• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 7.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 7.doc"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL

AMPLIFIER

UNIT : VI

NAMA

: REZA GALIH SATRIAJI

NOMOR MHS

: 37623

HARI PRAKTIKUM : SENIN

TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012

LABORATORIUM ELEKTONIKA DASAR

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

2012

I.

Pendahuluan

a.

Tujuan

Pada praktikum ini akan dilakukan perangkaian dan beberapa percobaan pada penguat operasional atau biasa disebut dengan Op-Amp yang memiliki nomor seri LM 741. Adapun tujuan daripada praktikum ini adalah untuk meneliti berbagai macam fungi dari Op-Amp tersebut. Maka akan dilakukan beberapa percobaan sebagai berikut :

- Penguat Tak Membalik (Non Inverting Amplifier) - Penguat Membalik (Inverting Amplifier)

- Penguat Beda (Defferensial Amplifier) - Penguat Integrator (Integrator Amplifier)

- Penguat Differensiator (Differensiator Amplifier) - Penguat Jumlah (Adder Amplifier)

Dari percobaan percobaan tersebut akan diperoleh hasil nilai yang akan dicantumkan dalam laporan resmi ini dan akan dianalisis untuk mendapatkan beberapa kesimpulan.

b.

Landasan Teori

Op-Amp atau penguat operatif merupakan suatu penguat DC dengan penguatan tinggi yang dapat digunakan pada frekuensi dari 0 sampai 1 MHz. Sesuai dengan istilah nya, op-amp adalah suatu IC yang memiliki 2 input tegangan dan 1 output tegangan dimana tegangan outputnya proposional terhadap perbedaan tegangan antara kedua inputnya tersebut. Didalamnya terdapat suatu rangkaian elektronika yang terdiri atas komponen aktif dan pasif seperti transistor, resistor atau diode. Jika op-amp ini ditambahkan pada suatu jenis rangkaian, masukkan dan suatu jenis rangkaian umpan balik, maka dapat digunakan untuk mengerjakan berbagai operasi matematika seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, mengintegrasi dan lain-lain. Op-amp terdiri dari beberapa bagian, yang pertama adalah penguat diferensial, lalu ada tahap penguatan (gain), selanjutnya ada rangkaian penggeser level (level

shifter) dan kemudian penguat akhir yang biasanya dibuat dengan

penguat push-pull kelas B.

(3)

Diagram Schematic Simbol Op-Amp

Gambar diatas merupakan symbol Op-Amp dengan 2 input yaitu non-inverting (+) dan input inverting (-). Pada umumnya op-amp bekerja dengan dual supply (+Vcc dan –Vee) namun banyak

juga op-amp dibuat dengan single supply (Vcc – ground). Simbol

rangkaian di dalam op-amp pada gambar di atas adalah parameter umum dari sebuah op-amp. Rin adalah resitansi input yang nilai

idealnya infinit (tak terhingga). Rout adalah resistansi output dan

besar resistansi idealnya 0 (nol). Sedangkan AOL adalah nilai

penguatan open loop dan nilai idealnya tak terhingga. Pada praktikum ini Op-Amp yang akan digunakan adalah Op-Amp LM 741 yang berbentuk DIL (Dial In Line) dengan kaki 8 pin seperti gambar berikut :

(4)

Op-Amp memiliki beberapa keuntungan dalam

penggunaannya yaitu memiliki penguatan (A) yang sangat

besar, Impedansi Input (Zin) yang besar, Hambatan Output

(Zout) yang kecil dan memiliki kemampuan interval

frekuensinya sangat lebar.

II.

Alat dan bahan

1. Alat yang disediakan Lab

- Multimeter Digital

- Osiloskop - Papan Board

- Papan power supply 445

- AFG (Audio Frequency Generator)

2. Bahan komponen

- IC LM 741 - R = 47 kΩ - R = 4.7 kΩ - R = 10 kΩ - R = 100 kΩ - R = 1 MΩ - R = 27 kΩ - R = 1.2 kΩ - R = 470 Ω - C = 10 nF - Jumper

III.

Gambar rangkaian dan analisis rangkaian

1. Penguat Tidak Membalik (Non Inverting Amplifier)

Pada percobaan pertama ini akan di uji fungsi sebuah Operasional Amplifier sebagai Penguat tak Membalik (Non Inverting Amp). Pertama rangkai pada papan board yang disediakan laboratorium dengan menggunakan Op-Amp LM 741 dengan 2 buah resistor bernilai 4.7K

Vin 4,7k 47k Vout LM741 R2 R1

(5)

dan 47K seperti yang terlihat pada gambar skema diatas. Lalu dihubungkan dengan power supply dengan masukan Vcc+= +15 Volt dan Vcc-= -15, AFG sebagai input dengan settingan frekuensi sebesar 1000 Hz, Vinput sebesar 2,18 Vpp dan Osiloskop sebagai output. Ukurlah Tegangan output dengan membaca layar osiloskop serta gambar gelombang input dan output. Maka dari data tersebut dapat dianalisis fungsi sebuah Op-Amp sebagai Penguat tak Membalik. Dengan karakteristik Op-Amp ideal, maka akan didapatkan rumus penguatan :

Sehingga sinyal yang dihasilkan pada penguat non-inverting ini sinyal outputnya akan sama dengan sinyal input dan akan dikuatkan dengan gain AV di atas.

2. Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)

Pada percobaan selanjutnya masih dengan menggunakan rangkaian yang sama tetapi terdapat beberapa perubahan yaitu letak penghubungan input. Perubahan tata letak rangkaian tersebut dikarenakan pada percobaan kedua ini akan diuji fungsi sebuah Op-Amp pada saat menjadi Penguat Pembalik (Inverting Op-Amplifier). Sedangkan pada Input dan Outputnya masih sama yaitu AFG sebagai Input dengan frekuensi sebesar 1000 Hz dan Vinput sebesar 2,16 Vpp sedangkan pada output dipakai osiloskop untuk melihat gambar gelombang yang dihasilkan. Seperti pada percobaan sebelumnya Op-Amp diasumsikan ideal, maka akan didapatkan penguatan :

Sehingga penguatan pada rangkaian tersebut bergantung pada besar nilai hambatannya yaitu R1 dan R2.

6 Rf 100k Vin Rin 10k 2 3 LM741 Vout

(6)

3. Penguat Beda (Defferensial Amplifier)

Pada percobaan ketiga ini masih dengan rangkaian yang sama tetapi terdapat sedikit perbedaan, yaitu letak dari input dan penambahan beberapa hambatan. Disini input yang berasal dari AFG masih dengan nilai frekuensi yang sama yaitu sebesar 1000 Hz dengan nilai Vinput sebesar 2,10 Vpp. Pada percobaan ketiga ini akan diteliti fungsi Op-Amp sebagai Penguat Beda (Defferensial Op-Amplifier). Untuk pengukuran, factor yang akan diukur masih sama dengan percobaan sebelumnya yaitu nilai Vout serta gambar gelombang input dan outputnya. Selain itu pada percobaan ketiga ini juga akan diukur tegangan V2, dimana V2 adalah tegangan yang ada diantara resistor terhadap ground. Seperti yang terlihat pada skema, titik V2 dilambangkan oleh bentuk oval.

4. Penguat Integrator Amplifier

Pada percobaan keempat masih dengan rangkaian yang sama akan diuji coba fungsi sebuah Op-Amp sebagai penguat integrator. Pada percobaan ini terlihat pada skema bahwa terdapat penambahan sebuah kapasitor sebesar 10 nF yang diparalelkan dengan resistor sebesar 1 MΩ pada rangkaian. Sedangkan input yang berasal dari AFG diatur pada frekuensi 1000 Hz serta nilai Vinput sebesar 3,48 Vpp. Saat ini akan di uji coba rangkaian tersebut dalam 3 tahap yaitu pada saat gambar gelombang berupa sinusoida, gelombang kotak dan

gelombang segitiga serta ukurlah tegangan output pada osiloskop untuk masing masing gelombang. Maka dari data data tersebut akan dianalisa pengaruh jenis gelombang terhadap nilai tegangan

outputnya. Pada penguat integrator apabila sinyal input berbentuk gelombang sinus, maka gelombang outputnya juga berbentuk sinus

V1 / Vin 10k 10k V2 10k Vout 100k 10k 1M 10nF Vout Vin 10k

(7)

yang memiliki beda fase -900. Bila sinyal input berbentuk gelombang

kotak, maka gelombang outputnya berbentuk segitiga. Dan bila sinyal input berbentuk gelombang segitiga, maka gelombang outputnya berbentuk sinus.

5. Penguat Differensiator Amplifier

Pada percobaan selanjutnya akan diujikan fungsi Op-Amp sebagai Differensiator. Maka pada perangkaiannya tidak jauh berbeda dengan Integrator Amplifier hanya terdapat perbedaan dalam pemasangan kapasitor. Jika pada Integrator kapasitor dipasang paralel dengan resistor, pada differensiator kapasitornya dipasang seri. Pada percobaan ini juga akan diuji seperti layaknya pada penguat integrator, yaitu pada gelombang sinus, gelombang kotak dan gelombang segitiga. Pengaturan pada AFG masih dengan frekuensi 1000 Hz dan Vinput sebesar 2,14 Vpp, lalu ukurlah tegangan output masing masing gelombang yang terlihat pada osiloskop. Pada penguat diferensiator apabila sinyal input berbentuk gelombang sinus, maka gelombang outputnya juga berbentuk sinus yang berbeda fase sebesar 900. Bila sinyal input berbentuk gelombang kotak, maka gelombang

outputnya berupa garis lurus yang pada titik tertentu mengalami lonjakan dan penurunan pada waktu singkat dan bila sinyal masukan berupa gelombang segitiga, maka gelombang pada output berupa sinyal kotak.

6. Penguat Jumlah (Adder Amplifier)

Pada percobaan yang terakhir ini akan diuji kemampuan komponen Op-Amp sebagai penguat jumlah. Untuk itu akan digunakan skema rangkaian seperti dibawah ini :

Vin 27k Vout 10nF V1 V2 V3 Rf Vout 10k 2 470 3 10k

(8)

Pada skema terlihat banyak terdapat rangkaian resistor, pada rangkaian tersebut akan diukur tegangan output beserta gambar gelombangnya, tegangan di titik V1, V2 dan V3. Penguat penjumlah ini merupakan penguat dimana tegangan outputnya merupakan jumlah dari ketiga tegangan masukannya. Sedangkan untuk inputnya, AFG diatur pada frekuensi 1000 Hz dan Vin sebesar 2,10 Vpp. Menurut teorinya rangkaian tersebut memiliki rumus perhitungan tegangan output sebagai berikut :

IV.

Hasil pengujian

1. Penguat Tak Membalik (Non Inverting Amplifier)

Diamati Nilai dan Gambar

Vout 23,8 Vpp

Gambar Gelombang Input

Gambar Gelombang Output

2. Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)

Diamati Nilai dan Gambar

Vout 21,6 Vpp

Gambar Gelombang Input

Gambar Gelombang Output 100k

Vin 1200 1000

(9)

3. Penguat Beda (Defferensial Amplifier)

Diamati Nilai dan Gambar

V1 2,10 Vpp

V2 1,37 Vpp

Vout -13,2 Vpp

Gambar Gelombang Input

Gambar Gelombang Output

4. Pengujian Integrator Amplifier

Diamati Nilai dan Gambar

Gambar Gelombang Output Sinus

Vout Gelombang Sinus 3,48 Vpp Gambar Gelombang Output

Kotak

Vout Gelombang Kotak 5,69 Vpp Gambar Gelombang Output

Segitiga

(10)

Beda Fase

Yo = 1.08, Ym =1,04

5. Pengujian Differensiator Amplifier

Diamati Nilai dan Gambar

Gambar Gelombang Output Sinus

Vout Gelombang Sinus 3,28 Vpp Gambar Gelombang Output

Kotak

Vout Gelombang Kotak 26,2 Vpp Gambar Gelombang Output

Segitiga

Vout Gelombang Segitiga 2,28 Vpp Beda Fase

Ym = 580 mV, Yo =500mV

6. Pengujian Penguat Jumlah

Diamati Nilai dan Gambar

Vout 1,92 Vpp

(11)

V2 2,08 Vpp

Vn 2,10 Vpp

Gambar Gelombang Output

V.

Analisa hasil pengujian

1. Pengujian Penguat Tak Membalik

Penguat pembalik memiliki output sebagai berikut: Vout = 23,8 Vpp R1 = 4700 K

Vin= 2,18 Vpp R2 = 47000 K

Dengan rumus penguatan non-pembalik, diperoleh perhitungan : 98 , 23 4700 47000 4700 ) 1 2 1 ( + = + = = K R R R Vin Vout

Terlihat bahwa hasil percobaan dengan perhitungan penguatan, yaitu 23.8 Vpp, hasilnya tidak jauh berbeda dengan perhitungan, maka dari itu percobaan dapat dikatakan valid/benar.

2. Pengujian Penguat Pembalik

Dari hasil percobaan, di dapatkan Vout rangkaian ini adalah 21,6 Vpp, Vin 2,16 Vpp. Berdasarkan perhitungan dengan besar Vin = 2,6 Vpp, besarnya Vout adalah 6 , 21 16 , 2 10 100 = = − = K K Vin Rin Rf Vout

Hasil penghitungan ini jika dibandingkan dengan hasil pengujian tidak berbeda. Hasil pengujian menunjukkan besarnya Vout adalah 21,6 Vpp. Maka dari itu dapat dikatakan praktikum valid, karena hasil perhitungan sama dengan hasil pengukuran.

3. Pengujian Penguat Beda (Defferensial Amplifier)

Berdasarkan pengujian, besarnya Vin adalah 2 volt. Karena 3 resistor yang dipasang pada kaki input positif (+) op-amp besarnya sama, besarnya tegangan di tiap resistor ini pun akan sama semua. Jadi, berdasarkan perhitungan, besarnya V2 adalah

(12)

Volt

V 2,10 1,4

3 2

2= × =

Jika dibandingkan dengan hasil pengujian tidak jauh berbeda yaitu 1,37 Volt. Karena hasil pengujian dan pengukuran hanya berselisih 0,03 Volt, dapat dikatakan percobaan valid/benar.

Lalu pada Vout, didapat perhitungan :

Volt V V R Rf Vout ( ) 7 1× 2 − 1 =− =

Jika dibandingkan dengan hasil pengujian ternyata hasilnya berbeda. Hasil pengujian menunjukkan besarnya Vout adalah 13 Vpp. Kesalahan atau selisihnya adalah sekitar 50 %. Jadi ada kesalahan yang cukup signifikan pada rangkaian ini. Selisih antara hasil pengujian dengan hasil percobaan dikarenakan perhitungan dalam kondisi komponen ideal. Sedangkan dalam prakteknya tidak ada komponen yang ideal. Kemudaian besarnya tegangan pada kaki input negatif akan sama dengan kaki input positif. Selain itu, praktikan bisa juga salah dalam membaca skala dalam CRO.

4. Pengujian Integrator Amplifier

Rangkaian integrator adalah kebalikan dari rangkaian differensiator. Rangkaian ini akan mengintegralkan bentuk gelombang input. Jika gelombang sinus diintegralkan maka hasilnya adalah gelombang sinus juga. Jika gelombang masukannya adalah gelombang kotak maka integralnya adalah gelombang segitiga. Jika gelombang segitiga diintegralkan maka hasilnya akan berupa gelombang sinus. Perbedaan rangkaian differensiator dengan integrator terletak pada letak kapasitornya. Pada rangkaian differensiator kapasitor diletakkan pada kaki input negatif op-amp. Sedangkan pada rangkaian integrator kapasitor diletakkan antara kaki output dan kaki input negatif op-amp. Dari hasil percobaan, sudah sesuai dengan teori-nya, maka dapat disimpulkan percobaan valid

5. Pengujian Defferensiator Amplifier

Rangakaian ini disebut rangkaian diferensiator karena rangkaian ini akan mendifferensialkan tegangan input. Jika bentuk sinyal inputnya adalah gelombang sinus maka output dari rangkaian ini juga akan sinus karena jika sinus diturunkan akan menjadi cosinus. Tetapi bentuk gelombang sinus dan cosinus adalah sama hanya fasenya yang berbeda. Tidak ada acuan yang bisa digunakan untuk membedakan bentuk gelombang sinus dan cosinus sehingga dapat dikatakan bahwa gelombang outputnya adalah gelombang sinus. Jika inputnya adalah gelombang kotak maka

(13)

gelombang ini akan differensialkan sehingga gelombang outputnya akan berbentuk seperti jarum/duri (runcing-runcing). Jika masukannya adalah gelombang segitiga, maka gelombang outputnya adalah gelombang kotak. Dari hasil percobaan, sudah sesuai dengan teori-nya, maka dapat disimpulkan percobaan valid

6. Pengujian Penguat Jumlah

Penguat penjumlah adalah suatu penguat yang akan menjumlahkan semua sinyal input yang masuk ke op-amp. Besarnya V1 = V2 = V3 karena jika dirangkai paralel maka tegangannya akan sama. Karena hambatan input op-amp adalah tak berhingga, tidak ada arus yang masuk ke op-amp dan arus akan mengalir melalui resistor 100 kΩ (RF). Jadi

IRF = I1 + I2 + I3

Besarnya tegangan output dapat dihitung berdasarkan rumus berikut.

, Volt V K K V K K V K K Vout ) 63,2 10 100 10 100 10 100 ( × 1 + × 2 + × 3 = − =

Terlihat perbedaan yang sangat besar antara hasil pengukuran dan penghitungan, kesalahan dapat disebabkan karena kesalahan praktikan, atau rangkaian yang error/salah.

VI.

Kesimpulan

1. Penguat operasional (op-amp) adalah dc yang memiliki nilai Gain yang sangat besar, Impedansi input yang tinggi dan Impedansi output yang rendah. Dengan tingginya impedansi input dan rendahnya impedansi output maka Gain yang diberikan akan menjadi besar.

2. Arus tidak bisa memasuki Op-Amp melalui inputnya tetapi melalui outputnya

3. Penguat pembalik (inverting amp) menghasilkan gain tegangan dipengaruhi oleh nilai hambatan RF dan R1 yang dapat dinyatakan

      + + − = 3 3 2 2 1 1 V R R V R R V R R V F F F out

(14)

dengan 1 1 0 R R v v A F

v = =− dan sinyal output yang dihasilkan memiliki beda

fase sebesar 1800.

4. Penguat tak pembalik (non-inverting amp) menghasilkan gain tegangan yang juga dipengaruhi oleh nilai hambatan RF dan R1 yang dapat

dinyatakan dengan 1 1 1 0 R R R v v A F V + =

= dan bentuk gelombang outputnya sama dengan gelombang inputnya.

5. Penguat beda (differensial amp) menghasilkan gain tegangan yang dapat dinyatakan dengan

) ( ) ) ( ( 3 2 1 2 1 3 R R R R R R R R R V V A in F in in out v + + + − = =

6. Penguat integrator akan mengubah sinyal input gelombang sinus, kotak dan segitiga berturut – turut menjadi gelombang sinus, segitiga, dan sinus.

7. Penguat diferensiator akan mengubah sinyal input gelombang sinus, kotak, dan segitiga berturut – turut menjadi gelombang sinus, gelombang garis lurus dengan beberapa lonjakan serta penurunan yang drastis, dan gelombang kotak.

8. Penguat penjumlah akan menghasilkan nilai tegangan outputnya menjadi penjumlahan antara arus yang masuk pada tiap – tiap hambatan input yang dikalikan dengan tegangan pada hambatan – hambatan tersebut

VII. Lampiran

Jawaban pertanyaan

1. Op-Amp ideal.

Jawaban : Sifat Op-Amp ideal

• Tidak ada arus yang masuk/keluar dari masukannya. Hal ini dikarenakan impedans masukan = (tak berhingga)

• Impedans keluaran = 0 sehingga arus dapat masuk/keluar melalui keluarannya.

(15)

• Penguat tegangan (A) = Dirumuskan : = ( - )

• Tegangan keluaran hanya tergantung dari selisih voltase pada masukan dan tidak tergantung dari potensial bersama pada kedua masukannya.

Jika Op- Amp dalam keadaan jenuh maka keluaran = 0 , yaitu jika =

• Suatu Op-Amp memerlukan voltase supply supaya bisa bekerja. Biasanya diperlukan supply positif ( ) dan supply negative ( ).

• Lebar bidang Bandwidth =

1. Sebutkan beberapa IC Op-Amp yang ada dipasaran

• LM 741/LM 741A/LM 741C/LM 741E • LM 709/LM 709A/LM 709C • LM 101 • LM 201 • LM 301 • CA 3130, CA 3130A, CA 3130B • CA 3140, CA 3140A, CA 3140B

2. Rancang dan buatlah rangkaian elektronika yang menggunakan Op-Amp

Gambar

Diagram blok Op-Amp
Gambar   diatas   merupakan   symbol   Op-Amp   dengan   2   input  yaitu  non-inverting  (+) dan input  inverting  (-)
Gambar Gelombang Input
Gambar Gelombang Input
+3

Referensi

Dokumen terkait