• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dermatitis Venenata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dermatitis Venenata"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

 AB I  AB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Dermatitis merupakan penyakit yang menimbulkan kelainan klinis Dermatitis merupakan penyakit yang menimbulkan kelainan klinis  berupa

 berupa efloresensi polimorfik efloresensi polimorfik berupa berupa eritema, edema, eritema, edema, papula, vesikel,papula, vesikel, skuama, dan likenifikasi. Salah satu jenis dermatitis adalah dermatitis skuama, dan likenifikasi. Salah satu jenis dermatitis adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak adalah respon terhadap pajanan

kontak. Dermatitis kontak adalah respon terhadap pajanan bahan ataubahan atau substansi tertentu, dapat berupa alergen maupun bahan iritan. substansi tertentu, dapat berupa alergen maupun bahan iritan. Peradangan akibat pajanan terhadap alergen disebut dermatitis kontak Peradangan akibat pajanan terhadap alergen disebut dermatitis kontak alergi (DKA). Pajanan terhadap bahan iritan disebut dermatitis kontak alergi (DKA). Pajanan terhadap bahan iritan disebut dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah peradangan pada kulit iritan. Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah peradangan pada kulit  yang dapat

 yang dapat berupa berupa eritema, eritema, edema, edema, dandan scale/ scale/ skuama. DKI merupakanskuama. DKI merupakan respons nonspesifik kulit terhadap berbagai kerusakan kimia dengan respons nonspesifik kulit terhadap berbagai kerusakan kimia dengan melepaskan mediator inflamasi terutama dari sel-sel epidermis

melepaskan mediator inflamasi terutama dari sel-sel epidermis1,21,2..

Dalam kehidupan sehari-hari, iritan yang menyebabkan DKI meliputi Dalam kehidupan sehari-hari, iritan yang menyebabkan DKI meliputi air, deterjen, berbagai pelarut, asam, basa, bahan adhesi, cairan air, deterjen, berbagai pelarut, asam, basa, bahan adhesi, cairan  bercampur

 bercampur logam, logam, kosmetik, kosmetik, minyak minyak oles, oles, dan dan substansi substansi topikaltopikal lainnya. Sering bahan-bahan ini bekerja bersama untuk merusak kulit. lainnya. Sering bahan-bahan ini bekerja bersama untuk merusak kulit. Iritan merusak kulit dengan cara

Iritan merusak kulit dengan cara memindahkan minyak dan pelembabmemindahkan minyak dan pelembab dari lapisan terluar, membiarkan iritan masuk lebih dalam, dan dari lapisan terluar, membiarkan iritan masuk lebih dalam, dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut dengan cara memicu proses menyebabkan kerusakan lebih lanjut dengan cara memicu proses inflamasi

inflamasi22..

Dermatitis kontak iritan (DKI) dapat digolongkan sebagai penyakit Dermatitis kontak iritan (DKI) dapat digolongkan sebagai penyakit kulit akibat kerja karena berkaitan dengan oleh pajanan berulang kulit akibat kerja karena berkaitan dengan oleh pajanan berulang substansi di area kerja, seperti bahan

substansi di area kerja, seperti bahan pembersih, deterjen, dan pelarut.pembersih, deterjen, dan pelarut. Penggunaan zat-zat tertentu pada area kulit yang sensitif juga Penggunaan zat-zat tertentu pada area kulit yang sensitif juga menyebabkan timbulnya gejala klinis penyakit ini

menyebabkan timbulnya gejala klinis penyakit ini11. DKI dapat diderita. DKI dapat diderita

oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin22..

DKI masih belum banyak diketahui bila dibandingkan dengan DKI masih belum banyak diketahui bila dibandingkan dengan dermatitis kontak alergi (DKA). Kebanyakan artikel tentang dermatitis dermatitis kontak alergi (DKA). Kebanyakan artikel tentang dermatitis kontak cenderung membahas DKA. Tidak ada uji diagnostik

kontak cenderung membahas DKA. Tidak ada uji diagnostik untuk DKI,untuk DKI, sehingga diagnosis bersandar pada eksklusi penyakit dermatitis sehingga diagnosis bersandar pada eksklusi penyakit dermatitis lainnya. Tangan merupakan tempat predileksi tersering penyakit ini. lainnya. Tangan merupakan tempat predileksi tersering penyakit ini.

