BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dermatitis Kontak
2.1.1. Definisi Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah suatu inflamasi bersifat polimorfik yang disebabkan oleh agen eksternal yang berperan sebagai iritan dimana respon imun yang dimediasi sel T tidak berperan, atau sebagai alergen dimana respon imun yang dimediasi sel ikut berperan. Pada fase akut ditandai dengan adanya eritema dan vesikel, pada fase kronik ditandai dengan adanya kulit kering, likenifikasi, dan fisura.10
2.1.2. Klasifikasi Dermatitis Kontak
Klasifikasi dermatitis kontak dapat dibedakan berdasarkan etiologi yang menyebabkan penyakit tersebut. Penyebab yang paling sering mengakibatkan dermatitis kontak adalah bahan iritan yang menyebabkan dermatitis kontak iritan, serta alergen yang menyebabkan dermatitis kontak alergen / atopik.10
- Iritansi Subjektif
Kelainan yang ditandai dengan adanya sensasi nyeri yang terasa pedih atau perih, tidak lama setelah terjadinya kontak dengan iritan. Pada kelainan ini lesi pada kulit tidak terlihat. Kelainan ini biasanya berhubungan dengan penggunaan kosmetik atau krim pelindung sinar matahari.10
- Dermatitis Kontak Iritan Akut
Kelainan yang disebabkan oleh satu paparan berlebihan atau paparan kecil yang terjadi beberapa kali dari suatu bahan iritan kuat. 10
- Dermatitis Kontak Iritan Kronik
Kelainan ini disebabkan oleh paparan yang bersifat repetitif dari bahan iritan yang relatif lebih lemah. Bahan iritan dapat bersifat basah,
seperti deterjen, sabun, pelarut organik, sabun, atau bahan yang bersifat asam dan basa lemah, atau kering, seperti udara dengan kelembaban rendah, panas, bubuk, atau debu. 10
- Dermatitis Kontak Alergi
Kelainan ini melibatkan sensitisasi sistem imun terhadap satu atau beberapa alergen spesifik yang menyebabkan dermatitis atau eksaserbasi dermatitis yang sudah ada sebelumnya. 10
- Dermatitis Kontak Fototoksik dan Fotoalergi
Dermatitis kontak yang disebabkan oleh adanya paparan sinar matahari, namun masih sulit untuk membedakan antara fototoksik dan fotoalergi. 10
- Dermatitis Kontak Sistemik
Kelainan ini timbul setelah administrasi suatu substansi, yang sebelumnya menyebabkan sensitisasi topikal, biasanya suatu jenis obat, ke dalam sistemik. 10
2.2. Dermatitis Kontak Iritan
2.2.1. Definisi Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan adalah penyakit yang disebabkan oleh efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan baik secara fisik maupun kimiawi, yang bersifat tidak spesifik, pada sel-sel epidermis dengan respon peradangan pada dermis dalam waktu dan konsentrasi yang cukup.11
2.2.2. Epidemiologi Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita diperkirakan cukup banyak terutama yang berhubungan dengan pekerjaan (dermatitis kontak iritan akibat kerja), namun dikatakan angkanya secara tepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyaknya penderita dengan kelainan ringan tidak datang berobat, atau bahkan tidak mengeluh.12
Di Amerika, dermatitis kontak iritan sering terjadi pada pekerjaan yang melibatkan kegiatan mencuci tangan atau paparan berulang pada kulit terhadap
air, bahan makanan atau iritan lainnya. Pekerjaan yang berisiko tinggi meliputi pembatu rumah tangga, pelayan rumah sakit, tukang masak, dan penata rambut. Prevalensi dermatitis tangan karena pekerjaan ditemukan sebesar 55,6% di intensive care unit dan 69,7% pada pekerja yang sering terpapar (dilaporkan dengan frekuensi mencuci tangan >35 kali setiap pergantian). Penelitian menyebutkan frekuensi mencuci tangan >35 kali setiap pergantian memiliki hubungan kuat dengan dermatitis tangan karena pekerjaan.
Di Jerman, angka insiden dermatitis kontak iritan adalah 4,5 setiap 10.000 pekerja, dimana insiden tertinggi ditemukan pada penata rambut (46,9 kasus per 10.000 pekerja setiap tahunnya), tukang roti dan tukang masak.
