PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN TERHADAP
FLEKSIBILITAS LANSIA
SKRIPSI
Oleh
Renold Cristian Ibrahim 110111299
Dosen Pembimbing
dr. H. I. S. Wungouw, MsAppSc, MMedEd, AIFM, AIFO dr. Hedison Polii, MKes, AIFM, AIFO
BAGIAN FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO 2015
i
PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN TERHADAP
FLEKSIBILITAS LANSIA
SKRIPSI
Oleh
RENOLD CRISTIAN IBRAHIM 110111299
SKRIPSI SARJANA KEDOKTERAN Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
BAGIAN FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO 2015
ii
PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN TERHADAP
FLEKSIBILITAS LANSIA
Oleh :
Renold Cristian Ibrahim
110111299
Telah di ajukan pada Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi pada 28 Januari 2015 serta di setujui Oleh :
dr. H. I. S. Wungouw, MsAppSc, MMedEd, AIFM, AIFO
Dosen Pembimbing I
dr. H Hedison Polii, MKes, AIFM, AIFO
Dosen Pembimbing II
dr. H. I. S. Wungouw, MsAppSc, MMedEd, AIFM, AIFO
Ketua Bagian Fisiologi
Prof. Dr. dr. Adrian Umboh, Sp. A(K)
iii
ABSTRACT
EFFECT OF FLEXIBILITY STRETCHING EXERCISES ELDERLY
Renold Cristian Ibrahim 1), Hedison Polii 2), Herlina Wungouw 2)
Background: Flexibility is the ability of a joint, muscles, and ligaments around it
to move freely and comfortably in the space for the expected maximum. Flexibility is influenced by many factors. These factors are the muscles, tendons, ligaments, age, gender, body temperature and joint structure. Less flexibility may lead to a slower movement and injury prone to muscles, ligaments, and other tissues. With increasing age, the person will be reduced flexibility. The best way to increase the flexibility is stretching exercises. This study aims to look at the effect of stretching exercises for flexibility among the eldery
Methods: This study is an experimental field with the design of pre-post test design.
Samples were 30 elderly people who are in BPLU Senjah Cerah, Paniki Bawah. Samples were measured using a goniometer flexibility before doing stretching exercises, after stretching exercises for 3 weeks in doing measurements returned by using the goniometer.
Results : The results obtained are stretching the influence of motion on the
flexibility of the elderly (p <0.05) except the arm flexion dextra no increase flexibility obtained p = 0.134 (p> 0.05)
Conclusion: Stretching exercises can improve joint flexibility. Keywords: Flexibility, Stretching Exercises, Elderly
1) Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi
iv
ABSTRAK
PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN TERHADAP FLEKSIBILITAS
LANSIA
Renold Cristian Ibrahim 1), Hedison Polii 2), Herlina Wungouw 2)
Latar Belakang : Fleksibilitas merupakan kemampuan dari sebuah sendi,otot dan
ligamen di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Fleksibiltas dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah otot, tendon, ligamen, usia, jenis kelamin, suhu tubuh dan struktur sendi. Fleksibilitas yang kurang dapat menyebabkan gerakan lebih lamban dan rentan terhadap cedera otot, ligamen, dan jaringan lainnya. Dengan bertambahnya usia maka fleksibilitas seseorang akan berkurang. Cara terbaik meningkatkan fleksibilitas adalah dengan latihan peregangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh latihan peregangan terhadap fleksibilitas.
Metode : Penelitian ini bersifat eksperimental lapangan dengan rancangan pre-post
test design. Sampel berjumlah 30 orang Lansia yang berada di BPLU Senjah Cerah, Paniki Bawah. Sampel di ukur fleksibilitasnya dengan menggunakan Goniometer terlebih dahulu sebelum melakukan latihan peregangan, setelah dilakukan latihan peregangan selama 3 minggu di lakukan pengukuran kembali dengan menggunakan Goniometer.
Hasil : Hasil yang didapatkan terdapat pengaruh peregangan lingkup gerak sendi
pada fleksibilitas lansia (p<0,05) kecuali pada fleksi lengan dextra tidak terjadi peningkatan fleksibilitas diperoleh nilai p = 0,134 (p>0,05)
Kesimpulan : Latihan Peregangan dapat meningkatkan Fleksibilitas Sendi. Kata Kunci : Fleksibilitas, Latihan Peregangan, Lansia
1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
v
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
( UNTUK PROGRAM SARJANA)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Skripsi ini adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk mendapatkan gelar
sarjana, baik di Universitas Sam Ratulangi maupun di Perguruan Tinggi
lainnya.
Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain kecuali tim komisi pembimbing dan penguji
Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat uyang ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah disebutkan nama pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini yang telah
di peroleh karena skripsi ini, saya bersedia untuk menerima sanksi akademik
serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi
ini.
Manado, 28 Januari 2015
Yang membuat pernyataan :
Renold Cristian Ibrahim
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi,
saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Renold Cristian Ibrahim
NIM : 110111299
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, setuju untuk memberikan kepada
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Hak Bebas Royalti Nonekslusif
(Nonexclusive Royalty Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Pengaruh Latihan Peregangan Terhadap Fleksibilitas Lansia”
Beserta perangkat yang ada ( Jika Perlu ). Dengan hak Royalti Noneksklusif ini
Fakultas kedokteran Universitas Sam Ratulangi berhak menyimpan, mengalih
media / formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Manado
Pada tanggal : 28 Januari 2015
Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi di Bagian Fisiolgi Universitas Sam Ratulangi Manado yang berjudul : “Pengaruh Latihan Peregangan Terhadap Fleksibilitas Lansia”
Maksud dari penulisan skripsi (penelitian) ini adalah untuk menyelesaikan
program pendidikan S1 (strata satu) sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Dengan penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
Prof. Dr. Ir. Ellen Kumaat, MSc, DEA selaku Rektor Universitas Sam
Ratulangi
Prof. Dr. dr. Adrian Umboh, Sp. A(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi
dr. H. I. S. Wungouw, MsAppSc, MMedEd, AIFM, AIFO selaku Ketua
Bagian Fisiologi dan Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan dan waktunya bagi penulis
dr. Hedison Polii, MKes, AIFM, AIFO selaku Dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan waktunya bagi
penulis
dr. J. J. V. Rampengan, AIFM dan dr. Sylvia Marunduh, MMed, AIFM
viii banyak nasehat bagi penulis
Kepada Keluarga terutama Papa, Mama, Cece Reni, Rikal selalu
memberikan doa, semangat, kasih sayang, motivasi, dukungan selama
kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado kepada
penulis yang tak dapat terbalaskan
Seluruh teman-teman saya, Mercy, Feby, Faldy, Martinus, Gideon, Ezra,
Gusti, Julian, Ramdhan, Keke, Ranita dan teman seperjuangan skripsi di
bagian Fisiologi yang telah memberikan semangat, dukungan, doa, dan
motivasi kepada penulis
Seluruh teman- teman EFFECT angkatan 2011
Kepala BPLU beserta staf dan juga Oma dan Opa yang telah menunjang
penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan baik dan bersedia menjadi
subjek penelitian
Semua pihak yang baik secara langsung dan tidak langsung menumbuhkan
ide atau gagasan dalam pemikiran penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Akhir dari semuanya ini, semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis, para
sejawat, mahasiswa serta bagi kemajuan Ilmu Kedokteran.
Manado, Januari 2015
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii ABSTRACT ... ii ABSTRAK ... ivLEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 2
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Lansia ... 4
x
2. Klasifikasi Lansia ... 4
B. Penuaan ... 5
C. Definisi Fleksibilitas ... 9
D. Hubungan fleksibilitas dengan lansia ... 10
E. Sendi ... 11 1. Pengertian Sendi ... 11 2. Klasifikasi Sendi ... 11 3. Gerakan sendi ... 13 F. Otot ... 14 1. Pengertian Otot ... 14
2. Jenis – Jenis Otot ... 15
G. Ligamen dan Tendon 1. Pengertian Ligamen dan Fungsinya ... 17
2. Pengertian Tendon ... 18
3. Fungsi Tendon ... 19
H. Metode – metode latihan untuk meningkatkan Fleksibilitas ... 19
1. Metode latihan pergerakan dinamis ... 19
2. Metode latihan pergerakan statis ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22
xi
D. Variable Penelitian ... 22
E. Definisi Operasional Penelitian ... 23
F. Prosedur Penelitian ... 23
G. Pengelolahan Data ... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26
B. Hasil Penelitian ... 26
C. Pembahasan ... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 36
LAMPIRAN ... 39
DOKUMENTASI PENELITIAN ... 52
xii
DAFTAR GAMBAR
1. Otot Polos ... 15 2. Otot Lurik ... 16 3. Otot Jantung ... 17 4. Ligament ... 18 5. Tendon... 186. Metode latihan peregangan dinamis... 19
7. Metode latihan peregangan statis ... 21
8. Alur Penelitian ... 25
9. Grafik Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin ... 27
10. Grafik Distribusi Responden menurut Umur ... 27
11. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Lengan ... 28
12. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Bahu ... 29
13. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Lutut... 30
14. Saat Peregangan ekstensi bahu... 52
15. Saat Peregangan ekstensi lengan ... 52
16. Saat Peregangan ekstensi lengan ... 52
xiii
DAFTAR TABEL
Hasil uji t berpasangan pada fleksi lengan sinistra dan dextra ... 44
Hasil uji t berpasangan pada ekstensi lengan sinistra dan dextra ... 45
Hasil uji t berpasangan pada fleksi bahu sinistra dan dextra... 46
Hasil uji t berpasangan pada ekstensi bahu sinistra dan dextra... 47
Hasil uji t berpasangan pada abduksi lengan sinistra dan dextra ... 48
Hasil uji t berpasangan pada fleksi lutut sinistra dan dextra ... 49
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Persetujuan Penelitian ( Informent Consent Form ) ... 39
2. Data Hasil Olahan SPSS ... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus
berlanjut secara alamiah dimulai sejak lahir dan dialami oleh semua mahkuk hidup.
Lanjut usia menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 adalah mereka yang
telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Diseluruh dunia penduduk lansia (usia 60
tahun ke atas) tumbuh sangat cepat bahkan tercepat dibandingkan kelompok usia
lainnya. Badan kesehatan dunia WHO menunjukan bahwa presentase penduduk
lanjut usia akan mencapai 9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan
menjadi 11,34 persen pada tahun 2020.(1)
Lanjut usia sering dikaitakan dengan usia yang sudah tidak produktif, bahkan
dikatakan menjadi beban bagi yang berusia produktif. Hal ini terjadi karena pada
lansia secara fisiologis mengalami kemunduran fungsi-fungsi dalam tubuh yang
menyebabkan lansia rentan terkena gangguan kesehatan. Memasuki lanjut usia
akan mengalami kemunduran secara fisik, kemunduran secara fisik akan terjadi
penurunan massa otot serta fleksibilitasnya. Sehingga, dapat mempengaruhi
kemampuan lansia dalam memenuhi aktivitasnya. Kemunduran secara fisik akibat
proses penuaan dapat dicegah pada lansia dengan melakukan berbagai komponen
2 fleksibilitas.(2)
Fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi dan otot,
serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam
ruang gerak maksimal yang diharapkan. Fleksibiltas dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah otot, tendon, ligamen, usia, jenis kelamin, suhu
tubuh dan struktur sendi. Fleksibilitas yang kurang dapat menyebabkan gerakan
lebih lamban dan rentan terhadapa cedera otot, ligamen, dan jaringan lainnya.
Dengan bertambahnya usia maka fleksibilitas seseorang akan berkurang. Cara
terbaik meningkatkan fleksibilitas adalah dengan latihan peregangan.(3)
Latihan peregangan penting untuk mencegah kemunduran massa otot.
Latihan-latihan itu dibagi atas dua jenis Latihan-latihan yaitu Latihan-latihan peregangan statis dan Latihan-latihan
peregangan dinamis. Dengan melakukan kedua latihan ini maka dapat
meningkatkan fleksibilitas.(4)
Berdasarkan pembahasan diatas penulis tertarik untuk meneliti latihan
peregangan terhadap fleksibilitas lansia.
B. Rumusan masalah
Bagaimana pengaruh latihan peregangan terhadap fleksibilitas lansia.
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
3 D. Manfaat Penelitian
Untuk bidang akademik / ilmiah :
Diharapkan dapat memberikan informasi tambahan tentang latihan
peregangan terhadap fleksibilitas lansia
Untuk pengembangan penelitian :
Sebagai suatu bahan acuan penelitian dasar yang diharapkan dapat menjadi
bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut.
Untuk pengabdian masyarakat :
Diharapkan dapat memberikan informasi dan edukasi tentang latihan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
Definisi Lansia
Menurut undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
mendefinisikan lanjut usia adalah seorang yangg karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial.(3)
Pengertian dan pengelolahan lansia meliputi:
Lansia adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya tergantung pada orang lain.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (1998) ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.(1,2)
Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia berdasarkan Depkes RI: Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
Lansia
5 Lansia beresiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang atau jasa
Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain
WHO (World Health Organization) membagi masa usia lanjut sebagai
berikut:
Usia 45-60 tahun, disebut middle age (setengah baya)
Usia 60-75 tahun, disebut elderly (usia lanjut)
Usia 75-90 tahun, disebut old ( tua)
Usia diatas 90 tahun, disebut very old ( tua sekali) (7,8)
B. Penuaan
Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem
akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Proses menua setiap individu
pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya dan sangat individual. Banyak faktor
yang mempengaruhi penuaan seseorang seperti genetic, asupan gizi, kondisi
6 Terdapat beberapa teori tentang penuaan:
Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Tiap spesies mempuyai jam genetik didalam nuclei (inti sel) yang telah
diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut ini bila jam kita
berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan
atau penyakit akhir yang faal. Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan
bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies
terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. Secara teoritis dapat
dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan
pengaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit dengan obat-obatan atau tindakan-tindakan tertentu.(2,7,8)
Mutasi somatic (teori Error Catastrophe)
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor-faktor lingkungan yang
menyebabkan terjadinya proses mutasi somatik. Menurut teori ini, terjadinya
mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan penurunan
kemampuan fungsional sel tersebut. Salah satu hipotesis yang berhubungan
dengan mutasi sel somatic adalah Hipotesis Error Catastrophe.
Menurut hipotesis tersebut, menua disebabkan oleh kesalahan- kesalahan
yang beruntun sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang
cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi, maupun dalam proses
7
salah, sebagai reaksi dari kesalahan-kesalahan lain yang berkembang secara
eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolism yang salah,
sehingga akan mengurangi fungsional sel. Walaupun dalam batas-batas tertentu
kesalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan
memperbaiki diri sendiri itu sifatnya terbatas pada kesalahan dalam proses
transkripsi (pembentukan RNA) yang tentu akan menyebabkan kesalahan
dalam proses translasi (pembuatan protein), maka akan terjadilah kesalahan
yang makin banyak, sehingga terjadi katastrop.(1,2,15)
Kerusakan akibat radikal bebas
Radikal bebas terbentuk dialam bebas, dan dalam tubuh jika fagosit pecah
dan sebagai produk sampingan didalam rantai pernapasan didalam mitokondria.
Untuk organisme aerobic, radikal bebas terutama terbentuk pada waktu
respirasi (aerob) didalam mitokondria, karena 90% oksigen diambil tubuh,
masuk kedalam mitokondria. Waktu terjadi proses tersebut oksigen dilibatkan
dalam mengubah bahan bakar menjadi ATP, melalui enzim-enzim respirasi
didalam mitokondria, maka radikal bebas akan dihasilkan sebagai zat antara.
Radikal bebas yang terbentuk tersebut adalah: superoksida (O2), radikal
hidroksil (OH), dan juga hidrogen peroksida (H2O2). Radikal bebas bersifat
merusak, karena sangat reaktif sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein,
asam lemak tak jenuh, seperti dalam membrane sel. Tubuh sendiri sebenarnya
mempunyai kemampuan untuk menangkal radikal bebas, dalam bentuk enzim.
Disamping itu radikal bebas dapat juga dinetralkan menggunakan senyawa non
8
Walaupun telah ada sistem penangkal, namun sebagian radikal bebas tetap
lolos, bahkan makin banyak radikal bebas terbentuk sehingga proses
pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin banyak dan akhrnya sel
mati.(2,7,10)
Teori Wear And Tear (Dipakai dan Rusak)
Teori ini menyatakan bahwa pemakaian dan keausan lambat akan
menimbulkan detoriorisasi. Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi
sampah metabolic atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA. Sel somatik
normal memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan
fungsinya. Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak
beregenerasi. Teori Wear And Tear mengungkapkan bahwa organisme
memiliki energi tetap yang tersedia dan akan habis sesuai dengan waktu yang
diprogramkan.(2,8,17)
Teori imunitas
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama
proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam
pertahanan terhadap organism easing yang masuk kedalam tubuh sehingga
lansia akan sangat mudah mengalami infeksi dan kanker. Perubahan sistem
imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya
keseimbangan dalam sel T untuk memproduksi antibodi dalam kekebalan tubuh
menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang
terjadi merupakan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu
9 Teori Neuroendokrin
Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang
terjadinya proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya
keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem
saraf. Hormon dalam tubuh berperan dalam mengorganisasi organ-organ tubuh
melaksanakan tugasnya dan menyeimbangkan fungsi tubuh apabila terjadi
gangguan dalam tubuh.
Pengeluaran hormon diatur oleh hipotalamus dan hipotalamus juga
merespon tingkat hormon tubuh sebagai panduan untuk aktivitas hormonal.
Pada lansia, hipotalamus kehilangan kemampuan dalam pengaturan dan sebagai
reseptor yang mendeteksi hormone individu menjadi kurang sensitif. Oleh
karena itu, pada lansia banyak hormon yang tidak dapat disekresi dan
mengalami penurunan kreefektivitasan. Penurunan kemampuan hipotalamus
dikaitkan dengan hormon kortisol. Kortisol dihasilkan dari kelenjar adrenal
(terletak diginjal) dan kortisol bertanggung jawab untuk stress.
Hal ini dikenal sebagai salah satu dari beberapa hormon yang meningkat
dengan usia. Jika kerusakan kortisol hipotalamus, maka seiring waktu
hipotalamus akan mengalami kerusakan. Kerusakan ini kemudian dapat
menyebabkan ketidakseimbangan hormon sebagai hipotalamus kehilangan
kemampuan untuk mengendalikan sistem.(2,16,17)
C. Definisi Fleksibilitas
Fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi dan otot,
serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam
10
Fleksibilitas statis dan Fleksibilitas dinamis. Pada fleksibilitas statis ditentukan oleh
ukuran dari luas gerak satu persendian atau beberapa persendian. Sedangkan
fleksibilitas dinamis adalah kemampuan seseorang dalam bergerak dengan
kecepatan tinggi.(4,6)
Istilah fleksibilitas pada dasarnya mencakup dua hal yang saling berhubungan,
yaitu kelentukan dan kelenturan. Kelentukan terkait erat dengan keadaan tulang dan
persendian sedangkan kelenturan terkait erat dengan tingkat elastilitas otot, tendon
dan ligamen. Dengan demikin unsur kelentukan dan kelenturan akan menjamin
keluasan gerak pada persendian dan memudahkan otot, tendon dan ligamen serta
persendian pada saat melakukan gerak.(4,6,22)
D. Hubungan fleksibilitas dengan lansia
Fleksibilitas membuat tubuh memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai
gerakan. Beberapa faktor dapat mempengaruhi fleksibilitas di antaranya otot,
tendon, ligamen, usia, jenis kelamin, suhu tubuh dan struktur sendi(4,6). Usia
merupakan hal yg mempengaruhi fleksibilitas, semakin tua usia seseorang semakin
menurun fleksbilitas. Memasuki lanjut usia akan mengalami kemunduran secara
fisik, kemunduran secara fisik akan terjadi penurunan massa otot dan sendi. Otot
dan sendi merupakan hal terpenting dalam fleksibilitas. Sehingga, dapat
mempengaruhi kemampuan lansia dalam melakukan aktivitasnya. Kemunduran
secara fisik akibat proses penuaan dapat dicegah pada lansia dengan melakukan
berbagai komponen latihan. Komponen latihan pada lansia dapat diberikan dengan
11 E. Sendi
Pengertian Sendi
Sendi, persambungan atau artikulatio adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka
Klasifikasi Sendi
Sendi sinartrosis atau sendi mati. Secara struktural, persendian ini di
bungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.
i. Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan jaringan ikat
fibrosa rapat dan hanya ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh
sutura adalah sutura sagital dan sutura parietal.
ii. Sinkondrosis adalah sendi yang tulang – tulangnya dihubungkan
dengan kartilago hialin. Salah satu contohnya adalah lempeng
epifisis sementara antara epifisis dan diafisis pada tulang panjang
seorang anak. Saat sinkondrosis sementara berosifikasi, maka
bagian tersebut dimanakan sinostosis.(4,18,19,)
Amfiartosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang
memungkinkan terjadinya sedikit gerakan sebagai respons terhadap
torsi dan kompresi.
i. Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan
diskus kartilago. Yang menjadi bantalan sendi yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan. Contoh simfisis adalah simfisis pubis
antara tulang – tulang pubis dan diskus intervebralis antar badan
12
ii. Sindesmosis terbentuk saat tulang – tulang yang berdekatan
dihubungkan dengan serat – serat jaringan ikat kolagen. Contoh
sindesmosis dapat ditemukan pada tulang yang terletak bersisian dan
dihubungkan dengan membran interoseus, seperti pada tulang radius
dan ulna, serta tibia dan fibula.
iii. Gomposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk
dengan pas dalam kantong tulang. Seperti pada gigi yang tertanam
pada alveoli (kantong) tulang rahang. Pada contoh tersebut, jaringan
ikat fibrosa yang terlihat adalah ligamen peridontal.(4,18,21) Diartrosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas , disebut juga sendi
sinovial. Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial,
suatu kapsul sendi (artikular) yang menyambung kedua tulang, dan
ujung tulang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular. Ada
beberapa jenis sendi sinovial, yaitu :
i. Sendi peluru, yaitu memungkinkan gerakan bebas penuh. Misalnya:
persendian panggul dan bahu.
ii. Sendi engsel, yaitu memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu
arah. Contoh : siku dan lutut.
iii. Sendi pelana (sendi pelana dua sumbu), yaitu memungkinkan
gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus. Contoh : sendi
pada dasar ibu jari.
iv. Sendi pivot, yaitu memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas
seperti memutar pegangan pintu. Contoh : sendi antara radius dan
13
v. Sendi peluncur, yaitu memungkinkan gerakan terbatas kesemua
arah. Contoh : sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan
tangan.(4,20)
Gerakan pada Sendi
a. Fleksi adalah gerakan yang memperkecil sudut antara 2 tulang atau 2
bagian tubuh, seperti saat menekuk siku (menggerakkan lengan ke arah
depan). Menekuk lutut (menggerakkan tungkai ke arah belakang).
b. Dorsofleksi yaitu gerakan menekuk telapak kaki di pergelangan ke arah
depan (meninggikan bagian dorsal kaki).
c. Plantar fleksi yaitu gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan
kaki.
d. Ekstensi adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang atau
dua bagian tubuh.
e. Hiperekstensi mengacu pada gerakan yang memperbesar sudut pada
bagian-bagian tubuh melebihi 180º, seperti gerakan menekuk torso atau
kepala ke arah belakang.
f. Abduksi adalah gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh,
seperti saat merebahkan lengan
g. Aduksi adalah gerakan bagian tubuh saat kembali ke aksis utama tubuh
atau aksis longitudinal tungkai.
h. Rotasi adalah gerakan tulang yang berputar di sekitar aksis pusat tulang
itu sendiri tanpa mengalami dislokasi lateral, seperti saat
menggelengkan kepala untuk menyatakan tidak.
14
mengakibatkan telapak tangan menghadap ke belakang.
j. Supinasi adalah rotasi lateral lengan bawah, yang mengakibatkan
telapak tangan menghadap ke depan.
k. Sirkumduksi adalah kombinasi dari semua gerakan angular dan berputar
untuk membuat ruang membentuk kerucut, seperti saat mengayunkan
lengan membentuk putaran. Gerakan seperti ini dapat berlangsung pada
persendian panggul, bahu, trunkus, pergelangan tangan, dan persendian
lutut.
l. Inversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan
telapak kaki menghadap ke dalam atau ke arah medial.
m. Eversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan
telapak kaki menghadap ke arah luar. Gerak inversi dan eversi pada kaki
sangat berguna untuk berjalan di atas daerah yang rusak dan berbatu.
n. Protraksi adalah memajukan bagian tubuh, seperti saat menonjolkan
rahang bawah ke depan.
o. Retraksi adalah gerakan menarik bagian tubuh ke arah belakang, seperti
meretraksi mandibula, atau meretraksi girdel pektoral untuk
membusungkan dada.
p. Elevasi adalah pergerakan struktur ke arah superior, seperti saat
mengatupkan mulut atau mengangkat bahu.(4,18)
F. Otot
Pengertian Otot
Otot adalah suatu jaringan yang mempunyai kemampuan untuk
15
Fungsi otot yang utama adalah sebagai alat gerak aktif.(19,20)
Jenis-jenis otot
Otot manusia dibedakan menjadi tiga jenis yaitu otot rangka, otot jantung
dan otot polos Otot polos
Otot Polos adalah otot yang bersifat ‘involunter’ yang berarti otot ini bekerja
secara tidak sadar / tidak menurut kehendak. Otot ini berkontraksi secara
lambat, namun dapat bekerja dalam waktu yang lama. Penggunaan energi
saat kontraksi pada otot polos ini sangat efisien.Otot polos memiliki 1 inti
sel yang terletak di tengah. Serat otot polos berbentuk gelendong. Otot ini
tersusun atas sel-sel yang berbentuk lancip dan memanjang. Contoh organ
yang disusun oleh otot polos adalah sebagian besar organ pencernaan seperti
esophagus, intestinum dan kolon.
Gambar 1 : Otot Polos (19)
Ada dua jenis otot polos berdasarkan cara serabut saraf otot distimulasi
untuk berkontraksi, yaitu:
i. Otot Polos Unit Ganda, otot ini memerlukan stimulus saraf eksternal
16
yang memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil.
ii. Otot Polos Unit Tunggal (viseral), otot ini tidak memerlukan
stimulus saraf eksternal untuk melakukan kontraksi, contoh otot ini
terdapat pada lapisan dinding organ berongga (visera).(18,19) Otot Rangka
Otot rangka ini merupakan kebalikan dari otot polos. Otot rangka
bekerja secara sadar, artinya bekerja menurut kehendak, setiap kerja dari
otot rangka tergantung kepada keinginan seseorang. Otot rangka memiliki
banyak inti sel , itulah yang membuat nya mampu bekerja kuat, namun otot
ini mudah lelah. Mudah lelah disini artinya tidak bisa melakukan suatu
pekerjaan secara terus menerus tanpa istirahat. Beda halnya dengan otot
jantung. Otot ini memiliki sel-sel berbentuk silinder yang sangat panjang.
Disebut otot rangka karena melekat pada rangka tubuh. Strukturnya dapat
dilihat pada gambar di bawah.(18-20)
Gambar 2 : Otot Lurik (18,19) Otot Jantung
Otot jantung biasanya disebut juga myocardium, myo artinya otot, dan
cardium artinya jantung. Jadi seperti namanya otot ini merupakan yang otot
17
jantung merupakan gabungan dari otot polos dan otot rangka (otot lurik).
Bentuk dari otot jantung ini serupa dengan otot rangka (berbentuk silinder
panjang namun memiliki inti di tengah) tapi sifat nya serupa dengan otot
polos (bekerja secara involunter). Otot ini bekerja secara terus menerus
tanpa lelah dan tidak pernah beristirahat, kerjanya tidak diatur oleh sistem
persarafan, namun suatu sistem pengatur aliran listrik jantunglah yang
membuat otot ini bekerja tanpa henti.(18,19,21)
Gambar 3 : Otot Jantung (18,19)
G. Ligamen dan Tendon
Pengertian dan Fungsi Ligamen
Ligamen (ligamentum) adalah suatu jaringan berbentuk pita yang tersusun
dari serabut-serabut liat yang terdiri dari jaringan ikat keadannya kenyal dan
fleksibel yang mengikat tulang satu dengan tulang lain. Jaringan pengikat
tersebut mengikat ujung tulang yang saling membentuk persendian. Ligamen
mempertemukan kedua ujung tulang dan mempertahankan stabilitas. Salah satu
komponen penunjang sendi yaitu ligamen adalah jaringan pengikat yang
18
adanya ligamen maka antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya tidak
akan menyatu dan tidak mungkin bisa melakukan gerak saat otot berkontraksi.
Walaupun bisa, gerakan yang ditimbulkan tidak akan sempurna (11,22)
Gambar 4 : Ligament (16) Pengertian Tendon
Tendon adalah jaringan lunak yang menghubungkan jaringan otot dengan
tulang, mirip dengan ligamen yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Tendon terdiri dari kolagen, protein berserat, dan sering disebut sebagai
jaringan kolagen. Dengan adanya tendon akan memudahkan pergerakan tubuh
untuk melakukan aktifitas.
19 Fungsi Tendon
Fungsi tendon adalah untuk bertindak sebagai peregangan dan mekanisme
rekoil (kembali) yang mentransmisikan gaya yang dihasilkan oleh otot ke tulang
atau sendi yang terpasang. Saat kontraksi otot, tendon akan meregang dan
kemudian menarik kembali panjang ke ukuran pendek atau mundur. Rekoil ini
mentransmisikan energi dari kontraksi otot pada sendi dan menghasilkan
gerakan.(11,22)
H. Metode-metode Latihan Untuk Meningkatkan Fleksibilitas
Kelenturan dapat dikembangkan melalui latihan-latihan peregangan otot serta
harus dilatih secara khusus, karena perbaikan pada komponen ini akan mendukung
terhadap kelincahan, serta dapat juga menghindari timbulnya cedera.
Ada dua metode latihan untuk mengembangkan fleksiblitas.(5,23,28) Metode latihan peregangan dinamis
Metode pergerakan dinamis disebut juga metode balistik. Metode ini
dilakukan sendiri tanpa memerlukan bantuan dari pihak lain. Adapun mengenai
pelaksanaan gerakannya sebagai berikut :
Gambar 6 : Metode Peregangan Dinamis (23,24)
Peregangan dinamis biasanya dilakukan dengan menggerak-gerakkan tubuh
20
memutarkan anggota tubuh sedemikian rupa sehingga otot-otot terasa
terenggangkan, maksudnya adalah untuk secara bertahap meningkatkan secara
progresif ruang gerak sendi-sendi. Metode peregangan dinamis dapat di lihat
pada gambar 6 di atas.
Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan
peregangan dinamis :
Lakukanlah pemanasan (warm-up)
Lakukan gerakan penuh konsentrasi dan hati-hati(25,27)
Metode dinamis merupakan salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan
fleksibilitas. Gerakan-gerakan peregangan yang cepat dan kuat akan
menyebakan terjadinya refleks regang. Oleh karena gerakan yang dinamis,
refleks ini yang berfungsi untuk melindungi otot dari cedera akibat peregangan
yang berlebihan, akan menyebabkan otot yang teregang tadi untuk berkontraksi
jadi memendek kembali. Dan kontraksi ini justru akan menghalangi otot untuk
bisa meregang secara maksimal.(26,27)
Metode latihan peregangan statis
Metode peregangan statis merupakan salah satu metode latihan peregangan
yang dapat meningkatkan fleksibilitas. Metode ini juga dilakukan sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain seperti pada metode peregangan dinamis. Yang
membedakannya adalah pada peregangan dinamis terjadi gerakan
merenggut-renggutkan badan, namun dalam peregangan statis, pelaku mengambil sikap
sedemikian rupa dan mempertahankan sikap tersebut secara statis selama 20
detik sehingga meregangkan suatu kelompok otot tertentu. Metode peregangan
21
Gambar 7 : Metode peregangan Statis (23,24)
Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan
peregangan statis adalah sebagai berikut :
Regangkan otot secara perlahan-lahan dan tanpa kejutan
Segera terasa regangan pada otot, berhentilah sebentar, kemudian
lanjutkan regangan sampai terasa agak sakit; berhenti lagi; kemudian
lanjutkan regangan sampai sedikit melewati titik rasa sakit, bukan
sampai terasa sakit yang ekstrim
Pertahankan sikap terakhir ini secara statis selama 20-30 detik
Seluruh tubuh lainnya tinggal rileks, terutama otot-otot antagonisnya
(yang diregangkan), agar ruang gerak sendi mampu untuk meregang
lebih luas
Bernapaslah terus, jangan menahan napas
Selama mempertahankan sikap statis selama 20-30 detik, kembalilah ke
sikap semula secara perlahan-lahan, agar ototnya tidak berkontraksi.
Sebab kontraksi ini akan memberikan rangsangan kepada otot yang baru
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental lapangan dengan rancangan pre-post test
design.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November – Desember 2014 dengan lokasi
penelitian yaitu di Badan Penyaluran Lanjut Usia (BPLU) Senja Cerah Manado,
Paniki Bawah
C. Populasi Sampel
Populasi :
Seluruh lansia yang berada di BPLU Senja Cerah Sampel :
Lansia yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :
Tidak sedang mengalami sakit otot dan sendi
Sehat saat dilakukan penelitian
Berumur 60-80 tahun
Bersedia menjadi subjek penelitian
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas : Latihan peregangan
23 E. Definisi Operasional Variabel
Lansia : Seorang yang berumur 60 tahun ke atas
Fleksibilitas: kemampuan melakukan gerakan dalam ruang lingkup gerak
sendi setelah itu lihat dengan menggunakan goniometer
F. Prosedur Penelitian
Tahap Persiapan:
Penjelasan kepada subjek penelitian; Sebelum penelitian, Lansia
diberikan penjelasan tentang rencana penelitian dan kriteria inklusi
penelitian.
Pemeriksaan kesehatan; Lansia sebelumn di jadikan subjek di periksa
kesehatannya, apakah lansia sedang mengalami sakit sendi, otot atau
tidak.
Pengisian kertas persetujuan (informed consent); Lansia yg memenuhi
kriteria inklusi Pelaksanaan Penelitian:
Datang ke BPLU Senja Cerah.
Dilakukan sosialisasi kepada perawat atau kepala bagian BPLU untuk
mendata lansia manakah yg memenuhi kriteria inklusi.
Usahakan lansia tidak mendapatkan program latihan peregangan di
BPLU
Lansia tidak sedang mengalami sakit otot dan sendi sebelum di lakukan
penelitian
Di lakukan pengukuran fleksibilitas dengan goniometer pada lansia
24
hasil pengukuran setelah dilakukan latihan peregangan.
Pengukuran dimulai dengan pengukuran fleksi lengan, ekstensi lengan,
fleksi bahu, ekstensi bahu, abduksi bahu, fleksi lutut, ekstesi lutut
Setelah dilakukan pengukuran, latihan peregangan mulai dilaksanakan
dengan edukasi terlebih dahulu kepada lansia mengenai
langkah-langkah metode latihan peregangan
Dalam latihan peregangan di pakai 2 metode yaitu, metode dinamis dan
statis. Metode dinamis dilakukan dengan menggerakan anggota tubuh
secara berulangkali tapi teratur dan metode statis dilakukan dengan
meregangkan otot secara perlahan-lahan dengan menahan 20-30 detik.
Edukasi pada lansia untuk melakukan latihan peregangan untuk
berulang kali.
Dilakukan 1 kali 1 hari tiap bangun tidur selama 3 minggu setelah itu
dilakukan pengukuran kembali
Kemudian ukur fleksibilitas dengan goniometer
25
Gambar 8 : Alur Penelitian
G. Pengelolahan Data
Data di ambil kemudian dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan
perangkat lunak SPSS dan dilakukan uji statistik. Lansia
Dilakukan pengukuran Fleksibilitas sebelum latihan
peregangan
Lakukan latihan peregangan
Edukasi sampai berapa hari melakukan latihan
peregangan
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental lapangan dengan rancangan pre post
design yang dilakukan sejak bulan November 2014 sampai bulan Januari 2015 di
BPLU Senja Cerah Paniki bawah, pada awal penelitian terlebih dahulu meminta
izin kepada kepala BPLU untuk melakukan penelitian dengan membawa surat izin
penelitian yang dikeluarkan dari bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan sosialisasi kepada
lansia yang berada di BPLU Senja Cerah.
Pada penelitian ini, peneliti mengambil 30 orang lansia yang sesuai dengan
kriteria inklusi dari jumlah 40 orang lansia yang tinggal di BPLU. Sebelum
dilakukan penelitian 30 orang lansia telah mengisi informed consent, setelah itu
dilakukan pengukuran lingkup gerak sendi (LGS) terlebih dahulu sebelum
melakukan latihan peregangan.
B. Hasil Penelitian
Hasil analisis data secara univariat menjelaskan tentang distribusi frekuensi
responden berdasarkan jenis kelamin dan umur responden. Jenis Kelamin
Berdasarkan analisis data deskriptif, dari 30 responden penelitian telah
27
Gambar 9: Grafik Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden lansia
yang diambil adalah berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 18
responden (60%) dan laki-laki berjumlah 12 responden (40%).
Umur
Berdasarkan analisis data deskriptif, dari 30 responden penelitian telah
diperoleh data umur seperti gambar berikut.
Gambar 10 : Grafik Distribusi Responden menurut Umur
12 40,0% 18 60,0%
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan 13 43,3% 17 56,7%Umur
60-74 thn 75-90 thn28
Berdasarkan gambar 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
lansia yang diambil adalah mempunyai golongan umur 75-90 tahun dengan
jumlah 17 responden (56,7%) dan golongan umur 60-74 tahun berjumlah 13
responden (43,3%)
Perbandingan Mean Pre Post Latihan Peregangan Terhadap Fleksibilitas
Lansia
Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Lengan
Perbandingan nilai rata-rata fleksibilitas pada lengan lansia dapat dilihat
pada gambar 11 berikut.
Gambar 11. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Lengan Berdasarkan gambar 11 dapat dilihat perbandingan nilai fleksibilitas
lengan pada lansia, dimana sebelum dilakukan latihan peregangan nilai
fleksibilitas fleksi lengan sinistra adalah 38,20, setelah dilakukan latihan
peregangan menjadi 39,13. Nilai fleksibilitas fleksi lengan dextra sebelum
latihan peregangan adalah 38,56, setelah dilakukan latihan peregangan
menjadi 38,73. Nilai fleksibilitas ekstensi lengan sinistra sebelum
0 50 100 150 200 Fleksi Lengan Sinistra Fleksi Lengan Dextra Ekstensi Lengan Sinistra Ekstensi Lengan Dextra Pre 38,2 38,56 178,36 178,33 Post 39,13 38,73 179,36 179,33 Fl exi bi lit as Pre Post
29
peregangan adalah 178,36, setelah dilakukan latihan peregangan menjadi
179,36. Nilai fleksibilitas ekstensi lengan dextra sebelum peregangan
adalah 178,33, setelah dilakukan latihan peregangan menjadi 179,33.
Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Bahu
Perbandingan nilai rata-rata fleksibilitas pada bahu lansia dapat dilihat
pada gambar 12 berikut.
Gambar 12. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Bahu
Berdasarkan gambar 12 dapat dilihat perbandingan nilai fleksibilitas
bahu pada lansia, dimana sebelum dilakukan latihan peregangan nilai
fleksibilitas fleksi bahu sinistra adalah 178,36, setelah dilakukan latihan
peregangan menjadi 179,36. Nilai fleksibilitas fleksi bahu dextra sebelum
latihan peregangan adalah 178,40, setelah dilakukan latihan peregangan
menjadi 179,26. Nilai fleksibilitas ekstensi bahu sinistra sebelum
peregangan adalah 91,83, setelah dilakukan latihan peregangan menjadi
58,00. Nilai fleksibilitas ekstensi bahu dextra sebelum peregangan adalah
0 50 100 150 200 Fleksi Bahu Sinistra Fleksi Bahu Dextra Ekstensi Bahu Sinistra Ekstensi Bahu Dextra Abduksi Bahu Sinistra Abduksi Bahu Dextra Pre 178,36 178,4 91,83 91,66 178,23 178,3 Post 179,36 179,26 58 58,2 179,3 179,23 Fl exi bi lit as Pre Post
30
91,66, setelah dilakukan latihan peregangan menjadi 58,20. Nilai
fleksibilitas abduksi bahu sinistra sebelum peregangan adalah 178,23,
setelah dilakukan latihan peregangan menjadi 179,30. Nilai fleksibilitas
abduksi bahu dextra sebelum peregangan adalah 178,30, setelah dilakukan
latihan peregangan menjadi 179,23.
Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Lutut
Perbandingan nilai rata-rata fleksibilitas pada lutut lansia dapat dilihat
pada gambar 13 berikut.
Gambar 13. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Fleksibilitas pada Lutut Berdasarkan gambar 13 dapat dilihat perbandingan nilai fleksibilitas
lutut pada lansia, dimana sebelum dilakukan latihan peregangan nilai
fleksibilitas fleksi lutut sinistra adalah 132,53, setelah dilakukan latihan
peregangan menjadi 133,33. Nilai fleksibilitas fleksi lutut dextra sebelum
latihan peregangan adalah 132,53, setelah dilakukan latihan peregangan
menjadi 133,43. Nilai fleksibilitas ekstensi lutut sinistra sebelum
0 50 100 150 200 Fleksi Lutut Sinistra Fleksi Lutut Dextra Ekstensi Lutut Sinistra Ekstensi Lutut Dextra Pre 132,53 132,53 178,23 178,3 Post 133,33 133,43 179,36 179,26 Fl e xi b ili ta s Pre Post
31
peregangan adalah 178,23, setelah dilakukan latihan peregangan menjadi
179,36. Nilai fleksibilitas ekstensi lutut dextra sebelum peregangan adalah
178,30, setelah dilakukan latihan peregangan menjadi 179,26.
C. Pembahasan
Hasil karakteristik univariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden
lansia adalah perempuan sebanyak 18 responden (60%) dan laki-laki sebanyak 12
responden (40%). Sedangkan dari segi umur, berdasarkan kategori lansia menurut
World Health Organization, rentang umur 60-74 tahun yaitu termasuk dalam golongan lanjut usia berjumlah 13 responden (43,3%) dan rentang umur > 75 tahun
yaitu termasuk golongan lanjut usia tua sebanyak 17 responden (56,7%). Pada
lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi.
Analisis statistik digunakan untuk melihat pengaruh latihan peregangan
terhadap fleksibilitas lansia berdasarkan pengukuran lingkup gerak sendi (LGS).
Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan Uji t berpasangan , terdapat
pengaruh peregangan pada beberapa lingkup gerak sendi pada lansia di BPLU Senja
Cerah Manado. Lingkup gerak sendi yang ada pengaruhnya adalah pada fleksi
lengan sinistra,, ekstensi lengan sinistra, ekstensi lengan sinistra, ekstensi lengan
dextra, fleksi bahu sinistra, fleksi bahu dextra, ekstensi bahu sinistra, ekstensi bahu
dextra, abduksi bahu sinistra dan abduksi bahu dextra, fleksi lutut sinistra, fleksi
lutut dextra, ekstensi lutut sinistra dan ekstensi lutut dextra. Sedangkan lingkup
32
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kecuali pada fleksi lengan dextra p=0,134
(p>0,05), semua lingkup gerak sendi ternyata fleksibilitas pada lansia dapat
dipengaruhi oleh peregangan (p < 0,05). Latihan fleksibilitas adalah aktivitas untuk
membantu mempertahankan kisaran gerak sendi, yang diperlukan untuk melakukan
aktivitas fisik dan tugas sehari-hari secara teratur. Latihan fleksibilitas dianjurkan
dilakukan 1 hari 1 kali selama 3 minggu hari pada saat bangun tidur. Latihan dengan
melibatkan peregangan otot dan sendi. Intensitas latihan dilakukan dengan
memperhatikan rasa tidak nyaman atau nyeri. Peregangan dilakukan 1-2 kali, untuk
masing-masing gerakan dipertahankan 10-30 detik. Peregangan dilakukan terutama
pada kelompok otot-otot besar, dimulai dari otot-otot kecil. Dari hasil penelitian
yang dilakukan pada lansia di BPLU Senja Cerah Manado sebelum dan setelah
peregangan dapat dilihat perkembangan fleksibilitas dengan menggunakan
goniometer.
Kesoema dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat peningkatan
kemampuan kontraksi maksimal otot dasar panggul pada wanita lansia. Dalam
penelitiannya menyatakan bahwa terdapat pengaruh senam lansia terhadap
kemampuan fungsional pada lansia yang mengalami nyeri punggung. Berbagai
latihan sebisa mungkin dilakukan pada lansia dengan memperhatikan faktor
keamanan pada lansia. Hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan efektifitas
anggota gerak badan pada lansia. (31)
Pemaron menyatakan ada pengaruh peregangan statis dan dinamis terhadap
perubahan intensitas nyeri sendi lutut pada lansia dengan osteoarthritis. Sendi lutut
merupakan struktur tulang dari tungkai atas dan tungkai bawah yaitu tulang femur,
33
lutut mempunyai gerakan diantaranya fleksi, ekstensi, eksternal rotasi. Gerakan
fleksi dari posisi full ekstensi, dimulai gerakan rotasi secara simultan tibia terhadap
femur melalui kontraksi otot popliteus, selanjutnya terjadi gerakan fleksi aktiv
akibat kontraksi M. Hamsting. Pada gerakan fleksi-ekstensi maka meniscus akan
menguat terhadap tibia yang bergerak terhadap femur. Pada gerakan rotasi dengan
fleksi lutut, maka meniscus akan bergerak mengikuti femur terhadap tibia.
Ligamentum cruciatum anterior akan mengalami penegangan saat ekstensi dan
mengendor saat fleksi. Gerakan rotasi eksternal tibia terhadap femur pada 20 derajat
menuju posisi ekstensi disebut mekanisme screw home dan keaadan tersebut
dipengaruhi susunan kondilus dan pengendalian struktur ligamentosa. Ligamentum
yang berhubungan dengan kapsula sendi akan tertarik kearah anterior dan keatas,
sehinggga mencegah terjadinya pergerakan antara condylus pada sisi yang
berlawanan. (30)
Ada tiga facet sendi pada permukaan persendian dari femur. Pada pergerakan
menuju fleksi menuju ekstensi, maka hubungan antara permukaan sendi melalui
dari facet medial dan selanjutnya kefacet interior. Kerja otot pada pergerakan
ekstensi dilakukan oleh kelompok otot bicep femoris. Struktur ligament akan
membantu ekstensi lutu ketika tibia menguat pada posisi menumpu berat badan.
Saat lutut bergerak dari fleksi ke ekstensi, gerakan kondylus lateral akan dihentikan
pada gerak sendi 160 derajat oleh ligamen cruciatum anterior dan ligamentum
colateralis. Selanjutnya dari kontraksi quadriceps menyebabkan kondylus medialis
akan menambah jangkauan jarak gerak sendi sebesar 20 derajat (untuk menambah
full fleksi menjadi 180 derajat) dan menimbulkan gerakan internal rotasi tibia
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan, dengan
uji statistik konfidensi interval 95% (<0,05) diperoleh nilai signifikan p=0,000 (p<0,05) pada fleksi lengan sinistra, ekstensi lengan sinistra, ekstensi lengan
dextra, fleksi bahu sinistra, fleksi bahu dextra, ekstensi bahu sinistra, ekstensi
bahu dextra, abduksi bahu sinistra dan abduksi bahu dextra, fleksi lutut sinistra,
fleksi lutut dextra, ekstensi lutut sinista dan ekstensi lutut dextra. Sedangkan
pada fleksi lengan dextra diperoleh nilai p=0,134 (p>0,05). Dengan demikian
dapat di simpulkan :
Terdapat pengaruh peregangan lingkup gerak sendi pada fleksibilitas lansia
yaitu pada fleksi lengan sinistra, ekstensi lengan sinistra, ekstensi lengan
sinistra, ekstensi lengan dextra, fleksi bahu sinistra, fleksi bahu dextra,
ekstensi bahu sinistra, ekstensi bahu dextra, abduksi bahu sinistra dan
abduksi bahu dextra, fleksi lutut sinistra, fleksi lutut dextra, ekstensi lutut
dextra dan ekstensi lutut sinistra
Tidak dapat pengaruh peregangan pada fleksibilitas fleksi lengan dextra.
B. Saran
Di anjurkan agar latihan peregangan yang dilakukan tetap dipertahankan
untuk meningkatkan fleksibilitas lansia.
Perlu penelitian lebih lanjut dengan jumlah subjek penelitian yang lebih
35
Lansia dianjurkan untuk melakukan latihan peregangan sesuai dengan
36
DAFTAR PUSTAKA
Azizah M, Lilik. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2011. H 1-10
Padila. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta. Medical Book. 2013. H 4-6 ; 89-90
Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2009.
Susanto, Rudy. Meningkatkan fleksibilitas tubuh dengan gerakan
sederhana.2013. Avaible From:
http://www.indotopinfo.com/meningkatkan-fleksibilitas-tubuh.html
Herdiansyah B, Akbar D. Bentuk-bentuk latihan Streatching.
Bandung.2012. Avaible From
http://herdiansyahagus.blogspot.com/2013/03/bentuk-bentuk-latihan-fleksibilitas_26.html
Anderson, Bob. 2005. Streatching ( Peregangan ). Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta
Pudjiastuti SS, Utomo B. Fisioterapi pada lansia. Jakarta.ECG.2002
Tamher S, Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.Salemba Medika. Jakarta.2009
Maryam, Sitti. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba Medika.2008.h.74-76.
Jin K. Modern Biological Theories of Aging. Aging and Disease. 2010;1:72-4.
Wibowo S, Daniel. Anatomi Fungsional Elementer & Penyakit yang menyertainya. Jakarta. Grasindo. 2013
37
Aswin S. Pengaruh Proses Menua Terhadap Sistem Muskuloskletal. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM; 2003, h.10-20.
Suryanto. Sehat di Usia Lanjut. Yogyakarta: Majora; 1998.
Pranarka K. Penerapan Geriatrik Kedokteran Menuju Usia Lanjut yang Sehat. Fakultas Diponegoro. 2006;25. h.190-2.
Setiati, dkk. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan. Edisi1. Jakarta: FKUI; 2000.
Abdul, N, dkk. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.h.5
Efendi F, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperrawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009
Watson, Roger. Anatomi & Fisiologi Untuk Perawat.edisi 10.Jakarta. ECG.2002.h.180-200
Silverthorn D. Fisiologi Manusia:Sebuah Pendekatan Integrasi. 6th ed. Jakarta.EGC.2012.p.414.
Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2008. H.67-75.
Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2007. H.82-83.
Sridianti.Fungsi ligament dan Tendon bagi tubuh. Jakarta. PT Gramedia.2011.h.203
Mukholid A. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Yudhistira; 2007.
Agus S, Setyawan. Latihan fisik fleksibilitas terhadap peningkatan tingkat kemandirian.Universitas Airlangga. Nodate [ cited 13 Okt 2014 ]. Available from: http://saif-fisip07.web.unair.ac.id
Daley D. 30 menit untuk bugar & sehat. Jakarta. PT. Buana Ilmu Populer. 2011.
