• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INVESTASI PUBLIK TERHADAP KEMISKINAN DI KABUPATEN ACEH BARAT OLEH NAMA: ABRAL. IS NIM :07C

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INVESTASI PUBLIK TERHADAP KEMISKINAN DI KABUPATEN ACEH BARAT OLEH NAMA: ABRAL. IS NIM :07C"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH INVESTASI PUBLIK TERHADAP KEMISKINAN DI KABUPATEN ACEH BARAT

OLEH

NAMA: ABRAL. IS NIM :07C20101017

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

(2)

PENGARUH INVESTASI PUBLIK TERHADAP KEMISKINAN DI KABUPATEN ACEH BARAT

OLEH

NAMA: ABRAL. IS NIM :07C20101017

Skripsi inisebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

PadaFakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat, pemerintah dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan investasi publik. Keputusan investasi publik diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi yang menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran untuk investasi publik harus mendapat perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran rutin, karena pengeluaran investasi/modal memiliki efek jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutin lebih berdampak jangka pendek.

Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan penganggaran modal/investasi. Penganggaran modal/investasi merupakan proses untuk menganalisis proyek-proyek dan memutuskan apakah proyek tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran modal/investasi ( Mankiw, 2008).

Pembangunan merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan hidup suatu daerah maupun negara. Menciptakan pembangunan yang berkesinambungan adalah hal penting yang harus dilakukan oleh sebuah Negara dengan tujuan untuk menciptakan kondisi bagi masyarakat untuk dapat menikmati lingkungan yang menunjang bagi hidup sehat, umur panjang dan menjalankan kehidupan yang produktif. Pembangunan Sumber Daya Manusia mencakup peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Kapasitas dasar menurut Todaro

(4)

2

(2003) yang sekaligus merupakan tiga nilai pokok keberhasilan pembangunan ekonomi adalah kecukupan (sustenance), jati diri (selfsteem), serta kebebasan

(freedom). Kecukupan dalam hal ini merupakan kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasar yang meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan,dan keamanan.

Di kebanyakan negara berkembang, anggaran pembangunan dan anggaran rutin dipisahkan. Fokus perhatiannya ditujukan untuk mengintegrasikan kebijakan dengan pengeluaran manajemen. Dalam praktiknya terdapat permasalahan yang sulit diselesaikan, di antaranya adalah:

a. Memastikan bahwa program investasi publik yang diajukan merupakan program yang komprehensif.

b. Memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan di masa yang akan datang. c. Mengevaluasi relevansi proyek-proyek yang ada.

d. Mengembangkan analisis dan perencanaan untuk pengeluaran investasi dan pengeluaran rutin.

Sebelum diambil keputusan untuk melakukan investasi, Untuk menentukan kebutuhan investasi perlu dilakukan evaluasi yang mencakup:

1. Inventarisasi investasi.

2. Inventarisasi investasi memuat daftar nama dan jenis investasi, nilai investasi, kondisi barang modal yang saat ini ada, apakah baik ataukah buruk.

3. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang sekarang ada.

4. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan masa yang akan datang

(5)

3

5. Inventarisasi kebutuhan investasi 6. Evaluasi kelayakan investasi

7. Kriteria kelayakan investasi meliputi aspek-aspek teknis, sosial - budaya finansial, ekonomi dan aspek distribusi.

Dewasa ini juga makin kuat kebutuhan bagi pemerintah, termasuk pemerintah daerah untuk makin menaruh perhatian pada pembangunan sektor bidang publik. Dari hasil estimasi diperoleh bukti bahwa investasi sektor publik membawa manfaat bagi pembangunan manusia dan kesejahteraan penduduk. Investasi bidang tersebut menghasilkan manfaat dalam peningkatan IPM dan menurunkan tingkat kemiskinan. Pembangunan manusia yang berhasil juga ditemukan membawa manfaat pada berkurangnya tingkat kemiskinan. Variabel lain yang diintroduksikan, yakni investasi swasta dan distribusi pendapatan secara umum ditemukan berpengaruh kuat terhadap pembangunan manusia dan kemiskinan.

Dalam melakukan fungsi pelayanan masyarakat, pemerintah dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan investasi publik. Keputusan investasi publik diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan dan fungsi yang menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran untuk investasi publik harus mendapat perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran rutin, karena pengeluaran rutin lebih berdampak jangka pendek, sedangkan pengeluaran investasi mempunyai efek jangka panjang. Kesalahan dalam melakukan investasi pengambilan keputusan investasi tidak saja akan berdampak pada anggaran tahun berjalan, namun juga akan membebani anggaran tahun-tahun berikutnya. Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan penganggaran modal/investasi. Investasi merupakan salah

(6)

4

satu pilar pertumbuhan ekonomi. Investasi dapat berupa investasi modal fisik maupun investasi modal manusia. Investasi fisik (physical investment) yakni semua pengeluaran yang dapat menciptakan modal baru (Mankiw, 2000:24) atau meningkatkan stok barang modal. Sedangkan investasi sumber daya manusia (human

capital investment) dapat berupa nilai-nilai pembelajaran dan pengalaman yang ada

dalam diri tenaga kerja seperti peningkatan produktivitas dan pendapatan. Beberapa bentuk investasi sumber daya manusia dapat berupa pendidikan, kesehatan maupun migrasi (Schultz, 2001).

Peranan investasi fisik dalam memacu pertumbuhan ekonomi sudah tidak perlu diragukan lagi. Sementara itu pendidikan dan kesehatan merupakan faktor penting dalam pembangunan manusia sekaligus merupakan penentu dari indeks pembangunan manusia (IPM). Hal ini mengingat pendidikan dan kesehatan akan berdampak pada kualitas modal manusia (human capital).

Dari berbagai studi telah dibuktikan bahwa modal manusia merupakan salah satu determinan penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain antara pendidikan dan kesehatan dengan pertumbuhan ekonomi terdapat hubungan saling mempengaruhi (Ranis, 2004) dan (Andreosso dan Callaghan, 2000).

Investasi pada modal manusia diharapkan akan berpengaruh positif terhadap kinerja perekonomian yang salah satunya dapat diamati dari aspek tingkat pendidikan, kesehatan dan tingkat kemiskinan. Investasi modal manusia ini yang mencakup pengembangan Sumber Daya Manusia membutuhkan kebijakan pemerintah yang tepat sasaran dalam mendorong peningkatan kualitas SDM. Menurut Mankiw (2008), pengembangan sumber daya manusia dapat

(7)

5

dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia.

Dalam hal ini modal manusia dapat mengacu pada pendidikan dan juga kesehatan. Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar di suatu wilayah. Menurut Meier dan Rauch (dalam Aloysius Gunadi Brata, 2002) pendidikan, atau lebih luas lagi adalah modal manusia, dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan. Hal ini karena pendidikan pada dasarnya adalah bentuk dari tabungan, menyebabkan akumulasi modal manusia dan pertumbuhan output agregat jika modal manusia merupakan input dalam salah satu persoalan sosial yang dihadapi oleh Indonesia rendahnya mutu pendidikan dan kesehatan. Hal ini disebabkan banyak hal, salah satunya karena prioritas pembangunan selama ini tidak berorientasi pada peningkatan modal manusia sebagai modal dasar dalam pembangunan nasional yang pada akhirnya mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya.

Selain itu kemiskinan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi pemerintah yang mempengaruhi pembangunan manusia di Aceh Barat. Tingkat kemiskinan yang tinggi membuat individu tidak mempunyai alokasi dana dalam rangka memenuhi kebutuhan dasarnya salah satunya yang berhubungan dengan proses pembangunan manusia.

Pentingnya peranan modal manusia dalam pembangunan tampak pada perhatian dari berbagai pihak seperti pemerintah maupun swasta yang mengalokasikan investasi maupun belanja daerahnya.

(8)

6

Berdasarkan analisa yang telah penulis uraikan diatas, penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul ”Pengaruh Investasi Publik Terhadap

Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut seberapa besar Pengaruh Investasi Publik Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya adalah: Untuk melihat seberapa besar Pengaruh Investasi Publik Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoriti

Dengan penelitian ini peneliti berharap memperoleh pengetahuan dan wawasan baru tentang seberapa besar Pengaruh Investasi Publik Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat. peneliti juga berharap penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca serta bagi peneliti yang berminat meneliti penelitian ini lebih lanjut, baik dari disiplin ilmu yang sama maupun dari disiplin ilmu yang berbeda. 1.4.2 Manfaat Praktis Peneliti berharap penelitian ini juga dapat menjadi tolak ukur bagi pemerintah khususnya pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat terutama dalam mengelola berbagai Investasi publik di daerah Aceh Barat.

(9)

7

1.4.3 Kegunaan Penelitian

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.3.1 Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi pada umumnya dan mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan pada khususnya.

1.4.3.2 Dapat digunakan sebagai sumber masukan yang berguna bagi pemerintah Daerah Aceh Barat dalam pengambilan keputusan di masa yang akan datang serta menjadi referensi.

1.4.3.3 Dapat digunakan sebagai masukan bagi peneliti-peneliti yang lain dengan tipe penelitian sejenis

1.5 Sistematika Pembahasan BAB 1 : Pendahuluan

Bab ini merupakan bagian dari pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang yang mendasari pemilihan masalah

dalam penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang teori - teori dari penelitian terdahulu yang melandasi penelitian ini, kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis.

BAB III : Metodologi penelitian

(10)

8

digunakan dalam penelitian, dan definisi operasional, jenis serta sumber data, metode pengumpulan serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian.

