• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makna Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat (1979) mengartikan Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makna Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat (1979) mengartikan Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makna Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (1979) mengartikan Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikkan milik manusia dan belajar. Baker SJ (1984.15) mengartikan kebudayaan adalah alam kodrat sendiri sendiri sebagai milik manusia sebagai ruang lingkup relasi. Kebudayaan menurut E.B. Taylor arti kebudayaan adalah suatu dalam keseluruhan yang bersifat kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesusilaan, hukum, tradisi istiadat, seni, yang berada dalam diri manusia serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai bagian masyarakat.

Mawardani (2010:5-6) Makna adalah Pemahaman tentang kebenaran dalam kehidupan manusia. Diperoleh karena manusia memaknai ruang dan waktu. Makna bersifat intersubyektif karena ditumbuh-kembangkan secara individual, namun makna tersebut dihayati secara bersama, diterima, dan disetujui oleh masyarakat.

Sedangkan Menurut Peursen (1976.10-11) kebuayaan meliputi segala perbuatan manusia, seperti misalnya cara ia menghayati kematian dan membuat upacara-upacara untuk menghayati peristiwa itu. Memang Pengertian Kebudayaan juga termaksud tradisi, dan tradisi dapat diterjemahkan dengan pewarisan dan penerus norma-norma, adat istiadat dan kaidah-kaidah. dengan ini manusialah yang membuat sesuatu dengan tradisi itu, ia menerima, menolaknya, dan mengubah yaitu sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-perubahan, riwayat manusia yang selalu memberikan wujud baru kepada pola kebudayaan yang sudah ada.

Peursen (1978:216) mengatakan, bahwa kebudayaan merupakan strategi atau rencana yang dibuat oleh manusia dan diarahkan kepada hari depan. Dengan demikian kebudayaan bukan saja merupakan alat/piranti untuk menggapai tujuan, hari depan yang cerah, tetapi sekaligus sebagai strategi dan atau rencana masa depan, masa depan yang panjang, masa depan yang diperebutkan tangan-tangan insan. Mencapai hari masa depan yang cerah menjadi impian setiap orang, untuk itulah memerlukan rencana yang baik dan alat yang baik pula.

(2)

8

Kebudayaan sebagai rencana masa depan kehidupan manusia, yang mana manusia sendiri sebagai produsen dan sekaligus konsumen kebudayaan oleh karenanya manusia haruslah dapat melahirkan kebudayaan yang baik, kebudayaan yang memiliki nilai kemanusiaan dan nilai keilahian, kebudayaan yang membumi dan langit. Kebudayaan yang memiliki nilai kemanusiaan dan nilai keilahian atau kebudayaan yang membumi dan melangit inilah yang dapat membuat manusia dalam suasana keaktifan, kedinamisan, keoptimisan, kearifan dan keselarasan atau keseimbangan serta kesadaran terhadap dirinya baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan.

Kebudayaan ini pula yang dapat melepaskan tali belenggu kebodohan dan pembodohan, kemiskinan dan pemiskinan (moral). Juga menjadi peluru yang dapat merobek tabir misteri kehidupan, dan peluru penembus dinding penyekat ruang dan waktu yang sempit dan menyempit yang terus membentengi kehidupan manusia. Dan pada akhirnya melalui kebudayaan yang didasari nilai kemanusiaan dan keilahian manusia mampu meraih hari depan yang cerah sebagai titik tujuan yang dicita-citakan.

Gazalba (1973: 60) mengatakan, bahwa ruang dan waktu menentukan kebudayaan. Berbeda ruang berbeda kebudyaannya. Berlainan waktu berlainan kebudayaannya. Kebudayaan pada hakikatnya terus berubah sesuai perkembangan zaman dan menjadi media yang menjadikan manusia mengerti dirinya dan dunianya, menjadikan insan yang berbudaya dan beradab, serta menjadi jembatan emas yang mengantarkan manusia meraih hari depan yang dicita-citakan yang didasari nilai kemanusiaan dan keilaihian.

Dari beberapa pendapat diatas bahwa Makna dari Kebudayaan lahir dan hidup bersama masyarakat manusia, masyarakat menjadi wadahnya dan manusia yang melahirkannya. Tiga tahap dalam bagian kebudayaan ialah: Tahap kebudayaan mitis, Tahap kebudayaan ontologism, dan tahap Fungsionil. kebudayaan merupakan strategi atau rencana yang dibuat oleh manusia dan diarahkan kepada hari depan.

2.1.1 Tahap Kebudayaan Mitis.

Menurut Peursen (1976;34-54) Tahap kebudayaan mitis meliputi kebudayaan primitif, primitif adalah saat dimana manusia mempunyai kedekatan dengan alam dan belum pernah dikacau dengan Teknik. Alam ini dimaknai

(3)

9

sebagai hal yang melingkupi kehidupan manusia dan tidak dapat diatur atau dipahami sepenuhnya (misteri).

Fungsi mitos yang paling utama adalah Menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib, mitos memberikan informasi mengenai kekuata-kekuatan itu, kekuata-kekuatan yang memperngaruhi dan menguasai alam dan kehidupan sukunya. membuat manusia bisa turut berpartisipasi dalam daya-daya kekuatan alam Dalam dimensi mitis.

Fungsi mitos yang kedua adalah memberi jaminan pada masa kini. Ada banyak hal yang dialami atau diketahui adanya namun untuk menjelaskan a sal-usulnya orang tidak bisa menjelaskan. Mitos membantu manusia untuk memeberi keterangan tentang apa yang kira-kira terjadi pada masa lalu untuk dihadirkan kembali pada masa kini. Pada masa ini Relasi manusia dengan lingkungannya mulai terbuka, melalui ladang dan sawah yang digarap, diceritakan dongeng tetapi ini juga diperagakan melalui Tarian bagaimana para dewa memperoleh hasil panen yang berlimpah-limpah.

Dalam alam pikiran mitis, upacara-upacara juga mendapat perhatian besar dan merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat, baik secara pribadi maupun kelompok sosial. Upacara tidak dimaksudkan untuk memuja daya-daya yang berada diluar jangkauan manusia tersebut, Upacara juga berfungsi untuk meneguhkan hati menguatkan dan menguatkan secara psikologis.

Pemikiran mitis adalah alam pikiran yang cukup kaya dan memperlihatkan usaha manusia dalam mengekspresikan apa yang dipercayanya, yaitu daya-daya dari luar.

2.1.2 Tahap Kebudayaan Ontologis

Menurut Peursen (1976:59) Tahap kebudayan Ontologis Ciri utama dunia mitis adalah ditandai oleh rasa takut dalam diri manusia terhadap daya-daya purbad alam hidup dan alam raya. Berangkat dari pengalaman ini, manusia mencari suatu relasi yang tepat untuk menciptakan harmonisasi dengan

(4)

daya-10

daya tersebut. Usaha tersebut melahirkan sikap yang praktis dan teoritis. Dari sikap praktis dapat kita lihat melalui upacara, ritual, dan lain sebagainya.

Dan sikap teoritis nampak dari berbagai macam dongeng penciptaan juga berbagai jenis cerita semacam ini. Ketika manusia mulai beralih pada pemikiran ontologis, manusia mulai menjaga jarak dari semua yang mengitarinya. Hal ini membuat manusia bisa menjadi penonton dalam hidupnya dan dari sana dapat memahami daya-daya kekuatan yang menggerakkan alam dan manusia.

Jika sebelumnya kita melihat pemikiran mitos maka kini kita beranjak pada pemikiran logos yang mirip dengan logis. Yang patut digaris bawahi adalah bahwa meski manusia sudahmenggunakan pemikiran logis saja. Hal ini terjadi karena aspek seperti emosi, harapan, danagama tetap memiliki pengaruh. Disinilah peran filsafat muncul dikaitkan dengan ilmu pengetahuan.

Dengan kesadarannya, manusia mencoba segala sesuatu yang berkaitan dengan hidupnya dan sekitar nya seperti kebahagiann, penderitaan, alam raya dan lain sebagainya. Mengerti, memahami sebab sababnya, itu lalu terasa sebagai suatu pembebasan dan penebusan. Jika manusia mulai memikirkan dan mencari segala sesuatu tentang peristiwa dalam hidupnya maka bisa dikatakn ia mulai merenungkan tentang sang Ada.

Manusia mengambil jarak, mengamati jarak, mengamat-amati, dan mengkontak-kontakan. Hal ini merupakan ciri-ciri pemikiran ontologis. Jika demikian maka pengambaran ilahi juga ekspresi dari kekecewaan manusia atas takdir yang ilahi. Sulit dimengerti namun diterima. Manusia tidak ingin hanya menerima takdir namun juga dapat pengertian sehingga bias menuju pembebasan.

Fungsi-Fungsi pemikiran ontologis Pertama-tama pemikiran ontologis berarti memetakan segala sesuatu yang mengatasi manusia. Atau bisa dikatakan manusia mencoba masuk dan mengenal dunia transenden,dunia yang mengatasi manusia,bahkan menjadi sesuatu yang dapat dimengerti. Dalam sikap mitis manusia mengambil bagian (partisipasi) dalam daya-daya yang meresapi alam dan manusia dalam permenungan ontologis kita dengan manusia yang ambil

(5)

11

jarak (distansi) terhadap segala sesuatu yang mrngitarinya, agar dengan demikian lewat pengertian, dapat dibuktikan adanya suatu kekuasaan yang lebih tinggi.

Baik persamaan maupun perbedaan dengan alam pikiran mitis kini menjadi makin jelas, keduanya menghubungkan dunia ini dengan dunia sana (dunia yang mengatsi dunia manusia) dalam kedua mitos dan ontology mengatur hubungan antara antara manusia dan daya-daya kekuatan sekitarnya.

Fungsi kedua dari ontologi proses-proses terjadinya alam raya dan dalam hidup manusia mulai diterangkan dengan bertitik pangkal pda hokum-hukum abadi. Mitos-mitos masih dipakai tapi sekaranglebih sebagai suatu alat atau sarana untuk menerangkan sesuatu yang diungkapkan dengan cara lain.

Fungsi ketiga ialah menyaji pengetahuan memang, mitos pun memberikan pengetahuan mengenai dunia ini, tetapi kini manusia ingin menggali sebab musebab segala sesuatu. Dan suatu sebab itu mulai diterangkan dengan mengkaitkan dengan suatu sebab yang lain dan seterusnya.

Dengan ini bahwa dalam dunia mitis bahwa manusia individu belum mempunyai identitas sendiri. Ia dikuasai oleh daya-daya pertalian dengan marganya dan dengan alam sekitarnya. Dalam dunia mitis juga manusia mengatakan bahwa dunia nya masih merantau diluar badannya dan berdiam dalam pohon para leluhur.

Dalam beberapa tahap fungsi kebudayaan ontologis bahwa manusia mulai menanyakan apanya para Dewa itu. Manusia tidak boleh lagi terpukau oleh pengalaman yang mengetarkan ialah bahwa ada sesuatu yang tak terungkapkan. Manusia mengambil jarak, tentu saja jarak yang dijiwai oleh rasa hormat tetapi maksdnya agar lebih mudah dapat memberi nama kepada para dewa dan mengisahkan hakekat kodrat mereka.

Tahap kebudayaan Ontologis tersebut mengatakan sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan kekuasaan mitis, melainkan yang secara bebas ingin meneliti segala hal ikhwal. Manusia mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang dulu dirasakan sebagai kepungan. Ia mulai menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakikat segala sesuatu (ontologi) dan mengenai segala

(6)

12

sesuatu menurut perinciannya (ilmu-ilmu). Akan terlihat bahwa ontologi itu berkembang dalam lingkungan-lingkungan kebudayaan kuno yang sangat dipengaruhi oleh filsafat dan ilmu pengetahuan.

Substansialisme merupakan suatu cara untuk menempatkan suatu hal lepas dari yang lainnya. Hal ini menyebabkan manusia berfikir bahwa ia dapat merangkum dunia dengan akal budinya.