(2)

Terkadang penampakan klinis DKI kronik mirip dengan DKA. DKI kronik pada telapak tangan dan telapak kaki sulit dibedakan dengan DKA. Dalam penatalaksanaan DKI, penting bagi penderita dan dokter untuk mengetahui substansi yang menyebabkan penyakitnya tersebut sehingga dapat diberikan terapi yang lebih efisien dan efektif. Laporan kasus ini membahas penderita DKI pada jari jari tangan dengan riwayat kontak dengan bahan-bahan salon kecantikan1,2.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 

2.1 Definisi

Dermatitis kontak iritan adalah jenis dermatitis yang berupa efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Daerah yang paling sering terkena adalah tangan dan pada individu atopik menderita gejala yang lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa proses sensitisasi2,3.

Dermatitis kontak iritan dapat dibagi menjadi dua, yaitu oleh karena iritan absolut dan relatif. DKI oleh karena iritan absolut biasanya timbul seketika setelah berkontak dengan iritan, dan semua orang akan terkena. Sedangkan dermatitis kontak karena iritan relatif dapat timbul sesudah pemakaian bahan yang lama dan berulang, dan seringkali baru timbul bila ada faktor fisik berupa abrasi, trauma kecil dan maserasi, oleh karena itu sering disebut traumatic dermatitis. Kelainan yang timbul biasanya berupa hiperpigmentasi, hiperkeratosis, likenifikasi, fisura, dan kadang-kadang eritema dan vesikel4.

2.2 Epidemiologi

Pada studi epidemiologi penyakit kulit pada pekerja di Singapura memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak,

(3)

dimana 66,3 % diantaranya adalah DKI dan 33,7% adalah DKA. Sebagai penyakit yang sering dihubungkan dengan kerja dengan kecenderungan pajanan terhadap bahan-bahan iritan berulang, maka dermatitis kontak iritan sering insidennya pada profesi cleaning service, hospital care,tukang masak, dan pegawai salon. Insiden di Jerman 4,5 pasien per 10.000 tukang masak. Pegawai salon mempunyai insiden dermatitis kontak iritan tertinggi yaitu 46,9 kasus per 10.000 perkerja per tahun nya1,5.

Kejadian dermatitis kontak iritan lebih sering pada wanita dibanding pria. Pada wanita faktor lingkungan lebih berperan dibanding faktor genetik yang lebih berperan pada pria. Kejadian dermatitis kontak iritan lebih sering pada umur > 50 tahun karena keadaan kulit yang lebih kering dan tipis1.

2.3 Etiologi

Bahan-bahan iritan yang dapat digolongkan sebagai penyebab DKI antara lain bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu, bahan abrasif, enzim, minyak, larutan garam konsentrat, plastik berat molekul rendah, dan bahan kimia higroskopik. Kelainan kulit yang muncul bergantung pada beberapa faktor, meliputi faktor dari iritan itu sendiri, faktor lingkungan dan faktor individu penderita1,4,2.

Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada setiap orang jika terpapar pada kulit dalam konsentrasi yang cukup, pada  waktu yang sufisien dengan frekuensi yang sufisien. Masing-masing individu memiliki predisposisi yang berbeda terhadap berbagai iritan. Fungsi pertahanan dari kulit akan rusak, baik dengan peningkatan hidrasi dari stratum korneum (oklusi, suhu dan kelembaban tinggi,  bilasan air yang sering dan lama) dan penurunan hidrasi (suhu dan kelembaban rendah). Riwayat atopik, personal hygiene, dan luas dari paparan menentukan kerentanan seorang individu untuk terkena DKI. Efek dari iritan merupakanconcentration-dependent dan biasanya mengenai tempat primer kontak 4.

(4)

DKI merupakan dermatitis dengan mekanisme non alergi. Patogenesis DKI dapat dijelaskan sebagai berikut :

Penetrasi bahan iritan à kerusakan membran lipid keratinosit à dalam  beberapa menit-jam à difusi bahan iritan melalui membrane akan merusak lisosom, mitokondria, dan komponen inti sel à pengaktifan fosfolipase à menghasilkan asam arakidonik à asam arakidonik membebaskan prostaglandin dan leukotrin à pembuluh darah dan transudasi faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem kinin3,6.

Dalam patogenesis penyakit ini, sel-sel yang berperan seperti resident epidermal cells, dermal fibroblast, endothelial cells, dan berbagai macam leukosit yang berinteraksi satu sama lain di bawah control  jaringan mediator lipid dan sitokin. Keratinosit memegang peranan

penting di dalam inisiasi reaksi inflamasi kulit atas responnya terhadap sitokin. Berbagai stimuli yang bertindak sebagai iritan, seperti substansi kimia dapat merangsang keratinosit epidermis untuk mengeluarkan sitokin inflamasi ( IL-1, TNF-α), sitokin kemotaksis ( IL-8, IL-10), growth-promoting cytokines (IL-6, IL-7, IL-15, GMC-SF,

TGF α), dan sitokin pengatur imunitas humoral dan selular ( 10, IL-12, IL-18). ICAM 1 menyebabkan infiltrasi leukosit ke epidermis, sehingga menyebabkan reaksi inflamasi di kulit1.

