• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dengan Kapasitas Petani Jambu Kristal Mitra Agribussiness Development Center.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dengan Kapasitas Petani Jambu Kristal Mitra Agribussiness Development Center."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN

KAPASITAS PETANI JAMBU KRISTAL MITRA

AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER

NINA JULIYANA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kapasitas Petani Jambu Kristal Mitra Agribussiness Development Center (ADC) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(3)

ABSTRAK

NINA JULIYANA. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kapasitas Petani Jambu Kristal mitra Agribussiness Development Center. Dibawah bimbingan SITI AMANAH.

Seorang pemimpin dalam melaksanakan aktivitas kepemimpinannya mempunyai karakteristik kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi anggotanya. Gaya dan karakteristik kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin serta katrakteristik petani berpengaruh terhadap kapasitas anggotanya. Kapasitas anggota tersebut berkaitan dengan peningkatan pada aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dilihat dari penguasaan teknik budidaya dan kamampuan mengakses pasar petani jambu kristal mitra Agribussiness Development Center. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara karakteristik pemimpin, karakteristik petani dan gaya kepemimpinan dengan kapasitas petani jambu kristal mitra Agribussiness Development Center. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan menggunakan kuesioner serta didukung data kualitatif melalui wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik pemimpin yang bertanggungjawab dan komunikatif serta gaya kepemimpinan berorientasi tugas dan proses dengan kapasitas petani jambu kristal mitra Agribussiness Development Center.

Kata Kunci: kepemimpinan, organisasi, pemimpin, pengembangan kapasitas

ABSTRACT

NINA JULIYANA. The relationship between the style of leadership by the capacity of cashew farmers crystalline agribussiness partner development center. Supervised by SITI AMANAH.

A leader in implementing the activities of his leadership has the characteristics of leadership style and different leadership to influence its members. Style and characteristic of leadership that owned and the characteristic of a farmer of impact on the capacity of its members. The capacity of the farmer partner associated with increasing on aspects of knowledge, skill and attitude owned by members seen from the cultivation mastery of technique and the ability of accesing market of the farmer partner of crystal guava in Agribussiness Development Center. Leadership Style influence on the capacity of a farmer partner of crystal guava in Agribussiness Development Center. The purpose in this research is analyzing the relationship between the characteristics of the leader, characteristic of farmers and the style of leadership by the capacity of cashew farmers partner crystal agribussiness development center. This research is done with qualitative and quantitative methods using a questionnaire and in-depth interviews. The results of research shows that there is the relationship between the characteristics of a leader who was responsible and communicative style of leadership and oriented duties and the process with the capacity of cashew farmers partner crystal agribussiness development center.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN

KAPASITAS PETANI JAMBU KRISTAL MITRA

AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER

NINA JULIYANA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)
(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kapasitas Petani Jambu Kristal Mitra Agribussiness Development Center (ADC)” ini dengan baik. Laporan skripsi ini ditujukan untuk mendapat gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Siti Amanah, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Suharjo dan Arsi selaku orangtua yang selalu memberikan saran, masukan, dukungan dan doa yang sangat bermanfaat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman SKPM 48, khususnya Nur Fitria, Kinan, Rifa, Dilla, Tidi, Yulita, Weninda, Dije, Kiki, dan Nafiah yang telah memberikan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(7)

DAFTAR ISI vii

Lokasi dan waktu penelitian 17

Teknik pengambilan responden dan informan 17

Teknik pengumpulan data 17

Teknik pengolahan dan analisis data 17

Validitas dan reliabilitas instrumen 18

GAMBARAN UMUM AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER 19 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PEMIMPIN

DAN TINGKAT KAPASITAS PETANI JAMBU KRISTAL MITRA AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER

23

Karakteristik pemimpin 23

Tingkat kapasitas petani jambu kristal Mitra ADC 25 Hubungan karakteristik pemimpin dengan kapasitas petani jambu

kristal Mitra ADC

27 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PETANI

DAN TINGKAT KAPASITAS PETANI JAMBU KRISTAL MITRA AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER

33

Karakteristik petani 33

Hubungan karakteristik petani dengan kapasitas petani jambu kristal mitra ADC

35 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DAN

TINGKAT KAPASITAS PETANI JAMBU KRISTAL MITRA AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER

39

Gaya kepemimpinan 39

Hubungan gaya kepemimpinan dengan kapasitas petani jambu kristal mitra ADC

40

SIMPULAN DAN SARAN 45

Simpulan 45

Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 47

DAFTAR LAMPIRAN 49

(8)

DAFTAR GAMBAR

1 Tingkatan-tingkatan manajemen 6

2 Kerangka pemikiran 12

3 Produksi jambu kristal Tahun 2011-2014 20

4 Struktur organisasi ADC 21

DAFTAR TABEL

1 Standar mutu jambu kristal dan harga beli ADC 20 2 Jumlah dan persentase karakteristik pemimpin 23 3 Jumlah dan persentase kapasitas petani jambu kristal Mitra ADC 25 4 Hubungan karakteristik pemimpin dengan penguasaan teknik

budidaya jambu kristal petani Mitra ADC

27 5 Hubungan karakteristik pemimpin dengan kemampuan mengakses

pasar petani jambu kristal Mitra ADC

29 6 Hasil uji korelasi rank spearman karakteristik pemimpin dan

kapasitas petani jambu kristal Mitra ADC

30 7 Jumlah dan persentase karakteristik petani 33 8 Hubungan karakteristik petani dengan penguasaan teknik budidaya

jambu kristal petani Mitra ADC

35 9 Hubungan karakteristik petani dengan kemampuan mengakses pasar

petani jambu kristal Mitra ADC

36 10 Hasil uji korelasi rank spearman karakteristik petani dan kapasitas

petani jambu kristal Mitra ADC

37

11 Jumlah dan persentase gaya kepemimpinan 39

12 Hubungan gaya kepemimpinan dengan penguasaan teknik budidaya jambu kristal petani Mitra ADC

40 13 Hubungan gaya kepemimpinan dengan kemampuan mengakses

pasar petani jambu kristal Mitra ADC

41 14 Hasil uji korelasi rank spearman gaya kepemimpinan dan kapasitas

petani jambu kristal Mitra ADC

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi penelitian 49

2 Daftar petani jambu kristal Mitra ADC 50

3 Dokumentasi 51

4 Kuesioner 52

5 Panduan pertanyaan wawancara 56

(10)

Kepemimpinan merupakan hal yang sentral dalam suatu organisasi. Kepemimpinan dalam suatu organisasi tidak terlepas dari peran seorang pemimpin. Sederhananya, kepemimpinan merupakan kegiatan atau upaya untuk mempengaruhi orang lain. Kepemimpinan menurut Thoha (1991) adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan tidak harus terikat terjadi dalam suatu organisasi tertentu melainkan dapat terjadi dimana saja, asalkan seorang menunjukkan kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya tujuan tertentu. Kepemimpinan juga menjadi hal menarik untuk dikaji dari waktu ke waktu. Hal tersebut terlihat dari hasil penelaahan yang membuktikan bahwa kepemimpinan merupakan fenomena yang sangat kompleks, sehingga kemampuan efektif kepemimpinan memerlukan proses pengembangan yang terus-menerus berkesinambungan, ditanamkan, dirintis, dan dibina sepanjang masa (Wiriadihardja, 1987). Seorang pemimpin dalam melaksanakan aktivitas kepemimpinannya mempunyai karakteristik dan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi anggotanya.

Karakteristik kepemimpinan merupakan sifat-sifat yang melekat atau yang harus dimiliki seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang baik harus mempunyai karakteristik yang dapat memberikan pengaruh positif bagi anggotanya. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan tersebut, misalnya instruksi, konsultatif, delegatif dan partisipatif yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Thoha, 1991).

