• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEMBANGKAN KECERDASAN MUSIKAL MELALUI PERMAINAN GERAK DAN LAGU PADA MAHASISWA PGSD FIP UNJ. Marwati Mansyur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGEMBANGKAN KECERDASAN MUSIKAL MELALUI PERMAINAN GERAK DAN LAGU PADA MAHASISWA PGSD FIP UNJ. Marwati Mansyur"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MENGEMBANGKAN KECERDASAN MUSIKAL MELALUI PERMAINAN GERAK DAN LAGU PADA MAHASISWA PGSD FIP UNJ

Marwati Mansyur

Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan musikal mahasiswa Program S1 PGSD FIP UNJ ketika menempuh mata kuliah Musik Lanjutan melalui permainan gerak dan lagu. Metode yang digunakan adalah metode classroom action research (Penelitian Tindakan Kelas). Disain intervensi tindakan/rancangan siklus penelitian ini menggunakan model Kemmis and Taggart. hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan skor kecerdasan emosional melalui pembelajaran gerak dan lagu mahasiswa Program S1 PGSD mengalami peningkatan, yaitu pada akhir siklus siklus I baru mencapai 62,50% dan mengalami peningkatan pada akhir siklus II yaitu mencapai 72,50%, dan pada akhir siklus III mengalami peningkatan menjadi 92,50%. Dengan kata lain, 92,50% dari 40 mahasiswa Program S1 PGSD FIP UNJ yang mengikuti mata kuliah Pendidikan Seni Musik Lanjutan yang diampu oleh peneliti memperoleh skor kecerdasan emosional ≥ 75 pada akhir siklus III. Hal ini mengindikasikan adanya dampak positif dari pembelajaran melalui gerak dan lagu yang diterapkan dalam mata kuliah Pendidikan Seni Musik Lanjutan terhadap peningkatan kecerdasan emosional mahasiswa.

Kata Kunci : Kecerdasan Musikal, Permainan gerak dan lagu PENDAHULUAN

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) sebagai calon guru sekolah dasar, perlu mengetahui gerak yang mendasari dari isi lagu yang dinyanyikan. Tentunya gerakan yang dilakukan sesuai dengan syair lagu. Untuk mengetahui suatu gerakan, mahasiswa harus mengetahui ritmik (irama, birama), notasi lagu, ekspresi, tempo, sehingga dengan mengetahui unsur-unsur musik tersebut, mahasiswa dapat melakukan gerak dasar. Jika melihat latar belakang pemahaman tentang gerakan dasar musik, sebagian besar mahasiswa Jurusan PGSD tidak mempunyai bekal pemahaman tersebut sebelumnya. Sementara sebagai calon guru Sekolah Dasar, mereka dituntut harus mempunyai dasar-dasar musik, karena nantinya mereka menjadi guru kelas SD yang kemungkinan besar juga akan mengajarkan mata pelajaran SBK (Seni Budaya dan

Keterampilan). Di dalam mata pelajaran SBK, terdapat sub bidang seni tari, menyanyi, seni musik, dan keterampilan, serta seni lukis. Di antara sub bidang tersebut, dirasa yang paling sulit bagi mahasiswa PGSD adalah gerak dan lagu. Di samping itu, keterampilan gerak yang meliputi pengertian gerak dan cara bergerak yang benar (olah tubuh) mulai kegiatan mempersiapkan tubuh, mengenal gerak anggota badan, bergerak dengan ritme, bergerak dengan arah, dan bergerak dengan membentuk formasi merupakan pokok-pokok pengetahuan yang harus dimiliki oleh calon guru Sekolah Dasar. Olah tubuh berhubungan dengan gerak tubuh manusia. Gerak tubuh manusia dipakai sebagai sarana mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pengalaman seni gerak kepada orang lain, maka tidak mengherankan apabila dikatakan bahwa gerak dan lagu menjadi salah satu bahasa tubuh. Sebagai contoh, berjalan

(2)

adalah gerak berpindah dari satu titik ke titik yang lain. Berpindahnya dari titik tersebut dapat menjadi gerak dan lagu apabila diolah dari aspek tenaga, ruang, dan waktu. Peran penting tenaga, ruang, dan waktu dalam gerak disebut sebagai unsur pokok seni gerak

