9 VARIASI JENIS KEGIATAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI TROTOAR
DI KOTA MEDAN
Cut Nuraini1, Husni Thamrin2, Meyga Fitri Handayani3
1,2,3Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Institut Teknologi Medan Jl. Gedung Arca No. 52, Medan
1cnuraini@itm.ac.id
2husni.thamrin@itm.ac.id 3meyga.fitri@itm.ac.id
ABSTRAK
Trotoar atau disebut juga jalur pedestrian (jalur pejalan kaki) merupakan sarana khusus yang disediakan bagi para pejalan kaki dan biasanya menjadi bagian dari jalan karena terletak berdampingan dengan jalan. Keberadaan trotoar mempermudah para pejalan kaki untuk mencapai tujuannya dari satu tempat ke tempat lain. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum dan mengidentifikasi sejumlah aktivitas lain yang terjadi di tujuh koridor trotoar di tiga kawasan kota Medan. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode desriptif-eksploratif dengan pengumpulan data yang dilakukan melalui teknik survei lapangan dengan menggunakan logbook. Pengamatan lapangan dilakukan selama satu (1) minggu untuk mengidentifikasi jenis kegiatan lain di luar fungsi trotoar. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat tujuh (7) variasi kegiatan di trotoar dengan tiga aktivitas yang sangat mengganggu fungsi trotoar (penyalanggunaan fungsi) sehingga menimbulkan keresahan bagi pengguna trotoar. Sejumlah 64% responden sekaligus para pengguna trotoar menyarankan bagi pengguna lain agar tertib dan menggunakan trotoar sesuai fungsi, saling menjaga dan tidak merusak trotoar (26%) serta menjaga kebersihan (10%). Pengguna trotoar juga menyarankan kepada pemerintahan kota Medan agar segera menertibkan penyalahguna fungsi trotoar.
Kata Kunci : Trotoar, Pejalan Kaki, Variasi, Kegiatan, Fungsi.
ABSTRACT
Sidewalks or also called pedestrian lanes (pedestrian paths) are part of the road in the form of a separate lane specifically for pedestrians, which are usually located next to each other along the road. The function of the sidewalk is for the convenience of pedestrians when moving from one place to another. This study aims to provide an overview and identify a number of other activities that occur in the seven sidewalk corridors in three areas of the city of Medan. This qualitative research uses a descriptive-explorative method with data collection conducted through field survey techniques using logbooks. Field observations are carried out for one (1) week to identify other types of activities outside the sidewalk function. The results of the study show that there are seven (7) variations of activities on the sidewalk with three activities that severely interfere with the function of the sidewalk (the use of functions) so as to cause unrest for the pavement users. As many as 64% of the respondents at the same time the sidewalk users suggested to other users to be orderly and use the sidewalk according to function, take care of each other and not damage the sidewalk (26%) and maintain cleanliness (10%). Sidewalk users also advised the Medan city government to immediately curb the misuse of the sidewalk function.
Keywords: Sidewalks, Pedestrian, Variety, Activities, Function.
PENDAHULUAN
Berjalan kaki menurut Harsono (2016) merupakan sarana yang relatif mudah dan murah untuk mencapai suatu tujuan yang tidak dilayani oleh moda-moda angkutan lainnya. Selain itu, berjalan kaki juga
mempunyai beberapa kelebihan tersendiri karena berkecepatan rendah. Berjalan kaki juga menguntungkan karena dapat memahami lingkungan sekitar, mengamati obyek secara mendetail serta mudah menyadari lingkungan sekitarnya
10 (Rapoport, 1977 dalam Harsono, 2016).
Berjalan kaki merupakan sarana transportasi yang menghubungkan antara beberapa fungsi kawasan, seperti kawasan perdagangan, kawasan budaya, dan kawasan permukiman. Berjalan kaki juga memiliki kelebihan dalam
urban design, yaitu bahwa manusia memiliki
waktu untuk melihat visual kota dalam melakukan aktivitasnya, sehingga dapat menjadikan masyarakat lebih mengenali kota tempat hidupnya (Geovani G, 1977, dalam Harsono, 2016)
Berjalan kaki dilakukan oleh para pejalan kaki yaitu orang yang melakukan aktivitas perjalanan dari satu tempat untuk berpindah ke tempat lain dengan didukung oleh trotoar yang ramah dan aman (Leong, 2011 dalam Natalia a.l, 2017). Sedangkan menurut Shirvani (1985) dalam Harsono (2016) bahwa pejalan kaki adalah bagian dari elemen fisik dalam perancangan kota. Maka, kegiatan berjalan kaki bagi warga kota membutuhkan fasilitas umum yang salah satunya adalah jalur pejalan kaki atau trotoar. Jalur pejalan kaki lainnya dapat berbentuk jembatan penyeberangan orang (JPO), zebra
cross dan pelican cross.
Studi lapangan yang dilakukan di tahap awal pengamatan jalur pejalan kaki di kota Medan khususnya trotoar menunjukkan bahwa fasilitas umum jenis ini memiliki tingkat penggunaan yang cukup tinggi, terutama di beberapa kawasan yang telah memiliki fasilitas trotoar. Hal ini disebabkan karena masyarakat pengguna fasilitas umum
yang berkendara, cenderung juga
menggunakan trotoar sebagai jalur lintasan lanjutan setelah turun dari kendaraan dalam mencapai atau menuju tempat tujuannya. Selain itu, aktivitas pengguna di jalur pejalan kaki juga menunjukkan variasi yang cukup signifikan untuk diteliti, terutama dalam hal fungsi utamanya sebagai fasilitas bagi pejalan kaki dan fungsi tambahan lain yang tidak sesuai, seperti parkir sepeda motor, parkir becak motor, parkir mobil, bahkan aktifitas ekonomi seperti pedagang yang membuka warung di jalur pejalan kaki. Fakta lain yang ditemukan adalah adanya elemen lain yang mengganggu fungsi jalur pejalan
kaki, seperti tiang listrik, tiang telepon, warung, dan bengkel.
Rubenstain (1987, dalam Budiarto, 2019) menjelaskan bahwa ada empat kategori pejalan kaki, yaitu :
1. Orang-orang yang melakukan kegiatan berjalan kaki sebagai moda utama untuk mencapai tempat yang dituju. Kategori ini disebut juga pejalan kaki penuh. Biasanya orang-orang dalam kategori ini melakukan kegiatan berjalan kaki karena tempat yang dituju relatif dekat, dan menganggap bahwa berjalan kaki sama dengan berekreasi.
2. Orang-orang yang melakukan kegiatan berjalan kaki setelah turun dari kendaraan umum. Jadi, berjalan kaki bagi kelompok ini adalah moda antara antara tempat asal ke tempat kendaraan umum atau ke tempat tujuan akhir. Kategori ini disebut juga pejalan kaki pemakai kendaraan umum.
3. Orang-orang yang melakukan kegiatan berjalan kaki setelah turun dari kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Jalan kaki bagi kelompok ini adalah moda antara, dari tempat parkir kendaraan pribadi ke tempat pemberhentian kendaraan umum dan ke tempat tujuan akhir. Kategori in disebut juga pejalan kaki pemakai kendaraan pribadi dan kendaraan umum. 4. Orang-orang yang berjalan kaki setelah
keluar dari kendaraan pribadi atau disebut juga para pejalan kaki pemakai kendaraan pribadi penuh. Orang-orang ini biasanya berjalan kaki dari tempat parkir kendaraan pribadi ke tempat tujuan akhir karena tujuan kahir hanya dapat di akses melalui berjalan kaki
Untuk aktivitas bejalan kaki tentunya dibutuhkan jalur pejalan kaki. Menurut Budiarto, a.l (2019) Jalur pejalan kaki mendukung interaksi antar elemen perancangan kota yang lain, berhubungan erat dengan lingkungan terbangun yang telah ada dan pola aktivitas dan harus sesuai dengan perubahan fisik kota.Lebih lanjut Budiarto, a.l (2019) menyampaikan bahwa keseimbangan antar penggunaan jalur
11 pejalan kaki mendukung kelangsungan
aktivitas sekitarnya. Jalur pejalan kaki harus memenuhi persyaratan aktivitas berjalan kaki harusaman, leluasa bergerak dengan pemberian rute-rute yang pendek dan jelas serta bebas hambatan dan kelambatan yang dapat mengakibatkan kepadatan pejalan kaki. Dalam Peraturan Departemen PU No. 011/T/Bt/1995 dijabarkan bahwa jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan pejalan kaki tersebut.
METODE PENELITIAN
Studi ini merupakan hasil survei
lapangan sebagai gambaran umum
penyalahgunaan fungsi trotoar. Hasil studi ini juga merupakan bagian dari penelitian terkait Kebutuhan dan Pemanfaatan Fasilitas Umum di Kota Medan dengan tinjauan Persepsi Pengguna Terhadap Trotoar di kota Medan. Hasil yang disajikan pada studi ini adalah gambaran umum trotoar di Kota Medan, khiususnya di tiga kawasan studi, yaitu :
1. Kawasan bisnis/wisata/komersial, terdiri atas tiga koridor atau penggal jalan, yaitu a) mulai perempatan Juanda-Katamso-Istana Maimun hingga persimpangan gedung Harian Waspada; b) mulai perempatan jalan Sisingamangaraja-Halat-Juanda sampai tower gedung Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM); dan c) area kesawan jalan Ahmad Yani hingga ke gedung PP London Sumatera (Lonsum);
2. Kawasan perkantoran, yang terdiri atas tiga koridor atau penggal jalan, yaitu a) mulai persimpangan jalan Sudirman jalan Diponegoro hinggga ke Lapangan Benteng, b) persimpangan jalan Gatot Subroto-tugu Guru Patimpus mulai jembatan menuju jalan Kapten Maulana Lubis hingga persimpanganan jalan Balai Kota, c) mulai persimpangan jalan Raden Saleh menuju jalan Balai Kota-Bukit
Barisan-Kereta Api-Pulau Pinang sekeliling lapangan merdeka mulai dari depan Balai Kota Lama sampai gedung Bank Mandiri; dan
3. Kawasan permukiman, yaitu satu koridor atau penggal jalan di Amaliun sampai simpang Ismailiyah.
Tabel 1. Sampel Wilayah Penelitian
Kawasan Nama
Kecamatan Nama Koridor
Bisnis/Komersial /Wisata
Medan
Maimun Katamso
Medan Barat Ahmad Yani
Medan Kota Sisingamangaraja
Perkantoran Medan Polonia Diponegoro Medan Petisah Kapt. Maulana Lubis
Medan Barat Lapangan
Merdeka
Permukiman Medan Area Amaliun
Gambaran penyalahgunaan fungsi trotoar yang telah diidentifikasi selanjutnya dipertanyakan kepada para pengguna trotoar sebagai responden. Jumlah responden ditetapkan berdasar metode Slovin.
Dari data lapangan yang
dikumpulkan pada pengamatan lapangan selama satu bulan dapat diketahui bahwa rata-rata pengguna setiap harinya di setiap koridor berbeda-beda. Maka, untuk menentukan jumlah responden yang dipilih sebagai sampel, dilakukan perhitungan di setiap koridor dengan menggunakan metode Slovin (Sugiyono, 2011). Hal ini penting untuk dilakukan mengingat jumlah responden yang dipilih sebagai sampel harus
representative dan mewakili sampel,
sehingga hasil penelitian dapat
digeneralisasikan.