Gaya kepemimpinan dan keberhasilan seorang pemimpin dalam suatu organisasi, tentu tidak terlepas dari peran anggota atau orang yang dipimpinnya. Keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya diukur dari keberhasilannya mencapai tujuan, namun juga dilihat dari pengaruh kepemimpinannya dalam pengembangan kapasitas anggota. Kapasitas anggota suatu organisasi harus selalu dikembangkan, agar anggota dapat mencapai tujuan organisasi. Sumpeno, et al. (2003) dalam Sugeng (2004) mengemukakan, bahwa: Capacity building adalah suatu proses peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Capacity building sebagai strategi untuk meningkatkan daya dukung kelembagaan dalam mengantisipasi masalah dan kebutuhan yang dihadapi. Selanjutnya secara detail dikemukakan, bahwa proses peningkatan atau perubahan perilaku tersebut meliputi: (1) peningkatan kemampuan individu (pengetahuan, keterampilan dan sikap), (2) peningkatan kemampuan kelembagaan (manajemen organisasi, finansial dan kultur), dan (3) peningkatan kemampuan masyarakat (kemandirian, keswadayaan dan antisipasi perubahan). Disinilah dapat terlihat peranan kepemimpinan dalam pengembangan kapasitas anggotanya.

(11)

sebuah lembaga sosial kerjasama antara International Cooperation Development Fund(ICDF) Taiwan melalui Misi TeknikTaiwan dengan IPB (Institut Pertanian Bogor). Agribussiness Development Center (ADC) bergerak dibidang pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di wilayah Kabupaten Bogor. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain kemitraan dengan petani, pembinaan dan pelatihan petani. Setelah enam tahun menjalin kerjasama, kontrak antara Agribussiness Development Center (ADC) dan International Cooperation Development Fund(ICDF) pun berakhir. Segala sumber daya di Agribussiness Development Center (ADC) akan menjadi milik IPB dan dikelola oleh Agribussiness Development Station (ADS).1 Kegiatan utama Agribussiness Development Station(ADS) tetaplah sama denganAgribussiness Development Center (ADC), yakni melakukan pendampingan petani melalui kegiatan produksi dan pemasaran komoditas hortikultura, salah satunya adalah jambu kristal (Psidium Guajava sp).

Fokus kajian pada penelitian ini adalah petani mitra khususnya petani jambu kristal. Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997, kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.2Kemitraan yang dijalankan oleh pihak Agribussiness Development Center (ADC) lebih mengutamakan bagaimana untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Peningkatan kesejahteraan petani di Kabupaten Bogor melalui kemitraan Agribussiness Development Center (ADC). Agribussiness Development Center (ADC) merupakan salah satu wujud pemberdayaan masyarakat desa khususnya petani. Hal tersebut karena penduduk miskin di Indonesia didominasi oleh penduduk desa khususnya petani. Pemberdayaan masyarakat desa tersebut diatur dalam Undang-Undang No.6

Tahun 2014 Tentang Desa, dimana “Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah

upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalahdan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.3Agribussiness Development Center (ADC) juga dibangun untuk membantu petani dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi melalui pendampingan yang dimaksudkan untuk membina petani menerapkan teknik produksi hingga pemasaran yang baik, sehingga petani memiliki bargaining power dan produknya memiliki nilai tambah di pasar. Kapasitas petani mitra Agribussiness Development Center (ADC) dapat dilihat dari teknik produksi dan budidaya jambu kristal serta pemasaran yang baik. Agar kapasitas petani mitra terus berkembang, perlu dilakukan pengembangan kapasitas petani mitra melalui teknik budidaya jambu kristal dan pemasaran yang baik yang dapat dilihat dari pengetahuan, keterampilan dan sikap petani mitra.

1

Website: ipbmag.ipb.ac.id

2

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (2013)

3

(12)

Masalah Penelitian

Berhasil atau tidaknya suatu organisasi sangat erat kaitannya dengan peran seorang pemimpin. Seorang pemimpin dalam melaksanakan aktivitas kepemimpinannya mempunyai karakteristik dan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi anggotanya. Gaya kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin berpengaruh terhadap kapasitas anggotanya. Kapasitas petani mitra Agribussiness Development Center (ADC) dapat dilihat dari teknik budidaya jambu kristal dan pemasaran yang baik. Agar kapasitas petani mitra terus berkembang, Agribussiness Development Center (ADC) mengadakan pelatihan mengenai teknik budidaya dan pemasaran yang baik. Kemitraan yang dijalankan antara petani dan Agribussiness Development Center (ADC) telah berhasil menjadikan petani produsen unggulan jambu kristal yang dapat dilihat dari fluktuasi jumlah produksi jambu kristal dari tahun 2011-2014. Dimana pada tahun 2011-2013 jumlah produksi jambu kristal selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2013-2014 jumlah produksi jambu kristal menurun drastis sebesar 26746.5 kilogram. Penurunan tersebut bersamaan dengan berakhirnya kontrak International Cooperation Development Fund(ICDF) dan IPB.

Kapasitas petani berarti kemampuan petani untuk melakukan kegiatan pertanian, mempunyai kesanggupan dalam menjawab tantangan, serta memenuhi syarat sebagai petani yang unggul (Anantayu, 2011). Kapasitas petani mitra jambu kristal merupakan hal utama yang mempengaruhi keberlanjutan usaha agribisnis jambu kristal. Di dalam ADC terdapat peran karakteristik pemimpin dan petani serta gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi tingkat kapasitas petani jambu kristal mitra Agribussiness Development Center (ADC) menjadi produsen unggulan jambu kristal. Hal tersebut memunculkan pertanyaan bagaimana kapasitas petani mitra jambu kristal di Agribussiness Development Center (ADC) dan kaitannya dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pemimpin, karakteristik petani dan gaya kepemimpinan diAgribussiness Development Center (ADC)?

2. Sejauh mana tingkat kapasitas petani mitra jambu kristal diAgribussiness Development Center (ADC)?

3. Sejauh mana hubungan karakteristik pemimpin, karakteristik petani dan gaya kepemimpinan dengan tingkat kapasitas petani mitra jambu kristal diAgribussiness Development Center (ADC)?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis karakteristik pemimpin, karakteristik petani dan gaya kepemimpinan di Agribussiness Development Center (ADC)

2. Menganalisis tingkat kapasitas petani mitra jambu kristal di Agribussiness Development Center (ADC)

(13)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang dapat mengembangan kapasitas anggotanya

(14)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka Konsep Kepemimpinan

Pada dasarnya pemimpin dan kepemimpinan adalah dua hal yang berbeda.

Secara etimologis pemimpin dan kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang

mengandung beberapa arti, yaitu: mempelopori, berjalan di muka, menuntun, membimbing, mendorong, mengambil langkah/prakarsa pertama, bergerak lebih awal, berbuat lebih dahulu, memberi contoh, menggerakkan orang lain melalui pengaruh. Pemimpin (leader) adalah seorang yang dengan cara apapun, mampu mempengaruhi pihak orang lain untuk berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang yang dengan cara apapun mampu mempengaruhi pihak lain, untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu, sehingga barhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Sholehuddin (2008), kepemimpinan juga berhubungan dengan keterampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang Tannebeum dan Massarik (1957) dalam Wiriadihardja (1987) menjelaskan pemimpin adalah suatu pengaruh antar personal yang dilaksanakan dalam suatu keadaan yang ditujukan untuk mencapai suatu tujuan khusus, melalui proses komunikasi.

(15)

Manajemen Tingkat Puncak Manajemen Tingkat Menengah

Manajemen Tingkat pertama/Supervsi Manajemen Nonsupervisi

Gambar 1 Tingkatan-Tingkatan Manajemen

1. Manajemen Tingkat Puncak atau Top Management, yang biasanya terdiri dari direktur utama, presiden direktur, atau wakil direktur. Untuk manajemn tingkat ini, keahlian yang terutama diperlukan adalah keahlian dalam hal konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen global dan manajemen waktu.

2. Manajemen Tingkat Menengah atau Middle Management, yang biasanya terdiri dari para manjer, kepala divisi atau departemen atau kepala cabang. Untuk manajemen tingkat menengah ini, kehalian yang diperlukan di antaranya adalah keahlian konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu dan teknikal.

3. Manajemen Tingkat Supervisi atau Tingkat Pertama atau Supervisory atau First-Line Management, yang biasanya terdiri dari para supervisi, ketua kelompok, dan lain sebagainya. Di antara keahlian yang terutama perlu dimiliki adalah komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu dan teknikal. 4. Manajemen Nonsupervisi atau Non-Supervisory Management, yang biasanya

terdiri dari para tenaga kerja tingkat bawah pada umumnya seperti buruh, pekerja bangunan, dan lain-lain. keahlian yang terutama dimiliki dalam level ini adalah keahlian teknikal, komunikasi dan manajemen waktu.

