• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

2.1.1. Definisi Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit.Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik; keduanya dapat bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2007).

2.1.2. Definisi Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen yang dipengaruhi faktor endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini (Wolff, 2008).

2.2. Epidemiologi

Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis kontak iritan sulit didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup banyak, namun sulit untuk diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan (Djuanda, 2007).

Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan bahwa 249.000 kasus penyakit okupasional nonfatal pada tahun 2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab kedua terbesar untuk semua penyakit okupational. Berdasarkan penelitian tahunan dari institusi yang sama, bahwaangka kejadianuntuk penyakit okupasional pada populasi pekerja di Amerika, menunjukkan 90-95% dari penyakit okupasional adalah dermatitis kontak, dan 80% dari penyakit didalamnya adalah dermatitis kontak iritan (Wolff, 2008).

(2)

Di Jerman, angka insiden DKI adalah 4,5 setiap 10.000 pekerja, dimana insiden tertinggi ditemukan pada penata rambut (46,9 kasus per 10.000 pekerja setiap tahunnya), tukang roti dan tukang masak. Berdasarkan jenis kelamin, DKI secara signifikan lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Tingginya frekuensi ekzem tangan pada wanita dibanding pria karena faktor lingkungan, bukan genetik (Hogan, 2010).

2.3. Etiologi

2.3.1. Faktor Eksogen

Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk memprediksi potensi iritan suatu bahan kimia berdasarkan struktur molekulnya. Potensial iritan bentuk senyawa mungkin lebih sulit untuk diprediksi. Faktor-faktor yang dimaksudkan termasuk sifat kimia bahan iritan, yaitu pH, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar, kelarutan. Selain itu, sifat dari pajanan sepertu jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan jenis kontak, pajanan serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah pajanan sebelumnya juga turut menyebabkan DKI. Faktor lingkungan seperti lokalisasi tubuh yang terpajang dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan, gesekan atau goresan, kelembapan lingkunan yang rendah dan suhu dingin menurunkan kadar air pada stratum korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan pada bahan iritan (Wolff, 2008).

2.3.2. Faktor Endogen 2.3.2.1. Faktor genetik

Ada hipotesa yang mengungkapkan bahwa kemampuan individu untuk mengeluarkan radikal bebas, dan mengubah derajat enzym antioksidan,dan kemampuan untuk membentuk perlindungan heat shock protein semuanya dibawah kontrol genetik. Faktor tersebut juga menentukan keberagaman respon tubuh terhadap bahan-bahan ititan.Selain itu, predisposisi genetik terhadap kerentanan bahan iritan berbeda untuk setiap bahan iritan (Wolff, 2008). Pada penelitian, diduga bahwa faktor genetik mungkin mempengaruhi kerentanan terhadap bahan iritan (Tony, 2010).

(3)

2.3.2.2. Jenis Kelamin

Gambaran klinik dermatitis kontak iritan paling banyak pada tangan, dan wanita dilaporkan paling banyak dari semua pasien. Hubungan antara jenis kelamin dengan kerentanan kulit adalah karena wanita lebih banyak terpajan oleh bahan iritan, kerja basah dan lebih suka perawatan daripada laki-laki. Tidak ada pembedaan jenis kelamin untuk dermatitis kontak iritan yang ditetapkan berdasarkan penelitian (Wolff, 2008).

2.3.2.3. Umur

Anak-anak dibawah 8 tahun lebih mudah menyerap reaksi-reaksi bahan-bahan kimia dan bahan-bahan iritan lewat kulit.Banyak studi yang menunjukkan bahwa tidak ada kecurigaan pada peningkatan pertahanan kulit dengan meningkatnya umur. Data pengaruh umur pada percobaan iritasi kulit sangat berlawanan. Iritasi kulit yang kelihatan (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit yang tidak kelihatan (kerusakan pertahanan) meningkat pada orang muda (Wolff, 2008).

