• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Latihan Peregangan Terhadap Fleksibilitas Lansia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Latihan Peregangan Terhadap Fleksibilitas Lansia"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN TERHADAP

FLEKSIBILITAS LANSIA

SKRIPSI

Oleh

Renold Cristian Ibrahim 110111299

Dosen Pembimbing

dr. H. I. S. Wungouw, MsAppSc, MMedEd, AIFM, AIFO dr. Hedison Polii, MKes, AIFM, AIFO

BAGIAN FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO 2015

(2)

i

PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN TERHADAP

FLEKSIBILITAS LANSIA

SKRIPSI

Oleh

RENOLD CRISTIAN IBRAHIM 110111299

SKRIPSI SARJANA KEDOKTERAN Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

BAGIAN FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO 2015

(3)

ii

PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN TERHADAP

FLEKSIBILITAS LANSIA

Oleh :

Renold Cristian Ibrahim

110111299

Telah di ajukan pada Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi pada 28 Januari 2015 serta di setujui Oleh :

dr. H. I. S. Wungouw, MsAppSc, MMedEd, AIFM, AIFO

Dosen Pembimbing I

dr. H Hedison Polii, MKes, AIFM, AIFO

Dosen Pembimbing II

dr. H. I. S. Wungouw, MsAppSc, MMedEd, AIFM, AIFO

Ketua Bagian Fisiologi

Prof. Dr. dr. Adrian Umboh, Sp. A(K)

(4)

iii

ABSTRACT

EFFECT OF FLEXIBILITY STRETCHING EXERCISES ELDERLY

Renold Cristian Ibrahim 1), Hedison Polii 2), Herlina Wungouw 2)

Background: Flexibility is the ability of a joint, muscles, and ligaments around it

to move freely and comfortably in the space for the expected maximum. Flexibility is influenced by many factors. These factors are the muscles, tendons, ligaments, age, gender, body temperature and joint structure. Less flexibility may lead to a slower movement and injury prone to muscles, ligaments, and other tissues. With increasing age, the person will be reduced flexibility. The best way to increase the flexibility is stretching exercises. This study aims to look at the effect of stretching exercises for flexibility among the eldery

Methods: This study is an experimental field with the design of pre-post test design.

Samples were 30 elderly people who are in BPLU Senjah Cerah, Paniki Bawah. Samples were measured using a goniometer flexibility before doing stretching exercises, after stretching exercises for 3 weeks in doing measurements returned by using the goniometer.

Results : The results obtained are stretching the influence of motion on the

flexibility of the elderly (p <0.05) except the arm flexion dextra no increase flexibility obtained p = 0.134 (p> 0.05)

Conclusion: Stretching exercises can improve joint flexibility. Keywords: Flexibility, Stretching Exercises, Elderly

1) Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi

(5)

iv

ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN TERHADAP FLEKSIBILITAS

LANSIA

Renold Cristian Ibrahim 1), Hedison Polii 2), Herlina Wungouw 2)

Latar Belakang : Fleksibilitas merupakan kemampuan dari sebuah sendi,otot dan

ligamen di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Fleksibiltas dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah otot, tendon, ligamen, usia, jenis kelamin, suhu tubuh dan struktur sendi. Fleksibilitas yang kurang dapat menyebabkan gerakan lebih lamban dan rentan terhadap cedera otot, ligamen, dan jaringan lainnya. Dengan bertambahnya usia maka fleksibilitas seseorang akan berkurang. Cara terbaik meningkatkan fleksibilitas adalah dengan latihan peregangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh latihan peregangan terhadap fleksibilitas.

Metode : Penelitian ini bersifat eksperimental lapangan dengan rancangan pre-post

test design. Sampel berjumlah 30 orang Lansia yang berada di BPLU Senjah Cerah, Paniki Bawah. Sampel di ukur fleksibilitasnya dengan menggunakan Goniometer terlebih dahulu sebelum melakukan latihan peregangan, setelah dilakukan latihan peregangan selama 3 minggu di lakukan pengukuran kembali dengan menggunakan Goniometer.

Hasil : Hasil yang didapatkan terdapat pengaruh peregangan lingkup gerak sendi

pada fleksibilitas lansia (p<0,05) kecuali pada fleksi lengan dextra tidak terjadi peningkatan fleksibilitas diperoleh nilai p = 0,134 (p>0,05)

Kesimpulan : Latihan Peregangan dapat meningkatkan Fleksibilitas Sendi. Kata Kunci : Fleksibilitas, Latihan Peregangan, Lansia

1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

(6)

v

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

( UNTUK PROGRAM SARJANA)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Skripsi ini adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk mendapatkan gelar

sarjana, baik di Universitas Sam Ratulangi maupun di Perguruan Tinggi

lainnya.

Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain kecuali tim komisi pembimbing dan penguji

Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat uyang ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah disebutkan nama pengarang dan dicantumkan

dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini yang telah

di peroleh karena skripsi ini, saya bersedia untuk menerima sanksi akademik

serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi

ini.

Manado, 28 Januari 2015

Yang membuat pernyataan :

Renold Cristian Ibrahim

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Sebagai civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi,

saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Renold Cristian Ibrahim

NIM : 110111299

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, setuju untuk memberikan kepada

Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Hak Bebas Royalti Nonekslusif

(Nonexclusive Royalty Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Pengaruh Latihan Peregangan Terhadap Fleksibilitas Lansia”

Beserta perangkat yang ada ( Jika Perlu ). Dengan hak Royalti Noneksklusif ini

Fakultas kedokteran Universitas Sam Ratulangi berhak menyimpan, mengalih

media / formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,

dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Manado

Pada tanggal : 28 Januari 2015

Yang menyatakan

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan

penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi di Bagian Fisiolgi Universitas Sam Ratulangi Manado yang berjudul : “Pengaruh Latihan Peregangan Terhadap Fleksibilitas Lansia”

Maksud dari penulisan skripsi (penelitian) ini adalah untuk menyelesaikan

program pendidikan S1 (strata satu) sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Dengan penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

Prof. Dr. Ir. Ellen Kumaat, MSc, DEA selaku Rektor Universitas Sam

Ratulangi

Prof. Dr. dr. Adrian Umboh, Sp. A(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi

dr. H. I. S. Wungouw, MsAppSc, MMedEd, AIFM, AIFO selaku Ketua

Bagian Fisiologi dan Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan dan waktunya bagi penulis

dr. Hedison Polii, MKes, AIFM, AIFO selaku Dosen Pembimbing II yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan waktunya bagi

penulis

dr. J. J. V. Rampengan, AIFM dan dr. Sylvia Marunduh, MMed, AIFM

(9)

viii banyak nasehat bagi penulis

Kepada Keluarga terutama Papa, Mama, Cece Reni, Rikal selalu

memberikan doa, semangat, kasih sayang, motivasi, dukungan selama

kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado kepada

penulis yang tak dapat terbalaskan

Seluruh teman-teman saya, Mercy, Feby, Faldy, Martinus, Gideon, Ezra,

Gusti, Julian, Ramdhan, Keke, Ranita dan teman seperjuangan skripsi di

bagian Fisiologi yang telah memberikan semangat, dukungan, doa, dan

motivasi kepada penulis

Seluruh teman- teman EFFECT angkatan 2011

Kepala BPLU beserta staf dan juga Oma dan Opa yang telah menunjang

penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan baik dan bersedia menjadi

subjek penelitian

Semua pihak yang baik secara langsung dan tidak langsung menumbuhkan

ide atau gagasan dalam pemikiran penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Akhir dari semuanya ini, semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis, para

sejawat, mahasiswa serta bagi kemajuan Ilmu Kedokteran.

Manado, Januari 2015

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii ABSTRACT ... ii ABSTRAK ... iv

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Lansia ... 4

(11)

x

2. Klasifikasi Lansia ... 4

B. Penuaan ... 5

C. Definisi Fleksibilitas ... 9

D. Hubungan fleksibilitas dengan lansia ... 10

E. Sendi ... 11 1. Pengertian Sendi ... 11 2. Klasifikasi Sendi ... 11 3. Gerakan sendi ... 13 F. Otot ... 14 1. Pengertian Otot ... 14

2. Jenis – Jenis Otot ... 15

G. Ligamen dan Tendon 1. Pengertian Ligamen dan Fungsinya ... 17

2. Pengertian Tendon ... 18

3. Fungsi Tendon ... 19

H. Metode – metode latihan untuk meningkatkan Fleksibilitas ... 19

1. Metode latihan pergerakan dinamis ... 19

2. Metode latihan pergerakan statis ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

(12)

xi

D. Variable Penelitian ... 22

E. Definisi Operasional Penelitian ... 23

F. Prosedur Penelitian ... 23

G. Pengelolahan Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26

B. Hasil Penelitian ... 26

C. Pembahasan ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 39

DOKUMENTASI PENELITIAN ... 52

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

1. Otot Polos ... 15 2. Otot Lurik ... 16 3. Otot Jantung ... 17 4. Ligament ... 18 5. Tendon... 18

6. Metode latihan peregangan dinamis... 19

7. Metode latihan peregangan statis ... 21

8. Alur Penelitian ... 25

9. Grafik Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin ... 27

10. Grafik Distribusi Responden menurut Umur ... 27

11. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Lengan ... 28

12. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Bahu ... 29

13. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Lutut... 30

14. Saat Peregangan ekstensi bahu... 52

15. Saat Peregangan ekstensi lengan ... 52

16. Saat Peregangan ekstensi lengan ... 52

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Hasil uji t berpasangan pada fleksi lengan sinistra dan dextra ... 44

Hasil uji t berpasangan pada ekstensi lengan sinistra dan dextra ... 45

Hasil uji t berpasangan pada fleksi bahu sinistra dan dextra... 46

Hasil uji t berpasangan pada ekstensi bahu sinistra dan dextra... 47

Hasil uji t berpasangan pada abduksi lengan sinistra dan dextra ... 48

Hasil uji t berpasangan pada fleksi lutut sinistra dan dextra ... 49

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Persetujuan Penelitian ( Informent Consent Form ) ... 39

2. Data Hasil Olahan SPSS ... 40

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus

berlanjut secara alamiah dimulai sejak lahir dan dialami oleh semua mahkuk hidup.

Lanjut usia menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 adalah mereka yang

telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Diseluruh dunia penduduk lansia (usia 60

tahun ke atas) tumbuh sangat cepat bahkan tercepat dibandingkan kelompok usia

lainnya. Badan kesehatan dunia WHO menunjukan bahwa presentase penduduk

lanjut usia akan mencapai 9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan

menjadi 11,34 persen pada tahun 2020.(1)

Lanjut usia sering dikaitakan dengan usia yang sudah tidak produktif, bahkan

dikatakan menjadi beban bagi yang berusia produktif. Hal ini terjadi karena pada

lansia secara fisiologis mengalami kemunduran fungsi-fungsi dalam tubuh yang

menyebabkan lansia rentan terkena gangguan kesehatan. Memasuki lanjut usia

akan mengalami kemunduran secara fisik, kemunduran secara fisik akan terjadi

penurunan massa otot serta fleksibilitasnya. Sehingga, dapat mempengaruhi

kemampuan lansia dalam memenuhi aktivitasnya. Kemunduran secara fisik akibat

proses penuaan dapat dicegah pada lansia dengan melakukan berbagai komponen

(17)

2 fleksibilitas.(2)

Fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi dan otot,

serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam

ruang gerak maksimal yang diharapkan. Fleksibiltas dipengaruhi oleh banyak

faktor. Faktor-faktor tersebut adalah otot, tendon, ligamen, usia, jenis kelamin, suhu

tubuh dan struktur sendi. Fleksibilitas yang kurang dapat menyebabkan gerakan

lebih lamban dan rentan terhadapa cedera otot, ligamen, dan jaringan lainnya.

Dengan bertambahnya usia maka fleksibilitas seseorang akan berkurang. Cara

terbaik meningkatkan fleksibilitas adalah dengan latihan peregangan.(3)

Latihan peregangan penting untuk mencegah kemunduran massa otot.

Latihan-latihan itu dibagi atas dua jenis Latihan-latihan yaitu Latihan-latihan peregangan statis dan Latihan-latihan

peregangan dinamis. Dengan melakukan kedua latihan ini maka dapat

meningkatkan fleksibilitas.(4)

Berdasarkan pembahasan diatas penulis tertarik untuk meneliti latihan

peregangan terhadap fleksibilitas lansia.

B. Rumusan masalah

Bagaimana pengaruh latihan peregangan terhadap fleksibilitas lansia.

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

(18)

3 D. Manfaat Penelitian

Untuk bidang akademik / ilmiah :

Diharapkan dapat memberikan informasi tambahan tentang latihan

peregangan terhadap fleksibilitas lansia

Untuk pengembangan penelitian :

Sebagai suatu bahan acuan penelitian dasar yang diharapkan dapat menjadi

bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut.

Untuk pengabdian masyarakat :

Diharapkan dapat memberikan informasi dan edukasi tentang latihan

(19)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

Definisi Lansia

Menurut undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

mendefinisikan lanjut usia adalah seorang yangg karena usianya mengalami

perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial.(3)

Pengertian dan pengelolahan lansia meliputi:

Lansia adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya tergantung pada orang lain.

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (1998) ada tiga aspek yang perlu

dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.(1,2)

Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia berdasarkan Depkes RI: Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

Lansia

(20)

5 Lansia beresiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia

60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang atau jasa

Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain

WHO (World Health Organization) membagi masa usia lanjut sebagai

berikut:

Usia 45-60 tahun, disebut middle age (setengah baya)

Usia 60-75 tahun, disebut elderly (usia lanjut)

Usia 75-90 tahun, disebut old ( tua)

Usia diatas 90 tahun, disebut very old ( tua sekali) (7,8)

B. Penuaan

Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem

akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Proses menua setiap individu

pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya dan sangat individual. Banyak faktor

yang mempengaruhi penuaan seseorang seperti genetic, asupan gizi, kondisi

(21)

6 Terdapat beberapa teori tentang penuaan:

Teori Genetik Clock

Menurut teori ini menua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies

tertentu. Tiap spesies mempuyai jam genetik didalam nuclei (inti sel) yang telah

diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan

menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut ini bila jam kita

berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan

atau penyakit akhir yang faal. Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan

bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies

terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. Secara teoritis dapat

dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan

pengaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit dengan obat-obatan atau tindakan-tindakan tertentu.(2,7,8)

Mutasi somatic (teori Error Catastrophe)

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis

faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor-faktor lingkungan yang

menyebabkan terjadinya proses mutasi somatik. Menurut teori ini, terjadinya

mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan penurunan

kemampuan fungsional sel tersebut. Salah satu hipotesis yang berhubungan

dengan mutasi sel somatic adalah Hipotesis Error Catastrophe.

Menurut hipotesis tersebut, menua disebabkan oleh kesalahan- kesalahan

yang beruntun sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang

cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi, maupun dalam proses

(22)

7

salah, sebagai reaksi dari kesalahan-kesalahan lain yang berkembang secara

eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolism yang salah,

sehingga akan mengurangi fungsional sel. Walaupun dalam batas-batas tertentu

kesalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan

memperbaiki diri sendiri itu sifatnya terbatas pada kesalahan dalam proses

transkripsi (pembentukan RNA) yang tentu akan menyebabkan kesalahan

dalam proses translasi (pembuatan protein), maka akan terjadilah kesalahan

yang makin banyak, sehingga terjadi katastrop.(1,2,15)

Kerusakan akibat radikal bebas

Radikal bebas terbentuk dialam bebas, dan dalam tubuh jika fagosit pecah

dan sebagai produk sampingan didalam rantai pernapasan didalam mitokondria.