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi mengenai uraian tentang gambaran umum objek penelitian. Bagian pembahasan menerangkan interpretasi dan pembahasan hasil penelitian secara komprehensif.

Bab V : Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi mengenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan di bab IV, selain itu bab ini juga berisi saran-saran yang nantinya berguna bagi pihak yang berkepentingan.

(11)
(12)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi Publik

Keputusan Investasi publik diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pogram, kegiatan dan fungsi menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran investasi publik harus mendapatkan perhatian yang lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin karena, pengeluaran investasi memiliki efek jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutin berdampak jangka pendek. Kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi tidak hanya berdampak pada anggaran tahun berjalan, namun juga akan membebani annggaran tahun-tahun berikutnya.

Investasi publik memiliki kaitan yang erat dengan penganggaran

modal/investasi. Penganggaran Modal/ Investasi adalah proses untuk menganalisis

proyek-proyek dan mememutuskan apakah proyek tersebut dapat diakomodasi oleh anggran modal / investasi. Agar mekanisme pengaturan proyek investasi publik dapat lebih efisien dan efektif, maka perlu dilakukannya anilisis investasi secara mendalam. Analisis investasi berhubungan erat dengan penganggaran fungsional, alokasi sumberdaya, dan praktek manajemen keuangan di sektor publik. Program investasi sektor publik merupakan bentuk dari dual budgeting, yaitu pemisahan anggaran

modal / investasi dari anggaran rutin.

Dikebanyakan negara berkembang, anggaran pembanguan dan anggaran rutin dipisahkan. Fokus perhatian ditunjukkan hanya untuk mengintegrasikan kebijakan

(13)

10

dengan pengeluaran manajemen. Dalam prakteknya terdapat permasalahan yang sulit diselesaikan, diantaranya adalah : Memastikan bahwa program investasi publik yang diajukan merupakan program yang komperhensif

1. Memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan dimasa yang akan dating. 2. Mengevaluasi relevensi proyek-proyek yang ada

3. Mengembangkan analisis dan perencanaan untuk pengeluaran investasi dan pengeluaran rutin.

Sebelum pengambilan keputusan pemerintah harus melakukan evaluasi untuk menentukan kebutuhan investigasi yang diperlukan, yang mencangkup:

1. Inventarisasi investigasi

2. Inventarisasi investigasi memuat daftar nama dan jenis investigasi, nilai investasi, kondisi barang modal yang saat ini ada, apakah baik ataukah buruk.

3. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang sekarang ada.

4. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan yang akan datang. 5. Inventarisasi kebutuhan investasi.

6. Evaluasi kelayakan investasi.

7. Kriteria kelayakan investasi, meliputi aspek-aspek teknis, sosil-budaya, finansial, ekonomi dan aspek didtribusi.

Penghitungan kelayakan investasi dapat dialkukan dengan cara mengunakan alat analisis, misalnya: NPV, IRR, ARR, PP, (Pay Back Period), Cost benefit Analysis, dan Cost.

(14)

11

2.2 Penentuan Kebutuhan Investasi Publik

Analisis yang mendalam sebelum dilakukan investasi sangat penting dilakukan karena investasi publik berkaitan erat dengan masalah transparasi dan kewajaran anggaran. Penentuan kebutuhan investasi publik terkait dengan dua kegiatan, yaitu peningkatan kuantitas investasi dan peningkatan kualitas investasi

Ada beberapa cara dalam menggolongkan usul-usul investasi. Salah satu penggolongannya adalah:

1. Investasi penggantian.

2. Investasi penambahan kapasitas. 3. Investasi baru.

Pengeluaran investasi untuk penggantian barang modal mengikuti pola umur manfaat barang modal. Bila umur ekonomi barang telah habis, maka perlu pembelian barang modal baru untuk menggantinya. Umur ekonomi terkait dengan perkiraan waktu efektif suatu barang modal dapat memberikan manfaat, sedangkan umur teknis terkait dengan kemampuan barang modal dalam memberikan manfaat hingga tidak mampu lagi memberikan manfaat.

Investasi penambahan barang modal perlu dilakukan bila terjadi tuntutan peningkatan cakupan pelayanan. Jumlah pelayanan unit barang modal ditentukan oleh produktivitas barang modal yang saat ini ada. Investasi dapat juga berupa investasi baru yang belum ada sebelumnya. Untuk jenis investasi baru yang belum ada sebelumnya. Untuk jenis investasi baru, maka pertimbangan mengenai aspek teknis, ekonomi, sosial-budaya, dan aspek distribusi harus mendapat perhatian lebih besar.

(15)

12

2.3 Aspek Kelayakan Investasi

Dalam perencanaan dan analisis investasi harus dipertimbangkan beberapa aspek yang secara bersama-sama menunjukkan keuntungan atau manfaat yang diperoleh akibat adanya suatu investasi tertentu. Yaitu :

2.3.1. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan bagian penting dari analisis investasi yang harus dipertimbangkan. Jika suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari aspek teknisnya, maka usulan tersebut menduduki prioritas pertama untuk ditolak.

2.3.2 Aspek Sosial dan Budaya

Untuk melaksanakan suatu proyek maka perlu mempertimbangkan implikasi soSial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Aspek sosial budaya ini menyangkut pertimbangan pendistribusian pelayanan secara adil dan merata, sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Aspek ini juga mencakup aspek legal dan lingkungan. Suatu proyek investasi yang akan dilakukan harus mempertimbangkan aspek legalitas dan dampak lingkungan yang merugikan. 2.4 Aspek Ekonomi dan Finansial

Pertimbangan aspek ekonomi meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang digunakan. Berdasarkan perencanaan anggaran, keputusan-kuputusan mengenai efisiensi proyek secara finansial, solvabilitas, dan likuiditas perlu dipertimbangkan.

(16)

13

2. 5 Aspek Distribusi

Keputusan investasi merupakan keputusan yang perlu dikaitkan dengan masalah distribusi pelayanan publik secara adil dan merata. Untuk itu perlu diketahui siapa yang akan menerima manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari proyek investasi; darimana mendapatkan modal untuk melaksanakan proyek, apakah dari publik

revenue atau oleh individu;apakah terdapat pajak penghasilan atau tidak; apakah

proyek dijalankan oleh publik agencies atau oleh individu. Aspek distribusi terkait dengan keadilan dan persamaan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan publik (equity & equality).

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Publik

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam analisis investasi publik adalah : 2.6.1 Tingkat Diskonto

Tingkat diskonto mengklasifikasikan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh dari suatu proyek dengan tingkat risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak memberikan keuntungan yang disyaratkan (required rate of return), maka proyek tersebut harus ditolak. Penghitungan tingkat diskonto merupakan bagian yang cukup kompleks dalam analisis investasi. Pada sektor swasta terdapat dua sumber pendanaan, yaitu pembiayaan modal (equity finance) dan pembiayaan utang (debt

finance). Keuntungan yang diperoleh para kreditor berupa pembayaran bunga utang,

sedangkan investor memperoleh keuntungan berupa deviden dan gain atas saham yang dimilikinya. Pembiayaan hutang memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pembiayaan modal sehingga kreditor akan meminta tingkat

(17)

14

kembalian (rate of return) yang lebih rendah dibandingkan dengan investor karena resiko investasi berbanding lurus dengan return investasi. Semakin tinggi risiko investasi, maka return yang diharapkan juga semakin tinggi. Di samping itu, pembiayaan utang memiliki biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan pembiayaan modal. Biaya utang (cost of debt) lebih murah dibandingkan dengan biaya modal sendiri (cost of equity) karena pembayaran bunga utang merupakan biaya yang mengurangi pajak.

Antara biaya dan manfaat terjadi pada titik waktu sebelum berbagai alternatif investasi diperbandingkan untuk ditentukan investasi mana yang akan dilakukan. Untuk tujuan analisis biaya manfaat, maka perlu digunakan tingkat diskonto sosial (social discount rate).

Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menyatakan social discount

rate sebagai suatu tingkat yang merefleksikan preferensi masyarakat terhadap

manfaat saat ini atas manfaat yang akan diterima di masa yang akan datang, atau disebut social time preference rate (STPR). Masalah yang muncul adalah bahwa alasan memilih manfaat sekarang (current benefit) mungkin dipengaruhi oleh penilaian individu yang menilai terlalu rendah (understimate) manfaat yang akan diperoleh di masa depan. Asumsi dalam pendekatan ini adalah generasi mendatang akan lebih sejahtera dari pada generasi sekarang. Oleh karena itu dilakukan pengurangan terhadap kebutuhan benefits yang tersedia.

(18)

15

Penggunaan analisis berdasarkan SOCR adalah bahwa sumber daya yang digunakan untuk melakukan investasi di sektor publik terbatas dan sumber daya itu tidak tersedia untuk digunakan di tempat lain.

Satu pemecahan untuk membatasi social discount rate adalah dengan menggunakan proses pendiskontoan, artinya biaya dan manfaat diharapkan berubah pada tingkat kembalian investasi yang sama sebagai perubahan dalam kebutuhan tingkat harga –harga umum (general price levels). Hal ini merupakan pendekatan yang diadopsikan pemerintah yang menyarankan bahwa discount rate yang digunakan pada investasi sektor publik harus dinilai dengan pengujian social discount

rate.

2.6.2 Inflasi

Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin rendah nilai riil keuntungan dimasa depan yang diharapkan (expected future return) sehingga semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan. Inflasi yang tinggi menyebabkan required rate of

return semakin tinggi.

2.6.3 Risiko dan Ketidakpastian

Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik. Ketidak

pastian ekonomi dan hukum, kekacauan sosial-politik, tidak adanya jaminan keamanan, dan kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko investasi. Terjaminya keamanan berinvestasi, penegakan hukum dan demokrasi, terjaminnya

(19)

16

2.7 Capital Rationing

Adalah keadaan ketika organisasi menghadapi masalah investasi. Perankingan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio manfaat/biaya atau dapat menggunakan model pemrograman linear. ketersediaan dana untuk melakukan pengeluaran investasi. Oleh karena itu harus dilakukan perankingan

Hal-hal yang harus diperhatikan atas penilaian investasi publik yaitu:

1. Tingkat utang pemerintah; Jumlah yang harus dibayarkan pemerintah atas perolehan sumber pembiayaan di luar pajak.

2. Tingkat kesempatan sosial yang dikorbankan (social opportunity cost

rate) Proyek pemerintah harus dapat menghasilkan tingkat keuntungan

(return) yang minimal sama dengan tingkat keuntungan proyek sektor swasta dengan penggunaan dana yang sama.

3. Social time preference rate Mereflesikan tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh masyarakat jika menunda konsumsi saat ini untuk kepentingan konsumsi dimasa depan.

2.8 Teknik Dasar Penilaian Investasi Publik

1. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan.

2. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan (cost/benefi relationship).

3. Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah.

4. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan efektivitas biaya yang tinggi.

(20)

17

Terdapat beberapa teknik untuk melakukan penilaian investasi. Teknik untuk mengevaluasi investasi dibedakan menjadi dua metode, yaitu: (1) metode penilaian investasi tradisional, dan (2) metode aliran kas yang didiskontokan (discounted cash

flow/DFC). Metode penilaian investasi dengan menggunakan discounted cash flow

misalnya adalah net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR). NPV dihitung dengan cara mendiskontokan aliran kas di masa datang (future cash flow) dengan faktor diskonto tertentu yang merefleksikan biaya kesempatan modal

(opportunity cost of capital).

IRR mendiskontokan future cash flow pada tingkat NPV yang bernilai nol. Atau dengan kata lain adalah ukuran yang menyetarakan aliran kas bersih di masa datang (future net cash flow) dengan pengeluaran investasi awal.

Untuk menganalisis usulan investasi publik, manajer publik dapat menggunakan alat analisis yang biasa dugunakan untuk menilai kelayakan suatu proyek pada sektor swasta, misalnya NPV, IRR, payback period, dan sebagainya. 2.8.1 Net Present Benefits (NPB)

Net Present Benefit (Manfaat Bersih Sekarang) merupakan nilai bersih suatu

proyek setelah dikurangi seluruh biaya pada satu tahun tertentu dari keuntungan atau manfaat yang diterima pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat bunga yang berlaku.

2.8.2 Analisis Payback Period

Metode payback period digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Payback period merupakan teknik analisis investasi yang

(21)

18

relative mudah dan sederhana. Sehingga banyak digunakan. Namun demikian,

payback period mengandung kelamahan, yaitu:

1. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh setelah payback period tercapai.

2. Metode payback period mengabaikan nilai waktu uang.

3. Metode payback period tidak dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi yang bersifat mutually exclusive.

2.8.3 Analisis Biaya-Manfaat (Cost Benefit Analysis)

Metode cost benefit analysis (CBA) atau benefit cost ratio merupakan cara mengevaluasi suatu proyek dengan membandingkan nilai sekarang (present value) dari seluruh manfaat/keuntungan yang diperoleh dengan nilai sekarang dari seluruh biaya proyek tersebut.

Keputusan mengenai aktivitas investasi dalam private sector detekankan dengan menilai apakah pemilik perusahaan akan menjadi lebih baik dengan melakukan investasi tersebut. Sementara itu, keputusan investasi dalam organisasi sektor publik lebih difokuskan pada penilaian apakah masyarakat secara keseluruhan akan menjadi lebih baik dengan adanya investasi tersebut. Untuk menentukan manfaat sosial bersih ini tidak hanya diperhitungkan manfaat yang tangible melainkan juga termasuk manfaat yang intangible.

Menurut Dixon (1994) dalam Blundell dan Murdock (1997), analisis biaya-manfaat pada dasarnya harus dapat mengukur biaya-manfaat sosial bersih (net social benefit), yaitu :

(22)

19

1. Menutuskan biaya dan manfaat apa saja yang akan dimasukkan.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya double

counting, yaitu satu manfaat atau biaya yang menyebabkan manfaat atau

biaya yang lain dimasukkan sacara bersama-sama.

