• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Solo Batik Carnival (SBC)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PEMBAHASAN 5.1. Solo Batik Carnival (SBC)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini akan digambarkan tentang ada tidaknya keselarasan penyelenggaraan event budaya yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Surakarta dengan slogan “Solo, The Spirit of Java. Penggambaran itu akan dibahas menurut event-event dalam strategi city branding yang telah dilaksanakan yaitu Solo Batik Carnival (SBC), Kereta Kencana World Music Festival, Solo Eco Cultural City, dan Solo Internasional Performing Art (SIPA).

5.1. Solo Batik Carnival (SBC)

SBC merupakan event budaya yang diselenggarakan sebagai agenda tahunan Kota Solo untuk mengakselerasi pertumbuhan dan citra Kota Solo sebagai Kota Batik baik di tingkat nasional maupun internasional. SBC merupakan event yang diisi dengan karnaval menggunakan batik yang selaras dengan semboyan Kota Solo yaitu Solo, The Spirit of Java. Penyelenggaraan event SBC ini merupakan bagian dari upaya menjaga citra Kota Solo sebagai Kota Batik. Sesuai dengan prinsip konsistensi dengan brand yang melekat. Dari hasil wawancara dengan Dinas Pariwisata menyatakan bahwa Peran Pemerintah Kota Solo dalam event SBC selain sebagai fasilitator, juga memberikan dukungan anggaran, walaupun anggaran yang diberikan oleh pemerintah tidak dapat mengkover semua biaya penyelenggaraan event SBC. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan SBC peran swasta dan masyarakat sangat dibutuhkan.

Pada saat era pemerintahan Walikota Joko Widodo, peran pemerintah dalam mendukung pelaksanaan SBC selain dalam bentuk dukungan anggaran, juga mengesahkan Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Surakarta Tahun 2005-2025 dengan beberapa poin yang menunjukkan bagaimana Pemkot Solo serius dalam melaksanakan program city branding yaitu, mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan penyelenggaraan pendidikan budi pekerti dalam rangka pembinaan akhlak mulia termasuk etika dan estetika sejak dini di kalangan

(2)

peserta didik, dan pengembangan wawasan budaya serta lingkungan hidup. Peningkatan pelaksanaan pembinaan generasi muda dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi, minat dan bakat untuk mencapai prestasi di bidang sosial budaya dan olah raga. Peningkatan pembinaan sanggar-sanggar seni dan paguyuban kebudayaan tradisional, baik pada tingkatan anak-anak, remaja maupun dewasa. Peningkatan fasilitasi dan kerjasama pengembangan keragaman budaya daerah, agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tradisi daerah. Bentuk implementasi dari kebijakan ini adalah setiap sekolah dari tingkat taman sekolah dasar sampai dengan tingkat menengah atas wajib memasukkan mata pelajaran bahasa Jawa dalam pelajaran muatan lokal. Di samping itu setiap pegawai di semua intansi pemerintah setiap hari kamis diwajibkan untuk memakai pakaian beskap dan pada hari jumat memakai pakaian batik. Tujuan kebijakan tersebut agar masyarakat lebih mencintai batik sebagai budaya Kota Solo.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kota Solo, menyatakan bahwa:1 Dukungan pemerintah terhadap penyelenggaraan event SBC yang tidak kalah penting adalah mewujudkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perkotaan, serta peningkatan jumlah dan kualitas sarana prasarana komunikasi dan informatika.

Pemberian dukungan pemerintah Kota Surakarta terhadap penyelenggaraan event SBC dalam rangka meningkatkan kelancaran kegiatan sosial, seni budaya dan ekonomi masyarakat. Hasil wawancara dengan Bapak Suparno selaku tokoh masyarakat menyatakan bahwa:2

SBC merupakan sebuah pagelaran yang sangat mewah tapi tetap mengangkat batik Solo sebagai identitas bangsa. Dengan kegiatan ini maka pembuktian bahwa Batik Solo bukan hanya bisa digunakan untuk busana keseharian atau acara tertentu tapi juga bisa dimanfaatkan untuk sebuah kegiatan yang lebih dari itu yaitu sebuah Carnival.

Lebih lanjut menurut Bapak Suparno selaku tokoh masyarakat menyataan bahwa:

1 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kota Solo, Tanggal 26 Juni 2015. 2 Hasil Wawancara dengan Bapak Suparno selaku tokoh masyarakat, Tanggal 14 Juni 2015.

