• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revisi Case Dermatitis Venenata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Revisi Case Dermatitis Venenata"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS

Dermatitis Venenata

Dermatitis Venenata

Pembimbing :

Pembimbing :

Dr. Chadijah Rifai, Sp.KK

Dr. Chadijah Rifai, Sp.KK

Disusun Oleh:

Disusun Oleh:

Putri Intan Nurrahma

Putri Intan Nurrahma

2012730147

2012730147

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT KULIT KELAMIN KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT KULIT KELAMIN

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

PERIODE 1

(2)

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. AW Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 3o tahun

Alamat : Johar Baru, Jakarta Pusat Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan swasta Tanggal Pemeriksaan : 22 Juli 2017

B. ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan di Poliklinik kulit dan kelamin RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 22 Juli 2017 pukul 10.30 WIB.

Keluhan Utama

Bercak kemerahan pada pelipis kanan sejak 2 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan ke poliklinik kulit dan kelamin RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan bercak kemerahan pada pelipis kanan sejak 2 hari yang lalu. Keluhan ini disadari pasien saat bangun tidur. Keluhan disertai rasa perih, panas dan gatal hingga pasien terus menerus menggaruknya. Kemudian dalam kurun waktu 2 hari bercak dirasakan semakin bertambah dan meluas. Pasien tidak memakai obat oles baru yang sebelumnya belum  pernah dipakai. Pasien juga tidak baru mengganti sabun pencuci muka.Pasien belum memberikan pengobatan apapun untuk keluhannya tersebut.

(3)

Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien. Riwayat  penyakit kulin lain disangkal. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit

asma, rhinitis alergi, serta diabetes mellitus.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang pernah atau sedang mengalami keluhan serupa.

Riwayat Pengobatan

Tidak ada obat-obatan yang rutin dikonsumsi.

Riwayat Alergi

Alergi terhadap makanan, obat, debu, dan cuaca disangkal.

Riwayat Psikososial & Kebiasaan

Pasien tinggal dilingkungan rumah yang bersih dan ventilasi cukup  baik. Pasien tidur di dalam kamar dengan jendela yang berhubungan langsung dengan kebun rumah pasien. Pasien seringkali tidur dengan keadaan pintu dan jendela kamar terbuka.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit ringan Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital

 TD : 110/70 mmHg

  Nadi : 84 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup  Pernapasan : 20 x/menit, reguler

(4)

Status Generalisata

Kepala (Normocephal)

 Rambut : Rambut berwarna hitam, distribusi rata, ketombe, lesi

kulit (-)

 Mata : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)  Hidung : Deviasi septum nasi (-), sekret (-)

 Telinga : Normotia, sekret (-/-), serumen (-/-)

 Mulut : Bibir kering (-), mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1/T1  Kulit kepala: Tidak terdapat lesi

 Kulit wajah : lihat status dermatologikus.

Leher

 KGB : Tidak ada pembesaran KGB

 Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid  Kulit leher : Tidak terdapat lesi

Thoraks

 Inspeksi : Bentuk dan gerakan dada simetris, ictus cordis tidak

tampak

 Palpasi : Vocal fremitus kiri dan kanan sama, ictus cordis teraba  Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru, batas jantung normal  Auskultasi : Vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-; BJ I-II reguler

murni, murmur , gallop -Abdomen

 Inspeksi : Perut tampak rata

 Auskultasi : Bising usus +, dalam batas normal

 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)  Kulit : Tidak terdapat lesi

Ekstremitas

 Superior : Deformitas (-), udem (-/-), akral hangat (+/+), CRT < 2”  Inferior : Deformitas (-), udem (-/-), akral hangat (+/+), CRT <2”

(5)

Status Dermatologikus

Gambar 2.1Regio fasialis, sebelah lateral dari orbikularis okuli dekstra, terdapat plak eritematosa, ukuran plakat, sirkumskrip, linier,

tidak terdapat skuama maupun krusta.

