• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP - Reumatoid Artritis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP - Reumatoid Artritis"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK 

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK 

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK 

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK 

PASIEN DENGAN REUMATHOID ARTRITIS

PASIEN DENGAN REUMATHOID ARTRITIS

Disusun oleh : Disusun oleh : 1 1.. AAYYU U DEDEWWI I NN 001100771100339999BB 2 2.. DDIINNA A HHIIEEDDAANNAA 001100771100440000BB 3 3.. AANNIINNDDHHIITTA A HHAAYYU U CC 001100771100440011BB 4 4.. IIKKA A HHAANNNNA A PP 001100771100440033BB 5 5. E. EKKO O SSAAPPUUTTRRII 001100771100440044BB 6 6.. DDIIAANNA A RRIISSKKAA 001100771100440055BB 7 7. M. M. . SSUUGGIIAANNTTOO 001100771100440066BB 8

8.. AATTIIKKA A PPRRAATTIIWWII 001100771100441100BB 9

(2)
(3)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN – UNIVERSITAS

FAKULTAS KEPERAWATAN – UNIVERSITAS

AIRLANGGA

AIRLANGGA

2010

2010

KATA PENGANTAR  KATA PENGANTAR  Pu

Puji ji sysyukukur ur kekehahadidirat rat AlAllalah h SWSWT T beberkrkat at kakaruruninia-Na-Nyaya, , kakami mi dadapapatt menyelesaikan tugas makalah mata kuliah keperawatan Gerontik dengan judul menyelesaikan tugas makalah mata kuliah keperawatan Gerontik dengan judul ”Asuh

”Asuhan an KeperaKeperawatan Gerontik watan Gerontik Pasien Dengan Pasien Dengan ReumaReumathoid Artritis” thoid Artritis” dengadengann waktu yang telah ditentukan.

waktu yang telah ditentukan. Ka

Kami mi memengngucucapapkakan n teterimrima a kakasih sih sebsebesaesar-br-besaesarnrnya ya kekepapada da BaBapapak k  Makhf

Makhfudli sebagai udli sebagai dosen pembimbdosen pembimbing ing mata kuliah mata kuliah keperkeperawatan gerontik atasawatan gerontik atas Ilmu Pengetahuan, wawasan, dan pengalamannya yang telah diberikan kepada Ilmu Pengetahuan, wawasan, dan pengalamannya yang telah diberikan kepada kami semua

kami semua sehinsehingga dapat gga dapat menyemenyelesaiklesaikan an makalamakalah h ini dangan baik. ini dangan baik. Tidak lupaTidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam  proses penyelesaian makalah ini.

 proses penyelesaian makalah ini.

Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penulis dan Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penulis dan  pembaca pada umumnya dan dapat menambah ilmu pengetahuan kami serta

 pembaca pada umumnya dan dapat menambah ilmu pengetahuan kami serta dapatdapat kam

kami i intintervervensensikaikan n daldalam am melmelakuakukan kan tugtugas as kepkeperawerawatan atan kamkami i kelkelak. ak. KamKamii m

menenyyadadarari i babahhwa wa titiadada a gagadidinng g yayang ng tatak k reretatakk. . OlOleh eh kakarerena na ititu u kkamamii men

menghagharaprapkan kan sarasaran n dan dan krikritik tik yanyang g berbersifasifat t memmembanbangun gun dardari i semsemua ua pihpihak ak   pembaca makalah ini

 pembaca makalah ini sebagai penyempurnaan makalah ini.sebagai penyempurnaan makalah ini.

Surabaya,

Surabaya, Desember Desember 20102010 penyusun

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

Kata Pengantar………..i

Kata Pengantar………..i

Daftar Daftar Isi...Isi...ii...ii

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1 Latar Belakang...Latar Belakang... 1... 1

1.2 1.2 Rumusan Masalah...Rumusan Masalah... ..2... ..2

1.3 1.3 Tujuan...Tujuan...2...2

1.3.1 1.3.1 TujuTujuan an Umum.Umum... ... 22 1.3.2 1.3.2 TujuTujuan an KhusuKhusus...s... .... 22 1.4 1.4 Manfaat...Manfaat...3...3

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 2.1 Konsep Konsep Lansia...Lansia...4...4

2.2 2.2 Konsep Dasar Rheumatoid Konsep Dasar Rheumatoid Artritis...Artritis...11...11

BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian………. 19

3.1 Pengkajian………. 19

3.2 Analisa Data ………..26

3.2 Analisa Data ………..26

3.3 3.3 Intervensi KIntervensi Keperawatan eperawatan ………29………29 BAB 4 PENUTUP

(5)

4.1 Kesimpulan ………..40 4.1 Kesimpulan ………..40 4.2 Saran ………40 4.2 Saran ………40 Daftar pustaka ………42 Daftar pustaka ………42 BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1.1. Latar belakang Peru

Perubahabahan n – – peruperubahan akan terjadi bahan akan terjadi pada tubuh manusia pada tubuh manusia sejalasejalann

deng

dengan an makimakin n menimeningkangkatnya usia. tnya usia. PerubPerubahan tubuh ahan tubuh terjaterjadi di sejak awalsejak awal

k ke he hi di duuppa n a n hhi ni ng gg ga a uus is ia a l al annj uj ut t ppa da da a s es emmuua a o ro rgga n a n dda n a n jja ra ri ni ngga na n t tuubbuuhh..KKeeaaddaaaan n ddeemmiikkiiaan n iittu u ttaammppaak k ppuulla a ppaadda a sseemmuua a ssiisstteemm mu muskskululososkekeleletatal l dadan n jajariringngan an lalain in yayang ng adada a kakaititanannynya a dedengnganan kemu

kemungkingkinan nan timbtimbulnyulnya a bebebeberapa rapa gologolongan ngan ReumReumathoathoid id artritartritis. is. SalahSalah

satu

satu gologolongan penyakingan penyakit t ReumReumathoathoid id artriartritis tis yang sering yang sering menymenyertai ertai usiausia

lanj

lanjut ut yang yang menimenimbumbulkan lkan ganggangguan guan muskmuskuloskuloskeletaeletal l terutterutama ama adaladalahah

osteo

osteoartriartritis. tis. KejadKejadian ian penypenyakit akit tersetersebut but akan akan makimakin n menimeningkangkat t sejalsejalanan

dengan meningkatnya usia manusia.

dengan meningkatnya usia manusia.

Reum

Reumathoathoid id artriartritis tis dapadapat t mengmengakibakibatkan atkan peruperubahabahan n otototot, , hinghinggaga

fun

fungsigsinya nya dapdapat at menmenuruurun n bilbila a otootot t padpada a bagbagian ian yanyang g menmenderderita ita tidtidak ak 

dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan

dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnymeningkatnya usia a usia menjadimenjadi

tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik

tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. . NamuNamun usia n usia lanjulanjut t tidak selalutidak selalu

men

mengalgalami ami ataatau u menmenderderita ita ReuReumatmathohoid id artartritritis. is. BagBagaimaimana ana timtimbubulnylnyaa

kejadian Reumathoid artritis ini,

kejadian Reumathoid artritis ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapatsampai sekarang belum sepenuhnya dapat

dimengerti.

dimengerti.

Re

Reumumatathohoid id arartrtrititis is bubukakan n memerurupapakakan n susuatatu u pepenynyakakitit, , tatapipi

mer

merupupakaakan n suasuatu tu sinsindrodrom m dandan.go.golonlongan gan penpenyakyakit it yanyang g menmenampampilkilkanan

 pe

 perwrwujujududan an sisindndroroma ma ReReumumatathohoid id arartrtrititis is cucukukup p babanynyakak, , nanamumun n sesemumuananyaya

menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di

menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di

 bi

 bidadang ng reremamatotolologigi, , ReReumumatathohoid id arartrtrititis is dadapapat t teterurungngkakap p sesebabagagai i kekeluluhahann

dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada

dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada

sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,

(6)

serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982)

Reumathoid artritis dapat terjadi pada semua umur dari kanak –  kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan Reumathoid artritis akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)

Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo, 1991).

Rheumatoid artritismerupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Biasanya terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tatalaksananya sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari Rheumatoid artritisterjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki-laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).

Rheumatoid artritisdiyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin  juga terdapat predisposi si terhadap penyakit.

Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit rheumatoid artritis dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

1.2. Tujuan penulisan 1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal yaitu Rheumatoid Artritis 2. Tujuan khusus

Mahasiswa dapat menjelaskan :

(7)

2. Etiologi penyakit Rheumatoid Artritis 3. Manifestasi klinik Rheumatoid Artritis 4. Patofisiologi penyakit Rheumatoid Artritis 5. Komplikasi penyakit Rheumatoid Artritis

6. Pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis 7. Penatalaksanaan penyakit Rheumatoid Artritis

8.Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Rheumatoid Artritis.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Bagi profesi keperawatan

Dapat membantu perawat dalam melakukan asuhan keperawatan, sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan Rheumatoid Artritis.

2. Bagi masyarakat umum dan pasien

Dengan adanya makalah ini masyarakat dan pasien dapat mengetahui lebih jelas tentang penyakit rheumathoid arthritis sehingga dapat mengetahui factor-faktor pemicu dan gejala-gejalanya sehingga mereka mampu melakukan pencegahan ataupun deteksi dini terhadap  penyakit Rheumathoid Arthritis.

(8)

BAB 2

TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses

penuaan. Lansia adalah orang yang berusia diatas 60 tahun yang

mengalami proses menua. Dimana proses alami yang disertai

adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang

saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cenderung

berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum

maupun kesehatan jiwa pada lansia (Depkes RI,1992).

Masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa

puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini

adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai

masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial

sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak

memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah

kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara

yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu

melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia,

yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka

kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti .

Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan

sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan

pemberontakan , penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini

menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian

(9)

semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka

sendiri. (James C. Chalhoun, 1995)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia

menjadi 4 yaitu :

Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,

Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,

Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun

Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Sedangkan menurut Prayitno Aryo (2002) mengatakan bahwa

setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang

yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan

dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi

kehidupannya sehari-hari. Demikian juga batasan lanjut usia

yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang

pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang

berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56

tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut

menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke

atas. Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam

menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan

ke dalam penduduk lanjut usia. Dalam penelitan ini digunakan

batasan umur 56 tahun untuk menyatakan orang lanjut usia.

2.1.2 Teori Penuaan 1. Teori Biologis

a. Teori Genetik 

Teori intrinsik yang menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat  jam biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya proses  penuaan. Tiap spesies didalam nukleusnya mempunyai suatu jam

(10)

 b. Teori Non Genetik 

1) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan molekul, fragmen molekul atau dengan elektron bebas tak berpasangan untuk organisme aerobik radikal  bebas terutama terbentuk pada waktu respirasi. Radikal bebas ini sangat merusak karena sangat aktif sehingga dapat terikat dengan moekul dan mengubah fungsi molekul tersebut. Radikal bebas  juga sangat reaktif sehingga dapat bereaksi dengan DNA,  protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membran sel dan dengan gugus SH. Radikal bebas yang tidak terikat merusak dan mengganggu fungsi sel dan dapat menimbulkan penyakit degenerative dan mempercepat penuaan. Namun enzim tertentu  bisa menangkal radikal bebas seperti superoxide dismentase, haem, glutation peroksidase, juga senyawa non enzimatik sperti vitamin C, provit A, vitamin E, walaupun telah ada system  penangkal masih ada radikal bebas tetap lolos. Bahkan makin lanjut usia makin banyak radikal bebas yang terbentuk sehingga  proses perusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin lama

makin banyak sel mati.

2) Teori Menua Akibat Metabolisme

Berkurangnya intake kalori akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena penurunan intake kalori tersebut antara lain disebabkan menurunnya salah satu/beberapa proses metabolisme sehingga terjadi penurunan hormon yang merangsang proliferasi sel seperti insulin dan hormon pertumbuhan.

3) Teori Dipakai dan Aus

Setelah menginjak usia dewasa, sel dan jaringan tidak tumbuh lagi. Selanjutnya terjadi fase disintegrasi jaringan dan organ tubuh yang sering dipakai. Bila tidak ada perbaikan atau  pergantian sel atau jaringan maka proses tersebut diakhiri dengan

kematian.

(11)

1) Teori Organ Tunggal

Penuaan terjadi akibat deferiorasi progresif pembuluh darah karena aterosklerosis. Penuaan terjadi akibat kegagalan fungsi kelenjar tiroid sehingga terjadi perlambatan proses metabolisme.

2) Teori Adaptasi & Stress

Penuaan sebagai efek kumulatif dari berbagai stress sepanjang hidup yang tidak sepenuhnya teratasi dan meninggalkan residual (sisa).

3) Teori Imunologik  

Kemampuan respon imun setiap orang berbeda dan perbedaan ini diperbesar bila mereka menjadi tua, karena proses penuaan menimbulkan abnormalitas system imun yang member  konstribusi pada sebagian besar penyakit, baik akut maupun kronis pada lansia.

2.1.3 Proses aging

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 2000). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan  – perubahan yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – 

menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah.Berikut perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia :

a. Perubahan-perubahan Fisiologis (Watson Roger, 2003) 1. Keadaan Umum

Penurunan secara progresif proses fisiologis akibat keseimbangan yang mudah rusak dan gangguan mempertahankan homeostatis. Adanya stressor  fisik dan emosi menyebabkan lansia mudah terserang penyakit karena

(12)

 penurunan fungsi fisiologis. Lansia lebih banyak menggunakan istirahat daripada beraktifitas.

2. Integumen

a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

 b.Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis. c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi. f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.

g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya. h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya

3. Muskuloskletal

a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.  b. Kifosis

c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas. d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.

e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.

f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.

g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh

4. Neurologik 

Lensa kehilangan elastisitas, gerak mata menurun, pendegaran menurun,  perubahan keseimbangan dan ekulibrum, penurunan sensasi rasa,  penurunan persepsi bau, jumlah nerves ending menurun.

5. Kardiovaskuler.

a. Elastisitas dinding aorta menurun.

(13)

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk  atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak.

e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

6. Gastrointestinal.

a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk  dan gizi yang buruk.

 b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.

c. Eosephagus melebar.

d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun. e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. f. Daya absorbsi melemah

7. Respirasi

a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.  b. Menurunnya aktivitas dari silia.

c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas  pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. e. Kemampuan untuk batuk berkurang.

f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan  pertambahan usia.

8. Reproduksi.

a. Menciutnya ovari dan uterus.  b. Atrofi payudara.

(14)

c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik.

e. Selaput lendir vagina menurun.

9. Perkemihan.

a. sirkulasi ginjal menurun

 b. Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil

meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

10. Endokrin.

a. Produksi semua hormon menurun.

 b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.

c. Menurunnya produksi aldosteron.

d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosteron.

b. Perubahan Psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.

• Perubahan fisik, khususnya organ perasa. • Kesehatan umum

• Tingkat pendidikan • Keturunan (Hereditas) • Lingkungan

Kenangan (Memory).

• Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

mencakup beberapa perubahan.

(15)

IQ (Inteligentia Quantion).

• Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.

• Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi

 perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor  waktu.

c. Perubahan Psikososial ( Nugroho, 2000)

a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :

• Kehilangan finansial (income berkurang).

• Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,

lengkap dengan segala fasilitasnya).

• Kehilangan teman/kenalan atau relasi. • Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

 b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality) c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak 

lebih sempit.

d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).

e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya  biaya pengobatan.

f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian. h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family.

(16)

 j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

d. Perubahan Spiritual (Nugroho, 2000)

1. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. (Maslow, 1970)

2. Lansia makin matur dalam kehidupan agamanya, hal ini terlihat dalam  berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zetner,1970)

3. Perkembangan Spiritual pada usia 70 tahun adalah universal,  perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak 

dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan (Folwer, 1978)

2.2. Konsep Dasar Rheumatoid Artritis 2.2.1 Definisi

Penyakit Reumathoid arthritis adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secarasimetris. Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001).

Reumathoid artritis dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).

Rheumatoid artritisadalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut. (Susan Martin Tucker,1998)

Rheumatoid artritis (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman, 2000)

(17)

Rheumatoid artritis adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour, 2001)

2 . 2 . 2 Etiologi

Penyebab pasti reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor system reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor  infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).

Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :

1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus 2. Endokrin

3. Autoimun 4. Metabolik 

5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.

Pada saat ini, Rheumatoid artritis diduga disebabkan oleh faktor  autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

2.2.3 Manifestasi Klinis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita rheumatoid arthritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus  pada saat yang bersamaan, oleh karena penyakit ini memiliki gambaran

klinis yang sangat bervariasi.

1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.

2. Poliarthritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi-sendi-sendi interfalangs distal.

(18)

3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat generalisasi tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Hal ini berbeda dengan kekakuan pada osteoartritis, yang biasanya hanya  berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam. 4. Arthritis erosif, peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi

ditepi tulang.

5. Deformitas,kerusakan struktur penunjang sendi meningkat dengan  perjalanan penyakit. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput

metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.

6. Nodul-nodul rheumatoid, biasanya pada sendi siku atau disepanjang  permukaan ekstensor dari lengan. Adanya nodula-nodula ini  biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih  berat.

7. Manifestasi ekstra artikular, rheumatoid juga menyerang jantung,  paru-paru, mata dan pembuluh darah dapat rusak. (Price & wilson,

1995)

Manifestasi Ekstra-artikular dari Rheumatoid Arthritis Kulit Nodula subkutan

Vaskulitis, menyebabkan bercak-bercak coklat Lesi-lesi ekimotik 

Jantung Perikarditis

Tamponade perkardium (jarang)

Lesi peradangan pada miokardium dan katup jantung Paru-paru Pleur itis dengan atau tanpa efus i

Peradangan paru-paru

Mata Skleritis

Sistem saraf Neuropati perifer 

Sindrom kompresi perifer, termasuk sindrom terowongan karpal, neuropati saraf ulnaris, paralisis peronealis, dan abnormalitas vertebra servikal.

Sistemik Anemia (sering)

Osteoporosis generalisata Sindrom Felty

(19)

Sindrom Sjogren (keratokonjungtivitissika) Amiloidosis (jarang)

Gbr. 1 Tangan reumatoid dengan boutonniere dan deformitas leher  angsa. Terlihat poliartritis pada sendi tangan. Diantara perubahan deformitas yang berat terdapat otot yang tidak digunakan dalam “snuffbox” anatomik (antara ibu jari dan jari telunjuk).

www.scribd.com

2 .2 .4 W OC ( T er la mp ir )

2.2.5. KOMPLIKASI

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor   penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

2.2.6. KRITERIA DIAGNOSTIK 

Kriteria diagnostik Rheumatoid artritisadalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki

(20)

serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen. Kriteria artritis rematoid menurut American reumatism Association (ARA) adalah:

1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness). 2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya

 pada satu sendi.

3. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain. 5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat s imetris.

6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor. 7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid 8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid

9. Pengendapan cairan musin yang jelek 

10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia 11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

a. Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu

 b. Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

c. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan  berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

(21)

Gbr. 2 Radiogram tangan reumatoid. Perhatikan penurungan jarak  sendi (panah hitam), erosi kaput metakarpal (panah putih kecil) dan tejadi deformitas sendi (panah putih besar).

www.scribd.com

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 

1. Tes serologi

· Sedimentasi eritrosit meningkat

·Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis · Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita 2. Pemerikasaan radiologi

·Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi

·Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis

3. Aspirasi sendi

·Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

(http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/22/asuhan-keperawatan-gerontik-dengan-rhematoid-arthitis/)

(22)

2.2.7. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).

Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :

1. Pemberian terapi

Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk  mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.

2 . Pengaturan aktivitas dan istirahat

Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal  penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang

terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3 . Kompres panas dan dingin

Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek  analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektif  daripada kompres dingin.

4 . D i e t

Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur  dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

5 . Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk 

(23)

menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk  mengganti sendi.

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

(24)

a. Identitas : meliputi nama, umur, jenis kelamin. Pada kasus RA  biasanya terjadi pada usia 25-50 tahun, insiden puncak   pada usia 40-60 tahun

 b. Keluhan utama : terdapat kekakuan yang biasanya terjadi pada pagi hari. c. Riwayat penyakit sekarang : gampang lelah, anoreksia, BB menurun. d. Riwayat penyakit keluarga :

-e. Pola aktivitas dan istirahat : ditemukan nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, dan kekakuan pada pagi hari. f. Pola nutrisi : penurunan nafsu makan dan berat badan

B. Pemeriksaan Fisik 

Keadaan Umum :

Tingkat Kesadaran : Composmentis, Apatis, Sumnolen, Suporus, Coma Tanda-Tanda Vital : Puls = Temp= RR= Tensi= 1. Kepala : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan 2. Mata, Telinga, Hidung: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan 3. Leher : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan 4. Dada & Punggung : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan 5. Abdomen & Pinggang: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan 6. Ekstremitas Atas & Bawah : kerusakan dari struktur penunjang sendi

dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada  penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.

7. Sistem Immune : biasanya terjadi penurunan.

8. Genetalia : Pada umumnya tidak akan tampak   perubahan

9. Sistem Reproduksi : Pada umumnya tidak akan tampak   perubahan

(25)

10. Sistem Persyarafan : Kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. Pembengkakan sendi simetris.

11. Sistem Pengecapan : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan 12. Sistem Penciuman : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan 13. Tactil Respon : biasanya terjadi penurunan

C. Status Kognitif/Afektif/Sosial

1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

2. Mini-Mental State Exam (MMSE)

3. Inventaris Depresi Beck 

4. APGAR Keluarga

INDEKS KATZ

(Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari)

========================================================

 Nama Klien : ………. Tanggal :

………

Jenis Kelamin : L / P Umur : ……tahun TB / BB: Cm / Kg

Agama : ………. Suku : ……… Gol Darah :

(26)

Alamat : ………

Skore Kriteria

A

Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar  kecil, berpakaian dan mandi.

B

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut.

C

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.

D

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.

E

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan.

F

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.

Lain-Lain

Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE ( SPMSQ ) (Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual manula.)

(27)

Skore

No. Pertanyaan Jawaban

+

-1. Tanggal berapa hari ini? Hari Tgl Th.

2. Hari apa sekarang ini ? 3. Apa nama tempat ini ?

4. Berapa nomor telepon Anda ? 4.a. Dimana alamat Anda ?

(tanyakan bila tidak memiliki telepon) 5. Berapa umur Anda ?

6. Kapan Anda lahir ?

7. Siapa presiden Indonesia sekarang ? 8. Siapa presiden sebelumnya ?

9. Siapa nama kecil ibu Anda ?

10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun ?

 Jumlah kesalahan total 

Keterangan :

1. Kesalahan 0 – 2 = Fungsi intelektual utuh

2. Kesalahan 3 – 4 = Kerusakan intelektual Ringan 3. Kesalahan 5 – 7 = Kerusakan intelektual Sedang 4. Kesalahan 8 – 10 = Kerusakan intelektual Berat

(28)

MINI - MENTAL STATE EXAM ( MMSE )

(Menguji Aspek – Aspek Kognitif dari Fungsi Mental)

========================================================== Nilai

Pasien Pertanyaan Maksimum

Orientasi

5 (Tahun) (Musim) (Tanggal) (Hari) (Bulan apa sekarang) ?

5 Dimana kita : (negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah -sakit) (lantai) ?

Registrasi

3  Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masing-masing. Kemudian tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah mengatakannya. Beri 1  poin untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai ia

mempelajari ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat. Percobaan : ………..

Perhatian dan Kalkulasi

5 Seri 7’s. 1 poin untuk setiap kebenaran.

Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja “kata” ke belakang.

Mengingat

3 Minta untuk mengulang ketiga objek diatas.

(29)

Bahasa

9  Nama pensil dan melihat ( 2 poin )

Mengulang hal berikut : “Tak ada jika, dan, atau tetapi” ( 1poin )

Nilai Total

Kaji Tingkat Kesadaran sepanjang kontinum :

Composmentis Apatis Sumnolen Suporus

Coma

Keterangan :

 Nilai maksimal 30, Nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut

APGAR KELUARGA

Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial

No Ur a i a n Fungsi Skore

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu

(30)

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan

mengungkapkan masalah dengan saya.  Partnership 3. Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman ) saya

menerima dan mendukung keinginan saya untuk 

melakukan aktivitas atau arah baru. Growth 4. Saya puas dengan cara keluarga ( teman-teman ) saya

mengekspresikan afek dan berespons terhadap

emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai.  Affection 5. Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya

menyediakan waktu bersama-sama.