(3)

Solo Batik Carnival ini juga patut dicontoh oleh daerah-daerah lain dengan konsep yang sesuai denngan tradisi dan budaya masing-masing daerah di Indonesia. Ini merupakan suatu kegiatan yang postif yaitu memperkenalkan budaya lokal menjadi budaya nasional dan bisa menjadi internasional dalam sebuah kegiatan yang menurut saya extravaganza.

Adanya penyelenggaraan event SBC berdampak terhadap meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, dan mereka akan datang ke Solo untuk menyaksikan kegiatan ini. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisdata, kunjungan wisatawan ke Kota Solo dari tahun ke tahun terus meningkat, yaitu pada tahun 2013 kunjungan wisatawan asing ke objek wisata sebanyak 23.505 orang. Sementara itu jumlah wisatawan domestik sebanyak 2.454.188 orang. Tahun 2014, jumlah wisatawan asing yang berkunjung sebanyak 28.635 orang dan wisatawan domestik sebanyak 3.236.482. Solo Batik Carnival ini merupakan acara masyarakat Solo yang sangat di dukung oleh Pemerintah Kota Solo, dengan adanya kegiatan ini memperlihatkan bahwa Pemerintah Kota Solo berhasil membina masyarakat Solo untuk cinta pada budaya Lokal. Dalam mencapai keberhasilan ini Pemerintah Kota Solo melakukan pembinaan dengan cara mengadakan pembinaan sebelumnya yang dimana dalam event ini melibatakan oleh seluruh lapisan masyarakat dengan cara ikut berpartisipasi sebagai panitia, sebagai pemakai kostum, dll.

Dinas Pariwisata menyatakan bahwa penyelenggaraan Solo Batik Carnival ini berdampak terhadap etos kerja masyarakat Kota Solo, dimana selama event Solo Batik Carnival berlangsung, masyarakat dapat meningkatkan pendapatannya melalui aktivitas bisnis yang ditekuninya, baik bisnis kuliner, souvenir, perhotelan dan lain sebagainya. Di samping meningkatkan etos kerja masyarakat, pelaksanaan Solo Batik Carnival juga berdampak terhadap peningkatan kecintaan masyarakat terhadap seni dan budaya, masyarakat Kota Solo diharapkan lebih mencintai seni batik sebagai warisan budaya.

(4)

Hasil wawancara dengan KRT. Adhy Renggo Busono selaku seniman di Kota Solo menyatakan bahwa:3

Penyelenggaraan Solo Batik Carnival telah membentuk nilai-nilai budaya seperti adigang, adigung, adiguna, dan ojo dumeh agar selalu dijunjung tinggi. Ungkapan tersebut mengajarkan kepada para peserta Solo Batik Carnival agar tidak sombong dan tidak meremehkan orang lain saat kita berkuasa, karena apa yang dimiliki dapat hilang sewaktu-waktu.

Bukti adanya pembentukan nilai-nilai budaya dari kegiatan SBC diungkapkan oleh Bapak Yunanto Sutyastomo selaku budayawan Kota Solo yang menyatakan bahwa:

Adigang, adigung, adiguna, dan ojo dumeh merupakan sikap dan perilaku yang ada pada masyarakat Kota Solo, yaitu harus bersikap ramah dan sopan kepada setiap orang, khususnya pada para tamu atau wisatawan.

Menurut pandangan masyarakat Jawa, orang sombong memiliki sifat sebagaimana unen-unen (peribahasa) yang berbunyi: adigang, adigung, adiguna, dan aja dumeh. Artinya, sifat menyombongkan diri pada kekuatan, kekuasaan, dan kepandaian yang dimiliki. Adigang, adalah gambaran dari watak kijang yang menyombongkan kekuatan larinya yang luar biasa. Adigung adalah kesombongan terhadap keluhuran, keturunan, kebangsawanan, pangkat, kedudukan, atau kekuasaan yang dimiliki. Sedangkan Adiguna, menyombongkan kepandaian (kecerdikan) seperti watak ular yang memiliki racun mematikan dari gigitannya. Sebagaimana lazimnya strategi dalam kebudayaan Jawa, Adigang, Adigung, Adiguna punya korelasi erat dalam konteks menasihati kesombongan dengan “aja dumeh”, artinya: jangan sok atau mentang-mentang.4

Keselarasan penyelenggaraan SBC dengan program “Solo, The Spirit of Java, menurut Dinas Pariwisata dapat dilihat dari manfaat dan dampak positif penyelenggaraan SBC bagi masyarakat yaitu menumbuhkan nilai-nilai

3 Hasil wawancara dengan KRT. Adhy Renggo Busono selaku seniman di Kota Solo,

Tanggal 26 Juni 2015.

4

(5)

budaya pada masyarakat Kota Solo, sehingga masyarakat merasa memiliki dan mencintai seni dan budaya, khususnya mencintai batik sebagai warisan budaya leluhur serta meningkatkan etos kerja masyarakat dengan meningkatkan pendapatannya melalui bisnis kuliner, fashion, maupun souvenir.

5.2. Solo Eco Cultural City

Pelaksanaan event Solo Eco Cultural City selaras dengan slogan “Solo, The Spirit Of Java, hal tersebut karena event Solo Eco Cultural City merupakan konsep pengembangan kota dengan menggabungkan karakter budaya dan lingkungan serta nuansa budaya dengan kota berwawasan lingkungan, sikap menghargai keindahan, perilaku hidup sehat serta tidak membuang sampah sembarangan.

Berdasarkan Wawancara dengan Dinas Tata Kota Solo menyatakan bahwa:5

Pengaplikasian konsep Solo Eco Cultural City akan diaplikasikan pada penataan koridor Jalan Jenderal Sudirman sampai Jalan RE Martadinata, Solo. Penataan tersebut diharapkan mampu mewujudkan koridor Jalan Jenderal Ibnu Sudirman sampai Jalan RE Martadinata menjadi salah satu etalase Kota Solo yang dapat merepresentasikan Gerakan Kota Hijau di Kota Solo.

Hasil observasi yang peneliti lakukan di sepanjang jalan Jenderal Sudirman sampai Jalan RE Martadinata, Solo menunjukkan bahwa konsep Solo Eco Cultural City sudah diterapkan dengan baik, dimana setiap pinggir jalan sudah dibuat taman-taman yang menghiasi keindahan kota serta partisipasi masyarakat untuk selalu menjaga keindahan dan keasrian kota sudah dilaksanakan.6

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Margono selaku Ketua RW wilayah Kelurahan Kadipiro menyatakan bahwa:

5 Hasil Wawancara dengan Dinas Tata Kota Solo, Tanggal 6 Juni 2015. 6 Hasil Observasi Lapangan, Tanggal 7 Juni 2015.

(6)

Program pemerintah khususnya konsep Solo Eco Cultural City berdampak terhadap gaya hidup dan pola hidup masyarakat, dimana dahulu masyarakat sering membuang sampah sembarangan, kini dengan adanya program konsep Solo Eco Cultural City, masyarakat mulai sadar menjaga lingkungannya dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Bukti nyata mengenai tingginya kesadaran masyarakat Kota Solo, dibuktikan dengan diperolehnya penghargaan juara II tingkat Nasional kategori lomba kebersihan desa pada tahun 2014, yang diwakili oleh Kelurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Bapak Suparno selaku tokoh masyarakat yang menyatakan bahwa: 7

Di lingkungan tempat tinggal kami, saat ini masyarakat sangat peduli dengan kebersihan lingkungan, masyarakat secara swadaya membuat tong sampah untuk membuangs ampah rumah tangga, serta memilahnya menjadi sampah organik dan sampah non organik.

Upaya yang dilakukan pemerintah Kota Solo agar konsep Eco-Cultural City tetap terjaga dari tahun ke tahun yakni melibatkan masyarakat. Ada empat langkah yang ditempuh Pemerintah Kota Solo untuk pelibatan publik dalam penataan taman: Pertama, memetakan secara jelas lokasi yang cocok menjadi taman kota baik dalam kerangka perwujudan 30 persen ruang terbuka hijau maupun aspek estetika kota. Tindakan ini untuk menjaga agar taman tetap terawat tidak hanya sebatas proyek seperti kondisi taman sekartaji depan terminal Tirtonadi. Kedua, melibatkan publik dalam pembuatan taman. Artinya tidak hanya memberi stimulan namun merangsang dengan pengadaan lomba keindahan dan perawatan taman. Lomba diadakan dengan penilaian pembuatan dan perawatannya agar masyarakat senantiasa menjaganya. Lomba dibagi untuk 2 kategori yakni taman yang dibuat masyarakat dan taman yang dibuat oleh perusahaan. Pengusaha juga harus dilibatkan dalam program ini seperti ketika Pemkot melibatkan mereka dalam pembuatan selter PKL, Pengecatan becak atau penyelenggaraan event. Ketiga, perlu langkah strategis agar taman kota bisa terjaga meski banyak karnaval di Solo. Selama ini

(7)

banyak anggaran percuma karena taman terinjak-injak warga yang melihat pawai entah perayaan kota, peringatan hari nasional atau event budaya. Kebiasaan ini mengakibatkan masyarakat diajari tidak bertanggungjawab. Diatas sudah dijelaskan tentang visi Eco-Cultural City dan tentu tindakan atau kegiatan pemda dan masyarakat harus mencerminkan hal itu. Keempat, mendorong para pemilik tanah kosong yang tidak dimanfaatkan untuk membuat taman, bila perlu keluarkan peraturan walikota soal ini. Menurut penulis hal tersebut tidak menyalahi aturan yang ada karena justru akan lebih mempercepat ruang terbuka hijau yang ada di kota.8

Berdasarkan wawancara dengan Dinas Tata Kota Surakarta menyatakan bahwa:9

Dalam beberapa program, Pemerintah Kota Solo sudah melatih masyarakat terlibat di kegiatan kota seperti Car Free Day, Solo Batik Carnival dan ajang lainnya. Sudah saatnya pelibatan masyarakat tidak hanya dalam kegiatan insidental namun konteks jangka panjang yang sifatnya strategis. Melibatkan para perencana tata ruang, ahli lingkungan, ahli tata kota dan pihak yang berkaitan dengan itu. Supaya keberadaan taman tidak hanya indah dipandang mata namun memenuhi aspek lainnya juga.

Peran serta masyarakat juga dapat dilakukan dengan menyampaikan gagasannya kepada pihak pemerintah, yang disampaikan baik melalui media sosial maupun diskusi bersama yang dilakukan oleh pemerintah dengan warga masyarakat. Bentuk peran serta masyarakat dalam menyampaikan gagasannya kepada pihak pemerintah dilakukan dalam bentuk komunikasi dua arah, yaitu melalui forum diskusi, yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kota yang lebih alami dan hijau. Pembatasan ijin pendirian mall memberi peluang masyarakat semakin banyak membuka kawasan hijau yang indah dan asri. Sebagai contoh yaitu dibangunnya taman-taman kota seperti taman depan terminal Tirtonadi, Taman Monumen 45 dekat Pasar Legi dan sebagainya. Namun setelah masa kepemimpinan Jokowi, pemerintah kota Solo tidak konsisten dalam pembatasan ijin pendirian mall, dimana di Solo saat ini sudah

8

(http://ninohistiraludin.blogspot.com/2011/11/libatkan-warga-dalam-penataan-taman.html), Diakses tanggal 17 Juni 2015.

(8)

dibangun mall di lokasi bekas pabrik es Saripetojo. Hal tersebut terjadi karena adanya desakan dan pemberian ijin langsung dari Gubernur Jawa Tengah, yaitu Bibit Waluyo.

Salah satu bentuk dukungan masyarakat, khususnya komunitas peduli lingkungan yaitu NCFD (new car free day) dalam kegiatan Eco-Cultural City yaitu melakukan peningkatan pada program yang telah terlaksana setiap minggunya di kota Solo ini.10 Peningkatan yang dilakukan seperti adanya agenda bulanan khusus atau kegiatan pada hari-hari khusus yang mana berfokus pada lingkungan. Misalnya, pada hari bumi dilakukan kegiatan penanaman pohon ditaman kota kemudian, pada hari habitat dunia dilakukan kegiatan pelepasan ikan dan burung di sungai Bengawan Solo yaitu yang dilaksanakan setiap bulan Oktober. NCFD bukan hanya sebagai tempat berkumpulnya warga kota untuk berolahraga dan mengurangi polusi setiap minggunya tapi diharapkan juga bisa menjadi wadah bagi komunitas masyarakat yang menginginkan Kota Solo menjadi lebih baik.

Lokasi sepanjang jalan yang selama ini sudah banyak pohonnya seperti di Jl. Adi Sutjipto, Jl. DR. Rajiman dan Jl. Slamet Riyadi perlu dipertahankan. Sementara jalur yang belum banyak pepohonannya seperti Jl. Ahmad Yani, Jl. DR. Moewardi dan kawasan lain perlu diberi tetumbuhan.11 Semakin tahun pertumbuhan kendaraan begitu pesat sedang kawasan hijau justru kebalikannya alias menyusut. Kalau dibiarkan yang rugi adalah masyarakat sendiri sehingga penataan kota yang teduh dan banyak menyimpan oksigen bagus bagi perkembangan jasmani dan rohani warga kota

Berdasarkan pembahasan di atas menunjukkan bahwa konsep Solo Eco Cultural City sudah berjalan dengan baik, di mana masyarakat Kota Solo sangat mendukung program pemerintah, sehingga program ini selaras dengan budaya masyarakat Kota Solo yang mencintai kebersihan dan keindahan, serta memiliki kesadaran yang baik tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Event Solo Eco-Cultural City adalah mengajak masyarakat

10 Hasil Wawancara dengan Dinas Tata Kota Solo, Tanggal 7 Juni 2015. 11 Hasil Wawancara dengan Dinas Tata Kota Solo, Tanggal 7 Juni 2015

(9)

mengubah Solo menjadi kota yang lebih baik, misalnya dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah dan limbah sembarangan. Dengan konsep Solo Eco-Cultural City masyarakat dapat secara partisipatif memperbaiki kualitas kawasan permukimannya, terutama di kawasan bantaran sungai Bengawan Solo dan kawasan padat penduduk. Solo Eco-Cultural City ini juga dapat ditunjukkan melalui contoh nyata, sebagaimana yang dilakukan oleh komunitas-komunitas peduli lingkungan dan kesehatan yang ada di kota Solo seperti komunitas Forum Solo Hijau, Biopori, Earth Hour, Healthy Food Healthy Life dan komunitas lainnya.

Dalam wawancara dengan Sessario Bayu Mangkara selaku Koordinator Forum Solo Hijau, beliau menyatakan bahwa:12

Tolok ukur siap atau tidaknya masyarakat Solo dalam mewujudkan visi Solo Eco-Cultural City adalah munculnya gerakan earth hour, platform gerakan Save Kali Pepe, perwujudan Kampung Hijau, kegiatan grebek sampah, berkebun di lahan sempit, memberdayakan taman kota menjadi contoh-contoh nyata yang sudah dilakukan oleh masyarakat. Terlebih saat ini lahirnya Forum Solo Hijau menjadi langkah tepat dalam mewujudkan masyarakat berkelanjutan yang dapat menopang seluruh aktivitas atau program pemerintah kota Solo yang dapat menciptakan sebuah potensi di masa depan.

Di samping itu program Solo Eco Cultural City, juga berdampak terhadap peningkatan pendapatan bagi pata pedagang tanaman hias dan bunga. Permasalahan utama ialah bagaimana agar tindakan membuang sampah menjadi suatu tindakan yang menarik untuk dilakukan. Hal yang dapat dilakukan antara lain membuat tempat sampah semenarik mungkin. Sebagai contoh saat ini di masyarakat sudah dibuat tong sampah organik dan non organik.

12 Hasil wawancara dengan Sessario Bayu Mangkara selaku Koordinator Forum Solo Hijau,

(10)

5.3. SIPA (Solo International Performing Art)

Event Solo International Performing Art ini selaras dengan “Solo, The Spirit Of Java. Dapat dikatakan begitu karena SIPA merupakan sebuah ajang pergelaran dengan materi berupa seni tari, seni musik, hingga seni teater yang merupakan penyatuan semangat antara masyarakat dengan berbagai seni pertunjukan yang ada. Namun satu hal yang tidak akan pernah ditinggalkan adalah Spirit Solo sebagai ajang interaksi kultural yaitu konsep Solo Kota Budaya. Inilah yang akan selalu menjadi semangat dari proses pencarian bentuk yang ideal dari SIPA13.

Tujuan penyelenggaraan SIPA adalah sebagai ruang pertemuan beragam seni pertunjukan untuk kemudian menyuarakan penyelamatan bumi. Melalui SIPA, Solo akan menjadi jembatan bertemunya berbagai ragam bentuk dan jenis yang ada dalam wilayah seni pertunjukan. Penyelenggaraan SIPA sebagai sebuah event ini merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam kegiatan city branding.14

Berdasarkan wawancara dengan KRT Adhy Renggo Busono selaku seniman di Kota Solo menyatakan bahwa:15

Adanya pagelaran Solo International Performing Art, yang dilakukan oleh pemerintah Kota Solo berdampak terhadap kehidupan seniman lokal di kota Solo, melalui event SIPA ini para seniman, khususnya seniman tari dapat berpartisipasi dalam kegiatan SIPA tersebut.

Hal senada juga diungkapkan oleh Vincencius Catur Arianto salah satu seniman tari di Kota Solo yang menyatakan bahwa:16

Sejak adanya event SIPA tersebut, sanggar tari kami menjadi ramai, banyak anak-anak yang masuk ke sanggar tari untuk belajar menari, dan setiap ada pagelaran tari, animo masyarakat cukup tinggi.

13 Hasil wawancara dengan Dinas Pariwisata Kota Solo, tanggal 10 Juni 2015. 14 Hasil Wawancara dengan Dinas Pariwisata Kota Solo, Tanggal 10 Juni 2015.

15 Hasil Wawancara dengan KRT. Adhy Renggo Busono selaku seniman di Kota Solo,

Tanggal 16 Juni 2015.

16 Hasil Wawancara dengan Vincencius Catur Arianto seniman tari Kota Solo, Tanggal 26

(11)

Bagi masyarakat Solo, adanya pagelaran Solo International Performing Art sangat bermakna dan dapat menumbuhkan nilai-nilai budaya yang menjadi identitas dalam kehidupan mereka sehari-hari. Para seniman tari tradisional di Kota Solo sangat ingin terlibat secara langsung terhadap proses budaya yang terjadi di Solo. Bahkan mereka sangat antusias ketika Pemkot akan memiliki progam untuk menjadikan kota Solo kota budaya, dengan diadakannya berbagai event-event budaya di Solo.

Seperti yang telah diungkapkan oleh KRT. Adhy Renggo Busono selaku seniman tari tradisional di Kota Solo yang menyatakan sebagai berikut:17

Saya ikut dalam pagelaran SIPA karena suka rela, biasanya kami latihan di Pendhopo ISI, Wisma Seni atau berpindah-pindah tergantung eventnya berlangsung dimana. Namun selama ini tidak ada dana subsidi dari Pemerintah untuk mendukung Seni Tari ini, semua dibiayai sendiri.

Bentuk partisipasi masyarakat Kota Solo dalam pagelaran Solo International Performing Art peran serta Sanggar Tari Jagad Jagalan yang ikut mengisi acara SIPA dengan menampilkan Tari Cipat-Cipit. Event Solo International Performing Art ini merupakan salah satu dari rangkaian acara untuk menyambut sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat luas mengenai SIPA. Dalam acara Solo International Performing Art tahun 2014 diwakili sembilan delegasi dari Dalam Negeri seperti delegasi dari Yogyakarta, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Bali, Jakarta, Bandung, dan Solo. Selain dari Dalam Negeri, sebanyak tujuh delegasi dari Luar Negeri yang meliputi delegasi dari Belanda, India, Romania, USA, Mexico, Korea, dan Malaysia juga tampil dalam acara SIPA. Delegasi dalam negeri maupun luar negeri setiap penyelenggaraan Solo International Performing Art setiap tahunnya tidak sama.

Dengan demikian Solo International Performing Art (SIPA) merupakan event yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Solo yang

17 Hasil Wawancara dengan KRT. Adhy Renggo Busono, seniman tari tradisional Kota Solo,

(12)

memberikan dampak kepada masyarakat agar dapat mencintai seni dan budaya yang ada di Kota Solo. Melalui penyelenggaraan event SIPA ini maka masyarakat akan lebih mencintai merasa memiliki seni dan budaya yang ada di kota Solo, khususnya kesenian tari tradisional.

5.4. Kereta Kencana World Music Festival

Event Kereta Kencana World Music Festival adalah pagelaran musik etnik nusantara dan musik etnik luar negeri. Event ini kurang mendapat perhatian dari kalangan masyarakat Kota Solo karena penyelenggaraan dianggap kurang mempromosikan Kota Solo sebagai Kota Budaya.18

Bukti adanya ketidakselarasan Event SIEM dengan solgan “Solo, The Spirit Of Java yaitu sejak tahun 2012 Event SIEM dihentikan dan berubah nama dengan nama Kereta Kencana World Music Festival, hal tersebut dikarenakan penyelenggaraan SIEM mendapat pertentangan dari berbagai pihak kaitannya dengan tempat lokasi pertunjukan.19

Penyelenggaraan Kereta Kencana World Music Festival yang digelar di Taman Balekambang ditentang oleh para seniman di Kota Solo, karena Taman Balekambang merupakan area hutan kota yang dijadikan lahan konservasi alam di Solo. Para seniman menilai Pemkot Surakarta inkonsisten dalam menjalankan kebijakan melindungi taman kota. Menurut para seniman, Pemkot telah inkonsisten dalam penataan dan pengelolaan hutan kota sebagai area konservasi alam karena di lahan itu terdapat banyak tanaman dan hewan yang dibiarkan hidup bebas di lahan hutan kota seluas 9,8 hektar tersebut.

Berdasarkan pendapat dari koordinator Forum Masyarakat Peduli Seni Budaya (FMPSB) Solo mengatakan bahwa: Balekambang adalah taman kota yang telah diwariskan kepada kita untuk dijaga dengan baik. Dengan 5 ribu hingga 7 ribu pengunjung setiap malamnya, kami bisa memastikan akan ada goncangan dan kerusakan di dalamnya. Hewan-hewan bisa stres dan tanaman-tanaman akan rusak.20

18 Hasil Wawancara dengan Heru Mattaya salah seorang budayawan Kota Solo, Tanggal 2

Juni 2015.

19

http://travelbuck.net/id/read/1967/bye-siem-welcome-kereta-kencana-world-music-festival-11085/, Tanggal 17 Juni 2015.

20 Hasil Wawancara dengan ST Wiyono, selaku koordinator Forum Masyarakat Peduli Seni

(13)

ST. Wiyono selaku koordinator Forum Masyarakat Peduli Seni Budaya (FMPSB) Solo menyesalkan sikap penyelenggara KWF yang dinilai arogan dengan mangatakan akan mengganti kerusakan apapun yang terjadi setiap kerusakan yang terjadi, sehingga seolah-olah semua bisa diganti dengan uang.21 Panitia juga dinilai arogan karena meminta pergelaran ketoprak yang biasa digelar di gedung pertunjukan Balekambang berhenti pentas pada saat KWF digelar dengan konsekuensi seluruh tiketnya akan dibeli. Padahal bagi seniman ketoprak pementasan adalah persoalan eksistensi.22

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pagelaran Kereta Kencana World Music Festival tidak selaras dengan program Solo, The Spirit Of Java, yaitu bertentangan dengan pagelaran seni budaya ketoprak yang diselenggarakan di Taman Balekambang serta dampak yang ditimbulkan dari pagelaran Kereta Kencana World Music Festival adalah rusaknya taman balekambang yang merupakan program dari Solo Eco-Culture City.

21 Hasil Wawancara dengan ST Wiyono, selaku koordinator Forum Masyarakat Peduli Seni

Budaya (FMPSB) Solo, Tanggal 14 Juni 2015.

22 Hasil Wawancara dengan ST Wiyono, selaku koordinator Forum Masyarakat Peduli Seni

Referensi

Dokumen terkait

Based on the background of the study has been explained above, the scope of the study focuses on the categorization of slang language and translation strategies that

Hasil akhir penelitian adalah responden tertarik dengan produk kerajinan tangan botol plastik yang ditawarkan.. Hal ini ditunjukan dari jumlah responden yang tertarik sebesar

[r]

Besarnya pengaruh terpaan berita pada program acara Warna TRANS7 episode fashion dan kesehatan pada periode April - Juni 2013 terhadap sikap mahasiswi FISIP UAJY sebesar

Data dokumentasi KBIH Raudhatul Qur’an, pada Tanggal 20 Februari 2017... mengenai pelaksanaan akad dan badal haji. KBIH Raudhatul Qur’an juga melayani kehendak ahli

Variabel aktifitas fisik nilai p >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan asam lemak jenuh dengan rasio LDL/HDL, tetapi pada

Sifat Allah ar Rahim dalam KAIM ini dapatlah dipahami sebagai (a) salah satu nama sifat Allah yang berarti Yang Maha penyayang; (b) salah satu sifat Allah yang dikhususkan

Batik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah batik asli Pekalongan... Batik Tulis: Menurut KBBI batik tulis adalah batik yang