• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. terancam sebagai akibat kerusakan dan fragmentasi hutan (Snyder et al., 2000).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. terancam sebagai akibat kerusakan dan fragmentasi hutan (Snyder et al., 2000)."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Burung paruh bengkok termasuk diantara kelompok jenis burung yang paling terancam punah di dunia. Sebanyak 95 dari 330 jenis paruh bengkok yang ada di Indonesia dikategorikan terancam. Tujuh puluh delapan diantaranya terancam sebagai akibat kerusakan dan fragmentasi hutan (Snyder et al., 2000). Menurut Kinnaird (1997) kelompok burung paruh bengkok adalah burung yang kharismatik dan seringkali digunakan sebagai “flagship species” dalam aksi-aksi konservasi, selain itu juga sebagai indikator sehatnya suatu kawasan hutan dan beberapa diantaranya berperan penting dalam penyebaran biji.

Nuri Talaud atau Red and Blue Lory (Eos histrio) adalah salah satu anggota dari keluarga burung paruh bengkok (Psittacidae) di Indonesia yang terancam punah (IUCN, 2014). Penyebaran spesies ini meliputi pulau-pulau kecil di Sulawesi Utara yaitu Pulau Miangas di Kepulauan Nanusa, Kepulauan Talaud, dan Kepulauan Sangihe. Sujatnika dkk. (1995) menjelaskan bahwa daratan Sulawesi bagian Utara dan pulau-pulau satelitnya teridentifikasi sebagai salah satu Daerah Burung Endemik (DBE) dimana gugusan kepulauan ini diketahui memiliki sebelas burung endemik termasuk Nuri Talaud.

Populasi Nuri Talaud terbesar di habitat alaminya saat ini hanya dapat dijumpai di Pulau Karakelang yang merupakan bagian dari Kepulauan Talaud. Populasi Nuri Talaud tersebut menurut Riley (2003) digolongkan sebagai anak jenis E.h. talautensis. Jumlah populasi Nuri Talaud pada tahun 1995 diperkirakan mencapai 9.400 – 24.160 ekor (Lee et al., 2001), dan dalam jangka waktu kurang 1

(2)

lebih 10 tahun kemudian populasinya tinggal 2.000-2.600 ekor (Mamengko dan Lumasuge, 2006).

Perkembangan zaman menuntut adanya pemanfaatan kawasan hutan menjadi kawasan lain seperti pemukiman maupun areal budidaya. Demikian halnya dengan daratan pulau-pulau kecil yang sangat rawan terhadap perubahan. Karwur (2010) berpendapat bahwa pengembangan kawasan pulau-pulau kecil merupakan suatu proses yang akan membawa suatu perubahan pada ekosistemnya. Perubahan tersebut akan membawa pengaruh pada lingkungan. Semakin tinggi intensitas pengelolaan dan pembangunan yang dilaksanakan berarti semakin tinggi tingkat pemanfaatan sumberdaya, maka semakin tinggi pula perubahan-perubahan lingkungan yang akan terjadi di kawasan pulau kecil.

Perubahan kawasan hutan di Kepulauan Talaud yang sebagian besar diperuntukkan menjadi perkebunan kelapa, cengkih, dan pala telah dimulai sejak tahun 1920. Perubahan ini tentu membawa dampak bagi spesies-spesies satwa yang kehidupannya sangat bergantung pada keberadaan hutan baik sebagai tempat berlindung ataupun tempat mencari pakan. Marsden (1992) juga mengungkapkan bahwa peningkatan pembukaan lahan di areal hutan akan meningkatkan peluang ancaman terhadap penangkapan satwa liar karena terbukanya akses menuju hutan. Indikator bahwa beberapa spesies mengalami gangguan yaitu semakin berkurangnya intensitas perjumpaan karena populasinya semakin menurun.

Seratus tahun yang lalu para peneliti alam menggambarkan pohon-pohon yang berubah warna menjadi merah sebagai pemandangan yang mengesankan karena banyaknya jumlah Nuri Talaud yang tidur secara berkelompok hingga

(3)

mencapai ribuan ekor, namun dalam tahun-tahun terakhir ini jumlah nuri dalam satu pohon tidur hanya berkisar 250 individu (Lee et al., 2001). Ketika senja, kelompok-kelompok kecil Nuri Talaud kembali ke pohon tempat mereka tidur malam sebelumnya dan bergabung dengan kelompok lainnya membentuk kelompok besar. Selama tidak terjadi gangguan yang sangat berarti seperti pohon ditebang, atau terkena longsor maka pohon tidur ini akan tetap ditempati Nuri Talaud bahkan hingga bertahun-tahun.

Pohon tidur merupakan salah satu gambaran pemanfaatan sumberdaya oleh Nuri Talaud dimana sebagian besar waktu hidupnya lebih banyak dihabiskan pada pohon tidur tersebut. Zukal et al. (2005) menjelaskan bahwa pemilihan pohon tidur pada spesies yang berkoloni merupakan suatu strategi yang dapat memberikan beberapa keuntungan seperti adanya pertukaran informasi, keamanan terhadap predator, thermoregulasi serta keberhasilan reproduksi. Dengan demikan penggunaan pohon tidur dalam kehidupan Nuri Talaud adalah sangat penting. Fakta yang terjadi, keberadaan pohon tidur yang digunakan Nuri Talaud sangat terancam. Pohon tinggi dan berdiameter besar adalah karakter yang disukai Nuri sebagai pohon tidur terancam oleh adanya penebangan serta pemanfaatan kayu oleh masyarakat. Perubahan tutupan lahan menjadi perkebunan kelapa di habitat Nuri Talaud secara tidak langsung juga membawa dampak terhadap penurunan jumlah populasi Nuri Talaud dimana para petani kelapa di Talaud lebih sering menggunakan pestisida kimia untuk membasmi hama yang menyerang tanaman kelapa yaitu Sexava sp., padahal larva hama ini adalah salah satu sumber

(4)

makanan bagi Nuri. Tahun 1990an telah terjadi kematian Nuri secara masal akibat keracunan pestisida.

Informasi ekologi Nuri Talaud masih sangat terbatas demikian pula dengan informasi karakteristik sumberdaya yang dipilih Nuri Talaud untuk mempertahankan eksistensinya seperti pohon tidur. Pemahaman terhadap karakteristik habitat baik fisik (abiotik) maupun biotik yang digunakan oleh suatu spesies dalam hal ini burung Nuri Talaud semakin dipermudah dengan menggunakan pendekatan secara spasial yaitu dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis (Aarts et al., 2008). Aplikasi ini akan membantu mampu mengungkapkan berbagai hubungan antara faktor-faktor habitat serta dapat membantu proses merancang kawasan agar mampu mewakili komunitas hayati yang ada, serta mampu menampilkan kawasan yang berpotensi untuk mencari spesies langka maupun dilindungi (Indrawan et al., 2007). Kombinasi data penggunaan ruang, hubungan data posisional untuk kondisi umum lingkungan serta memanfaatkan analisis statistik akan digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh gambaran karakteristik dan pemilihan pohon tidur oleh Nuri Talaud. Dengan demikian informasi karakteristik serta pemilihan pohon tidur harus ditelaah lebih lanjut sebagai rujukan untuk melestarikan Nuri Talaud dan habitatnya.

1.2. Rumusan Masalah

Nuri Talaud adalah spesies burung paruh bengkok dari Genus Eos yang terdistribusi paling barat di wilayah Indonesia. Spesies ini merupakan burung endemik yang dulu terdistribusi secara luas di Kepulauan Sangihe, Talaud dan

(5)

Nenusa namun kenyataannya saat ini justru populasi Nuri Talaud semakin menurun dan sebarannya menjadi sangat terbatas yaitu hanya di Pulau Karakelang, Kepulauan Talaud.

Nuri Talaud merupakan jenis burung yang memiliki perilaku cukup unik seperti pada jenis-jenis parkit atau burung paruh bengkok lainnya yaitu adanya fenomena pohon tidur (roost tree) yang biasa juga terjadi pada spesies burung yang hidup dalam kelompok besar atau berkoloni. Hockey (1985) mendefinisikan roost tree sebagai sebuah lokasi dimana individu terkonsentrasi namun tidak melakukan aktivitas makan (feeding) dan berkembang biak (breeding). Pohon tidur merupakan titik awal dan titik akhir dari segala aktivitas Nuri Talaud. Pohon tidur digunakan oleh Nuri Talaud ketika senja mulai tiba hingga menjelang fajar. Lebih dari waktu tersebut Nuri Talaud terbang hingga ke daerah pantai, di kebun-kebun buah atau perkebun-kebunan kelapa untuk mencari makan dan bermain. Satu pohon tidur biasanya digunakan oleh satu koloni Nuri Talaud dengan jumlah antara 200-500 individu. Pemilihan lokasi sebagai pohon tidur antar spesies satwa terkadang memiliki perbedaan dan sangat dipengaruhi oleh fungsi dari pohon tidur yang digunakan yang pada akhirnya digambarkan dari karakteristik pohon yang ditempati.

Gangguan habitat serta aktivitas manusia yang terjadi di Pulau Karakelang menyebabkan Nuri Talaud meninggalkan pohon tidur dan lebih memilih pohon lain yang aman dari gangguan predator termasuk manusia. Pemilihan habitat adalah penting bagi spesies satwa liar agar mereka dapat mudah bergerak dari

(6)

suatu habitat ke habitat lainnya, untuk mendapatkan makanan, air, reproduksi atau menempati tempat baru yang menguntungkan (Morris, 1987).

Menurut Lambert (1999) sebelum tahun 1995 belum pernah ada penelitian yang serius di kepulauan ini kecuali yang pernah dilakukan oleh F.G. Rozendaal yang mengumpulkan beberapa spesimen yang saat ini tersimpan di National Museum of Natural History Leiden. Tahun 1995, University of York dan University Sam Ratulangi mulai melakukan penelitian ornitologi meskipun cakupannya masih sangat luas. Tahun 1996, IUCN melakukan penilaian status Nuri Talaud di kepulauan ini dan hanya ada satu populasi yang bisa bertahan hidup yang selanjutnya teridentifikasi sebagai Eos histrio talautensis.

Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 – 2018 yang diterbitkan oleh Kementerian Kehutanan menyebutkan bahwa Nuri Talaud (Eos histrio) merupakan spesies dari famili paruh bengkok yang diprioritaskan sangat tinggi untuk diperhatikan dan segera dilakukan penelitian karena populasinya semakin berkurang di alam dan informasi tentang ekologi Nuri Talaud pun masih sangat terbatas (Mardiastuti et al., 2008).

Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang ada, data populasi dan ekologi Nuri Talaud dalam hal ini pohon tidur sebagai salah satu sumberdaya yang dimanfaatkan, penting untuk diketahui sebagai informasi untuk mendukung pelestarian Nuri Talaud yang merupakan satwa endemik Sulawesi Utara. Beberapa permasalahan penelitian yang dapat diidentifikasi diantaranya adalah :

1. Informasi distribusi lokasi-lokasi pohon tidur di Pulau Karakelang belum tersedia

(7)

2. Informasi jumlah populasi Nuri Talaud belum terupdate

3. Informasi karakteristik pohon tidur Nuri Talaud yang ada di Pulau Karakelang masih terbatas.

4. Informasi faktor yang berpengaruh terhadap peluang pemilihan pohon tidur oleh Nuri Talaud belum tersedia.

1.3. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi distribusi lokasi-lokasi pohon tidur Nuri Talaud di Pulau Karakelang Kepulauan Talaud

2. Mengetahui jumlah populasi Nuri Talaud di Pulau Karakelang Kepulauan Talaud pada saat dilakukan penelitian

3. Mengidentifikasi karakteristik pohon tidur Nuri Talaud di Pulau Karakelang Kepulauan Talaud

4. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh dalam peluang pemilihan pohon tidur oleh Nuri Talaud di Pulau Karakelang Kep. Talaud.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan data dan informasi terkait dengan distribusi, karakteristik dan faktor yang berpengaruh dalam peluang pemilihan pohon tidur oleh Nuri Talaud di Pulau Karakelang .

(8)

2. Mendapatkan informasi jumlah populasi Nuri Talaud di Pulau Karakelang pada saat dilakukannya penelitian ini.

3. Menjadi bahan rujukan atau pedoman dalam rangka upaya konservasi Nuri Talaud baik secara in-situ maupun ex-situ

4. Mendukung kegiatan “Strategi Konservasi Spesies Nasional 2008-2018” oleh Kementerian Kehutanan dalam rangka melestarikan satwa endemik yang terancam punah di Indonesia khususnya spesies Nuri Talaud (Eos histrio).

1.5. Penelitian Lain yang Terkait

Penelitian khusus terkait dengan ekologi Nuri Talaud masih sangat terbatas namun demikian, beberapa peneliti dan lembaga-lembaga konservasi lokal telah melakukan kajian-kajian maupun kegiatan monitoring tentang Nuri Talaud. Rincian kajian dan laporan monitoring yang terkait dengan burung Nuri Talaud (E. histrio) disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kajian dan laporan monitoring yang terkait dengan Nuri Talaud (E. histrio)

No Judul Penelitian Sumber

1. First Breedig of The Talaud Red and Blue Lory (Eos

histrio talautensis) in South Africa

Baincoat (1995); Lory Journal International 4:42-45

2. Breeding the Red and Blue Lory (Eos histrio) Sweeney (1995); Lory Journal International 4:91-95

3. Field Assessment of The Conservation Status of Red and Blue Lory Eos histrio in Indonesia

Lambert (1997); IUCN Species Survival Commision.

4. The Conservation Status of Red and Blue Lory Eos histrio and Other Threatened Birds of The Sangihe and Talaud Island

Lambert (1997); Tropical Biodiversity No.6

5. Population Sizes and The Conservation Status of Endemic and Restricted-range Bird Species on Karakelang Talaud Island Indonesia

Riley (2003); Jornal of Bird Conservation International 13:59-74

6. Monitoring Pohon Tidur (Roosting Tress) Nuri Talaud (Eos histrio talautensis) di Pulau Karakelang, Talaud

(Mamengko dan Lumasuge, 2006); Laporan teknis Burung Indonesia

7. Monitoring Populasi Nuri Talaud (Eos histrio

talautensis) di Pulau Karakelang, Talaud

Mamengko dan Mole (2006); Laporan Teknis Burung Indonesia

(9)

2.1.1. Nuri Talaud (Eos histrio) 2.1.1.1. Taksonomi dan Morfologi

Nuri Talaud dikelompokkan ke dalam keluarga burung paruh bengkok (Psittacidae). Burung paruh bengkok memiliki ciri utama bentuk paruh melengkung ke bawah seperti catut dan kuat, kaki bersifat Zygodactyl yang artinya dua jari menghadap ke depan dan dua jari lagi menghadap ke belakang, memiliki lidah yang tebal dan dapat berfungsi untuk memegang (prehensile). Snyder et al. (2000) menjelaskan dunia memiliki sekitar 403 jenis burung paruh bengkok dengan variasi morfologi yang cukup tinggi. Indonesia memiliki 45 spesies yang tersebar di Wilayah Papua (Beehler et al., 1986), 37 spesies di kawasan Wallacea (White dan Bruce, 1986) dan sembilan spesies di Kepulauan Sunda Besar (Mac Kinnon et al., 1998). Taksonomi Nuri Talaud adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Aves Order : Psittaciformes Family : Psittacidae Genus : Eos

Species : Eos histrio

Sub Species : E.h. histrio (Statius Muller 1776)

: E.h. talautensis (Meyer, AB & Wiglesworth 1894) : E.h. callengeri (Statius Muller 1776)

Nama asing : Red and Blue Lory

Referensi

Dokumen terkait

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah keragaan hibrida hasil persilangan intraspesifik 4 populasi ikan nila ( Red NIFI, NIRWANA, Merah lido, dan BEST,) secara

Marimas Putera Kencana, proses pengemasan primer yang dilakukan pada mesin single line menghasilkan produk yang dikemas dalam sachet.. Proses penyegelan sachet dilakukan

[r]

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatayati yang menilai kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi CAPD dengan

Meneruskan hasil ketikan surat undangan rapat/kunjungan kerja Komisi D dan B ke Bagian Umum, memfotokopi surat undangan rapat dan kunjungan kerja Komisi D dan B, menstempel

Seleksi turnamen merupakan jenis seleksi yang divariasi berdasarkan seleksi roda Roulette dan seleksi ranking. Dari k kromosom yang terpilih tersebut kemudian dipilih suatu kromosom

Hasil dapatan kajian menunjukkan bahawa kefahaman dan minat pelajar terhadap akademik berada pada tahap yang sangat rendah.Ini jelas menunjukkan bahawa pelajar

Pada lahan pasang surut sulfat masam dalam keadaan reduktif (tergenang) di dalam larutan tanah sangat tinggi konsentrasi Fe, sehingga genotipe IRH108 dan IR64 yang