38
Rohman W, S. Muskuloskeletal Fitness. Nodate [cited 2014 Okt 14]. Available from: http://www.ilmufisioterapi.info/muskuloskeletal-fitness.html
Sugani, Surya & P, Lucia. Cara Cerdas untuk sehat tanpa dokter. Jakarta. Trans Media Pustaka.2010.h.121
Mukholid A. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Yudhistira; 2007.
Yudha, Maza. Beri Tenaga Hidup anda Fitnes. Jakarta. Penebar plus+.
2006.h.38 & 68
Paramihta P. Latihan peregangan statis dan dinamis terhadap perubahan intensitas sendi lutut pada lansia.2014.vol 2, h.3
Kesoema,Tanti Ajoe. Perbandingan hasil aplikasi tens dan latihan volunteer terhadap kemampuan dan durasi kontraksi maksimal otot dasar panggul pada wanita lansia.2004.Master thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
39 Lampiran 1.
SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN (INFORMEND CONSENTS FORM)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Setelah mendapat keterangan secukupnya dengan mengetahui manfaat penelitian yang berjudul “PENGARUH LATIHAN PEREGANGAN TERHADAP FLEKSIBILITAS LANSIA“ maka saya dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian tersebut diatas dengan catatan, bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun saya berhak membatalkan persetujuan ini.
Manado, 2014
Mengetahui
40 Lampiran 2.
Lampiran
Output SPSS
41 T_test
44
Paired Samples Statistic
Mean N Std.
Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 Pre Fleksi Lengan
Sinistra 38,2000 30 1,54026 ,28121
Post Fleksi Lengan
Sinistra 39,1333 30 ,81931 ,14958
Pair 2 Pre Fleksi Lengan
Dextra 38,5667 30 1,27802 ,23333
Post Fleksi Lengan
Dextra 38,7333 30 1,17248 ,21406
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1
Pre Fleksi Lengan Sinistra - Post Fleksi Lengan Sinistra -,93333 ,94443 ,17243 -1,28599 -,58068 -5,413 29 ,000 Pair 2
Pre Fleksi Lengan Dextra - Post Fleksi Lengan Dextra
45
Paired Samples Statistic
Mean N Std.
Deviation
Std. Error Mean
Pair 3 Pre Ekstensi Lengan
Sinistra 178,3667 30 ,76489 ,13965
Post Ekstensi
Lengan Sinistra 179,3667 30 ,71840 ,13116
Pair 4 Pre Ekstensi Lengan
Dextra 178,3333 30 ,95893 ,17508
Post Ekstensi
Lengan Dextra 179,3333 30 ,75810 ,13841
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 3 Pre Ekstensi Lengan Sinistra - Post Ekstensi Lengan Sinistra -1,0000 ,69481 ,12685 -1,25945 -,74055 -7,883 29 ,000 Pair 4 Pre Ekstensi Lengan Dextra - Post Ekstensi Lengan Dextra -1,0000 1,08278 ,19769 -1,40432 -,59568 -5,058 29 ,000
46
Paired Samples Statistic
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 5
Pre Fleksi Bahu Sinistra- Post Fleksi Bahu Sinistra
-1,0000 1,11417 ,20342 -1,41604 -,58396 -4,916 29 ,000
Pair
6 Pre Fleksi Bahu Dextra - Post Fleksi Bahu Dextra -,86667 1,35782 ,24790 -1,37369 -,35965 -3,496 29 ,002 Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 5
Pre Fleksi Bahu Sinistra 178,3667 30 ,66868 ,12208
Post Fleksi Bahu
Sinistra 179,3667 30 ,71840 ,13116
Pair 6
Pre Fleksi Bahu Dextra 178,4000 30 ,93218 ,17019
47
Paired Samples Statistic
Mean N Std.
Deviation
Std. Error Mean
Pair 7 Pre Ekstensi Bahu
Sinistra 91,8333 30 38,76462 7,07742
Post Ekstensi Bahu
Sinistra 58,0000 30 ,83045 ,15162
Pair 8 Pre Ekstensi Bahu
Dextra 91,6667 30 38,92197 7,10615
Post Ekstensi Bahu
Dextra 58,2000 30 ,84690 ,15462
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 7
Pre Ekstensi Bahu Sinistra - Post Ekstensi Bahu Sinistra 33,833 38,77885 7,08002 19,35307 48,3135 4,779 29 ,000 Pair 8
Pre Ekstensi Bahu Dextra - Post Ekstensi Bahu Dextra
33,466
48
Paired Samples Statistic
Mean N Std.
Deviation
Std. Error Mean
Pair 9 Pre Abduksi Bahu
Sinistra 178,2333 30 ,72793 ,13290
Post Abduksi Bahu
Sinistra 179,3000 30 ,74971 ,13688
Pair 10 Pre Abduksi Bahu
Dextra 178,3000 30 ,95231 ,17387
Post Abduksi Bahu
Dextra 179,2333 30 ,77385 ,14129
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 9
Pre Abduksi Bahu Sinistra - Post Abduksi Bahu Sinistra -1,0666 1,01483 ,18528 -1,44561 -,68772 -5,757 29 ,000 Pair 10
Pre Abduksi Bahu Dextra - Post Abduksi Bahu Dextra
49
Paired Samples Statistic
Mean N Std.
Deviation
Std. Error Mean
Pair 11 Pre Fleksi Lutut Sinistra 132,5333 30 ,57135 ,10431
Post Fleksi Lutut Sinistra 133,3333 30 ,47946 ,08754
Pair 12 Pre Fleksi Lutut Dextra 132,5333 30 ,50742 ,09264
Post Fleksi Lutut Dextra 133,4333 30 ,50401 ,09202
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 11
Pre Fleksi Lutut Sinistra - Post Fleksi Lutut Sinistra
-,80000 ,76112 ,13896 -1,08421 -,51579 -5,757 29 ,000
Pair
12 Pre Fleksi Lutut Dextra - Post Fleksi Lutut Dextra
50
Paired Samples Statistic
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 13
Pre Ekstensi Lutut Sinistra - Post Ekstensi Lutut Sinistra -1,1333 ,86037 ,15708 -1,45460 -,81207 -7,215 29 ,000 Pair 14
Pre Ekstensi Lutut Dextra - Post Ekstensi Lutut Dextra -,96667 1,15917 ,21163 -1,39951 -,53382 -4,568 29 ,000 Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 13 Pre Ekstensi Lutut
Sinistra 178,2333 30 ,81720 ,14920
Post Ekstensi Lutut
Sinistra 179,3667 30 ,71840 ,13116
Pair 14 Pre Ekstensi Lutut
Dextra 178,3000 30 ,95231 ,17387
Post Ekstensi Lutut
51 Lampiran 3.
52
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 14 : Saat Peregangan ekstensi bahu Gambar 15 : Saat Peregangan
ekstensi lengan
53
54
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Renold Cristian Ibrahim. Dilahirkan di Kendari, 6 November 1994. Penulis merupakan anak kedua dari 2 bersaudara pasangan Ronald Anton Ibrahim (Ayah) dan Rini Yohanis (Ibu) dengan saudara bernama Reni Christiani Ibrahim. Penulis beragama Kristen Pantekosta. Riwayat pendidikan dari penulis yaitu:
TK Kuncup Mekar Kendari, tamat tahun 1999.
SD Kristen Kendari, tamat tahun 2005.
SMP Frater Kendari, tamat tahun 2008.
SMA Katolik Rajawali Makassar, tamat tahun 2011.
Diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Program Studi Kedokteran Umum Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 2011 dengan NRI 110 111 299.