Adapun rumus Slovin untuk menentukan jumlah sampel responden adalah :
(1)
Adapun penjelasan rumus Slovin adalah sebagai berikut :
12 n : Ukuran sampel/jumlah responden;
N : Ukuran populasi;
e : Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir, dengan nilai e = 0,1
Berdasar rumus Slovin, maka dapat ditentukan jumlah sampel responden di setiap koridor sesuai Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Jumlah Sampel Responden Berdasar Model Slovin
HASIL DAN PEMBAHASAN
Trotoar di Koridor Kawasan-1 (Kawasan Bisnis/Komersial/Wisata)
a. Katamso-Istana Maimun sampai Gedung Harian Waspada (K1)
Koridor di jalan Katamso mulai persimpangan jalan Juanda sampai ke
gedung Harian Waspada memiliki
karakteristik penggunaan yang bervariasi selain fungsi utamanya sebagai jalur pejalan kaki. Selama satu minggu pengamatan di koridor satu (K1) terdapat tiga aktivitas lain
di luar fungsi trotoar, yaitu
berjualan/bergadang, bersepeda, bersepeda motor, parkir kendaraan bermotor, dan menunggu angkutan (lihat Tabel 3 dan Gambar 1).
Tabel 3. Jenis kegiatan di trotoar koridor-1 (K1)
Gambar 1. Variasi jenis kegiatan penyalahgunaan fungsi trotoar di koridor-1 (K1)
Gambar 2. Dokumentasi trotoar di koridor-1 Katamso s/d Gedung Waspada (K1)
b. Ahmad Yani-Persimpangan Palang Merah sampai PP Lonsum (K2)
Koridor di jalan Ahmad
Yani-Persimpangan Palang Merah sampai PP Lonsum juga memiliki karakteristik penggunaan yang bervariasi selain fungsi utamanya sebagai jalur pejalan kaki. Selama satu minggu pengamatan di koridor dua (K2) terdapat tiga aktivitas lain di luar fungsi trotoar, yaitu berjualan/bergadang, bersepeda, bersepeda motor, parkir kendaraan bermotor, dan menunggu
13 angkutan (lihat Tabel 4, Gambar 3 dan
Gambar 4)
Tabel 4. Jenis Aktifitas di Trotoar Koridor-2 (K2)
Gambar 3. Variasi jenis kegiatan penyalahgunaan fungsi trotoar di koridor-2 (K2)
Gambar 4. Dokumentasi trotoar di koridor-2
c. Sisingamangaraja-Simp.Halat sampai jalan Pandu-PDAM (K3)
Koridor di jalan Sisingamangaraja-Simp.Halat sampai jalan Pandu-PDAM memiliki karakteristik penggunaan yang variasinya lebih banyak dibanding koridor 1 dan koridor 2. Selama satu minggu pengamatan di koridor tiga (K3) terdapat 10
aktivitas lain yang menonjol di luar fungsi trotoar (lihat Tabel 5, Gambar 5 dan Gambar 6)
Tabel 5. Jenis Kegiatan di Trotoar Koridor-3 (K3)
Gambar 5. Variasi jenis kegiatan penyalahgunaan fungsi trotoar di koridor-3 (K3)
14 Trotoar di Koridor Kawasan-2
a. Diponegoro-Kantor Keuangan sampai Lapangan Benteng (K4)
Koridor yang terletak di jalan Diponegoro-Kantor Keuangan sampai
Lapangan Benteng juga memiliki
karakteristik penggunaan yang variasinya mirip dengan koridor 3 SM-raja. Selama satu minggu pengamatan di koridor tiga (K4) terdapat tujuh (7) aktivitas lain yang menonjol di luar fungsi trotoar (lihat Tabel 6, Gambar 7 dan 8)
Tabel 6. Jenis Kegiatan di Koridor-4 (K4)
Gambar 7. Variasi jenis kegiatan penyalahgunaan fungsi trotoar di koridor-4 (K4)
Gmbar 8. Dokumentasi Koridor-4 (K4)
b. Jembatan-Kapt.Maulana Lubis sampai Persimpangan Balai Kota (K5)
Koridor trotoar mulai Jembatan-Kapten Maulana Lubis sampai dengan Persimpangan Balai Kota memiliki enam (6) karakteristik penggunaan, yaitu duduk, mengobrol, berjualan, bersantai, perkir sepeda motor, dan parkir mobil Selama satu minggu pengamatan di koridor lima (K5) aktivitas yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 7, Gambar 9 dan 10 berikut ini :
Tabel 7. Jenis Kegiatan di Trotoar Koridor-5 (K5)
Gambar 9. Variasi jenis kegiatan penyalahgunaan fungsi trotoar di koridor-5 (K5)
15 c. Sekeliling Lapangan Merdeka (K6)
Koridor trotoar di sekeliling lapangan merdeka memiliki tujuh (7) karakteristik penggunaan, dengan penyalahgunaan fungsi trotoar yang paling besar adalah parkir sepeda motor. Selama satu minggu pengamatan di koridor lima (K5) ragam aktivitas yang terjadi yang menyalahi fungsi trotoar dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 11-12 di bawah ini:
Tabel 8. Jenis kegiatan di trotoar koridor-6 (K6)
Gambar 11. Variasi jenis kegiatan penyalahgunaan fungsi trotoar di koridor-6 (K6)
Gambar 12. Dokumentasi trotoar di koridor-6 (K6)
Trotoar di Koridor Kawasan-3
a. Jalan Amaliun-Persimpangan Ismailiyah (K7)
Koridor kawasan tiga yang terletak di jalan Amaliun (K7) memiliki tujuh (7)
karakteristik penggunaan, dengan
penyalahgunaan fungsi trotoar yang paling besar adalah parkir sepeda motor. Selama satu minggu pengamatan di koridor lima (K7) ragam aktivitas yang terjadi yang menyalahi fungsi trotoar dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 13-14 berikut ini :
Tabel 9. Jenis kegiatan di trotoar koridor-7 (K7)
Gambar 13. Variasi jenis kegiatan penyalahgunaan fungsi trotoar di koridor-7 (K7)
16 Analisis yang dilakukan terhadap
saran bagi pengguna trotoar lainnya di koridor-1 sebanyak 8 responden menjawab agar saling menjaga dan tidak merusak (26 %), 19 responden menjawab agar tertib dan menggunakan sesuai fungsi (64 %), dan 3 menjawab agar tidak membuang sampah sembarangan atau menjaga kebersihan trotoar (10 %), seperti ditunjukkan pada Tabel 10 berikut ini :
Tabel 10. Saran bagi Pengguna lainnya di K1
Saran bagi pemerintahan kota di koridor-1 sebanyak 13 responden menjawab
agar memperbaiki, merawat, dan
menyediakan trotoar (44 %), 11 responden menjawab agar melengkapi fasilitas trotoar (36 %), 5 menjawab agar menertibkan penyalahguna fungsi trotoar (17 %), dan 1 responden menyarankan agar pemerintah menyediakan petugas pengawas fungsi trotoar dan petugas kebersihan, seperti ditunjukkan pada Tabel 11 berikut ini:
Tabel 11. Saran bagi Pemerintahan Kota di K1
Analisis yang dilakukan terhadap saran bagi pengguna trotoar lainnya di koridor-2 sebanyak 6 responden menjawab agar saling menjaga dan tidak merusak (20 %), 20 responden menjawab agar tertib dan menggunakan sesuai fungsi (68 %), dan 4 menjawab agar tidak membuang sampah sembarangan atau menjaga kebersihan trotoar (12 %), seperti ditunjukkan pada Tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Saran bagi Pengguna lainnya di K2
Saran bagi pemerintahan kota di koridor-2 sebanyak 4 responden menjawab
agar memperbaiki, merawat, dan
menyediakan trotoar (12 %), 5 responden menjawab agar melengkapi fasilitas trotoar (18 %), 20 menjawab agar menertibkan penyalahguna fungsi trotoar (67 %), dan 1 responden menyarankan agar pemerintah menyediakan petugas pengawas fungsi trotoar dan petugas kebersihan (3%), seperti ditunjukkan pada tabel 13 berikut ini:
Tabel 13. Saran bagi Pemerintahan Kota di K2
Analisis yang dilakukan terhadap saran bagi pengguna trotoar lainnya di koridor-3 sebanyak 21 responden menjawab agar saling menjaga dan tidak merusak (70 %), dan 9 responden menjawab agar tertib dan menggunakan sesuai fungsi (30 %), seperti ditunjukkan pada Tabel 14 berikut ini:
Tabel 14. Saran bagi Pengguna lainnya di K3
Saran bagi pemerintahan kota di koridor-3 sebanyak 7 responden menjawab
agar memperbaiki, merawat, dan
menyediakan trotoar (24 %), 8 responden menjawab agar melengkapi fasilitas trotoar (26 %), dan 15 menjawab agar menertibkan
17 penyalahguna fungsi trotoar (50 %), seperti
ditunjukkan pada Tabel 15 berikut ini:
Tabel 15. Saran bagi Pemerintahan Kota di K3
Analisis yang dilakukan terhadap saran bagi pengguna trotoar lainnya di koridor-4 sebanyak 13 responden menjawab agar saling menjaga dan tidak merusak (43%), 15 responden menjawab agar tertib dan menggunakan sesuai fungsi (50%), dan 2 responden menyarankan agar tidak buang
sampah sembarangan atau menjaga
kebersihan (7%), seperti ditunjukkan pada Tabel 16 berikut ini:
Tabel 16. Saran bagi Pengguna lainnya di K4
Saran bagi pemerintahan kota di koridor-4 adalah bahwa sebanyak13 responden menjawab agar melengkapi fasilitas trotoar (43%), 12 menjawab agar menertibkan penyalahguna fungsi trotoar (40%), dan 5 responden menjawab agar menyediakan petugas atau pengawas trotoar dan petugas kebersihan (17%), seperti ditunjukkan pada Tabel 17 berikut ini:
Tabel 17. Saran bagi Pemerintahan Kota di K4
Analisis yang dilakukan terhadap saran bagi pengguna trotoar lainnya di koridor-5 sebanyak 15 responden menjawab
agar saling menjaga dan tidak merusak, serta sama-sama merawat (50%), 13 responden menjawab agar tertib dan menggunakan sesuai fungsi (44%), dan 2 responden menyaranan agar tidak buang sampah sembarangan atau menjaga kebersihan (6%), seperti ditunjukkan pada Tabel 18 berikut ini:
Tabel 18. Saran bagi Pengguna lainnya di K5
Saran bagi pemerintahan kota di koridor-5 adalah bahwa sebanyak 9 responden menjawab agar melengkapi fasilitas trotoar (30%), dan 21 responden menjawab agar memperbaiki trotoar rusak, merawat yang Ada dan menyediakan trotoar di tempat lain (70%), seperti ditunjukkan pada Tabel 19 berikut ini :
Tabel 19. Saran bagi Pemerintahan Kota di K5
Analisis yang dilakukan terhadap saran bagi pengguna trotoar lainnya di koridor-6 sebanyak 17 responden menjawab agar saling menjaga dan tidak merusak, serta sama-sama merawat (57%) dan 13 responden menjawab agar tertib dan menggunakan sesuai fungsi (43%), seperti ditunjukkan pada Tabel 20 berikut ini:
Tabel 20. Saran bagi Pengguna lainnya di K6
Saran bagi pemerintahan kota di koridor-6 adalah bahwa sebanyak 10 responden menjawab agar melengkapi
18 fasilitas trotoar (33%), 16 responden
menjawab agar memperbaiki trotoar rusak, merawat yang Ada dan menyediakan trotoar di
tempat lain (54%), 3 menyarankan agar
menyediakan petugas pengawas trotoar dan petugas kebersihan (10%), dan 1 responden menyarankan penertiban pada penyalahguna fungsi trotoar (3%), seperti ditunjukkan pada Tabel 21 berikut ini :
Tabel 21. Saran bagi Pemerintahan Kota di K6
Analisis yang dilakukan terhadap saran bagi pengguna trotoar lainnya di koridor-7 sebanyak 1 responden menjawab agar saling menjaga dan tidak merusak, serta sama-sama merawat (3%), 1 responden menyarankan agar tertib dan gunakan trotoar sesuai fungsi (3%), dan 28 responden menjawab agar tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kebersihan (94%). Maka, dapat disimpulkan bahwa saran bagi pengguna lain trotoar koridor-6 adalah saling menjaga, tidak merusak, dan sama-sama merawat. Hal ini dikarenakan fasilitas trotoar di kawasan ini memang sangat minim sekali, dan nyaris tidak ada. Oleh karena itu, saran masyarakat adalah tidak membuang sampah sembarangan, karena jalur trotoar yang seharusnya ada dan dibangun di atas saluran drainase, lebih banyak terdapat sampah. Saran pengguna bagi pengguna trotoar lainnnya di koridor dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini:
Tabel 22. Saran bagi Pengguna lainnya di K7
Saran bagi pemerintahan kota di koridor-7 adalah seluruh responden menjawab agar memperhatikan dan segera membangun trotoar di koridor-7 (100%), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 23.
Tabel 23.Saran bagi Pemerintahan Kota di K7
KESIMPULAN
Semua kasus (tujuh kasus koridor) yang terdapat di tiga kawasan menunjukkan fakta yang sama terkait penyalahgunaan fungsi trotoar. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat dua aktifitas utama penyalahgunaan fungsi trotoar oleh masyarakat, yaitu 1) Parkir Kendaraan, dan 2) Berjualan/Berdagang. Penyalahgunaan fungsi trotoar lainnya yang cukup signifikan adalah bersepeda/bersepeda motor di trotoar. Adapun kegiatan menunggu angkutan umum masih memiliki relevansi dengan trotoar karena sebagian besar masyarakat juga mneggunakan halte untuk menunggu kendaraan angkutan umum.
Adapun masukan dari para pengguna trotoar bagi masyarakat kota Medan terhadap fungsi trotoar berdasar prosentasi terbanyak adalah :
1. Tertib dan gunakan trotoar sesuai fungsi 2, Saling menjaga dan tidak merusak trotoar
dan fasilitasnya
3. Tidak membuang sampah sembarangan Masukan dari para pengguna trotoar bagi pemerintahan kota Medan sesuai skala prioritas jawaban responden adalah :
1. Pemerintahan kota Medan agar menertibkan masyarakat penyalahguna fungsi trotoar
2. Pemerintahan kota Medan harus memperbaiki trotoar yang rusak , merawat trotoar yang ada, dan membangun trotoar di tempat-tempat lain di kota Medan
19 3. Pemerintahan kota Medan agar
melengkapi fasilitas trotoar
(streetfurniture)
4. Pemerintahan kota Medan agar menyediakan pengawasa trotoar dan petugas khusus untuk kebersihan trotoar di kota Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Asri, Nurhikmah, Purnomo, Agus Budi. (2019). Persepsi Pejalan Kaki
dengan Keberadaan Pedestrian di Path. Studi Kasus: Kawasan Pasar Minggu, Jakarta. Jurnal Penelitian dan
Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti. Vol. 4, No. 1, Januari 2019, Hal: 41-46.
Departemen PU. (1995). Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Departemen
Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik. Harsono, S. (2016). Persepsi Pejalan Kaki
Terhadap Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki di Pusat Kota. Tesis. Program
Studi Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan.
Natalia, T., Rohmawati & Tatik. (2017).
Persepsi Pejalan Kaki Terhadap
Kondisi Fisik Trotoar Jalan
Dipatiukur. Prosiding SAINTIKS
FTIK UNIKOM, 2. hal : IV.9-IV.16. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian