• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN PERILAKU KEPALA KELUARGA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN DI PUSKESMAS PARAMASAN KABUPATEN BANJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETERMINAN PERILAKU KEPALA KELUARGA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN DI PUSKESMAS PARAMASAN KABUPATEN BANJAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

19

Khairul Anam & Achmad Rizal

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary Banjarmasin

Abstrak: Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang menjadi andalan atau tolak ukur dari pembangunan kesehatan dan pusat pelayanan pertama yang menyeluruh dari suatu wilayah. Puskesmas Paramasan menurut data kunjungan 3 tahun terakhir mengalami penurunan. Jenis penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu sebagian besar responden memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu 68,82%. Berdasarkan umur, kategori tua lebih banyak memanfaatkan puskesmas 76,9% dengan p value 0,293. Berdasarkan tingkat pendidikan, kategori dasar lebih banyak memanfaatkan puskesmas 72,6% dengan p value 0,132. Berdasarkan tingkat penghasilan, kategori tinggi lebih banyak memanfaatkan puskesmas 78,3% dengan p value 0,008. Berdasarkan tingkat pengetahuan, kategori rendah lebih banyak memanfaatkan puskesmas 69,3% dengan p value 0,026. Berdasarkan jarak, kategori dekat lebih banyak memanfaatkan puskesmas 72,4% dengan p value 0,014. Variabel tingkat penghasilan, tingkat pengetahuan, jarak tempuh, dan promosi kesehatan memiliki hubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Sedangkan variabel yang tidak memiliki hubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas, umur dan tingkat pendidikan

Keywords:. Pemanfaatan Puskesmas, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat, Penghasilan, Tingkat Pengetahuan, Jarak Tempuh, Promkes

PENDAHULUAN

Rendahnya pemanfaatan pelayanan Puskesmas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah umur, pengetahuan, status pendidikan, ekonomi, jarak, waktu tempuh, perilaku petugas kesehatan, kebutuhan kesehatan dan stigma atau pengaruh luar terhadap pelayanan Puskesmas. Padahal dalam ajaran agama Islam sudah jelas tentang perintah untuk mencari pengobatan ketika sakit seperti yang tertuang dalam hadits berikut : “ Berobatlah, karena tiada satu penyakit yang diturunkan Allah, kecuali diturunkan pula obat penangkalnya, selain dari satu penyakit, yaitu ketuaan.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi dari sahabat Nabi Usamah bin Syuraik).

“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia'' demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Sebagaimana

tercantum dalam Al-Qur’an QS:Yunus 57 yang artinya sebagai berikut :

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus : 57).

Keberhasilan suatu Puskesmas berdasar pada azas kepercayaan yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pasien terhadap pelayanan jasa kesehatan dari besarnya tingkat kunjungan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan dari dimensi waktu, yaitu harian, mingguan, bulanan dan tahunan serta mengacu pada berbagai aspek kualitas yaitu aspek klinis atau penampilan profesi, aspek efektif dan efisien, aspek keselamatan pasien dan aspek kepuasan pasien.

Puskesmas Paramasan terletak kira-kira 230 Km dari pusat kota Martapura. Merupakan puskesmas yang mempunyai wilayah kerja dengan dataran tinggi dan berbukit. Puskesmas Paramasan berada dalam wilayah Kecamatan Paramasan, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Wilayah kerja Kecamatan Paramasan terdiri dari 4 desa dengan sebuah Puskesmas Induk, 1 buah

(2)

20 HARATI, Volume 07 Nomor 13 Januari-Juni 2016

Puskesmas Pembantu dan 3 buah Poskesdes. Namun Pustu dan Poskesdes yang ada tidak berfungsi karena tidak ada perawat atau bidan desa yang bertugas di pustu dan poskesdes tersebut. Hanya ada satu poskesdes yang ada bidan desanya, yaitu Poskesdes di Desa Angkipih. Jumlah penduduk di Kecamatan Paramasan pada tahun 2016 sebanyak 4.558 jiwa. Karakteristik perilaku masyarakat Paramasan dapat dikatakan sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan masyarakat perkotaan.

Dalam mencari pengobatan, masyarakat paramasan masih mempercayai pengobatan secara adat setempat dibandingkan dengan berobat ke sarana kesehatan. Data jumlah kunjungan di Puskesmas Paramasan tahun 2015 sebanyak 695 yang mengalami penurunan pada tahun 2016 sebanyak 634 atau dirata-ratakan perhari sebanyak 1,7 orang perhari yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Paramasan. Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Paramasan Kabupaten Banjar.

METODOLOGI

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan metode statistik melalui pengujian hipotesa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey crossectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktorfaktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang berada di wilayah kerja Puskesmas Paramasan, terdapat 1.353 Kepala Keluarga, dari jumlah penduduk sebanyak 4.682 jiwa. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi pasien yang berkunjung ke Puskesmas Paramasan yang memenuhi kriteria seperti inklusi dan Eksklusi yaitu sebanyak 93 KK (responden).

Variabel dalam penelitian ini yaitu Variabel Independen : umur, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan keluarga, pengetahuan, jarak tempuh, waktu tempuh dan promosi kesehatan oleh petugas kesehatan dan Variabel Dependen: Pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan komputerisasi dengan menggunakan program SPSS dengan uji statistik Chi Square (x2).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis hubungan umur KK dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Paramasan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Hubungan Antara Umur KK Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Paramasan Tahun 2016 Umur KK

Pemanfaatan Puskesmas

Total Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan

n % n % n %

Muda 44 65,7 23 34,3 67 100 Tua 20 76,9 6 23,1 26 100 Total 64 68,8 29 31,2 93 100

p value = 0,293

Hasil analisis hubungan menggunakan uji chi-square memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,293 dengan tingkat kesalahan (α) 0,05. Sehingga nilai p value lebih besar dari nilai α, maka hipotesis diterima yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara umur KK dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Paramasan.

Pada analisa bivariat terlihat jelas bahwa pada variabel umur kepala keluarga didominasi oleh kategori umur muda (16 – 40 th) berjumlah 67 responden (72,04%), dan yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas berjumlah 44 responden. Hal ini menunjukkan bahwa semakin muda umur responden maka respon positif untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas terlihat semakin baik. Umur 16 – 40 tahun (kategori muda) merupakan masa-masa produktif dan aktif. Berbeda dengan umur yang termasuk dalam kategori tua, mereka akan merasa kesulitan untuk menuju fasilitas kesehatan karena kondisi fisik dan juga jarak yang terlalu jauh Hal ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara umur kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Laili (2008) di RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di RSUD Pandan.

Tabel 2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Paramasan Tahun 2016

Tingkat Pendidikan

Pemanfaatan Puskesmas Total Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan

n % n % n %

Dasar 53 72,6 20 27,4 73 100 Menengah, Tinggi 11 55,0 9 45,0 20 100 Total 64 68,8 29 31,2 93 100 p value = 0,132

Hasil analisis hubungan menggunakan uji chi-square memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,132 dengan tingkat kesalahan (α) 0,05. Sehingga nilai p value lebih besar dari nilai α, maka hipotesis diterima yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Paramasan.

(3)

Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan di puskesmas berkaitan dengan demand masyarakat terhadap Puskesmas. Kecenderungan masyarakat yang berpendidikan rendah, memiliki pendapatan yang rendah juga dan akibatnya kelompok masyarakat tersebut akan mencari pertolongan pengobatan yang murah dan terjangkau masyarakat. Begitu pula dengan kelompok masyarakat yang berpendidikan tinggi, pada dasarnya kelompok masyarakat ini sadar akan pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, namun karena akses menuju sarana kesehatan sangat sulit dan jauh maka kelompok masyarakat berpendidikan tinggipun tidak akan memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kristian J, dkk (2013) di Puskesmas Kema Kabupaten Minahasa Utara yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema.

Tabel 3. Hubungan Antara Tingkat Penghasilan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Paramasan Tahun 2016

Tingkat Penghasilan

Pemanfaatan Puskesmas

Total Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan

n % n % n %

Rendah 17 51,5 16 48,5 33 100 Tinggi 47 78,3 13 21,7 60 100 Total 64 68,8 29 31,2 93 100 p value = 0,008

Hasil analisis hubungan menggunakan uji chi-square memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,008 dengan tingkat kesalahan (α) 0,05. Sehingga nilai p value lebih kecil dari nilai α, maka hipotesis ditolak yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Paramasan. Koefisien korelasi diperoleh bahwa hubungan variabel tersebut berada dalam kategori rendah atau lemah karena nilai korelasi 0,294 berada diantara 0,20 – 0,399. Arti interpretasi diatas adalah jika semakin tinggi tingkat penghasilan kepala keluarga maka akan memberikan peluang positif untuk tetap memanfaatkan pelayanan kesehatan, sebaliknya jika semakin rendah tingkat penghasilan kepala keluarga maka akan memberikan peluang negatif untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Pada analisis bivariat ditunjukkan bahwa tingkat penghasilan sebagian besar responden (64,52%) termasuk dalam kategori tinggi atau > UMP Kalimantan Selatan tahun 2013 sebesar Rp. 1.337.500. Responden dengan penghasilan tinggi yang memanfaatkan pelayan di puskesmas sebanyak 47 responden (73,44%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi penghasilan

responden maka akan memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Kelompok masyarakat ini dengan mudah akan mengeluarkan biaya tinggi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Notoatmodjo (2012) dalam family resources models menyatakan bahwa pendapatan masyarakat merupakan karateristik untuk mengukur kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan mereka. Young dan Young-Garro (1982) yang dikutip oleh Rebhan. D (2009) menyatakan bahwa masyarakat dengan berstatus ekonomi rendah mengalami kesulitan dalam hal membutuhkan pelayanan kesehatan, hal ini dikarenakan karena biaya perawatan kesehatan tidak hanya mencakup pembayaran untuk pengobatan, tetapi juga biaya transportasi. Hal ini didukung oleh pendapat Soekidjo Notoatmodjo (2012) bahwa pendapatan keluarga berhubungan dengan kemauan individu atau keluarga untuk mendapatkan yankes meskipun mempunyai kemudahan untuk menggunakan yankes, serta penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan dan kemauan konsumen dalam membayar.

Tabel 4. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Pemanfaata Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Paramasan Tahun 2016

Tingkat Pengetahuan

Pemanfaatan Puskesmas

Total Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan

n % n % n %

Rendah 52 69,3 23 30,7 75 100 Sedang, Tinggi 12 66,7 6 33,3 18 100 Total 64 68,8 29 31,2 93 100 p value = 0,026

Hasil analisis hubungan menggunakan uji chi-square memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,026 dengan tingkat kesalahan (α) 0,05. Sehingga nilai p value lebih kecil dari nilai α, maka hipotesis ditolak yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Paramasan. Koefisien korelasi diperoleh bahwa hubungan variabel tersebut berada dalam kategori sangat rendah karena nilai korelasi 0,023 berada diantara 0,00 – 0,199. Arti interpretasi diatas adalah jika semakin tinggi tingkat pengetahuan kepala keluarga maka akan memberikan peluang positif untuk tetap memanfaatkan pelayanan kesehatan, sebaliknya jika semakin rendah tingkat pengetahuan kepala keluarga maka akan memberikan peluang negatif untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, yaitu berjumlah 75 responden (80,65%). Pengetahuan responden sangat terbatas dikarenakan tingkat pendidikan responden juga yang sebaian besar dalam kategori dasar ke bawah. Selain itu

(4)

22 HARATI, Volume 07 Nomor 13 Januari-Juni 2016

juga kurang aktifnya petugas kesehatan memberikan promosi kesehatan yang di dalamnya terdapat penyampaian informasi kesehatan, penyuluhan kesehatan dan konseling kesehatan yang dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Pada kuesioner tingkat pengetahuan, sebagian besar responden yang menjawab pertanyaan dengan benar hanya sebatas pada pertanyaan lokasi puskesmas (91,4% menjawab benar), maksud atau tujuan dari puskesmas (64,5% menjawab benar) dan manfaat dari hidup sehat (74,2% menjawab benar). Meskipun demikian, responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar dari kelompok ini memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, karena dengan bekal pengetahuan yang baik mereka sadar akan pentingnya kesehatan bagi kelangsungan kehidupan mereka sendiri. Perubahan perilaku kesehatan melalui cara pendidikan atau promosi kesehatan diawali dengan cara pemberian informasi-informasi kesehatan. Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Hal tersebut didukung oleh pendapat Tombi (2012) bahwa ada hubungan yang bernakna antara pengetahuan dan sikap masyarakat Kelurahan Sindulang 1 dengan pemanfaatan Puskesmas Tuminting.

Tabel 5. Hubungan Antara Jarak Tempuh Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Paramasan Tahun 2016 Jarak Tempuh

Pemanfaatan Puskesmas

Total Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan

n % n % n %

Dekat 21 72,4 8 27,6 29 100

Jauh 43 67,2 21 32,8 64 100

Total 64 68,8 29 31,2 93 100

p value = 0,014

Hasil analisis hubungan menggunakan uji chi-square memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,014 dengan tingkat kesalahan (α) 0,05. Sehingga nilai p value lebih kecil dari nilai α, maka hipotesis ditolak yang berarti ada hubungan yang bermakna antara jarak tempuh dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Paramasan. Koefisien korelasi diperoleh bahwa hubungan variabel tersebut berada dalam kategori sangat rendah karena nilai korelasi 0,052 berada diantara 0,00 – 0,199. Arti interpretasi diatas adalah jika semakin dekat jarak rumah kepala keluarga dengan sarana kesehatan maka akan memberikan peluang positif untuk tetap memanfaatkan pelayanan kesehatan, sebaliknya jika semakin jauh jarak rumah kepala keluarga dengan sarana kesehatan maka akan memberikan peluang negatif untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Untuk menuju ke Desa Paramasan Atas hanya dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 2 dan ada terdapat fasilitas ojek bagi yang tidak ingin mengambil resiko untuk menuju Desa Paramasan Atas dengan tarif sekali jalan Rp. 400.000. Jalan yang dilalui akan semakin sulit ketika hujan karena menjadi genangan lumpur.

Hal ini didukung oleh pendapat L. Green bahwa suatu pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan. Serta teori menurut Anderson bahwa faktor – faktor pendukung dari pemanfaatan pelayanan antara lain adalah ketercapaian pelayanan, pelayanan yang lokasinya terlalu jauh dari tempat tinggal tertentu tidak dapat dicapai. Sebaliknya pelayanan kesehatan yang lokasinya dekat dalam arti mudah dijangkau maka hal ini akan mendukung terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Determinan Perilaku Kepala Keluarga Terhadap Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Di Puskesmas Paramasan Kabupaten Banjar, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu Ada hubungan antara tingkat penghasilan (p value = 0,008), pengetahuan (p value = 0,026) dan jarak tempuh (p value = 0,014) kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Paramasan.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, D. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Alamsyah, D. 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan

Masyarakat. Semarang: Nuha Medika Andersen dan Newman. 1973. Societal and

individual determinants of medical care utilization in the United States. (Online)

www.milbank.org/uploads/documents/

[diakses 12 April 2014]

Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta

Azwar, A. 1996. Pengantar Adminstrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara

Badan Pusat Statistik Kab. Banjar. 2013. Profil Kabupaten Banjar 2013. Banjar

Chaharsough, Shahriar Ansari dan Tahmores Hasangholipor Yasory . 2012. Effect of Sales Promotion on Consumer Behavior Based on Culture. African Journal of Business Management Vol. 6(1), pp. 98-102,11 January, 2012. Available at http://www.academicjournals.org. [diakses 03 Mei 2014]

(5)

23 Kesehatan Kabupaten Banjar 2013. Banjar Fu’ad, Syekh Muhammad, 2011. Kumpulan Hadits

Shohih Bukhari Muslim ; Terjemahan dari kitab Al Lu’lu’ wal Marjan. Jakarta : PT. Insan Kamil

Hutapea, Tahan P. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan (Demand) Masyarakat Terhadap Pemilihan Kelas Perawatan Pada Rumah Sakit. Melalui:

http://www.jmpk-online.net/images/jurnal/2009/Vol_12_No_2 _2009/08_ap_tahan%20p%20hutapea.pdf . Jurnal Volume 12 Hal. 94-101 [diakses 12 Mei 2014]

Kemenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004,. Tentang Kebijakan Dasar Pussat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Kemenkes

Kementerian Agama RI, 2005. Alquran dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Al-Huda

Laila,Ewiya. 2008. Pengaruh Karakteristik Masyarakat Miskin dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2007. Tesis Universitas Sumatera Utara online

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/ 6791 diakses pada 31 Juni 2014

Narbuko, Cholid. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya : Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo., 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

---., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Puskesmas Paramasan. 2015. Laporan Tahunan

Puskesmas Paramasan. Banjar: Tidak Diterbitkan

Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Yogyakarta : Rajawali Pers Saragih, Sornauli. 2009. Hubungan Kualitas

Pelayanan dan Kepuasan Pasien dengan Kunjungan di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Kota Pekanbaru. Melalui: http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567 89/6660/1/09E00780.pdf. Tesis: Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009

Solikhah. 2008. Hubungan Kepuasan Pasien dengan Minat Pasien Dalam Pemanfaatan Ulang Pelayanan Pengobatan. MKMI Volume 11 Halaman 192-199. FKM Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta,

2008. Available at

http://manajemen.uad.ac.id. [diakses 11 Mei 2014]

Supartondo, dkk. 2000. Pedoman Pengelolaan Kesehatanpasien Geriatri Untuk Dokter dan Perawat. Edisi Pertama. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Syaer. S. 2010. Gambaran Karakteristik Masyrakat Dalam Pemanfaatan Pelayaanan Kesehatan Di Puskesmas Teppo Kecamatan Patampanua Kab.Pingran. (Online) www.scribd.com/doc/62697640/Daftar-Pustaka diakses pada tanggal 10 April 2014 Tombi, H. 2012. Hubungan antara karakteristik

masyarakat Kelurahan Sindulang 1 dengan pemanfaatan Puskesmas Tuminting (jurnal). Manado: Universitas Sam Ratulangi

UU No. 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Yuliah. 2001. Pemanfaatan puskesmas ditinjau dari aspek pengguna jasa, penyelenggara pelayanan dan pendukung di puskesmas pasar kemis Kabupaten Tangerang. (Online) www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-73114. diakses pada tanggal 12 April 2014

(6)

Gambar

Tabel  2.  Hubungan  Antara  Tingkat  Pendidikan  Dengan  Pemanfaatan  Pelayanan  Kesehatan  di  Puskesmas  Paramasan  Tahun 2016
Tabel  3.  Hubungan  Antara  Tingkat  Penghasilan  Dengan  Pemanfaatan  Pelayanan  Kesehatan  di  Puskesmas  Paramasan  Tahun 2016
Tabel  5.  Hubungan  Antara  Jarak  Tempuh  Dengan  Pemanfaatan  Pelayanan  Kesehatan  di  Puskesmas Paramasan Tahun 2016

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran kontruktivisme yaitu LC 7E (Sumiyati dkk,

Kesalahan penulisan transliterasi di atas terdapat kesalahan lokal pada kata ﺔﺒﻴﺒﻄ / ţabībah/ , pada penulisan transliterasi tersebut huruf ﻁ / ṭ / ditulis /ţ/,

Menjawab pertanyaan-pertanyaan teknis pelaksanaan wisata ruhani (baik dari mentor, peserta, atau pun mentor lainnya).. Nurlaila Sopiatun, Ria Umami, dan Siti Sopiah

Perancangan alat pengangkat dan pemindah drum ini adalah untuk memudahkan pekerjaan dalam memindahkan drum yang biasa digunakan dalam proses pemindahan drum pada suatu

Parke & Buriel dalam Berns (2004) mendeskripsikan pola pengasuhan anak pada keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi dan rendah sebagai berikut: 1) orang tua dari

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Model regresi

The research could be concluded that the carcass characteristics of PO cattle were lower than those of SimPO cattle, but carcass components and non-carcass were similar relatively.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efikasi diri, norma subjektif, sikap berperilaku, dan pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha pada