Karakteristik Kepemimpinan

(16)

memiliki pengaruh positif, pemimpin yang baik mampu mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan sesuai dengan yang diharapkan; (5) mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain melalui komunikasi dan kegiatan mempengaruhi kepada para pengikutnya.

Wiriadihardja (1987) menyatakan terdapat enam karakteristik kepemimpinan dan karakteristik kepemimpinan lainnya mengutip dari kepustakaan manajemen, yaitu:

a. Toleransi. Seorang pemimpin yang berhasil, tidak menutupi diri terhadap berbagai ide dari luar. Dia terbuka bagi segala pandangan atau gagasan dengan asumsi, bahwa setiap pengusul gagasan bertanggungjawab dan dapat menjelaskan atau mempertahankan sifat kepraktisan dari gagasan yang dimajukan

b. Keuletan. Seorang pemimpin yang sukses digambarkan sebagai memiliki keuletan dan kestabilan emosi. Dia memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri dan menguasai dirinya sendiri, sekalipuntidak dalam segala hal. Kedudukannya sebagai pemimpin mendorong sifatnya serba ingin tahu. c. Keterbukaan. Seorang pemimpin bersifat terus menerus, jujur adil dalam

segala urusan. Dia sangat bijaksana dan diplomatis dalam segala tindakan. d. Teguh Pendirian. Penelitian terhadap sekelompok pemimpin yang

dianggap berhasil, menunjukkan skor yang sangat tinggi mengenai unsur

“teguh pendirian” dan tidak bersifat plin-plan. Dia menunjukkan kemahiran dalam menilai situasi dan kondisi keseluruhan, tajam dalam memilih dan membedakan fakta-fakta sebagai landasan penarikan kesimpulan secara realistis mengenai sesuatu permasalahan. Dia tidak mudah berbelok dan mengingkari kesimpulan yang dianggapnya layak dan rasional.

e. Rasa Kesungguhan. Pemimpin yang berhasil mencerminkan tanda-tanda kepribadian yang memiliki rasa kesungguhan mengenai pekerjaannya, organisasi dan masa depannya. Kepuasan dirinya terletak pada hasil kemajauan yang dicapai oleh usahanya atau usaha organisasinya. Dia berpegang pada tugasnya, belajar serta menarik pengalaman sebaik-baiknya dari pekerjaannya dan melatih secara baik-baik bawahannya untuk dapat diserahi tanggungjawab.

f. Tenang. Penelitian kepemimpinan, menunjukkan adanya ciri dan sifatyang tidak menonjolkan keakuan, tidak pasif dan selalu tanggap terhadap segala ketidaktertiban. Bilamana diperolok-olokkan, dia bisa juga marah akan tetapi dengan cara yang terkendalikan. Hambatan dan tantangan dalam tugas, dianggapnya sebagai yang wajar dan harus diperhitungkan dalam setiap perjuangan hidupnya.

g. Kesepakatan. Pimpinan atau manajer yang digolongkan pimpinan, memperoleh kesepakatan (diterima) dan kepercayaan dari orang lain, baik dari bawahan, teman sejawat, atasan maupun dari masyarakat luas. Dia didukung, diakui sebagai pemimpin dan selalu membutuhkan inspirasi dan kepercayaan

(17)

fakta kemudian menganalisis sedemikian rupa sehingga memperoleh kepastian.

i. Dorongan dan Inisiatif. Memiliki daya memenuhi serta dorongan untuk menyelesaikan sesuatu. Waspada dan siap siaga menghadapi hal-hal yang harus diselesaikan. Aktif dan enerjik, memiliki daya tangkap yang tajam, dengan hanya sedikit penjelasan saja sudah memahami persoalan. Mendorong dan membina dirinya dan orang lain.

j. Terarah. Cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya. Mempunyai wibawa, kesetiaan dan dukungan kerjasama dari bawahannya. Mempunyai reputasi sebagai pemimpin tangguh, teguh pendirian tetapi adil. Mempunyai nama baik dalam menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif.

k. Tanggap dan Terampil. Cepat mengerti dan cepat menangkap instruksi dan penjelasan. Cepat menilai situasi, kondisi dan lingkungan baru secara tepat. Cepat menentukan fakta dan situasi berdasarkan itu membuat keputusan yang tepat.

l. Organisasi yang Efektif. Selalu bertindak menurut jalur-jalur komando. Melaksanakan hubungan kerjasama secara patuh menurut jalur lini dan staf. Selalu mengusahakan organisasinya sesuai dengan tugas yang harus diselesaikan.

m. Pengabdian kepada Masyarakat. Tidak melupakan tujuan berpemerintahan atau tujuan pokok organisasi, memberi pelayanan kepada masyarakat secara baik.

n. Cakap dan Luwes. Memiliki daya kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Memiliki ilmu pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang diperlukan untuk menyukseskan tanggungjawabnya. Mampu mengubah perhatian dari permasalahan yang satu kepada yang lain, sehingga semua memperoleh perhatian manajemen secara merata. Memiliki imajinasi, menyetujui pertanggungjawaban, melaksanakan dan menjamin prestasi pekerjaan serta memilih para pembantunya yang cakap.

Gaya Kepemimpinan

(18)

bagaimana caranya memanfaatkan kekuatan bawahan untuk mengimbangi kelemahan yang mereka miliki.

Thoha (1991) menjelaskan perilaku gaya dasar kepemimpinan dalam mengambil keputusan, terbagi atas empat gaya kepemimpinan yaitu:

1. Instruksi

Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan, yang dicirikan oleh komunikasi satu arah, pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang mekanisme pelaksanaan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan proses pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin.

2. Konsultatif

Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan, masih banyak memberikan pengarahan dan pengambilan keputusan, tetapi diikuti dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan mendengar perasaan pengikut, baik berupa ide maupun saran mereka tentang keputusan yang dibuat. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin. 3. Partisipatif

Perilaku pemimpin yang tinggi dan rendah pengarahan, dalam hal ini posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan di pegang secara bergantian. Selain itu, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan dan peranan pemimpin adalah aktif mendengar. Tanggung jawab dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut.

4. Delegatif

Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan, pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan, sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Bawahan memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukkan mereka sendiri, karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.

Teori tentang gaya kepemimpinan, juga dikemukakan oleh Fred Fiedler dalam Thoha (1991) yang disebut dengan Model Kepemimpinan Kontingensi. Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan tersebut, yaitu: hubungan pemimpin-anggota, derajat dari struktur tugas dan posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otorita formal. Suatu situasi akan dapat menyenangkan pemimpin jika ketiga dimensi di atas mempunyai derajat yang tinggi. Dengan kata lain, suatu situasi akan menyenangkan jika:

1. Pemimpin diterima oleh para pengikutnya (derajat hubungan pemimpin-anggota tinggi)

(19)

3. Penggunaan otoritas dan kekuasaan secara formal diterapkan pada posisi pemimpin (derajat posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal tinggi)

Di dalam pengembangan kapasitas masyarakat terkandung makna pengembangan kapasitas manusia sebagai aktor yang membentuk masyarakat. Penjabarannya adalah pengembangan kapasitas manusia dapat berupa pengembangan wawasan dan tingkat pengetahuan, peningkatan kemampuan untuk merespon dinamika lingkungannya, peningkatan skill, peningkatan akses terhadap informasi, peningkatan akses dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai perubahan yang terencana, yang direncanakan adalah bagaimana memberikan rangsangan dan dorongan agar masyarakat terbangun dan berkembang kapasitasnya. Rangsangan dan dorongan tersebut dapat berasal dari faktor eksternal. Faktor eksternal tersebut misalnya adalah kepemimpinan. Kepemimpinan suatu organisasi dapat mempengaruhi kinerja anggota oraganisasi sehingga kapasitas anggota meningkat dan tujuan organisasi dapat dicapai.