Penarikan neutrofil dan limfosit serta pengaktifan sel mast à membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin3.

 Platelet Activating Factor à aktivasi platelets à perubahan vaskuler3.

Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi3.

Semua bahan iritan menunjukkan pola yang sama dalam hal infiltrasi seluler di dalam lapisan dermis. Densitas infiltrasi sel sebanding dengan intensitas inflamasinya1.

(5)

 Ada 3 bentuk perubahan patofisiologi, yaitu kerusakan barrier kulit, kerusakan seluler epidermis, dan pengeluaran sitokin. Dengan keluarnya sitokin pro inflamasi dari sel-sel kulit, terutama keratinosit, menyebabkan inflamasi sebagai respon terhadap pajanan bahan-bahan iritan1,7.

Banyak bahan kimia dengan konsentrasi dan waktu pajanan tertentu  yang dapat bertindak mengiritasi kulit. Kebanyakan penyakit ini menurut data epidemiologi disebabkan oleh pajanan zat-zat iritan dalam konsentrasi rendah namun berulang, yang diistilahkan sebagai dermatitis kontak iritan kumulatif. Bahan pelarut adalah salah satu substansi yang menyebabkan iritasi karena substansi ini menghilangkan kandungan lemak dan minyak dari kulit, padahal lapisan lemak ini adalah barrier kulit dari trauma sekaligus menjaga kelembapan kulit, hal ini mengakibatkan peningkatan penguapan air secara transepidermal dan meningkatkan ambang sensitivitas kulit terhadap pajanan bahan toksik, bahkan substansi yang sebelumnya dapat ditoleransi dengan baik 1.

2.6 Faktor predisposisi dan risiko

Faktor predisposisi yang penting yaitu umur, ras, jenis kelamin, riwayat atopik sebelumnya, daerah kulit yang terekspos dan aktivitas sebasea. Perubahan kulit karena usia dapat merubah respon kulit terhadap zat iritan. Pada anak dan lanjut usia sering terkena DKI karena mereka memiliki sedikit jaringan epidermis yang sehat5. Beberapa faktor yang

 berpengaruh dan dapat diidentifikasi pada DKI antara lain :

 Kecenderungan terpajan dengan bahan iritan dalam jangka waktu dan intensitas tertentu

 Riwayat atopik

 Polimorfisme pada gen fillagrin (FLG)

Dengan adanya riwayat iritasi kulit terhadap substansi tertentu, hal ini menjadi faktor predisposisi terjadinya sensitisasi terhadap bahan- bahan topikal lainnya. Eksaserbasi DKI dapat menyebabkan

(6)

Faktor predisposisi lainnya yang menyebabkan orang cenderung terkena dermatitis kontak iritan adalah riwayat atopik. Pengaruh genetik juga berperan sebagai faktor predisposisi. Polimorfisme pada FLG gen menyebabkan terhentinya produksi FLG dan pada akhirnya terjadi perubahan barier kulit1.

Tingkat keparahan dermatitis ini sangat bervariasi dan tergantung pada banyak faktor, termasuk diantaranya8:

 Jumlah dan intensitas iritan  Durasi dan frekuensi pajanan  Kerentanan kulit

 Lingkungan (misalnya suhu tinggi atau rendah atau kelembaban) 2.7 Tipe dan gejala klinis

Dua bentuk DKI didasarkan pada penyebabnya, yaitu DKI oleh karena fisik dan DKI oleh karena bahan kimia. DKI oleh karena fisik contohnya friksi, prolong rubbing, dan pakaian yang kasar. DKI oleh karena  bahan kimia contohnya alkohol, latex, kerosene, dan alkali9.

Beberapa penggolongan DKI berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor individu serta lingkungan antara lain10:

 DKI akut

o Iritan kuat seperti asam sulfat dan HCl menghasilkan reaksi yang cepat

 begitu kontak terjadi. Kulit terasa pedih, panas, lesi tampak berupa eritema, edema, bula, dan nekrosis dengan pinggir berbatas tegas dan asimetris.

 DKI akut lambat

o Gambaran sama dengan DKI akut namun baru muncul 8-24 jam atau

lebih setelah kontak. Dermatitis venenata merupakan salah satu contoh tipe ini.

