• Tidak ada hasil yang ditemukan

Measuring the Entrepreneurship Skill of Students in Engineering Faculty

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Measuring the Entrepreneurship Skill of Students in Engineering Faculty"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1655

Measuring the Entrepreneurship Skill of Students in

Engineering Faculty

Sanatang1, Shabrina Syntha Dewi2, Ninik Rahayu Ashadi3

1,2,3Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

email: [email protected]

Abstrack . This research aims to: (1) measure the level of entrepreneurship skills of students in Faculty of Engineering, Makassar State University; (2) Describe the constraints faced by students in entrepreneurship. The research method used was qualitative approach through action research, using quantitative and qualitative data to reveal the level of entrepreneurial skills of students. The object of this research is students of at least sixth semester because they have taken entrepreneurship courses and other entrepreneurship programs. The data collection technique used a questionnaire and direct interviews with entrepreneurship students and lecturers. The research was conducted in Faculty of Engineering, UNM for 8 (eight) months. The results showed for 151 students, as many as 79.47% had a strong entrepreneurial spirit, 19.21% had an entrepreneurial spirit but still needed additional quality, and 1.32% were suitable to be employees or other professionals. The results also show that things still need to be improved are creativity, optimism, high standards, and liking new things. Furthermore, data on the constraints faced by students in entrepreneurship if sorted by levels are: (1) limited capital (90.73%); (2) confused in determining the type of business according to their competence (78.81%); (3) confused in choosing a location (78.81%); (4) Lack of experience in various aspects, for example in technical skills, business visualization skills, coordination skills, human resource management skills, and the ability to synergize company operations (77.48%); (5) not competent in managerial, lack of ability and performance in business management (68.21%); (6) inability in planning and less control over finances (66.89%); (7) Think that they are not talented in entrepreneurship (50.33%); (8) do not have a strong desire for entrepreneurship (49.01%); and (9) Think that too young to become entrepreneurs (15.89%).

Keywords: Measuring, ability, entrepreneurship, students PENDAHULUAN

Kewirausahaan merupakan komponen yang sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi (Shumpeter, 1934). Kemampuan berwirausaha bagi lulusan perguruan tinggi merupakan hal sangat penting agar mampu menciptakan lapangan kerja sehingga meningkatkan taraf hidupmya. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha yang sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Terdapat 3 hal yang penting untuk memberikan pembelajaran agar mahasiswa dapat mengetahui kewirausahaan yaitu: pertama seorang mahasiswa harus tertarik dan termotivasi; kedua mahasiswa harus bisa melihat adanya

(2)

1656

kesempatan atau peluang bisnis yang menguntungkan; ketiga sesorang mahasiswa harus memiliki beberapa keahlian yang dapat mendukung dalam menciptakan sesuatu.

Pembelajaran sikap kewirausahaan tidak hanya dilakukan dengan memberikan beberapa materi tentang bagaimana berwirausaha yang baik melainkan kewirausahaan dapat diajarkan melalui pendidikan dan pelatihan secara kerja nyata atau secara aplikatif. Dengan demikian semua orang dan semua kalangan baik dari yang pendidikan tingkat rendah hingga ke pendidikan tinggkat tinggi memiliki kesempatan yang sama untuk berlomba-lomba dalam mendapatkan peluang usaha. Menurut (Winarno, 2010) bahwa dalam menilai kewirausahaan perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) sifat wirausaha tidak dibawa sejak lahir; (2) wirausaha selalu berhubungan dengan objek, (3) wirausaha harus memiliki tujuan pada suatu objek atau sekumpulan objek; (4) wirausaha dapat berjalan dengan jangka waktu yang lama atau sebentar. Dengan demikian karakteristik kewirausahaan yang mencakup mencari peluang, mengambil resiko, dan mendorong ide-ide agar menjadi nyata.

Kondisi ril saat ini bahwa lulusan perguruan tinggi masih lebih banyak yang mencari pekerjaan dibandingkan menciptakan lapangan kerja sendiri atau berwirausaha. Bardasarkan data dari BPS dalam tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi setiap tahun. Berdasarkan data dari BPS (2019), menunjukkan tingkat pengangguran lulusan universitas dari tahun ke tahun selama tiga tahun terakhir terus meningkat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan kajian dan penelitian lebih rinci agar mampu menemukan sumber permasalan rendahnya minat berwirausaha lulusan perguruan tinggi. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada tahun 2017 menunjukan bahwa jumlah wirausaha Indonesia mencapai 3.1 % dari jumlah penduduk Indonesia.

Menjadi wirausahawan membutuhkan kompetensi khusus yaitu harus kreatif dan inovatif, mampu melihat peluang yang ada, pekerja keras, selalu memiliki ide-ide pengembangan dan pantang menyerah. Dengan demikian, dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang kurang mampu sehingga megurangi jumlah pengangguran dan angka kemiskinan di Indonesia.

Program kewirausahaan dapat digerakkan dengan memulai dari kampus-kampus melalui pembelajaran formal maupun yang dikemas dalam kegiatan ekstrakurikuler. Peranan stakeholder (pimpinan universitas, dosen, mahasiswa, industri, masyarakat, dan pemerintah terkait) di perguruan tinggi sangat dibutuhkan dalam sebuah kerja sama untuk bersinergi dalam menciptakan

entrepreneur dari kalangan mahasiswa.

Menjalankan program kewirausahaan di perguruan tinggi, terlebih dahulu perlu melakukan penelitian atau kajian yang mendalam terhadap karakteristik dan kemampuan kewirausahaan mahasiswa, agar bisa menerapkan sistem yang terarah dan terncana sesuai dengan karakteristik mahasiswa di kampus.

(3)

1657

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dilaksanakan penelitian untuk mengukur kemampuan berwirausaha mahasiswa dan menemukan kendala-kendala yang dihadapi mahasiswa dalam berwirausaha.

KAJIAN TEORI

1. Kewirausahaan (Entrepreneurship)

Secara bebas kewirausahaan (entrepreneurship) dapat dimaknai sebagai jiwa, semangat, sikap, perilaku, dan potensi kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar (Subijanto, 2012). Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa kewirausahaan bagi mahasiswa merupakan suatu kreativitas dan inovasi yang dimiliki para mahasiswa di perguruan tinggi untuk menghasilkan nilai tambah bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain/masyarakat, lembaga, bangsa, dan negara.

Kewirausahaan akan terwujud apabila seseorang memiliki sifat, ciri, dan watak dengan kemauan dan kemampuan serta kreatifitas dalam mewujudkan gagasan inovatif di dunia nyata (bisnis) secara kreatif dan produktif. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan, mampu melihat dan menilai peluang-peluang bisnis, mengupayakan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan secara tepat dan menjadi penggerak utama dalam meraih peluang bisnis di setiap waktu dan kesempatan.

Secara epistimologis, kewirausahaan pada prinsipnya merupakan suatu kemampuan berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, motivator, tujuan, siasat/strategi, dan kiat-kiat dalam menghadapi tan- tangan hidupnya (Hunger dan Wheelen, 2003). Kewirausahaan

(enterpreeneurship) akan terwujud jika seseorang berani mengembangkan

usaha-usahanya dan ide-ide barunya yang cerdas dan cermat dengan mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin akan terjadi. Oleh karena itu, esensi kewirausahaan yaitu mampu menciptakan peluang-peluang dan nilai tambah melalui upaya maksimal dari berbagai cara dan pemanfaatan sumber daya melalui proses yang kreatif sehingga mampu menjadi pelaku usahan dan bersaing secara bebas di pasar bisnis.

Kewirausahaan menurut Sukidjo (2011) mencerminkan semangat, sikap, dan perilaku sebagai teladan dalam keberanian mengambil resiko yang telah diperhitungkan berdasar atas kemauan dan kemampuan sendiri. Orang yang memiliki sikap-sikap tersebut dikatakan sebagai wiraswasta atau wirausaha. Sementara itu, Suryana (2006) berpendapat bahwa kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang memperlajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku

(4)

1658

seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.

Seseorang yang ingin berwirausaha harus memiliki kepercayaan yang kuat terhadap dirinya sendiri. Sikap percaya diri tercermin dari keyakinan untuk merencanakan, memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan dengan penuh tanggung jawab. Apa yang dilakukan seorang wirausahawan merupakan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditargetkan. Keberhasilan tersebut akan sangat ditentukan oleh motivasi berprestasi, berorientasi pada keuntungan, kekuatan dan ketabahan/keuletan berusaha, kerja keras, enerjik, dan inisiatif (Hunger dan Wheelen, 2003).

Seorang wirausahawan memiliki ciri-ciri mampu mengambil risiko, sikap tanggung jawab dan percaya diri menjadi sumber energi untuk menggunakan peluang yang ada. Ia bisa menganalisis peluang dan tantangan yang akan dihadapi sehingga dapat meminimalisir kegagalan yang akan dihadapi. Selain keberanian dan percaya diri, dalam berwirausaha juga harus didukung oleh sifat kepemimpinan yang kuat. Beberapa ahli manajemen mengungkapkan tentang kompetensi yang harus dimilki oleh seorang pemimpin sangat beragam. Misalnya Bennis dan Burt Nanus (1985) dalam Matondang (2013), dikatakan bahwa kompetensi kepemimpinan melingkupi “the ability to manage” dengan

attention (vision), meaning (communication), trust (emotional glue), and self (commitment, willingness to take risk). Menurut Peter F. Drucker, masih dalam

Matondang (2013), pemimpin seharusnya memiliki minimal tiga bidang kemampuan/kompetensi yaitu: (1) kemampuan pribadi, (2) kemampuan kepemimpinan, dan (3) kemampuan berorganisasi. Kepemimpinan bukan hanya memberikan pengaruh kepada orang lain atau bawahannya, melainkan juga sigap untuk mengantisipasi setiap perubahan. Di samping itu, mampu memimpin untuk melakukan perubahan dengan menawarkan produk-produk baru dan menjadi pelopor dalam penciptaan produk yang unggul atau memberikan nilai tambah yang berbeda dibandingkan dengan para pesaing.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan akan membutuhkan sikap/pola pikir (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan

(knowledge). Kewirausahaan merupakan kemampuan berinovasi dan kreatifitas

seseorang yang membutuhkan keberanian dan jiwa kepemimpinan yang kuat sehingga mampu melakukan perubahan-perubahan yang inovatif untuk mencapai kesuksesan.

2. Kebijakan Pendidikan Kewirausahaan

Kebijakan pemerintah terkait program pendidikan kewirausahaan yaitu: (1) kewirausahaan sebagai mata pelajaran di tingkat pendidikan menengah, dan sebagai mata kuliah pada jenjang pendidikan tinggi, serta (2) kewirausahaan sebagai keahlian yang mengacu pada standar kompetensi (Depdiknas, 2010).

(5)

1659

Nama mata pelajaran/mata kuliah, baik di tingkat pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi berbeda-beda, namun pada hakikatnya memiliki kandungan makna yang sama, misalnya di lingkungan sekolah menengah kejuruan (SMK), kewirausahaan pada umumnya dikenal dengan sebutan “unit produksi”. Di kalangan perguruan tinggi misalnya inkubator, pada bidang keahlian Teknik Informatika dan Komputer, misalnya klinik IT, konsultan IT, bisnis digital, dan bisnis startup.

3. Program Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi

Program kewirausahaan di perguruan tinggi telah diupayakan untuk meningkatkan kompetensi lulusan agar tidak menjadi pengangguran jika mahasiswa telah menyelesaikan pendidikan. Bebrapa cara yang telah dilakukan di perguruan tinggi dalam mempersiapkan para lulusannya sebagai calon wirausaha baru sebagai berikut:

a. Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)

Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) salah satu program pendidikan di perguruan tinggi yang telah diluncurkan semenjak tahun 2009. Dalam pelaksanaannya, PMW terintegrasi dengan pendidikan kewirausahaan yang sudah ada, antara lain dengan: Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Kuliah Kerja Usaha (KKU) dan program kewirausahaan lain.

Tujuan penyelenggaraan PMW dimaksudkan untuk: (1) menumbuhkan motivasi berwirausaha di kalangan mahasiswa; (2) membangun sikap mental wirausaha, yakni: percaya diri, sadar akan jati dirinya, bermotivasi untuk meraih suatu cita-cita, pantang menyerah, mampu bekerja keras, kreatif, inovatif, berani mengambil risiko dengan perhitungan, berperilaku pemimpin dan memiliki visi ke depan, tanggap terhadap saran dan kritik, memiliki kemampuan empati dan keterampilan sosial; (3) meningkatkan kecakapan dan kete rampilan para mahasiswa khususnya sense of business; (4) menumbuhkembangkan wirausaha-wirausaha baru yang berpendidikan tinggi; (5) menciptakan unit bisnis baru yang berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; dan (6) membangun jejaring bisnis antarpelaku bisnis, khususnya antara wirausaha pemula dan pengusaha yang sudah mapan. Alokasi dana PMW tidak seluruhnya untuk modal mahasiswa (Ditjen Dikti, 2009a).

Keberadaan kelembagaan yang bertanggungjawab atas program-program pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu pertimbangan penting bagi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk memberikan dukungan pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Dalam usaha mewujudkan calon-calon pengusaha muda dan terdidik atau pengusaha muda pemula, menumbuhkembangkan budaya kewirausahaan di perguruan tinggi dapat dimulai melalui program Kuliah Kewirausahaan/KWU (Ditjen Dikti, 2010b).

(6)

1660

Persyaratan pertama untuk menjamin keberhasilan dan keberlanjutan PMW, perguruan tinggi pelaksana harus mempunyai lembaga yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pengelola (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengevaluasian) serta pengembangan (penelitian dan pengembangan) program-program pendidikan kewirausahaan bagi mahasiswa dan program lain yang terkait dengan hubungan antarlembaga. Lembaga yang dimaksud dapat bersifat formal struktural ataupun fungsional yang bertanggung jawab langsung kepada pimpinan perguruan tinggi (Ditjen Dikti, 2009b).

b. Program Kuliah Kewirausahaan (KWU)

Sebagai upaya mewujudkan calon-calon pengusaha muda terdidik atau pengusaha muda pemula dan menumbuh kembangkan budaya kewirausahaan di perguruan tinggi dapat dimulai dengan program KWU. Penyelenggaraan KWU dimaksudkan sebagai upaya memperkenalkan dunia kewirausahaan agar dapat menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan bagi kalangan mahasiswa. Di samping itu, KWU dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan kewirausahaan, pengalihan pengalaman berwirausaha dan mendorong tumbuhnya motivasi berwirausaha sebagai bentuk kegiatan awal mahasiswa calon wirausahawan baru (Ditjen Dikti, 2010b). Agar terjadi interaksi antar mahasiswa dari berbagai bidang studi dalam proses pembelajaran kewirausahaan, maka peserta KWU diharapkan berasal dari berbagai mahasiswa dari program studi/jurusan fakultas lainnya.