2.1.3 Tahap Kebudayaan Fungsional.

Menurut Peursen (1976:85) Pada dimensi fungsional, relasi manusia dengan lingkungan bersifat partisipatif. Tahap kebudayaan fungsional ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam manusia modern. Ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungannya (sikap mitis), ia tidak lagi dengan kepala dingin ambil jarak terhadap obyek penyelidikannya (sikap ontologis). Bukan, ia ingin mengadakan relasi-relasi baru, suatu kebertautan yang baru terhadap segala sesuatu dalam lingkungannya.

Tahap fungsional adalah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam manusia modern. Ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungannya (sikap mitis). Ia tidak lagi, dengan kepala dingin, mengambil jarak terhadap obyek penelitiannya (sikap ontologis). Ia ingin mengadakan relasi-relasi baru, suatu kebertautan yang baru terhadap segala sesuatu dalam lingkungannya. Seperti misalnya pertanyaan-pertanyaan menyangkut tujuan hidup, makna kehidupan, norma yang mengatur kontak antar manusia, dan sebagainya. Kebudayaan dapat dipandang sebagai cara-cara untuk mengatasi masalah.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.

(7)

13 2.2 Relasi Sosio Kultural

Menurut Paelani (2018:4) Sosio Kultural ilmu yang mempelajari budaya menurut pandangan kemasyarakatan. Relasi sosio kultur adalah dua ilmu yang tidak bisa dipisahkan. Karena hubungan keduanya sangat berkaitan erat. Sosio merupakan ilmu yang mempelajari hubungan Masyarakat. Kultural adalah daya cipta dari masyarakat yang kemudian melebur dalam wujud-wujud kebudayaan. Tujuan dari Sosio Kultural ini adalah memahami dan menjelaskan konsep dan perilaku-perilaku kebudayaan dalam gagasan sosiologi, sehingga mampu menafsirkan dan memecahkan fenomena budaya dalam sudut pandang sosiologi.

Menurut Setiadi, (2009:36-37) Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Kebudayaan ada karena ada manusia penciptanya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Manusia merupakan mahluk yang berbudaya, melalui akal manusia dapat mengembangkan kebudayaaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan hasil ciptaannya.

Keterkaitan erat antara Sosio kultural. Sosiologi mempelajari masyarakat, dimana dalam suatu masyarakat ada kebudayaan, tingkah laku, organisasi yang ada dalam masyarakat tersebut. Kultural adala hubungan kebudayaan yang lahir dan berkembang di antara masyarakat keduanya saling berkaitan erat dan ada timbal balik di dalamnya, kebudayaan tidak akan berkembang tanpa masyarakat. Masyarakat tidak akan berkembang tanpa ada kebudayaan yang mendasarinya.

Relasi Sosio Kultural juga melihat budaya sebagai elemen penting yang membentuk interaksi dan relasi sosial masyarakat. Budaya meliputi segala aspek kehidupan sosial baik yang terlihat maupun yang tak terlihat. mengkaji aspek kebudayaan dalam kehidupan sosial masyarakat. Budaya yang dikaji meliputi seperangkat nilai, sistem keyakinan, bahasa, cara komunikasi dan sebagainya sebagaimana dipraktikkan oleh kelompok masyarakat tertentu sebagai ekspresi keberadaannya.

(8)

14

Menurut Durkheim (1937), kultural atau budaya, baik yang bersifat material maupun immaterial sama-sama berperan penting dalam menjaga solidaritas dan soliditas kelompok. Kesamaan nilai, keyakinan, ritual dan sebagainya mengarahkan kelompok sosial yang mempraktikkannya untuk mencapai tujuan bersama dengan menyandang identitas kolektif yang sama.

Relasi Sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya Relasi Sosial ini juga menyangkut penyesuaian diri terhadap lingkungan. Dengan ini relasi Sosio Kultural merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

Jadi dari Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa relasi adalah cara hidup berinteraksi yang menghubungkan setiap anggota masyarakat penyesuaian diri terhadap lingkungannya, pernyataan ini sebagai bentuk nilai Relasi Sosio dan kultur.