 DKI kumulatif

o DKI ini termasuk tipe kronis. Hal ini didasarkan pada kontak

berulang-ulang dengan iritan lemah. Kelainan tampak setelah bermingu-minggu hingga bertahun-tahun. gambaran berupa kulit kering, eritema, skuama, dan hyperkeratosis. DKI tipe ini yang sering berhubungan dengan dermatitis akibat kerja.

(7)

 DKI iritan

o Bentuk subklinik pada seseorang yang terpajan pekerjaan basah,

seperti penata rambut, kelainan juga cenderung monomorf seperti skuama, vesikel, pustul, dan erosi.

 DKI traumatik

o Kelainan kulit setelah trauma panas atau laserasi. Bentuknya

dermatitis numularis dengan masa penyembuhan kira-kira 6 minggu.  DKI subyektif

o Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita merasa perih atau

seperti terbakar. Disebut juga DKI sensori.  DKI noneritematosa

o DKI dengan fungsi sawar stratum korneum tanpa kelainan secara

klinis.

2.8 Diagnosis

Langkah-langkah penegakan diagnosis untuk penyakit dermatitis kontak iritan antara lain :

  Anamnesis

o  Anamnesis terarah tentunya diperlukan untuk mengeksplor riwayat

pajanan terhadap bahan atau substansi kimia tertentu1,4.

o Onset penyakit sangat penting ditanyakan untuk mengetahui tipe

dermatitis kontak iritan. Onset penyakit sampai timbulnya gejala klinis dalam hitungan menit sampai jam tergolong tipe simpel akut. Tipe akut lambat biasanya dalam hitungan 8-24 jam. Tipe kumulatif cenderung merupakan konsekuensi dari pajanan berulang dengan konsentrasi substansi yang rendah. Penting juga menyertai riwayat keluarga atau orang di sekitar yang juga mengalami gejala yang sama. Riwayat atopik dan alergi juga ditanyakan1,4.

 Pemeriksaan klinis

o Pemeriksaan klinis sangat penting untuk mengeksklusi pernyakit lain.

Menentukan lokasi dan efloresensi dengan jelas. Biasanya tempat predileksi DKI adalah pada tangan dan lengan. Pemeriksaan tubuh secara menyeluruh sangat dianjurkan untuk melihat lesi di tempat-tempat tertentu1,4.

(8)

o Pemeriksaan penunjang seperti patch test dapat dilakukan untuk

eksklusi dermatitis kontak alergi1,3,4.

o Karena tes diagnostik untuk DKI tidak ada, maka untuk pemeriksaan

penunjang dapat dilakukan patch test untuk mengeksklusi dermatitis kontak alergi dan dapat dilakukan pemeriksaan KOH untuk mengeksklusi penyakit jamur1,3,4.

 Pemeriksaan histopatologis

o Penunjang diagnostik yang akurat salah satunya adalah histopatologis.

Didapatkan gambaran intraselular edema atau spongiosis. Spongiosis tidak begitu tampak jelas pada dermatitis kontak alergi. Gambaran parakeratosis juga bisa muncul pada dermatitis kontak iritan kronik disertai hiperplasia sedang sampai berat, dan pemanjangan rete ridges1.

Gambar 1. Dermatitis kontak iritan pada kedua tangan13

(Dikutip dari DermNet NZ, 2010)

Gambar 2. Dermatitis kontak iritan pada kulit penis14

(Dikutip dari DermAtlas, 2010) 2.9 Diagnosis banding

Diagnosis banding dari dermatitis kontak iritan adalah dermatitis kontak alergi dan dermatitis atopik 1.

No. DKI DKA

1. Cenderung akut Cenderung kronik

2. Semua orang bisa terkena Hanya orang tertentu (riwayat alergi/sensitisasi) yang terkena

(9)

3.

Lesi awal berupa : makula, eritema, vesikel, bula, dan erosi.

Lesi awal berupa : makula, eritema, papula, melebar dari tempat awal

4. Penyebab : iritan primer Penyebab : alergen

5.

Tergantung konsentrasi

 bahan iritan dan status swar kulit. Terjadi jika bahan iritan melewati ambang batas

Tidak tergantung dengan

konsentrasi. Konsentrasi rendah

sekalipun sudah dapat memicu DKA. Bergantung pada tingkat sensitisasi

6. Onset pada saat kontak

pertama Onset pada saat kontak berulang

Tabel 1. Perbandingan DKI dan DKA 4,11

Perlu dibandingkan DKI dengan DKA dan dermatitis atopik sebab terkadang memberi gambaran klinis yang mirip satu sama lain4,5,11.

