• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Kajian Teoritis. adalah orang yang memfasilitasi ahli ilmu pengetahuan, sedangkan Kamus besar bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II Kajian Teoritis. adalah orang yang memfasilitasi ahli ilmu pengetahuan, sedangkan Kamus besar bahasa"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II Kajian Teoritis 2.1 Hakekat Guru

2.1.1 Pengertian Guru

Chotimah (dalam Jamal, 2009:20) berpedapat bahwa guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi ahli ilmu pengetahuan, sedangkan Kamus besar bahasa Indonesia dalam DKPM Wordpress (2011:1) mengartikan guru sebagai seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar, dalam bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris disebut teacher itu semua memiliki arti yang sederhana yakni “A Person Occupation is Teaching Other” artinya guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (dalam DKPM Wordpress, 2011:1) bahwa guru ialah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang.

Ahmad Tafsir mengemukakan pendapat bahwa guru ialah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik, sedangkan menurut Hadari Nawawi pengertian guru secara sempit yakni orang yang kerjanya mengajar dan memberikan pelajaran di kelas (DKPM Wordpress: 2011:1)

Beberapa pengertian tentang guru diatas dapat peneliti ambil kesimpulannya bahwa Secara luas guru diartikan sebagai orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dan mencapai kedewasaan masing-masing, oleh karenanya guru mempunyai makna sebagai seorang atau mereka yang pekerjaannya khusus menyampaikan (mengajarkan) materi pelajaran kepada siswa disekolah. Guru merupakan

(2)

jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebab pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru, diperlukan syarat-syarat khusus, apa lagi seorang guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu, Guru merupakan unsur penting dalam keseluruhan sistem pendidikan. Oleh karena itu peranan dan kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas anak didik perlu diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Status guru bukan hanya sebatas pegawai yang hanya semata-mata melaksanakan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang diembannya.

2.1.2 Fungsi dan Tugas Guru

Jamal (2009:39) memberikan pendapat tentang beberapa fungsi dan tugas guru. Fungsi dan tugas guru tersebut adalah guru sebagai educator (pendidik), leader (pemimpin), fasilitator, motivator, administrator dan evaluator. Berikut penjelasan tentang fungsi (peran) dan tugas guru: 1. Guru sebagai educator (pendidik), tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator, ilmu adalah syarat utama, 2) Guru sebagai leader (pemimpin) berarti guru berperan sebagai pemimpin kelas, karena itu ia harus bisa menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas, 3) Fasilitator, guru sebagai fasilitator bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat, 4) Motivator, sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya, bagaimanapun kelam masa lalunya dan bagaimanapun berat tantangannya, 5) Administrator, sebagai seorang guru tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya, dari mulai melamar

(3)

menjadi guru, kemudian diterima dengan bukti surat keputusan yayasan, surat instruksi kepala sekolah serta catatan-catatan mengenai perkembangan anak, 6) Guru sebagai evaluator diharapkan dapat lebih baik dalam segala hal, kapasitas intelektualnya, integritas kepribadiannya, pendekatan metodologi pengajaran yang lebih segar, progresif, actual dan performance yang lebih menarik dan energik.

Penggunaan media dalam pembelajaran sangat memerlukan peran-peran guru tersebut agar media pun memberikan manfaat yang berkualitas dalam pembelajaran.

2.2 Hakekat Media Pembelajaran 2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran

Arsyad (2011 : 3) berpendapat bahwa kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang secara harfiah berarti ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Sedangkan pengertian media dalam Kamus Ilmiah Populer bahwa media merupakan alat atau sarana penyampai pesan kepada seseorang (Pius, 2000:448). Selanjutnya Hamidjojo (dalam Arsyad, 2011:4) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.

(4)

Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Nursidiq, 2008:1). Sehingga para pakar (dalam Hamdani, 2011:243) berpendapat bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.