2.3 Nilai-Nilai Sosio Kultural.

Menurut Paelani (2018:5) Relasi Sosial sering kali di konotasikan dengan Masyarakat dan Kebudayaannya. Keduanya memang terkait erat baik secara konseptual maupun praktik. Relasi Sosial dikatakan sebagai bentuk paling dasar dari kebudayaan. Sementara itu, tidak lengkap jika Masyarakat tanpa adanya Kebudayaan.

Wardani (2010:3-6) Budaya adalah dimensi simbolis-ekspresif dari kehidupan sosial terkait dengan Upacara adat, atau seluruh cara hidup yang terkait dengan suatu kelompok. Di antara Sosio Kultur sama seringnya merujuk pada keyakinan yang dipegang orang tentang realitas, norma-norma yang membimbing perilaku mereka, nilai-nilai yang mengorientasikan komitmen moral mereka, atau simbol-simbol yang melaluinya keyakinan, norma, dan nilai-nilai ini di komunikasikan.

2.3.1 Ritual Adat

Menurut Paelani (2018:7), Dalam melihat ritual lebih menekankan pada bentuk ritual sebagai suatu penguatan ikatan tradisi sosial dan individu dengan struktur sosial dari kelompok. Intergrasi itu dikuatkan dan diabdikan melalui simbolisasi ritual. Jadi ritual bisa dikatakan sebagai perwujudan esensial dari kebudayaan.

(9)

15

Menurut Para Ahli seperti Arnold Van Gennep, Victor Turner, Clifford Geertz, Catherine Bell, Emile Durkeim dan Roy Rappaport Ritual sendiri merupakan suatu tindakan kebiasaan dari cerita rakyat yang berulang-ulang. Ritual mempunyai tujuan yang sangat terorganisir dan dikendalikan secara umum untuk menunjukkan keanggotaan dalam kelompok.1 Ritual juga dianggap sebagai suatu tindakan dan otomatis sehingga membedakannya dari aspek konseptual agama, seperti keyakinan, simbol dan mitos. Karena itu, ritual ini kemudian digambarkan sebagai suatu tindakan yang dirutinkan atau kebiasaan. Seperti integrasi ritual, kepercayaan dan perilaku.

Dari pernyataan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa Ritual adat adalah kebiasaan yang sudah melekat pada suatu masyarakat secara turun temurun mencerminkan identitas mereka.

2.3.2 Budaya Serumpun

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia serumpun adalah satu nenek moyang atau satu keturunan sekumpulan (sekelompok) yang berasal dari satu induk. dengan adanya budaya serumpun ini Menurut Sri Suwartiningsih (2018.334) Suatu masyarakat akan berada dalam ketertiban, ketentraman, dan kenyamanan bila berhasil membangun Harmonisasi Sosial. melalui pernyataan ini masyarakat yang tinggal di Perbatasan Negara Malaysia dan Indonesia memperkuat hubungan kedua Negara melalui Upacara Nyobeng dan di hubungkan dengan kebudaayan yang Serumpun dan satu sub etnis Dayak Bidayuh yang Berbeda Warga Negara.

2.3.3 Hubungan kekerabatan

Menurut Kurniawan (2012) Dalam ilmu antropologi disebut kingroub (kelompok kekerabatan). Suatu kelompok atau kesatuan individu terikat beberapa unsur yaitu, Suatu sistem norma yang mengatur kelakuan warga kelompok, suatu rasa kepribadian kelompok yang disadari semua warga kelompok, Suatu sistem hak dan kewajiban yang mengatur interaksi warga masyarakat, Adanya pimpinan yang mengatur kelompok, suatu sistem hak dan kewajiban bagi para individunya terhadap harta produktif, harta konsumtif, atau harta pusaka tertentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hubungan kekerabatan adalah

hubungan di antara dua individu atau lebih karena asal-usul yang sama, melalui kelompok yang terikat oleh hubungan keturunan, darah, perkawinan. Menurut Yunus

(10)

16

(1984:1-2) Kebudayaan memegang peran penting dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun kelompok. Salah satu bentuk dan peranan itu terlihat dari pola dan kebiasaan pada interaksi sosial yang mengatur hubungan kekeraabatan antara sesama masyarakat.