 DKA

o Dermatitis kontak alergi disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan

 yang bersifat alergen. Pada yang kronis terlihat kulit kering,  berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak  jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis karena mungkin penyebabnya juga campuran. Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang  yang kulitnya sangat peka (hipersensitif).

 Dermatitis Atopik

o Pada gambaran klinis terdapat vesikel-vesikel dan papul-papul serta

eritem, untuk membedakan dengan dermatitis kontak iritan, pada dermatitis atopik mempunyai tiga tanda khas yaitu :

(10)

 Morfologi dan distribusi khas pada wajah (khusus pada anak) dan

daerah lipatan kulit (fosa kubiti, fosa poplitea, leher, dan pergelangan tangan).

 Cenderung menjadi kronis kambuh.

o Pada dermatitis atopik juga didapatkan riwayat atopik (rhinitis alergi,

asma bronkial),dan pada pemeriksaan penunjang di temukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE, sedangkan pada dermatitis kontak iritan tidak terdapat riwayat atopik.

2.10 Penatalaksanaan

 Prinsip penatalaksanaan pada DKI ada 3, yaitu penghentian pajanan terhadap bahan iritan yang dicurigai, perlindungan bagian tubuh yang terpapar, dan penggantian bahan iritan dengan yang tidak bersifat iritan1,12.

 Medikamentosa1,12,13

o Penatalaksanaan dermatitis iritan tipe akut dapat secara simtomatis.

Penggunaan hand rub  berbasis alkohol dengan kandungan berbagai macamemollient  dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan kulit, kekeringan, dan iritasi.

o Terapi medikamentosa untuk dermatitis kontak iritan mempunyai

 beberapa prinsip, seperti, emollient, menghindari iritasi, dan krim yang mengandung dimethicone adalah terapi yang digunakan sebagai Agen-agen terapeutik yang mengandung propilen glikol dan urea dapat mengakibatkan inflamasi sehingga harus dihindari sebagai terapi.

o Pengobatan sistemik dapat diberikan antihistamin sebagai efek anti

pruritus.

o Topikal kortikosteroid digunakan sebagai antiinflamasi, supresi

aktivitas mitotik, dan vasokonstriksi. Efek steroid juga dapat mensupresi pengeluaran histamine, sehingga bisa juga sebagai antipruritus.

 KIE kepada pasien terutama dalam hal penggunaan dan pajanan bahan iritan sehari-hari, seperti1,4:

o Pendidikan kepada pekerja suatu perusahaan tentang penggunaan alat

dan akibat buruk yang mungkin terjadi kalo terpajan.

o Jika pasien adalah pekerja yang sering kontak dengan bahan-bahan

(11)

 bekerja berupa pencegahan seperti pemakaian masker, sarung tangan, perawatan kulit sehari-hari terutama yang mempunyai kulit sensitif.

o Penggunaan bahan-bahan iritan di dalam rumah tangga sehari-hari

seperti detergent, larutan pembersih, kosmetik, dan obat-obatan topikal tertentu juga harus dipantau, jika terjadi reaksi akut, maka penghentian pemakaian substansi tersebut harus segera dilakukan dan segera menghubungi pelayanan kesehatan setempat.

o Pelaksanaan uji tempel pada calon pekerja, sehingga dapat

menempatkan pekerja di bagian yang tidak kontak dengan bahan iritan.

o Pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala kepada para pekerja. o Dalam penggunaan bahan-bahan tertentu di dalam keseharian di

rumah dan jangan menggunakan bahan yang sensitif terhadap kulit. 2.11 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada dermatitis kontak iritan antara lain1:

 Peningkatan risiko sensitisasi terhadap terapi topikal

 Lesi pada kulit dapat dikolonisasi oleh bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini dipermudah jika terjadi lesi sekunder, seperti fissure akibat manipulasi yang dilakukan penderita.

  Secondary neurodermatitis (lichen simplex chronicus) akibat penderita dermatitis kontak iritan yang mengalami stress psikis.

 Pada fase post inflamasi dapat terjadi hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.

 Scar, biasanya setelah terkena agen korosif. 2.12 Prognosis

Umumnya baik untuk penderita tanpa riwayat atopik, tipe akut dan diagnosis serta penatalaksanaan yang tepat1.

