• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal KP Chevron

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal KP Chevron"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN TINGKAT IMPLEMENTASI SMK3 SERTA

IDENTIFIKASI HAZARDS DENGAN PENDEKATAN RISK

ASSESSMENT DI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

DISTRIK DURI-RIAU

Disusun oleh : BINTANG EKANANDA

NIM : 21080111130040

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal permohonan kerja praktek ini dengan judul “Pengukuran Tingkat Implementasi SMK3 serta Identifikasi Hazards dengan Pendekatan Risk Assessment di PT. Chevron Pacific Indonesia Distrik Duri-Riau”. Proposal ini penulis susun, untuk memenuhi tugas sebagai salah satu syarat kelulusan dalam mata kuliah Kerja Praktek (TKL 150-P) dengan bobot 2 SKS. Tugas ini dimaksudkan agar penulis dapat menerapkan kemampuan akademik untuk memecahkan masalah-masalah yang sederhana (problem solving) dan melatih keterampilan (aspek psikomotorik) di lingkungan industri atau lapangan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT beserta kekasih-Nya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

2. Bapak Ir. Syafrudin, CES, MT sebagai Ketua Program Studi Teknik Lingkungan.

3. Ibu Ir. Dwi Siwi Handayani, MSi sebagai koordinator mata kuliah kerja praktek.

4. Ibu, Bapak dan Adik di rumah yang selalu menjadi alasan utama untuk tetap berjuang di sini.

5. Aulia Nazala R., sebagai salah satu sumber motivasi belajar.

6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Proposal ini penulis buat seoptimal mungkin. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan proposal dan penambah wawasan untuk pembuatan tugas di masa yang akan datang.

Semarang, 7 April 2014

Bintang Ekananda

(3)

ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Dasar Pelaksanaan Kerja Praktek... I-2 1.3. Ruang Lingkup Kerja Praktek ... I-2 1.4. Rumusan Masalah ... I-2 1.5. Tujuan Kegiatan Kerja Praktek ... I-3 1.6. Manfaat Kerja Praktek ... I-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... II-1 2.2. Definisi Kecelakaan dan Hazards ... II-1 2.3. Peraturan Perundangan K3LL ... II-2 2.4. Perhitungan Tingkat Implementasi ... II-3 2.5. Perhitungan Tingkat Kecelakaan ... II-4 2.5.1. Traditional Indexes ... II- 4 2.5.2. Incidence Indexes ... II-4 2.6. Metode Perangkingan Sumber Bahaya (Hazards) ... II-7 2.6.1. Skala Klasifikasi Hazards ... II-7 2.6.2. Pendekatan Risk Assessment ... II-10

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1. Tujuan Operasional ... III-1 3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... III-2 3.3. Metode Pelaksanaan ... III-2

(4)

iii

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... III-4 3.5. Teknik Analisis Data ... III-6 DAFTAR PUSTAKA

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

(6)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Kecelakaan Kerja ... II-7 Tabel 2.2 Tingkat Implementasi-Kecelakaan... II-7 Tabel 2.3 Deskripsi Kategori 10 Skala Hazards di tempat Kerja ... II-9 Tabel 2.4 Pengkodean Risk Assessment ... II-10 Tabel 3.1 Tujuan Operasional ... III-1 Tabel 3.2 Data Primer ... III-4 Tabel 3.3 Data Sekunder ... III-5

DAFTAR LAMPIRAN

1. CV Pemohon Kerja Praktik 2. Surat Permohonan Kerja Praktik

3. Form Kelayakan Mengajukan Kerja Praktek 4. Transkrip Nilai Mahasiswa (Terbaik)

(7)

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kecelakaan di lingkungan kerja merupakan kerugian bagi perusahaan. Selain kerugian dari segi materiil seperti jam kerja yang hilang, produktivitas, kerusakan materiil dan mesin, terdapat aspek kerugian lain yang tidak terlihat jelas seperti kenyamanan pekerja dalam beraktivitas. Tingginya presentasi kecelakaan kerja lebih terkait dengan manajemen dibandingkan rekayasa. Manajemen tertinggilah yang menentukan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seperti kondisi kerja, kualitas kerja, dan kualitas peralatan yang dipakai. PT.

Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang merupakan anak perusahaan dari Chevron yang bertugas mengeksplorasi minyak yang ada di Riau,

menyadari sepenuhnya sebagai perusahaan migas serta panas bumi harus mengantisipasi risiko-risiko di atas dengan menerapkan norma-norma pelestarian lingkungan dan norma-norma keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu penerapan dan pengelolaan diharapkan dapat mengantisipasi risiko-risiko yang sebenarna tidak perlu terjadi, dimana akan meningkatkan efisiensi serta meningkatkan kinerja K3.

PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) merupakan salah satu industri yang sudah menerapkan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup serta telah menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi karyawan dan bagi orang lain yang ada di tempat kerja, training K3, sarana dan prasarana pengolahan limbah hasil industri, dll.

Oleh karena itu, evaluasi operasional keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya perlu dilakukan sesuai dengan standar K3 sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pada kerja praktek ini mengacu pada pendekatan Risk Assesment dalam pengukuran kinerja. Risk Assesment menunjukkan nilai (score) dari suatu

(8)

I-2

indicator kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Sedangkan kisaran indicator kinerja dibuat menjadi tiga kategori yang meliputi merah, kuning, dan hijau.

1.2 DASAR PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

Dasar pelaksanaan kerja praktek ini terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Tri Dharma Perguruan Tinggi

2. Kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

1.3 RUANG LINGKUP KERJA PRAKTEK

Ruang lingkup kerja praktek ini terbagi menjadi tiga, yaitu : 1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi kerja praktek adalah penelaahan dan evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) .

2. Ruang Lingkup Waktu

Kerja Praktek ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014. 3. Ruang Lingkup Lokasi

Ruang lingkup kerja praktek di PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) berlokasi di Duri, kecamatan Mandau, kabupaten Bengkalis, propinsi Riau, sekitar 125 kilometer dari ibukota Pekanbaru.

1.4 RUMUSAN MASALAH

Sehubungan dengan latar belakang masalah, maka penulis mengemukakan rumus masalah:

1. Apa saja sumber-sumber bahaya yang dapat mengakibatkan adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat menimpa pekerja di PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI)?

(9)

I-3

2. Bagaimana program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dilakukan oleh PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI)?

1.5 TUJUAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK

Adapun tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:

1. Mengidentifikasi sumber-sumber bahaya yang ada, khususnya bagi sumber-sumber yang dapat mengakibatkan adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat menimpa pekerja.

2. Menentukan tingkat kinerja implementasi SMK3 di PT. Chevron Pacific Indonesia Duri serta titik-titik lokasi yang rawan atau berisiko menimbulkan kecelakaan atau kerusakan dan kerugian hingga ke titik yang paling aman.

1.6 MANFAAT KERJA PRAKTEK

Manfaat dari Kerja Praktek ini adalah:

1. Merupakan salah satu mata kuliah yang dipersyaratkan untuk mengikuti Tugas Akhir (TA) di Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

3. Sebagai sarana pengenalan dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian dan keilmuan mahasiswa.

4. Merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan dan keahlian yang telah dipelajari.

(10)

II-1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada tahun 1890, pemerintah Amerika Serikat memasukan rancangan undang undang (UU) yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja dengan standar keamanan untuk area pertambangan batu bara. Meskipun demikian, tidak ada aturan yang dibuat untuk melindungi keamanan dan kesehatan di lingkungan kerja mereka secara umum hingga akhir dekade 1960-an ketika diperkirakan sebanyak 14.000 pekerja meninggal setiap tahunnya dan 2,2 juta pekerja menderita cacat akibat kecelakaan kerja. Pada tanggal 17 Desember 1970 undang-undang yang berhubungan keselamatan dan kesehatan selesai disusun oleh kongres dan ditandatangani oleh presiden Nixon. Keputusan yang dibuat memberikan kesempatan perwakilan tenaga kerja untuk mengajukan rancangan undang-undang ketenagakerjaan dan memimpin administrasi yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja (OSHA). Aktivitas OSHA diatur dan dikoordinasikan dalam sebuah kantor yang berada di Washington. Hasil dari didirikannya OSHA dengan departemen ketenagakerjaan adalah dibentuknya sebuah komisi yang secara khusus memperhatikan masalah yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan (OSHRC) dan lembaga Negara yang menyelidiki masalah yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan dalam kerja. (Kaviani dan Wentz, 1990).

2.2. Definisi Kecelakaan dan Hazard

Accident atau kecelakaan adalah suatu keadaan atau peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan kematian, kerugian, atau dapat menurunkan kinerja perusahaan. Termasuk dalam hal ini adalah kejadian tidak aman (hampir celaka, hampir gagal). Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam

(11)

II-2

hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya dikatakan potensial jika belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 1987).

Menurut Asfahl (1999), keselamatan (safety) berkaitan dengan efek yang akut dari hazards, sedangkan kesehatan (health) berkaitan dengan efek yang kronis dari hazards. Hazards juga melibatkan resiko atau kesempatan, yang berkaitan dengan elemen-elemen yang tidak diketahui (unknown).

Berikut merupakan kategori hazards dalam industri :

1. Bahaya fisik ` : Kebisingan, radiasi, pencahayaan, suhu. 2. Bahaya kimia : Bahan beracun dan larutan kimia. 3. Bahaya biologi ` : Virus, bakteri, jamur.

4. Bahaya mekanis : Penggunaan mesin dan peralatan.

5. Bahaya ergonomi : Ruangan yang sempit, gerakant ubuh terbatas, mengangkat, mendorong, menarik, kurang cahaya.

6. Bahaya psikososial : Sistem kerja, organisasi pekerjaan, lamanya jam kerja trauma.

7. Bahaya tingkah laku : Ketidakpatuhan terhadap standar, kurang keahlian, tugas baru atau tidak rutin.

8. Bahaya lingkungan sekitar : Gelap, permukaan tidak rata, kondisi permukaan basah, cuaca, kebakaran.

2.3. Peraturan Perundangan K3LL

Peraturan perundangan yang mengatur tentang keselamatan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan yaitu :

1. UU No. 1 TH 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. UU No. 23 TH 1993 tentang Kesehatan

3. UU No. 23 TH 1997 tentang Pengelolaan Hidup 4. UU No. 13 TH 2003 tentang Ketenagakerjaan

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3

(12)

II-3

Soemanto (1991) menyatakan bahwa faktor terbesar penyebab kecelakaan adalah faktor manusia maka usaha meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja perlu difokuskan pada pembinaan rasa tanggung jawab dan sikap dalam bekerja. Rasa tanggung jawab perlu dikembangkan, suatu kecelakaan dapat menimpa diri pekerja, teman sekerja, dan dengan sendirinya pihak keluarga juga menanggung akibatnya. Dapat pula kecelakaan terjadi karena ketidaktahuan atau tidak tahu kemungkinan adanya bahaya.

2.4. Perhitungan Tingkat Implementasi

Penilaian tingkat implementasi dilakukan dengan mengamati aktivitas kerja secara langsung dan memberikan nilai pada pertanyaan dalam checklist berdasarkan hasil pengamatan, dimana pencapaian tingkat implementasi menggunakan traffic light system. Traffic light system berhubungan erat dengan scoring system. Traffic light system berfungsi sebagai tanda apakah score dari suatu indikator kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Indikator dari traffic light system ini direpresentasikan dengan beberapa warna merah, hiaju ataupun kuning. Adapaun makna dari simbol warna tersebut adalah :

 Warna hijau, dimana besarnya pencapaian kinerja antara 85%-100%. Hal ini menyatakan achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai.  Warna kuning, berarti achievement dari suatu indikator kinerja belum

tercapai, meskipun nilainya sudah mendekati target pencapaian kinerja sudah mendekati target. Kisaran nilai indikator kinerja antara 60% – 84%.  Warna merah, menyatakan achievement dari suatu indikator kinerja

benar–benar di bawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera. Kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori ini adalah 0 – 59%.

(13)

II-4 2.5. Perhitungan Tingkat Kecelakaan

Asfahl (1999) menyatakan bahwa ada dua cara untuk menghitung tingkat kecelakaan, yaitu dengan traditional indexes dan incidence indexes. Dalam hal ini penyusun menggunakan incedence indexes.