2.3.2.4. Suku

Tidak ada penelitian yang mengatakan bahwa jenis kulit mempengaruhi berkembangnya dermatitis kontak iritan secara signifikan.Karena eritema sulit diamati pada kulit gelap, penelitian terbaru menggunakan eritema sebagai satu-satunya parameter untuk mengukur iritasi yang mungkin sudah sampai pada kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten terhadap bahan iritan daripada kulit putih (Wolff, 2008).

2.3.2.5. Lokasi Kulit

Ada perbedaan lokasi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan, sehingga kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan terhadap dermatitis kontak iritan, di mana telapak tangan dan kaki lebih resisten (Tony, 2010).

2.4. Patogenesis

Pada respon iritan, terdapat komponen yang menyerupai respon imunologis yang dapat ditunjukkan dengan jelas, dimana hal tersebut ditandai

(4)

oleh pelepasan mediator peradangan, khususnya sitokin dari sel kulit yang non-imun (keratinosit) yang mendapat rangsangan kimia. Proses ini tidaklah membutuhkan sensitasi sebelumnya. Kerusakan sawar kulit menyebabkan pelepasan sitokin-sitokin seperti Interleukin-1α (IL-1α), IL-1β, tumor necrosis factor -α (TNF-α). Pada dermatitis kontak iritan, diamati peningkatan TNF-a hingga sepuluh kali lipat dan granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) dan IL-2 hingga tiga kali lipat. TNF-α adalah salah satu sitokin utama yang berperan dalam dermatitis iritan, yang menyebabkan peningkatan ekspresi Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas II dan intracelluler adhesin molecul-I pada keratinosit (Wolff, 2008).

Rentetan kejadian tersebut menimbulkan peradangan klasik ditempatterjadinya kontak dikulit berupa eritema, edema, panas, dan nyeri bila iritan kuat.Ada dua jenis bahan iritan yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menyebabkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,sedangkan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena depilasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel yang di bawahnya oleh bahan iritan (Djuanda 2007).

2.5. Gambaran Klinis

Berdasarkan gejala klinis dermatitis kontak iritan ada dua yaitu dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis iritan kronik.

2.5.1. Dermatitis kontak iritan akut

Pada dermatitis kontak iritan akut, reaksi sering disebabkan oleh paparan tunggal iritan dan manifestasi kulit biasanya menghilang dalam beberapa hari sampai minggu.Sumber iritan yang paling sering adalah kimia atau abrasi pada kulit.Salah satu peristiwa awal utama sebelum kerusakan kulit yang diamati adalah pelepasan sitokin proinflamasi. Hal ini pada gilirannya memperkuat reaksi inflamasi dengan melepaskan kemokin, sehingga vasodilatasi dan infiltrasi sel (misalnya, limfosit, eosinofil, makrofag, neutrofil, sel T) ke dalam epidermis dan dermis. Tanda histopatologis dari iritasi adalah kerusakan epidermis yaitu

(5)

spongiosis dan pembentukan microvesikel, eritema, indurasi, dan edema yang mengarah ke daerah yang menyakitkan lokal dari kulit (Johanson, 2011).

2.5.2. Dermatitis kontak iritan kronis

Distribusi penyakit ini biasanya pada tangan. Pada dermatitiskontak iritan kumulatif, biasanya dimulai dari sela jari tangan dan kemudian menyebar ke bagian dorsal dan telapak tangan.Pada ibu rumah tangga, biasanya dimulai dari ujung jari (pulpitis) (Richard, 2009).

DKI kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulang- ulang, dan mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu memberi kelainan. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu-minggu atau berbulan-bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian.Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting (Djuanda, 2008).

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal dan terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas.Bila kontak terus berlangsung maka dapat menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. Adakalanya kelainan hanya berupa kulit kering dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian (Djuanda, 2008).

2.5.3. Dermatitis Kontak Iritan Akibat Deterjen

Stratum korneum di kulit sangat penting dalam membentuk penghalang terhadap lingkungan eksternal dan mencegah kehilangan air. Lapisan superfisial yang mengandung sel-sel epitel tertanam dalam lapisan ganda lemak, asam lemak, dan kolesterol dengan kadar air antara 20% dan 35%. Hampir semua bentuk dermatitis kontak iritan akibat detergen melibatkan gangguan dalam stratum korneum, tetapi dalam beberapa kasus didahului oleh respon inflamasi local (Adam, 2009). Deterjen menaturasi protein dan merusak membran sel. Oksidasi telah terbukti meningkatkan potensi iritan dari beberapa surfaktan (Tony, 2010).

Gangguan pada lapisan ganda lemak dalam dermatitis iritan tangan terjadi ketika terkena deterjen, sabun, dan bahan kimia atau iritan lainnya. Hasil

(6)

peradangan dari iritan yang baik dan cukup kuat atau kontak dengan kulit untuk waktu yang cukup lama akan mengikis penghalang. Paparan berulang atau berat akan menyebar ke lapisan lebih dalam dari kulit dan endothelium (Adam, 2009).

2.6. Histopatologik

Gambaran histopatologik dermatitis kontak iritan tidak karakteristik. Pada DKI akut (oleh iritan primer), dalam dermis terjadi vasodilatasi dan sebukan sel mononuclear di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas. Eksositossi di epidermis diikuti spongiosis dan edema intrasel, dan akhirnya terjadi nekrosis epidermal. Pada keadaan berat kerusakan epidermis dapat menimbulkan vesikel atau bula. Di dalam vesikel atau bula ditemukan limfosit dan neutrophil (Djuanda, 2008).

2.7. Diagnosis

Diagnosis DKI didasarkan atas anamnesis dan gambaran klinis. Uji temple tidak dapat dilakukan pada stadium akut, karena akan memperberatkan penyakit. (Arif, 2008).

2.8. Penatalaksaan

Secara teoritis, pengobatannya sederhana-baik dengan mencegah agar tidak terjadi kontak antara pasien dengan iritan, atau dengan melindungi tangan mereka terhadap bahan tersebut.Tetapi pada prakteknya tidak mungkin untuk menghindari terjadinya kontak dengan iritan tanpa beralih profesi. Di samping itu, pada banyak profesi sifat pekerjaannya menyebabkan pemakaian sarung tangan tidak mungkin dilakukan (Robin, 2005).

Beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut:

1. Kompres dingin dengan cairan Burrow

Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan membantu mengurangi pertumbuhan bakteri. Kompres ini diganti setiap 2- jam (Levin, 2006).

(7)

2. Glukokortikoid topical

Kortikosteroid adalah immunosuppressif dengan sifat anti-inflamasi yang memodifikasi respon kekebalan tubuh terhadap rangsangan beragam.Tindakan lainnya termasuk vasokonstriksi dan antiproliferasi. Agen ini telah membatasi penggunaan dalam pengobatan dermatitis kontak iritan (Hogan, 2010). Pada pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian prednisone oral pada 2 minggu pertama, dengan dosis inisial 60 mg, dan di tapering 10mg (Wolff, 2008).

3. Antibiotik dan antihistamin

Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri.Perubahan pH kulit dan mekanisme antimikroba yang telah dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yang penting dalam evolusi, persisten, dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapi hal ini masih dipelajari. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah perkembangan selulitis dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga digunakan.Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat iritan.Ada beberapa percobaan klinis secara acak mengenai efisiensi antihistamin untuk dermatitis kontak iritan, dan secara klinis antihistamin biasanya diresepkan untuk mengobati beberapa gejala simptomatis (Levin, 2006).

2.9. Pencegahan 1. Penggunaan Emolien

Pelembab yang digunakan 3-4 kali sehari adalah tatalaksana yang sangat berguna.Menggunakan emolien ketika kulit masih lembab dapat meningkatkan efek emolien. Emolien yang dipakai dengan perbandingan lipofilik hidrofilik yang tinggi diduga paling efektif karena dapat menghidrasi kulit lebih baik (Johanson, 2011). Emolien dipakai sebelum dan setelah bekerja untuk mencegah dan mengobati dermatitis yang terjadi (Tony, 2010).

(8)

2. Edukasi

Tujuan spesifik dari program pendidikan pasien adalah sebagai berikut: Untuk mengubah perilaku dan mengurangi gejala kulit pada pekerjaan basah, meningkatkan kepatuhan, meningkatkan tingkat pengetahuan, menginformasikan pekerja dan remaja tentang potensi berbahaya, kelompok risiko dan tindakan pencegahan sebelum mereka mulai magang , untuk meminimalkan risiko alergi pekerjaan atau penyakit kulit, meningkatkan kualitas hidup terkait kesehatan, memperoleh keterampilan pemecahan masalah yang berkaitan dengan penyakit kulit (Tony, 2010).

3. Penggunaan sarung tangan

Sarung tangan mungkin merupakan pilihan yang paling umum dari peralatan pelindung untuk mencegah dermatits kontak iritan.Sarung tangan digunakan untuk melindungi pekerja terhadap kerusakan kesehatan kulit dari paparan tempat kerja (Tony, 2010). Selain itu, pemakaian alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan, sebagai salah satu upaya pencegahan (Djuanda, 2008).

2.10. Komplikasi

Adapun komplikasi DKI adalah:

a. DKI meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan topical.

b. Lesi kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh S. Aureus. c. Neurodermatitis sekunder.

d. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi.

2.11. Prognosis

Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering terjadi pada DKI kronis yang penyebabnya multi faktor, juga pada penderita atopi. (Djuanda, 2008)

(9)

2.12. Tingkat Pengetahuan

2.12.1. Definisi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

2.12.2. Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : a. Tahu

Suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Paham

Diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis

Kemampuan untuk menjabarkan suatu obyek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.

e. Sintesis

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2.12.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman

(10)

Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. b. Pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah. c. Keyakinan

Diperoleh secara turun-menurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televise, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan

Tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f. Kebudayaan

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.13. Sikap

2.13.1. Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2003).

2.13.2 Komponen Sikap a. Kognitif (cognitive)

Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.

(11)

b. Afektif (affective)

Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.

c. Kognitif (conative)

Komponen kognitif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo, 1997).

2.13.3. Tingkatan Sikap

Berbagai tingkatan menurut Notoatmodjo (2003) tediri dari: a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

d. Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.14. Perilaku

2.14.1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing (Notoatmodjo, 2003).

(12)

2.14.2. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Perubahan alamiah

Sebagian perubahan alamiah disebabkan oleh perubahan alam yang terjadi. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan terencana

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

c. Kesediaan untuk berubah

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang akan mengadopsi inovasi tersebut dengan cepat dan sebagian mengadopsi secara lambat. Hal ini menegaskan bahwa setiap orang di dalam suatu masyarakat mempunyai kesediaan untuk berubah.

Referensi

Dokumen terkait

• Tingkat Pengaruh ádalah factor utama yang menentukan apakah investor dan investee akan menyajikan laporan keuangan konsolidasi*) atau menggunakan metode biaya atau ekuitas. *)

guna konsistensi pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional dan Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil bagi Tenaga Dokter, Dokter Gigi,

Sedangkan konstanta sebesar 26,541 dengan demikian dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut Y = 26,541 + 1,527 X + EHal ini berarti apabila ada

Pencarian identitas meliputi sebuah proses penjajakan, bertanya dan uji coba atas sebuah identitas lain, orang harus terus mencari dan belajar tentang itu. Pencarian ini bisa

Guru menugaskan siswa untuk membaca modul dan lembar kerja siswa tentang faktor pendorong/ penghambat perubahan sosial dan menjelaskan teknis penyelesaian lembar kerja siswa

Tanaman obat yang digunakan untuk penyembuhan luka dapat membantu mekanisme perbaikan dengan cara yang alami, salah satu tanaman obat tersebut adalah lidah buaya (Aloe

Hasil interpretasi citra landsat, struktur sesar memperlihatkan pola yang berarah timur laut - barat daya yang diwakili oleh Sesar Cimandiri, barat laut – tenggara yang

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami karakteristik perusahaan industri sekaligus mengerti tentang sistem akuntansi biaya berdasarkan proses dan perhitungannya yang pada