BAB III

LAPORAN KASUS 3.1 Identitas Pasien

(12)

Nama : NKS

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

 Alamat : Banjar Pacung, Abiansemal, Badung

Pekerjaan : Wiraswasta ( Pemilik Salon Kecantikan )

Suku : Bali

Bangsa : Indonesia

 Agama : Hindu

Status perkawinan : Menikah Tanggal pemeriksaan : 12 Agustus 2014 3.2 Anamnesis

Keluhan utama :

Gatal dan perih pada kedua jari tangan Perjalanan penyakit :

Sebulan sebelumnya pasien mengeluh gatal dan perih pada jari- jari tangan. Keseharian pasien adalah pemilik dari salon kecantikan di daerah Sangeh, Abiansemal. Keluhan pertama yang timbul adalah  bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal, kemudian digaruk oleh

pasien. Pasien mengatakan bahwa tiap hari pasien kontak dengan  bahan-bahan salon kecantikan seperti sabun, shampoo, pewarna rambut, dan bahan lainnya. Karena kesibukan pasien maka pasien baru dapat berobat sebulan setelah keluhan awal muncul. Awalnya dirasakan sedikit gatal pada ujung-ujung jari kedua tangan diikuti munculnya perubahan warna kulit menjadi kemerahan, kemudian sering digaruk. Gatal muncul hampir setiap saat, baik pagi maupun malam hari dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Dua hari sejak rasa

(13)

gatal tersebut muncul gelembung-gelembung air dan menjadi luka akibat digaruk..

Riwayat pengobatan :

4 bulan sebelumnya pasien pernah berobat ke poli kulit dan kelamin RS Indra dengan keluhan yang sama akibat kontak dengan  bahan-bahan salon. Keluhan membaik setelah diberikan pengobatan

oleh dokter.

Riwayat penyakit terdahulu :

Pasien pernah mengalami keluhan ini sebelumnya. Riwayat penyakit dalam keluarga :

Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama.

Riwayat atopi :

Pasien tidak mempunyai riwayat asthma pada dirinya maupun keluarganya.

Riwayat alergi :

Tidak ada riwayat alergi terhadap substansi atau obat-obatan tertentu pada pasien.

Riwayat sosial :

Pasien tidak mempunyai riwayat minum alkohol dan merokok. Salah satu pegawai salon pasien mengatakan juga mengalami keluhan  yang sama.

3.3 Pemeriksaan Fisik  Status Present :

(14)

Kesadaran : compos mentis

Nadi : dalam batas normal (dbn) Respirasi : dbn

Temperatur : dbn Status General :

Kepala : dalam batas normal (dbn) Mata : dbn THT : dbn Thoraks : dbn  Abdoment : dbn Ektremitas : dbn Status Dermatologi :

Lokasi : Jari-jari tangan

Gambar 3. Lesi pada jari tangan pasien

Effloresensi : Makula eritema, bentuk bulat, diameter 1 cm, jumlah multipel, batas tegas, distribusi terbatas pada jari-jari tangan. Di atas efloresensi primer terdapat efloresensi sekunder berupa erosi eritema akibat garukan pasien.

3.4 Diagnosis Banding  Dermatitis kontak alergi  Dermatitis atopik

3.5 Resume

Pasien perempuan berumur 30 tahun mengeluhkan gatal dan perih pada jari-jari tangan sejak 1 bulan yang lalu setelah menggunakan  bahan-bahan untuk salon kecantikan. Awalnya terasa sedikit gatal pada

(15)

ujung-ujung jari kedua tangan diikuti munculnya perubahan warna kulit menjadi kemerahan, kemudian sering digaruk. Tidak ada riwayat penyakit atau keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat atopik, alergi, maupun riwayat keluarga juga tidak ada. Salah satu pegawai pasien dikatakan mengalami keluhan yang sama.

Pemeriksaan fisik :

Status present : kesadaran compos mentis Satus general : dbn

Status Dermatologi :  Lokasi : Jari-jari tangan

 Effloresensi : Makula eritema, bentuk bulat, diameter 1 cm, jumlah multipel, batas tegas, distribusi terbatas pada jari-jari tangan. Di atas efloresensi primer terdapat efloresensi sekunder berupa erosi eritema akibat garukan pasien..

3.6 Diagnosis Kerja

Dermatitis kontak iritan et causa bahan-bahan salon kecantikan

3.7 Penatalaksanaan  Sistemik :

o Intidol tablet 4 mg 3 x 1.

o Interhistin (mebhidrolina napadisilat) tablet 50 mg 2 x 1.

 Topikal :

o Krim campuran mesone dan chlorampenicol 2% dioleskan 2 x sehari.