2. Mengukur dan mengevaluasi biaya dan manfaat. Manfaat dan biaya yang berwujud (tangible) lebih mudah untuk dihitung, akan tetapi yang bersifat tidak berwujud (intangible) relatif sulit untuk dihitung.

3. Timing dan aliran biaya dan manfaat.

Tahap ketiga terkait dengan masalah waktu pengakuan biaya atau manfaat yang terjadi.

2.8.5 Analisis Efektivitas Biaya (Cost-Effectiveness Analysis)

Analisis efektivitas biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam menghitung biaya dan manfaat sosial secara kuantitatif.

Langkah-langkah dalam melakukan analisis efektivitas biaya adalah sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal.

2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur yang diharapkan dari suatu proyek.

3. Membuat estimasi output terukur selama umur yang diharapkan dari suatu proyek.

4. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang dilakukan.

(23)

20

5. Mendiskontokan biaya dan manfaat yang dapat diukur untuk memungkinkan melakukan perbandingan.

6. Menjelaskan secara realistis mengenai kemungkinan adanya biaya-biaya dan manfaat yang tidak dapat dikuantitatifkan yang akan muncul dari proyek yang akan dijalankan.

Dalam prakteknya, terdapat beberapa kesulitan dalam melakukan analisis efektifitas biaya. Kesulitan tersebut terjadi pada waktu membuat estimasi atau perkiraan mengenai waktu dan besarnya jumlah biaya dan manfat dimasa datang. Kesulitan juga dialami pada saat pemilihan tingkat diskonto yang tepat atau penyesuaian untuk tingkat risiko dan ketidakpastian, sebagai gambaran dalam seksi pendahuluan pada analisis cost-benefit. Namun demikian, mekanisme pendiskontoan pada dasarnya tidak berbeda dari yang biasa diterapkan pada sektor swasta.

Perbedaan Investasi Sektor Publik Investasi Sektor Privat

Definisi

Penanaman modal jangka panjang dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik.

Pengeluaran yang dilakukan secara occasionally atau pada saat tertentu yang sifatnya jangka panjang.

Ruang Lingkup

Terkait dengan peningkatan kualitas dan kuantitas

pelayanan publik yang meliputi penyediaan atau penambahan kapasitas fasilitas publik.

Terkait dengan usaha

pencapaian tujuan organisasi, biasanya profit oriented. Dapat bertujuan untuk ekspansi atau pengadaan barang yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi

(24)

21

Dinamika Investasi Fisik, Investasi Pembangunan Manusi dan Kemiskinan Perkembangan peranan investasi fisik yang dilakukan oleh pihak swasta terhadap PDRB Aceh Barat terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut berlangsung bukan hanya terjadi selama periode akhir tsunami namun sampai saat ini. Peranan investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh Barat sebelum memasuki periode krisis berkisar rata-rata sebesar 23,15 persen. Dalam periode krisis, investasi swasta merosot dibandingkan periode sebelumnya yakni menjadi 22,07 persen.

Pertumbuhan peranan investasi swasta tetap cenderung turun rata-rata hingga mencapai 15,04 persen meskipun pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat. Penurunan ini diduga erat kaitannya dengan kondisi non-ekonomi sendiri, diantaranya adalah (a) country risk dan penegakan hukum yang lemah, (b) birokrasi (pungli), (c) tumpang tindih dalam per-UU-an dan Perda.

Hal tersebut memberikan sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik belum tentu akan diimbangi dengan minat investor untuk menanamkan investasinya di wilayah tersebut bila tidak diimbangi dengan situasi yang kondusif pada bidang lainnya. Dengan kata lain, investor memerlukan investment incentive baik berupa faktor ekonomi maupun di luar faktor ekonomi

2.8 Kemiskinan

Salah satu masalah yang dihadapi oleh beberapa negara berkembang adalah kemiskinan, yang merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Kemiskinan banyak

(25)

22

dihadapi oleh rakyat Indonesia khususnya setelah krisis ekonomi pada tahun1998, dimana tingkat kemiskinan cenderung naik dari tahun ke tahun.

Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup, kebebasan, harga diri dan rasa dihormati seperti orang lain. Selain itu menurut World Bank, dalam definisi kemiskinan adalah: ”the

denial of choice and opportunities most basic for human development to lead a long healthy, creative life and enjoy a decent standard of living freedom, self esteem and the respect of other”. (www.worlbank.org)

2.9 Indikator Kemiskinan

Masalah kemiskinan bisa ditinjau dari lima sudut, yaitu persentase penduduk miskin, pendidikan (khususnya angka buta huruf), kesehatan (antara lain angka kematian bayi dan anak balita kurang gizi), ketenagakerjaan, dan ekonomi (konsumsi/kapita). Indikator-indikator utama kemiskinan berdasarkan pendekatan di atas yang di kutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut :

(26)

23

1 . Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).

2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun kelompok.

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.

6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental. 9. Ketidakmampuan dan ketergantungan sosial (anak-anak terlantar, Wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok margina dan terpencil).

Selain BPS, UNDP dalam laporan Human Development Report 1997 memperkenalkan ukuran kemiskinan dimana ukuran kemiskinan disebut dengan Indeks Kemiskinan Manusia ( Human Poverty Index-HPI. kemiskinan harus diukur dalam satuan hilangnya tiga hal utama (three key deprivation), yaitu

(27)

24

kehidupan (lebih dari 30 persen di negara-negara kurang berkembang tidak mungkin hidup lebih dari umur 40 tahun), pendidikan dasar (seperti diukur oleh presentase penduduk dewasa yang buta huruf, dengan penekanan pada hilangnya hak pendidikan perempuan), serta keseluruhan ketetapan ekonomi (diukur oleh presentase penduduk yang tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan dan air bersih ditambah presentase anak-anak dibawah usia 5 tahun yang kekurangan berat badan.(Safi’i, 2011)

Ukuran kemiskinan menurut Nurkse,1953 dalam Kuncoro, (1997) secara sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

2.9.1 Kemiskinan Absolut

Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.

Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan faktor-faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan sosialnya.

(28)

25

2.9.2 Kemiskinan Relatif

Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh karena itu, kemiskinan dapat dari aspek ketimpangan sosial yang berarti semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin.

2.9.3 Kemiskinan Kultural

Seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya atau dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya.Indikator kemiskinan merupakan ukuran dimana suatu penduduk dinyatakan miskin atau tidak, indikator ini salah satunya dapat diukur dengan penentuan garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan sebuah ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan, atau standar yang menyatakan batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari sudut konsumsi. Garis kemiskinan setiap negara berbeda-beda, sehingga tidak ada satu garis kemiskinan yang berlaku umum. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan

(29)

26

lokasi dan standart kebutuhan hidup.

Di Indonesia, garis kemiskinan yang biasanya dipakai untuk mencerminkan tingkat penduduk miskin adalah garis kemiskinan yang diterapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Penetapan perhitungan garis kemiskinan dalam masyarakat adalah masyarakat yang berpenghasilan dibawah Rp 7.057 per orang per hari. Penetapan angka Rp 7.057 per orang per hari tersebut berasal dari perhitungan garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan dan non makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Sedang untuk pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan ukuran menurut World Bank menetapkan standar kemiskinan berdasarkan pendapatan per kapita. Penduduk yang pendapatan per kapitanya kurang dari sepertiga rata-rata pendapatan perkapita nasional. Dalam konteks tersebut, maka ukuran kemiskinan menurut World Bank adalah USD $2 per orang per hari.

2.1.6.2 Penyebab Kemiskinan

Sharp (dalam Mudrajad, 1997) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Selain itu, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya

(30)

27

kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya tingkat pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan. Kemiskinan muncul juga akibat adanya perbedaan akses dalam modal.

Penyebab kemiskinan diatas berakibat pada munculnya teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Yang dimaksud lingkaran kemiskinan adalah suatu rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi keadaaan dimana suatu negara akan tetap miskin dan akan banyak mengalami kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih baik. Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas, seterusnya mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima dan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya, logika berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse (dalam Hutagalung, 1964).

Kuncoro dalam Safi’i (2004) menyebutkan bahwa penyebab kemniskinan bisa dianalisis dari dua aspek, yaitu aspek sosial dan ekonomi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Selain itu, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya tingkat pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan. Kemiskinan muncul juga akibat adanya perbedaan akses dalam modal. Kuncoro dalam Safi’i (2004)

(31)

28

menyebutkan bahwa penyebab kemniskinan bisa dianalisis dari dua aspek, yaitu aspek sosial dan ekonomi. karena dua aspek tersebut memiliki saling keterkaitan. Adapun penyebab kemiskinan jika di pandang secara ekonomi adalah sebagai berikut:

a) Rendahnya akses terhadap lapangan pekerjaan. Tingkat kesempatan kerja adalah rasio antara jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Pada negara berkembang rasio tersebut lebih rendah dari negara maju sehingga jumlah kemiskinan di negara berkembang lebih tinggi dari negara maju.

b) Lemahnya akses masyarakat terhadap faktor produksi, Lemahnya akses masyarakat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Rendahnya akses modal usaha. Hal tersebut menyebabkan masyarakat miskin tidak mampu mengembangkan usahanya.

2. Lemahnya masyarakat dalam mengakses pasar. 3. Sedikitnya kepemilikan aset.

Selain penyebab kemiskinan dipandang secara ekonomi, penyebab kemiskinan juga dapat dilihat secara sosial. Adapun hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Rendahnya akses pendidikan. Pada negara terbelakang, pendidikan masyaraktnya masih rendah sehingga tingkat produktivitasnya rendah dan akhirnya berdampak pada rendahnya penghasilan yang menyebabkan terjadinya proses kemiskinan.

(32)

29

b) Rendahnya akses fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan di negara terbelakang jauh lebih sedikit dan kualitasnya tertinggal dari negara maju. Pada masyarakat yang berkorelasi positif antara kemiskinan dengan akses kesehatan, diperlukan cara keluar dari rendahnya akses masyarakat miskin terhadap fasilitas kesehatan dengan melakukan proteksi terhadap masyarakat miskin melalu program seperti jamkesnas.

(33)
(34)
(35)
(36)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitiannya adalah seluruh investasi publik yang ada di Kabupaten Aceh Barat dan hubungannya dengan tingkat kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat terbagi atas tiga bagian, yakni: • Periode 1998-2004, merupakan periode terpuruknya pertumbuhan

ekonomi hingga mencapai angka minus pada semua kecamatan. Keadaan ini lebih dikenal dengan periode krisis ekonomi, masa konflik dan bencana tsunami.

• Periode 2005- 2012, merupakan priode pertumbuhan ekonomi hingga mencapai pada tingkat memuaskan.

3. 2. Data Penelitian

3.2.1. Jenis dan sumber data

Data yang dipergunakan adalah data sekunder yang diperolah dari BPS Aceh Barat; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Barat; Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah ( DPKKD ) Kabupaten Aceh Barat dan Anggaran Pengeluaran dan Belanja Daerah (APBD). Unit analisis penelitian ini untuk seluruh variabel (independen dan dependen) adalah kecamatan di Aceh Barat.

(37)

31

3.2.2.Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Studi Pustaka (Library Research )

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara membaca buku-buku dan literatur lain nya baik yang diwajibkan maupun yang di anjurkan, yang berhubungan dan ada kaitannya dengan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini.

2. Penelitian lapangan ( Field Research )

Metode ilmiah ini di lakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder secara lansung dari sumbernya.

3.3. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Teknik analisis dan pengolahan data menggunakan regresi linier berganda (multiple linear regression) yang diterapkan untuk data panel (gabungan antara data kerat lintang dan data runtut waktu).

Berdasarkan penelitian yang pernah dikembangkan oleh Kim (1997) oleh peneliti dijadikan sebagai landasan dalam merancang model untuk melihat pertumbuhan perekonomian di kabupaten Aceh Barat yang dipengaruhi oleh input swasta maupun aktivitas pemerintah. Aktivitas pemerintah tampak dari pengeluaran untuk modal fisik maupun pengeluaran sektor nvestasi publik lainnya.

Model Regresi Linier Berganda dengan Data Panel Metode estimasi yang akan digunakan adalah general least square (GLS). Metode GLS adalah transformasi dari metode OLS (ordinary least square) dengan satu per akar

(38)

32

H H

0

1

varians (standard error) atau 1/s [Gujarati, 2003]. Penggunaan metode estimasi GLS adalah untuk mengatasi gangguan heterokedastisitas yang cenderung terjadi pada jenis kerat lintang.

Uji Hausman dalam memilih model fixed effects (FE) atau random effects (RE) untuk memperoleh estimator yang baik, maka digunakan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis dalam uji Hausman yaitu: : terpilih RE (random effects) : terpilih FE (fixed effects)

Referensi

Dokumen terkait

l Termohon dianggap sudah tidak bisa menjadi isteri yang baik dan sikapnya tidak ada perubahan sejak awal pernikahan sampai sekarang, yang pada akhirnya pemohon memutuskan tidak

Urgensi dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja dan kelengkapan fasilitas pelayanan medis yang diberikan oleh Puskesmas Windusari Kabupaten Magelang

Jadi dapat dikatakan bahwa gerakan tagar 2019 ganti presiden ini merupakan gerakan yang mempunyai dua sisi yang berbeda, artinya gerakan ini mempunyai tanggapan

Walaupun Tanah Melayu sudahpun terdcdah kepada pasaran antarabangsa sejak 1870-an, dan pernah pula mengalami pasang surut aktiviti ekonorni, kernelesetan yang

• Penetrasi pemerintah juga harus dilakukan untuk insentif bagi pengembang biodiesel, termasuk juga pada kebijakan untuk penyediaan bahan baku maupun pengembangan distribusi

Berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan Diklat Prajabatan CPNS K2 Golongan III Angkatan 42 Tahun 2015 yang dilaksanakan di Kantor Diklat Kabupaten Banyumas, dari bidang

Fosil ini ditemukan pada kode sampel 18/RL/13C dengan kehadiran yang cukup sering dan terawetkan dengan baik, berasosiasi dengan fosil foraminifera yang berumur lebih

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang. 8Kondisi serupa pada anak dinamakan rikets.9 )ada