Media adalah medium yang digunakan untuk membawa/menyampaikan sesuatu pesan, dimana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan (Blake dan Haralsen dalam Kusumah, 2007:1). Sedangkan Gagne (dalam Arif, 2011: 6) berpendapat bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Asosiasi Pendidikan Nasional (dalam Arif, 2011:7) memiliki pengertian yang berbeda bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Pengertian media juga

dikemu-kakan oleh beberapa ahli lain, seperti Gene L. Wilkinson mengartikan media sebagai alat dan b ahan selain buku teks yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan

in-formasi dalam suatu situasi belajar mengajar. Media pembelajaran pada dasarnya me-rupakan media yang digunakan dalam proses pendidikan, sehinga dapat disebut juga sebagai media pendidikan. Danim (dalam Sarjanaku, 2012:1) menyatakan bahwa media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa dengan peserta didik.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Oleh karena itu media pendidikan diartikan Februl (2012:1) sebagai suatu alat atau perantara yang

(5)

berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid. Briggs (dalam Arif, 2011:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar melalui contoh-contoh seperti buku, kaset, film, bingkai.

Media menjadi alat perangsang bagi kegiatan pembelajaran yang aktif antara guru dan anak. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nanang dan Hanafiah (2009:59) bahwa “media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme”. Media juga dapat dikatakan sebagai alat komunikasi antara guru dan anak pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, seperti yang dikemukakan Atwi (dalam Fatturohman, 2007: 65) bahwa media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan.

2.2.2 Karakteristik dan Jenis Media Pembelajaran

Dalam perkembangannya awalnya media hanya dianggap sebagai alat bantu guru dalam mengajar. Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalya gambar, objek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret. Pada abad ke-20 teknologi audio mempengaruhi dan melengkapi perkembangan media visual dalam pengajaran. Perkembangan media pembelajaran melahirkan istilah “Multimedia Learning”.

Mayer (2009: 3) mendefenisikan multimedia learning sebagai “presentasi materi dengan menggunakan kata-kata sekaligus gambar-gambar, yang dimaksud dengan kata-kata adalah materinya disajikan dalam bentuk verbal ( menggunakan kata-kata yang tercetak atau terucapkan) sedangkan yang dimaksud dengan gambar adalah materinya disajikan dalam bentuk

(6)

gambar. Oleh karena itu media pembelajaran mempunyai karakteristik-karakteristiknya tersendiri. Berikut karakteristik media menurut Arif (2011:28-81):

1) Media Grafis: Media Grafis termasuk media visual, media grafis berfungsi menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Contohnya: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flannel, dan papan buletin. 2) Media Audio: Media Audio berkaitan dengan indera pendengaran. Contohnya: radio, alat

perekam pita magnetik, laboratorium bahasa.

3) Media Proyeksi Diam: Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media grafik dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Contohnya: film bingkai, film rangkai, media transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film, film gelang, televisi, video, permainan dan simulasi.

Selanjutnya untuk pengelompokkan media, Richey (dalam Arsyad, 2011:29) mengelompokkan media dalam tiga jenis yaitu; (1) Audio, (2) Visual, dan (3) Audio Visual. Berikut uraian dari masing-masing jenis media;

1) Media Audio, media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak untuk mempelajarai isi tema. Contoh media audio yaitu: kaset suara dan program radio. Penggunaan media audio dalam kegiatan pendidikan AUD pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. 2) Media Visual, adalah media yang dapat menyampaikan pesan atau informasi secara visual,

artinya media visual dapat dilihat secara kasat mata dengan menggunakan simbol-simbol berupa gambar-gambar yang memuat pesan tertentu. Jenis media visual merupakan jenis

(7)

media yang paling sering digunakan guru pada lembaga PAUD untuk membantu menyampaikan tema dari kegiatan yang sedang dijalani.