Berdasarkan jenis kelamin, dermatitis kontak iritan secara signifikan lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Tingginya frekuensi ekzem tangan pada wanita dibanding pria karena faktor lingkungan, bukan genetik.13
2.2.3. Etiologi dan Faktor Risiko Dermatitis Kontak Iritan
Penyakit dermatitis kontak iritan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut bias berasal dari dalam maupun luar individu. Faktor yang berasal dari dalam disebut faktor endogen sedangkan faktor yang dari luar disebut faktor eksogen.
1. Faktor endogen a. Faktor genetik
Terdapat hipotesa yang mengungkapkan bahwa kemampuan individu untuk mengeluarkan radikal bebas, mengubah derajat enzim antioksidan,dan kemampuan untuk membentuk perlindungan heat shock protein semuanya dibawah kontrol genetik. Faktor tersebut juga menentukan keberagaman respon tubuh terhadap bahan-bahan iritan. Selain itu, predisposisi genetik terhadap kerentanan bahan iritan berbeda untuk setiap bahan iritan.14
b. Jenis kelamin
Gambaran klinik dermatitis kontak iritan pada wanita dilaporkan paling banyak dari pasien laki–laki. Hubungan antara jenis kelamin dengan kerentanan kulit adalah karena wanita lebih banyak terpajan
oleh bahan iritan, kerja basah dan, lebih sering terpapar bahan kimia sebagai bentuk perawatan kulit daripada laki-laki. Tidak ada pembedaan jenis kelamin untuk dermatitis kontak iritan yang ditetapkan berdasarkan penelitian.14
c. Umur
Anak-anak dibawah 8 tahun lebih mudah menyerap reaksi-reaksi bahanbahan kimia dan bahan iritan lewat kulit. Banyak studi yang menunjukkan bahwa tidak ada kecurigaan pada peningkatan pertahanan kulit dengan meningkatnya umur. Data pengaruh umur pada percobaan iritasi kulit sangat berlawanan. Iritasi kulit yang kelihatan (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit yang tidak kelihatan (kerusakan pertahanan) meningkat pada orang muda.14
d. Lokasi lesi
Ada perbedaan lokasi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan, sehingga kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan terhadap dermatitis kontak iritan, di mana telapak tangan dan kaki lebih resisten.15
e. Faktor eksogen
Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk memprediksi potensi iritan suatu bahan kimia berdasarkan struktur molekulnya. Potensial iritan bentuk senyawa mungkin lebih sulit untuk diprediksi. Faktor-faktor yang dimaksudkan termasuk sifat kimia bahan iritan, yaitu pH, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar, kelarutan. Selain itu, sifat dari pajanan sepertu jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan jenis kontak, pajanan serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah pajanan sebelumnya juga turut menyebabkan dermatitis kontak iritan. Faktor lingkungan seperti lokalisasi tubuh yang terpajang dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan, gesekan atau goresan, kelembapan lingkunan yang rendah dan suhu dingin menurunkan kadar air pada stratum korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan pada bahan iritan.14
2.2.4. Patogenesis Dermatitis Kontak Iritan
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air kulit. Kebanyak bahan iritan (toksin) merusak membran lemak keratinosit tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria atau komplemen inti.16
Pada respon iritan, terdapat komponen yang menyerupai respon imunologis yang dapat ditunjukkan dengan jelas, dimana hal tersebut ditandai oleh pelepasan mediator peradangan, khususnya sitokin dari sel kulit yang nonimun (keratinosit) yang mendapat rangsangan kimia. Proses ini tidaklah membutuhkan sensitasi sebelumnya. Kerusakan sawar kulit menyebabkan pelepasan sitokin-sitokin seperti Interleukin-1α (IL-1α), IL-1β, tumor necrosis factor -α (TNF-α). Pada dermatitis kontak iritan, diamati peningkatan TNF-a hingga sepuluh kali lipat dan granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) dan IL-2 hingga tiga kali lipat. TNF-α adalah salah satu sitokin utama yang berperan dalam dermatitis iritan, yang menyebabkan peningkatan ekspresi Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas II dan intracelluler adhesin
molecul-I pada keratinosit.14
Rentetan kejadian tersebut menimbulkan peradangan klasik di tempat terjadinya kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, dan nyeri bila iritan kuat. Terdapat dua jenis bahan iritan, yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menyebabkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,sedangkan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena depilasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel yang di bawahnya oleh bahan iritan.17
2.2.5. Gejala Klinis Dermatitis Kontak Iritan 2.2.5.1. Dermatitis Kontak Iritan Akut