 Resolve

Penilaian :

Pertanyaan – pertanyaan yang dijawab ;

• Selalu : skore 2

• Kadang – kadang : skore 1 • Hampir tidak pernah : skore 0

Total Dari : Smilkstein G : 1982 3.2 ANALISA DATA No Data ( Sign / Symptom ) Interprestasi ( Etologi ) Masalah ( Problem ) 1 2 3 4

(31)

1. 2. 3. Keluhan nyeri,ketidaknyamanan, kelelahan Kesulitan dalam malakukan pergerakan Keengganan untuk   mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk  dengan sendiri bergerak  dalam lingkungan fisik. Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan

koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa (tahap lanjut).

Perubahan fungsi dari

Agen pencedera (virus,  bakteri)

Menginfeksi sendi ↓

Merusak lapisan sendi (membrane sinovium)

Inflamasi sendi ↓

 Nyeri

Kerusakan kartilago dan tulang

Kelemahan otot ↓

Kesulitan dalam bergerak  ↓ Resiko cedera Deformitas skeletal ↓ Membrane sinovium hipertropi ↓

Menghambat aliran sendi ↓

Kekakuan sendi ↓

Gangguan mobilitas fisik 

Nyeri Akut atau Kronis

Resiko cidera

Gangguan mobilitas Fisik 

(32)

4.

5.

6.

 bagian-bagian yang sakit. Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan  penampilan.

Ketidakmampuan untuk  mengatur kegiatan sehari-hari

Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik  untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat. Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.

Perasaan tidak berdaya,  putus asa.

Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep. Tidak tepat mengikuti

Kerusakan musculoskeletal ↓ Ketidakmampuan mengatur  ADL ↓ Keterbatasan pemenuhan ADL ↓

Defisit perawatan diri Perubahan kemampuan untuk melakukan tugas

Perubahan gaya hidup ↓

Perubahan peran ↓

Berpikiran negative tentang diri sendiri

Gangguan body image

Gangguan dalam mengingat ↓

Kurang informasi mengenai  penyakit

Defisit Perawatan diri

Gangguan Citra Tubuh atau Perubahan Penampilan Peran

Kurang Pengetahuan Mengenai Penyakit, Prognosis, Dan Kebutuhan

(33)

instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Kurang pengetahuan

Pengobatan.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut atau Kronis b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.

2. Resiko cidera b.d kerusakan kartilago dan tulang ; hilangnya kekuatan otot. 3. Gangguan mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal Nyeri, ketidaknyamanan

Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

4. Defisit Perawatan Diri b.d Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

5. Gangguan Citra Tubuh atau Perubahan Penampilan Peran b.d Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

6. Kurang Pengetahuan Mengenai Penyakit, Prognosis, Dan Kebutuhan Pengobatan. b.d Kurangnya pemajanan atau mengingat. Kesalahan interpretasi informasi.

3.3. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri Akut/ Kronis b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.

Tujuan : Individu mengatakan intensitas nyeri berkurang Kriteria hasil :

- Menyebutkan nyeri mereda - Skala nyeri rendah

(34)

- Klien tidak mengeluh kesakitan pada daerah sendi ekstremitas

Intervensi dan Rasional:

a. Intervensi : Pantau keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal

 Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program

 b. Intervensi : Berikan matras / kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan

 Rasional : Matras yang lembut atau empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi atau nyeri.

c.  Intervensi : Tempatkan / pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.

 Rasional : Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan  posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan

dapat mengurangi kerusakan pada sendi

d.  Intervensi : Motivasi klien untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk   bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan  bawah, hindari gerakan yang menyentak.

 Rasional  : Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi e.  Intervensi : Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran

 pada waktu bangun dan atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.

 Rasional : Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada  panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan

(35)

f.  Intervensi : Berikan masase yang lembut

 Rasional  : meningkatkan relaksasi atau mengurangi nyeri

g.  Intervensi : motivasi klien dalam penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.

 Rasional  : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping

h.  Intervensi : Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.

 Rasional  : Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat

i.  Intervensi : Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai  petunjuk.

 Rasional  : Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot atau spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi

 j.  Intervensi : Kolaborasi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)

 Rasional  : sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

k.  Intervensi : Berikan kompres dingin jika dibutuhkan

 Rasional  : Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama  periode akut

2. 2. Resiko cidera b.d kerusakan kartilago dan tulang ; hilangnya kekuatan otot.

Tujuan : Klien menyatakan cidera lebih sedikit dan rasa takut cidera  berkurang

Kriteria hasil :

- Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan resiko cidera

(36)

- Mengungkapkan keinginan untuk melakukan tindakan  pengamanan untuk mencegah cidera.

- Meningkatkan aktivitas harian bila memungkinkan Intervensi dan Rasional :

a.  Intervensi : Observasi keadaan klien setiap 30 menit

 Rasional : Memberikan informasi kepada perawat untuk mengetahui keadaan klien

 b.  Intervensi : Berikan nasehat kepada keluarga klien untuk mendampingi klien  Rasional  : Dampingan keluarga lebih memberikan rasa aman kepada klien

daripada perawat karena keluarga lebih lama berada disisi klien. c.  Intervensi : Modifikasi lingkungan klien dari bahaya yang memicu klien untuk 

cidera.

