• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kata Ngenest berasal dari bahasa Jawa Ngenes yang memiliki arti sangat sedih atau mengenaskan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kata Ngenest berasal dari bahasa Jawa Ngenes yang memiliki arti sangat sedih atau mengenaskan."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di era globalisasi saat ini, media komunikasi massa telah berkembang dengan pesat. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Dengan adanya komunikasi massa, kini masyarakat dapat berbagi pesan dengan mudah dan cepat. Salah satu sarana komunikasi massa yang digunakan untuk berbagi atau menyampaikan pesan kepada khalayak adalah film. Film merupakan tayangan dalam bentuk audio visual melalui layar lebar. Menurut Gamble, mengatakan bahwa film merupakan rangkaian gambar statis yang direpresentasikan secara berturut-turut dalam kecepatan tinggi (Wahyuningsih, 2019). Menurut McQuail (1989:13) berpendapat bahwa film merupakan suatu cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya yang disajikan sebagai sarana hiburan kepada masyarakat. Tayangan film dapat mempengaruhi perilaku atau pola pikir khalayaknya, karena pada dasarnya alur cerita film dibuat berdasarkan kehidupan sosial masyarakat yang menggambarkan karakter orang yang berbeda-beda, menggambarkan suatu tempat, dan juga budaya. Media massa yang termasuk film atau jenis lainnya memiliki tiga fungsi utama, yaitu untuk memberi informasi, memberi pendidikan, dan juga menghibur. Selain itu, terdapat juga fungsi lainnya yaitu mempengaruhi, membimbing, serta mengkritik (Effendi, dalam Imron, 2003). Dari berbagai fungsi-fungsi yang ada, salah satu film yang diproduksi dan memiliki fungsi-fungsi tersebut yaitu film NGENEST1 karya Ernest Prakasa,

dimana film tersebut tidak hanya memberikan hiburan saja tetapi juga terdapat fungsi-fungsi lainnya.

1 Kata “Ngenest” berasal dari bahasa Jawa “Ngenes” yang memiliki arti “sangat sedih” atau “mengenaskan”.

(2)

Film NGENEST merupakan salah satu film bergenre komedi yang diproduksi oleh Starvision Plus dengan genre komedi. Film NGENEST diangkat dari 3 novel karangan Ernest Prakasa dengan judul yang sama. film NGENEST memiliki sub-judul “Kadang Hidup Perlu Ditertawakan”. Film tersebut ditulis dan disutradarai oleh Ernest sendiri, bahkan pemeran utama didalamnya diperankan oleh dirinya sendiri. Film Ngenest menceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Ernest yang terlahir dari keluarga keturunan Tionghoa. Sebagai kaum minoritas, ia selalu dianggap berbeda di lingkungan sekitarnya, sejak duduk dibangku SD (Sekolah Dasar), Ernest telah mengalami tindakan diskriminasi dari lingkungan sekitarnya, bullying telah menjadi makanan sehari-hari bagi Ernest. Dengan demikian Ernest mencoba untuk berbaur dengan teman-teman non-Tionghoa nya agar tidak lagi dibully oleh mereka. Namun cara tersebut tidak juga berhasil. Ketika Ernest sudah duduk dibangku kuliah, ia ingin mencari pacar non Tionghoa saja supaya dapat berbaur dengan baik. Akhirnya Ernest berhasil berkencan dengan seorang wanita non-Tionghoa yang bernama Meira (diperankan oleh Lala Karmela). Hubungan antara Ernest dan Meira berjalan dengan baik meskipun ayah Meira sempat menentang hubungan mereka. Namun mereka terus berjuang dan tidak menyerah hingga akhirnya memutuskan untuk menikah. Tidak selesai sampai disitu, rasa takut dan khawatir masih ada dalam diri Ernest untuk memiliki keturunan atau anak. Ia merasa takut bahwa anaknya akan mirip de1ngannya atau terlihat seperti orang etnis Tionghoa. Ernest merasa khawatir bahwa anaknya akan mengalami apa yang telah ia alami semasa hidupnya.

Meskipun baru dirilis pada tanggal 30 Desember 2015, film NGENEST berhasil mencapai 630.000 penonton. Hal tersebut membuat film NGENEST masuk dalam peringkat ke-8 dengan jumlah penonton bioskop terbanyak selama tahun 2015. Film NGENEST telah meraih berbagai penghargaan, antara lain yaitu dalam Indonesian Movie Actors Awards (IMAA) tahun 2016 sebagai Pemeran Pendatang Baru Terfavorit, Festival Film Bandung tahun 2016 untuk

(3)

Penulis Skenario Terpuji Film Bioskop, Piala Iqbal Rais tahun 2016 untuk Penyutradaraan Berbakat Film Panjang Karya Perdana, Piala Maya tahun 2016 untuk Skenario Adaptasi Terpilih, dan pada Box Office Movie Awards tahun 2016 untuk Penulis Skenario Terbaik.