Program KWU di perguruan tinggi diharapkan mampu: (1) meningkatkan pemahaman dan penjiwaan kewirausahaan di kalangan mahasiswa agar mampu menjadi wirausahawan yang berwawasan jauh ke depan dan luas berbasis ilmu yang diperolehnya; (2) mengenal pola berpikir wirausaha serta meningkatkan pemahaman manajemen (organisasi, produksi, keuangan dan pemasaran); dan (3) memperkenalkan cara melakukan akses informasi dan pasar serta teknologi, cara pembentukan kemitraan usaha, strategi dan etika bisnis, serta pembuatan rencana bisnis atau studi kelayakan yang diperlukan mahasiswa agar lebih siap dalam pengelolaan usaha yang sedang akan dilaksanakan (Ditjen Dikti, 2010a). c. Program Magang Kewirausahaan (MKU)

Program “magang kewirausahaan” merupakan kegiatan mahasiswa untuk belajar bekerja secara nyata (praktik) pada usaha kecil menengah, yang diharapkan dapat menjadi wahana penumbuhan jiwa kewirausahaan. Magang merupakan salah satu cara mempersiapkan diri untuk menjadi wirausaha. Selama magang mahasiswa bekerja sebagai tenaga kerja di perusahaan mitra, sehingga mampu menyerap berbagai pengalaman praktik, seperti: (1) memahami proses produksi yang dihasilkan secara utuh; (2) mengenal metode yang dilakukan baik dari aspek teknologi maupun organisasi; (3) mengenal pasar dari produk yang dihasilkan; (4) memahami permasalahan yang dihadapi

(7)

1661

dan cara mengatasi permasalahan; dan (5) berkembangnya sifat kreatif dan inovatif mahasiswa untuk bergerak di bidang wirausaha (Ditjen Dikti, 2010b).

Magang Kewirausahaan dilaksanakan untuk memberikan pengalaman praktis kewirausahaan kepada mahasiswa dengan cara ikut bekerja sehari-hari pada usaha kecil dan menengah. Secara khusus tujuan MKU: (1) meningkatkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki; (2) meningkatkan pengetahuan kewirausahaan mahasiswa, baik dalam hal keilmuan maupun pengalaman ber- wirausaha; (3) meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi dengan kalangan masyarakat di perusahaan; (4) memacu motivasi kewirausahaan mahasiswa yang berminat menjadi calon wirausaha; (5) membuka peluang untuk memperoleh pengalaman praktis kewirausahaan bagi dosen pembimbing mahasiswa; dan (6) men- ciptakan keterkaitan dan kesepadanan antara perguruan tinggi dengan usaha kecil dan menengah (Ditjen Dikti, 2010b).

Beberapa indikator pelaksanaan MKU dikatakan berhasil manakala: (1) pengusaha tempat magang merasakan manfaat MKU; (2) mahasiswa memperoleh pengetahuan, kompetensi, dan pengalaman serta manfaat, baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan yang berguna sebagai bekal untuk berwirausaha; dan (3) mahasiswa menjalankan tugas dengan disiplin dan mematuhi aturan perusahaan yang berlaku (Ditjen Dikti, 2010b).

d. Program Kuliah Kerja Usaha (KKU)

Kegiatan KKU diharapkan dapat meningkatkan calon wirausahawan yang handal dan mandiri dari kalangan mahasiswa melalui proses aktif yang berprinsip pada keberpihakan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendorong peningkatan pertumbuhan usaha kecil menengah. Tujuan khusus yang ingin dicapai dari KKU, yaitu: (1) berkembangnya budaya kewirausahaan di perguruan tinggi; (2) terwujudnya calon sarjana yang cendekiawan dan berjiwa kewirausahaan serta sadar dengan masalah lingkungannya; dan (3) menumbuh kembangkan usaha kecil menengah yang memiliki daya saing tinggi dari segi kualitas produk/jasa, kinerja dan pemasaran (Ditjen Dikti, 2010a).

e. Inkubator Wirausaha Baru (INWUB)

Inkubator Wirausaha Baru (INWUB) adalah suatu fasilitas fisik yang dikelola oleh sejumlah staf dan menawarkan suatu paket terpadu kepada alumni perguruan t inggi yang berminat menjadi wirausahawan dengan biaya terjangkau selama jangka waktu tertentu (2–3 tahun). Paket terpadu tersebut, antara lain meliputi: (1) sarana fisik atau ruang produksi dan fasilitas kantor yang dapat dipakai bersama; (2) kesempatan akses dan pembentukan jaringan kerja dengan jasa pendukung teknologi dan bisnis, sumberdaya teknologi dan informasi, sumber daya bahan baku, dan keuangan; (3) pelayanan konsultasi yang meliputi aspek teknologi, manajemen, dan pemasaran; (4) pembentukan jaringan kerja

(8)

1662

antar pengusaha; dan (5) pengembangan produk penelitian untuk dapat diproduksi secara komersial (Ditjen Dikti, 2010a).

Tujuan dibentuknya INWUB, yaitu untuk: (1) menciptakan lapangan kerja baru sehingga meningkatkan standar hidup golongan ekonomi lemah; (2) menciptakan UKM yang mandiri dan berlandaskan iptek untuk memperkuat struktur ekonomi nasional; (3) membantu alih teknologi dari teknologi konvensional ke teknologi mutakhir (state of the art technology) yang tepat guna termasuk teknologi hasil putaran (spin off) industri besar, perguruan tinggi atau lembaga penelitian; dan (4) mempercepat perkembangan kewirausahaan di Indonesia untuk mencapai pengembangan ketahanan ekonomi yang berkelanjutan dalam menghadapi era perdagangan bebas (Ditjen Dikti, 2010a). METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan berwirausaha mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Kegiatan yang yang dilakukan untuk melaksanakan pengukuran tingkat kemampuan jiwa kewirausahaan mahasiswa peneliti menggunakakan beberapa pertanyaan dari Joseph Schmidt, untuk mengukur jiwa kewirausahaan dengan 15 butir pernyataan, sebagai berikut:

1. Apabila menginginkan sesuatu, saya bersedia menghadapi segala risiko

untuk mendapatkannya.

2. Saya selalu memikirkan tujuan perbuatan dalam melakukan sesuatu. 3. Saya senang mengerjakan sesuatu yang memang cocok untuk diri saya. 4. Saya menyukai tantangan.

5. Saya menyukai kewenangan penuh atas diri saya. 6. Biasanya saya termasuk orang yang optimis.

7. Saya suka membenamkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan.

8. Saya cukup puas dengan apa yang telah saya lakukan dan hasilkan

selama ini.

9. Saya memiliki standar tinggi bagi kualitas pekerjaan saya.

10. Saya suka bereksperimen dengan gagasan maupun produk-produk baru. 11. Saya mengangap perkembangan diri dan profesi lebih penting daripada

rasa tenang, uang dan gengsi.

12. Saya bekerja keras untuk mencapai sasaran yang memang saya inginkan. 13. Dalam setiap pengambilan kepu tusan saya biasa menggabungkan daya

nalar dan dan intuisi sekaligus.

14. Saya termasuk orang yang kreatif.

15. Saya adalah orang yang paling tepat untuk mengambil keputusan bagi

diri saya sendiri, tidak peduli jika keputusan itu menentang arus. Pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

(9)

1663

a. Apabila seorang mahasiswa menjawab YA lebih dari 10 butir, maka dia memiliki jiwa kewirausahaan yang kuat.

b. Jika seseorang mahasiswa menjawab YA sebayak 6-10 butir, maka mahasiswa tersebut ssesungguhnya memiliki jiwa kewirausahaan, namun masih perlu tambahan kualitas misalnya mengikuti pelatihan, magang, mentoring, dan lain-lain.

c. Jika jawaban seorang mahasiswa kurang dari 6 butir, maka orang tersebut lebih cocok menjadi karyawan atau profesional lainnya.

Alur penelitian digambarkan sebagai berikut:

Penilitian ini berfokus pada kemampuan berwirausaha mahasiswa FT UNM khususnya yang telah menempuh semester enam. Dalam kegitan penelitian ini didahului studi pendahuluan untuk memperoleh data awal yang dapat dijadikan dasar dalam menentukan variabel dan indikator yang terkait dengan kemampuan berwirausaha mahasiswa. Pengembangan instrumen penelitian dilakukan selanjutnya divalidasi oleh ahli instrumen dan ahli kewirausahaan. Data empirik diporelah secara langsung dari mahasiswa dan dosen yang menjadi sampel penelitian melalui kuesioner dan wawancara langsung.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik Univesitas Negeri Makassar dengan waktu penelitian selama 8 (delapan) bulan mulai dari bulan Maret sampai dengan Oktober 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Teknik dengan mengambil sampel mahasiswa minimal semester enam, karena sudah mengikuti program kewirausahaan serta dosen pengampu mata kuliah Kewirausahaan di lingkungan FT UNM

Jenis data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Instrumen pengumpulan data kuantitatif menggunakan angket/kuesioner dan pengumpulan data kualitatif melakukan wawancara mendalam kepada mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan. Data yang dikumpulkan adalah uraian dari indikator-indikator yang dapat mengukur tingkat kemampuan berwirausaha mahasiswa.

Mulai

Kajian Literatur tentang program kewirausahaan mahasiswa di

perguruan tinggi Metodologi

Pengembangan Instrumen penelitian Validasi Instrumen

Hasil final

Pengumpulan Data (kuantitatif & kualitatif)

(10)

1664

Teknik analisis data secara kuantitatif digunakan untuk menganalisis data penilaian dari kuesioner yang diolah melalui bantuan aplikasi komputer. Untuk data kualitatif berisi pendapat dari dosen dan mahasiswa yang diperoleh melalui wawancara mendalam, kemudian peneliti melakukan analisis dan kajian mendalam untuk memperoleh kesimpulan akhir dari temuan dalam penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uraian berikut ini merupakan data hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Jumlah responden sebanyak 151 orang mahasiswa yang terdiri dari angkatan 2016 sebanyak 34 orang, 2017 sebanyak 34 orang, dan 2018 sebanyak 85 orang. Data penelitian dapat dilihat dalam lampiran dan kesimpulan data yang sudah diolah dalam tabel berikut:

Tabel 1. Hasil olah data kuesioner tingkat kemampuan berwirausaha mahasiswa di Fakultas Teknik UNM

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase

(%) Kesimpulan

120 79.47 Memiliki jiwa kewirausahaan yang kuat 29 19.21 Memiliki jiwa kewirausahaan, namun masih perlu tambahan kualitas

2 1.32 Cocok menjadi karyawan atau profesional lainnya

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 151 mahasiswa responden, sebanyak 120 orang memiliki jiwa kewirausahaan yang kuat, 29 orang mahasiswa memiliki jiwa kewirausahaan namun masih perlu tambahan kualitas, dan hanya 2 mahasiswa yang cocok menjadi karyawan atau profesional lainnya. Jika dilihat dari ke 15 aspek butir pertanyaan, hasil olah data dari 151 orang responden dapat dilihat dalam tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Hasil Kuesioner Tingkat Kemampuan Berwirausaha Mahasiswa di FT UNM No Deskripsi Jawaban Persentase Jawaban (%) Ya Tidak Ya Tidak 1

Jika menghendaki sesuatu, saya bersedia menempuh

(11)

1665 mendapatkannya

2

Dalam melakukan sesuatu saya selalu memikirkan

tujuan perbuatan itu 149 2 98.68% 1.32% 3

Saya senang mengerjakan sesuatu yang memang

cocok untuk diri saya 149 2 98.68% 1.32% 4 Saya menyukai tantangan 132 19 87.42% 12.58% 5 Saya menyukai kewenangan penuh atas diri saya 134 17 88.74% 11.26%

6 Biasanya saya termasuk orang yang optimis 127 24 84.11% 15.89%

7

Saya suka membenamkan diri sepenuhnya dalam

pekerjaan 102 49 67.55% 32.45%

8 Saya cukup puas dengan apa yang telah saya lakukan

dan hasilkan selama ini 94 57 62.25% 37.75% 9 Saya memiliki standar tinggi bagi kualitas pekerjaan saya 113 38 74.83% 25.17%

10 Saya suka bereksperimen dengan gagasan maupun

produk-produk baru 116 35 76.82% 23.18%

11

Saya mengangap perkembangan diri dan profesi lebih penting

daripada rasa tenang, uang

dan gengsi 126 25 83.44% 16.56%

12

Saya bekerja keras untuk mencapai sasaran yang

memang saya inginkan 148 3 98.01% 1.99%

13

Dalam setiap pengambilan kepu tusan saya biasa menggabungkan daya nalar

dan dan intuisi sekaligus 125 26 82.78% 17.22% 14 Saya termasuk orang yang kreatif 89 62 58.94% 41.06%

15

Saya adalah orang yang paling tepat untuk

mengambil keputusan bagi

(12)

1666 jika keputusan itu

menentang arus

Rata-rata 80.83% 19.16

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum dari 15 butir pertanyaan mengenai pendapat mahasiswa dalam berwirausaha, butir pertanyaan dengan jawaban “tidak” yang paling tinggi nilainya adalah butir ke 14 yaitu “saya termasuk orang yang kreatif”. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang belum kreatif masih tinggi yaitu 41.06%. Masalah kreatifitas perlu mendapatkan perhatian khusus dari para dosen kewirausahaan agar mencari solusi dan memberikan pelatihan kepada mahsiswa agar kreativitasnya meningkat. Mahasiswa yang kreatif akan bisa mencari dan menemukan ide-ide baru yang dapat diterapkan dalam berwira usaha. Disusul jawaban tidak yang persentasinya tinggi adalah butir ke 8 yaitu “Saya cukup puas dengan apa yang telah saya lakukan dan hasilkan selama ini” dengan nilai 37.75%. Urutan ke 3 jawaban “tidak” yang persentasinya tinggi adalah pernyataan butir ke 7 yaitu “Saya suka membenamkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan” dengan jumlah 32.45%.

Di sisi lain, sebagian mahasiswa memiliki jiwa kewirausahaan yang kuat, dengan rata-rata persentasi jawaban Ya 80.83% dan jawaban tidak hanya 19.16%. Jawaban optimis dari mahasiswa masih sangat tinggi nilainya dengan melihat data pada tabel 3 misalanya pada butir 2 yang berbunyi “Dalam melakukan sesuatu saya selalu memikirkan tujuan perbuatan itu” dengan nilai 98.68 %, begitu pula butir 3 yaitu “Saya senang mengerjakan sesuatu yang memang cocok untuk diri saya” dan 12 yaitu “Saya bekerja keras untuk mencapai sasaran yang memang saya inginkan” yang nilainya di atas 90%.

Penelitian ini juga mencari informasi tentang kendala-kendala yang dihadapi mahasiswa dalam melaksanakan kewirausahaan. Data yang diperoleh dari 151 mahasiswa sebagai responden dapat dilihat dalam tabel 3 berikut:

Tabel 3. Hasil Kuesioner Kendala-Kendala dalam Berwirausaha Mahasiswa FT UNM

No. Deskripsi Sikap Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Persentase (%) 1 Belum memiliki atau keterbatasan modal. 137 14 90.73 9.27

2 Merasa tidak berbakat dalam berwirausaha 76 75 50.33 49.67

3 Merasa usia terlalu muda untuk berwirausaha. 24 127 15.89 84.11 4 Belum memiliki keinginan 74 77 49.01 50.99

(13)

1667 yang kuat untuk berwirausaha. 5

Bingung menentukan jenis usaha yang sesuai dengan

kompetensi saya 119 32 78.81 21.19

6

Tidak kompeten dalam manajerial, belum memiliki kemampuan serta kinerja di

dalam pengelolaan usaha 103 48 68.21 31.79

7

Kurang memiliki pengalaman dalam berbagai segi, misalnya dalam kemampuan teknik, kemampuan

memvisualisasikan usaha, kemampuan

mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan

mensinergikan operasionalisasi

perusahaan. 117 34 77.48 22.52

8

Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berjalan dengan baik maka aspek keuangan harus

betul-betul diperhatikan 101 50 66.89 33.11 9 Ketidak mampuan dalam perencanaan. 101 50 66.89 33.11 10 Bingung memilih lokasi. 119 32 78.81 21.19

Berdasarkan data tabel 3 nampak bahwa yang menjadi kendala utama mahasiswa dalam berwirausaha adalah pada butir 1 “belum memiliki atau keterbatasan modal” dengan jumlah responden yang menjawab Ya sebanyak 90,73%. Kendala ke 2 terbanyak adalah pada butir ke 5 yaitu “bingung menentukan jenis usaha yang sesuai dengan kompetensi saya” dan butir ke 10 yaitu “bingung memilih lokasi. Lokasi usaha adalah faktor yang strategis, apabila salah dalam memilih lokasi maka berakibat terhadap terhambatnya operasional usaha” sebanyak 78,81%. Dari 10 pertanyaan kendala-kendala berwirausaha, hanya 2 butir pertanyaan yang nilainya di bawah 50% yaitu butir ke 3 “merasa usia terlalu muda untuk berwirausaha” hanya 15.89% yang menjawab Ya.

(14)

1668

Secara umum berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada dasarnya sebagian besar mahasiswa memiliki jiwa kewirausahaan yang kuat namun mereka masih menghadapi beberapa kendala, jika diurutkan tingkatannya yaitu: (1) keterbatasan modal; (2) bingung menetukan jenis usaha yang sesuai dengan kompetensinya; (3) bingung memilih lokasi; (4) Kurang memiliki pengalaman dalam berbagai segi, misalnya dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mensinergikan operasionalisasi perusahaan; (5) ketidak mampuan dalam perencanaan dan kurang dapat mengendalikan keuangan; (6) tidak kompeten dalam manajerial, belum memiliki kemampuan serta kinerja di dalam pengelolaan usaha; (7) merasa tidak berbakat dalam berwirausaha; (8) belum memiliki keinginan yang kuat untuk berwirausaha; dan (9) merasa usia terlalu muda untuk berwirausaha.

Melihat kendala terbesar yang dihadapi mahasiswa dalam berwirausaha yaitu terkait modal atau pembiayaan sebenarnya dapat diatasi dengan beberapa cara, yaitu selain usaha dengan modal sendiri/mandiri juga dapat diupayakan melalui pembiayaan dari lembaga keuangan misalnya perbankan atau modal ventura sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 bahwa “Badan usaha yang melakukan suatu pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bnatuan pembiayaan.” Modal ventura adalah perusahaan yang memberikan pembiayaan dengan cara melakukan penyertaan langsung ke dalam perusahaan yang dibiayai, dan keuntungan dari modal ventura berupa deviden atau capital gain”. KESIMPULAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar mahasiswa memiliki jiwa kewirausahaan yang kuat, meskipun sebagian masih perlu tambahan kualitas, dan hanya sebagian kecil mahasiswa yang cocok menjadi karyawan atau profesional lainnya.

2. Meskipun mahasiswa memiliki jiwa kewirausahaan yang kuat, namun sebagian besar menghadapi berbagai kendala-kendala misalanya: keterbatasan modal, bingung menetukan jenis usaha yang sesuai dengan kompetensinya, bingung memilih lokasi, dan beberapa alasan lainnya.

b. Saran

1. Jumlah mahasiswa yang merasa tidak kreatif dalam berwirausaha masih tinggi sehingga perlu adanya pelatihan tambahan atau pengkajian ulang materi kewirausahaan yang diberikan kepada mahasiswa agar rasa percaya diri dan keyakinan akan kemampuan sendiri semakin kuat.

(15)

1669

mendapatkan modal atau pembiayaan usaha kepada mahasiswa.

Sebaiknya pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa dilaksanakan dalam bentuk implementasi langsung dengan keberanian menjalankan sebuah bisnis. UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Karunianya. Sehimgga kegiatan ini dapat dilakukan sesuai rencana dengan hasil seperti dalam laporan ini. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Makassar.

2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengapdian Kepada Masyarakat UNM . 3. Dekan FT Universitas Negeri Makassar.

4. Anggota tim atas kerjasamanya yang diberikan sehingga kegiatan ini berjalan dengan sukses.

5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Kurikulum pendidikan kewirausahaan perlu dirumuskan. (http://www.suarapembaruan.com/ News/2004/02/27/index.html) diakses pada tanggal 20 Februari 2020

BPS. (2018). Pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang

ditamatkan 1986 - 2017: https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/972

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2010a. Laporan hasil penelitian

alternatif pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi,

bekerjasama dengan Universitas Negeri Jakarta, Kemdiknas, Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan. 2010b. Pedoman Umum

Pengembangan Model Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi, Balitbang

Kemdiknas bekerja sama dengan Universitas Brawijaya, Malang.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang Undang Nomor 20

Tahun 2003

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2009a. Pedoman Program

Mahasiswa Wirausaha (PMW) Dikti. Jakarta: Direktorat Kelembagaan.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2009b. Laporan PMW di Perguruan

Tinggi (tidak dipublikasikan). Jakarta: Direktorat Kelembagaan.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2010a. Pedoman Program

Kreatifitas Mahasiswa. Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas. Jakarta.

(16)

1670

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2010b. Program Pengembangan

Budaya Kewirausahaan. Bab V. Panduan Pengelolaan Program Hibah DP2M Ditjen Dikti – Edisi VII. Jakarta.

Hendarman. 2011. Kajian k ebijakan PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 17. No. 8.

Edisi November 2011, Balitbang, Kemdiknas, Jakarta.

Matondang. (2013). Kepemimpinan, budaya organisasi dan manajemen stratejik. : http:// mgt-sdm..com/2013/03/kompetensi-kepemimpinan.html, diunduh 1 November 2020.

Subijanto. 2012. Analisis Kebijakan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan, dalam Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan, Vol 18, No. 2 Edisi Juni 2012, Balitbang, Kemdikbud.

Webster Noah. 1979. Webster’s New Twentieth Century: Dictionary

Gambar

Tabel 2. Hasil Kuesioner Tingkat Kemampuan Berwirausaha Mahasiswa di FT  UNM  No  Deskripsi  Jawaban  Persentase Jawaban (%)  Ya  Tidak  Ya  Tidak  1

Referensi

Dokumen terkait

aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalama. beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam

Untuk memperoleh data sikap rasa ingin tahu dalam belajar siswa yaitu dengan menggunakan lembar skala sikap rasa ingin tahu, sedangkan untuk memperoleh data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:1) Kompetensi menjahit blazer menggunakan metode pemberian tugas tanpa bimbingan guru pada siswa kelas XI di SMKN 4 Yogyakarta, 2)

[r]

Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan tim promotor sesuai disiplin keilmuan yang relevan dengan judul/tema penelitian kami.. Adapun Usulan Tim Promotor yang kami ajukan

dibutuhkan untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional dosen yang diusulkan. Angka kredit paling rendah 0,5 akan tetapi setiap Perguruan Tinggi dapat menentukan. syarat paling

makna teks tulis monolog yang berbentuk narrative dan review secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dan untuk. mengakses

Termasuk didalamnya mengatur jarak tanam yang tepat untuk produksi optimal dan menentukan waktu penyiangan yang tepat sesuai dengan periode masa kritis.. Keberadaan gulma pada