 Rasional  : Penataan atau modifikasi lingkungan yang aman dapat menghindarkan klien dari resiko cidera

k.  Intervensi : Berikan posisi yang nyaman pada klien

 Rasional  : Pemberian posisi yang nyaman pada klien dapat mnurangi pasien gelisah dan sering bergerak.

l.  Intervensi : Ajarkan klien untuk mnggerakkan persendian atau latihan otot ringan

 Rasional  : Latihan menggerakkan otot dapat melemaskan otot dan menguatkan otot sehingga otot tidak kaku dan klien dapat terhindar dari cidera sdikit demi sedikit.

m.  Intervensi : Dekatkan barang-barang klien dengan klien

 Rasional  : Meletakkan barang-barang klien dekat dengan klien memudahkan klien menjangkau barang tersebut sehingga klien terhindar dari resiko cidera.

3. Gangguan mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal Nyeri, ketidaknyamanan Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

Tujuan : Individu melaporkan dapat menggerakkan ekstremitasnya Kriteria hasil :

(37)

- Memperlihatkan penggunaan alat-alat untuk  meningkatkan mobilitas

- Menunjukkan tindakan yang memperlihatkan  peningkatam mobilitas

Intervensi dan Rasional:

a.  Intervensi : Evaluasi atau lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit pada sendi

 Rasional  : Tingkat aktivitas atau latihan tergantung dari perkembangan atau resolusi dari peoses inflamasi

 b. Intervensi : Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk jika diperlukan  jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus

menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.

 Rasional  : Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan

c. Intervensi : Bantu dengan rentang gerak aktif atau pasif, demikian juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan

 Rasional  : Mempertahankan atau meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi

d. Intervensi : Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan atau bantu tehnik pemindahan dan penggunaan  bantuan mobilitas, mis, trapeze

 Rasional  : Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian  pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan

abrasi kulit

e. Intervensi : Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter,  bebat, brace

(38)

 Rasional  : Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor 

f.  Intervensi : Gunakan bantal kecil atau tipis di bawah leher   Rasional  : Mencegah fleksi leher 

g. Intervensi : Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,  berdiri, dan berjalan

 Rasional  : Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas h.  Intervensi : Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,

menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.

 Rasional  : Menghindari cidera akibat kecelakaan atau jatuh

i. Intervensi : Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi tentang program latihan.  Rasional  : Berguna dalam memformulasikan program latihan atau aktivitas

yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat

 j. Intervensi : Berikan matras busa atau pengubah tekanan.

 Rasional  : Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk  mengurangi risiko imobilitas

k. Intervensi : Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).  Rasional  : Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut

4. Defisit Perawatan Diri b.d Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Tujuan : Individu mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk  makan sendiri atau melaporkan bahwa klien mengalami kesulitan dalam ADL.

Kriteria hasil :

- Klien dapat mendemonstrasikan kemampuan menggunakan alat bantu makan

- Klien dapat melakukan ADLnya sendiri sedikit demi sedikit

(39)

- Klien terlihat bersih , rapi dan segar 

Intervensi dan Rasional:

a. Intervensi : Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan atau eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.

 Rasional  : Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.  b. Intervensi : Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program

latihan

 Rasional  : Mendukung kemandirian fisik atau emosional

c. Intervensi : Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi atau rencana untuk modifikasi lingkungan.

 Rasional  : Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri

d. Intervensi : Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.

 Rasional  : Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk  mandi pancuran

e. Intervensi : rencanakan evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.

 Rasional  : Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual

f. Intervensi : rencanakan konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan  perawatan rumah, ahli nutrisi.

 Rasional  : Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk   persiapan situasi di rumah

(40)

5. Gangguan Citra Tubuh atau Perubahan Penampilan Peran b.d Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Tujuan : Individu dapat mendemonstrasikan penerimaan penampilan Kriteria hasil :

- Klien mengatakan puas akan penampilan dirinya yang sekarang

- Klien terlihat percaya diri dengan kondisi atau  penampilannya

Intervensi dan Rasional:

a. Intervensi : Motivasi klien untuk pengungkapan mengenai masalah tentang  proses penyakit, harapan masa depan.

 Rasional  : Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut atau kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung.

 b. Intervensi : Diskusikan arti dari kehilangan atau perubahan pada pasien atau orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi  pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk 

aspek-aspek seksual.

 Rasional  : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut

c. Intervensi : Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.

 Rasional  : Isyarat verbal atau non verbal orang terdekat dapat mempunyai  pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya

sendiri

d. Intervensi : terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.

 Rasional  : Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan  bermusuhan umum terjadi

e. Intervensi : Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan.

(41)

 Rasional  : Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut

f. Intervensi : Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk  mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.  Rasional  : Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang

dapat meningkatkan perasaan harga diri

g. Intervensi : Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

 Rasional  : Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi

h. Intervensi : Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan

 Rasional  : Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri i. Intervensi : Berikan bantuan positif bila perlu

 Rasional  : Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri

 j. Intervensi : Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog.

 Rasional  : Pasien atau orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang atau ketidakmampuan

k. Intervensi : Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.

 Rasional  : Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai  pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif)

6. Kurang Pengetahuan Mengenai Penyakit, Prognosis, Dan Kebutuhan Pengobatan. b.d Kurangnya pemajanan / mengingat kesalahan interpretasi informasi.

Tujuan : Klien mengetahui mengenai penyakit yang dideritanya

Kriteria hasil : - Klien dapat menyebutkan atau menjelaskan jenis  penyakitnya.

(42)

- Klien mengerti mengenai penyakitnya - Klien mngetahui pengobatan penyakitnya

Intervensi dan Rasional:

a. Intervensi : Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.  Rasional  : Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat

 pilihan berdasarkan informasi

 b. Intervensi : Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.

 Rasional  : Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri atau jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas

c. Intervensi : Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.

 Rasional  : Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks

d. Intervensi : Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik   Rasional  : Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan

dosis

e. Intervensi : Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, atau antasida pada waktu tidur.

 Rasional  : Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri akan meningkatkan tidur dan mengurangi kekakuan di pagi hari

f. Intervensi : Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.

 Rasional  : Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan over dosis. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi

(43)

g. Intervensi : Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi  penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan

dokter.

 Rasional  : Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko efek samping yang berbahaya

h. Intervensi : Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang  banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.

 Rasional  : Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan i. Intervensi : Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan

 berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.  Rasional  : Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada

sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki  j. Intervensi : Berikan informasi mengenai alat bantu

 Rasional  : Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan

k. Intervensi : Diskusikan teknik menghemat energi, mis: duduk daripada  berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi

 Rasional  : Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian

l. Intervensi : Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan.

 Rasional  : mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri

m. Intervensi : Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan  pemberian bantalan yang tepat.

(44)

 Rasional  : mengurangi resiko iritasi atau kerusakan kulit

n. Intervensi : Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan atau pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat.

 Rasional  : Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian atau perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah over dosis, efek samping yang berbahaya.

o. Intervensi : Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan

 Rasional  : Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik  atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri atau  percaya diri.

 p. Intervensi : Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada).

 Rasional  : bantuan atau dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan  pemulihan maksimal.

BAB 4 PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Penyakit Reumathoid Artritis adalah kerusakan tulang rawan sendi yang  berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Penyebab pasti reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor system reproduksi.  Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi –  sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Kelainan sistem

(45)

 pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying  antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid. Pada pemeriksaan diagnostik ditemukan : sedimentasi eritrosit meningkat, darah bisa terjadi anemia dan leukositosis, rhematoid faktor terjadi 50-90% penderita, periartricular  osteoporosis permulaan persendian erosi, kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis, cairan sinovial menunjukkan adanya  proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik. Penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :  pemberian terapi , pengaturan aktivitas dan istirahat, kompre s pana s da n dingin, diet, dan pembedahan. Asuhan keperawatan yang diberikan, sesuai dengan askep pada lansia.

4.2. SARAN

Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai  bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan

keperawatan yang akan datang, diantaranya :

1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan rheumatoid artritis.

2. Masyarakat umum ataupun penderita rheumatoid arthritis hendaknya juga mampu memahami tentang proses penyakit, gejala, dan pencegahanny, agar  mereka mampu mendeteksi secara dini bila terdapat gejala penyakit tersebut.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Boedhi Darmojo & Hadi Martono. 1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Darmojo, Boedhi,et al.2000. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta Ganong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Hardywinoto, dkk. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek  (Menjaga Keseimbangan Kwalitas Hidup pada Lanjut Usia). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Ismayadi.2007. Proses Menua( Aging Process).Medan : FKUSU

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

yang populasinya cukup tinggi pada awal pengamatan (Tabel 3). armigera) dan penggerek batang jagung (O. furnacalis) hal ini disebabkan karena telur-telur penggerek tongkol

Jika dilihat dari segi manfaat yang ada untuk perkembangan otak, dapat disimpulkan bahwa sempoa sistem 1-4 sangat bermanfaat terutama untuk generasi muda bangsa Indonesia..

(e&ikian surat per&oonan pende-egasian peserta, atas peratiann6a diaturkan teri&a kasi. Wallahul Muwafq Ilaa

Hipotesis dari penelitian ini adalah pembuatan sistem temu kembali informasi (Information Retrieval) dengan cara menentukan objek layanan kesehatan mana yang lebih relevan

Maka dari itu untuk mengantisipasinya, akan dibuat Geoheritage Bojonegoro yang berkelas Nasional dari beberapa geotapak yang meliputi antara lain : Kahyangan Api Abadi,

Pemodelan Elemen Hingga dengan LUSAS v13.57 memberikan kekuatan dan kekakuan pelat yang lebih besar dari hasil pengujian karena pada pengujian di laboratorium

 Lokasi Trans Studio Padang mungkin akan membuat pengunjung yang melewati kota Padang, baik yang dari arah Utara Sumatera seperti Medan maupun arah Selatan

Selain pendapat di atas, Hery (2014:202) mengatakan: Istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas)