• Tidak ada hasil yang ditemukan

BALAI DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KUPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BALAI DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KUPANG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

BALAI DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

KUPANG

Jl. Alfons Nisnoni (Belakang), Kotak Pos 76 Kupang 85001 Telp. (0380) 833129 Fax (0380) 829329 Jl. Santalum Album No. 1 Kotak Pos 120 Bu’at SoE Telp. (0388) 21800

E-Mail : bdkkupang@gmail.com.

LAPORAN

HASIL PELAKSANAAN ORIENTASI PAL BATAS

KHDTK DIKLAT BALAI DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN KUPANG

KELOMPOK HUTAN SISIMENI SANAM

KABUPATEN KUPANG

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BALAI DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN KUPANG

2017

(2)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu syarat kelestarian hutan adalah batas kawasan yang mantap dan telah disetujui oleh semua pihak. Di Indonesia untuk memastikan kejelasan batas kawasan hutan dilakukan melalui pengukuhan kawasan hutan. Dalam Permenhut no. 44 tahun 2012, pengukuhan kawasan hutan dilakukan melalui tahapan penunjukkan kawasan hutan, penataan batas kawasan hutan serta penetapan kawasan hutan. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Diklat Sisimeni sanam telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 367/Menhut-II/2009 dengan luas 2.973,2 ha dengan fungsi Hutan Produksi Terbatas (HPT).

Hingga saat ini permasalahan yang muncul terkait dengan batas kawasan hutan adalah banyaknya tanda batas di lapangan yang hilang ataupun rusak. Selain berdampak terhadap makin tingginya gangguan terhadap kawasan yang disebabkan alasan ketidaktahuan masyarakat terhadap tanda batas yang ada, hal tersebut juga berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan pembelajaran khususnya dalam kegiatan praktik diklat pencarian pal batas atau pengamanan kawasan hutan. Dengan hilangnya tanda batas yang ada di lapangan maka petugas maupun masyarakat akan kesulitan dalam menentukan batas antara kawasan hutan dengan lahan milik masyarakat (APL). Permasalahan lain terkait dengan tanda batas tersebut adalah tidak adanya data lokasi berupa koordinat terkait posisi pal batas kawasan. Selama ini pencarian/orientasi lokasi pal batas hanya mengandalkan ingatan dari petugas masyarakat yang ikut dalam kegiatan pemasangan pal batas. Menurut Permenhut No.44 Tahun 2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan, orientasi batas dan rekonstruksi batas dapat dilaksanakan oleh pengelola kawasan hutan.

Oleh karena itu untuk menjamin terwujudnya kelestarian hutan maka Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang selaku pengelola KHDTK Diklat Sisimeni Sanam perlu melakukan pendataan kondisi serta posisi koordinat pal batas kawasan yang masih tersisa di lapangan melalui kegiatan orientasi pal batas kawasan. Hasil yang diperoleh akan digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan rekonstruksi pal batas kawasan di Hutan Diklat Sisimeni Sanam.

B. Maksud dan Tujuan

Kegiatan orientasi batas kawasan Hutan Diklat Sisimeni Sanam dimaksudkan untuk menghimpun data kondisi pal batas kawasan Hutan Diklat Sisimeni Sanam. Sedangkan

(3)

tujuan orientasi batas kawasan Hutan Diklat Sisimeni Sanam adalah tersajinya data yang tepat dan akurat mengenai kondisi pal batas Hutan Diklat Sisimeni Sanam sebagai dasar pelaksanaan rekonstruksi batas kawasan Hutan Diklat Sisimeni Sanam.

C. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup kegiatan orientasi batas kawasan Hutan Diklat Sisimeni Sanam Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang secara garis besar meliputi :

1. Menentukan titik ikatan

2. Menelusuri hasil pengukuran dan penataan batas tahun 2007.

3. Mencatat jumlah pal, mendeskripsikan kondisi dan lokasi sekitar pal batas serta mengambil foto kondisi pal (hilang, rusak, dan baik)

4. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Orientasi Batas kawasan Hutan Diklat Sisimeni Sanam.

(4)

II. RISALAH DAERAH A. Keadaan Lokasi Pengukuran

1. Riwayat dan Status Kawasan

Kawasan Hutan Diklat Sisimeni Sanam (RTK.185) Pulau Timor secara keseluruhan telah disahkan sebagai kawasan hutan tetap pada tanggal 25 September 1982 oleh Menteri Pertanian u.b. Direktur Jenderal Kehutanan dengan fungsi sebagai hutan produksi terbatas, sehingga kawasan hutan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.367/Menhut-II/2009 tanggal 23 Juni 2009 sebagian dari Kawasan Hutan Sisimeni Sanam ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Kupang. Hutan Diklat Sisimeni Sanam memiliki luas ± 2.973,20 hektar dengan panjang 37,94 km.

2. Letak Geografis

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Sisimeni Sanam secara geografis terletak diantara koordinat 09o56’ 54” LS - 10o02’ 22” LS serta 123o58’ 20” BT

- 124o 01’ 10” BT. Berdasarkan batas administratif, wilayah KHDTK Sisimeni Sanam

terletak di Kabupaten Kupang, serta masuk dalam wilayah Kecamatan Fatuleu (Desa Ekateta, Desa Camplong II, dan Desa Sillu) dan Kecamatan Takari (Desa Benu dan Kelurahan Takari) Kabupaten Kupang Provinsi NTT. Berada pada kisaran ketinggian 225 mdpl sampai 525 mdpl.

(5)

3. Kelerengan

Berdasarkan analisis kelerengan kawasan dengan menggunakan citra ASTER GDEM, kontur interval 10 meter, sekitar 65% luasan hutan diklat memiliki bentuk topografi yang datar sampai landai. Kondisi tersebut umumnya tersebar di sekitar Desa Ekateta dan Desa Silu. Topografi agak curam sampai curam banyak dijumpai disekitar Desa Oesusu serta sekitar Kaut (pondok kerja), sedangkan untuk areal yang sangat curam sebagian besar berada pada batas Desa Ekateta dan Desa Benu, yang bentuknya berupa perbukitan. Hasil analisis seperti yang disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Kelas lereng Hutan Diklat Sisimeni Sanam

No Kelas Lereng Kriteria Luas Persen (%)

1 0-8% Datar 1,305.90 41.54 2 8-15% Landai 845.77 26.90 3 15-25% Agak curam 644.11 20.49 4 25-40% Curam 216.36 6.88 5 > 40% Sangat curam 131.85 4.19 Jumlah 100.00

Gambar 2. Grafik persentase luas kawasan berdasarkan kelas lereng di Hutan Diklat Sisimeni Sanam

4. Jenis Tanah

Berdasarkan jenis tanahnya, Hutan Diklat Sisimeni Sanam didominasi jenis tanah Kambisol (39%), kemudian diikuti dengan jenis tanah Rendzina (35%) dan Latosol (26%). Menurut Hardjowigeno (2003), kambisol merupakan tanah dengan horizon kambik (horizon bawah telah terbentuk struktur tanah) dan tidak ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air). Padanan nama tanah kambisol dalam USDA Soil

(6)

Taxonomy adalah Inceptisol, yaitu tanah muda dengan penciri utama horizon kambik. Karena tanah belum berkembang lanjut kebanyakan tanah ini cukup subur. Jenis tanah ini membentang mulai dari Desa Benu, Desa Ekateta bagian barat, Desa Oesusu serta Desa Silu bagian utara. Nama padanan lain dalam sistem Dudal, tanah ini termasuk dalam brown forest soil.

Gambar 3. Luas kawasan hutan diklat berdasarkan jenis tanah

Dalam klasifikasi kepekaan jenis tanah terhadap erosi menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), Rendzina termasuk ke dalam kelas sangat peka terhadap erosi. Bahkan untuk jenis tanah rendzina yang berada pada kelerengan lebih dari 15% dapat langsung dikategorikan termasuk dalam kawasan lindung. Darmawijaya (1997) menyatakan bahwa tanah Rendzina banyak mengandung bahan organik dari vegetasi rumput. Di Indonesia jenis tanah ini banyak dijumpai di kepulauan nusa tenggara.

Tanah Latosol merupakan jenis tanah yang telah mengalami pelapukan yang intensif dan perkembangan lebih lanjut sehingga terjadi pelindian unsur basa dan bahan organik. Ciri morfologi yang umum ialah tekstur lempung sampai geluh, struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gambur. Warna tanah cenderung merah (Darmawijaya, 1997). Jenis tanah ini menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) termasuk dalam kategori agak peka terhadap erosi.

5. Iklim

Tipe iklim di pulau Timor menurut badan metereologi dan geofisika atau kriteria SCHIMDT dan FERGUSON, KHDTK Sisimeni Sanam termasuk kedalam tipe iklim E dengan nilai Q 100 – 167 %.

(7)

B. Keadaan Sosial Ekonomi 1. Kependudukan

Hasil survei sosial ekonomi, penduduk yang tinggal di sekitar Kawasan Hutan Diklat Sisimeni Sanam yaitu dari desa Ekateta (783 kk/ 2.879 jiwa), desa Camplong II (799 kk/3.716 jiwa), desa Silu (836 kk/4.056 jiwa), desa Oesusu (361 kk/1.420 jiwa) dan desa Benu (498 kk/1.941 jiwa). Kondisi kependudukan desa sekitar hutan diklat sisimeni sanam tahun 2014 seperti disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 2. Kondisi penduduk sekitar Hutan Diklat Sisimeni Sanam tahun 2014

No Desa Luas (Km2) Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) Seks Rasio Rumah Tangga Rata2 Jumlah Anggota Keluarga 1 Ekateta 97,46 2.879 29,54 101,07 783 3,67 2 Camplong II 20,75 3.716 179,08 72,20 799 4,65 3 Silu 13,07 5.902 451,57 101,91 1.217 4,85 4 Oesusu 31,43 1.575 50,11 107,24 361 4,36 5 Benu 21,45 1.941 90,49 105,83 498 3,90 Total 184,16 16.013 160,16 97,60 731,60 4,29

Sumber: Data hasil survei sosial ekonomi Hutan Diklat SMS 2015

Suku/etnis yang mendiami desa-desa sekitar Hutan Diklat SMS sebagian besar (>90%) adalah suku Timor, etnis lain adalah Rote Sabu, Flores, Sumba, Alor, dan lain-lain. Kristen Protestan merupakan agama yang dianut mayoritas masyarakat sekitar Hutan Diklat SMS.

Masyarakat dari lima desa tersebut sebagian besar tinggal di luar kawasan hutan meskipun sebagian dari mereka berkebun atau melakukan aktivitas di kawasan hutan diklat. Terdapat masyarakat ( 1 Dusun) tinggal di wilayah enklave di Desa Ekateta, dan ada pula yang tinggal di dalam kawasan hutan diklat. Hasil pemetaan pada saat survei sosial ekonomi, di desa Ekateta terdapat 11 KK yang tinggal dan memanfaatkan lahan di kawasan hutan diklat (Masyarakat RT 17). Adapun di Desa Oesusu, terdapat 16 KK yang tinggal dan memanfaatkan lahan di kawasan hutan diklat.

(8)

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan secara umum menggambarkan tingkat kemampuan masyarakat dalam mengadopsi teknologi dan inovasi, kemampuan berkomunikasi, dan terkadang menjadi cerminan dari status sosial.

Tingkat pendidikan masyarakat sekitar hutan diklat SMS sebagian besar tamat Sekolah Dasar (SD) dan sebagian kecil tamat Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) maupun Perguruan Tinggi (PT). Kondisi ini menunjukkan bahwa pendidikan masyarakat masih tergolong rendah dan belum mencapai program wajib belajar 9 tahun.

Sarana pendidikan yang sudah tersedia di masing-masing desa umumnya pendidikan SD hingga SLTP. Namun untuk Desa Silu, Desa Ekateta dan Desa Oesusu, sudah memiliki sarana pendidikan SLTA. Keberadaan lembaga pendidikan tersebut sangat strategis bagi masyarakat. Bagi hutan diklat SMS dapat dimanfaatkan sebagai sarana sosialisasi keberadaan dan program yang akan dilaksanakan.

3. Mata pencaharian

Mata pencaharian penduduk baik yang tinggal di dalam maupun disekitar Kawasan Hutan Diklat Sisimeni Sanam sebagian besar (>90%) sebagai petani. Mereka umumnya mengelola lahan kering untuk ladang tanaman tahunan dan musiman, seperti jagung, kacang-kacangan, kemiri, kelapa, jambu mete, nangka dan lain-lain. Selain itu mereka juga memelihara ternak sapi, babi, ayam atau kambing. Saat musim kemarau, mereka tidak dapat melakukan kegiatan tanam-menanam, aktivitas mereka adalah mencari hasil hutan (antara lain asam, kemiri, mete dan madu hutan) dan ada pula yang menjadi tukang atau buruh tani di daerah lain. Mata pencaharian lainnya adalah pegawai, guru, pedagang, pensiunan dan sopir.

Di Desa Oesusu, Desa Silu dan Desa Benu sebagian masyarakatnya dapat menanam padi sawah di lahan mereka dikarenakan tersedianya air yang cukup. Saat-saat tertentu, pada lahan tersebut mereka juga menanam sayur-sayuran seperti selada air, kangkung, kacang panjang, sawi, cabe, dan tomat. Usaha ternak ikan air tawar belum begitu berkembang, masih sebagian kecil yang mulai pada taraf mencoba.

(9)

III. PELAKSANAAN 1) Dasar Pelaksanaan

1. Undang –Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

2. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan.

3. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 32/Kpts-II/2001 tanggal 12 Pebruari 2001 tentang Kriteria dan Standar Pengukuhan Kawasan Hutan.

4. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.141/Kpts-II/2007 tanggal 11 April 2007 tentang penujukkan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Kupang.

5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.367/Menhut-II/2009 tanggal 23 Juni 2009 tentang penetapan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) sebagai hutan pendidikan dan pelatihan kehutanan kupang dengan fungsi hutan produksi terbatas (HPT) seluas 2.973,20 hektar terletak di kelompok hutan sisimeni sanam (RTK 185), wilayah Kecamatan Fatuliu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 6. Keputusan Direktur Jenderal Inventarisasi dan Tata Guna Hutan dan Kebun Nomor

82/Kpts/VII-1/1998 tanggal 25 Juni 1998 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengukuhan Hutan.

7. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Orientasi dan Rekonstruksi Batas Kawasan Hutan Nomor 044/Kpts/VII-2/1996 tanggal 18 Maret 1986 yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Inventarisasi dan Tata Guna Hutan.

8. Berita Acara Tata Batas Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) sebagai hutan penddikan dan pelatihan kehutanan kupang disebagian kawasan hutan sisimeni sanam (RTK.185) Tanggal 30 Desember 2007

9. Peta lampiran Berita Acara Tata Batas Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Sisimeni Sanam sebagai hutan pendidikan dan pelatihan kehutanan kupang yang disahkan tanggal 23 Juni 2009.

10. Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun anggaran 2017 Balai Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang Nomor : DIPA. 029.08.2.426851/2017 tanggal 7 Desember 2016.

11. Surat Keputusan Kepala Balai Diklat LHK Kupang Nomor. SK. 25/BDLHK-1/2/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Orientasi Pal Batas KHDTK Sisimeni sanam, tanggal 16 Februari 2017.

(10)

12. Surat Perintah Tugas Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang Nomor : ST. 30/BDLHK-1/2/2017, tanggal 17 Februari 2017. 13. Peta kerja Orientasi Batas Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)

Sisimeni Sanam Skala 1 : 10.000 2) Persiapan

1) Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan orientasi pal batas KHDTK Sisimeni telah dilaksanakan sejak tahun 2013 secara bertahap hingga tahun 2017. Kegiatan orientasi pal batas tahap akhir dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 22 Febuari 2017.

2) Administrasi

Adminstrasi yang dipersiapkan meliputi penyiapan SK Kepala Balai Diklat LHK Kupang terkait dengan pembentukan tim orientasi batas KHDTK Sisimeni Sanam, Surat Perintah Tugas (SPT), Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD), Rencana Anggaran Biaya (RAB), dan surat-surat lainnya yang berhubungan dengan keuangan.

3) Teknis

Persiapan teknis meliputi : a. Pembuatan Instruksi kerja

b. Peminjaman, pengecekan serta kalibrasi alat yang akan dipakai untuk pelaksanaan kegiatan di lapangan

c. Pembuatan Peta Kerja yang berdasarkan; 1). Peta lampiran Berita Acara Tata Batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam yang disahkan tanggal 23 Juni 2009; 2). Peta Rupa Bumi Digital Indonesia sala 1 : 25.000.

d. Pembuatan Blanko Tabel Pencatatan Data Lapangan e. Pembuatan Blangko Berita Acara

4) Persiapan Peralatan :

a. GPS Garmin 76 csx dan Oregon b. Kompas Sunto

c. Kamera (dokumentasi) d. Busur 360o

e. Penggaris f. Kalkulator

(11)

5) Ketenagaan

1. Tim orientasi batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam terdiri dari 3 (tiga) regu kerja, yang dipimpin oleh 1 (satu) orang regu.

2. Personil masing-masing regu pelaksana orientasi batas kawasan hutan terdiri dari 4 (empat) orang tenaga teknis dari Seksi Sarana & Evaluasi Diklat serta tenaga pengaman hutan sekitar KHDTK Diklat Sisimeni Sanam.

3) Metode Pelaksanaan 1) Penentuan Titik Ikat

Titik ikat ditentukan untuk 3 (tiga) lokasi yaitu 1) Pertigaan jalan Enclave Ekateta, 2) Aliran Sungai Taikaf dekat pal KHDTK 84 serta 3) pertigaan jalan arah ke oemofa dan Enclave taiti. Penentuan titik ikat ini menjadi penting karena sebagai kunci starting point untuk menyamakan posisi antara pal di peta dengan yang ada di lapangan. Pal batas kawasan yang telah teridentifikasi dan terklarifikasi kebenarannya akan semakin memudahkan tim dalam mencari pal batas berikutnya. 2) Metode pengukuran

Selain berita acara tata batas serta lampiran peta tata batas, buku ukur menjadi salah satu dokumen yang penting keberadaannya. Melalui buku ukur kita akan mengetahui kronologis serta posisi pal batas yang paling akurat sesuai dengan metode serta teknik pemasangan awal pal batas kawasan. Tapi sayangnya buku ukur tata batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam hingga saat ini tidak dapat diketahui keberadaannya. Tidak adanya buku ukur ini menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan kegiatan orientasi pal batas kawasan. Dengan tidak adanya buku ukur, dokumen yang digunakan untuk kegiatan orientasi pal batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam adalah lampiran peta tata batas.

Melalui peta lampiran tata batas, akan diukur azimuth serta jarak lapang antar pal ataupun titik ikatan dengan pal batas. Pengukuran azimuth dilakukan dengan menggunakan busur 360o serta penggaris untuk mengukur jarak dipeta,

yang kemudian akan dikonversi menjadi jarak lapang sesuai dengan skala peta tata batas. Teknik ini memiliki banyak keterbatasan diantaranya terkait dengan akurasi dari posisi pal dilapangan, dengan skala peta tata batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam sebesar 1: 20.000 maka kesalahan pembacaan jarak sebanyak 1 milimeter di peta akan berdampak terhadap radius kesalahan (error) posisi pal sebesar 20 meter di lapangan. Hal tersebut belum ditambah dengan kesalahan (error) dalam pembacaan

(12)

azimuth antar pal. Oleh karena itu selain menggunakan teknik pembacaan azimuth serta jarak dengan menggunakan peta tata batas, orientasi pal batas kawasan ini juga mengandalkan informasi dari masyarakat/tenaga pengaman hutan yang ikut dalam kegiatan pemasangan pal batas di KHDTK Diklat Sisimeni Sanam.

Pal yang ditemukan di lapangan kemudian dicatat pada blanko pengamatan dengan fokus informasi adalah nomor pal, posisi koordinat, deskripsi lokasi sekitar serta foto kondisi dan lingkungan sekitarnya.

3) Pendataan kondisi pal batas

Fokus pendataan pal batas adalah mengetahui :

a) Posisi koordinat pal batas dengan menggunakan GPS dengan tingkat akurasi < 5 meter.

b) Kondisi pal batas kawasan dengan kategori : kondisi baik (bagian pal > 70% utuh), rusak (bagian pal yang tersisa < 70 %), serta hilang (hanya tersisa tumpukan batu maupun pecahan pal)

c) Deskripsi lokasi sekitar pal batas, baik kondisi alam, tanda-tanda buatan maupun jenis pohon yang ada disekitarnya. Hal ini akan mempermudah ketika dilakukan pencarian kembali pal batas.

d) Mengambil foto pal batas kawasan dengan menggunakan GPS (geotagging) 4) Pengolahan Data

Hasil dari pendataan di lapangan kemudian akan diolah menjadi data spasial, yang akan merekam informasi posisi koordinat, kondisi serta deskripsi lokasi sekitar pal batas. Selain itu informasi pal batas juga akan dilengkapi dengan foto pada masing-masing pal batas sesuai dengan posisi koordinatnya. Dari data tersebut kemudian akan dibuat rekap kondisi jumlah pal batas kawasan yang dalam kondisi baik, rusak maupun hilang. Selain itu output dari kegiatan ini akan dihasilkan juga peta hasil orientasi pal batas kawasan.

(13)

IV. HASIL ORIENTASI BATAS A. Hasil Orientasi Batas :

1. Titik dan ukuran ikatan.

Titik ikatan awal dalam pelaksanaan kegiatan orientasi batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam mengacu pada peta tata batas dan peta rupa bumi indonesia :

a. Regu I : Pertigaan jalan Enclave Ekateta dengan koordinat geografis pendekatan 123°59'22,63" BT 09°59'54,48" LS, atau koordinat UTM pendekatan (X: 608.463,175 Y: 8.894.593,813)

b. Regu II : Mata air depan kantor Desa Benu, dengan koordinat geografis pendekatan 123°59'56,27"BT 09°56'45,91"LS, atau koordinat UTM pendekatan ( X: 609.503,622 Y: 8.900.386,575).

c. Regu III : Pertigaan jalan oemofa-taiti, dengan koordinat geografis pendekatan 124°01'13,915"BT 10°02'27,20"LS, atau koordinat UTM pendekatan ( X: 611.837,234 Y: 8.889.893,207).

2. Titik Awal

Untuk menentukan titik awal (starting point), terlebih dahulu masing-masing regu harus berdiri di posisi titik ikatan, dari titik ikatan tersebut kemudian masing-masing tim melakukan pengukuran sebagai berikut :

a. Regu I melakukan pengukuran dari titik ikatan ikatan dengan azimuth 295°27’38” kearah pal batas kawasan hutan nomor B.549/KHDTK 286 dengan jarak datar 928 m.

b. Regu II melakukan pengukuran dari titik ikatan ikatan dengan azimuth 176°29’47” kearah pal batas kawasan hutan nomor B.604/KHDTK 30 dengan jarak datar 49 m.

c. Regu III melakukan pengukuran dari titik ikatan ikatan dengan azimuth 337°51’52” kearah pal batas kawasan hutan nomor B.457/KHDTK 194 dengan jarak datar 191 m.

(14)

No Kondisi Pal Jumlah Persen

1 Baik 205 62%

2 Rusak 34 10%

3 Hilang (tumpukan batu) 48 15%

4 Hilang 43 13%

330 100%

Total 3. Hasil Pengukuran di Lapangan

a) Keadaan Pal Batas.

Orientasi pal batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam telah dilakukan sejak tahun 2013 baik dalam kegiatan orientasi pal batas, survey hutan diklat, maupun praktek diklat. Dalam setiap kegiatan tersebut, pendataan pal batas dilakukan dengan mencatat/mengambil posisi koordinat, mencatat nomor serta kondisi pal, deskripsi lokasi sekitar serta foto pal batas dengan fitur geotagging. Dalam kegiatan orientasi pal batas tahun 2017, seluruh pal batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam telah diketahui kondisinya.

Berdasarkan lampiran peta tata batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam yang disahkan pada tahun 2009, jumlah pal batas yang ada di hutan diklat sebanyak 330 buah.

Tabel 3. Jumlah dan kodisi pal batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam

Dari jumlah tersebut, 62% (205 pal) dalam kondisi baik, umumnya tulisan telah mulai pudar dan hanya terjadi sedikit kerusakan secara fisik. Pemeliharaan yang bisa dilakukan adalah melakukan pengecetan ulang nomor atau penulisan informasi pal batas. Kondisi rusak berjumlah 34 buah (10%) dengan bentuk kerusakan kondisi fisik hanya tersisa kurang dari 50% ataupun hanya tersisa besi rangkanya. Pada kondisi ini, pemeliharaan bisa dengan mengganti pal-pal yang rusak tersebut dengan pal baru sesuai dengan standar dan ketentuan yang ada. Sedangkan untuk pal yang hilang, ada 2 kelompok, yaitu 1) hilang dengan informasi/tanda-tanda bekas pal serta 2) hilang sama sekali tanpa diketahui bekas/informasinya. Informasi/tanda bekas untuk pal yang hilang di lapangan berupa tumpukan batu, bagian pecahan pal, maupun informasi dari masyarakat yang ikut dalam kegiatan pemasangan pal batas. Detail pal batas yang dalam kondisi baik, rusak maupun hilang seperti yang disajikan dalam lampiran 1.

(15)

Gambar 4. Pal batas kawasan dalam kondisi baik

Gambar 5. Pal batas kawasan dalam kondisi rusak

Gambar 6. Pal batas kawasan dalam kondisi hilang (informasi tumpukan batu)

Berdasarkan Permenhut No.44 Tahun 2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan, tanda batas kawasan hutan di lapangan yang rusak dan/atau hilang dapat diusulkan oleh pengelola kawasan hutan untuk dilakukan rekonstruksi batas. Oleh karena itu hasil dari orientasi pal batas kawasan ini akan digunakan sebagai dasar dalam kegiatan rekonstruksi pal batas di KHDTK Diklat Sisimeni Sanam.

(16)

b) Keadaan Rintis Batas.

