekuatan-kekuatan

pro demokrasi dan hak azasi manusia untuk perdamaian dunia, menentang

(14)

ketidak adilan serta memperjuangkan dan mewujudkan pemerintahan yang

demokratis, bersih, berdaulat, adil dan makmur.

C. Program Perjuangan Gabungan Serikat Buruh Indonesia ( GSBI )

Seorang buruh dan warga lainnya memiliki kemerdekaan penuh dalam

mengemukakan pendapat denga beragam cara, baik dalam pertemuan-pertemuan

umum maupun khusus. Ia juga memiliki kemerdekaan untuk melancarkan

kritik-kritik terhadap pemerintahan yang sedang berkuasa, apabila pemerintah telah

menyimpang dari jalan kebenaran dan telah menyalahi aturan.

50

Sebagai Serikat Buruh yang sudah matang maka semua peraturan di

dalamnya harus di jalankan. Adapun program perjuangan adalah sebagai

peraturan, oleh karena itu progream perjuangan GSBI di lapangan politik adalah

sebagai berikut :

Dalam

menciptakan suatu organisasi yang baik dan dapat terus berlangsung dalam jangka

panjang maka harus ada suatu hal yang harus diperbuat suatu organisasi tersebut.

Program-program yang akan dilakukan dibidang-bidang tertentu akan membantu

organisasi menjalankan visi nya dengan baik, adapun GSBI yang meiliki program

perjuangan.

51

1. Menuntut dihapuskannya seluruh Undang-undang dan kebijakan pemerintah

yang anti buruh, anti rakyat dan anti demokrasi dalam lapangan ekonomi, politik,

50

Baqir Syarif al-Qarasyi, 2007,” Keringat Buruh”, Jakarta:Al-Huda,hal.237.

(15)

sosial, kebudayaan dan keamanan. Penolakan ini diarahkan pada setiap

undang-undang dan kebijakan serta praktek yang menguntungkan borjuasi komprador,

tuan tanah, kapitalis birokrat dan imperialis yang menindas kebebasan berbicara,

berkumpul, berserikat, hak mogok, hak berunding, berkeyakinan politik,

menganut kepercayaan agama, dan kebebasan pribadi bagi rakyat, agar rakyat

mendapatkan hak-hak kebebasan yang penuh

2. Menolak segala bentuk privatisasi BUMN dan aset-aset milik negara yang

menyebabkan Indonesia jatuh kepada kontrol dan dominasi kekuatan oligarki

ekonomi dan kapitalis monopoli asing melalui sekutu terpercayanya yaitu borjuasi

komprador. Yang pada pokoknya menentang seluruh undang-undang, peraturan,

kontrak perjanjian, dan persetujuan, yang mengikat ketergantungan ekonomi

nasional kepada kapitalis monopoli asing dan menolak seluruh utang dan bantuan

keuangan dari imperialis.

3. Menuntut adanya jaminan dan perlindungan atas hak politik kaum buruh

dalam bentuk kebebasan berserikat, berkumpul dan menyuarakan kepentinganya

secara bersama-sama dimuka umum (mogok kerja, aksi, demontrasi) tanpa

intimidasi, teror, PHK, dan kriminalisasi serta bentuk represif dan kekerasan

lainnya serta menuntut segera dihentikan semua proses dan praktek-praktek

kriminalisasi bagi para anggota, pimpinan dan aktivis serikat buruh, menuntut

dibebaskan pimpinan dan aktivis buruh, petani, mahasiswa, kaum miskin kota dan

para pejuang hak azasi manusia yang ditahan karena aktivitasnya dalam

(16)

4. Menuntut dan memperjuangkan terciptanya perlindungan sejati bagi Buruh

Migran Indonesia dan keluarganya. Dimana negara harus menjamin perlindungan

terhadap buruh migran yang meliputi: Perlindungan hukum; Perlindungan atas

hak-hak sosial ekonomi dan politik buruh sepenuhnya; Perlindungan dari

penyimpangan kerja seperti perbudakan, pelacuran atau prostitusi, perdagangan

manusia, pelecehan seksual, diskriminasi, intimidasi, kekerasan dan

penganiayaan; Perlindungan dari segala bentuk penipuan dan pemerasan terhadap

buruh migran yang menyangkut masalah perjanjian kerja, kontrak kerja,

biaya-biaya administrasi, dokumentasi dan keimigrasian.

Dimana negara/pemerintah harus menjamin pelaksanaan hak-hak

demokratis buruh migran sebagai warga negara seperti: hak politik, pelayanan

sosial, perawatan kesehatan dan pendidikan. Untuk itu menuntut dan mendesak

negara/pemerintah untuk mencabut UU No 39 tahun 2004 serta berbagai

perundangan dan peraturan yang menindas buruh Migran Indonesia, juga

menuntut dan berjuang mendesak pemerintah dengan segera untuk membuat

berbagai peraturan dan undang-undang yang memberikan perlindungan sejati

terhadap BMI dan keluarganya semenjak perekrutan, dipenampungan,

keberangkatkan, saat bekerja (penempatan) dan saat kepulangannya.

5. Menuntut kepastian kerja dan menolak serta menuntut dihapuskan nya system

(17)

6. Menuntut dan memperjuangkan kesetaraan bagi kaum perempuan terutama

bagi kaum perempuan pekerja untuk mendapatkan hak yang sama dalam

pekerjaan dan perlindungan kerja serta perlindungan khusus yang meliputi:

Persamaan dalam hak-hak sosial ekonomi, yaitu: upah, K3, cuti haid, cuti hamil

dan cuti melahirkan, tunjangan, persamaan hak bagi yang belum menikah, sudah

menikah dan berkeluarga, serta orangtua tunggal (single parent), tidak

dipekerjakan pada malam hari, terlebih yang sedang hamil, perlindungan dari

pelecehan seksual dan kekerasan, dan hak-hak sosial ekonomi umumnya.

Selanjutnya persamaan dalam politik, yaitu: kebebasan untuk berserikat, memilih

dan dipilih, berpendapat, berunding, mogok, dan lain-lain.

7. Menuntut dan memperjuangkan dihapuskannya segala bentuk hubungan kerja

dan proses produksi yang melibatkan anak-anak sebagai buruh. Negara harus

menjamin usaha tersebut dengan menindak tegas dan menghukum pelaku yang

memperkerjakan anak-anak di bawah usia 18 tahun. Hal demikian berlaku bagi

segala bentuk perdagangan anak dan perbudakan. Negara harus melindungi dan

menjamin anak-anak untuk bisa mengikuti proses pendidikan (hak-hak anak) yang

diberikan secara bebas dan tanpa kompensasi.

8. Menuntut untuk di tangkap, di adili dan sita seluruh harta koruptor dan

menolak segala bentuk kuropsi, kolusi maupun nepotisme (KKN) dan sejenisnya.

9. Menuntut dilaksanakannya reforma agraria sejati (land reform), menolak dan

melawan segala bentuk monopoli dan perampasan tanah serta dilaksanakannya

(18)

10. Melawan segala bentuk diskriminasi, intimidasi, kriminalisasi serta tindakan

teror fasistik yang dilakukan negara maupun sipil terhadap kaum buruh dan

seluruh golongan rakyat yang berwatak demokratis, patriotis dan militan di

Indonesia.

11. Memperjuangkan hak-hak demokratis bagi seluruh elemen rakyat yang anti

imperialisme dan feodalisme di Indonesia agar mampu menyuarakan dan

memperjuangkan hak-hak dasarnya secara legal.

12. Menolak hutang dan menolak pembayaran hutang luar negeri dan menuntut

pembebasan dari segala eksploitasi dan penindasan kapital keuangan internasional

di dalam negeri yang berbentuk hutang pokok dan bunganya.

13. Menolak dan melawan segala bentuk intervensi dan dominasi kekuatan

modal asing di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan militer serta system

ekonomi feodalisme terhadap negara dan rakyat Indonesia, menentang segala

bentuk dominasi melalui globalisasi, perang dan pendudukan oleh imperialis,

khususnya pimpinan Amerika Serikat (AS).

14. Menentang berbagai pengaturan dan kerjasama regional, bilateral dan

multilateral yang dibentuk dan disokong oleh Imperialisme terutama imperialism

(19)

Adapun Program Perjuangan GSBI di lapangan Ekonomi adalah sebagai

berikut:52

52

Ibid.

1. Memperjuangkan dan menuntut terciptanya system dan atau kebijakan Upah

Minimum Nasional bagi buruh Indonesia yaitu upah yang diberikan harus mampu

memenuhi kebutuhan hidup dasar dan sosial yang layak, sandang, pangan, papan,

kesehatan, pendidikan, informasi, dan kebutuhan sosial lainnya serta menentang

dan menolak seluruh praktek-praktek dari system maupun kebijakan politik upah

murah dan perampasan upah mulai dari tingkat pabrik sampai dengan nasional.

2. Menuntut dihapuskannya UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

Permen 13 tahun 2012, Kepmen 231 tahun 2003, Instruksi Presiden No 9 tahun

2013, Permen 07 tahun 2013 tentang Upah Minimum dan seluruh keputusan

pemerintah baik pusat maupun daerah yang menopang dan melanggengkan politk

upah murah serta perampasan upah.

3. Memperjuangkan dan menuntut diberlakukannya system Upah Sektoral serta

menolak segala bentuk praktek diskriminasi upah yang berdasarkan ras, suku,

kebangsaan, jender, politik, dan agama.

4. Menuntut untuk membuka dan menyediakan lapangan pekerjaan yang

seluas-luasnya bagi seluruh rakyat tanpa diskriminasi dengan memberikan upah yang

(20)

5. Menuntut di hentikannya segala modus operandi Pemutusan Hubungan Kerja

(PHK) bagi buruh, maka secara tegas menolak dan melawan segala bentuk PHK

yang dilakukan oleh pengusaha/pemilik modal dan pemerintah karena PHK

adalah gerbang kemiskinan dan kematian bagi kaum buruh.

6. Menuntut, memperjuangkan dan memastikan semua kaum buruh harus

dijamin dan dilindungi keamanan dan keselamatan kerjanya dengan menerapkan

standar keamanan dan keselamatan kerja (K3) yang baik di tingkat pabrik atau

tempat kerja masing-masing.

7. Menuntut dan memperjuangkan agar semua buruh dan keluarganya serta

seluruh rakyat Indonesia mendapatkan jaminan sosial yang sepenuhnya di

tanggung oleh Negara, yang meliput i :

• Pelayanan kesehatan (medical care);

• Santunan selama sakit (sickness benefit);

• Santunan pengangguran (unemployment benefit);

• Jaminan hari tua (old-age benefit);

• Jaminan kecelakaan kerja (employment injury benefit);

• Santunan/pelayanan bagi anggota keluarga (family benefit);

• Perawatan kehamilan dan persalinan (maternity benefit);

• Santunan kecacatan (invalidity benefit); dan

(21)

Dimana Jaminan sosial ini dikelola secara langsung oleh pemerintah dan

menjangkau seluruh buruh dan rakyat Indonesia. Pengelolaan ini tidak boleh

dikelola oleh lembaga swasta dan memakai cara-cara kapitalisme. Dan dalam

pelaksanaannya Serikat Buruh dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan,

kontrol dan pelaksanaan.

8. Menuntut dan memperjuangkan fasilitas perumahan minimum yang layak

bagi buruh, sarana dan fasilitas transportasi umum, telekomunikasi harus dijamin

negara untuk seluruh rakyat.

9. Menuntut dan memperjuangkan dibangunnya tempat penitipan anak ditempat

kerja dengan perlindungan, pengasuhan dan pendidikan yang layak.

10. Memperjuangan Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) di

pabrik-pabrik.

Adapun Program Perjuangan GSBI di Lapangan Kebudayaan adalah sebagai

berikut :53

1. Memperjuangkan dan menuntut dilaksanakannya atau

terselenggarakannya pendidikan murah, ilmiah dan demokratis bagi buruh,

anak kaum buruh dan seluruh rakyat Indonesia. Serta kampanye melawan

imperialisme dan feodalisme serta pengaruhnya atas sistem pendidikan,

media massa, dan seluruh mesin-mesin kebudayaan.

53

(22)

2. Menentang segala bentuk kebudayaan imperialisme dan feodalisme

diberbagai bidang kehidupan.

3. Mempromosikan segala bentuk kebudayaan rakyat yang ilmiah, maju dan

demokratis yang menyokong kepentingan dan aspirasi kaum buruh dan

rakyat Indonesia.

Adapun Program Perjuangan GSBI di Lapangan Solidaritas Internasional

adalah untuk mencapai kemenangan perjuangan dalam kesejahteraan kaum buruh

dan kesejahteraan rakyat Indonesia yang lepas dari dominasi imperialisme, bebas

dari system ekonomi setengah feudal dan kapitalis biroktrat penting membangun

kerjasama dan solidaritas Internasional dengan buruh dan rakyat tertindas lainnya

di seluruh dunia yang tertindas dan terhisap oleh imperialisme dan pemerintahan

boneka di masing-masing negeri.

Solidaritas dibangun melalui kerjasama, dukungan dan seruan politik,

aksi-aksi bersama dengan berprinsip pada kemandirian dan penghormatan terhadap

perjuangan buruh dan rakyat di masing-masing negeri bersandarkan garis anti

imperialisme dan solidaritas buruh Internasional untuk perdamaian abadi,

kemanusiaan, demokrasi serta keadilan.54

1. Menentang seluruh skema penghisapan dan penindasan imperialis

pimpinan Amerika Serikat (AS), menentang perang agresi, campur tangan

dan dominasi imperialism atas dunia di seluruh negeri.

54

(23)

2. Mendukung seluruh gerakan buruh dunia dan gerakan rakyat anti

imperialis.

Tidak hanya tentang isu sektoral klas buruh, sejak kelahirannyaGSBI juga

ambil bagian dalam setiap kampanye kaum tani untuk melawan monopoli

dan perampasan tanah serta menuntut dijalankannya reforma agraria sejati di

Indonesia. Hal ini dilakukan dalam rangka membangun sinergi diantara gerakan

rakyat yang didasari oleh keyakinan bahwa hanya dengan persatuan gerakan

rakyat, masalah-masalah utama yang dihadapi oleh rakyat Indonesia dapat

diselesaikan.

GSBI sejak kelahirannya juga telah memiliki konsentrasi untuk berlawan

terhadap dominasi imperialisme (AS) di Indonesia. Organisasi meyakini, bahwa

siapapun rejim yang berkuasa dinegeri ini tidak lebih dari sekedar boneka,

pelayan setia bagi kepentingan imperialisme,bukan pelayan bagi kaum buruh

dan rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia tidak lagi memiliki kedaulatan, hanya

menjadi operator bagi kepentingan imperialisme di Indonesia. Hal ini dapat

dibuktikan dari seluruh kebijakan yang dilahirkan, tidak satupun

peraturan-peraturan perundangan yang mempunyai dampak langsung bagi terciptanya

kesejahteraan rakyat Indonesia. Sehingga organisasi berkewajiban untuk terus

menerus mengkampanyekan setiap kebijakan anti rakyat yang dilahirkan oleh

rejim, organisasi terus berusaha agar tidak absen dalam kampanye melawan

kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat.55

55

(24)

D. Daftar Serikat Buruh Anggota Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI)

Yang diterima menjadi anggota GSBI adalah semua kaum buruh baik yang

bekerja di dalam atau di luar negeri terutama yang terorganisir dalam serikat

buruh, baik yang berpusat maupun yang lokal dengan tidak membeda-bedakan

suku bangsa, keturunan, kedudukan, laki-laki atau perempuan, agama dan

keyakinan politik, baik yang bekerja di pabrik, perusahaan-perusahaan,

badan-badan pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta dan semua kaum buruh

serta serikat buruh (serikat buruh tingkat perusahaan (SBTP), Federasi atau

Gabungan Serikat Buruh Nasional ataupun Lokal, Konfederasi dan berbagai

formasi SB lainnya di berbagai tingkatan) yang menyetujui dan menerima

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GSBI, Program Perjuangan dan

Peraturan Organisasi GSBI. Keanggotaan dalam GSBI dan serikat buruh bersifat

terbuka, bertanggung jawab serta berdasarkan pada prinsip sukarela.

Berikut ini adalah nama-nama Serikat Buruh yang menjadi anggota/tergabung di

GSBI.56

56

(25)

Tabel 2.1. Serikat Buruh anggota GSBI

(GSBI centre of Indonesian Labor Struggle)

No. Nama Anggota Jenis Produksi

1. Serikat Buruh Garmen Tekstil dan Sepatu (SBGTS)

GARMEN,TEKSTIL DAN SEPATU

2. Serikat Buruh Metal dan Elektronik (SBME)

METAL DAN ELEKTRONIK

3. Serikat Buruh Makanan dan Minuman (SBMM)

MAKANAN DAN MINUMAN

4. Serikat Buruh Percetakan dan Penerbitan (SBPP)

PERCETAKAN DAN PENERBITAN

5. Serikat Buruh Industri Ketas (SBIK)

INDUSRTI KERTAS

6. Serikat Buruh Farmasi (SBF) FARAMASI

7. Serikat Buruh Industri Plastik (SBIP)

INDUSTRI PLASTIK

8. Serikat Buruh Pertambangna , Energ dan Kimia (SBPEK)

PERTAMBANGAN, ENERGI DAN KIMIA

9. Serikat Buruh Tambang

Independen (SBTI)

TAMBANG INDEPENDEN

10. Serikat Buruh Perkebunan Kelapa Sawit (SBPKS)

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

11. Serikat Buruh Migas dan gas (GSBI- MIGAS)

MINYAK DAN GAS

12. Federasi Serikat Buruh Migas Cilacap (FSBMC)

MIGAS CILACAP

13. Serikat Buruh Peternakan (SBP) PETERNAKAN 14. Serikat Buruh Polywood (SBPJ) POLYWOOD JOMBANG

(26)

Sebagai bagian dari Gabungan Serikat Buruh Indonesia setiap pengurus

dan anggota harus memiliki tekad dan tujuan yang sama dengan visi dan misi

GSBI. Semua tujuan yang akan dicapai oleh GSBI akan terwujud ketika ada yang

menjalankannya yaitu setiap anggota yang tersebar di seluruh pabrik-pabrik di

Indonesia. Pengurus GSBI di pabrik-pabrik adalah sumber daya yang paling kuat

untuk selalu bergerak melawan setiap penindasan yang di lakukan perusahaan.

Salah satu anggota serikat buruh GSBI di tingkat pabrik yang berada di

kota Medan adalah PTP.SBME-PT.DAMAI ABADI yang telah resmi bediri pada

tahun 2013. Sebagai bagian dari kekuatan GSBI maka anggota serikat buruh ini

harus memiliki sumber daya untuk menjalankan setiap kebijakan yang ada di

organisasi dalam rangka mewujudkan visi dari GSBI.

Keberadaan setiap pengurus yang berada di tingkatan peusahaan memiliki

tujuan dan fungsi untuk selalu mengawasi setiap perusahaan dalam melaksanakan

kebijakannya. Pengurus di tingkat perusahaan sebagai tempat atau wadah bagi

anggota buruh yang bekerja di perusahaan dalam hal mengutarakan segala

kesulitan yang dialami untuk bersama-sama mencari solusinya. Selain itu, serikat

buruh di perusahaan mampu mendampingi dan memberi pendidikan bagi buruh

yang masih buta akan setiap kewajiban dan hak buruh. Berikut adalah gambar dari

(27)

Gambar 2.1 : Pengurus Harian PTP.SBME – GSBI PT.DAMAI ABADI

Periode Mei 2017 sampai dengan Mei 2020

Sumber : Arsip Divisi Pengorganisasian GSBI Medan-PTP.SBME KETUA

Gambar

Tabel 2.1. Serikat Buruh anggota GSBI
Gambar 2.1 : Pengurus Harian PTP.SBME – GSBI PT.DAMAI ABADI

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui Pengaruh bauran pemasaran ritel terhadap loyalitas pelanggan dengan kepuasan konsumen sebagai variabel intervening

Analisis deskriptif digunakan untuk menggam- barkan karakteristik subjek dan keluarga, asupan energi dan zat gizi makro (lemak, protein dan kar- bohidrat), tingkat

Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa tugas akhir dengan judul “ Game Edukasi Pengenalan Angka dan Huruf untuk pendidikan Anak Usia Dini ” penulis dapat menarik

Di mana ke arah tim disebabkan oleh transportasi yang besar Hasil pengamatan lintasan kedua terendapkan adalah pasir lanauan, lanau persamaan, dikarenakan pada lintasan

ulang kertas menggunakan perpaduan antara beberapa bahan organik seperti sampah. kertas dan beberapa jenis daun yaitu daun manga ( Mangifera indica ),

Karateristik arus Perairan Kaliwungu Kendal di dominasi arus pasut sebesar 84% dan arus non pasut 16% dengan pola gerakan arus laut mengikuti pola gerakan pasang surut.. Kata

Salah satu kendala dalam proses daur ulang kertas yang sangat berpengaruh adalah tingkat kecepatan putaran pada campuran kertas dan air menjadi bubur kertas (pulp) yang akan

Ciri-ciri sistem pemungutan pajak ini adalah (i) pajak terhutang dihitung sendiri oleh wajib pajak, (ii) wajib pajak bersifat aktif dengan melaporkan dan membayar sendiri