• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pelaksanaan Basement.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metode Pelaksanaan Basement.docx"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

TUGAS

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BASEMENT

BASEMENT

OLEH : OLEH :

Rifqi Nur Harits Santoso Rifqi Nur Harits Santoso

2016731150007 2016731150007

UNIVERSITAS JAYABAYA UNIVERSITAS JAYABAYA

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL

2019 2019

(2)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya penulis dapat Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Metode Konstruksi Sistem Top Down dan Bottom Up menyelesaikan makalah Metode Konstruksi Sistem Top Down dan Bottom Up sebagai tugas Mata Kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi.

sebagai tugas Mata Kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Yuslan Irianie, MT dan Ibu Eliatun, MT sebagai dosen pembimbing pada mata Yuslan Irianie, MT dan Ibu Eliatun, MT sebagai dosen pembimbing pada mata kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi, juga kepada semua pihak yang telah kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi, juga kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Penulis juga menyadari akan adanya keterbatasan pengetahuan yang Penulis juga menyadari akan adanya keterbatasan pengetahuan yang  penulis

 penulis miliki, miliki, namun namun penulis penulis juga juga berusaha berusaha menyelesaikan menyelesaikan makalah makalah ini ini dengandengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sebaik-baiknya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata dengan segala kekurangan dan kerendahan hati penulis Akhir kata dengan segala kekurangan dan kerendahan hati penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Depok,

Depok, April April 20192019

Penulis Penulis

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Batasan Masalah ... 3 1.4 Tujuan Penulisan ... 3 1.5 Metode Penulisan ... 4 BAB II ISI... 5 2.1 Pengantar ... 5

2.2 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Bottom Up (Konvensional) ... 6

2.3 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Top Down ... 8

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Bottom Up dan Sistem Top Down... 13

BAB III PENUTUP... 15

3.1 Kesimpulan ... 15

3.2 Saran ... 15

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan waktu. Aspek teknologi, sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode  pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan akan dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Khususnya pada saat menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian  proyek konstruksi bersangkutan.

Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi lapangan di mana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung pada jenis proyek yang dikerjakan. Metode pelaksanaan  pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda dengan metode pekerjaan  bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga

maupun konstruksi jalan dan jembatan.

Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan yang disesuaikan dengan disain dari konsultan perencana. Perencanaan metode pelaksanaan pekerjaan struktur didasarkan atas design, situasi dan kondisi proyek serta site yang ada dalam data-data proyek. Data-data tersebut merupakan data yang mempengaruhi dalam menentukan dan merencanakan metode pelaksanaan gedung.

(5)

Metode site works atau struktur bawah merupakan metode yang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam metode pekerjaan struktur secara keseluruhan. Metode struktur bawah akan menentukan ketepatan schedule pelaksanaan struktur. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaannya.

Seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi dimana kebutuhan akan pembangunan semakin meningkat, namun lahan yang dimiliki terbatas sehingga mendukung para engineer  untuk memanfaatkan lahan yang terbatas semaksimal mungkin menjadi bangunan bertingkat. Bangunan bertingkat tidak hanya berarti berada diatas permukaan tanah, melainkan juga dapat dibuat di bawah permukaan tanah yang dikenal dengan basement .

 Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Jadi dapat dikatakan bahwa basement   adalah ruang bawah tanah yang merupakan  bagian dari bangunan gedung. Struktur basement   gedung bertingkat (tidak termasuk fondasi tiang), secara garis besar, terdiri dari diantaranya raft  foundation, kolom, dinding basement , balok dan pelat lantai. Struktur-struktur tersebut, yang dikerjakan adalah Struktur-struktur beton bertulang dengan sistem dicor ditempat (cast in place).

Adanya basement   tentunya akan ada penggalian tanah. Bagian ini yang biasa terjadi dan merupakan langkah awal berdirinya sebuah gedung tinggi. Kendala yang dihadapi pada pekerjaan galian basement  adalah faktor runtuhnya dinding tanah vertikal dan munculnya air tanah ke permukaan  pada galian. Sehingga dalam pelaksanaan konstruksi basement , ada tiga hal  penting yang perlu diperhatikan, yakni metode konstruksi, retaining

(6)

1.2 Rumusan masalah

Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan sistem bottom up dan sistem top down? 2. Bagaimana metode pelaksanaan konstruksi sistem bottom up

(konvensional)?

3. Bagaimana metode pelaksanaan konstruksi sistem top down?

4. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode pelaksanaan konstruksi sistem bottom up dan sistem top down?

1.3 Batasan masalah

Dari sekian permasalahan yang ada tidak mungkin dapat dibahasnya secara keseluruhan, karena mengingat kemampuan yang dimiliki sangat terbatas. Maka perlu diberikan batasan-batasan masalah untuk makalah ini. Oleh karena itu, kami memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Gambaran umum sistem bottom up  dan sistem top down  pada  pelaksanaan konstruksi.

2. Tahapan pelaksanaan metode konstruksi sistem bottom up (konvensional) pada pembuatan basement  bangunan gedung.

3. Tahapan pelaksanaan metode konstruksi sistem top down  pada  pembuatan basement  bangunan gedung.

4. Kelebihan dan kekurangan secara umum metode pelaksanaan konstruksi sistem bottom up dan sistem top down.

1.4 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

a. Mengetahui yang dimaksud dengan sistem bottom up dan sistem top down pada pelaksanaan konstruksi.

 b. Menjelaskan tahapan pelaksanaan metode konstruksi sistem bottom up  (konvensional) dan top down  pada pembuatan basement   bangunan gedung.

(7)

c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan secara umum metode  pelaksanaan konstruksi sistem bottom up dan sistem top down.

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam membuat makalah ini  bersifat kepustakaan. Penulis mengambil referensi dari literatur dan  beberapa sumber internet yang membahas mengenai metode pelaksanaan konstruksi sistem bottom up  (konvensional) dan sistem top down  pada  pembuatan basement  bangunan gedung.

(8)

BAB II ISI

2.1 Pengantar

Pelaksanaan struktur basement  saat ini ada dua cara, yaitu: a) Sistem Bottom Up

Pada sistem ini, struktur basement  dilaksanakan setelah seluruh  pekerjaan galian selesai mencapai galian elevasi rencana (sistem konvensional). Pelat basement   paling bawah dicor terlebih dahulu sehingga menjadi  Raft foundation  dengan metode papan catur, kemudian basement   diselesaikan dari bawah keatas, dengan menggunakan scaffolding . Kolom, balok dan slab dicor ditempat ( cast in place). Pada sistem ini galian tanah dapat berupa open cut , sering tidak menggunakan dewatering  cut off , tetapi menggunakan dewatering  sistem predrainage dan struktur dinding penahan tanahnya menggunakan steel sheet pile yang bisa sementara maupun permanen dengan perkuatan strutting , ground anchor  atau free cantilever . Dalam hal ini pekerjaan dewatering  akan diberhentikan, harus dihitung lebih dahulu apakah struktur basement  yang telah selesai dibangun mampu menahan tekanan ke atas dari air tanah yang ada, agar terjadi deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan s truktur.  b) Sistem Top Down

Pada sistem ini, struktur basement   dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement , urutan penyelesaian balok dan  pelat lantainya dimulai dimulai dari atas kebawah, dan selama proses  pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja

yang disebut King Post  (yang dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedangkan dinding basement   dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall , dan sekaligus diaphragm wall  berfungsi sebagai cut off dewatering .

(9)

2.2 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem

Bottom Up

(Konvensional) Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada  pelaksanaan konstruksi basement  dengan metode bottom up ialah sebagai  berikut:

1. Mobilisasi peralatan.

2. Pelaksaanaan pondasi tiang.

3. Pelaksanaan dinding penahan tanah ( sheet pile). 4. Penggalian dan pembuangan tanah.

5. Dewatering. 6. Poer pondasi. 7. Waterproofing.

8. Tie beam dan pondasi rakit.

9. Dinding basement  dan struktur bertahap keatas. 10. Lantai basement  bertahap keatas.

Secara umum, kegiatan-kegiatan pekerjaan tersebut diatas adalah item pekerjaan utama yang hampir dapat selalu ditemukan dalam suatu  pelaksanaan pekerjaan basement  dengan metode bottom up. Berikut adalah gambaran pelaksanaan pekerjaan berdasarkan urutan pekerjaan yang mana harus dimulai dari lantai dasar basement .

(10)

Kemungkinan lain dapat saja terjadi, tetapi pada umumnya tata cara  pelaksanaan metode basement  bottom up  akan mengikuti pola demikian. Beberapa hal yang dapat disebut merupakan ciri-ciri pelaksanaan basement  dengan metode bottom up  yang lazim dilakasanakan dari jabaran di atas adalah:

1. Metode bottom up  tidak memerlukan tata cara manajemen proyek secara khusus, karena umumnya sudah menjadi hal yang biasa dilaksanakan.

2. Diperlukan pengendalian muka air tanah sekeliling secara intensif. 3. Dinding penahan tanah dapat tetap atau sementara, tetapi yang pasti

untuk pelakasanaannya tidak dapat dilakukan simultan dengan  pekerjaan lain, dinding penahan tanah adalah awal dari pekerjaan basement   yang mutlak dilakukan sebelum pekerjaan lainnya dimulai kecuali tiang pondasi.

4. Setiap usaha mempercepat waktu pelaksanaan, pada umumnya menyebabkan penambahan sumber daya baik manusia maupun  peralatan yang tidak sebanding dengan produksinya.

5. Semakin dalam (semakin banyak jumlah basement ) metode  pelaksanaan ini akan semakin sulit.

6. Diperlukan luas lahan yang cukup untuk mengendalikan transportasi galian tanah vertikal.

7. Akibat proses penggalian dan kebutuhan akan konstruksi samentara yang banyak, maka kondisi lingkungan proyek akan padat dan kotor. 8. Kemungkinan melakukan kombinasi pelaksanaan secara simultan

dengan kegiatan lainnya amat minim karena metode konstruksi memberikan urutan kegiatan demikian.

9. Biaya pelaksanaan sampai dengan kedalaman tertentu relatif lebih murah.

(11)

2.3 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem

Top Down

Pada metode konstruksi Top Down, stuktur basement   dilaksanakan  bersamaan dengan pekerjaan galian basement , urutan penyelesaian balok dan plat lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses  pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut  King Post   (yang dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedang dinding basement  dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall , dan sekaligus diaphragm wall  tersebut.

Biasanya untuk penggalian basement   digunakan alat khusus, seperti excavator   ukuran kecil. Bila jumlah lantai basement   banyak, misal lima lantai, maka untuk kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk dua lantai sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses  penggalian. Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa,

menggunakan scaffolding  (seperti pada sistem bottom up biasa).

Bila struktur basement  telah selesai, maka tiang king post  dicor beton dan bila diperlukan dapat ditambah penulangannya. Lubang lubang lantai basement   yang dipergunakan untuk pegankutan tanah galian, ditutup kembali. Pengecoran struktur atas, dilaksanakan seperti biasa, yaitu dari  bawah ke atas (lantai satu, dua, dan seterusnya).

Untuk pelaksanaan lantai yang dilalui agar space galian cukup longgar. Maka lantai yang bersangkutan dicor dengan sistem  scaffolding   biasa. Bila struktur king post   cukup kuat. Maka pada saat menyelesaikan

basement , dapat dibarengi dengan struktur atas (sering disebut dengan sistem up and down).

Pada prinsipnya metode Top down  dapat disebut sebagai cara membangun terbalik, yaitu membangun dari atas ke bawah . secara teknis, metode ini sudah bukan menjadi masalah lagi di Indonesia, tetapi mengingat bahwa metode baru pada akhir-akhir ini dicoba, maka  permasalahan yang timbul adalah kapan digunakan metode ini serta  bagaimana teknik manajemennya agar tercapai tujuan utama proyek tsb.

(12)

Berikut ini tahapan dalam pelaksanaan metode konstruksi top down: 1. Pengecoran bored pile dan pemasangan king post 

2. Pengecoran diaphragm wall .

3. Lantai basement  1, dicor di atas tanah dengan lantai kerja

4. Galian basement   1, dilaksanakan setelah lantai basement   1 cukup strenghtmya menggunakan excavator   kecil). Disediakan lubang lantai dan ramp sementara untuk pembuangan tanah galian.

5. Lantai basement  2, dicor diatas tanah dengan lantai kerja.

6. Galian basement   2, dilaksanakan seperti galian basement   1, begitu seterusnya.

7. Terakhir mengecor raft foundation. 8.  King post  dicor, sebagai kolom struktur.

9. Bila diperlukan, pelaksanaan basement , dapat dimulai struktur atas, sesuai dengan kemampuan dari king post   yang ada (sistem up & down)

(13)

Gambar 2.3 Pengecoran lantai basement  1 dan 2

Gambar 2.4 Pengecoran lantai basement  1, 2 dan 3

(14)

Biasanya untuk penggalian basement  digunakan alat khusus, seperti excavator   ukuran kecil. Bila jumlah lantai basement   banyak, misal lima lantai, maka untuk kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk dua lantai sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses  penggalian. Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa,

menggunakan scaffolding  (seperti pada sistem bottom up biasa).

Bila struktur basement  telah selesai, maka tiang king post  dicor beton dan bila diperlukan dapat ditambah penulangannya. Lubang-lubang lantai basement   yang dipergunakan untuk pengangkutan tanah galian, ditutup kembali. Pengecoran struktur atas, dilaksanakan seperti biasa, yaitu dari  bawah ke atas (lantai satu, dua, dan seterusnya) .

Untuk pelaksanaan yang dilalui agar space galian cukup longgar, maka lantai yang bersangkutan dicor dengan sistem scaffolding  biasa. Bila struktur king post   cukup kuat. Maka pada saat menyelesaikan basement , dapat dibarengi dengan struktur atas (sering disebut dengan up and down).

Gambar 2.6 Struktur Basement Top Down Salah satu detail king post , dapat dijelaskan sebagai berukut:

a. Lantai pertama dan sebagian kolom dicor, dengan memasang starter  bar untuk kolom.

(15)

Gambar 2.7 Penulangan lantai basement 

 b. Lantai berikutnya juga dicor dengan cara yang sama. Kemudian  starter bar  kolom bawah dan atasnya disambung. Kemudian kolom

yang bersangkutan. dicor.

(16)

2.4 Kekurangan dan Kelebihan Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem

Bottom Up

 dan Sistem

Top Down

A. Metode Konstruksi

Bottom Up

Kekurangan metode konstruksi Bottom Up ini diantaranya ialah: a) Transportasi vertikal membutuhkan lahan yang luasnya

sebanding dengan kedalamannya.

 b) Pelaksanaan dewatering perlu lebih intensif. c) Penggunaan konstruksi sementara sangat banyak. d) Hampir dapat dipastikan diperlukan ground anchor. e) Waste material  tiang pancang pada saat penggalian.

f) Tidak memungkinkan pelaksanaan dengan superstruktural secara efisien.

Sedangkan kelebihan metode konstruksi  Bottom Up  ini diantaranya ialah sebagai berikut:

a) Biaya peralatan lebih murah.

 b) Sumber daya manusia yang terlatih sudah banyak memadai. c) Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang umum

digunakan misalnya:  Backhoe, Shovel Loader   dan lainnya, tidak diperlukan peralatan khusus.

d) Tidak memerlukan teknologi yang tinggi.

e) Biaya dinding penahan tanah yang digunakan relatif lebih murah dibanding dengan diapraghm wall   yang umum digunakan untuk metode Top down.

f) Teknik pengendalian pelaksanaan konstruksi sudah dikuasai karena sudah banyak proyek bangunan basement   yang sudah dikerjakan sehingga pengalaman dan contoh cukup mendukung ( project documentation).

(17)

B. Metode Konstruksi

Top Down

Kekurangan metode konstruksi Top Down ini diantaranya ialah: a) Diperlukan peralatan berat yang khusus.

 b) Diperlukan ketelitian dan ketepatan lebih. c) Sumber daya manusia terbatas.

d) Diperlukan pengetahuan spesifik untuk mengendalikan proyek. e) Biaya dinding penahan tanah yang digunakan lebih mahal dibanding dengan  sheet pile  yang umum digunakan untuk metode Bottom Up.

Sedangkan kelebihan metode konstruksi Top Down  ini diantaranya ialah sebagai berikut:

a) Relatif tidak mengganggu lingkungan.  b) Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat.

c) Memungkinkan pekerjaan simultan. d) Area lahan proyek lebih luas.

e) Resiko teknis lebih kecil.

(18)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab II, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem  Bottom Up  merupakan metode pelakasaan konstruksi  pembuatan struktur basement   yang dilaksanakan setelah seluruh  pekerjaan galian selesai mencapai galian elevasi rencana (sistem konvensional). Pelat basement   paling bawah dicor terlebih dahulu sehingga menjadi  Raft foundation  dengan metode papan catur, kemudian basement   diselesaikan dari bawah keatas, dengan menggunakan  scaffolding . Kolom, balok dan slab dicor ditempat (cast in place).

2. Sistem Top Down  merupakan metode pelakasaan konstruksi  pembuatan struktur basement  yang dilaksanakan bersamaan dengan  pekerjaan galian basement , urutan penyelesaian balok dan pelat lantainya dimulai dimulai dari atas kebawah, dan selama proses  pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang  baja yang disebut  King Post   (yang dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedangkan dinding basement   dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall , dan sekaligus diaphragm wall   berfungsi sebagai cut off dewatering .

3.2 Saran

Dari kedua metode pelaksanaan konstruksi untuk pembuatan struktur  basement yaitu metode bottom up dan top down, masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Khusus untuk metode top down yang dapat dikatakan sebagai metode baru, memang masih perlu  banyak dilakukan penelitian lebih mendalam lagi tentang  pengaplikasiannya di lapangan. Sehingga dalam memilih kedua metode ini

(19)

diperlukan banyak pertimbangan dan analisis-analisis pendahuluan yang cukup mendetail dari keadaan nyata dilapangan agar penggunaannya nanti dapat seefisien dan seekonomis mungkin.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Asiyanto.2008. Metode Konstruksi Gedung Bertingkat . Jakarta: UI Press.

Suloko. 2008. Tesis: Pemilihan dan Optimasi Metode Konstruksi Bottom-Up  Pada Pembangunan Basement Bangunan Bertingkat di Jakarta Berbasis  Expert Knowledge. Depok : Fakultas Teknik UI.

http://agunghartoyo.wordpress.com/2010/02/05/metode-konstruksi-gedung/. Diakses pada tanggal : 15 November 2013 Pukul 15.35 WITA.

Gambar

Gambar 2.1 Pelaksanaan Basement  dengan Metode Bottom Up
Gambar 2.2 Pemasangan bore pile dan king post 
Gambar 2.3 Pengecoran lantai basement  1 dan 2
Gambar 2.6 Struktur Basement Top Down Salah satu detail king post , dapat dijelaskan sebagai berukut:
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis terhadap berbagai macam psikopatologi baik menurut tinjauan psikologi kontemporer maupun tinjauan Islam maka sasaran atau obyek yang menjadi

Penerapan Psikologi Islam dalam praktek yang dilakukan sebagian responden mengatakan bahwa perlu memperhatikan agama klien, selain itu juga diperlukan kepekaan dalam menangkap

Suatu Modifikasi Dari Atas Anggaran Yang Disesuaikan Dengan Keadaan (Managed Bidget) Adalah Pebelajaran Secara Seimbang Dalam Jangka Panjang, Tetapi Ditempuh Pada Masa

untuk menyelesaikan program pengajaran tersebut sangat optimal dan hasilnya bisa seoptimal mungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar. 4) Prinsip

Sinergi Adimitra Jaya tidak menggunakan DKP untuk kayu impor, karena bahan baku impor tersebut sudah memiliki dokumen legal dari negara pengirim seperti dokumen COO

Kuat tekan beton ringan selain berhubungan dengan perencanaan campuran adukan beton ringan, juga mempunyai hubungan yang unik dengan karakteristik beton ringan yang lainnya

Data yang digunakan adalah data hasil ujicoba penentuan produktivitas komoditas hortikultura yang telah dilakukan oleh Pusdatin Departemen Pertanian pada Tahun 2002

RKA - SKPD 2.2 TAHUN ANGGARAN 2015 Organisasi Urusan Pemerintahan : : 1.04.. ) - Tenaga Kerja. PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id.. Perbaikan GOR Tangerang