Dari pengamatan di lapangan diketahui bahwa kondisi jalur atau bekas rintis batas yang menghubungkan pal-pal batas dilapangan diketahui telah ditumbuhi oleh semak belukar dan rumput alang-alang sehingga keadaannya sudah tidak jelas lagi.

c) Permasalahan di lapangan

Berdasarkan hasil orientasi pal batas kawasan ditemukan beberapa permasalahan yang perlu menjadi perhatian Balai Diklat LHK Kupang selaku pengelola KHDTK Diklat Sisimeni Sanam, yaitu :

1. Terjadi perbedaan posisi pal batas antara yang di lapangan dengan yang ada di peta lampiran tata batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam. Permasalahan ini ditemukan pada pal batas KHDTK 166 sampai dengan KHDTK 172. Berdasarkan peta lampiran tata batas, dari pal KHDTK 166 ke pal batas KHDTK 172 seharusnya ke arah timur, akan tetapi posisi yang ditemukan di lapangan mengarah ke selatan.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Posisi pal batas berdasarkan lampiran peta tata batas, (b) Posisi pal batas yang ditemukan di lapangan.

2. Terjadi perbedaan data batas kawasan antara data spasial (SK Menhut 3911 tahun 2014) dengan posisi pal batas di lapangan. Perbedaan ini memiliki potensi permasalahan yang besar jika tidak kunjung diselesaikan, mengingat saat ini untuk kegiatan pemetaan sudah berbasis koordinat dan data spasial. Selain itu terkait dengan pembelajaran diklat, kondisi ini akan mengakibatkan kerancuan dan kebingungan peserta

(17)

diklat ketika melaukan analisis yang terkait dengan batas kawasan KHDTK Diklat Sisimeni Sanam.

3. Nomor pal batas sudah mulai hilang dan dibeberapa tempat ditemukan nomor pal batas ganda di lapangan, hal ini mungkin terjadi pada saat kegiatan pemeliharaan pal batas.

d) Peta Hasil

Setelah selesai pelaksanaan di lapangan, tim membuat peta hasil orientasi yang menggambarkan pal batas yang dalam kondisi baik, rusak, maupun hilang. Pembuatan peta tersebut dilakukan secara digital dengan menggunakan komputer dan memasukan data hasil pencatatan lapangan (nomor pal dengan kondisinya) kedalam titik yang berada dalam peta hasil sehingga peta tersebut dapat menggambarkan kondisi pal yang berada di lapangan. Peta hasil tersebut dibuat dengan skala 1 : 20.000 dengan dilengkapi dengan informasi tepi yang sesuai dengan standar pembuatan peta tematik kehutanan. Peta hasil orientasi pal batas tersaji dalam lampiran pada laporan ini.

(18)

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Jumlah keseluruhan pal menurut peta tata batas sebanyak 330 buah. Pal yang masih dalam kondisi baik sebanyak 205 buah (62%), kondisi rusak sebanyak 34 buah (10%), kondisi hilang dengan ditemukan informasi/tanda bekas dilapangan (tumpukan batu, pecahan pal, informasi dari mayarakat yang ikut pemasangan pal batas awal) sejumlah 48 buah (15%), sedangkan pal yang hilang tanpa ada informasi sebanyak 43 buah (13%).

2. Jalur/trayek yang dilalui sepanjang ± 38 Km dan merupakan keliling dari KHDTK Diklat Sisimeni Sanam.

3. Pemeliharaan serta rekonstruksi pal batas kawasan yang hilang harus segera dilakukan untuk memperjelas dan memantapkan batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam.

B. Saran & Rekomendasi

1. Pal yang dalam kondisi baik harus tetap dipelihara, terutama dalam pengecatan informasi pal yang sebagian besar tulisannya sudah banyak yang hilang.

2. Pal yang dalam kondisi rusak harus segera diperbaiki dengan tetap mengacu pada hasil orientasi pal batas kawasan, peta tata batas serta standar/peraturan yang berlaku.

3. Untuk pal yang hilang harus segera dikonsultasikan dengan BPKH Wil.XIV Kupang dan dilakukan rekonstruksi batas KHDTK Diklat Sisimeni Sanam.

4. Untuk semakin memperjelas batas kawasan perlu dilakukan pemeliharaan rintis batas serta penanaman jenis pohon sebagai penanda batas kawasan hutan.

(19)

!

=

!

p

! . ! . ! . ! . ! . !. ! . ! .!. ! .!. ! .!. ! .!.!.!. ! . ! . ! .!. ! .!. ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! .!.!. ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! .!. ! . ! .!. ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! .!. ! . ! . ! . ! .!. ! .!.!. ! . ! . ! .!.!.!.!. ! .!. ! . ! . ! .!. ! .!.!.!. ! .!. ! .!.!.!. ! . ! . ! . ! . ! .!. ! .!. ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! .!. ! .!.!. ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! .!. ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . !. ! . ! . ! .!.!. ! . ! . ! . ! . ! .!. !. ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! .!.!. ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! .!.!.!.!.!. ! .!. ! . ! . ! . ! . ! . ! .!. ! . ! .!.!.!. ! . ! .!.!. !. ! .!. ! . ! . ! .!. ! . ! .!. !. ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! .!. !. ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! .!. ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! . ! .!.!. !. ! . ! . ! .!.!.!. ! . ! . ! .!. ! .!. ! . ! . ! . ! . !. ! . ! . !. ! . ! . ! . ! . ! . 5 79 70 75 66 10 2025 30 35 55 50 44 60 85 40 95 90 135 220 325 320 210 240 245 256 305 290 205 315 225 230 215 200 195 190 185 180 175 165 160 150 145 140 115 120 125 130 155 235 260 265 270 300 295 330 105 100 285 280 275

HPT

HL

HPT

TWA

124°2'0"E 124°2'0"E 124°0'0"E 124°0'0"E 123°58'0"E 123°58'0"E 9 °5 8 '0 " S 9 °5 8 '0 " S 1 0 °0 '0 " S 1 0 °0 '0 " S 1 0 °2 '0 " S 1 0 °2 '0 " S

PETA HASIL ORIENTASI PAL BATAS KHDTK DIKLAT SISIMENI SANAM

.

124°0'0"E 124°0'0"E 122°0'0"E 122°0'0"E 8 °0 '0 " S 8 °0 '0 " S 1 0 °0 '0 " S 1 0 °0 '0 " S Sumber Data :

1. Peta KHDTK Diklat Sisimeni Sanam, Berdasarkan SK.Menhut 3911/2014

2. Hasil Orientasi Pal Batas Kawasan

Skala 1:60.000

0 900 1.800 2.700 3.600 Meter

Legenda :

BALAI DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN KUPANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN

! . Pal Batas ! = Kantor ! p Air Terjun Pemukiman Jalan Raya Timor Jalan Desa Jalan Setapak

Hutan Diklat Sisimeni Sanam Hutan Lindung

Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Taman Wisata Alam

Desa Ekateta

Desa Camplong II

Desa Benu

Desa Oesusu

Desa Sillu

Digambar Oleh : Heru Budi Santoso, S.Hut., M.Sc.

NIP. 19840726 200801 1 007

Diperiksa Oleh : Saprudin, S.Hut., M.Si. NIP. 19660204 198703 1 002 DIketahui Oleh :

Iman Santoso, S.Hut., M.H. NIP. 19710730 199704 1 001

Gambar

Gambar 1.  Peta Situasi Lokasi KHDTK Sisimeni Sanam
Tabel 1. Kelas lereng Hutan Diklat Sisimeni Sanam No Kelas Lereng Kriteria Luas Persen (%)
Gambar 3. Luas kawasan hutan diklat berdasarkan jenis tanah
Tabel 2. Kondisi penduduk sekitar Hutan Diklat Sisimeni Sanam tahun 2014
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2010 ini adalah studi desain eksperimen diperusahaan sepatu dengan judul ”Peningkatan

Sebuah fungsi dengan nilai real yang didefinisikan pada himpunan bilangan real adalah aturan yang menyatakan setiap bilangan yang berada dalam ke tepat satu bilangan

Kalau bekas jerawat kamu berbentuk cekungan, kamu bisa coba gunakan concealer yang memiliki shade satu tingkat lebih cerah dari warna kulit kamu..

Sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan fasilitas perguruan tinggi yang digunakan untuk memfasilitasi pengabdian

kematangan yang rendah dalam Realistic Perception, Skill dan Assignment, maka seorang mahasiswa menjadi lebih mudah menyalahkan dunia luar, tidak mampu mengembangkan

12 Hal ini berdasarkan Pasal 13 Permenhut No 38 Tahun 2012, mengenai pedoman pinjam pakai kawasan hutan, bahwa surat rekomendasi Gubernur atau Bupati/Walikota merupakan syarat

Misalnya saat ini masih terjadi penafsiran hukum administrasi tentang hutan, kawasan hutan, penunjukan kawasan hutan, pengukuhan kawasan hutan, penetapan kawasan hutan, dan

yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan- pertimbangan atau kriteria tertentu. Penulis menggunakan metode ini guna mendapatkan data dari para