D. RESUME

Seorang laki-laki usia 3o tahun datang dengan keluhan timbul bercak kemerahan pada pelipis kanan sejak2 hari yang lalu yang disadari pasien saat bangun tidur. Keluhan disertai rasa perih, panas dan gatal. Bercak dirasakan bertambah dan meluas dalam 2 hari terakhir. Pasien tidur di dalam kamar dimana jendelanya berhubungan langsung dengan kebun. Pasien seringkali tidur dalam keadaan jendelakamar terbuka.

Pemeriksaan fisik umum dan status generalisata dalam batas normal. Status dermatologikus pada regio fasialis, sebelah lateral dari orbikularis okuli dekstra, terdapat plak eritematosa, ukuran plakat, sirkumskrip, linier,  permukaan tidak terdapat skuama maupun krusta.

E. DIAGNOSIS KERJA Dermatitis venenata

(6)

G. PENATALAKSANAAN

Non-Medikamentosa:

 Memberikan informasi kepada pasien untuk menutup jendela kamar

sebelum tidur

 Mencagah garukan pada daerah yang gatal.

Medikamentosa:

 Topikal : Hydrocortisone krim 1 % 2x sehari.

 Sistemik : Loratadine tablet 10 mg 1x sehari per oral.

H. PROGNOSIS

a. Quo ad vitam : Bonam  b. Quo ad functionam : Bonam c. Quo ad sanationam : Bonam

(7)

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menyebabkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,  papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu terjadi bersamaan, bahkan mungkin hanya satu jenis misalnya, hanya  berupa papula (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.1 Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh  bahan/substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan adalah reaksi peradangan pada kulit non-imunologik, yaitu kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses pengenalan/sensitisasi.Sebaliknya, dermatitis kontak alergi adalah reaksi peradangan pada kulit yang terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu bahan  penyebab/alergen.1

B. EPIDEMIOLOGI

Dermatitis kontak iritan dapat dialami oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin.Pada DKI akibat serangga khususnya yang disebabkan  Paederus kejadiannya meningkat pada musim penghujan, karena cuaca yang lembab merupakan lingkungan yang sesuai bagi organisme  penyebab dermatitis venenata (misal: Genus Paederus).1,2

C. ETIOPATOGENESIS

Dermatitis Venenata merupakan dermatitis kontak iritan tipe akut lambat yang biasanya disebabkan oleh gigitan, liur atau bulu serangga yang terbang pada malam hari, atau dapat juga disebabkan oleh terpaparnya bahan iritan dari  beberapa tanaman seperti rumput, bunga, pohon mahoni, dan lain sebagainya.2

(8)

Spesies serangga yang paling sering menyebabkan dermatitis venenata adalah dari genus Paederus. Paederus dewasa panjang tumbuhnya 7-10 mm dan lebar 0,5 mm seukuran dengan nyamuk. Paederus berkepala hitam dengan abdomen di caudalnya dan juga elytral (struktur yang membungkus sayap dan sepertiga atas segmen abdomen). Meskipun paederus dapat terbang, namun  paederus lebih sering berlari dan meloncat.

Paederus merupakan makhluk nocturnal dan tertarik dengan cahaya  putih dan terang. Hemolimfe dari paederus mengandung suatu bahan aktif yakni paederin yang kemudian menyebabkan keluhan gatal, rasa panas tebakar, kemerahan pada kulit yang timbul dalam 12-48 jam setelah kulit terpapar.3

Gambar2.1. Paederus sp

Salah satu penyebab munculnya dermatitis venenata adalah toksin yang terdapat pada gigitan, liur, maupun bulu serangga. Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh toksin melalui 4 mekanisme kerja kimiawi atau fisis. Toksin dapat merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air terhadap kulit.1,4

Kebanyakan toksin dapat mengakibatkan kerusakan membaran. Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG),  platelet activating factor   (PAF), dan inositida (IP3). AA dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). Prostaglandin dan leukotrien menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan

(9)

kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mas melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskular.1

Diasilgliserida dan  second messengers  lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein, misalnya interleukin-1 (IL-1) dan  granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T- penolong mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi reseptor IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNF-α yang dapat mengaktivasi sel T, makrofag dan granulosit.

Rentetan kejadian tersebut mengakibatkan gejala peradangan klasik di tempat terjadinya kontak dengan kelainan kulit setelah kontak berulang kali, yang dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi menyebabkan desikasi sehingga kulit kehilangan fungsi sawarnya. Hal tersebut akan mempermudah kerusakan sel dilapisan kulit yang lebih dalam.1

D. GAMBARAN KLINIS

Dermatitis venenata termasuk ke dalam tipe DKI akut lambat. Keluhan yang dirasakan dirasakan pedih, panas, rasa terbakar, dan gatal. Gejala klinis yang dapat ditemukan dari pasien dengan dermatitis venenata antara lain:1,5 a. Tidak ada gejala prodromal.

 b. Lesi muncul tiba-tiba pada pagi hari atau setelah berkebun dan terasa gatal serta pedih.

c. Kulit yang terpapar oleh bahan aktif paederin akan menjadi eritem, disertai rasa perih, panas dan terbakar. Bila lesi ini digaruk, maka lesi ini akan menyebar dan membentuk gambaran lesi berupa patch eritem linear yang kemudian berlanjut menjadi vesikel, bula, terkadang bula menjadi pustular,  bahkan nekrosis. Pada pasien yang datang ke tenaga medis, bula dapat intak ataupun sudah terjadi erosi dengan dasar eritem. Lesi mulai muncul setelah 8-24 jam setelah terpapar bahan aktif dan membaik dalam waktu seminggu

(10)

d. Lesi biasanya terjadi pda tempat yang tidak tertutupi, misalnya tangan, kaki  juga leher dan wajah, khususnya area periorbital, yang merupakan bagian

tubuh paling sering menjadi predileksi.

e. Adanya kissing phenomenon, yang berarti yang tertempel atau terkena lesi akan berubah menjadi lesi yang baru.

E. DIAGNOSIS

Diagnosis dermatitis venenata dapat ditegakkan melalui anamnesa dan  pemeriksaan fisik yang cermat. Riwayat kegiatan sebelumnya penting untuk ditanyakan mengingat penyakit ini biasanya timbul akibat bulu serangga yang terbang pada malam hari.1,5

G.DIAGNOSIS BANDING

DKI sering didiagnosis dengan berbagai jenis dermatitis termasuk DKA. Untuk menegakkan diagnosis perlu anamnesa detail, termasuk  pekerjaan, hobi, riwayat pengobatan dan beberapa pemeriksaan penunjang

yang telah dilakukan.

Perbedaan DKI DKA

Keluhan Gatal, nyeri,perih menyengat Nyeri, gatal Lesi Batas tegas, terbatas pada

daerah yang terpapar bahan iritan

Lesi dapat melebihi daerah yang terpapar bahan alergen,  biasanya berupa vesikel yang

kecil Bahan Bahan iritan, tergantung pada

konsentrasi dan letak kulit yang terpapar, semua orang dapat terkena

Bahan alergen, tidak tergantung konsentrasi bahan, hanya pada orang yang mengalami hipersensitifitas Reaksi

yang muncul

Akibat kerusakan jaringan Proses reaksi hipersensitifitas tipe 4

(11)

H. PENATALAKSANAAN1,6

Upaya pengobatan yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan yang menjadi penyebab, baik yang bersifat mekanik, fisis, maupun kimiawi, serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengansempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka DKI tersebut akan sembuh tanpa pengoatan topikal, mungkin cukup dengan  pemberian pelembab untuk memperbaiki sawar kulit.

Pengobatan medikamentosa terdiri dari:

Pengobatan topikal :

1. Bentuk akut dan eksudatif diberi kompres larutan garam faali (NaCl 0,9%) atau Burrow’s solution. Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan membantu mengurangi  pertumbuhan bakteri. Kompres ini diganti setiap 2-3 jam.

2. Bentuk kronis dan kering, untuk mengatasi peradangan pada rekasi lokal, dapat diberikan krim hydrocortisone 1% yang merupakan lini pertama  pengobatan sebagai antiinflamasi ringan, atau diflucortolone valerat 0,1% atau krim betamethasone valerat 0,005-0,1%, atau untuk kelainan yang kronis dapat diawali dengan kortikosteroid dosis yang lebih kuat. Apabila terjadi reaksi sistemik maka dipertimbangkan pemberian obat secara sistemik.

Pengobatan sistemik :

Kortikosteroid sistemik hanya diberikan penyakit berat.  Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi sekunder oleh  bakteri. Perubahan pH kulit dan mekanisme antimikroba yang telah dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yang penting dalam evolusi, persisten, dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapi hal ini masih dipelajari. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah  perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan. Antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat

(12)

iritan. Secara klinis antihistamin biasanya diresepkan untuk mengobati  beberapa gejala simptomatis.

a. Kortikosteroid,  hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam waktu singkat.

 Prednisone

Dewasa : 5-10 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o Anak : 1 mg/KgBB/hari

 Dexamethasone

Dewasa : 0,5-1 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o Anak : 0,1 mg/KgBB/hari

 Triamcinolone

Dewasa : 4-8 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o Anak : 1 mg/KgBB/hari

b. Antihistamin

 Chlorpheniramine maleat

Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o Anak : 0,09 mg/KgBB/dosis, sehari 3 kali

 Diphenhydramine HCl

Dewasa : 10-20 mg/dosis i.m. sehari 1-2 kali Anak : 0,5 mg/KgBB/dosis, sehari 1-2 kali

 Loratadine

Dewasa : 1 tablet sehari 1 kali c. Antibiotik sistemik

 Sefadroksil 2 x500 mg selama 5 hari, untuk pengobatan infeksi sekunder.

I. PROGNOSIS

Bila bahan iritan yang menjadi penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik.1

(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Soebaryo RW. Dermatitis kontak. In: Menaldi SLS, Bramono K, Indriatmi W, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015. p.158-61.

2. Abdullah B.,Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit,Indonesia: Pusat Penerbitan Universitas Airlangga; 2009. p.94-96.

3. Gurcharan Singh, Syed Yousuf Ali. Paederus Dermatitis. Indian J Dermatol Venerol Leprol January-February 2007.Vol 73

4. Amado A, Sood A, Taylor JS. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine [internet]. 8th  ed. New York: McGraw-Hill; 2012. Chapter 48, Irritant Contact Dermatitis [cited 2017  July 25]. Available from: http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=56034835

5. Donald U. Dermatitis Venenata [internet]. 2012 [cited 2017  July 25].

Available from:

http://www.doctortreatments.com/Diseases_Of_The_Skin/Class_II_Inflamma tions_Dermatitis_Venenata.htm

6. Pohan SS., Hutomo MM., Sukanto H., Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Indonesia: Pusat Penerbitan Universitas Airlangga.Hal. 5-8.

Gambar

Gambar 2.1Regio fasialis, sebelah lateral dari orbikularis okuli dekstra, terdapat plak eritematosa, ukuran plakat, sirkumskrip, linier,

Referensi

Dokumen terkait

Adapun diagnosis banding pada kasus ini adalah dermatitis atopik, dermatitis kontak iritan, tinea !orporis, dan liken simpleks kronis. #eempat diagnosis tersebut dapat menyebabkan

Dengan insidensi dermatitis kontak yang cukup banyak maka diperkirakan jumlah penderita dermatitis kontak, baik alergi maupun iritan, akan mengalami peningkatan insidensinya

Pendahuluan : Dermatitis Kontak adalah respon dari kulit dalam bentuk peradangan yang dapat bersifat akut maupun kronik, karena paparan dari bahan iritan

Pekerja laundry kiloan Kelurahan Padang Bulan yang tidak mengalami dermatitis kontak iritan namun memiliki karakteristik yang berisiko tinggi terkena dermatitis kontak

yang terpapar agen iritan akan mengurangi waktu kontak agen iritan dengan kulit, dan jika terjadi respon kulit, hal ini akan membantu untuk mencegah penyebaran

Pada petugas sampah di TPA memiliki faktor resiko terkena dermatitis kontak iritan karena memiliki hubungan dengan jenis pekerjaan yang bersifat basah dan kontak

Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan baik fisika maupun kimia, yang bersifat tidak spesifik, pada sel-sel epidermis dengan respon

Beberapa jenis dermatitis kontak seperti dermatitis kontak iritan yang disebabkan oleh bahan iritan absolut seperti asam basa, basa kuat, logam berat dengan konsentrasi