Hubungan kekerabatan yang ada didalam setiap masyrakat pada prinsip ditata oleh prinsip-prinsip keluarga. Prinsip kekeluargaan yang bersumber pada system kekerabatan yang dimiliki oleh masyarakat bersangkutan, dalam kenyataan akan melahirkan jaringan kekerabatan yang berpusat pada seorang individu dan membawa pengaruh terhadap hubungan kekerabatan.

Sistem Kekerabatan Berdasarkan Garis keturunan istilah lainnya yang bersumber pada hubungan keluarga atau saudara yaitu Sub etnis Dayak Bidayuh (Indonesia) dan Sub etnis Dayak Bidayuh (Malaysia). Menurut Suwartiningsih. (2018) Hubungan kekerabatan menjadi perekat antar hubungan mastyarakat perbatasan Indonesia Malaysia, melalui hubungan ini sub etnis Dayak Bidayuh dihubungkan di Negara tetangga yaitu Malaysia. Kabupaten Bengkayang yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara Malaysia.

Karena berbagai event di gelar untuk menghidupkan wilayah perbatasan dengan berbagai festival. Basis budaya itu penting karena budaya itu semakin dilestarikan semakin mensejahterakan. Karena Perbatasan adalah halaman depan rumah Masyarakat Indonesia dan juga untuk Terutama untuk Masyrakat Kabupaten Bengkayang.

2.4 Kerangka Pikir

Gambar 1 Kerangka Pikir

Suku Dayak Bidayuh Desa Hli Buei. Suku Dayak Bidayuh adalah salah satu suku yang terdapat di Indonesia khususnya Kalimantan Barat. Tradisi Nyobeng yang

Teori Kebudayaan Suku Dayak Bidayuh

Menguatnya Relasi Sosio Kultural Dayak Bidayuh

(11)

17

dimiliki oleh suku Dayak Bidayuh khususnya yang bermukim di Desa Hli Buei Tradisi tersebut berupa upacara adat. Upacara adat yang dilakukan oleh suku Dayak Bidayuh khususnya yang bermukim di Desa Hli Buei adalah upacara adat Nyobeng. Upacara adat Nyobeng merupakan kegiatan yang menjadi tradisi bagi masyarakat Dayak Bidayuh khususnya di Desa Hli Buei, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang. Teori Sosio Kultur adalah teori yang muncul dalam pembahasan Penelitian ini yang melihat kontribusi penting yang dibuat masyarakat terhadap kebudayaannya. Teori ini menekankan interaksi antara orang-orang dan budaya di mana mereka tinggal.

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

hantaman baik yang datang dari dalam lembaga pendidikan (internal) maupun. yang datang dari luar (eksternal), karena ketika sebuah lembaga

Grafik hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kalor char cenderung bertambah sesuai dengan penambahan prosentase kehilangan massa.. Hal ini disebabkan karena

Hasil pengujian terhadap rendemen produk sayuran kering dari berbagai alat pengering menunjukkan bahwa pada alat pengering Hybrid Surya memberikan rendemen wortel

Pengakuan Iman Ras Pengakuan Iman Rasuli Pengakuan Iman Ras Pengakuan Iman Ras uli uli uli Aku percaya kepada Allah Bapa yang Maha Kuasa, Khalik langit dan bumi; dan

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom).

PROGRAM Computer Assisted Test (CAT) CPNSONLINE ini akan terus dikembangkan dan diupdate soalnya begitu juga interaktif soal beserta review jawaban yang benar,

Ada beberapa kegunaan praktis dari penggunaan model blended learning dalam pembelajaran yaitunya: peserta didik dapat lebih leluasa mempelajari materi pelajaran

Freight : Biaya angkutan barang yang dibeli 238. Sundry account :