Karakteristik Petani Jambu Kristal

Karakteristik petani adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan terhadap lingkungannya (Mislini 2006). Menurut Hilman (2010), petani sebagai pelaku usaha agribisnis umumnya memiliki karakteristik tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, kemampuan manajerial, akses terhadap modal dan informasi rendah.Karakteristik petani yang diamati dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, lama bermitra dan luas lahan yang ditanami jambu kristal.

Usia petani mitra jambu kristal dalam penelitian ini dilihat dari masa hidup yang dilalui petani sampai saat ini.Tingkat pendidikan petani mitra dilihat dari tahun sukses petani selama menempuh pendidikan formal. Lamanya petani bermitra atau bekerjasama dilihat dari rentang waktu petani selama bermitra dengan Agribussiness Development Center (ADC). Karakteristik petani jambu kristal tersebut berhubungan dengan tingkat kapasitas petani jambu kristal itu sendiri.

Kapasitas Petani Jambu Kristal

Soetomo (2012) menyatakan bahwa perubahan dalam proses pembangunan masyarakat merupakan sinergi dari perubahan spontan dan perubahan terencana menuju kondisi kehidupan yang lebih diharapkan. Arah yang diharapkan adalah perubahan masyarakat yang dewasa, yang memiliki kemampuan untuk merespon tuntutan kebutuhan yang selalu meningkat, merespon peluang yang terbuka dan merespon potensi yang ada, disamping tidak kalah pentingnya mengantisispasi tantangan dan masalah yang muncul sejalan dengan proses perubahan yang berlangsung. Pengembangan kapasitas masyarakat merupakan salah satu unsur utama proses pemberdayaan di samping pemberian kewenangan (Soetomo, 2011).

(20)

being qualified). Kapasitas petani berarti kemampuan petani untuk melakukan kegiatan pertanian, mempunyai kesanggupan dalam menjawab tantangan, serta memenuhi syarat sebagai petani yang unggul. Kapasitas atau kemampuan petani merupakan salah satu prasyarat bagi petani untuk berpartisipasi dalam pembangunan pertanian. Hal tersebut dapat dilakukan salah satunya melalui pengembangan kelembagaan. Salah satu tindakan strategis dalam mengembangkan kelembagaan petani yaitu melalui peningkatan kapasitas petani. Peningkatan kapasitas petani dapat dilakukan melalui:

a. Peningkatan pendidikan, baik formal maupun non-formal, bagi petani yang mendukung bidang usaha atau agribisnis.

b. Memfasilitasi dalam berbagai kegiatan agribisnis.

c. Mendorong kemampuan berusaha untuk meningkatkan pendapatan. d. Memfasilitasi penyediaan sarana kegiatan agribisnis bagi petani.

e. Menyediakan sumber-sumber belajar termasuk informasi yang diperlukan oleh petani.

Sumpeno et al. (2003) dalam Sugeng (2004) mengemukakan, bahwa: Capacity buliding adalah suatu proses peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi dan sistemmasyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Capacity building sebagai strategi untuk meningkatkan daya dukung kelembagaan dalam mengantisipasi masalah dan kebutuhan yang dihadapi. Selanjutnya secara detail dikemukakan, bahwa proses peningkatan atau perubahan perilaku tersebut meliputi: (1) peningkatan kemampuan individu (pengetahuan, keterampilan dan sikap), (2) peningkatan kemampuan kelembagaan (manajemen organisasi, finansial dan kultur), dan (3) peningkatan kemampuan masyarakat (kemandirian, keswadayaan dan antisipasi perubahan). Kapasitas petani jambu kristal mitra ADC dalam penelitian ini, dilihat dari dua aspek, yaitu: teknik budidaya jambu kristal dan pemasaran. Teknik budidaya jambu kristal yang dilakukan oleh petani dilihat dari pra produksi dan pasca produksi. Kemampuan petani jambu kristal mitra ADC, meliputi: pemasaran di dalam ADC sendiri maupun di luar ADC, seperti petani mitra jambu kristal menjual sendiri produk jambu kristalnya. Pengembangan kapasitas petani jambu kristal mitra ADC ditunjukkan oleh petani jambu kristal menjadi produsen unggulan jambu dan produknya mampu bersaing di pasaran dengan produk lain. Kapasitas anggotanya yang semakin berkembang, menunjukkan adanya peran kepemimpinan yang berhasil dalam pengembangan kapasitas anggota. Hal inilah yang diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini.

Kerangka Pemikiran

(21)

kepemimpinan instruksi kemudian dijelaskan dalam penelitian ini dengan orientasi tugas, gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif dijelaskn dalam penelitian ini dengan orientasi tugas dan proses serta gaya kepemimpinan delegatif dijelaskan dalam penelitian ini dengan orientasi proses. Karakteristik pemimpin dan gaya kepemimpinan tersebut berhubungan dengan tingkat kapasitas anggotanya. Pemimpin dalam mencapai tujuan organisasinya, tentunya tidak bekerja sendiri, namun juga dibantu oleh anggota atau pengikutnya. Anggota atau pengikut juga mempunyai karakteristik yang dapat mempengaruhi tingkat kapasitas anggota itu sendiri. Tingkat kapasitas anggota atau dalam penelitian ini adalah petani mitra jambu kristal yang dilihat dari dua aspek, yaitu: teknik budidaya jambu kristal dan kemampuan mengakses pasar.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Keterangan:

: Berhubungan

Petani mitra ADC diajarkan mengenai teknik produksi dan budidaya jambu kristal serta pemasaran yang baik. Agar kapasitas petani mitra terus berkembang, harus dilakukan pengembangan kapasitas melalui teknik produksi dan budidaya jambu kristal serta pemasaran yang baik yang dapat dilihat dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap petani mitra. Tingkat kapasitas petani

(X1) Karakteristik Pemimpin (X1.1) Bertanggungjawab (X1.2) Mampu menjadi Model

Peranan yang Positif (X1.3) Komunikatif

(X1.4) Mampu Memotivasi

(X1.5) Mampu Meyakinkan Orang Lain

(Y1) Tingkat Kapasitas Petani (Y1.1) Penguasaan terhadap

Teknik Budidaya Jambu Kristal (Y1.2) Kemampuan

Mengakses Pasar (X2) Karakteristik Petani

(X2.1) Usia (X2.2) Pendidikan

(X2.3) Lamanya Bermitra (X2.4) Luas lahan

(X3) Gaya Kepemimpinan (X3.1) Orientasi Tugas (X3.2) Orientasi Proses

(22)

mitra ADC tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pemimpin dan gaya kepemimpinannya serta karakteristik dari petani mitra itu sendiri.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas, maka hipotesis penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik pemimpin dengan tingkat kapasitas petani jambu kristal mitra ADC

2. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik petani dengan tingkat kapasitas petani jambu kristal mitra ADC

3. Diduga terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan tingkat kapasitas petani jambu kristal mitra ADC

Definisi Operasional

1. Karakteristik Pemimpin adalah ciri dan sifat yang melekat yang dimiliki dari seorang pemimpin. Terkait dengan tujuan penelitian, karakteristik pemimpin yang dimaksud adalah bertanggungjawab, mampu menjadi model peranan yang positif, komunikatif, mampu memotivasi dan mampu meyakinkan orang lain. Skor untuk masing-masing variabel jika dikategorikan rendah adalah “1”,

jika sedang adalah “2” dan jika tinggi adalah “3”. Definisi operasional masing

masing variabel karakteristik pemimpin, adalah sebagai berikut:

a. Bertanggungjawab adalah pemimpin melaksanakan seluruh tugasnya sebagai pemimpin dengan baik. Variabel bertanggungjawab diukur

berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “4” untuk jawaban sangat setuju, skor “3” untuk jawaban setuju, skor “2” untuk jawaban tidak setuju dan skor “1” untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap pernyataan. Oleh

karena itu, variabel bertanggungjawab dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:

i. Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 4-8 ii. Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah 9-12 iii.Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah 13-16

b.Mampu menjadi model peranan yang positif adalah pemimpin mampu membudidayakan jambu kristal dengan baik dan menjelaskan teknik budidaya jambu kristal kepada petani mitra. Variabel mampu menjadi model peranan yang positif diukur berdasarkan skor total dari pernyataan,

skor “4” untuk jawaban sangat setuju, skor “3” untuk jawaban setuju, skor “2” untuk jawaban tidak setuju dan skor “1” untuk jawaban sangat tidak

setuju dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, variabel mampu menjadi model peranan yang positif dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:

i. Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 4-8 ii. Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah 9-12 iii.Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah 13-16

c.Komunikatif adalah kemampuan pemimpin dalam menjelaskan, mendialogkan dan menginformasikan mengenai teknik budidaya dan pemasaran pada jambu kristal. Variabel komunikatif diukur berdasarkan

(23)

untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, variabel komunikatif dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:

i. Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 4-8 ii. Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah 9-12 iii.Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah 13-16

d. Mampu memotivasi adalah keberadaan pemimpin dapat mendorong petani jambu kristal untuk melakukan budidaya jambu kristal dan menghasilkan jambu kristal secara maksimal. Variabel mampu memotivasi diukur berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “4” untuk jawaban sangat

setuju, skor “3” untuk jawaban setuju, skor “2” untuk jawaban tidak setuju dan skor “1” untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap pernyataan. Oleh

karena itu, variabel mampu memotivasi dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:

i. Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 4-8 ii. Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah 9-12 iii.Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah 13-16

e. Mampu meyakinkan orang lain adalah kepercayaan petani mitra terhadap apa yang disampaikan oleh pemimpin. Variabel mampu meyakinkan orang

lain diukur berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “4” untuk jawaban sangat setuju, skor “3” untuk jawaban setuju, skor “2” untuk jawaban tidak setuju dan skor “1” untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap

pernyataan. Oleh karena itu, variabel mampu mampu meyakinkan dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:

i. Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 4-8 ii. Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah 9-12 iii.Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah 13-16

2. Karakteristik petani mitra adalah ciri dan sifat yang melekat yang dimiliki oleh seorang petani. Terkait dengan tujuan penelitian, karakteristik petani mitra yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia, pendidikan, lamanya bermitra dan luas lahan yang ditanami jambu kristal oleh petani. Definisi operasional masing masing variabel karakteristik pemimpin, adalah sebagai berikut:

a. Usia adalah masa hidup yang telah dilalui seseorang mulai lahir sampai saat ini. Variabel usia meujuk kepada Sensus Penduduk 2010, yang dibagi ke dalam usia produktif dan non produktif. Pengkategoriannya, adalah:

i. Usia produktif : 15-64 tahun

ii. Usia non produktif : <15 tahun dan >64 tahun

b. Pendidikan adalah lamanya tahun sukses seseorang dalam menempuh pendidikan formal yang pernah diikuti. Pendidikan dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:

i. Pendidikan Rendah : 0-6 tahun ii. Pendidikan Sedang : 6-12 tahun iii.Pendidikan Tinggi : >12 tahun

c. Lamanya bermitra adalah rentang waktu petani menjadi petani mitra di ADS. Alat ukur yang digunakan adalah menggunakan skala rasio dan dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu:

(24)

iii.Tinggi : 5-7 tahun

d. Luas lahan adalah lahan yang dimiliki petani mitra dan digunakan dalam kegiatan usahatani jambu kristal. Alat ukur yang digunakan adalah menggunakan skala rasio dengan tiga kategori dari yang sempit hingga luas, yaitu:

i. Sempit : < 1543,814 m²

ii. Sedang : 1543,814-3214,086 m² iii.Luas : > 3214, 086 m²

3. Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk mempengaruhi anggota atau pengikutnya. Gaya kepemimpinan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah terbagi menjadi empat yaitu instruksi, delegatif, konsultatif, dan partisipatif. Gaya kepemimpinan tersebut dilihat dari orientasi tugas, orientasi proses serta orientasi tugas dan proses. Gaya kepemimpinan instruksi kemudian dijelaskan dalam penelitian ini dengan orientasi tugas, gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif dijelaskn dalam penelitian ini dengan orientasi tugas dan proses serta gaya kepemimpinan delegatif dijelaskan dalam penelitian ini dengan orientasi proses. Gaya kepemimpinan yang diukur adalah gaya kepemimpinan dari fasilitator petani mitra ADC atau disebut dengan counterpart. Untuk mengukur gaya kepemimpinan, kuesioner mengenai gaya kepemimpinan dibagi menjadi tiga aspek bagian, yaitu gaya kepemimpinan berorientasi tugas, berorientasi proses serta berorientasi tugas dan proses. Skor untuk masing-masing variabel jika

dikategorikan rendah adalah “1”, jika sedang adalah “2” dan jika tinggi adalah

“3”. Gaya kepemimpinan yang memiliki rataan skor tertinggi merupakan gaya

kepemimpinan yang selalu diterapkan oleh pemimpin ADC. Definisi operasional masing-masing variabel gaya kepemimpinan, adalah sebagai berikut:

a. Orientasi tugas adalah pemimpin mengutamakan hasil pada setiap tugas yang diberikan. Variabel orientasi tugas diukur berdasarkan skor total dari

pernyataan, skor “4” untuk jawaban sangat sering, skor “3” untuk jawaban sering, skor “2” untuk jawaban jarang dan skor “1” untuk jawaban tidak pernah dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, variabel orientasi tugas dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:

i. Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 4-8 ii. Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah 9-12 iii.Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah 13-16

b. Orientasi tugas dan proses adalah pemimpin mengutamakan hasil dan cara petani mitra jambu kristal dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan. Variabel orientasi tugas dan proses diukur berdasarkan skor total dari

pernyataan, skor “4” untuk jawaban sangat sering, skor “3” untuk jawaban sering, skor “2” untuk jawaban jarang dan skor “1” untuk jawaban tidak

pernah dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, variabel orientasi tugas dan proses dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:

i. Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 4-8 ii. Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah 9-12 iii.Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah 13-16

(25)

proses diukur berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “4” untuk jawaban sangat sering, skor “3” untuk jawaban sering, skor “2” untuk jawaban jarang dan skor “1” untuk jawaban tidak pernah dari setiap

pernyataan. Oleh karena itu, variabel orientasi proses dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:

i. Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 4-8 ii. Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah 9-12 iii.Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah 13-16

4. Tingkat Kapasitas Petani adalah tingkat kemampuan yang dimiliki oleh petani dalam berusaha tani jambu kristal dari pra produksi sampai pasca produksi. Terkait dengan tujuan penelitian, variabel dari tingkat kapasitas petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan teknik budidaya jambu kristal dan kemampuan mengakses pasar. Skor untuk masing-masing variabel

jika dikategorikan rendah adalah “1”, jika sedang adalah “2” dan jika tinggi adalah “3”. Definisi operasional masing masing variabel karakteristik

pemimpin, adalah sebagai berikut:

a. Penguasaan teknik budidaya jambu kristal adalah kemampuan petani dalam menanam dan memproduksi jambu kristal sesuai dengan yang diajarkan dari produksi sampai pra produksi. Variabel penguasaan teknik budidaya jambu

kristal diukur berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “2” untuk jawaban ya dan skor “1” untuk jawaban tidak dari setiap pernyataan. Oleh

karena itu, variabel penguasaan teknik budidaya jambu kristal dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:

i. Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 4-7 ii. Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah 8-11 iii.Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah 12-16

b. Kemampuan mengakses pasar adalah kemudahan petani memasarkan produk jambu kristal di pasaran, sehingga dapat bersaing dengan produk jambu lainnya. Variabel kemampuan mengakses pasar diukur berdasarkan

skor total dari pernyataan, skor “2” untuk jawaban ya dan skor “1” untuk

jawaban tidak dari setiap pernyataan.Oleh karena itu, variabel kemampuan mengakses pasar dibedakan ke dalam skala ordinal, yaitu:

(26)

PENDEKATAN LAPANGAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Agribussiness Development Center (ADC) Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena lokasi penelitian merupakan percontohan pengembangan agribisnis. Pelaku utama agribisnis meliputi petani jambu kristal yang bermitra dengan ADC. Selain itu, petani mitra khususnya petani jambu kristal dapat menjadi produsen jambu unggulan dan produknya mampu bersaing di pasaran, sehingga menarik untuk melihat bagaimana kapasitas petani tersebut data dihubungkan dengan karakteristik pemimpin dan petani serta gaya kepemimpinan yang diterapkan di ADC. Lokasi petani jambu kristal mitra ADC sendiri tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor, yaitu: Kecamatan Dramaga, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Rancabungur. Pengambilan data, baik primer maupun sekunder dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Maret. Pengolahan dan analisis data dilakukan setelah data diperoleh yaitu pada bulan Maret. Selanjutnya dilakukan penulisan draft skripsi pada bulan April sampai Juni.

Teknik Pengambilan Responden dan Informan

Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Metode yang dilakukan adalah sensus. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu petani mitra jambu kristal mitra ADC dan pimpinan ADC. Pimpinan ADC yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fasilitator dari ADC atau biasa disebut dengan counterpart. Responden yang diwawancarai adalah petani jambu kristal mitra ADC yang berjumlah 19 petani. Pemilihan informan dilakukan secara sengaja, yakni pihak ADC yang terkait dengan petani jambu kristal. Untuk menambah data kualitatif juga dilakukan wawancara mendalam dengan beberapa petani jambu kristal mitra ADC.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sensus. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Sumber data sekunder diperoleh dari Kantor Agribussiness Development Center (ADC) dan wawancara mendalam dengan pimpinan ADC dan petani jambu kristal mitra ADC.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(27)

mengukur karakteristik pemimpin, karakteristik petani, gaya kepemimpinan dan hubungannya dengan kapasitas petani. Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan terikat yang berskala ordinal (non parametrik). Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) dan negatif (-). Data kualitatif bersifat untuk memaknai atau melengkapi data kuantitatif.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

(28)

GAMBARAN UMUM AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT

CENTER (ADC)

International Cooperation and Development Fund (ICDF) Taiwan berdiri pada tahun 1996 dan berkantor pusat di Taipei, Taiwan. ICDF Taiwan didedikasikan untuk meningkatkan pembangunan sosial-ekonomi, meningkatkan sumber daya manusia dan mempromosikan hubungan ekonomi di berbagai negara mitra berkembang. Untuk melaksanakan misinya, ICDF menawarkan berbagai bantuan yang berpusat pada empat operasi utama, yaitu: pinjaman dan investasi, kerjasama teknis, bantuan kemanusiaan, dan pendidikan internasional dan pelatihan. Setiap proyek baru dari Taiwan ICDF, hasilnya sesuai dengan siklus proyek yang ketat dan didukung oleh perjanjian bersama yang ditandatangani bekerjasama dengan stakeholder terkait.Proyek Taiwan ICDF dirancang untuk mengatasi tujuan pembangunan strategis dari masing-masing negara mitra, membayar pertimbangan karena tren regional yang terkait, dan memaksimalkan hasil dengan menggunakan kombinasi yang tepat dari modal dan kerjasama teknis.Pada akhirnya, ICDF Taiwan dibuat khusus untuk kebutuhan lokal masing-masing negara mitra.Bantuan yang diberikan ICDF, mencakup berbagai isu pembangunan kontemporer, seperti: perlindungan lingkungan, kesehatan masyarakat, pertanian, pendidikan dan teknologi informasi dan komunikasi .

Salah satu negara mitra berkembang ICDF adalah Indonesia. ICDF di Indonesia bekerjasama dengan University Farm Institut Pertanian Bogor (UF-IPB), dimana UF-IPB ini adalah pengelola fasilitas lapang yang mandiri sebagai penunjang kegiatan akademik di lingkungan Institut Pertanian Bogor. ICDF memberikan kerjasama teknis kepada Indonesia melalui UF-IPB. ICDF bekerjasama dengan UF-IPB membentuk pusat penelitian dan pengembangan agribisnis atau Agribusiness Development Center (ADC) yang berlokasi di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.4 Kerjasama yang dilakukan, meliputi: pengembangan lahan percontohan dan pembinaan produksi, pelatihan, pendidikan dan transfer teknologi, serta pembinaan petani dalam pemasaran produk. Petani jambu kristal mitra ADC ini, tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor, yaitu: Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciampea, Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Rancabungur. ADC ini memiliki tempat pembibitan, lahan demonstrasi, packing room dan tempat penelitian. ICDF Taiwan memberikan peluang para petani untuk bermitra. Kemitraan yang dijalankan mencakup pemasaran hasil pertanian, seperti: sayuran organik, sayuran non-organik dan buah. Kelompok sayuran non-organik, terdiri dari: kangkung, caisin, bayam hijau, bayam merah, kailan, pokcoy, sawi mas, sawi sendok dan salada. Kelompok sayuran non-organik, terdiri dari: asparagus, labu air, terong bulat, terong panjang, kacang panjang merah, lobak merah, oyong Taiwan, tomat, kucai, pare putih, okra dan baby buncis. Kelompok buah hanya terdiri dari satu jenis, yaitu buah jambu kristal (Psidium Guajava sp). Walaupun hanya satu jenis buah saja, namun jambu kristal paling mendapat perhatian. Hal tersebut dibuktikan dengan pengembangan usaha budidaya jambu kristal ini, telah berhasil menjadikan petani khususnya petani Desa Cikarawang menjadi produsen jambu unggulan.

4

(29)

Produksi jambu kristal petani mitra dari tahun 2011-2013 selalu mengalami peningkatan, hanya saja mengalami penurunan pada tahun 2014, pada masa peralihan kepemilikan ADC kepada Agribussiness Development Station (ADS). Adapun data produksi jambu kristal dari tahun 2011-2014 terlampir pada Gambar 3 berikut ini:

Gambar 3 Produksi Jambu Kristal Tahun 2011-2014 Sumber: ADC IPB (2011-2014)

ADC membeli jambu kristal langsung dari petanimitra. Hal tersebut dilakukan sebagai komitmen untuk membantu memasarkan hasil produksi petani mitra. Jambu kristal yang dibeli dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu grade A, B, dan C. ADC hanya membeli jambu kristal yang memenuhi standar mutu ke-3 grade tersebut. Adapun ketiga standar mutu tersebut dilampirkan pada Tabel 1. Tabel 1 Standar Mutu Jambu Kristal dan Harga Beli ADC

Grade Standar Mutu Harga Beli (Rp/Kg)

Grade A 1.Ukuran buah seragam dengan berat lebih kurang 300 gr

2. Bentuk bulat atau mendekati bulat 3. Kulit buah bersih tanpa bulat 4. Kulit buah berwarna hijau muda 5. Tingkat kematangan 80 %

15 000

Grade B 1.Berat buah 250 hingga 300 gr 2. Bentuk buah tidak bulat

sempurna

3. Kulit buah sedikit bercak 4. Tingkat kematangan 80 %

7 000

3. Tingkat kematangan 90 %

(30)

ADC memasarkan jambu kristal dari petani mitra ke supermarket dan memasarkan langsung ke konsumen diwilayah Jakarta dan Bogor. Beberapa supermarket yang menjadi mitra penjualan ADC, yaitu: Toko Buah All Fresh, Toserba Yogya, Total Buah Segar, Super Indo, Grand Living, dan Farmer Market.

Struktur organisasi dari ADC terdiri dari: manajer ADC, ahli pemasaran, ahli sayuran organik, ahli sayuran non organik dan ahli jambu kristal yang berasal dari Taiwan. Para ahli ini bertugas melakukan pengwasan dan pendampingan kepada petani mitra. Kendala bahasa yang dihadapi para ahli dan keterbatasan waktu di Indonesia, membuat ADC mengutus seorang fasilitator atau counterpart yang bertugas melakukan pendampingan, pelatihan dan penyuluhan kepada petani mitra mahasiswa pertanian. Fasilitator inilah yang bertugas mengurusi segala kemitraan dengan petani mitra. Bagan struktur organisasi ADC dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Struktur Organisasi ADC Sumber: ADC IPB (2014)

ADC juga memberikan kemudahan sarana diskusi dengan adanya pertemuan/pelatihan yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Pelatihan ini memiliki beberapa manfaat bagi petani mitra, yaitu: petani dapat memperoleh informasi mengenai budidaya dan pemasaran jambu kristal, dapat memecahkan masalah dan memberikan solusi terkait permasalahan yang dihadapi petani selama proses penanaman sampai pasca panen dan petani dapat menyampaikan protes kepada ADC terkait kemitraan yang dijalankan. Setelah enam tahun menjalin

(31)
(32)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PEMIMPIN DAN TINGKAT KAPASITAS PETANI JAMBU KRISTAL MITRA

AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT CENTER (ADC)

Karakteristik Pemimpin adalah ciri dan sifat yang melekat yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Karakteristik pemimpin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bertanggungjawab, mampu menjadi model peranan yang positif, komunikatif, mampu memotivasi dan mampu meyakinkan orang lain.Tingkat Kapasitas Petani adalah tingkat kemampuan yang dimiliki oleh petani dalam berusaha tani jambu kristal dari pra produksi sampai pasca produksi. Tingkat kapasitas petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan teknik budidaya jambu kristal dan kemampuan mengakses pasar. Pada tabel frekuensi dipaparkan mengenai masing-masing variabel karakteristik pemimpin dan kapasitas petani. Sementara hubungan karakteristik pemimpin dan kapasitas petani akan dipaparkan melalui tabel tabulasi silang dan hasil korelasi rank spearman.

Tabel 2 Jumlah dan persentase karakteristik pemimpin

No. Karakteristik Pemimpinan n %

2. Mampu Menjadi Model Peranan Positif Rendah (4-8)

(33)

Pada Tabel 2 terlihat jelas bahwa karakteristik pemimpin yang bertanggung jawab tergolong sedang dengan persentase 57.9%. Hal ini karena dalam melaksanakan tanggungjawab sebagai fasilitator terdapat tugas untuk mengontrol kegiatan budidaya oleh petani, mulai dari penanaman hingga pemanenan, namun sebagian besar petani mendapat pengontrolan hanya pada saat penanaman saja, bahkan ada yang tidak mendapatkan pengontrolan sama sekali dari sejak melakukan penanaman. Salah satu petani mengungkapkan:

“...ada sih yang ngontrol, tapi cuma pas penanaman aja. Kalau

panen mah gak ada” (UHD, 46 tahun)

Kemampuan pemimpin menjadi model peranan yang positif bagi petani mitra, dikategorikan tinggi, dengan persentase 57.9%. Hal tersebut karena pada saat pelatihan di lapang, pemimpin menjelaskan dan memberikan contoh teknik budidaya jambu kepada para petani. Hal ini sesuai dengan teori Tjiptono dan Diana dalam Sholehuddin (2008), bahwa dalam hal sikap dan perilaku, seorang pemimpin menjadi teladan bagi para pengikutnya, karena segala tingkah laku pemimpin akan ditiru oleh para pengikutnya. oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjelaskan dan memberikan contoh terkait teknik budidaya jambu kristal dan pemasarannya.

“pada saat pelatihan di lapang, kami menjelaskan dan

memberikan contoh terkait budidaya jambu kristal” (FNF, 29 tahun)

Komunikatif adalah kemampuan pemimpin dalam menjelaskan, mendialogkan dan menginformasikan mengenai teknik budidaya dan pemasaran pada jambu kristal. Setelah diuji, diperoleh data bahwa keterampilan pemimpin dalam berkomunikasi tergolong tinggi, dengan persentase 47.4%. Hal tersebut karena sering terjadi tanya jawab antar pemimpin dan petani mitra jambu kristal, baik pada saat penyuluhan maupun pada saat pendampingan di lapang. Kemampuan pemimpin dalam menjelaskan, mendialogkan dan menginformasikan mengenai teknik budidaya dan pemasaran pada jambu kristal dengan baik didukung oleh pengetahuan yang dimiliki pemimpin tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Sondang (2013), bahwa kemampuan berkomunikasi digunakan untuk menyampaikan informasi kepada para petani

“ ya kalau pas menjelaskan ada yang gak ngerti, saya bertanya. Dari pihak ADC nya juga selalu ngasih kesempatan buat nanya” (MJA, 49 tahun)

(34)

2011-2013 yang selalu mengalami peningkatan, sementara pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena ada beberapa petani yang hanya memasarkan kepada ADC dan beberapa petani mengungkapkan hasil panennya tidak selalu meningkat setiap panen. Pemimpin ADC memberikan motivasi kepada para petani misalnya ketika pelatihan, pendampingan di lapang dan ketika menyetor jambu kristal ke ADC.

Kemampuan pemimpin dalam meyakinkan petani jambu kristal dikategorikan tinggi dengan persentase 47.4%. Hal tersebut dapat dilihat dari keyakinan petani untuk melanjutkan bermitra dengan ADC. Menurut Tjiptono dan Diana dalam Sholehuddin (2008), untuk mampu meyakinkan para pengikutnya, tentu dituntut keahlian khusus dari seorang pemimpin. Dalam hal ini faktor komunikasi dan pengaruh menjadi sangat penting, tanpa komunikasi dan pengaruh yang baik, pemimpin tidak akan mampu meyakinkan para pengikutnya untuk melaksanakan tanggung jawabnya secara total dalam mensukseskan agenda-agenda organisasi yang dalam penelitian ini adalah teknik budidaya jambu kristal dan kemampuan akses pasar. Kemampuan komunikasi dan memotivasi yang positif pimpinan ADC masing-masing dikategorikan tinggi dan sedang, sehingga kemampuan pemimpin dalam meyakinkan orang lain tergolong tinggi.

“masih lanjut sih sampe sekarang, soalnya nguntungin” (MKN, 58 tahun)

Tingkat kapasitas petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan teknik budidaya jambu kristal dan kemampuan mengakses pasar. Penguasaan teknik budidaya jambu kristal adalah kemampuan petani dalam menanam dan memproduksi jambu kristal sesuai dengan yang diajarkan dari produksi sampai pra produksi. Kemampuan mengakses pasar adalah kemudahan petani memasarkan produk jambu kristal di pasaran, sehingga dapat bersaing dengan produk jambu lainnya. Persentase tingkat kapasitas petani akan dijelaskan pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah dan persentase kapasitas petani jambu kristal mitra ADC

No. Kapasitas Petani n %

1. Penguasaan Teknik Budidaya Rendah (4-7)

(35)

persentase 79.0%. Hal tersebut karena sebagian besar petani sudah mengetahui teknik dasar menanam jambu dari pengalamannya menanam jambu biji, walaupun ada beberapa cara yang berbeda. Adapun teknik budidaya jambu kristal, antara lain:

1. Penanaman

Bibit jambu kristal ditanam pada lubang tanam ukuran 40 x 40 x 40 cm yang telah diberi pupuk kandang, dengan jarak tanam 3,5 - 4 m.

2. Pemupukan

Pupuk kandang diberikan 4 bulan sekali dan pupuk NPK 2 bulan sekali. Satu setengah bulan sebelum pemangkasan, utamakan pemupukan fosfat, kalsium, magnesium dengan sedikit nitrogren dan kalium.

3. Penyemprotan

Dilakukan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman. Menyemprotkan pupuk daun, insektisida dan fungisida. Pemangkasan

Dilakukan pada bagian yang tidak berguna, seperti cabang mati, sakit dan tidak produktif. Pemangkasan dimaksudkan supaya batang dan dan daun tumbuh merata, tidak saling bertumpukkan, supaya semua daun bisa berasimilasi, usahakan tinggi pohon maksimal 2 m supaya memudahkan pembungkusan. 4. Bending/Perundukkan Pohon

Pilih cabang yang akan dirundukkan, kemudian ikat dan tarik dengan tali tambang, lalu tambang tersebut ikatkan pada patok yang telah disediakan 5. Penyortiran Buah

Untuk menjaga kualitas buah, buah yangkurang bagus dibuang atau dahan yang terlalu banyak buah, buahnya dikurangi

6. Pembungkusan Buah

Dilakukan pada buah yang berdiameter 2.5 sampai 3 cm. Buah terlebih dahulu dibungkus dengan gabus/jaring buah lalu dibungkus pelastik bening

7. Panen

Panen dapat dilakukan setelah buah berumur sekitar 3 bulan. Penen sebaiknya dilakukan di pagi hari, agar dapat melihat dengan jelas warna buah.

Kemampuan mengakses pasar petani dikategorikan tinggi dengan persentase 68.4%. kemampuan mengakses pasar petani, dilihat tidak hanya dari megakses pasar di ADC, namun juga di luar ADC seperti memasarkan jambunya di rumah mereka. Sebagian besar petani tidak hanya memasarkan jambunya ke ADC, namun juga menjual di rumah mereka. hal tersebut dilakukan untuk menambah penghasilan mereka dari berusahatani jambu kristal. Persentase dari karakteristik pemimpin seperti bertanggungjawab, mampu menjadi model peranan yang positf, komunikatif, mampu memotivasi dan mampu meyakinkan orang lain disajikan pada Tabel 4 dengan penguasaan teknik budidaya jambu kristal petani jambu kristal mitra ADC.

“ yaaa kalau misalnya yang masuk grade B atau C dibawa

pulang lagi ke rumah. Soalnya kalau di ADC yang B sama C kan harganya 7000 dan 5000 per kilonya, kalau di rumah kita bisa

(36)

Tabel 4 Hubungan karakteristik pemimpin dengan penguasaan teknik budidaya jambu kristal petani mitra ADC

No. Karakteristik Pemimpin

Penguasaan Teknik Budidaya Jambu Kristal Rendah Sedang Tinggi Jumlah

(37)

terus bermitra dengan ADC tergolong tinggi pada penguasaan teknik budidaya jambu kristal petani mitra ADC yang tinggi dengan persentase 42.1%.

Tanggung jawab pemimpin sebagai fasilitator, seperti melakukan pengontrolan pada saat produksi hingga pra produksi, sosialisasi teknik budidaya dan memfasilitasi dengan media pembelajaran serta kemampuan pemimpin memotivasi petani dalam berbudidaya dikategorikan sedang, namun penguasaan teknik budidaya jambu kristal petani jambu kristal mitra ADC tergolong tinggi. Hal tersebut disebabkan karena petani mempunyai pengetahuan dasar mengenai cara budidaya jambu dari pengalamannya menanam jambu, walaupun ada juga yang baru mengetahuinya dari penjelasan ketika pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh ADC. Tidak sedikit juga petani yang mengaku bahwa pengetahuannya bertambah ketika diadakan sosialisasi oleh pihak ADC, baik pada saat di kelas maupun di lapang.

“ pas ngontrol ke kebun, pas ngeliat daun nya ada bercak-bercak di kasih tau, kalau itu kena penyakit yang ngebuat jambunya gak tumbuh banyak, jadi nambah ilmu sih dengan adanya

pengontrolan dari pihak ADC”(MJA, 49 tahun)

Kemampuan pemimpin menjadi model peranan positif yang tinggi, seperti hal nya pemimpin mengetahui, mengerti dan mampu membudidayakan jambu kristal dapat membuat penguasaan teknik budidaya jambu kristal petani juga tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tjiptono dan Diana dalam Sholehuddin (2008) bahwa dalam hal sikap dan perilaku, seorang pemimpin menjadi teladan bagi pengikutnya, karena segala tingkah laku pemimpin akan ditiru oleh para pengikutnya. Kemampuan pemimpin berkomunikasi yang baik khususnya pada saat berdiskusi dengan para petani juga membuat penguasaan teknik budidaya jambu kristal petani mitra ADC tinggi, yang disebabakan oleh dengan cara berkomunikasi yang baik, petani akan mengerti terhadap apa yang disampaikan, setelah itu petani akan melakukan sesuai dengan yang mereka dengar dan pahami dari pemimpin tersebut.

(38)

Tabel 5 Hubungan karakteristik pemimpin dengan kemampuan mengakses pasar petani mitra ADC

No. Karakteristik Pemimpin

Kemampuan Mengakses Pasar

Rendah Sedang Tinggi Jumlah

n % n % n % n %

(39)

jual untuk grade B dan grade C menurut petani rendah, namun apabila dijual di rumah, grade B dan grade C bisa dijual dengan harga yang sama dengan grade A. Di ADC, bentuk dan ukuran jambu sangat diperhatikan untuk penentuan grade jambu, namun pembeli yang membeli di rumah petani langsung tidak memperhatikan bentuk dan ukuran, mereka hanya memperhatikan rasa dari jambu tersebut. Pemasaran jambu yang semakin luas juga disebabkan karena konsumen yang datang ke rumah kebanyakan merupakan tetangga dekat, namun ada juga dari daerah lain. Pada tabel uji korelasi Rank Spearman akan lebih jelas terlihat mengenai ada tidaknya hubungan karakteristik pemimpin dengan penguasaan teknik budidaya jambu kristal yang disajikan pada Tabel 6.

“ kalau pembeli di rumah kan gak ngeliat bentuk dan ukuran

“Ibu-ibu KWT sih suka beli, untuk dibuat manisan jambu”(MKN, 58 tahun)

Tabel 6 Hasil uji korelasi rank spearman karakteristik pemimpin dan kapasitas petani jambu kristal mitra ADC

(40)

“kami memberikan buku panduan tentang cara menanam jambu yang benar dan pada saat kunjungan ke lahan kami menjelaskan cara menanamnya”(FNF, 29 tahun)

Selain itu, terdapat hubungan positif yang nyata antara variabel komunikatif dengan penguasaan teknik budidaya jambu kristal. Hal tersebut karena pemimpin yang komunikatif, mampu menjelaskan dengan baik, sehingga petani mitra memahami dan mampu mengulangi apa yang disampaikan oleh pemimpin. Banyaknya pengunjung dari universitas maupun dari kalangan lain yang ingin mengetahui atau sekedar mewawancara dari tugas studinya, membuat petani harus menjelaskan mengenai teknik budidaya jambu kristal.

Pada variabel mampu menjadi model peranan yang positif dan mampu meyakinkan orang lain, tidak berhubungan dengan penguasaan teknik budidaya. Pada variabel mampu memotivasi juga tidak berhubungan dengan penguasaan teknik budidaya. Hal ini dikarenakan banyak petani yang menanam jambu kristal tidak sesuai dengan yang diajarkan yang menyebabkan produksi jambu kristal tidak meningkat dan akses pasar semakin berkurang. Ketidaksesuaian dalam menanam jambu kristal salah satunya disebabkan oleh kurangnya dana atau modal untuk membeli bahan tambahan pada produksi jambu, seperti: pupuk, zat nutrisi tanaman dan pembungkus jambu.

“pemupukannya tidak teratur sih, yaaa kalau ada uang aja saya beli pupuk”(UWJ, 60 tahun)

Pada Tabel 6 juga dijelaskan hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik pemimpin dan kemampuan mengakses pasar. Hasil uji tersebut dapat diartikan bahwa sikap bertanggungjawab, mampu menjadi model peranan yang positif, komunikatif, mampu memotivasi dan mampu meyakinkan orang lain tidak berhubungan dengan kemampuan mengakses pasar petani. Hal tersebut disebabkan oleh seluruh petani memasarkan jambunya baik ke ADC maupun menjual di rumah yang mempunyai pelanggan tetap.

(41)

Gambar

Gambar 1 Tingkatan-Tingkatan Manajemen
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Tabel 1 Standar Mutu Jambu Kristal dan Harga Beli ADC
Gambar 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Cukup lama dan intensif dengan informasi yang akan mereka berikan; (2) Masih terlibat penuh dengan kegiatan yang diinformasikan; (3) mempunyai cukup banyak

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Yosipovitch et al pada siswa siswi SMA di Singapura disebutkan bahwa stres dapat menimbulkan eksaserbasi akne

Penelitian ini bertujuan mendapatkan sistem aplikasi yang paling baik pada deodorisasi limbah lateks dan dekolorisasi limbah cair industri tekstil dengan jamur pelapuk

Tabel lengkap hasil pengujian mode blok... Tabel lengkap hasil pengujian

Berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran tersebut diatas, dari 8 (delapan) perusahaan, 5 (lima) perusahaan yang tidak lulus evalaluasi dokumen penawaran, dan 3 (tiga)

penelitian lebih dalam guna menganalisis fenomena ini dalam sebuah skripsi yang berjudul, “ ANALISIS PERSEBARAN LOKASI MINIMARKET TERHADAP PERUBAHAN PENDAPATAN

Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa Open ERP dapat mengadaptasi kondisi riil dan proses bisnis UKM, dan dengan adanya sitem informasi yang dapat

Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan