• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGARUH PELATIHAN VOKASIONAL TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA TUNARUNGU KELAS X DI SLB-B YRTRW SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGARUH PELATIHAN VOKASIONAL TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA TUNARUNGU KELAS X DI SLB-B YRTRW SURAKARTA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGARUH PELATIHAN VOKASIONAL

TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA TUNARUNGU KELAS X DI SLB-B YRTRW SURAKARTA

Nama : Joko Mulato NIM : K5112035

Email : latoladi@gmail.com No. HP : 083865122527

Pembimbing : 1. Priyono, S.Pd, M.Si

2. Erma Kumala Sari, S.Psi, M.Psi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2016

(2)

THE EFFECT OF VOCATIONAL TRAINING TOWARDS THE ENTREPRENEURSHIP INTERESTS

HARD OF HEARING STUDENTS IN 10TH GRADE IN SLB-B YRTRW SURAKARTA

Joko Mulato, Priyono, dan Erma Kumala Sari Pendidikan Luar Biasa, FKIP Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 57126, Indonesia latoladi@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to determine the effect of vocational training towards entrepreneurship interest of hard of hearing students in SLB-B YRTRW Surakarta 2015/2016. The samplings of this research are six deaf students in 10th grade. This research applies an experimental method with one group pretest-posttest design.

The data collection was accomplished by scale filling technique. The collected data was analyzed by nonparametric statistical hypothesis test namely Wilcoxon Sign Rank Test using the assistance of SPSS 23 program.

Based on the calculations accomplished by SPSS 23, the average of samplings posttest score is higher than pretest score. According to the descriptive analysis result, the average of pretest score is 100.33 and average of posttest score is 141.67. According to nonparametric analysis results, the Z count = -2201 Asymp.Sig (2-tailed) = .028 with a significance level (a) 5%.

This research shows that the application of vocational training affects the increase of entrepreneurship interest of hard of hearing students in 10th grade in SLB-B YRTRW Surakarta 2015/2016.

(3)

PENGARUH PELATIHAN VOKASIONAL

TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA TUNARUNGU KELAS X DI SLB-B YRTRW SURAKARTA

Joko Mulato, Priyono, dan Erma Kumala Sari Pendidikan Luar Biasa, FKIP Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 57126, Indonesia latoladi@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan vokasional terhadap minat berwirausaha siswa tunarungu di SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2015/2016. Sampel dalam penelitian adalah enam siswa tunarungu kelas X. penelitian menggunakan metode eksperimen dengan desain One Group Pretest-Posttest Design.

Pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik pengisian skala. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan statistic non-parametrik uji ter ranking bertanda (Wilcoxon Sign Rank Test) yang akan menggunakan bantuan program SPSS 23.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 23, diketahui nilai rata-rata posttest sampel penelitian mangalami peningkatan dari nilai pretest. Hasil analisis deskriptif diperoleh nilai rata-rata posttest (141.67) lebih besar daripada nilai pretest 100.33 . hasil analisis non parametric diperoleh Z hitung = -2.201 dengan Asymp.Sig (2-tailed) = .028 dengan taraf signifikansi (a) 5%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan pelatihan vokasional berpengaruh terhadap peningkatan minat berwirausaha siswa tunarungu kelas X di SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

(4)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan di sektor industri. Untuk melaksanakan embangunan diperlukan manusia yang cerdas dan berbakat di bidangnya masing-masing. Salah satu upaya untuk menghadapi industrialisasi yaitu dengan berwirausaha. Salah satu menanamkan nilai tentang berwirausaha ialah dengan pendidikan. Pendidikan merupakan hak setia warga negara Indonesia, hal itu sesuai dengan Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1), yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap warga Indonesia berhak mendapatkan pengajaran yang layak dan setara. Hal tersebut juga sama dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 5 ayat (2), “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, mental/intelektual, sosial, dan emosional berhak memperoleh Pendidikan Khusus”. Hal itu membuktikan sebenarnya negara telah menjamin bahwa setiap anak berhak

untuk mendapatkan pendidikan. Tak terkecuali untuk anak berkebutuhan khusus (ABK).

Istilah anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam keidupan sehari-hari diartikan sebagai suatu kondisi yang berbeda dari orang pada umumnya. Perbedaan tersebut memiliki nilai lebih atau kurang.

Anak tunarungu merupakan salah satu contoh ABK yang mengalami hambatan dalam pendengarannya. Haenudin (2013: 53) menyatakan, “Tunarungu adalah peristilahan secara umum yang diberikan kepada anak yang mengalami kehilangan atau kekurangmampuan mendengar, sehingga ia mengalami gangguan dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari”. Sementara itu, Mangunsong (2009: 1) mengatakan “Istilah tunarungu digunakan untuk orang yang mengalami gangguan pendengaran yang mencakup tuli dan kurang dengar. Orang yang tuli adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran (lebih dari 20 dB) yang mengakibatkan kesulitan dalam memproses informasi

(5)

bahasa melalui pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami pembicaraan orang lain baik dengan memakai maupun tidak memakai alat bantu dengar. Orang yang kurang dengar adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran (sekitar 27 sampai 69 dB) yang biasanya dengan menggunakan alat bentu dengar, sisa pendengarannyamemungkinkan untuk memproses informasi bahasa sehingga dapat memahami pembicaraan orang lain”.

Sebagai anak berkebutuhan khusus, anak tunarungu diharapkan bisa mandiri, apalagi setelah dia lulus dari sekolah. Menurut Badan Pusat Statistika pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 234,2 juta jiwa dengan jumlah penyandang tunarungu sebesar 2.962.500 jiwa (BPS 2010). Dari anak tunarungu yang lulus dari SLB banyak yang belum bisa mencari pekerjaan sendiri. Menurut Syamsi (2010: 91) jumlah pengangguran untuk anak berkebutuhan khusus, jika dilihat secara garis lurus tidak berbeda jauh dengan pengangguran yang ada di

dalam masyarakat saat ini. Pada hal prevalensi anak berkebutuhan khusus yang ada di dalam masyarakat diperkirakan 11,50% versi masyarakat AS, 1,48% versi BPS, dan 81.438 orang versi Direktorat PLB. Hal ini menunjukkan bila pengangguran dalam masyarakat di atas angka 10%, maka jumlah pengangguran untuk anak berkebutuhan khusus di kisaran angka-angka ini.

Salah satu cara mengurangi jumlah anak tunarungu yang menganggur adalah dengan berwirausaha. Hendro (2011: 29) mengatakan bahwa:,”wirausaha adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi dan fungsinya adalah melakukan inovasi dan kombinasi-kombinasi yang baru untuk sebuah inovasi”. Dengan berwirausaha anak tunarungu dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri tanpa harus memperdulikan keterbatasan yang ada pada dirinya. Berwirausaha dapat diperoleh anak tunarungu melalui pendidikan yang telah disediakan oleh Sekolah Luar Biasa (SLB) , dalam hal ini berupa pelajaran keterampilan yang

(6)

bertujuan untuk mengisi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan.

Lowongan pekerjaan yang tidak terisi biasanya disebabkan oleh kesiapan kerja atau keterampilan yang kurang cocok dengan kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu berwirausaha adalah salah satu jalan agar setelah lulus dari sekolah anak tunarungu bisa bersaing dalam dunia kerja, akan tetapi biasanya setelah lulus mereka sering memilih bekerja sebagai pelayan atau sebagai kuli, hal tersebut terjadi karena kurang adanya minat untuk bekerja atau berwirausaha.

Menurut Soemantri (2006 :95) salah satu karakteristik anak tunarungu ialah lingkungan melihat mereka sebagai individu yang memiliki kekurangan dan menilainya sebagai seseorang yang kurang berkarya. Dengan penilaian lingkungan yang demikian, anak tunarungu merasa benar-benar kurang berharga. Dengan adanya karakteristik kurang percaya diri tersebut, hal itu bisa memurunkan minat dalam bekerja atau berwirausaha anak tunarungu. Dari hal tersebut maka diperlukan suatu pemecahan masalah

untuk meningkatkan wirausaha siswa tunarungu terebut.

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembahasan masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. “Apakah pelatihan vokasional berpengaruh terhadap minat berwirausaha siswa tunarungu kelas X di SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2015/2016?”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan vokasional terhadap minat berwirausaha siswa tunarungu kelas X di SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaean 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SLB-B YRTRW Surakarta yang beralamatkan di Jalan Gumunggung, Surakarta, yang dilaksanakan selama 5 bulan, mulai dari bulan Januari 2016 samapi bulan Mei 2016. Pendekatan penelitian ini menggunakan kuantitatif pra-eksperimen dengan desain pra-eksperimen one group pretest-posttest design. Menurut Arikunto, (2013:123) Pra Experimental Design sering disebut

(7)

sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya atau eksperimen pura-pura. Dikatakan demikian karena eksperimen ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu.

Penelitian ini diawali dengan pretest 1 kali, kemudian diberi perlakuan dengan pelatihan vokasional selama 3 kali pertemuan dan diakhiri dengan posttest 1 kali pertemuan. Menurut Sugiyono (2013:74-75) desain penelitian one group pretest-posttest terdapat pretest sebelum diberikan perlakuan (treatment) dan pemberian posttest setelah diadakannya perlakuan. Variabel bebas penelitian ini adalah pelatihan vokasional, variael terikat berupa minat berwirausaha.

Populasi yang diambil adalah siswa tunarungu kelas X di SLB-B YRTRW Surakarta, sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa tunarungu kelas X di SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlas siswa sebanyak 6 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Teknik pengumpulan

data menggunakan skala miat berwirausaha yang berguna untuk mengetahui minat berwirausaha anak. Dalam skala ini berisi pernyataan-pernyataan tentang aspek-aspek minat berwirausaha yang berjumlah 36 pernyataan. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pertama pada saat pre-test dan yang kedua pada saat post-pre-test. Maka dari itu penelitian ini menggunakan validitas isi. Menurut Sukmadinata (2006: ) berkenaan dengan isi dan format dari instrument. Apakah instrument tepat mengukur hal yang ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah mewakili aspek-aspek yang akan diukur dengan instrumen. Berdasarkan validitas dalam penelitian yang digunakan adalah validitas isi melalui pendapat profesional (profesional judgment) maka reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas hasil rating (interater reliability). Reliabilitas hasil rating (interater reliability) merupakan perbandingan pendapat profesional terhadap instrumen yang digunakan berdasarkan judgment.

(8)

Teknik analisis data menggunakan kuantitatif non-parametrik uji bertanda dari Wilcoxon (sign rank test Wilcoxon). Penelitian ini menggunakan One Group PreTest-PostTest Design, yaitu sekelompok subjek yang dikenai perlakuan dalam jangka waktu tertentu, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, dan pengaruh perlakuan yang diukur dari perbedaan antara pengukuran awal T1 dan perlakuan akhir T2.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini diolah menggunakan statistik non parametrik Wilcoxon signed rank test dengan bantuan SPSS 23. Alasan menggunakan analisa tersebut karena disesuaikan dengan jenis eksperimen data. Dari perolehan nilai dan analisis data maka dapat diketahui pengaruh penggunaan pelatihan vokasional terhadap minat berwirausaha kelas X di SLB-B YRTRW Surakarta. Berikut ini adalah data kemampuan awal anak sebelum diberi perlakuan.

Tabel 1. Nilai Siswa Sebelum Perlakuan (Pretest)

Berdasarkan dari data nilai Pretest tersebut dapat diketahui nilai

rata-rata (mean), skor tertinggi, skor terendah, simpangan baku dan standar deviasi sebagai berikut:

Tabel 2 Deskriptif Statistik Nilai Pretest. Statistics Pretest N Valid 6 Missing 0 Mean 100.33 Median 96.50 Mode 91a Std. Deviation 9.288 Minimum 91 Maximum 113 Sum 602 No Subjek Nama Siswa (Inisial) Nilai Pretest Kategori Skor 1 AT 113 Sedang 2 DFKW 91 Sedang 3 RTS 96 Sedang 4 DA 97 Sedang 5 RU 111 Sedang 6 OLS 94 Sedang Jumlah 602 Rata-rata 100.33 Sedang

(9)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest posttest Freque ncy Perce nt Valid Percent Cumulativ e Percent V al id 127 1 16.7 16.7 16.7 131 1 16.7 16.7 33.3 143 1 16.7 16.7 50.0 147 1 16.7 16.7 66.7 149 1 16.7 16.7 83.3 153 1 16.7 16.7 100.0 Tot al 6 100. 0 100.0

Dari perhitungan data nilai pretest siswa tersebut dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Berikut ini deskripsi data nilai,

Grafik 1. Histogram Niali Pretest

minat berwirausaha siswa tunarungu setelah diberikan perlakuan pelatihan vokasional berupa gelang tali. Tabel 4 Nilai Siswa Setelah Perlakuan (Posttest) No Subjek Nama Inisial Nilai Posttest Kategori skor 1 AT 127 Tinggi 2 DFKW 149 Tinggi 3 RTS 131 Tinggi 4 DA 143 Tinggi 5 RU 153 Tinggi 6 OLS 147 Tinggi Jumlah 850 Rata-rata 141.67 Tinggi

Tabel 5 Deskriptif Statistik Nilai Posttest Statistics Posttest N Valid 6 Missing 0 Mean 141.67 Median 145.00 Mode 127a Std. Deviation 10.405 Minimum 127 Maximum 153 Sum 850

(10)

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest posttest Freq uenc y Perc ent Vali d Perc ent Cumulative Percent V al id 127 1 16.7 16.7 16.7 131 1 16.7 16.7 33.3 143 1 16.7 16.7 50.0 147 1 16.7 16.7 66.7 149 1 16.7 16.7 83.3 153 1 16.7 16.7 100.0 Tot al 6 100. 0 100.0

Dari perhitungan data nilai posttest dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Grafik 2. Histogram Nilai Posttest Berikut penjabaran dari pengolahan data yang didapat dari hasil output SPSS versi 23. Dalam penelitian ini menggunakan kepercayaan kebenaran perhitungan sebesar 95% yaitu α = 0.05% atau 0.05. selain perhitungan di atas proses selanjutnya adalah menghitung ranking dari data nilai pretest dan posttest.

Berdasarkan hasil statistik nilai pretest dan posttest dari data yang telah disajikan sebelumnya, maka diperoleh nilai Zhitung = -2.201 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) = 0.028. nilai probabilitas dalam Zhitung kemudian dibandingkan dengan probabilitas yang telah ditentukan α = 0.05.

Dari perhitungan diperoleh, tingkat probabilitas yang digunakan 0,05 yang berarti tingkat kebenaran perhitungan sebesar 95% dan terdapat perbedaan signifikan Nilai p sebesar 0,028 yang lebih kecil dari probabilitas sebesar 0.05 menunjukkan bahwa hipotesis peneliti yang berbunyi “pelatihan vokasional berpengaruh terhadap minat berwirausaha siswa tunarungu kelas X di SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2015/2016”.

Pelatihan vokasional ini membantu anak tunarungu untuk menambah pengalaman dalam bidang keterampilan, hal ini sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan pasal 9 Nomor 13 Tahun 2003 mengemukakan bahwa, pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk

(11)

membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Penggunaan pelatihan vokasional ini bisa meningkatkan kemandirian dan kesiapan diri mereka untuk bekal bekerja di masa yang akan datang. Hal tersebut sejalan dengan Siagian (2008: 77) tujuan dari pelatihan salah satunya adalah kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan semakin besar, karena keahlian keterampilan, dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi ilmiah biasanya didasarkan pada keahlian dan prestasi kerja seseorang. Selain itu menurut Alma (2010: 1) manfaat berwirausaha adalah menjadikan karyawannyan orang mandiri, disiplin, jujur, tekun dalam menghadapi pekerjaan.

Berdasarkan kenaikan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa siswa mengalami peningkatan skor skala minat berwirausaha antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Rendahnya minat berwirausaha yang diperoleh siswa merupakan hasil kondisi awal sebelum dilaksanakan

pelatihan vokasional. Menurut Somantri (2006 :95) salah satu karakteristik anak tunarungu ialah lingkungan melihat mereka sebagai individu yang memiliki kekurangan dan menilainya sebagai seseorang yang kurang berkarya. Dengan penilaian lingkungan yang demikian, anak tunarungu merasa benar-benar kurang berharga. Dengan adanya karakteristik kurang percaya diri tersebut, hal itu bisa memurunkan minat dalam bekerja atau berwirausaha anak tunarungu.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelatihan vokasional yang memiliki pengaruh pada variable terikat yaitu minat berwirausaha. Pelatihan vokasional merupakan kegiatan yang menarik dan bisa menambah pengalaman dalam manambah wawasan mengenai keterampilan. Pelatihan vokasional ini menambah keterampilan yang dimiliki oleh anak tunarungu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Windyasari (2014: 109) yang menjelaskan bahwa pemberian pendidikan keterampilan vokasional dapat meningkatkan kemandirian anak tunarungu yang erat

(12)

kaitannya dengan persiapan mereka memasuki dunia kerja. Oleh karena itu keterampilan vokasional sangat dianjurkan untuk diterapkan di SLB untuk bekal masa depan kelak.

Pelatihan vokasional diharapkan mampu menjadi salah satu alternative atau cara untuk membuat minat bekerja khususnya minat berwirausaha meningkat.

Berdasarkan analisis data penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggunaan pelatihan pelatihan vokasional berpengruh terhadap minat berwirausaha siswa tunarungu kelas X di SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelatihan vokasional berpengaruh terhadap minat berwirausaha siswa tunarungu kelas X di SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

Berdasarkan dengan hasil penelitian dan fakta di lapangan, dengan ini peneliti memberikan saran sebagai berikut :

Kepala Sekolah diharapkan memasukkan kerajinan gelang tali menjadi tambahan salah satu pelajaran keterampulan agar dapat mengembangkan minat berwirausaha siswa tunarungu.

Guru diharapkan memberikan kesempatan dan pelatihan vokasional yang berupa gelang tal kepada anak tunarungu agar minat berwirausaha anak tunarungu meningkat.

Siswa diharapkan lebih banyak berlatih keterampilan vokasional melalu berbagai keterampilan termasuk gelang tali yang terbukti meningkatkan minat berwirausaha.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. (2010). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

(13)

Haenudin. (2013). Pendidikan Anak

Berkebutuhan Khusus

Tunarungu: Peserta Didik

Berkebutuhan Khusus dengan

Hambatan Pendengaran.

Jakarta:Luximia.

Hendro. (2011). Dasar-Dasar

Kewirausahaan. PT Gelora

Aksara Pratama.

Mangunsong, F. (2009). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok: LPSP3 UI. Siagian,S.P. (2008). Manajemen

Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Somantri, Sutjihati, Tjuju. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta : Depdikbud Dirdjen Pendidikan Tinggi.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana S. (2006).

Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung ; Rosdakarya.

Syamsi, I. (2010). Membuka Peluang

Berwirausaha Untuk

Pemberdayaan Anak

Berkebutuhan Khusus. Jurnal Pendidikan & Kebudayaan. 16 (1): 90-103. Diperoleh 18

Februari. Dari

https://core.ac.uk/download/pdf/ 11062337.pdf

Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 Tentang Hak Asasi untuk mendapat pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Windyasari, H. (2014). Pendidikan Keterampilan Vokasional Untuk

Meningkatkan Kemandirian

Anak Tunarungu dalam

Mempersiapkan Diri Memasuki Dunia Kerja di Kelas XII SLB

Negeri Surakarta Tahun

Pelajaran 2013/2014. Kumpulan

Abstrak Hasil Penelitian

Universitas Sebelas Maret Tahun 2013-2014.

Gambar

Tabel  1.  Nilai  Siswa  Sebelum  Perlakuan (Pretest)
Tabel  3.  Distribusi  Frekuensi  Nilai  Pretest  posttest  Freque ncy  Percent  Valid  Percent  Cumulativ e Percent  V al id  127  1  16.7  16.7  16.7 131 1  16.7 16.7 33.3 143 1  16.7 16.7 50.0  147  1  16.7  16.7  66.7  149  1  16.7  16.7  83.3  153  1
Tabel  6  Distribusi  Frekuensi  Nilai  Posttest  posttest  Freq uenc y  Percent  Valid Percent  Cumulative Percent  V al id  127  1  16.7  16.7  16.7 131 1  16.7 16.7 33.3  143  1  16.7  16.7  50.0  147  1  16.7  16.7  66.7  149  1  16.7  16.7  83.3  153

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 dan Pasal 37 Peraturan Bupati Bandung Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di Kabupaten

Guna mempercepat peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) Indonesia khususnya Kabupaten Benggkalis, pemerintah daerah merencanakan segera memulai gerakan wajib

Hasil yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan metode uji chi square diketahui bahwa pelanggan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan Salon Sveta di mana Ho ditolak

Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan adalah Pada metode Moving Average didapat hasil peramalan penjualan bulan Mei 2008 sebesar 307,5 sak semen dan juga tingkat toleransi

Unsur-unsur dalam karya sastra secara kongkret terwujud dalam bentuk penggunaan sistem tanda sesuai dengan cara yang ditempuh pengarang dalam menyampaiakan gagasannya;. Cara

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Totoh Supardi 2014 Universitas

(Saya merasa tidak jelas dengan berbagai aturan yang harus saya pelajari untuk berbicara Bahasa Inggris.). STS TS ATS AS ST

terhadap kalangan masyarakat yang memiliki keahlian masing-masing untuk bisa menjadi tenaga pendidik dan kependidikan pada setiap jenjang pendidikan yang ada pada pondok