Pada dermatitis kontak iritan akut, reaksi sering disebabkan oleh paparan tunggal iritan dan manifestasi kulit biasanya menghilang dalam beberapa hari sampai minggu.Sumber iritan yang paling sering adalah kimia atau abrasi pada kulit. Salah satu peristiwa awal utama sebelum kerusakan kulit yang diamati adalah pelepasan sitokin proinflamasi. Hal ini pada gilirannya memperkuat reaksi inflamasi dengan melepaskan kemokin, sehingga vasodilatasi dan infiltrasi sel (misalnya, limfosit, eosinofil, makrofag, neutrofil, sel T) ke dalam epidermis dan dermis. Tanda histopatologis dari iritasi adalah kerusakan epidermis yaitu spongiosis dan pembentukan mickrovesikel, eritema, indurasi, dan edema yang mengarah ke daerah yang menyakitkan lokal dari kulit.18
2.2.5.2. Dermatitis Kontak Iritan Kronik
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal dan terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung maka dapat menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. Adakalanya kelainan hanya berupa kulit kering dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian.12
2.2.6. Diagnosis Dermatitis Kontak Iritan
Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan pada anamnesis dan pengamatan gambaran klinis. Dermatitis kontak akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga penderita pada umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Dermatitis kontak iritan kronis timbul lambat serta mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga kadang sulit dibedakan dengan dermatitis kontak atopik.12 Untuk ini diperlukan uji tempel dengan bahan yang dicurigai, tetapi uji tempel tidak dapat dilakukan pada fase akut, sebab dapat memperberat penyakit.17
2.2.7. Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Iritan
Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis atau kimiawi serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila dapat dilakukan dengan sempurna dan tanpa komplikasi, maka tidak perlu pengobatan topikal dan cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering.
Apabila diperlukan untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal. Pemakaian alat perlindungan yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan sebagai upaya pencegahan.12
Beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut:
1. Kompres dingin dengan cairan Burrow
Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan membantu mengurangi pertumbuhan bakteri. Kompres ini diganti setiap 2- jam.19
2. Glukokortikoid topikal
Kortikosteroid adalah immunosuppressif dengan sifat anti-inflamasi yang memodifikasi respon kekebalan tubuh terhadap rangsangan beragam.Tindakan lainnya termasuk vasokonstriksi dan antiproliferasi. Agen ini telah membatasi penggunaan dalam pengobatan dermatitis kontak iritan.13 Pada pengobatan untuk dermatitis kontak iritan akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian prednisone oral pada 2 minggu pertama, dengan dosis inisial 60 mg, dan tapering 10mg.14 3. Antibiotik dan antihistamin
Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri. Perubahan pH kulit dan mekanisme antimikroba yang telah dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yang penting dalam evolusi, persisten, dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapi hal ini masih dipelajari. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah
perkembangan selulitis dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga digunakan. Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat iritan. Ada beberapa percobaan klinis secara acak mengenai efisiensi antihistamin untuk dermatitis kontak iritan, dan secara klinis antihistamin biasanya diresepkan untuk mengobati beberapa gejala simptomatis.19
2.2.8. Komplikasi Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan dapat menimbulkan beberapa komplikasi, antara lain :
1. Dermatitis kontak iritan meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan topikal.
2. Lesi kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh Staphylococcus aureus.
3. Neurodermatitis sekunder (liken simpleks kronis) bisa terjadi terutapa pada pekerja yang terpapar iritan di tempat kerjanya atau dengan stres psikologik.
4. Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi pada area terkena dermatitis kontak iritan.
5. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi.17
2.2.9. Prognosis Dermatitis Kontak Iritan
Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering terjadi pada dermatitis kontak iritan kronis yang penyebabnya multi faktor, juga pada penderita atopik.17 Prognosis baik pada individu non atopi dimana dermatitis kontak iritan didiagnosis dan diobati dengan baik. Individu dengan dermatitis atopik rentan terhadap dermatitis kontak iritan.13
2.3. Dermatitis Kontak Alergi
2.3.1. Definisi Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap bahan-bahan kimia yang kontak dengan kulit dan dapat mengaktivasi reaksi alergi.20
2.3.2. Epidemiologi Dermatitis Kontak Alergi
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai prevalensi dermatitis ini di masyarakat.12
Angka kejadian dermatitis kontak alergik yang terjadi akibat kontak dengan bahan-bahan di tempat pekerjaan mencapai 25% dari seluruh dermatitis kontak akibat kerja.21
2.3.3. Etiologi dan Faktor Risiko Dermatitis Kontak Alergi
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.12 Faktor-faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak alergi adalah faktor-faktor sebagai berikut.
1. Faktor Genetik
Percobaan dengan p-nitroso-dimethylaniline (NDMA) dan 2,4-dinitrochlorobenzene (DNCB) mendapatkan variasi individu dalam kerentanan terhadap sensitisasi kontak dimana individu yang lebih rentan terhadap sensitisasi dengan satu bahan kimia menunjukkan sedikit atau tidak ada kerentanan terhadap sensitisasi dengan bahan kimia lain.22
2. Jenis Kelamin
Wanita memiliki kadar imunoglobulin (Ig) yaitu IgM dan IgG yang lebih banyak daripada pria dan respon imun diperantarai sel yang
lebih kuat. Pengaruh hormon seks dalam induksi dan elisitasi alergi kontak sebagian besar tidak diketahui. Pada suatu studi pilot didapatkan respon terhadap DNCB meningkat pada wanita yang mendapat hormon kontrasepsi oral dan reaktivitas tes tempel yang berbeda pada siklus menstruasi. Alasan utama dominasi perempuan dalam berbagai penelitian tes tempel klinis adalah jumlah wanita sensitif nikel dan kobalt yang tinggi. Perbedaan inimungkin disebabkan juga oleh faktor sosial dan lingkungan dimana perempuan lebih cenderung mengalami sensitivitas nikel karena peningkatan pemakaian perhiasan dan laki–laki lebih cenderung mengalami sensitivitas kromat dari paparan pekerjaan.22,23
3. Usia
Pola paparan terhadap alergen lingkungan berbeda antara berbagai kelompok usia. Individu muda lebih sering terpapar terhadap bahan kimia industri dan kosmetik dibandingkan individu lebih tua yang lebih sering terpapar obat-obat topikal. Prevalensi alergi kontak meningkat seiring dengan meningkatnya usia karena akumulasi alergi yang diperoleh sepanjang hidupnya.22,23
4. Ras
Pada percobaan sensitisasi terhadap poison ivy di tahun 1966 didapatkan perbedaan ras dimana individu berkulit hitam lebih resisten dibandingkan individu berkulit putih.23
5. Dermatitis Atopik
Adanya downregulation sel T helper (Th)1 pada individu atopi diharapkan menurunkan kejadian DK, namun berbagai penelitian klinis masih kontradiksi.Sebagian besar menemukan kecenderungan sensitisasi kontak yang menurun walaupun penelitian-penelitian terbaru mendapatkan bahwa pada individu atopi terjadi peningkatan frekuensi sensitisasi nikel.22
6. Penyakit Penyerta
Pada pasien dengan penyakit akut atau yang menurunkan daya tahan tubuh seperti kanker, penyakit Hodgkin dan mikosis fungoides, terjadi
gangguan untuk terjadinya sensitisasi kontak. Ini juga terlihat pada pasien dengan fungsi limfosit T yang terganggu.22,23
2.3.4. Patogenesis Dermatitis Kontak Alergi
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune response) atau reaksi hipersensitivitas tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbul secara lambat (delayed hypersensitivity), umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen. Patogenesis hipersensitivitas tipe IV ini sendiri dibagi menjadi dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.24
Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya.12 Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten (alergen yang memilik berat molekul kecil yang dapat menimbulkan reaksi antibodi tubuh jika terikat dengan protein untuk membentuk antigen lengkap). Antigen ini kemudian berpenetrasi ke epidermis dan ditangkap dan diproses oleh antigen presenting cells (APC), yaitu makrofag, dendrosit, dan sel Langerhans.13 Selanjutnya antigen ini dipresentasikan oleh APC ke sel T. Setelah kontak dengan antigen yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu.12
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi IL-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan
mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis. Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2 dan sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.24
2.3.5. Gejala Klinis Dermatitis Kontak Alergi
Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.12
Sifat alergen dapat menentukan gambaran klinisnya. Bahan kimia karet tertentu (phenyl-isopropyl-p-phenylenediamine) bisa menyebabkan dermatitis purpura, dan derivatnya dapat megakibatkan dermatitis granulomatosa. Dermatitis pigmentosa dapat disebabkan oleh parfum dan kosmetik.25
2.3.6. Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi
Diagnosis dermatitis kontak alergi ditegakkan dengan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan mencari penyebab. Hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjut untuk mencegah
kekambuhan. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, pertanyaan personal mengenai pakaian baru, sepatu lama, kosmetik, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan eritema, edema dan papul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas, dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.14,26
Uji tempel digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas terhadap zat yang bersentuhan dengan kulit sehingga alergen dapat ditentukan dan tindakan korektif dapat diambil. Uji tempel dilakukan untuk konfirmasi dan diagnostik tetapi hanya dalam kerangka anamnesis dan pemeriksaan fisik.27
2.3.7. Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Alergi
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.11
Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta eksudatif. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal.Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid topikal.12
2.3.8. Prognosis Dermatitis Kontak Alergi
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan yang tidak mungkin dihindari.12
2.4. Pengetahuan
2.4.1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
2.4.2. Klasifikasi pengetahuan
Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seeorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni:
a. Tahu (know)
Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut. e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
2.4.3. Fungsi pengetahuan
Setiap kegiatan yang dilakukan umumnya memberi manfaat. Pengetahuan merupakan upaya manusia yang secara khusus dengan objek tertentu, terstruktur, tersistematis, menggunakan seluruh potensi kemanusiaan dan dengan menggunakan metode tertentu. Pengetahuan merupakan sublimasi atau intisari dan berfungsi sebagai pengendali moral daripada pluralitas keberadaan ilmu pengetahuan.28
2.4.4. Sumber pengetahuan
Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas dua bagian besar yaitu bersumber pada daya indrawi, dan budi (intelektual) manusia. Pengetahuan indrawi dimiliki oleh manusia melalui kemampuan indranya tetapi bersifat relasional. Pengetahuan diperoleh manusia juga karena ia juga mengandung kekuatan psikis, daya indra memiliki kemampuan menghubungkan hal-hal konkret material dalam ketunggalannya. Pengetahuan indrawi bersifat parsial disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap indra. Pengetahuan intelektual adalah pengetahuan yang hanya dicapai oleh manusia, melalui rasio intelegensia. Pengetahuan intelektual mampu menangkap bentuk atau kodrat objek dan tetap menyimpannya di dalam dirinya.28
2.4.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan ekternal. Pengetahuan internal berasal dari dalam diri manusia sedangkan faktor eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar berupa tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya.
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
Keyakinan, biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. Fasilitas, fasilitas–fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku. Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang, akan tetapi bila seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas–fasilitas sumber informasi. Sosial budaya, kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.29
2.4.6. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas.29
Pengukuran pengetahuan dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif, yaitu baik (76%-100%), cukup (60%-75%), dan kurang (<60%).30
2.4.7. Dimensi Pengetahuan
Terdapat beberapa dimensi pengetahuan, antara lain adalah: 1. Pengetahuan faktual
Pengetahuan faktual adalah pengetahuan tentang elemen dasar yang harus diketahui seseorang untuk mengenal suatu disiplin ilmu atau untuk menyelesaikan masalah yang ada didalamnya. Pengetahuan berbentuk fakta seperti nama, nomor, tahun, jumlah, alamat dan sebagainya. Contohnya adalah tahun lahirnya Ki Hajar Dewantara dan nama presiden
Indonesia pertama. Pengetahuan ini terdiri atas dua bagian, yaitu knowledge of terminology (pengetahuan tentang istilah) dan knowledge of specific details and elements (pengetahuan tentang rincian dan unsur-unsur).
2. Pengetahuan konseptual
Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan tentang hubungan timbal balik antara elemen-elemen dasar dalam suatu struktur yang memungkinkan elemenelemen tersebut berfungsi secara bersama-sama. Pengetahuan berbentuk konsep, hukum dan prinsip. Contohnya adalah hukum archimedes, prinsip kerja AC dan sebagainya. Pengetahuan konseptual mencakup tentang skema, model mental atau teori teori yang menunjukkan pengetahuan seseorang tentang bagaimana sebuah disiplin ilmu tertentu ditata, bagaimana bagian-bagian yang berbeda dari informasi dikaitkan dengan cara yang lebih sistemis dan bagaimana bagian-bagian tersebut berfungsi secara bersama-sama.
3. Pengetahuan prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, metode dan kriteria untuk menggunakan suatu ketrampilan, algoritma, teknik dan suatu metode. Sesuatu tersebut dimulai dari permasalahan yang sering dihadapi.31