Namun demikian, dalam sistem pendidikan di Indonesia, musik tidak mendapatkan perhatian yang serius. Oleh karena itu, mata pelajaran SBK ada dalam krikulum seakan-akan hanya sekedar numpang lewat. Tidak ada yang istimewa. Padahal, pengaruh positif musik terhadap prestasi akademis telah terbukti karena dapat mengembangkan belahan otak kanan, yang akan menjadikan anak menjadi terampil dan kreatif. Di samping itu, gerak dan lagu sebaiknya dilakukan secara bersama-sama. Hal ini dapat melatih kontrol emosional yang tinggi pada mahasiswa, karena masing-masing harus dapat bekerja sama, bertanggung jawab, tenggang rasa, dan disiplin. Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk melakukan penelitian dalam rangka mengembangkan kecerdasan musikal bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang saat ini sedang menempuh mata kuliah Musik Lanjutan.

TINJAUAN PUSTAKA 1. Kecerdasan Musikal

Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Menurut Christanday dalam Greenberg (1979), musik memiliki 3 bagian penting, yaitu beat, ritme, dan harmony. Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh. Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konsep musik rock. Bisa

dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Jika hati sedang susah, disarankan untuk mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur, menjadikan perasaan lebih enak dan enteng. Bahkan untuk mempercepat penyembuhan pasien, banyak rumah sakit sekarang yang memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Adapun harmony sangat mempengaruhi roh. Jika menonton film horor, selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan, juga banyak digunakan harmony yang membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alam di sekelilingnya. Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony.

Kecerdasan musikal merupakan bagian dari delapan kecerdasan dasar menurut Gardner dalam Armstrong (2002: 3-4), yaitu: (1) kecerdasan linguistik, (2) kecerdasan matematis-logis, (3) kecerdasan spasial, (4) kecerdasan kinestetis-jasmani, (5) kecerdasan musikal, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal, dan (8) kecerdasan naturalis. Kecerdasan musikal berkaitan dengan kepekaan mendengarkan suara musik dan suara lainnya. Kemunculan kecerdasan ini dapat dilihat dari kemampuan dalam menghasilkan dan mengapresiasi ritme dan musik yang dapat

diwujudkan dalam kemampuan

mempersepsikan. Kecerdasan ini merupakan salah satu teori kecerdasan multiple

(3)

intelligence yang dikembangkan oleh Gardner, guru besar dari Harvard University, Amerika Serikat. Menurutnya, kecerdasan bermusik mencakup kepekaan dan penguasaan terhadap nada, irama, pola-pola ritme, tempo, instrument, dan ekspresi musik, hingga seseorang dapat menyanyikan lagu, bermain musik dan menikmati musik, dimuat dalam

situs internet.

(http://www.lintasberita.com/lifestyle/Pendidika n/ pengertian-kecerdasan-musikal).

Menurut Armstrong (2002: 3-4), kecerdasan musikal merupakan kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi (misalnya, sebagai penikmat musik), membedakan (misalnya, sebagai kritikus musik), menggubah (misalnya, sebagai komposer), dan mengekspresikan (misalnya, sebagai penyanyi). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola titinada atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu. Orang dapat memiliki pemahaman musik figural atau “atas-bawah” (global, intuitif), pemahaman formal atau “bawah-atas” (analitis, teknis), atau keduanya.

Banyak filsuf terkenal yang memasukkan musik sebagai komponen yang sangat penting dalam proses pendidikan. Plato dalam Gunawan (2005: 121) menyatakan bahwa ritme dan harmony akan masuk dalam jiwa manusia dan akan berdiam di sana, dan membuat pikiran serta tubuh menjadi serasi. Lebih lanjut Konfusius dalam Gunawan (2005: 121) menyatakan bahwa pengaruh musik terhadap manusia mempunyai efek personal dan politik.

Kecerdasan musikal atau cerdas musik memuat kemampuan seorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, dalam hal ini adalah

nada dan irama. Seseorang senang sekali mendengar nada-nada dan irama yang indah, mulai dari senandung yang mereka lakukan sendiri, dari radio, kaset, menonton orkestra, atau memainkan alat musik sendiri. Mereka lebih mudah mengingat sesuatu dengan musik. Saat dewasa mereka dapat menjadi penyanyi, pemain musik, komposer pencipta lagu, dan bidang-bidang lain yang berhubungan dengan musik.

Armstrong (2002: 11) menyatakan bahwa komponen inti dari kecerdasan musikal adalah kemampuan menciptakan dan mengapresiasi irama, pola titinada, dan warna nada, apresiasi bentuk-bentuk ekspresi musikal. Dengan system symbol berupa system notasi musik dank ode morse. Seseorang yang kecerdasan musikalnya tinggi akan meraih kondisi akhir terbaik sebagai komposer dan penyanyi (misalnya Stevie Wonder, Oma Irama, Erwin Gutawa, dan lain-lainnya).

2. Permainan Gerak dan Lagu

Standar nasional untuk pendidikan musik dimana-mana hampir sama, meliputi:

a. menyanyi, sendiri dan dengan yang lain, satu daftar lagu-lagu variasi musik.

b. tampil menggunakan alat musik, sendiri dan dengan lain, satu daftar lagu-lagu variasi musik.

c. Melodi improvisasi, variasi, dan keikutsertaan.

d. Menggubah dan mengatur musik di dalam petunjuk yang sudah ditentukan.

e. Membaca notasi musik.

f. Mendengarkan, menganalisis, dan menggambarkan musik.

(4)

g. Mengevaluasi musik dan penampilan musik.

h. Hubungan pemahaman antara musik, seni lain, dan disiplin di luar seni. i. Pemahaman musik dalam hubungan

dengan sejarah serta kultur (Flohr dan Trollinger, 2010: i).

Standar di atas, dalam mata kuliah Musik lanjutan disesuaikan dengan penyiapan mahasiswa Program S1 PGSD FIP UNJ sebagai calon guru Sekolah Dasar. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) di Sekolah Dasar (Sesuai Permen No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi) memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuh-kembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan Mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Oleh karena itu, mata kuliah Musik Lanjutan harus sejalan dengan mata pelajaran SBK di Sekolah Dasar. Adapun ruang lingkup seni musik di Sekolah Dasar mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal,

memainkan alat musik, dan apresiasi karya musik.

Kehalusan dan kepekaan seseorang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lain, menghayati pengalaman kehidupan dengan “perasaan”, adalah fungsi otak kanan, sedang kemampuan mengerti perasaan orang lain, mengerti pengalaman dengan rasio adalah fungsi otak kiri. Kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan manusiawi dengan orang lain merupakan percampuran (B L E N D I N G antara otak kanan dan kiri itu).

Flohr dan Trollinger (2010: 122) menyatakan bahwa instrument/alat permainan adalah sangat menyenangkan untuk anak-anak, merupakan suatu titik tertinggi untuk banyak anak-anak dalam kelas musik dan dapat digunakan sebagai sebuah cara untuk memberi penghargaan perilaku yang baik. Terdapat empat cara dasar untuk menghasilkan bunyi terhadap alat musik menurut Flohr dan Trollinger (2010: 122), yaitu: (1) Keberanian, menggunakan jari jemari atau item kecil yang lain untuk mencabut satu string/rantai, (2) Serangan, menggunakan tangan, kaki, atau palu untuk menghantam satu alat musik, (3) Lengkingan, dan (4) Siulan, membuat bunyi dengan cara meniup udara melalui satu bukaan.

Dosen pengampu mata kuliah Musik Lanjutan sekaligus sebagai peneliti perlu melakukan beberapa upaya, yaitu: (1) aplikasi model pembelajaran permainan gerak dan lagu dalam pembelajaran, (2) peneliti menjelaskan berbagai kesulitan dalam melakukan gerak dasar musik kepada mahasiswa, (3) peneliti memotivasi mahasiswa yang takut, bosan untuk melakukan gerak dasar dengan memberi inisiatif berupa

(5)

permainan gerak dan lagu. Bila mahasiswa terlibat atau berpartisipasi dalam permainan gerak dan lagu, selain dapat mengembangkan kreativitas mereka, juga dapat mengembangkan individu seseorang, mengembangkan kesensitivitas, membangun rasa keindahan, membantu seseorang mengembangkan ekspresi, memberikan tantangan, dan melatih disiplin.

METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi praktik pendidikan. Dalam penelitian tindakan terdapat dua aktivitas yang dilakukan secara simultan, yaitu aktivitas tindakan (action) dan aktivitas penelitian (research). Mengacu pada pendapat tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini digolongkan sebagai penelitian tindakan kolaboratif, sehingga pelaksanaan penelitiannya mengupayakan adanya kerjasama yang baik antara peneliti dan teman sejawat sebagai observer.

Metode yang digunakan adalah metode classroom action research (Penelitian Tindakan Kelas). Disain intervensi tindakan/rancangan siklus penelitian ini menggunakan model Kemmis and Taggart. Adapun prosedur kerja dalam penelitian tindakan menurut Kemmis and Taggart dalam Hopkins (1993: 48), pada dasarnya merupakan suatu siklus yang meliputi tahap-tahap: (1) perencanaan (planing), (2) tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting), kemudian dilanjutkan dengan perencanaan ulang (replanning),

tindakan, observasi, dan refleksi untuk siklus berikutnya, begitu seterusnya membentuk suatu spiral. Dengan demikian, aktivitas dalam penelitian tindakan melalui siklus dan tahapan tertentu, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

2. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpul data meliputi: (1) data pemantauan tindakan (action), dan (2) data penelitian (research). Data pemantauan tindakan (action) merupakan data yang digunakan untuk mengontrol kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana. Sementara data penelitian (research) adalah data tentang variabel penelitian, yakni kecerdasan musikal mahasiswa Program S1 PGSD FIP UNJ. Data yang terkumpul digunakan untuk keperluan analisis data penelitian sehingga diperoleh gambaran peningkatan kecerdasan musikal. Sumber data pemantau tindakan adalah pembelajaran pada mata kuliah Musik Lanjutan mahasiswa PGSD. Adapun sumber data penelitian adalah mahasiswa Program S1 PGSD FIP UNJ yang pada semester genap Tahun Akademik 2010/2011 menempuh mata kuliah Musik Lanjutan.

Instrumen yang digunakan untuk pemantauan tindakan pada dasarnya adalah instrumen yang digunakan untuk pengamatan tentang tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Instrumen ini berbentuk lembar observasi dan Catatan Lapangan. Sementara instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian merupakan angket dan instrumen berupa tes perbuatan.

Adapun teknik yang digunakan dalam menjaring data tentang pemantauan tindakan adalah nontes, yakni dengan menggunakan

(6)

lembar pengamatan (observasi). Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pengamatan dilakukan oleh observer. Pengamatan dilakukan secara langsung dengan dibantu menggunakan kamera.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menjaring data penelitian (research) yakni kecerdasan musikal adalah angket dan untuk melihat kemampuan musikal digunakan tes praktik bermusik. Tes digunakan untuk menjaring data tentang kemampuan musikal yang berhubungan dengan keterampilan dan penampilan bermusik. Untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan sumber, yaitu membandingkan apa yang dilakukan informan dengan pendapat orang lain.

3. Analisis Data

Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis sebagaimana dikemukakan Miles dan Huberman, yakni melalui tahapan: (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) kesimpulan, verifikasi, dan refleksi. Pada tahap reduksi data, data-data yang telah terkumpul dideskripsikan, dipilah-pilah berdasarkan kriteria kecerdasan musikal termasuk tinggi atau rendah, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, menyeleksi data yang relevan dan data yang tidak relevan, lalu data tersebut disajikan dalam bentuk tabel atau diagram.

Setelah data dipaparkan selanjutnya dilakukan proses penyimpulan. Dalam proses penyimpulan ini dilakukan beberapa evaluasi dan diskusi antar peneliti dan observer. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data-data yang terkumpul baik data proses maupun data hasil, sehingga kesimpulan yang

diperoleh adalah kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka dapat ditentukan tindak lanjut yang akan dilakukan, apakah penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya atau penelitian dihentikan karena tujuan meningkatkan kecerdasan musikal telah tercapai sesuai standar yang telah ditetapkan, yaitu 100 % dari jumlah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Musik Lanjutan pada semester genap tahun akademim 2010/2011 memperoleh skor kecerdasan musik ≥ 75. HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Hasil Data Penelitian

1. Siklus I

Berdasarkan hasil

pengamatan/temuan yang diuraikan di atas mengenai kelemahan-kelemahan yang ditemukan selama empat kali pertemuan pada siklus I, peneliti menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus I ini masih belum maksimal. Hal tersebut terlihat dari beberapa kekurangan yang ditemukan selama proses pembelajaran, secara otomatis berimplikasi pada perolehan skor pemantau tindakan dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran dengan gerak dan lagu. Perolehan skor pemantau tindakan dosen dan mahasiswa pada pembelajaran dengan gerak dan lagu berdasarkan hasil observasi secara keseluruhan yang telah dilakukan selama empat kali pertemuan pada siklus I ini, yaitu sebesar 63,50% pada pertemuan ke-1, 64,00% pada pertemuan ke-2, 65,50% pada pertemuan ke-3, 67,50% pada pertemuan ke-4 dan diperoleh rata-rata skor pemantau tindakan dosen dan mahasiswa pada siklus I ini adalah 65,125 %.

Sementara itu, data penelitian (research) diperoleh berdasarkan hasil

(7)

penilaian instrumen berupa angket kecerdasan musikal terhadap 40 mahasiswa Program S1 PGSD yang mengambil mata kuliah Pendidikan Musik lanjutan setelah diberikan tindakan (action). Guna mengetahui seberapa tinggi kecerdasan musikal mahasiswa, dosen menyediakan instrumen berupa angket sebanyak 23 butir pernyataan. Instrumen berupa angket tersebut dibuat berdasarkan teori kecerdasan musikal.

2. Hasil Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil

pengamatan/temuan yang diuraikan di atas mengenai kelemahan-kelemahan yang ditemukan selama empat kali pertemuan pada siklus II, peneliti menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus II ini masih belum maksimal. Hal tersebut terlihat dari beberapa kekurangan yang ditemukan selama proses pembelajaran, secara otomatis berimplikasi pada perolehan skor pemantau tindakan dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran dengan gerak dan lagu.

Perolehan skor pemantau tindakan dosen dan mahasiswa pada pembelajaran dengan gerak dan lagu berdasarkan hasil observasi secara keseluruhan yang telah dilakukan selama empat kali pertemuan pada siklus II ini, yaitu sebesar 69,50% pada pertemuan 1, 71,00% pada pertemuan ke-2, 7ke-2,50% pada pertemuan ke-3, 73,50% pada pertemuan ke-4 dan diperoleh rata-rata skor pemantau tindakan dosen dan mahasiswa pada siklus I ini adalah 71,5 %.

Sementara itu, data penelitian (research) diperoleh berdasarkan hasil penilaian instrumen berupa angket kecerdasan musikal terhadap 40 mahasiswa Program S1 PGSD yang mengambil mata

kuliah Pendidikan Musik lanjutan setelah diberikan tindakan (action). Guna mengetahui seberapa tinggi kecerdasan musikal mahasiswa, dosen menyediakan instrumen berupa angket sebanyak 23 butir pernyataan.

3. Hasil Tindakan Siklus III

Berdasarkan hasil

pengamatan/temuan yang diuraikan di atas mengenai kelemahan-kelemahan yang sudah berhasil diperbaiki selama tiga kali pertemuan pada siklus III, peneliti menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus III ini sudah maksimal. Hal tersebut terlihat dari beberapa kekurangan yang sudah berhasil diperbaiki selama proses pembelajaran, secara otomatis berimplikasi pada perolehan skor pemantau tindakan dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran dengan gerak dan lagu.

Perolehan skor pemantau tindakan dosen dan mahasiswa pada pembelajaran dengan gerak dan lagu berdasarkan hasil observasi secara keseluruhan yang telah dilakukan tiga kali pertemuan pada siklus III ini, yaitu sebesar 79,50% pada pertemuan ke-1, 8ke-1,00% pada pertemuan ke-2, 92,50% pada pertemuan ke-3 dan diperoleh rata-rata skor pemantau tindakan dosen dan mahasiswa pada siklus III ini adalah 84,17 %.

B. Analisis Data

Data yang diperoleh meliputi pemantau tindakan (action) dan data penelitian (research). Data pemantau tindakan berupa pengamatan terhadap tindakan dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran melalui gerak dan lagu pada siklus I, siklus II, dan siklus III melalui pengamatan langsung

(8)

berdasarkan instrumen pemantau tindakan yang dilakukan oleh observer.

Data penelitian berupa analisis kecerdasan emosional mahasiswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III melalui penilaian terhadap instrumen kecerdasan emosional yang dikerjakan oleh seluruh mahasiswa secara individual.

1. Persentase Skor Tindakan Dosen dan Mahasiswa

Persentase rata-rata skor tindakan dosen dan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran dengan gerak dan lagu pada siklus I sebesar 66,125%, pada siklus II sebesar 71,50%, dan pada siklus III meningkat menjadi 84,17%. 2. Kecerdasan emosional

Pembelajaran Pendidikan Seni Musik Lanjutan melalui gerak dan lagu dapat meningkatkan kecerdasan emosional mahasiswa Program S1 PGSD. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya skor kecerdasan emosional mahasiswa setelah dilakukan tindakan selama tiga siklus.

Adapun skor yang diperoleh dari instrumen kecerdasan emosional mahasiswa pada siklus I sebesar 62,50%, Hasil tersebut belum mencapai target yang ditentukan, oleh karena itu dilakukan tindakan pada siklus II, dan hasilnya sebesar 72,50%, dan siklus III sebesar 92,50%. Terbukti, kecerdasan emosional mahasiswa mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 10,00%, dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 20,00% setelah diberi tindakan melalui penerapan pembelajaran gerak dan lagu secara maksimal.

C. Interpretasi Hasil Analisis

Interpretasi hasil analisis dilakukan oleh peneliti yang berperan sekaligus menjadi

dosen pengampu setelah melakukan analisis data. Berdasarkan temuan serta data yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus III telah menunjukkan hasil yang diharapkan. Meningkatnya kualitas pembelajaran dosen dan mahasiswa dengan gerak dan lagu pada siklus III berimplikasi terhadap meningkatnya kecerdasan emosional mahasiswa Program S1 PGSD.

Pada dasarnya skor pemantau tindakan dosen dan mahasiswa mengalami peningkatan di setiap pertemuan pada ketiga siklus, namun baru pada siklus III rata-rata perolehan skor pemantau tindakan dosen dan mahasiswa dapat mencapai target yang ditentukan. Adapun rata-rata perolehan skor pemantau tindakan dosen dan mahasiswa pada siklus III yaitu sebesar 84,17%, suatu perolehan yang memuaskan karena melebihi rata-rata perolehan skor minimal yang harus dicapai untuk tindakan dosen dan mahasiswa dengan alternatif intervensi tindakan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu 75%. Pada siklus I penerapan pembelajaran mata kuliah Pendidikan Musik lanjutan melalui gerak dan lagu terlihat belum maksimal, sedangkan pada siklus III pembelajaran melalui gerak dan lagu sudah maksimal, terbukti dengan perolehan skor rata-rata melebihi target yang ditentukan. Adapun untuk perolehan skor kecerdasan emosional mahasiswa Program S1 PGSD setelah diberikan tindakan melalui pembelajaran gerak dan lagu pada siklus I, Siklus II, dan siklus III adalah sebagai berikut:

(9)

Tabel 1

Perolehan Skor Kecerdasan Emosional Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Siklus Jumlah Mahasiswa mempunyai skor kecerdasan emosional ≥ 75 dengan skor secara teoretis antara 23 – 115 % I 25 dari 40 orang 62,50% II 29 dari 40 orang 72,50% III 37 dari 40 orang 92,50%

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai upaya meningkatkan kecerdasan emosional melalui pembelajaran gerak dan lagu pada mahasiswa Program S1 PGSD, yang diaplikasikan pada mata kuliah Pendidikan Seni Musik Lanjutan, diperoleh data mengenai tingkat kecerdasan emosional mahasiswa seperti yang tertera pada tabel di atas. Kecerdasan emosional mahasiswa mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya 25 mahasiswa saja yang mendapat skor ≥ 75, meningkat menjadi 29 mahasiswa yang mendapat skor ≥ 75 pada siklus II, dan meningkat pada siklus III menjadi 37 orang yang mendapat skor ≥ 75. Dengan kata lain, 92,50% dari 40 mahasiswa Program S1 PGSD yang menempuh mata kuliah Pendidikan Seni Musik lanjutan memperoleh skor kecerdasan emosional ≥ 75. Hal ini berarti hasil penelitian sudah mencapai bahkan melebihi target yang diharapkan, yaitu 75% dari seluruh mahasiswa memperoleh skor kecerdasan emosional ≥ 75. D. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembelajaran dengan gerak dan lagu, terbukti dapat meningkatkan kecerdasan emosional mahasiswa Program S1 PGSD. Deskripsi pada siklus III menunjukkan

peningkatan kualitas tindakan dengan menggunakan pembelajaran gerak dan lagu, dapat meningkatnya kecerdasan emosional mahasiswa. Pada pembelajaran gerak dan lagu, mahasiswa secara berkelompok menciptakan gerakan sesuai dengan isi lagunya. Hal tersebut menuntut mereka untuk berkreasi dalam memilih lagu, menentukan gerakan, dan memadukan antara musik dan gerak. Selain itu, ketika mahasiswa memperagakan gerakan, semua anggota kelompok harus serasi gerakannya, berdiskusi dalam menentukan properti (kostum) utuk keperluan pentas seni, secara berkelompok harus kompak. Pada hari pementasan, semua anggota kelompok harus siap “manggung” untuk menampilkan hasil gerakan yang diciptakan masing-masing kelompok.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dari siklus I, siklus II, dan siklus III, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kecerdasan emosional mahasiswa dapat dicapai melalui pembelajaran gerak dan lagu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan skor kecerdasan emosional mahasiswa melalui instrumen kecerdasan emosional, yaitu 62,50% pada siklus I menjadi 72,50% pada siklus II, dan meningkat menjadi 92,50% pada siklus III, ditinjau dari banyaknya mahasiswa yang memperoleh skor ≥ 75.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anon. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: BSNP, 2006.

Armstrong, Thomas. Menerapkan Multiple Intelligences di Sekolah. Penerjemah Yudhi Murtanto. Bandung: Kaifa, 2002.

Campbell, Don. Efek Mozart. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001. Flohr, John W. and Valerie L. Trollinger. Music in Elementary Education.

Boston: Prentice Hall, 2010.

Greenberg. Marvin. Young Childreen Need Music. Englewood, Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1979.

Gunawan, Adi W. Born to be a Genius. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.

http://www.lintasberita.com/livestyle/Pendidikan/pengertian-kecerdasan-musikal

Daftar Riwayat Hidup Penulis :

Referensi

Dokumen terkait

Apabila terdapat reklame yang tidak berizin terpasang dalam wilayah Kabupaten Sleman, maka perangkat daerah akan menindak lanjuti reklame tersebut, sesuai dengan

Dari hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa metode jarak Euclidean mampu membedakan citra katarak matur, imatur dan normal berdasarkan nilai ekstraksi

Untuk menarik pelanggan dan mempertahankan pelanggan lama, suatu perusahaan harus mengadakan pelayanan dengan baik dan teratur. Hal tersebut perlu dilakukan oleh

Hukum penawaran berbunyi : " bila harga tingkat mengalami kenaikan maka jumlah barang yang ditawarkan akan naik,dan bila tingkat harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan

Pendapatan atau penghasilan masyarakat, distribusi pendapatan masyarakat, selera konsumen terhadap barang, jumlah penduduk, harga barang lain yang berhubungan dengan barang tersebut,

Roh Kudus jugalah yang akan terus menerus membarui kita hingga kelak dengan tidak bercacat cela kita menghadap Tuhan dan dipersatukan dengan Jemaat Yesus Kristus dalam hidup

Dari matriks QSPM didapatkan tiga alternatif strategi pemasaran yang diprioritaskan untuk dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan mempromosikan produk melalui banyak

Pengujian ini dilakukan dengan metode yang sama seperti yang telah dijelaskan pada subbab 4.2 dengan referensi posisi pada 5 m di sumbu x dan ditambahkan gangguan