2.5.1 Traditional Indexes

Ukuran statistik yang terkenal dengan frekuensi dan luasnya dampak. Frekuensi diukur berdasarkan banyaknya kasus yang terjadi, sedangkan luasnya dampak berdasarkan pada besarnya pengaruh terhadap banyaknya jam kerja yang hilang.

Beberapa kecelakaan seperti amputasi, terkadang mengakibatkan hanya sedikit jam kerja yang hilang atau bahkan tidak ada hari kerja yang hilang. Untuk meghindari timbulnya perbedaan dalam penilaian luasnya dampak diperlukan keputusan untuk menetapkan cedera yang permanen. Di sini, yang menjadi acuan utama dalam memutuskan luasnya dampak adalah seberapa sering kematian yang terjadi. Padahal tingkat kecelakaan fatal bukan diukur hanya dari kematian, tetapi juga dari banyaknya kasus dimana pekerja tidak dapat bekerja lagi.

2.5.2 Incidence Indexes

Sistem pendataan yang ada sekarang merupakan pengembangan dari sistem lama. Banyaknya kejadian kecelakaan injury/illness di sini meliputi bagaimana perawatan medis yang harus diberikan dan juga dari banyaknya kematian.

Bandingkan hal ini dengan frequency rate tradisional, yang hanya memandang kasus berdasarkan hilangnya paling sedikit satu hari kerja. Perawatan medis tidak hanya berupa pertolongan pertama, pengobatan secara preventif (seperti suntikan tetanus), atau prosedur diagnosa medis dengan hasil negatif. Pertolongan pertama dideskripsikan sebagai langkah perawatan yang pertama kali dilakukan dan peninjauan yang berkelanjutan terhadap pengobatan

(14)

II-5

seperti, teriris, terbakar, terkena pecahan, dan lain-lain, yang mana tidak membutuhkan perawatan medis dan tidak dilakukan perawatan medis yang berlebihan walaupun dilakukan oleh dokter. Jika sebuah kecelakaan injury mengakibatkan hilang kesadaran, keterbatasan dalam bekerja atau bergerak, atau sehingga dipindahkannya ke bagian lain, kecelakaan tersebut perlu untuk dicatat.

Istilah atau kecelakaan yang merupakan incidence rate adalah sebagai berikut:

1. Injury incidence rate. 2. Illness incidence rate. 3. Fatality incidence rate.

4. Lost-Workdays-cases incidence rate (LWDI). 5. Number-of-lost-workdays rate.

6. Spesific-hazard incidence rate.

Dalam perhitungan banyaknya hari kerja yang hilang, tanggal sejak terjadinya injury atau awal mula timbulnya illness tidak selalu dihitung. Hal ini terjadi jika pekerja meninggalkan tugasnya pada hari itu sanggup kembali lagi bekerja ke tugas regulernya dan mampu melakukan semua tugas regulernya sepanjang waktu dalam hari setelah injury atau illness. Juga, saat menghitung hari kerja yang hilang, liburan akhir pekan atau hari libur normal lainnya tidak boleh dihitung jika pekerja memang tidak harus bekerja pada hari tersebut.

Pemilihan total jam kerja yang digunakan sebagai pembagi (penyebut) dalam menghitung spesific hazard incidence rate harus dilakukan dengan hati-hati. Karena hazards spesifik lebih sempit dan lebih sedikit pekerja yang terekspos, data harus dikumpulkan selama beberapa tahun untuk memperoleh hasil yang berarti untuk spesific hazard incidence rate.

Standar incidence rate yang dikenal secara luas adalah Lost-Workdays-cases incidence rate (LWDI). Dalam hal ini LWDI hanya

(15)

II-6

mempertimbangkan pada injury, bukan illness. Hal ini disebabkan karena untuk mencari seberapa sakit dalam illness lebih sulit dilakukan. LWDI, yang didasarkan pada bukti yang nyata, dipertimbangkan sebagai ukuran yang lebih tepat untuk keefektifan program keselamatan dan kesehatan kerja sebuah perusahaan. Ini menjadi alasan LWDI untuk hanya mempertimbangkan banyaknya waktu yang hilang disebabkan karena injuries.

Injury dan illness adalah dua hal yang berbeda. Contoh dari injury adalah terkoyak, keretakan tulang, terkilir, dan amputasi yang dihasilkan dari satu kecelakaan kerja atau dari terpaparnya sesuatu yang melibatkan kejadian tunggal dalam lingkungan kerja. Illness terjadi saat kondisi tidak normal disebabkan oleh faktor lingkungan dan biasanya terjadi lebih dari satu kali.

Kategori besarnya tingkat kecelakaan kerja dapat dilihat dalam tabel 2.1 sedangkan untuk menentukan besarnya pencapaian target terhadap kinerja implementasi program K3LL dapat dilihat pada tabel 2.2. di bawah ini.

(16)

II-7

2.6. Metode Perangkingan Sumber Bahaya (Hazards)

Asfahl (1999) menyatakan bahwa ada beberapa cara untuk merangking hazards, antara lain dengan menggunakan skala klasifikasi hazards dan pendekatan risk assessment.

2.6.1 Skala Klasifikasi Hazards

Asfahl (1999) menyatakan bahwa tidak adanya data pendukung analisa cost-benefit menyulitkan manajer keselamatan dan kesehatan (K3), komite

(17)

II-8

keselamatan, atau pihak pengambil keputusan guna perbaikan program K3. OSHA mengelompokkan dalam 4 kategori hazards sebagai berikut :

1. Imminent danger 2. Serious violations 3. Nonserious violations 4. De minimus violations

Kategori di atas didefinisikan dengan kurang jelas. Kategori Imminent danger mewajibkan OSHA untuk mengeluarkan teguran dari pengadilan Amerika Serikat yang memaksa pemilik usaha agar menghilangkan hazards atau pengadilan akan menghentikan operasinya. Sedangkan De minimus violations hanya pelanggaran teknis yang berpengaruh kecil terhadap keselamatan dan kesehatan dan biasanya tidak dikenakan pinalti keuangan. Hal ini menimbulkan bias dalam menentukan kategori pelanggaran dilakukan.

Soemanto (1991) menyatakan bahwa resiko dari suatu kejadian merupakan ukuran tingkat keparahan suatu konsekuensi kecelakaan dan frekuensi kecelakaan dapat terjadi. Penilaian resiko secara kuantitatif (Quantitative Risk Assessment) memerlukan suatu besaran angka yang diperkirakan dari tingkat resiko yang berkaitan dengan bahaya yang diidentifikasi secara spesifik. Asfahl menentukan skala dari 1 hingga 10, dimana ”10” adalah hazards terburuk dan ”1” sebagai hazards yang tidak berarti. Tabel 2.3 mendeskripsikan secara subjektif setiap 10 level hazards. Definisi tersebut ditentukan berdasarkan 4 tipe hazards: hazards yang dapat menyebabkan kematian (fatal), hazards yang berkaitan dengan kesehatan, hazards dari kebisingan industri, dan hazards yang berkaitan dengan keselamatan/kecelakaan. Gambaran yang sangat jelas adalah sangat sulit diberikan, sehingga beberapa pembaca tidak setuju dengan definisi masing-masing kategori.

(18)
(19)

II-10

Pengkategorian di sini memungkinkan timbul bias (Perbedaan persepsi). Oleh karena itu digunakan pendekatan risk assessment.

2.6.2 Pendekatan Risk Assessment

Asfahl (1999) menyatakan bahwa perangkingan hazards akan lebih berguna jika bobot ditempatkan pada kemungkinan terjadinya kecelakaan

(20)

II-11

atau kejadian. Hazard yang dikatakan fatal jika berdampak yang parah (severe). Studi analisa resiko di mana Angkatan Udara Amerika Serikat telah menetapkan “Risk Assessment Code (RAC)”. Sistem RAC mempertimbangkan 4 level “severity” dan 4 level “mishap probability”, seperti ditunjukkan dalam tabel 2.4 di bawah ini.

Mishap severity :

I. Kematian atau ketidakmampuan bekerja secara keseluruhan yang permanen, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran lebih dari $1,000,000.

II. Ketidakmampuan parsial yang permanen, ketidakmampuan bekerja keseluruhan yang sementara yang lebih dari 3 bulan, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran $200,000 atau lebih tetapi kurang dari $1,000,000.

III. Kecelakaan dengan hilangnya hari kerja, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran $10,000 atau lebih tetapi kurang dari $200,000.

IV. Pertolongan pertama atau perawatan medis sederhana, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran kurang dari $10,000 atau pelanggaran terhadap persyaratan dalam suatu standar.

(21)

II-12 Mishap probability :

A. Kemungkinan terjadi dengan segera atau dalam jangka waktu yang singkat.

B. Kemungkinan besar akan terjadi. C. Kemungkinan kecil akan terjadi. D. Mungkin tidak terjadi.

Penyusunan RAC :

1. “Imminent danger” : Bahaya yang mengancam. 2. “Serious” : Bahaya serius.

3. “Moderate” : Bahaya sedang. 4. “Minor” : Bahaya kecil.

(22)

III-1

BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Tujuan Operasional

Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ditinjau secara operasional dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Tujuan Operasional

No. Tujuan Operasional Data yang dibutuhkan 1. Mengidentifikasi sumber bahaya yang ada, khususnya bagi

sumber-sumber yang dapat mengakibatkan adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat menimpa pekerja.

a. Pendekatan Sumber energi 1. Pengendalian pada sumber bahaya 2. Pendekatan pada jalan energi 3. Pengendalian pada jalan penerima 2. Menentukan tingkat kinerja implementasi SMK3 di PT. Chevron Pacific

Indonesia Duri serta titik-titik lokasi yang rawan atau berisiko menimbulkan kecelakaan atau kerusakan dan kerugian hingga ke titik yang paling aman.

a. Pendekatan Pencegahan Kecelakaan 1. Pendekatan energi 2. Pendekatan manusia 3. Pendekatan teknis 4. Pendekatan administratif 5. Pendekatan manajemen Sumber : Analisa Penulis, 2014

3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kerja praktek dilaksanakan selama satu bulan terhitung dari tanggal 1 Agustus 2014 di PT. Chevron Pacific Indonesia Duri, yang berlokasi di Duri, kecamatan Mandau, kabupaten Bengkalis, propinsi Riau, sekitar 125 kilometer

(23)

III-2

dari ibukota Pekanbaru, sebagai fasilitator dan pembuat kebijakan dalam penempatan pelaksanaan kegiatan kerja praktek.

Tabel berikut menerangkan jadwal pelaksanaan kerja praktek. Sesuai dengan kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.

Tabel 3.2

Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek Tahapan Kegiatan

Kerja Praktek (KP)

Maret - Juli Agustus September Oktober

Minggu ke - Minggu ke - Minggu ke - Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan

Pelaksanaan KP Penyusunan Laporan Presentasi Hasil KP

Sumber : Analisa Penulis, 2014

3.2 METODE KERJA PRAKTEK 3.3.1 Tahap Persiapan

Tahap ini meliputi pencarian tempat kerja praktek, studi literatur di perpustakaan untuk membuat proposal yang akan diajukan ke tempat kerja praktek, dan proses pengurusan adminitrasi kerja praktek berupa surat permohonan kerja praktek dari kampus serta surat balasan persetujuan pelaksanaan kerja praktek dari PT. Chevron Pacific Indonesia Duri.

3.3.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap ini meliputi pengumpulan data baik data sekunder yang didapat melalui studi literatur dari pihak PT. Chevron Pacific Indonesia Duri maupun dari perpustakaan Teknik Lingkungan serta pengumpulan data primer yang dilakukan dengan observasi secara langsung terhadap PT. Chevron Pacific Indonesia Duri, serta wawancara dengan narasumber.

(24)

III-3 3.3.3 Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini dilakukan analisa dan pembahasan mengenai keadaan di tempat Kerja Praktek, disamping melakukan evaluasi terhadap hasil pengamatan lapangan mengenai tingkat implementasi SMK3 serta identifikasi hazards dengan pendekatan risk assessment di PT. Chevron Pacific Indonesia Duri. Kemudian materi tersebut disusun dan dilakukan pembandingan antara hasil di lapangan dengan teori yang ada. Adapun metodologi penyusunan laporan kerja praktek akan disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berkaitan dengan pemilihan judul, latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat kerja praktek, serta ruang lingkup kerja praktek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi landasan teori mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja. BAB III METODOLOGI KERJA PRAKTEK

Bab ini menguraikan tentang tahapan-tahapan pelaksanaan kerja praktek secara rinci dari proses perijinan sampai penulisan laporan.

BAB IV GAMBARAN UMUM PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA DURI

Berisi deskripsi PT. Chevron Pacific Indonesia Duri.

BAB V PENGUKURAN TINGKAT IMPLEMENTASI SMK3 SERTA IDENTIFIKASI HAZARDS DENGAN PENDEKATAN

RISK ASSESSMENT DI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA DURI

Berisi analisa sekaligus pembahasan yang dilakukan berdasarkan data yang telah diperoleh pada pelaksanaan kerja praktek mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Chevron Pacific Indonesia Duri.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan hasil seluruh pengamatan pelaksanaan kerja praktek serta saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca maupun PT. Chevron Pacific Indonesia Duri.

(25)

III-4 3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data bersumber dari tiga hal, yaitu person, place, dan paper sedangkan metode yang digunakan dapat berupa tes, angket, wawancara, dan dokumen.

3.3.1 Pengumpulan Data Primer

Data – data primer merupakan data keterangan yang diperoleh di lapangan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Chevron Pacific Indonesia Duri.

Tabel 3.3

Metode Pengumpulan Data Primer No. Data Primer Sumber

Data

Metode Pengambilan

Data

Alat

1. Sumber bahaya Person Wawancara Daftar pertanyaan 2. Program K3 Person Wawancara Daftar pertanyaan

Sumber : Analisa Penulis, 2014 3.4.2 Pengumpulan Data Sekunder

Metode pengumpulan data sekunder meliputi kegiatan pengumpulan data yang bersumber dari literatur, jurnal, makalah, laporan penelitian terdahulu, dan data-data yang berasal dari perusahaan. Kemudian data-data tersebut digunakan sebagai pengetahuan awal sebelum studi lapangan, sebagai pedoman selama pengamtan di lapangan dan data pada waktu pembahasan dalam tahap penyusunan laporan.

Tabel 3.4

Metode Pengumpulan Data Sekunder No. Data Sekunder Sumber

Data

Metode Pengambilan Data

Alat

1. Sumber bahaya Paper Dokumen Data sumber bahaya PT.

(26)

III-5

Chevron Pacific Indonesia Duri 2. Kebijakan K3 Paper Dokumen Data kebijakan K3

PT. Chevron Pacific Indonesia Duri

3. Program K3 Paper Dokumen Data program K3 PT. Chevron Pacific Indonesia Duri

4. Penilaian resiko Paper Dokumen Daftar penilaian resiko pada PT. Chevron Pacific Indonesia Duri 5. Pengendalian

resiko

Paper Dokumen Daftar penilaian resiko PT. Chevron Pacific Indonesia Duri

(27)

III-6 3.4 TEKNIK ANALISIS DATA

Data-data yang didapatkan dari tiap unit pekerjaan diolah dan dibahas secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui uraian kalimat, penjelasan, serta keterangan hitungan berdasarkan pada teori dan literatur

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktek Sumber : Analisa Penulis, 2014

Mulai Proses Administrasi Studi Literatur Pengumpulan Data DATA PRIMER - Wawancara - Dokumentasi DATA SEKUNDER - Data dari laporan

- Dokumen dan referensi di PT. Chevron Pacific Indonesia Duri

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN Gambaran Umum Selesai TAHAP PERSIAPAN TAHAP PELAKSANAAN

(28)

IV-1 BAB IV PENUTUP

Demikian proposal kegiatan kerja praktek ini saya ajukan, semoga dapat memberikan penjelasan maksud dan tujuan kerja praktek ini kepada PT. Chevron Pacific Indonesia. Selain itu semoga dari kegiatan ini akan memberikan manfaat dan dapat menyumbangkan pemikiran, wawasan tentang evaluasi implementasi SMK3 serta identifikasi hazards dengan pendekatan risk assessment yang tepat dan sesuai. Sehingga limbah udara yang dihasilkan dapat diproses dengan baik dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar dan masyarakat luas, serta akan lebih terjalin kemitraan yang positif dan saling menguntungkan antara keduanya.

Besar harapan Saya untuk dapat melaksanakan kerja praktek di PT. Chevron Pacific Indonesia. Karena akan menjadi suatu pengalaman yang sangat berharga bagi kami, terutama sebagai sarana untuk memperdalam pemahaman teori yang telah dipelajari selama ini, khususnya tentang pengelolaan udara industri. Atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih.

Semarang, April 2014

Praktikan

Bintang Ekananda

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Asfahl, Ray.C. 1999. Industrial Safety and Health Management. Fourth Edition, New Jersey : Prentice-Hall,Inc.

Effendi, Dedy Oktrianto. 2010. Pengukuran Tingkat Kesiapan Perusahaan terhadap Bahaya di Tempat Kerja dan Penanganan Hazards (Studi Kasus PT. Otsuka Indonesia). Teknik Industri, ITS Surabaya.

P.K, Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(30)

LAMPIRAN

Curriculum Vitae

Nama : Bintang Ekananda TTL : Tegal, 29 Mei 1994

Alamat Rumah : Jl. Modes 26 RT 006/005 Balapulang Wetan, Kec. Balapulang, Kab. Tegal

Alamat Kos : Jl. Banjarsari, Gang Iwenisari No. 35 D, Tembalang, Semarang

Agama : Islam

No. HP : 083837157975

Hobi : Bermain musik, melukis, catur, futsal, membaca dll. Email : bintangekananda@gmail.com

Moto : “Hidup hanya sekali, hiduplah yang berarti”

Riwayat Pendidikan :

1) SD Negeri 01 Jembayat (2000-2006) 2) SMP Negeri 01 Balapulang (2006-2008) 3) SMA Negeri 01 Slawi (2008-2011)

4) Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang (2011-..) Riwayat Organisasi :

1) Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ( Staff ahli 2011-2012)

2) Ketua paguyuban mahasiswa daerah “FOKUS” (Forum Keluarga UNDIP Slawi) (2013-2014)

3) Ketua UKM Akustik Teknik Lingkungan (2013-2014) Prestasi yang pernah di raih :

 Juara 3 Lomba Siswa Teladan SMP tingkat Kabupaten Tegal (2006)  Juara 2 Lomba Melukis SMP tingkat Kabupaten Tegal (2006)

(31)

 Juara 1 Festival Band HUT Kabupaten Tegal ke-409 (2010)  Juara 3 Akustik Engineering Festival UNDIP (2011 & 2013) Riwayat Pelatihan :

1. Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Pra Dasar Teknik Lingkungan UNDIP (2011)

2. Pelatihan Autocad (2011)

3. Leadership Training Teknik Lingkungan (2012) 4. Pelatihan Arcgis dan Epanet (2012)

Gambar

Tabel 3.1  Tujuan Operasional
Tabel  berikut  menerangkan  jadwal  pelaksanaan  kerja  praktek.  Sesuai  dengan  kurikulum  Program  Studi  Teknik  Lingkungan  Fakultas  Teknik  Universitas Diponegoro Semarang
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktek  Sumber : Analisa Penulis, 2014

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basmanelly, dan Huriani(2014), tentang hubungan tingkat stres dengan derajat hipertensi pada

Nilai ini mengandung arti bahwa untuk setiap kenaikan satu satuan output yang dihasilkan oleh sektor pertambangan & penggalian, total pendapatan masyarakat

Biasanya untuk mengenal tenses , kalimat dibuat dengan melihat pada bentuk pola suatu tenses kemudian menyesuaikan tiap-tiap kata yang akan digunakan agar

Potensi perikanan laut Indonesia termasuk Sulawesi Tenggara yang terdiri atas ikan pelagis dan demersal tersebar merata hampir semua perairan laut teri- torial,

insider ownership dan kebijakan dividen mempunyai fungsi yang sama yakni sama- sama dapat mengurangi masalah agensi. Oleh karena itu, ketiga mekanisme tersebut

Yohanes Wibisono, M.A., selaku Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta yang

Program ini juga bertujuan untuk menggalakkan pembangunan dan memastikan kesinambungan bentuk seni tradisional Malaysia dengan mengiktiraf pencapaian Adiguru seni

Hasil penelitian menemukan register perkebunan karet afdeling karanggadungan yang berdasarkan pada bentuk terdapat dua kata ulang, tiga verba (kata kerja), tujuh nomina