Untuk organisme aerobic, radikal bebas terutama terbentuk pada waktu

respirasi (aerob) didalam mitokondria, karena 90% oksigen diambil tubuh,

masuk kedalam mitokondria. Waktu terjadi proses tersebut oksigen dilibatkan

dalam mengubah bahan bakar menjadi ATP, melalui enzim-enzim respirasi

didalam mitokondria, maka radikal bebas akan dihasilkan sebagai zat antara.

Radikal bebas yang terbentuk tersebut adalah: superoksida (O2), radikal

hidroksil (OH), dan juga hidrogen peroksida (H2O2). Radikal bebas bersifat

merusak, karena sangat reaktif sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein,

asam lemak tak jenuh, seperti dalam membrane sel. Tubuh sendiri sebenarnya

mempunyai kemampuan untuk menangkal radikal bebas, dalam bentuk enzim.

Disamping itu radikal bebas dapat juga dinetralkan menggunakan senyawa non

(23)

8

Walaupun telah ada sistem penangkal, namun sebagian radikal bebas tetap

lolos, bahkan makin banyak radikal bebas terbentuk sehingga proses

pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin banyak dan akhrnya sel

mati.(2,7,10)

Teori Wear And Tear (Dipakai dan Rusak)

Teori ini menyatakan bahwa pemakaian dan keausan lambat akan

menimbulkan detoriorisasi. Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi

sampah metabolic atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA. Sel somatik

normal memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan

fungsinya. Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak

beregenerasi. Teori Wear And Tear mengungkapkan bahwa organisme

memiliki energi tetap yang tersedia dan akan habis sesuai dengan waktu yang

diprogramkan.(2,8,17)

Teori imunitas

Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama

proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam

pertahanan terhadap organism easing yang masuk kedalam tubuh sehingga

lansia akan sangat mudah mengalami infeksi dan kanker. Perubahan sistem

imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya

keseimbangan dalam sel T untuk memproduksi antibodi dalam kekebalan tubuh

menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang

terjadi merupakan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu

(24)

9 Teori Neuroendokrin

Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang

terjadinya proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya

keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem

saraf. Hormon dalam tubuh berperan dalam mengorganisasi organ-organ tubuh

melaksanakan tugasnya dan menyeimbangkan fungsi tubuh apabila terjadi

gangguan dalam tubuh.

Pengeluaran hormon diatur oleh hipotalamus dan hipotalamus juga

merespon tingkat hormon tubuh sebagai panduan untuk aktivitas hormonal.

Pada lansia, hipotalamus kehilangan kemampuan dalam pengaturan dan sebagai

reseptor yang mendeteksi hormone individu menjadi kurang sensitif. Oleh

karena itu, pada lansia banyak hormon yang tidak dapat disekresi dan

mengalami penurunan kreefektivitasan. Penurunan kemampuan hipotalamus

dikaitkan dengan hormon kortisol. Kortisol dihasilkan dari kelenjar adrenal

(terletak diginjal) dan kortisol bertanggung jawab untuk stress.

Hal ini dikenal sebagai salah satu dari beberapa hormon yang meningkat

dengan usia. Jika kerusakan kortisol hipotalamus, maka seiring waktu

hipotalamus akan mengalami kerusakan. Kerusakan ini kemudian dapat

menyebabkan ketidakseimbangan hormon sebagai hipotalamus kehilangan

kemampuan untuk mengendalikan sistem.(2,16,17)

C. Definisi Fleksibilitas

Fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi dan otot,

serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam

(25)

10

Fleksibilitas statis dan Fleksibilitas dinamis. Pada fleksibilitas statis ditentukan oleh

ukuran dari luas gerak satu persendian atau beberapa persendian. Sedangkan

fleksibilitas dinamis adalah kemampuan seseorang dalam bergerak dengan

kecepatan tinggi.(4,6)

Istilah fleksibilitas pada dasarnya mencakup dua hal yang saling berhubungan,

yaitu kelentukan dan kelenturan. Kelentukan terkait erat dengan keadaan tulang dan

persendian sedangkan kelenturan terkait erat dengan tingkat elastilitas otot, tendon

dan ligamen. Dengan demikin unsur kelentukan dan kelenturan akan menjamin

keluasan gerak pada persendian dan memudahkan otot, tendon dan ligamen serta

persendian pada saat melakukan gerak.(4,6,22)

D. Hubungan fleksibilitas dengan lansia

Fleksibilitas membuat tubuh memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai

gerakan. Beberapa faktor dapat mempengaruhi fleksibilitas di antaranya otot,

tendon, ligamen, usia, jenis kelamin, suhu tubuh dan struktur sendi(4,6). Usia

merupakan hal yg mempengaruhi fleksibilitas, semakin tua usia seseorang semakin

menurun fleksbilitas. Memasuki lanjut usia akan mengalami kemunduran secara

fisik, kemunduran secara fisik akan terjadi penurunan massa otot dan sendi. Otot

dan sendi merupakan hal terpenting dalam fleksibilitas. Sehingga, dapat

mempengaruhi kemampuan lansia dalam melakukan aktivitasnya. Kemunduran

secara fisik akibat proses penuaan dapat dicegah pada lansia dengan melakukan

berbagai komponen latihan. Komponen latihan pada lansia dapat diberikan dengan

(26)

11 E. Sendi

Pengertian Sendi

Sendi, persambungan atau artikulatio adalah istilah yang digunakan untuk

menunjukan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka

Klasifikasi Sendi

Sendi sinartrosis atau sendi mati. Secara struktural, persendian ini di

bungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.

i. Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan jaringan ikat

fibrosa rapat dan hanya ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh

sutura adalah sutura sagital dan sutura parietal.

ii. Sinkondrosis adalah sendi yang tulang – tulangnya dihubungkan

dengan kartilago hialin. Salah satu contohnya adalah lempeng

epifisis sementara antara epifisis dan diafisis pada tulang panjang

seorang anak. Saat sinkondrosis sementara berosifikasi, maka

bagian tersebut dimanakan sinostosis.(4,18,19,)

Amfiartosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang

memungkinkan terjadinya sedikit gerakan sebagai respons terhadap

torsi dan kompresi.

i. Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan

diskus kartilago. Yang menjadi bantalan sendi yang memungkinkan

terjadinya sedikit gerakan. Contoh simfisis adalah simfisis pubis

antara tulang – tulang pubis dan diskus intervebralis antar badan

(27)

12

ii. Sindesmosis terbentuk saat tulang – tulang yang berdekatan

dihubungkan dengan serat – serat jaringan ikat kolagen. Contoh

sindesmosis dapat ditemukan pada tulang yang terletak bersisian dan

dihubungkan dengan membran interoseus, seperti pada tulang radius

dan ulna, serta tibia dan fibula.

iii. Gomposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk

dengan pas dalam kantong tulang. Seperti pada gigi yang tertanam

pada alveoli (kantong) tulang rahang. Pada contoh tersebut, jaringan

ikat fibrosa yang terlihat adalah ligamen peridontal.(4,18,21) Diartrosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas , disebut juga sendi

sinovial. Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial,

suatu kapsul sendi (artikular) yang menyambung kedua tulang, dan

ujung tulang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular. Ada

beberapa jenis sendi sinovial, yaitu :

i. Sendi peluru, yaitu memungkinkan gerakan bebas penuh. Misalnya:

persendian panggul dan bahu.

ii. Sendi engsel, yaitu memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu

arah. Contoh : siku dan lutut.

iii. Sendi pelana (sendi pelana dua sumbu), yaitu memungkinkan

gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus. Contoh : sendi

pada dasar ibu jari.

iv. Sendi pivot, yaitu memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas

seperti memutar pegangan pintu. Contoh : sendi antara radius dan

(28)

13

v. Sendi peluncur, yaitu memungkinkan gerakan terbatas kesemua

arah. Contoh : sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan

tangan.(4,20)

Gerakan pada Sendi

a. Fleksi adalah gerakan yang memperkecil sudut antara 2 tulang atau 2

bagian tubuh, seperti saat menekuk siku (menggerakkan lengan ke arah

depan). Menekuk lutut (menggerakkan tungkai ke arah belakang).

b. Dorsofleksi yaitu gerakan menekuk telapak kaki di pergelangan ke arah

depan (meninggikan bagian dorsal kaki).

c. Plantar fleksi yaitu gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan

kaki.

d. Ekstensi adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang atau

dua bagian tubuh.

e. Hiperekstensi mengacu pada gerakan yang memperbesar sudut pada

bagian-bagian tubuh melebihi 180º, seperti gerakan menekuk torso atau

kepala ke arah belakang.

f. Abduksi adalah gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh,

seperti saat merebahkan lengan

g. Aduksi adalah gerakan bagian tubuh saat kembali ke aksis utama tubuh

atau aksis longitudinal tungkai.

h. Rotasi adalah gerakan tulang yang berputar di sekitar aksis pusat tulang

itu sendiri tanpa mengalami dislokasi lateral, seperti saat

menggelengkan kepala untuk menyatakan tidak.

(29)

14

mengakibatkan telapak tangan menghadap ke belakang.

j. Supinasi adalah rotasi lateral lengan bawah, yang mengakibatkan

telapak tangan menghadap ke depan.

k. Sirkumduksi adalah kombinasi dari semua gerakan angular dan berputar

untuk membuat ruang membentuk kerucut, seperti saat mengayunkan

lengan membentuk putaran. Gerakan seperti ini dapat berlangsung pada

persendian panggul, bahu, trunkus, pergelangan tangan, dan persendian

lutut.

l. Inversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan

telapak kaki menghadap ke dalam atau ke arah medial.

m. Eversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan

telapak kaki menghadap ke arah luar. Gerak inversi dan eversi pada kaki

sangat berguna untuk berjalan di atas daerah yang rusak dan berbatu.

n. Protraksi adalah memajukan bagian tubuh, seperti saat menonjolkan

rahang bawah ke depan.

o. Retraksi adalah gerakan menarik bagian tubuh ke arah belakang, seperti

meretraksi mandibula, atau meretraksi girdel pektoral untuk

membusungkan dada.

p. Elevasi adalah pergerakan struktur ke arah superior, seperti saat

mengatupkan mulut atau mengangkat bahu.(4,18)

F. Otot

Pengertian Otot

Otot adalah suatu jaringan yang mempunyai kemampuan untuk

(30)

15

Fungsi otot yang utama adalah sebagai alat gerak aktif.(19,20)

Jenis-jenis otot

Otot manusia dibedakan menjadi tiga jenis yaitu otot rangka, otot jantung

dan otot polos Otot polos

Otot Polos adalah otot yang bersifat ‘involunter’ yang berarti otot ini bekerja

secara tidak sadar / tidak menurut kehendak. Otot ini berkontraksi secara

lambat, namun dapat bekerja dalam waktu yang lama. Penggunaan energi

saat kontraksi pada otot polos ini sangat efisien.Otot polos memiliki 1 inti

sel yang terletak di tengah. Serat otot polos berbentuk gelendong. Otot ini

tersusun atas sel-sel yang berbentuk lancip dan memanjang. Contoh organ

yang disusun oleh otot polos adalah sebagian besar organ pencernaan seperti

esophagus, intestinum dan kolon.

Gambar 1 : Otot Polos (19)

Ada dua jenis otot polos berdasarkan cara serabut saraf otot distimulasi

untuk berkontraksi, yaitu:

i. Otot Polos Unit Ganda, otot ini memerlukan stimulus saraf eksternal

(31)

16

yang memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil.

ii. Otot Polos Unit Tunggal (viseral), otot ini tidak memerlukan

stimulus saraf eksternal untuk melakukan kontraksi, contoh otot ini

terdapat pada lapisan dinding organ berongga (visera).(18,19) Otot Rangka

Otot rangka ini merupakan kebalikan dari otot polos. Otot rangka

bekerja secara sadar, artinya bekerja menurut kehendak, setiap kerja dari

otot rangka tergantung kepada keinginan seseorang. Otot rangka memiliki

banyak inti sel , itulah yang membuat nya mampu bekerja kuat, namun otot

ini mudah lelah. Mudah lelah disini artinya tidak bisa melakukan suatu

pekerjaan secara terus menerus tanpa istirahat. Beda halnya dengan otot

jantung. Otot ini memiliki sel-sel berbentuk silinder yang sangat panjang.

Disebut otot rangka karena melekat pada rangka tubuh. Strukturnya dapat

dilihat pada gambar di bawah.(18-20)

Gambar 2 : Otot Lurik (18,19) Otot Jantung

Otot jantung biasanya disebut juga myocardium, myo artinya otot, dan

cardium artinya jantung. Jadi seperti namanya otot ini merupakan yang otot

(32)

17

jantung merupakan gabungan dari otot polos dan otot rangka (otot lurik).

Bentuk dari otot jantung ini serupa dengan otot rangka (berbentuk silinder

panjang namun memiliki inti di tengah) tapi sifat nya serupa dengan otot

polos (bekerja secara involunter). Otot ini bekerja secara terus menerus

tanpa lelah dan tidak pernah beristirahat, kerjanya tidak diatur oleh sistem

persarafan, namun suatu sistem pengatur aliran listrik jantunglah yang

membuat otot ini bekerja tanpa henti.(18,19,21)

Gambar 3 : Otot Jantung (18,19)

G. Ligamen dan Tendon

Pengertian dan Fungsi Ligamen

Ligamen (ligamentum) adalah suatu jaringan berbentuk pita yang tersusun

dari serabut-serabut liat yang terdiri dari jaringan ikat keadannya kenyal dan

fleksibel yang mengikat tulang satu dengan tulang lain. Jaringan pengikat

tersebut mengikat ujung tulang yang saling membentuk persendian. Ligamen

mempertemukan kedua ujung tulang dan mempertahankan stabilitas. Salah satu

komponen penunjang sendi yaitu ligamen adalah jaringan pengikat yang

(33)

18

adanya ligamen maka antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya tidak

akan menyatu dan tidak mungkin bisa melakukan gerak saat otot berkontraksi.

Walaupun bisa, gerakan yang ditimbulkan tidak akan sempurna (11,22)

Gambar 4 : Ligament (16) Pengertian Tendon

Tendon adalah jaringan lunak yang menghubungkan jaringan otot dengan

tulang, mirip dengan ligamen yang menghubungkan tulang dengan tulang.

Tendon terdiri dari kolagen, protein berserat, dan sering disebut sebagai

jaringan kolagen. Dengan adanya tendon akan memudahkan pergerakan tubuh

untuk melakukan aktifitas.

(34)

19 Fungsi Tendon

Fungsi tendon adalah untuk bertindak sebagai peregangan dan mekanisme

rekoil (kembali) yang mentransmisikan gaya yang dihasilkan oleh otot ke tulang

atau sendi yang terpasang. Saat kontraksi otot, tendon akan meregang dan

kemudian menarik kembali panjang ke ukuran pendek atau mundur. Rekoil ini

mentransmisikan energi dari kontraksi otot pada sendi dan menghasilkan

gerakan.(11,22)

H. Metode-metode Latihan Untuk Meningkatkan Fleksibilitas

Kelenturan dapat dikembangkan melalui latihan-latihan peregangan otot serta

harus dilatih secara khusus, karena perbaikan pada komponen ini akan mendukung

terhadap kelincahan, serta dapat juga menghindari timbulnya cedera.

Ada dua metode latihan untuk mengembangkan fleksiblitas.(5,23,28) Metode latihan peregangan dinamis

Metode pergerakan dinamis disebut juga metode balistik. Metode ini

dilakukan sendiri tanpa memerlukan bantuan dari pihak lain. Adapun mengenai

pelaksanaan gerakannya sebagai berikut :

Gambar 6 : Metode Peregangan Dinamis (23,24)

Peregangan dinamis biasanya dilakukan dengan menggerak-gerakkan tubuh

(35)

20

memutarkan anggota tubuh sedemikian rupa sehingga otot-otot terasa

terenggangkan, maksudnya adalah untuk secara bertahap meningkatkan secara

progresif ruang gerak sendi-sendi. Metode peregangan dinamis dapat di lihat

pada gambar 6 di atas.

Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan

peregangan dinamis :

Lakukanlah pemanasan (warm-up)

Lakukan gerakan penuh konsentrasi dan hati-hati(25,27)

Metode dinamis merupakan salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan

fleksibilitas. Gerakan-gerakan peregangan yang cepat dan kuat akan

menyebakan terjadinya refleks regang. Oleh karena gerakan yang dinamis,

refleks ini yang berfungsi untuk melindungi otot dari cedera akibat peregangan

yang berlebihan, akan menyebabkan otot yang teregang tadi untuk berkontraksi

jadi memendek kembali. Dan kontraksi ini justru akan menghalangi otot untuk

bisa meregang secara maksimal.(26,27)

Metode latihan peregangan statis

Metode peregangan statis merupakan salah satu metode latihan peregangan

yang dapat meningkatkan fleksibilitas. Metode ini juga dilakukan sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain seperti pada metode peregangan dinamis. Yang

membedakannya adalah pada peregangan dinamis terjadi gerakan

merenggut-renggutkan badan, namun dalam peregangan statis, pelaku mengambil sikap

sedemikian rupa dan mempertahankan sikap tersebut secara statis selama 20

detik sehingga meregangkan suatu kelompok otot tertentu. Metode peregangan

(36)

21

Gambar 7 : Metode peregangan Statis (23,24)

Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan

peregangan statis adalah sebagai berikut :

Regangkan otot secara perlahan-lahan dan tanpa kejutan

Segera terasa regangan pada otot, berhentilah sebentar, kemudian

lanjutkan regangan sampai terasa agak sakit; berhenti lagi; kemudian

lanjutkan regangan sampai sedikit melewati titik rasa sakit, bukan

sampai terasa sakit yang ekstrim

Pertahankan sikap terakhir ini secara statis selama 20-30 detik

Seluruh tubuh lainnya tinggal rileks, terutama otot-otot antagonisnya

(yang diregangkan), agar ruang gerak sendi mampu untuk meregang

lebih luas

Bernapaslah terus, jangan menahan napas

Selama mempertahankan sikap statis selama 20-30 detik, kembalilah ke

sikap semula secara perlahan-lahan, agar ototnya tidak berkontraksi.

Sebab kontraksi ini akan memberikan rangsangan kepada otot yang baru

(37)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental lapangan dengan rancangan pre-post test

design.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November – Desember 2014 dengan lokasi

penelitian yaitu di Badan Penyaluran Lanjut Usia (BPLU) Senja Cerah Manado,

Paniki Bawah

C. Populasi Sampel

Populasi :

Seluruh lansia yang berada di BPLU Senja Cerah Sampel :

Lansia yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

Tidak sedang mengalami sakit otot dan sendi

Sehat saat dilakukan penelitian

Berumur 60-80 tahun

Bersedia menjadi subjek penelitian

D. Variabel Penelitian

Variabel bebas : Latihan peregangan

(38)

23 E. Definisi Operasional Variabel

Lansia : Seorang yang berumur 60 tahun ke atas

Fleksibilitas: kemampuan melakukan gerakan dalam ruang lingkup gerak

sendi setelah itu lihat dengan menggunakan goniometer

F. Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan:

Penjelasan kepada subjek penelitian; Sebelum penelitian, Lansia

diberikan penjelasan tentang rencana penelitian dan kriteria inklusi

penelitian.

Pemeriksaan kesehatan; Lansia sebelumn di jadikan subjek di periksa

kesehatannya, apakah lansia sedang mengalami sakit sendi, otot atau

tidak.

Pengisian kertas persetujuan (informed consent); Lansia yg memenuhi

kriteria inklusi Pelaksanaan Penelitian:

Datang ke BPLU Senja Cerah.

Dilakukan sosialisasi kepada perawat atau kepala bagian BPLU untuk

mendata lansia manakah yg memenuhi kriteria inklusi.

Usahakan lansia tidak mendapatkan program latihan peregangan di

BPLU

Lansia tidak sedang mengalami sakit otot dan sendi sebelum di lakukan

penelitian

Di lakukan pengukuran fleksibilitas dengan goniometer pada lansia

(39)

24

hasil pengukuran setelah dilakukan latihan peregangan.

Pengukuran dimulai dengan pengukuran fleksi lengan, ekstensi lengan,

fleksi bahu, ekstensi bahu, abduksi bahu, fleksi lutut, ekstesi lutut

Setelah dilakukan pengukuran, latihan peregangan mulai dilaksanakan

dengan edukasi terlebih dahulu kepada lansia mengenai

langkah-langkah metode latihan peregangan

Dalam latihan peregangan di pakai 2 metode yaitu, metode dinamis dan

statis. Metode dinamis dilakukan dengan menggerakan anggota tubuh

secara berulangkali tapi teratur dan metode statis dilakukan dengan

meregangkan otot secara perlahan-lahan dengan menahan 20-30 detik.

Edukasi pada lansia untuk melakukan latihan peregangan untuk

berulang kali.

Dilakukan 1 kali 1 hari tiap bangun tidur selama 3 minggu setelah itu

dilakukan pengukuran kembali

Kemudian ukur fleksibilitas dengan goniometer

(40)

25

Gambar 8 : Alur Penelitian

G. Pengelolahan Data

Data di ambil kemudian dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan

perangkat lunak SPSS dan dilakukan uji statistik. Lansia

Dilakukan pengukuran Fleksibilitas sebelum latihan

peregangan

Lakukan latihan peregangan

Edukasi sampai berapa hari melakukan latihan

peregangan

(41)

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental lapangan dengan rancangan pre post

design yang dilakukan sejak bulan November 2014 sampai bulan Januari 2015 di

BPLU Senja Cerah Paniki bawah, pada awal penelitian terlebih dahulu meminta

izin kepada kepala BPLU untuk melakukan penelitian dengan membawa surat izin

penelitian yang dikeluarkan dari bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sam Ratulangi. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan sosialisasi kepada

lansia yang berada di BPLU Senja Cerah.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil 30 orang lansia yang sesuai dengan

kriteria inklusi dari jumlah 40 orang lansia yang tinggal di BPLU. Sebelum

dilakukan penelitian 30 orang lansia telah mengisi informed consent, setelah itu

dilakukan pengukuran lingkup gerak sendi (LGS) terlebih dahulu sebelum

melakukan latihan peregangan.

B. Hasil Penelitian

Hasil analisis data secara univariat menjelaskan tentang distribusi frekuensi

responden berdasarkan jenis kelamin dan umur responden. Jenis Kelamin

Berdasarkan analisis data deskriptif, dari 30 responden penelitian telah

(42)

27

Gambar 9: Grafik Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden lansia

yang diambil adalah berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 18

responden (60%) dan laki-laki berjumlah 12 responden (40%).

Umur

Berdasarkan analisis data deskriptif, dari 30 responden penelitian telah

diperoleh data umur seperti gambar berikut.

Gambar 10 : Grafik Distribusi Responden menurut Umur

12 40,0% 18 60,0%

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan 13 43,3% 17 56,7%

Umur

60-74 thn 75-90 thn

(43)

28

Berdasarkan gambar 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

lansia yang diambil adalah mempunyai golongan umur 75-90 tahun dengan

jumlah 17 responden (56,7%) dan golongan umur 60-74 tahun berjumlah 13

responden (43,3%)

Perbandingan Mean Pre Post Latihan Peregangan Terhadap Fleksibilitas

Lansia

Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Lengan

Perbandingan nilai rata-rata fleksibilitas pada lengan lansia dapat dilihat

pada gambar 11 berikut.

Gambar 11. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Lengan Berdasarkan gambar 11 dapat dilihat perbandingan nilai fleksibilitas

lengan pada lansia, dimana sebelum dilakukan latihan peregangan nilai

fleksibilitas fleksi lengan sinistra adalah 38,20, setelah dilakukan latihan

peregangan menjadi 39,13. Nilai fleksibilitas fleksi lengan dextra sebelum

latihan peregangan adalah 38,56, setelah dilakukan latihan peregangan

menjadi 38,73. Nilai fleksibilitas ekstensi lengan sinistra sebelum

0 50 100 150 200 Fleksi Lengan Sinistra Fleksi Lengan Dextra Ekstensi Lengan Sinistra Ekstensi Lengan Dextra Pre 38,2 38,56 178,36 178,33 Post 39,13 38,73 179,36 179,33 Fl exi bi lit as Pre Post

(44)

29

peregangan adalah 178,36, setelah dilakukan latihan peregangan menjadi

179,36. Nilai fleksibilitas ekstensi lengan dextra sebelum peregangan

adalah 178,33, setelah dilakukan latihan peregangan menjadi 179,33.

Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Bahu

Perbandingan nilai rata-rata fleksibilitas pada bahu lansia dapat dilihat

pada gambar 12 berikut.

Gambar 12. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Bahu

Berdasarkan gambar 12 dapat dilihat perbandingan nilai fleksibilitas

bahu pada lansia, dimana sebelum dilakukan latihan peregangan nilai

fleksibilitas fleksi bahu sinistra adalah 178,36, setelah dilakukan latihan

peregangan menjadi 179,36. Nilai fleksibilitas fleksi bahu dextra sebelum

latihan peregangan adalah 178,40, setelah dilakukan latihan peregangan

menjadi 179,26. Nilai fleksibilitas ekstensi bahu sinistra sebelum

peregangan adalah 91,83, setelah dilakukan latihan peregangan menjadi

58,00. Nilai fleksibilitas ekstensi bahu dextra sebelum peregangan adalah

0 50 100 150 200 Fleksi Bahu Sinistra Fleksi Bahu Dextra Ekstensi Bahu Sinistra Ekstensi Bahu Dextra Abduksi Bahu Sinistra Abduksi Bahu Dextra Pre 178,36 178,4 91,83 91,66 178,23 178,3 Post 179,36 179,26 58 58,2 179,3 179,23 Fl exi bi lit as Pre Post

(45)

30

91,66, setelah dilakukan latihan peregangan menjadi 58,20. Nilai

fleksibilitas abduksi bahu sinistra sebelum peregangan adalah 178,23,

setelah dilakukan latihan peregangan menjadi 179,30. Nilai fleksibilitas

abduksi bahu dextra sebelum peregangan adalah 178,30, setelah dilakukan

latihan peregangan menjadi 179,23.

Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Lutut

Perbandingan nilai rata-rata fleksibilitas pada lutut lansia dapat dilihat

pada gambar 13 berikut.

Gambar 13. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Lutut Berdasarkan gambar 13 dapat dilihat perbandingan nilai fleksibilitas

lutut pada lansia, dimana sebelum dilakukan latihan peregangan nilai

fleksibilitas fleksi lutut sinistra adalah 132,53, setelah dilakukan latihan

peregangan menjadi 133,33. Nilai fleksibilitas fleksi lutut dextra sebelum

latihan peregangan adalah 132,53, setelah dilakukan latihan peregangan

menjadi 133,43. Nilai fleksibilitas ekstensi lutut sinistra sebelum

0 50 100 150 200 Fleksi Lutut Sinistra Fleksi Lutut Dextra Ekstensi Lutut Sinistra Ekstensi Lutut Dextra Pre 132,53 132,53 178,23 178,3 Post 133,33 133,43 179,36 179,26 Fl e xi b ili ta s Pre Post

(46)

31

peregangan adalah 178,23, setelah dilakukan latihan peregangan menjadi

179,36. Nilai fleksibilitas ekstensi lutut dextra sebelum peregangan adalah

178,30, setelah dilakukan latihan peregangan menjadi 179,26.

C. Pembahasan

Hasil karakteristik univariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden

lansia adalah perempuan sebanyak 18 responden (60%) dan laki-laki sebanyak 12

responden (40%). Sedangkan dari segi umur, berdasarkan kategori lansia menurut

World Health Organization, rentang umur 60-74 tahun yaitu termasuk dalam golongan lanjut usia berjumlah 13 responden (43,3%) dan rentang umur > 75 tahun

yaitu termasuk golongan lanjut usia tua sebanyak 17 responden (56,7%). Pada

lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara

perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang terjadi.

Analisis statistik digunakan untuk melihat pengaruh latihan peregangan

terhadap fleksibilitas lansia berdasarkan pengukuran lingkup gerak sendi (LGS).

Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan Uji t berpasangan , terdapat

pengaruh peregangan pada beberapa lingkup gerak sendi pada lansia di BPLU Senja

Cerah Manado. Lingkup gerak sendi yang ada pengaruhnya adalah pada fleksi

lengan sinistra,, ekstensi lengan sinistra, ekstensi lengan sinistra, ekstensi lengan

dextra, fleksi bahu sinistra, fleksi bahu dextra, ekstensi bahu sinistra, ekstensi bahu

dextra, abduksi bahu sinistra dan abduksi bahu dextra, fleksi lutut sinistra, fleksi

lutut dextra, ekstensi lutut sinistra dan ekstensi lutut dextra. Sedangkan lingkup

(47)

32

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kecuali pada fleksi lengan dextra p=0,134

(p>0,05), semua lingkup gerak sendi ternyata fleksibilitas pada lansia dapat

dipengaruhi oleh peregangan (p < 0,05). Latihan fleksibilitas adalah aktivitas untuk

membantu mempertahankan kisaran gerak sendi, yang diperlukan untuk melakukan

aktivitas fisik dan tugas sehari-hari secara teratur. Latihan fleksibilitas dianjurkan

dilakukan 1 hari 1 kali selama 3 minggu hari pada saat bangun tidur. Latihan dengan

melibatkan peregangan otot dan sendi. Intensitas latihan dilakukan dengan

memperhatikan rasa tidak nyaman atau nyeri. Peregangan dilakukan 1-2 kali, untuk

masing-masing gerakan dipertahankan 10-30 detik. Peregangan dilakukan terutama

pada kelompok otot-otot besar, dimulai dari otot-otot kecil. Dari hasil penelitian

yang dilakukan pada lansia di BPLU Senja Cerah Manado sebelum dan setelah

peregangan dapat dilihat perkembangan fleksibilitas dengan menggunakan

goniometer.

Kesoema dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat peningkatan

kemampuan kontraksi maksimal otot dasar panggul pada wanita lansia. Dalam

penelitiannya menyatakan bahwa terdapat pengaruh senam lansia terhadap

kemampuan fungsional pada lansia yang mengalami nyeri punggung. Berbagai

latihan sebisa mungkin dilakukan pada lansia dengan memperhatikan faktor

keamanan pada lansia. Hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan efektifitas

anggota gerak badan pada lansia. (31)

Pemaron menyatakan ada pengaruh peregangan statis dan dinamis terhadap

perubahan intensitas nyeri sendi lutut pada lansia dengan osteoarthritis. Sendi lutut

merupakan struktur tulang dari tungkai atas dan tungkai bawah yaitu tulang femur,

(48)

33

lutut mempunyai gerakan diantaranya fleksi, ekstensi, eksternal rotasi. Gerakan

fleksi dari posisi full ekstensi, dimulai gerakan rotasi secara simultan tibia terhadap

femur melalui kontraksi otot popliteus, selanjutnya terjadi gerakan fleksi aktiv

akibat kontraksi M. Hamsting. Pada gerakan fleksi-ekstensi maka meniscus akan

menguat terhadap tibia yang bergerak terhadap femur. Pada gerakan rotasi dengan

fleksi lutut, maka meniscus akan bergerak mengikuti femur terhadap tibia.