3) Media Audio Visual, sesuai dengan namanya maka, media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual maka penyajian isi tema kepada anak akan semakin lengkap dan optimal. Selain itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran guru. Peran guru bisa beralih menjadi fasilitator dalam kegiatan pembelajaran yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar. Contoh media audio visual yaitu; program televisi/video pendidikan.

Dengan demikian dapat diidentifikasi bahwa setiap karakteristik media dan jenisnya pada umumnya terwakili pada kegiatan pembelajaran di TK, seperti; gambar, poster, radio, alat perekam pita magnetik, video, televisi, film serta permainan dan simulasi. Karasteristik dan jenis dari media pada hakekatnya merupakan bentuk dari media itu sendiri yang merupakan konsep dari beberapa ahli.

2.2.3 Manfaat Media Pembelajaran

Arif (2011:17) menyatakan kegunaan media pendidikan untuk pembelajaran yaitu:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti; (a) Objek yang terlalu besar; bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model), (b) Objek yang kecil; dibantu dengan proyektor mikro, film atau gambar, (c) Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, bingkai, foto maupun secara verbal, (d) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi,

(8)

iklim dan lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk; (a) Menimbulkan gairah belajar, (b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, (c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya harus diatasi sendiri.

Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam: (a) Memberikan perangsang yang sama, (b) Mempersamakan pengalaman, (c) Menimbulkan persepsi yang sama

Hamalik (dalam Azhar, 2011:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran sangat berguna dalam menyampaikan pesan pembelajaran yang disajikan secara menarik.

Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan, pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi (Azhar, 2011:16). Sejalan

(9)

dengan uraian ini, Yunus (dalam Azhar, 2011:16) mengungkapkan bahwasanya “media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman, orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat atau melihat dan mendengarnya”.

Selanjutnya Ibrahim (dalam Azhar, 2011:16) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena “media pembelaajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbarui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran”.

Peneliti menyimpulkan manfaat dari media merupakan nyawa dalam kegiatan pembelajaran antara anak dan guru, disebabkan kehadiran media pembelajaran dapat menghasilkan kegiatan pembelajaran yang hidup atau aktif, anak akan lebih memahami bentuk dan tujuan pengajaran yang dimaksudkan oleh guru.

2.3 Peran Guru dalam Penggunaan Media Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

Peran dalam kamus ilmiah populer karangan Pius dan Dahlan (2000: 469) adalah hal yang berlaku, sedangkan peranan adalah fungsi atau kedudukan. Friedman (dalam Sarjanaku, 2012: 1) menjelaskan bahwa peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.

Gross dan Masson, (dalam Armin, 2011:1) mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu,

(10)

selanjutnya Hendropuspito mengungkapkan bahwa istilah peranan menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai lakon, bahkan masyarakat lakon itu sendiri. Masyarakat adalah suatu lakon yang masih aktual, lakon yang besar, yang terdiri dari bagian-bagian dan pementasannya diserahkan kepada anggota-anggota masyarakat. Lakon masyarakat itu disebut fungsi atau tugas masyarakat. Konsepsi peran juga dikemukakan oleh Armin (2011:1), Armin mengan-daikan peran sebagai seperangkat harapan.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas peran mempunyai arti sebagai harapan yang berhubungan dengan manusia/ perilaku manusia, namun dalam hal ini

kaitannya dengan media pembelajaran maka pendapat

Armin adalah yang paling ideal untuk dikaitkan dengan penelitian yang akan

dilaku-kan, dimana peran mempunyai arti sebagai seperangkat harapan, sehingga peneliti menyimpulkan pernyataan ini masih berbentuk umum, seperangkat harapan yang dimaksudk an oleh Armin dapat dikaitkan dengan benda hidup ataupun mati.

