Puisi-puisi
Puisi Abdul Hadi W.M. 2
BARAT DAN TIMUR
Oleh : Abdul Hadi WM
Barat dan Timur adalah guruku Muslim, Hindu, Kristen, Buddha, Pengikut Zen dan Tao Semua adalah guruku Kupelajari dari semua orang saleh dan pemberani Rahasia cinta, rahasia bara menjadi api menyala Dan tikar sembahyang sebagai pelana menuju arasy-Nya Ya, semua adalah guruku Ibrahim, Musa, Daud, Lao Tze Buddha, Zarathustra, Socrates, Isa Almasih Serta Muhammad Rasulullah Tapi hanya di masjid aku berkhidmat Walau jejak-Nya Kujumpai di mana-mana.
Pembawa Matahari Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992) Republika Online edisi : 05 Dec 1999
DO’A UNTUK INDONESIA
Oleh : Abdul Hadi WM Tidakkah sakal, negeriku ? Muram dan liar
Negeri ombak
Laut yang diacuhkan musafir
karena tak tahu kapan badai keluar dari eraman
Negeri batu karang yang permai, kapal-kapal menjauhkan diri Negeri burung-burung gagak
Yang bertelur dan bersarang di muara sungai Unggas-unggas sebagai datang dan pergi Tapi entah untuk apa
Nelayan-nelayan tak tahu
Aku impikan sebuah tambang logam Langit di atasnya menyemburkan asap Dan menciptakan awan yang jenaka Bagai di badut dalam sandiwara Dengan cangklong besar dan ocehan Batuk-batuk keras
Seorang wartawan bisa berkata : Indonesia Adalahberita-berita yang ditulis
Dalam bahasa yang kacau
Dalam huruf-huruf yang coklat muda Dan undur dari bacaan mata
Di manakah ia kausimpan dalam dokumentasi dunia ? Kincir-kincir angin itu
Seperti sayap-sayap merpati yang penyap Dan menyebarkan lelap ke mana-mana Sebagai pupuk bagi udaranya
Lihat sungai-sungainya, hutan-hutannya dan sawah-sawahnya Ratusan gerobag melintasi jembatan yang belum selesai kaubikin Kota-kotanya bertempat di sudut belakang peta dunia
Negeri ular sawah
Negeri ilalang-ilalang liar yang memang dibiarkan tumbuh subur Tumpukan jerami basah
Minyak tanahnya disimpan dalamkayu-kakyu api bertumpuk Dan bisa kau jadikan itu sebagai api unggun
Untuk persta-pesta barbar
Indonesia adalah buku yang sedang dikarang Untuk tidak dibaca dan untuk tidak diterbitkan Di kantor penerimaan tenaga kerja
Orang-orang sebagai deretan gerbong kereta
Yang mengepulakan asap dan debu dari kaki dan keningnya Dan mulutnya ternganga
Tatkala bencana mendamprat perutnya
Berapa hutangmu di bank ? Di kantor penenaman modal asing ? Di dekat jembatantua
malaikat-malaikat yang celaka Melagu panjang
Puisi Abdul Hadi W.M. 4 Dan akan pergi ke mana hewan-hewan malam yangterbang jauh
Akan menjenguk gua mana, akan berteduh di rimba raya mana ? Ratusan gagak berisik menuju kota
Menjalin keribuan di alun-alun, di tiap tikungan jalan Puluhan orang bergembira
Di atas bayangan mayat yang berjalan Memasuki toko dan pasar
Di mana dipamerkan barang-barang kerajinan perak Dan emas tiruan
Indonesia adalah kantor penampungan para penganggur yang atapnya bocor dan administrasinya kacau
Dijaga oleh anjing-anjing yang malas dan mengantuk Indonesia adalah sebuah kamus
Yang perbendaharaan kata-katanya ruwet
Dibolak-balik, digeletakkan, diambil lagi, dibaca, dibolak-balik Sampai mata menjadi bengkak
Kata kerja, kata seru, kata bilangan, kata benda, kata ulang, kata sifat
Kata sambung dan kata mejemuk masuk ke dalam mimpimu Di mana kamus itu kau pergunakan di sekolah-sekolah dunia ? Di manakah kamus itu kaujual di pasaran dunia ?
Berisik lagi, berisiklagi : Gerbong-gerbong kereta
membawa penumpang yang penuh sesak dan orang-orang itu pada memandang ke sorga Dengan matanya yang putus asa dan berkilat :
Tuhanku, mengapa kaubiarkan ular-ular yang lapar ini Melata di bumi merusaki hutan-hutan
Dan kebun-kebunmu yang indah permai Mengapa kaubiarkan mereka ……….
Negeri ombak
Badai mengeram di teluk
Unggas-unggas bagai datang dan pergi Tapi entah untuk apa
Nelayan-nelayan tak tahu 1971
KETIKA MASIH BOCAH
Oleh : Abdul Hadi WM
Ketika masih bocah, rumahku di tepi laut Bila pagi pulang dari perjalanan jauhnya Menghalau malam dan bayang-bayangnya, setiap kali Kulihat matahari menghamburkan sinarnya Seraya menertawakan gelombang Yang hilir mudik di antara kekosongan
Sebab itu aku selalu riang Bermendung atau berawan, udara tetap terang Setiap butir pasir buku pelajaran bagiku Kusaksikan semesta di dalam Dan keluasan mendekapku seperti seorang ibu
Batang kayu untuk perahu masih lembut tapi kuat Kuhadapkan senantiasa jendelaku ke wajah kebebasan Aku tak tahu mengapa aku tak takut pada bahaya Duri dan kepedihan kukenal Melalui kakiku sendiri yang telanjang
Arus begitu akrab denganku Selalu ada tempat bernaung jika udara panas Dan angin bertiup kencang Tak banyak yang mesti dicemaskan Oleh hati yang selalu terjaga Pulau begitu luas dan jalan lebar Seperti kepercayaan Dan kukenal tangan pengasih Tuhan Seperti kukenal getaran yang bangkit Di hatiku sendiri
Pembawa Matahari Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992)
Puisi Abdul Hadi W.M. 6
MIMPI
Oleh :Abdul Hadi WM
Aneh, tiap mimpi membuka kelopak mimpi yang lain, berlapis-lapis mimpi, tiada dinding dan tirai akhir, hingga kau semakin jauh dan semakin dalam tersembunyi dalam ratusan tirai rahasia membiarkan aku asing pada wujud hampa dan wajah sendiri. Kudatangi kemudian pintu-pintu awan, nadi-nadi cahaya dan kegelapan, rimba sepi dan kejadian -- di
jalan-jalannya, di gedung-gedungnya kucari sosok bayangku yang hilang dalam kegaduhan. Tetap, yang fana mengulangi kesombongan dan keangkuhannya dan berkemas pergi entah ke mana gelisah, asing memasuki rumah sendiri menjejakkan kaki, bergumul benda-benda ganjil yang tak pernah dikenal, menulis sajak, menemukan mimpi yang lain lagi berlapis-lapis mimpi, tiada dinding akhir sebelum menjumpai-Mu.
Pembawa Matahari Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992) Republika Online edisi : 05 Dec 1999
KEMBALI TAK ADA SAHUTAN DI SANA
Oleh : Abdul Hadi WM
Kembali tak ada sahutan di sana Ruang itu bisu sejak lama dan kami gedor terus
pintu-pintunya Hingga runtuh dan berderak menimpa tahun-tahun penuh kebohongan dan teror yang tak henti-hentinya
Hingga kami tak bisa tinggal lagi di sana memerah keputusasaan dan cuaca
Demikian kami tinggalkan janji-janji gemerlap itu dan mulai bercerai-berai Lari dari
kehancuran yang satu ke kehancuran lainnya Bertikai memperebutkan yang tak pernah pasti dan ada Dari generasi ke generasi
Menenggelamkan rumah sendiri ribut tak henti-henti
Hingga kautanyakan lagi padaku Penduduk negeri damai macam apa kami ini raja-raja datang dan pergi seperti sambaran kilat dan api Dan kami bangun kota kami dari beribu mati. Tinggi gedung-gedungnya di atas jurang dan tumpukan belulang Dan yang takut mendirikan menara sendiri membusuk bersama sepi
Demikian kami tinggalkan janji-janji gemerlap itu dan matahari 'kan lama terbit lagi
Pembawa Matahari Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992)
Puisi Abdul Hadi W.M. 8
DALAM PASANG
Oleh : Abdul Hadi WM
Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan kita, kegaduhan apa lagi? Sekarat dan terbakar sudah kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang saudara Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan lainnya
Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan Menunggu ketakpastian
Telah mereka hancurkan rumah harapan kita Telah mereka campakkan jendela keluh dan ratap kita Hingga tak ada yang mesti kuceritakan padamu lagi tentang laut itu di sana, yang naik dan menarik ketenteraman ke tepi
Kecuali serpih matahari dalam genggam kesia-siaan ini yang bisa menghanguskan kota ini lagi - Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak tertahankan lagi
Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan dan mimpi Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi
Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin Kita....
Pembawa Matahari Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992)
SEPERTI KITA*)
karya Abdul Hadi WM
Seperti kita
binatang bisa merasakan pedih dan sakit Seperti kita
binatang bisa merasakan senang dan bahagia Bila anak ayam berkumpul dengan induknya mereka riang bermain dan membagi makanan Namun bila induknya pergi dibunuh orang mereka menciap gelisah sepanjang malam Bedanya
hewan tak bisa menangis dengan airmata
seperti orang Bedanya
hewan tak bisa tertawa dengan ha ha
seperti kita semua
*) diambil dari buku “Mereka Menunggu Ibunya”
Puisi Abdul Hadi W.M. 10
AKU BERIKAN*)
karya Abdul Hadi WM
Aku berikan seutas rambut padamu untuk kenangan tapi kau ingin merampas seluruh rambuku dari kepala Ini musim panas atau bahkan tengah musim panas
langkahmu datang dan pergi antara ketokan jam yang berat Mengapa jejek selalu nyaring menjelang sampai
daun-daun kering risik di pohon ingin berdentuman ke air selokan yang deras
langkahmu datang dan pergi antara ketokan jam yang berat Aku berikan sepotong jariku padamu untuk kau bakar Tapi kau ingin merampas seluruh tangaku dari lengan Ini musim panas atau akhir musim panas aku tak tahu
Burung-burung kejang di udara terik seakan penatku padamu Maka kujadikan hari esokku rumah
Tapi tak sampai rasanya hari iniku untuk berjumpa 1974
*) diambil dari buku “Meditasi” kumpulan puisi Abdul Hadi WM, terbitan Budaya Jaya, 1976, halaman 39.
NYANYIAN SEBELUM TIDUR*)
karya Abdul Hadi WM
Derap guruh di langit hitam seakan pasukan Nazi dan Jepang yang bertempur Senja sekarang ribut berlari ke hutan
dan kota yang terbenam itu bangun kembali berdoa Di kaca jendela yang dingin dan muram
cahaya lampu gemetar dipermainkan angin
Dan berlindung pada daun-daun kering yang terbang jalan-jalan yang berat mengaduh kepada bumi Ah, siapa yang merebut negeri damai itu, dari burung-burung, melepaskan musim gugur memecahkan hari dan melemparkan jerit angsa dan mengaburkannya ke urat-urat sungai
Arus dingin meluncur menghayutkan seluruh malam melimpahi tanah yang pucat terik darah yang berserakan 1974
*) diambil dari buku “Cermin”kumpulan sajak Abdul Hadi WM terbitan Budaja Djaja, 1975, halaman 13.