Ligamentum cruciatum anterior akan mengalami penegangan saat ekstensi dan

mengendor saat fleksi. Gerakan rotasi eksternal tibia terhadap femur pada 20 derajat

menuju posisi ekstensi disebut mekanisme screw home dan keaadan tersebut

dipengaruhi susunan kondilus dan pengendalian struktur ligamentosa. Ligamentum

yang berhubungan dengan kapsula sendi akan tertarik kearah anterior dan keatas,

sehinggga mencegah terjadinya pergerakan antara condylus pada sisi yang

berlawanan. (30)

Ada tiga facet sendi pada permukaan persendian dari femur. Pada pergerakan

menuju fleksi menuju ekstensi, maka hubungan antara permukaan sendi melalui

dari facet medial dan selanjutnya kefacet interior. Kerja otot pada pergerakan

ekstensi dilakukan oleh kelompok otot bicep femoris. Struktur ligament akan

membantu ekstensi lutu ketika tibia menguat pada posisi menumpu berat badan.

Saat lutut bergerak dari fleksi ke ekstensi, gerakan kondylus lateral akan dihentikan

pada gerak sendi 160 derajat oleh ligamen cruciatum anterior dan ligamentum

colateralis. Selanjutnya dari kontraksi quadriceps menyebabkan kondylus medialis

akan menambah jangkauan jarak gerak sendi sebesar 20 derajat (untuk menambah

full fleksi menjadi 180 derajat) dan menimbulkan gerakan internal rotasi tibia

(49)

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan, dengan

uji statistik konfidensi interval 95% (<0,05) diperoleh nilai signifikan p=0,000 (p<0,05) pada fleksi lengan sinistra, ekstensi lengan sinistra, ekstensi lengan

dextra, fleksi bahu sinistra, fleksi bahu dextra, ekstensi bahu sinistra, ekstensi

bahu dextra, abduksi bahu sinistra dan abduksi bahu dextra, fleksi lutut sinistra,

fleksi lutut dextra, ekstensi lutut sinista dan ekstensi lutut dextra. Sedangkan

pada fleksi lengan dextra diperoleh nilai p=0,134 (p>0,05). Dengan demikian

dapat di simpulkan :

Terdapat pengaruh peregangan lingkup gerak sendi pada fleksibilitas lansia

yaitu pada fleksi lengan sinistra, ekstensi lengan sinistra, ekstensi lengan

sinistra, ekstensi lengan dextra, fleksi bahu sinistra, fleksi bahu dextra,

ekstensi bahu sinistra, ekstensi bahu dextra, abduksi bahu sinistra dan

abduksi bahu dextra, fleksi lutut sinistra, fleksi lutut dextra, ekstensi lutut

dextra dan ekstensi lutut sinistra

Tidak dapat pengaruh peregangan pada fleksibilitas fleksi lengan dextra.

B. Saran

Di anjurkan agar latihan peregangan yang dilakukan tetap dipertahankan

untuk meningkatkan fleksibilitas lansia.

Perlu penelitian lebih lanjut dengan jumlah subjek penelitian yang lebih

(50)

35

Lansia dianjurkan untuk melakukan latihan peregangan sesuai dengan

(51)

36

DAFTAR PUSTAKA

Azizah M, Lilik. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2011. H 1-10

Padila. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta. Medical Book. 2013. H 4-6 ; 89-90

Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2009.

Susanto, Rudy. Meningkatkan fleksibilitas tubuh dengan gerakan

sederhana.2013. Avaible From:

http://www.indotopinfo.com/meningkatkan-fleksibilitas-tubuh.html

Herdiansyah B, Akbar D. Bentuk-bentuk latihan Streatching.

Bandung.2012. Avaible From

http://herdiansyahagus.blogspot.com/2013/03/bentuk-bentuk-latihan-fleksibilitas_26.html

Anderson, Bob. 2005. Streatching ( Peregangan ). Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta

Pudjiastuti SS, Utomo B. Fisioterapi pada lansia. Jakarta.ECG.2002

Tamher S, Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.Salemba Medika. Jakarta.2009

Maryam, Sitti. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba Medika.2008.h.74-76.

Jin K. Modern Biological Theories of Aging. Aging and Disease. 2010;1:72-4.

Wibowo S, Daniel. Anatomi Fungsional Elementer & Penyakit yang menyertainya. Jakarta. Grasindo. 2013

(52)

37

Aswin S. Pengaruh Proses Menua Terhadap Sistem Muskuloskletal. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM; 2003, h.10-20.

Suryanto. Sehat di Usia Lanjut. Yogyakarta: Majora; 1998.

Pranarka K. Penerapan Geriatrik Kedokteran Menuju Usia Lanjut yang Sehat. Fakultas Diponegoro. 2006;25. h.190-2.

Setiati, dkk. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan. Edisi1. Jakarta: FKUI; 2000.

Abdul, N, dkk. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.h.5

Efendi F, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperrawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009

Watson, Roger. Anatomi & Fisiologi Untuk Perawat.edisi 10.Jakarta. ECG.2002.h.180-200

Silverthorn D. Fisiologi Manusia:Sebuah Pendekatan Integrasi. 6th ed. Jakarta.EGC.2012.p.414.

Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2008. H.67-75.

Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2007. H.82-83.

Sridianti.Fungsi ligament dan Tendon bagi tubuh. Jakarta. PT Gramedia.2011.h.203

Mukholid A. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Yudhistira; 2007.

Agus S, Setyawan. Latihan fisik fleksibilitas terhadap peningkatan tingkat kemandirian.Universitas Airlangga. Nodate [ cited 13 Okt 2014 ]. Available from: http://saif-fisip07.web.unair.ac.id

Daley D. 30 menit untuk bugar & sehat. Jakarta. PT. Buana Ilmu Populer. 2011.

(53)

38

Rohman W, S. Muskuloskeletal Fitness. Nodate [cited 2014 Okt 14]. Available from: http://www.ilmufisioterapi.info/muskuloskeletal-fitness.html

Sugani, Surya & P, Lucia. Cara Cerdas untuk sehat tanpa dokter. Jakarta. Trans Media Pustaka.2010.h.121

Mukholid A. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Yudhistira; 2007.

Yudha, Maza. Beri Tenaga Hidup anda Fitnes. Jakarta. Penebar plus+.

2006.h.38 & 68

Paramihta P. Latihan peregangan statis dan dinamis terhadap perubahan intensitas sendi lutut pada lansia.2014.vol 2, h.3

Kesoema,Tanti Ajoe. Perbandingan hasil aplikasi tens dan latihan volunteer terhadap kemampuan dan durasi kontraksi maksimal otot dasar panggul pada wanita lansia.2004.Master thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

(54)

39 Lampiran 1.

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN (INFORMEND CONSENTS FORM)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Pekerjaan :

Setelah mendapat keterangan secukupnya dengan mengetahui manfaat penelitian yang berjudul “PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN TERHADAP FLEKSIBILITAS LANSIA“ maka saya dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian tersebut diatas dengan catatan, bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun saya berhak membatalkan persetujuan ini.

Manado, 2014

Mengetahui

(55)

40 Lampiran 2.

Lampiran

Output SPSS

(56)

41 T_test

(57)
(58)
(59)

44

Paired Samples Statistic

Mean N Std.

Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 Pre Fleksi Lengan

Sinistra 38,2000 30 1,54026 ,28121

Post Fleksi Lengan

Sinistra 39,1333 30 ,81931 ,14958

Pair 2 Pre Fleksi Lengan

Dextra 38,5667 30 1,27802 ,23333

Post Fleksi Lengan

Dextra 38,7333 30 1,17248 ,21406

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1

Pre Fleksi Lengan Sinistra - Post Fleksi Lengan Sinistra -,93333 ,94443 ,17243 -1,28599 -,58068 -5,413 29 ,000 Pair 2

Pre Fleksi Lengan Dextra - Post Fleksi Lengan Dextra

(60)

45

Paired Samples Statistic

Mean N Std.

Deviation

Std. Error Mean

Pair 3 Pre Ekstensi Lengan

Sinistra 178,3667 30 ,76489 ,13965

Post Ekstensi

Lengan Sinistra 179,3667 30 ,71840 ,13116

Pair 4 Pre Ekstensi Lengan

Dextra 178,3333 30 ,95893 ,17508

Post Ekstensi

Lengan Dextra 179,3333 30 ,75810 ,13841

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 3 Pre Ekstensi Lengan Sinistra - Post Ekstensi Lengan Sinistra -1,0000 ,69481 ,12685 -1,25945 -,74055 -7,883 29 ,000 Pair 4 Pre Ekstensi Lengan Dextra - Post Ekstensi Lengan Dextra -1,0000 1,08278 ,19769 -1,40432 -,59568 -5,058 29 ,000

(61)

46

Paired Samples Statistic

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 5

Pre Fleksi Bahu Sinistra- Post Fleksi Bahu Sinistra

-1,0000 1,11417 ,20342 -1,41604 -,58396 -4,916 29 ,000

Pair

6 Pre Fleksi Bahu Dextra - Post Fleksi Bahu Dextra -,86667 1,35782 ,24790 -1,37369 -,35965 -3,496 29 ,002 Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 5

Pre Fleksi Bahu Sinistra 178,3667 30 ,66868 ,12208

Post Fleksi Bahu

Sinistra 179,3667 30 ,71840 ,13116

Pair 6

Pre Fleksi Bahu Dextra 178,4000 30 ,93218 ,17019

(62)

47

Paired Samples Statistic

Mean N Std.

Deviation

Std. Error Mean

Pair 7 Pre Ekstensi Bahu

Sinistra 91,8333 30 38,76462 7,07742

Post Ekstensi Bahu

Sinistra 58,0000 30 ,83045 ,15162

Pair 8 Pre Ekstensi Bahu

Dextra 91,6667 30 38,92197 7,10615

Post Ekstensi Bahu

Dextra 58,2000 30 ,84690 ,15462

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 7

Pre Ekstensi Bahu Sinistra - Post Ekstensi Bahu Sinistra 33,833 38,77885 7,08002 19,35307 48,3135 4,779 29 ,000 Pair 8

Pre Ekstensi Bahu Dextra - Post Ekstensi Bahu Dextra

33,466

(63)

48

Paired Samples Statistic

Mean N Std.

Deviation

Std. Error Mean

Pair 9 Pre Abduksi Bahu

Sinistra 178,2333 30 ,72793 ,13290

Post Abduksi Bahu

Sinistra 179,3000 30 ,74971 ,13688

Pair 10 Pre Abduksi Bahu

Dextra 178,3000 30 ,95231 ,17387

Post Abduksi Bahu

Dextra 179,2333 30 ,77385 ,14129

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 9

Pre Abduksi Bahu Sinistra - Post Abduksi Bahu Sinistra -1,0666 1,01483 ,18528 -1,44561 -,68772 -5,757 29 ,000 Pair 10

Pre Abduksi Bahu Dextra - Post Abduksi Bahu Dextra

(64)

49

Paired Samples Statistic

Mean N Std.

Deviation

Std. Error Mean

Pair 11 Pre Fleksi Lutut Sinistra 132,5333 30 ,57135 ,10431

Post Fleksi Lutut Sinistra 133,3333 30 ,47946 ,08754

Pair 12 Pre Fleksi Lutut Dextra 132,5333 30 ,50742 ,09264

Post Fleksi Lutut Dextra 133,4333 30 ,50401 ,09202

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 11

Pre Fleksi Lutut Sinistra - Post Fleksi Lutut Sinistra

-,80000 ,76112 ,13896 -1,08421 -,51579 -5,757 29 ,000

Pair

12 Pre Fleksi Lutut Dextra - Post Fleksi Lutut Dextra

(65)

50

Paired Samples Statistic

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 13

Pre Ekstensi Lutut Sinistra - Post Ekstensi Lutut Sinistra -1,1333 ,86037 ,15708 -1,45460 -,81207 -7,215 29 ,000 Pair 14

Pre Ekstensi Lutut Dextra - Post Ekstensi Lutut Dextra -,96667 1,15917 ,21163 -1,39951 -,53382 -4,568 29 ,000 Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 13 Pre Ekstensi Lutut

Sinistra 178,2333 30 ,81720 ,14920

Post Ekstensi Lutut

Sinistra 179,3667 30 ,71840 ,13116

Pair 14 Pre Ekstensi Lutut

Dextra 178,3000 30 ,95231 ,17387

Post Ekstensi Lutut

(66)

51 Lampiran 3.

(67)

52

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 14 : Saat Peregangan ekstensi bahu Gambar 15 : Saat Peregangan

ekstensi lengan

(68)

53

(69)

54

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Renold Cristian Ibrahim. Dilahirkan di Kendari, 6 November 1994. Penulis merupakan anak kedua dari 2 bersaudara pasangan Ronald Anton Ibrahim (Ayah) dan Rini Yohanis (Ibu) dengan saudara bernama Reni Christiani Ibrahim. Penulis beragama Kristen Pantekosta. Riwayat pendidikan dari penulis yaitu:

 TK Kuncup Mekar Kendari, tamat tahun 1999.

 SD Kristen Kendari, tamat tahun 2005.

 SMP Frater Kendari, tamat tahun 2008.

 SMA Katolik Rajawali Makassar, tamat tahun 2011.

 Diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Program Studi Kedokteran Umum Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 2011 dengan NRI 110 111 299.

Gambar

Gambar 1 : Otot Polos  (19)
Gambar 2 : Otot Lurik  (18,19)    Otot Jantung
Gambar 3 : Otot Jantung  (18,19)  G. Ligamen dan Tendon
Gambar 5 : Tendon  (16)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

In this article, the format, experience, and results of an inter- active robotics-based outreach activity that was designed to ignite the interests of K–12 students in STEM fields and

Sebagai implementasi kewenangan pemerintah daerah, maka aparat birokrasi pemerintahan di daerah dalam mengelola dan menyelenggaraan pelayanan publik agar lebih

Berdasarkan analisis data yang diperoleh penulis pada penelitian ini hasil tes kemampuan menulis puisi berdasarkan media visual pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sekampung

Sekitar 300 jenis baja masih dipertimbangkan sebagai material potensial untuk PLTN generasi mendatang, karena memiliki harga yang kompetitif, kemudahan

Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengidentifikasi perencanaan strategis dinas kesehatan kabupaten purbalingga dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

polyrhizus)terhadap kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi aloksan,Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.. Ganong, W.F., 2008, Buku

Iklan Baris Iklan Baris JAKARTA UTARA BODETABEK Serba Serbi JAKARTA BARAT RUPA-RUPA Rumah Dikontrakan JAKARTA SELATAN JAKARTA PUSAT JAKARTA SELATAN JAKARTA TIMUR SERVICE REPARASI

Dari tanggapan telah dipaparkan oleh bapak SA bahwa sering adanya suatu penyampaian-penyampain kesulitan pada saat pelaksanaan pekerjaan, namun dari pihak pimpinan