Peran media pembelajaran merupakan alat bantu dalam menyampaikan pesan yang terkandung dalam kegiatan pembelajaran, oleh karena itu media disajikan dalam bentuk yang menarik, sehingga dapat menambah kegairahan/ perasaan senang dalam belajar. Montessori (dalam Jamal, 2009:17) berpendapat bahwa dalam rentang usia tiga sampai enam tahun terjadi kepekaan untuk peneguhan sensoris dan semakin memiliki kepekaan indrawi, oleh karena itu penggunaan media pembelajaran dapat mempermudah proses peneguhan sensoris serta kepekaan inderawinya, dengan jalan menyediakan alat untuk penyaluran pesan tersebut (media) dalam bentuk yang menarik sehingga menarik perhatian anak, hal ini menurut Jamal (2009:16) pada tahun-tahun awal ini, anak memiliki periode-periode sensitif atau kepekaan dalam mempelajari

(11)

atau berlatih sesuatu, sedangkan peran guru dalam penggunaan media pembelajaran dijelaskan oleh Azhar Arsyad.

Azhar Arsyad (2011:2), berpendapat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Pendapat Azhar menegaskan para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat-alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia , oleh karena itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi (Hamalik dalam Azhar, 1994:6): a) Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar, b) Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, c) Seluk beluk proses belajar, d) hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan, e) Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran, f) Pemilihan dan penggunaan media pendidikan, g) Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan , h) Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran, h) Usaha inovasi dalam media pendidikan.

Penggunaan media pengajaran pada hakekatnya memerlukan prosedur dalam penggunaannya. Beberapa langkah penggunaan media dalam mengajar dikemukakan oleh Faturrohman dan Sobry (2007:72) yaitu: (1) Merumuskan tujuan pengajaran (rencana kegiatan harian), (2) Persiapan guru, dengan cara memilih dan menetapkan media mana yang akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan, (3) Persiapan Kelas, (4) Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Media diperankan guru untuk membantu tugasnya menjelaskan bahan pelajaran, (5) Langkah kegiatan belajar siswa, pemanfaatan media oleh siswa sendiri dengan

(12)

mempraktekkannya oleh guru langsung baik di kelas atau diluar kelas (6) Langkah evaluasi pengajaran, untuk melihat sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, sekaligus dapat dinilai sejauh mana penggunaan media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar anak.

Dengan demikian anak akan mendapatkan pengalaman belajar yang menarik dan tak terlupakan, mengingat adanya fleksibelitas pembelajaran di Taman Kanak-kanak, melalui tema-tema yang disediakan dan menarik untuk disajikan, maka media pembelajaran tentu mempuyai peranan dalam kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Perolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap pada anak dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya (Arsyad, 2011:7). Bruner (dalam Azhar, 2011:7) berpendapat bahwa ada tiga tingkatan utama dalam modus belajar, yaitu pengalaman langsung, pengalaman pictorial/gambar, dan pengalaman abstrak.

Pendapat Bruner tersebut mempunyai kaitan dengan penggunaan media pembelajaran, berikut penjelasannya berdasarkan contoh ; pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipahami dengan langsung membuat ‘simpul’, pada tingkatan kedua yaitu pengalaman gambar, kata ‘simpul’ dipelajari dari gambar, lukisan atau foto. Meskipun anak belum pernah mengikat tali untuk membuat ‘simpul’ mereka dapat mempelajarinya melalui gambar, lukisan atau foto. Selanjutnya pada tingkatan ketiga yaitu pengalaman abstrak anak mendengar kata ‘simpul’ dan mencoba mencocokkannya dengan ‘simpul’ pada gambar atau mencocokkannya dengan pengalaman membuat ‘simpul’. Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman belajar yang baru.

Tingkatan pengalaman perolehan hasil belajar yang dijelaskan diatas, digambarkan oleh Dale (dalam Azhar, 2011:8) sebagai suatu proses komunikasi. Proses belajar merupakan proses

(13)

komunikasi dengan media sebagai pengantar pesan. Materi kegiatan pembelajaran disebut sebagai pesan, guru sebagai sumber pesan yang menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu dan siswa sebagai oorang yang menafsirkan pesan dalam bentuk simbol-simbol yang diberikan. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera, sebab semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan (Azhar, 2011: 9). Pendapat Azhar tersebut menegaskan bahwa guru mempunyai peran pada anak untuk menyampaikan informasi-informasi baru kepada anak didiknya melalui penggunaan media.

2.4 Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun

Anak berusia antara 5-6 tahun sedangkan berada pada akhir dari bagian awal masa kanak-kanaknya. Karasteristik khusus bagi anak dalam kelompok usia 5-6 tahun adalah: a)Perkembangan kemampuan fisik, pada usia anak menunjukan keingin tahuan yang besar dan aktif. Dia bisa mengatur gerakan badannya dengan lebih baik dan lebih luwes. Anak juga bisa berjalan jinjit mundur dan berjalan mundur dengan tumitnya. Dia juga bisa berlari dengan cepat, meloncat, berlari dengan satu kaki. Anak pada usia ini sudah bisa mencuci tangannya sendiri tanpa membasahi bajunya, berpakaian dan mengikat tali sepatunya sendiri. Koordinasi motorik yang baik berkembang sampai si anak dapat mencontoh segitiga dan belah ketupat. Mereka dapat menulis beberapa huruf dan angka dan menuliskan namanya dengan benar. Anak juga dapat menggambar benda hidup, penglihatan anak usia 5-6 tahun dapat menguasai indera peraba, pendengaran dan penglihatan hampir sebaik orang dewasa. b)Perkembangan intelektual tiga aspek dalam kecerdasan, yaitu: kecerdasan analitis, kecerdasan kreatif, kecerdasan kreatif, kecerdasan praktis. Anak usian 5-6 tahun berada pada akhir tahap pra-operasional, tahap saat

(14)

pemikiran simbolis sangat mendominasi hidupnya. Pemikiran simbolis membuat dia mampu untuk membuat suasana kata dan gambar yang menggambarkan suatu objek atau tindakan tertentu dalam pikiran anak. Perkembangan bahasa berlangsung dengan cepat dan membantu anak untuk mengemukakan pikirannya. Kosa kata anak meningkat sampai 8000-14000 kata pada usia 6 tahun. Kata tanya (kenapa, siapa, dimana, dan kapan) lebih banyak digunakan sehingga anak pada usia ini cenderung banyak bertanya. c)Perkembangan kemampuan sosial, anak usia 5-6 tahun menunjukkan lebih baik kemampuan sosial. Hal ini dapat dilihat dari cara bermain anak yang lebih terarah dan mampu bekerja sama dalam bermain. Anak senang bermian bersama dan tolong menolong dalam mencapai tertentu. Ada kecenderungan tolong menolong ini dalam bermain dan kegiatan lainnya. Anak usia ini lebih siap untuk berpisah beberapa jam dari orangtuanya dibandingkan dengan anak yang yang lebih mudah dari itu. Anak sudah mampu berbagi dengn oranglain, mampu sabar menunggu giliranya, dan mampu menerima tanggung jawab yang ringan. d)Perkembangan emosional, emotional intelligence (kecerdasan emosi) adalah suatu tingkah kepandaian dalam memahami emosi oranglain dan mengatur emosinya sendiri, seperti misalnya mampu mempartisipasi diri sendiri dan tahap menghadapi rasa frutasi, mengontrol gerak hati dan menunda kegembiraan, mengatur untuk tetap berfikir, berempati (mampu membayakan dan merasakan perasaan oranglain) dan berharap. Pada usia anak ini, kosa kata anak berhubungan dengan emosi meningkat secara bertahap, sehingga mereka mengenal lebih banyak variasi ekpresi oranglain. Bersamaan dengan itu anak juga belajar ekpresi emosi dirinya. e)Perkembangan kepribadian, selain faktor keturunan, lingkungan juga mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Anak mempelajari berbagai perilaku sosial dari contoh-contoh yang dilihatnya. Selain itu, pada usia ini anak tidak

(15)

hanya belajar tingkah laku tentang kelihatan jelas, tapi juga dapat mempelajari gagasan, harapan, dan nilai-nilai. Anak dapat mempelajari hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh.

Penting untuk diperhatikan bahwa setiap anak itu unik, mereka tumbuh menurut lajunya masing-masing. Dan tidak semua aspek perkembangan tersebut diatas tumbuh bersamaan atau berurutan sehingga hal yang wajar jika terjadi variasi dalam perkembangan anak. Agar menjadi perhatian para orangtua atau pendidik bahwa kegiatan dalam mendidik anak usia dini harus direncanakan dengan mempertimbangkan karasteristik anak seperti yang telah disebutkan diatas.

2.5 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati Pakaya yaitu; “Analisis Penggunaan Media Pembelajaran di TK Aisyiyah Bustanul Athfal II Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo”, Program Studi SI PG-PAUD Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaran di TK Aisyiyah Bustanul Athfal II Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru kelas dan kepala TK Aisyiyah Bustanul Athfal II dengan metode penelitian deskriptif kuantitatif yang secara sistematis menggambarkan penggunaan media di TK Aisyiyah Bustanul Athfal II. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan angket..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidik dalam segi pemanfaatan media seluruh guru TK Aisyiyah Bustanul Athfal II (ABA II) 100 % (6 orang) menggunakan media pembelajaran untuk semua jenis media (audio, visual, dan audio visual) sedangkan untuk

(16)

penguasaan penggunaan jenis-jenis media tersebut mempunyai presentase masing-masing. Untuk penguasaan penggunaan media audio hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 orang guru, 1 orang guru (17%) sangat sering meminta bantuan orang lain dalam menggunakan media audio pada kegiatan pembelajaran sedangkan 5 orang guru lainnya sekitar 83% tidak lagi meminta bantuan orang lain.

Selanjutnya untuk penggunaan media visual 5 orang guru (83%) kadang-kadang meminta bantuan 1 orang guru (17%), tidak pernah meminta bantuan orang. Sedangkan dalam penguasaan penggunaan media audio visual terdapat 4 orang (67%) guru kadang meminta bantuan orang lain dan 2 orang (33%) tidak meminta bantuan dalam menggunakan media audio visual. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media pembelajaran di TK ABA II Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo tergolong dalam kategori baik, akan tetapi dalam hal penguasaan penggunaan media tergolong dalam kategori sangat rendah.

Referensi

Dokumen terkait

Pembentukan unit kerja yang natural (alami). Salah satu cara memperkaya pekerjaan adalah melalui pembentukan unit kerja yang alami dimana pegawai mendapatkan kepemilikan

Oleh sebab itu akan sangat dibutuhkan alat atau metode yang dapat membantu manusia dalam mendeteksi orisinalitas citra digital ijazah, saat ini ijazah merupakan

Penelitian tentang audit report lag pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah banyak dilakukan, namun masih banyak perbedaan hasil. Hasil

Sistem Informasi Geografis berbasis web atau WebGIS Zona Nilai Tanah untuk desa Kota Gajah Timur, Kecamatan Kota Gajah, memiliki tiga tampilan web yaitu tampilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengelolaan HKm di hutan produksi berada pada kondisi sedang (nilai skor 47,36) dengan faktor pembatas aspek teknis berupa kondisi biofisik

Penelitian turbin angin ini dalam rangka pengembangan energi angin yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik kecepatan angin terhadap pengaruh daya yang dihasilkan turbin

Berbagai penelitian telah dilakukan dalam rangka untuk menurunkan tahanan tarik pembajakan dengan bajak subsoil; salah satu cara untuk menurunkan tahanan tarik tanah saat

Jika kita mematuhi Roh Kudus dalam hal memberikan dari apa yang ada pada kita dengan murah hati, maka kebutuhan kita sendiri akan dipenuhi. Bahkan yang lebih indah dari itu ialah