 KIE :

o Stop penggunaan bahan iritan (bahan-bahan salon) dan substansi

lainnya terutama untuk kulit di daerah sensitif.

o Menggunakan sarung tangan apabila terpaksa harus kontak dengan

 bahan iritan.

(16)

3.8 Prognosis Baik

BAB IV  PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluh timbul gatal dan perih pada jari tangannya sejak 1 bulan yang lalu setelah kontak dengan bahan-bahan salon kencantikan. Pasien merupakan pemilik salon kecantikan yang tiap hari kontak dengan bahan-bahan salon seperti sabun, shampoo, pewarna rambut, dan bahan-bahan lainnya. Timbulnya keluhan setelah bertahun-tahun kontak dengan bahan tersebut mengarahkan kecurigaan bahwa bahan salon ini sebagai pemicu atau iritan terjadinya dermatitis kontak pada pasien ini. Perjalanan yang lama hingga menimbulkan gejala sesuai dengan gambaran dermatitis kontak iritan kumulatif. Pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap substansi tertentu, hal ini sesuai dengan DKI yang memang pemicunya adalah kontak dengan iritan primer.

DKI juga tidak mempunyai riwayat alergi terhadap allergen tertentu. Pasien juga menyangkal ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien dan menyangkal riwayat asthma di keluarganya. Namun ada pegawai salon pasien yang dikatakan mengalami keluhan yang sama. Pada DKI memang tidak ada riwayat keluarga dan biasanya tidak ada riwayat atopi, namun dapat terjadi pada orang lain yang kontak dengan bahan iritan yang sama. Prognosis pasien ini baik oleh karena termasuk DKI tipe akut, cepat mendapatkan pengobatan, dan tidak ada riwayat atopik pada pasien.

Lokasi effloresensi di jari tangan sesuai dengan lokasi predileksi dermatitis kontak iritan yaitu pada tangan dan lengan. Selain itu juga dapat timbul di daerah kulit yang sensitif apabila terpajan bahan iritan dengan konsentrasi dan durasi tertentu. Efloresensi berupa makula eritema disertai erosi sesuai dengan gambaran dermatitis kontak iritan pada umumnya.

(17)

Pemeriksaan penunjang khusus untuk diagnostik DKI tidak ada, KOH dan tes tempel hanya untuk mengeksklusi penyakit jamur dan DKA. Dalam kasus ini, riwayat kontak dengan iritan serta gambaran effloresensi khas untuk DKI, sehingga tidak diindikasikan untuk melakukan pemeriksaan penunjang.

DKA sebagai diagnosa banding dapat disingkirkan dari sangkalan terhadap riwayat alergi terhadap substansi tertentu. Dermatitis atopik dapat disingkirkan dari sangkalan pasien terhadap riwayat atopi di keluarganya.

Penatalaksanaan pasien ini antara lain penghentian kontak dengan  bahan-bahan salon yang merupakan bahan iritan pemicu. Hal ini sesuai dengan prinsip terapi DKI, yaitu segera hentikan pemakaian atau pajanan substansi pemicu. terapi medikamentosa yang diberikan adalah berupa obat sistemik, yaitu interhistin yang mengandung mebhidrolina napadisilat. Obat ini mempunyai efek antihistamin, sehingga bisa mengurangi gejala pruritus. Untuk pengobatan topikal diberikan krim campuran mesone dan chloramphenicol..

Penatalaksanaan yang tidak kalah pentingnya adalah KIE kepada pasien. Penghentian penggunaan bahan iritan pemicu, menggunakan pelindung tangan seperti sarung tangan apabila diharuskan kontak dengan bahan iritan, dan juga tetap mempehatikan kebersihan tubuh. Prognosis kasus ini baik setelah mempertimbangkan beberapa hal,  yaitu gejala klinis yang ringan, tipenya akut, tidak ada riwayat atopik

dan alergi. BAB V 

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dermatitis kontak iritan adalah peradangan pada kulit sebagai respon terhadap bahan iritan yang terpajan pada kulit. Dalam kasus ini bahan iritan pemicunya adalah minyak oles sumbawa. Lokasi penyakit ini  biasanya di lengan, tangan, dan di daerah berkulit sensitif, seperti kasus ini yaitu pada jari jari tangan. Timbul kelainan berupa makula eritema, dan erosi merupakan gambaran klinis DKI. Tidak ada penunjang

(18)

diagnostik untuk DKI, biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan riwayat terpajan kontak iritan dan gambaran efloresensi yang sesuai dengan DKI. Prinsip terapi DKI adalah penghentian pajanan bahan pemicu, terapi simtomatis berupa antihistamin sebagai antipruritus, krim campuran steroid sebagai antiinflamasi dan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi sekunder pada daerah yang erosi . KIE pasien dengan penghentian bahan iritan sangat penting untuk mencegah timbulnya pajanan berulang dan komplikasi.