Film NGENEST diangkat dari kisah hidup Ernest Prakasa sendiri. Hidup dan besar sebagai orang Tionghoa di masa Orde Baru membuat Ernest mengalami tindakan diskriminasi oleh teman-teman dan lingkungan sekitarnya. Dalam Fulthoni, et.al (2009:8) menyatakan bahwa diskriminasi merupakan ketidakadilan atau ketidakseimbangan yang diperlakukan terhadap perorangan maupun kelompok berdasarkan sesuatu yang biasanya bersifat kategorikal, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Diskriminasi sering terjadi diawali dengan adanya prasangka. Menurut Jones, dalam buku Susetyo (2010) mengatakan bahwa prasangka merupakan penilaian negatif yang sudah ada sebelumnya mengenai ras, agama, atau pemeran sosial signifikan lain tanpa memperdulikam fakta yang berlawanan dengan hal tersebut.

Dikutip dari Kompas.com, selama 14 tahun setelah reformasi, terdapat 2.398 kasus kekerasan dan diskriminasi yang terjadi di Indonesia. Dari banyaknya kasus diskriminasi yang terjadi di Indonesia, masalah yang paling sensitif yaitu diskriminasi atas dasar etnis atau rasial, serta agama dan kepercayaan. Berdasarkan data Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), mencatat bahwa selama tahun 2011 hingga 2018 telah terjadi 101 kasus diskriminasi ras dan etnis di Indonesia. Beberapa kasus dari isu rasial yang menjadi sebuah tragedi kemanusiaan di Indonesia salah satunya adalah kasus kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei 1998. Kasus tersebut adalah kasus kerusuhan anti-Tionghoa secara besar-besaran. Tidak hanya terjadi pembunuhan dan pembakaran, tetapi juga pemerkosaan terhadap perempuan Tionghoa yang dilakukan secara sistematis (Suryadinata, 2010: 201).

(4)

Dalam Suryadinata (2010: 183-184) menyatakan bahwa sejak proklamasi Republik Indonesia (RI), masyarakat etnis Tionghoa dianggap menimbulkan “masalah Tionghoa”, mereka dianggap antinasionalisme Indonesia, dan hanya mencari keuntungan negara tanpa adanya rasa patriotisme. Dalam masalah tersebut, konsep bangsa Indonesia lebih berdasar pada etnis atau ras. Orang Tionghoa akan dianggap sebagai bangsa Indonesia yang utuh ketika mereka sudah terlebur menjadi pribumi atau salah satu suku pribumi. Seseorang yang masih memiliki unsur asing (Tionghoa) meskipun hanya sedikit tetap dianggap sebagai orang asing. Sehingga Warga Negara Indonesia (WNI) yang merupakan masyarakat Tionghoa peranakan masih belum menjadi bangsa Indonesia yang lengkap. Dalam Suryadinata (2010: 188), konsep warga negara dibedakan dengan konsep bangsa, demikian pula hak-hak mereka. Slogan Bhineka Tunggal Ika hanya berlaku utuk masyarakat “pribumi” saja, tidak untuk orang “Tionghoa”.

Diskriminasi terhadap etnis Tionghoa masih banyak terjadi di Indonesia. Tindakan diskriminasi terhadap etnis Tionghoa telah dikemas dalam bentuk film oleh Ernest Prakasa. Sebagai sutradara sekaligus penulis skenario dari film NGENEST, ia menyajikan film berdasarkan fenomena sosial yang memang dan sering terjadi dalam lingkungan masyarakat. Meskipun dikemas dalam genre komedi, film yang disajikan oleh Ernest ini tentunya memiliki pesan tersendiri. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin meneliti mengenai bagaimana diskriminasi yang digambarkan dalam film NGENEST. Alasan penulis memilih film Ngenest karena pada film ini, karena meski baru dirilis pada tanggal 30 Desember 2015 dalam waktu sekejap film NGENEST telah berhasil masuk dalam urutan ke-8 sebagai film dengan penonton bioskop terbanyak sepanjang tahun 2015 dengan jumlah 630.000 penonton.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti bagaimana wacana kritis diskriminasi dalam film NGENEST karya Ernest Prakasa?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui wacana diskriminasi etnis Tionghoa dalam film NGENEST karya Ernest Prakasa. Selain itu penulis berharap bahwa melalui penelitian ini, masyarakat Indonesia akan memiliki kesadaran rasial untuk bersikap lebih toleran kepada seluruh etnis yang ada di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah literatur dan referensi tentang diskriminasi etnis Tionghoa yang berguna sebagai dasar pemikiran bagi kemungkinan adanya penelitian sejenis dimasa mendatang.

b. Untuk menambah pengetahuan mengenai wacana diskriminasi etnis Tionghoa dalam film NGENEST karya Ernest Prakasa serta meningkatkan kesadaran rasial untuk bersikap lebih toleran kepada seluruh etnis di Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Untuk memberikan gambaran mengenai wacana diskriminasi etnis Tionghoa dalam film NGENEST karya Ernest Prakasa.

1.5 Definisi Konsep

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa definisi konsep yang dijadikan acuan sebagai kerangka analisis, antara lain sebagai berikut:

1.5.1 Analisis Wacana Kritis

Pengertian dari analisis wacana kritis (Critical Discourse

Analysis) (dalam Haryatmoko, 2016) adalah metode baru dalam

penelitian ilmu sosial dan juga budaya. Tujuan dari analisis wacana kritis (Haryatmoko, 2016: 14) antara lain yaitu pertama, menganalisis praktik

(6)

sosial yang menggambarkan atau mengkonstruksi masalah sosial; kedua, meneliti bagaimana ideologi dibekukan dalam bahasa serta mencairkan ideologi tersebut; ketiga, meningkatkan kesadaran agar lebih peka terhadap ketidakadilan, diskriminasi, prasangka, dll; keempat, membantu memecahkan hambatan-hambatan yang menghalangi perubahan sosial. 1.5.2 Diskriminasi

Diskriminasi merupakan suatu tindakan tidak adil yang dilakukan terhadap kelompok tertentu yang bersifat kategorikal seperti ras, suku, agama, dan lain-lain. Menurut pendapat Theodorson & Theodorson (James, 2003) mengungkapkan bahwa diskriminasi merupakan perlakuan tidak seimbang yang dilakukan terhadap golongan atau kelompok berdasarkan sesuatu yang biasanya bersifat kategorikal atau atribut-atribut khas seperti ras, suku, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. 1.5.3 Film NGENEST

Gambar 1 Poster film Ngenest

(7)

Film NGENEST merupakan salah satu film bergenre komedi yang diproduksi oleh Starvision Plus dengan genre komedi. Film NGENEST memiliki sub-judul “Kadang Hidup Perlu Ditertawakan”. Film ini pertama kali dirilis pada tanggal 30 Desember 2015. Film NGENEST diproduseri oleh Chand Parwez Servia, dan Fiaz Servia, dan disutradarai serta ditulis oleh Ernest Prakasa. Film berdurasi 91 menit ini dimainkan oleh Ernest Prakasa (Ernest) Lala Karmela (Meira), Morgan Oey (Patrick), Kevin Anggara (Teenager Ernest), dan Brandon Salim (Teenager Patrick).

Film NGENEST menceritakan tentang kisah hidup seorang laki-laki bernama Ernest yang terlahir dengan darah tionghoa. Sebagai kaum minoritas, ia selalu dikucilkan dan dibully2 oleh teman-temannya. Hidup

dan besar di masa Orde Baru, membuat dirinya menjadi terdiskriminasi sejak duduk dibangku SD.

2 Dalam Kolom Bahasa liputan6.com nmenyatakan bahwa bully / bullying dalam bahasa Indonesia memiliki arti sebagai “merundung” atau “perundungan”.

Gambar

Gambar 1 Poster film Ngenest

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dalam rangka untuk mencapai tujuan dan sasaran pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Aceh Jaya, perlu

Setelah Anda paham tentang bagaimana membedakan antara merencanakan SDM dalam pembangunan proyek bisnis dan SDM dalam implementasi bisnis rutin, selanjutnya

Keberadaan Majelis taklim sebagai lembaga non formal di tengah-tengah masyarakat memberi dampak yang cukup positif dalam meningkatkan kegiatan ibadah dan

Rogers (dalam Willis, 2007) mengatakan bahwa konseling yang efektif jika dapat memberikan perubahan langsung terhadap konseli pada saat melakukan proses

Bagi Habermas, transformasi ruang publik secara radikal terjadi da- lam ruang publik masyarakat warga negara karena ruang publik ini mencakup kepentingan ekonomi, politik,

Menurut mereka, peluang kerja sebagai pengrajin Batik Tulis ini dianggap strategis karena ada beberapa alasan, yaitu mampu memberikan tambahan penghasilan suami/keluarga;

Menunjukkan bahwa variabel independen modal sendiri dan modal pinjaman memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan usaha mikro Di Desa

Adanya hambatan berupa cuaca yang tidak bersahabat dan sulitnya medan yang harus ditempuh ini menyebabkan pihak PT PLN (Persero) Rayon Gombong tidak mampu menjanjikan