5.2 Saran

 KIE untuk menghentikan penggunaan bahan iritan pada daerah kulit  yang sensitif sangat diperlukan, entah itu di kehidupan sehari-hari atau di dalam pekerjaan, karena DKI merupakan salah satu penyakit kulit akibat kerja.

 Penggunaan bahan-bahan iritan untuk kepentingan pekerjaan atau dalam kehidupan sehari-hari agar dilengkapi dengan pemakaian alat pelindung sesuai bagian tubuh yang terpapar.

 Segera mencari pengobatan ketika timbul gejala klinis seperti merah, panas, gatal, atau kulit mengelupas setelah ada riwayat kontak dengan  bahan iritan untuk mendapatkan pengobatan yang adekuat dan

mencegah komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA 

1. Hogan DJ. Contact Dermatitis, Irritant. eMedicine; 2009. Available at:http://emedicine.medscape.com/article/762139.

2. Sucipta C. Dermatitis Kontak Iritan. Citra Journey; 2008. Available

(19)

3. Trihapsoro I. Dermatitis Kontak Alergik Pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan. USU; 2003. p. 1-36.

4. Siregar RS. Dermatosis Akibat Kerja. Cermin Dunia Kedokteran Vol.

107; 1996. Available

at:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15DermatitisAkibatKerja107 .pdf/15DermatitisAkibatKerja107.html.

5. Irga. Dermatitis Kontak Iritan. Unhas; 2009. Available

at:http://www.irwanashari.com/2009/09/dermatitis-kontak-iritan.html.

6.  Yoshiki T, Tomoko M. From Acute Irritant Contact Dermatitis to Chemical Burn. Japanese Journal of Dermatology Vol. 113 No. 14; 2003. p. 2025-31. Available at:http://sciencelinks.jp/j-east/article/200403/000020040304A0034714.php.

7.  Wiley J. Irritant Contact Dermatitis. WileyInterscience; 2002.  Available

at:http://www3.interscience.wiley.com/journal/118917880/abstract. 8. Sumantri FA, Febriani HT, Musa ST. Fakultas Farmasi UGM; 2008.

 Available

at:http://toshiworld.site90.com/cadangan/DERMATITIS%20KONTA  K.pdf .

9.  Wikipedia. Contact Dermatitis. Wikipedia; 2009. Available at:http://en.wikipedia.org/wiki/Contact_dermatitis.

10. Sularsito SA, Djuanda A. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M,  Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana. Jakarta; 2007; 129-53..

11. Wolff K. Dermatitis. In: Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 5thed.

Singapore; 2005. p.18-23.

12. Bourke J, Coulson I, English J. Guideline for the Contact Dermatitis: an Update. British Journal of Dermatology. England; 2008. p. 946-55.

13. Ngan V. Irritant Contact Dermatitis. DermNet NZ; 2008.  Available at:http://dermnetnz.org/dermatitis/contact-irritant.html. 14. DermAtlas. Irritant Contact Dermatitis/Trauma. DermAtlas;

2008. Available

Referensi

Dokumen terkait

Kurangnya data mengenai pengaruh riwayat atopik terhadap timbulnya dermatitis kontak iritan dan mengingat sering terjadinya penyakit kulit pada pekerja pabrik

Dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) adalah dermatitis yang disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan dari luar yang bersifat iritan atau alergen, paparan

Pada dermatitis kontak iritan akut, reaksi sering disebabkan oleh paparan.. tunggal iritan dan manifestasi kulit biasanya menghilang dalam beberapa

Dermatitis Kontak Akibat Kerja: Penyakit Kulit Akibat Kerja Terbanyak di Indonesia.. Majalah Kesehatan

Salah satu penyakit yang bisa menjadi masalah kesehatan pekerja bengkel motor adalah masalah yang terjadi pada kulit yaitu dermatitis kontak akibat kerja.. Dermatitits kontak pada

Kurangnya data mengenai pengaruh riwayat atopik terhadap timbulnya dermatitis kontak iritan dan mengingat sering terjadinya penyakit kulit pada pekerja pabrik

mengenai hubungan insidensi terkenanya dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja yang berkontak langsung dengan bahan-bahan alergen dan iritan, menunjukkan bahwa

Dermatitis kontak akibat kerja dapat terjadi pada semua pekerja, diantaranya petugas cleaning service akibat sering terpapar bahan iritan dan alergen di tempat kerja